Anda di halaman 1dari 41

LAPORAN PENDAHULUAN

RESIKO PERILAKU KEKERASAN

DISUSUN OLEH :

Afrilia Nursanti

P27220019140
3BD4 Keperawatan

PROGRAM STUDI SARJANA TERAPAN KEPERAWATAN POLITEKNIK


KESEHATAN KEMENTERIAN KESEHATAN SURAKARTA
2022
LANDASAN TEORI
RESIKO PERILAKU KEKERASAN

I. MASALAH UTAMA
Resiko Perilaku Kekerasan

II. PROSES TERJADINYA MASALAH


A. Pengertian

Perilaku kekerasan adalah hasil dari marah yang ekstrim (kemarahan)


atau ketakutan (panik) sebagai respon terhadap perasaan terancam, baik
berupa ancaman serangan fisik atau konsep diri (Stuart & Laraia. 2013).

Perilaku kekerasan adalah nyata melakukan kekerasan ditujukan pada


diri sendiri/orang lain secara verbal maupun non verbal dan pada lingkungan.
Perilaku kekerasan atau agresif merupakan suatu bentuk perilaku yang
bertujuan untuk melukai seseorang secara fisik maupun psikologis. Marah
tidak memiliki tujuan khusus, tapi lebih merujuk pada suatu perangkat
perasaan-perasaan tertentu yang biasanya disebut dengan perasaahg`n marah
(Dermawan dan Rusdi, 2013)

Perilaku kekerasan adalah salah satu respons marah yang diespresikan


dengan melakukan ancaman, mencederai orang lain, dan merusak lingkungan.
Respons ini dapat menimbulkan kerugian baik bagi diri sendiri, orang lain,
dan lingkungan (Keliat,dkk, 2011).

Perilaku kekerasan merupakan suatu rentang emosi dan ungkapan


kemarahan yang dimanisfestasikan dalam bentuk fisik. Kemarahan merupakan
suatu komunikasi atau proses penyampaian pesan individu. Orang yang
mengalami kemarahan sebenarnya ingin menyampaian pesan bahwa ia “tidak
setuju, merasa tersinggung, merasa tidak dianggap, merasa tidak dituntut atau
diremehkan” (Yosep, 2011).

B. Tanda Gejala
Perawat dapat mengidentifikasi dan mengobservasi tanda dan gejala
perilaku kekerasan : (Yosep, 2011)
1. Fisik :
a. Muka merah dan tegang
b. Mata melotot atau pandangan tajam
c. Tangan mengepal
d. Postur tubuh kaku
e. Jalan mondar mandir.
2. Verba :
a. Bicara kasar
b. Suara tinggi
c. Membentak atau berteriak
d. Mengancam secara fisik
e. Mengumpat dengan kata-kata kotor.
3. Perilaku :
a. Melempar atau memukul benda pada orang lain
b. Menyerang orang lain atau melukai diri sendiri
c. Merusak lingkungan
d. Amuk atau agresif.
4. Emosi :
a. Tidak ade kuat
b. Dendam dan jengkel
c. Tidak berdaya
d. Bermusuhan
e. Mengamuk
f. Menyalahkan dan menuntut.
5. Intelaktual :
a. Cerewet
b. Kasar
c. Berdebat
d. Meremehkan.
6. Spiritual :
a. Merasa berkuasa
b. Merasa benar sendiri
c. Mengkritik pendapat orang lain
d. Menyinggung perasan orang lain
e. Tidak peduli dan kasar.
7. Sosial :
a. Menarik diri
b. Penolakan
c. Ejekan
d. Sindiran.

C. Akibat
Klien dengan perilaku kekerasan dapat menyebabkan resiko tinggi
mencederai diri,
orang lain dan lingkungan. Resiko mencederai merupakan suatu tindakan 
yang kemungkinan dapat melukai/ membahayakan diri, orang lain dan
lingkungan.

D. Penyebab

Faktor penyebab terjadinya kekerasan sebagai berikut (Direja, 2011) :

1. Faktor Preedisposisi
a. Faktor psikologi
1) Terjadi asumsi, seseorang untuk mencapai suatu tujuan mengalami
hambatan akan timbul dorongan agresif yang memotivasi perilaku
kekerasan.
2) Berdasarkan pengunaan mekanisme koping individu dan masa kecil
yang tidak menyenangkan dan frustasi.
3) Adanya kekerasan rumah tangga, keluarga, dan lingkungan.
b. Faktor Biologis Berdasarkan teori biologi, ada beberapa yang
mempengaruhi perilaku kekerasan:
1) Beragam komponen sistem neurologis mempunyai implikasi dalam
menfasilitasi dan menghambat impuls agresif.
2) Peningkatan hormon adrogen dan norefineprin serta penurunan
serotin pada cairan serebro spinal merupakan faktor predisposisi
penting menyebabkan timbulnya perilaku agresif seseorang.
3) Pengaruh genetik, menurut penelitian perilaku agresif sangat erat
kaitannya dengan genetic termasuk genetik tipe kariotipe XYY,
yang umumnya dimiliki oleh penghuni penjara atau tindak criminal.
4) Gangguan otak, sindrom otak genetik berhubungan dengan berbagai
gangguan serebral, tumor otak (khususnya pada limbic dan lobus
temporal), kerusakan organ otak, retardasi terbukti berpengaruh
terhadap perilaku agresif dan perilaku kekerasan.
c. Faktor Sosial Budaya
Norma merupakan kontrol masyarakat pada kekerasan. Hal ini
mendefinisikan ekspresi perilaku kekerasan yang diterima atau tidak
diterima akan menimbulkan sanksi. Budaya dimasyarakat dapat
mempengaruhi perilaku kekerasan.
2. Faktor Presipitasi
Secara umum seseorang akan marah jika dirinya merasa terancam, baik
berupa injuri secara fisik, psikis atau ancaman konsep diri. Beberapa faktor
perilaku kekerasan sebagai berikut:
a. Klien : Kelemahan fisik, keputusasaan, ketidak berdayaan, kehidupan
yang penuh agresif, dan masa lalu yang tidak menyenangkan.
b. Interaksi : Penghinaan, kekerasan, kehilangan orang yang berarti,
merasa terancam baik internal maupun eksternal.
c. Lingkungan : Panas, padat, dan bising.
E. RENTANG RESPON MARAH

Respon marah berfluktuasi sepanjang respon adaptif dan maladaptive

Respon adaptif Respon maladaptif

Asertif Pasif Perilaku


kekerasan

Dalam setiap orang terdapat kapasitas untuk berprilaku pasif, asertif, dan
agresif / perilaku kekerasan (Stuart dan Laraia, 2005 dalam Dermawan dan
Rusdi 2013).

1. Perilaku asertif merupakan perilaku individu yang mampu menyatakan atau


mengungkapkan rasa marah atau tidak setuju tanpa menyalahkan atau
menyakiti orang lain sehingga perilaku ini dapat menimbulkan kelegaan
pada individu.
2. Perilaku pasif merupakan perilaku individu yang tidak mampu untuk
mengungkapakn perasaan marah yang sedang dialami, dilakukan dengan
tujuan menghindari suatu ancaman nyata.
3. Agresif/perilaku kekerasan. Merupakan hasil dari kemarahan yang sangat
tinggi atau ketakutan (panik)

Stress, cemas, harga diri rendah dan rasa bersalah dapat menimbulkan
kemarahan yang dapat mengarah pada perilaku kekerasan. Respon rasa
marah bisa diekspresikan secara eksternal (perilaku kekerasan) maupun
internal (depresi dan penyakit fisik).

Mengekspresikan marah dengan perilaku konstruktif, menggunakan


kata-kata yang dapat di mengerti dan diterima tanpa menyakiti hati orang
lain, akan memberikan perasaan lega, menurunkan ketegangan sehingga
perasan marah dapat teratasi. Apabila perasaan marah diekspresikan
dengan perilaku kekerasan biasanya dilakukan individu karena ia merasa
kuat. Cara demikian tidak menyelesaikan masalah, bahkan dapat
menimbulkan kemarahan yang berkepanjangan dan perilaku destruktif.

Perilaku yang tidak asertif seperti menekan rasa marah dilakukan


individu seperti pura-pura tidak marah atau melarikan diri dari perasaan
marahnya sehingga rasa marah tidak terungkap. Kemarahan demikian akan
menimbulakn rasa bermusuhan yang lama dan suatu saat akan
menimbulkan perasaaan destruktif yang ditunjukan kepada diri sendiri.
(Dermawan dan Rusdi 2013).

III. POHON MASALAH DAN MASALAH KEPERAWATAN


A. Pohon Masalah

Resiko mencederai diri sendiri orang lain dan lingkungan (effect)

RESIKO PERILAKU KEKERASAN (Core


problem)
Harga diri rendah (causa)

B. Masalah Keperawatan dan Data Yang Perlu Dikaji


1. Masalah Keperawatan
a. Resiko Perilaku Kekerasan
b. Harga diri rendah
c. Distress spiritual
d. Gangguan proses pikir
e. Ansietas
f. Gangguan komunikasi verbal
g. Halusinasi
h. Waham curiga
i. Kurang pengetahuan

2. Data yang perlu dikaji


a. Resiko Perilaku Kekerasan

Data Subyektif

- Keluarga pasien mengatakan akan marah ketika keinginan


tidak dipenuhi, dan mengancam akan memukul orang tua
- Keluarga pasien mengatakan pasien dibawa ke RSJ, karena
membanting barang barang di rumah
- Keluarga pasien mengatakan pasien sering marah tanpa
sebab pada tetangga

Data Obyektif
- Pasien tampak mondar mandir, suara keras
- Pasien tampak mengatupkan rahang dengan kuat,
mengepalkan tangan,
- Muka merah, bersikap curiga
- TD : 130/90mmHg
- N : 105x/menit
- RR : 20x/menit
- S : 36,5 C

IV. DIAGNOSA KEPERAWATAN


1. Resiko perilaku kekerasan
2. Halusinasi
3. Harga diri rendah

V. RENCANA TINDAKAN KEPERAWATAN

NO Diagnosa Tujuan Intervensi Rasionalisa

Keperawatan

1. Risiko Setelah Observasi Observasi


perilaku dilakukan
- Monitor adanya - Agar saat pasien
kekerasan tindakan
benda yang merasa ingin
keperawatan
berpotensi menyakiti tidak
3x24 jam maka
membahayakan ada benda yang
diharapkan
berpotensi
control diri - Monitor keamanan
membahayaka n
meningkat. barang yang dibawa

Dengan kriteria oleh pengunjung - Agar pasien tidak


hasil : - Monitor selama bisa menggunakan
penggunaan barang barang yang
a) Verbalisasi
yang dapat berpotensi
ancaman
membahayakan menggunakan .
kepada pasien
( mis, pisau cukur)
menurun b) - Untuk mengawasi
Verbalisasi pasien agar tidak
umpatan menyalahgun akan
Terapeutik
menurun c) barang tersebut
- Pertahankan
Perilaku Terapeutik
lingkungan bebas
menyerang
- Agar pasien tidak
dari bahaya secara
menurun
merasa waspada
rutin
d) Perilaku dan marah, dan
- Libatkan keluarga
melukai diri juga agar
dalam perawatan
sendiri /orang lingkungan aman
lain menurun dari pasien

e) Perilaku Edukasi - Agar keluarga


merusak bisa merawat
- Anjurkan
lingkungan pasien secara
pengunjung dan
sekitar menurun mandiri, dan juga
keluarga untuk
f) Perilaku agar pasien merasa
mendukung
agresif/menga nyaman
keselamatan pasien
muk menurun
Edukasi
- Latih cara
g) Perilaku
mengungkapkan - Agar pasien
suara keras,
perasaan secara merasa nyaman
bicara keras
asertif dan aman
menurun
- Latih mengurangi - Agar tau
kemarahan secara bagaimana
verbal dan non perasaan pasien
verbal ( mis. dan penyebab
Relaksasi dan pasien marah -
bercerita) Agar mengurangi
perasaan marah
pasien
DAFTAR PUSTAKA

Stuart, G.W& Laraia, M.T. (2013). Principles and Practice of Psychiatric


Nursing. (7 th Ed) St. Louis: Mosby

Dermawan, R., & Rusdi. (2013). Keperawatan Jiwa: Konsep dan Kerangka Kerja
Asuhan Keperawatan Jiwa. Yogyakarta : Gosyen Publishing Keliat,

Budi Anna, dkk. (2011). Keperawatan Kesehatan Jiwa Komunitas. Jakarta.

Yosep, I. (2011). Keperawatan Jiwa. Bandung: PT Refika Aditama

S. N. Ade Herma Direja. (2011). Asuhan Keperawatan Jiwa. Yogyakarta: Nuha


Medika
STARTEGI PELAKSANAAN PASIEN
RESIKO PERILAKU KEKERASAN

Masalah :Resiko Perilaku Kekerasan


Pertemuan :1
  
A. PROSES KEPERAWATAN
1. Pengkajian :
a. Data Subyektif :
1) Klien mengatakan benci atau kesal pada seseorang.
2) Klien suka membentak dan menyerang orang yang mengusiknya
jika    sedang kesal atau marah.
3) Riwayat perilaku kekerasan atau gangguan jiwa lainnya.
b. Data Obyektif :
1) Mata merah, wajah agak merah.
2) Nada suara tinggi dan keras, bicara menguasai.
3) Ekspresi marah saat membicarakan orang, pandangan tajam.
4) Merusak dan melempar barang-barang.
2. Diagnosa keperawatan : Resiko Perilaku Kekerasan

B. STRTEGI PELAKSANAAN TINDAKAN KEPERAWATAN


1. Tindakan keperawatan untuk pasien
a. Tujuan
1) Pasien dapat mengidentifikasi penyebab perilaku kekerasan
2) Pasien dapat mengidentifikasi tanda-tanda perilaku kekerasan
3) Pasien dapat menyebutkan jenis perilaku kekerasan yang
pernah dilakukannya
4) Pasien dapat menyebutkan akibat dari perilaku kekerasan yang
dilakukannya
5) Pasien dapat menyebutkan cara mencegah/mengontrol perilaku
kekerasannya
6) Pasien dapat mencegah/mengontrol perilaku kekerasannya
secara fisik, spiritual, sosial, dan dengan terapi psikofarmaka.
b. Tindakan
1) Bina hubungan saling percaya
Dalam membina hubungan saling percaya perlu dipertimbangkan
agar pasien merasa aman dan nyaman saat berinteraksi dengan
saudara. Tindakan yang harus saudara lakukan dalam rangka
membina hubungan saling percaya adalah:
a) Mengucapkan salam terapeutik
b) Berjabat tangan
c) Menjelaskan tujuan interaksi
d) Membuat kontrak topik, waktu dan tempat setiap kali
bertemu pasien
2) Diskusikan bersama pasien penyebab perilaku kekerasan saat ini
dan  yang lalu
3) Diskusikan perasaan pasien jika terjadi penyebab perilaku
kekerasan
a) Diskusikan tanda dan gejala perilaku kekerasan secara fisik
b) Diskusikan tanda dan gejala perilaku kekerasan secara
psikologis
c) Diskusikan tanda dan gejala perilaku kekerasan secara sosial
d) Diskusikan tanda dan gejala perilaku kekerasan secara
spiritual
e) Diskusikan tanda dan gejala perilaku kekerasan secara
intelektual
4) Diskusikan bersama pasien perilaku kekerasan yang biasa
dilakukan pada saat  marah   secara:
a) verbal
b) terhadap orang lain
c) terhadap diri sendiri
d) terhadap lingkungan
5) Diskusikan bersama pasien akibat perilakunya
6) Diskusikan bersama pasien cara mengontrol perilaku kekerasan
secara:
a) Fisik: pukul kasur dan batal, tarik nafas dalam
b) Obat
c) Social/verbal: menyatakan secara asertif rasa marahnya
d) Spiritual: sholat/berdoa sesuai keyakinan pasien
7) Latih pasien mengontrol perilaku kekerasan secara fisik:
a) Latihan nafas dalam dan pukul kasur – bantal
b) Susun jadwal latihan dalam dan pukul kasur – bantal
8) Latih pasien mengontrol perilaku kekerasan secara sosial/verbal
a) Latih mengungkapkan rasa marah secara verbal: menolak
dengan baik, meminta dengan baik, mengungkapkan
perasaan dengan baik
b) Susun jadwal latihan mengungkapkan marah secara verbal.
9) Latih mengontrol perilaku kekerasan secara spiritual:
a) Latih mengontrol marah secara spiritual: sholat, berdoa
b) Buat jadwal latihan sholat, berdoa
10) Latih mengontrol perilaku kekerasan dengan patuh minum obat:
a) Latih pasien minum obat secara teratur dengan prinsip lima
benar (benar nama
b) pasien, benar nama obat, benar cara minum obat, benar
waktu minum obat, dan benar dosis obat) disertai penjelasan
guna obat dan akibat berhenti minum obat
11) Susun jadwal minum obat secara teratur
a) Ikut sertakan pasien dalam Terapi Aktivitas Kelompok 
Stimulasi Persepsi mengontrol Perilaku Kekerasan
b) Susun jadwal minum obat secara teratur
12) Ikut sertakan pasien dalam Terapi Aktivitas Kelompok  Stimulasi
Persepsi mengontrol Perilaku Kekerasan

A. ORIENTASI:
“Selamat pagi  bu, perkenalkan nama perawat Fitria Rahmawati, panggil
saya perawat Fitria, saya perawat yang dinas di ruangan ini, Nama ibu
siapa, senangnya dipanggil apa? Bagaimana perasaan ibu saat  ini?, Masih
ada perasaan kesal atau marah? Baiklah kita akan berbincang-bincang
sekarang  tentang perasaan marah ibu” Berapa lama ibu mau kita
berbincang-bincang?” Bagaimana kalau 10 menit? Dimana enaknya kita
duduk untuk berbincang-bincang, bu? Bagaimana kalau di ruang tamu?”

B. KERJA:
“Apa yang menyebabkan ibu marah?, Abuah sebelumnya ibu pernah
marah? Terus, penyebabnya apa? Samakah dengan yang sekarang?.
O..iya, apakah ada penyebab lain yang membuat ibu  marah” “Pada saat
penyebab marah itu ada, seperti ibu stress karena pekerjaan atau masalah
uang. apa yang ibu rasakan?”
“Apakah ibu merasakan kesal kemudian dada ibu berdebar-debar, mata
melotot, rahang terkatup rapat, dan tangan mengepal?”
“Setelah itu apa yang ibu lakukan? O..iya, jadi ibu marah-marah,
membanting pintu dan memecahkan barang-barang, abuah dengan cara
ini stress ibu hilang? Iya, tentu tidak. Apa kerugian cara yang ibu
lakukan? Betul, istri jadi takut barang-barang pecah. Menurut ibu adakah
cara lain yang lebih baik? Maukah ibu belajar cara mengungkapkan
kemarahan dengan baik tanpa menimbulkan kerugian?”
”Ada beberapa cara untuk mengontrol kemarahan, bu. Salah satunya
adalahlah dengan cara fisik. Jadi melalui kegiatan fisik disalurkan rasa
marah.”
”Ada beberapa cara, bagaimana kalau kita belajar satu cara dulu?”
”Begini bu, kalau tanda-tanda marah tadi sudah ibu rasakan maka ibu
berdiri, lalu tarik napas dari hidung, tahan sebentar, lalu keluarkan/tiupu
perlahan –lahan melalui mulut seperti mengeluarkan kemarahan. Ayo
coba lagi, tarik dari hidung, bagus.., tahan, dan tiup melalui mulut. Nah,
lakukan 5 kali. Bagus sekali, ibu  sudah bisa melakukannya. Bagaimana
perasaannya?”
“Nah, sebaiknya latihan ini ibu lakukan secara rutin, sehingga bila
sewaktu-waktu rasa marah itu muncul ibu sudah terbiasa melakukannya”

C. TERMINASI
“Bagaimana perasaan ibu setelah berbincang-bincang tentang kemarahan
ibu?”
”Coba selama saya tidak ada, ingat-ingat  lagi penyebab marah ibu yang
lalu, apa yang ibu lakukan kalau marah yang belum kita bahas dan jangan
lupa latihan napas dalamnya ya bu. ‘Sekarang kita buat jadual latihannya
ya bu, berapa kali sehari ibu mau latihan napas dalam?, jam berapa saja
bu?”
”Baik, bagaimana kalau 2 jam lagi saya datang dan kita latihan cara yang
lain untuk mencegah/mengontrol marah. Tempatnya disini saja ya bu,
Selamat pagi” 
STARTEGI PELAKSANAAN PASIEN
RESIKO PERILAKU KEKERASAN

Masalah :Resiko Perilaku Kekerasan


Pertemuan :2
A. Proses Keperawatan
1. Kondisi Klien :
a. Data Subjektif
1) Klien mengatakan dendam dan jengkel
2) Klien menyalahkan dan menuntut
3) Klien mengatakan benci atau kesal pada seseorang
4) Klien mengancam.
b. Data Objektif
1) Muka merah dan tegang
2) Pandangan tajam
3) Bicara kasar
4) Suara tinggi, menjerit atau berteriak.
2. Diagnose Keperawatan : Resiko Perilaku Kekerasan
3. Tujuan khusus :
a. Mengevaluasi jadwal kegiatan harian pasien
b. Melatih klien mengontrol perilaku kekerasan dengan minum obat
c. Menganjurkan klien memasukkan dalam jadwal kegiatan harian.

B. Strategi Pelaksanaan
1. Orientasi
“Assalamu’alaikum Bu, sesuai dengan janji saya kemarin hari ini kita
ketemu lagi”
“ Bagaimana Bu, sudah dilakukan latihan tarik napas dalam, pukul kasur
bantal?, apa yang dirasakan setelah melakukan latihan secara teratur?.
Coba kita lihat cek kegiatannya”.  
“Bagaimana kalau sekarang kita bicara dan latihan tentang cara minum
obat yang benar untuk mengontrol rasa marah?”  
“Dimana enaknya kita berbincang -bincang? Bagaimana kalau di tempat
kemarin?”  
“Berapa lama Ibu A mau kita berbincang -bincang? Bagaimana kalau 15
menit”  
“Dimana kita bicara, Bagaimana kalau di ruang tamu?”

2. Fase Kerja
(perawat membawa obat pasien) 
“Ibu A sudah dapat obat dari dokter?”  
“Berapa macam obat yang Ibu A minum? Warnanya apa saja? Bagus! Jam
berapa Ibu A minum?”
“Bagus!” 
“Obatnya ada tiga macam Bu, yang warnanya oranye  namanya CPZ
gunanya agar pikiran tenang, yang putih ini namanya THP agar rileks,
dan yang merah jambu ini namanya HLP agar pikiran teratur dan rasa
marah berkurang. semuanya ini harus Ibu A minum 3 kali sehari jam 7
pagi, jam 1 siang, dan jam 7 malam”. 
“Bila nanti setelah minum obat mulut Ibu A terasa kering,   untuk
membantu mengatasinya Ibu A bisa minum air putih yang tersedia di
ruangan”. 
“Bila terasa mata berkunang -kunang, Ibu A sebaiknya istirahat dan
jangan beraktivitas dulu”  
“Nanti di rumah sebelum minum obat ini Ibu A lihat dulu label di kotak
obat  apakah sudah benar nama Ibu A tertulis disitu, berapa dosis yang
harus diminum, jam berapa saja harus diminum. Baca juga nama obatnya
sudah benar? Di sini minta obatnya pada suster kemudian cek lagi benar
obatnya!”  
“Jangan pernah menghentikan minum obat sebelum berkonsultasi dengan
dokter ya Bu, karena dapat terjadi kekambuhan.”  
“Sekarang kita masukkan waktu minum obatnya kedalam jadwal ya Bu.”  

3. Fase Terminasi
a. Evaluasi
“Bagaimana perasaan ibu setelah tahu cara mengotrol dengan minum
obat yang benar?”
“Coba Ibu sebutkan cara minum obat dengan benar? Bagus bu.”
b. Rencana Tindak Lanjut
“Sekarang kita tambahkan jadwal kegiatannya dengan minum obat.
Jangan lupa laksanakan semua dengan teratur ya”. 
“Besok pagi kita ketemu lagi kita akan latihan mengontrol perilaku
kekerasan dengan cara verbal meliputi mengungkapkan, meminta,
menolak dengan benar. Mau jam berapa Bu? Baik, jam 10 pagi ya.
Ditempat mana kita berbincang-bincang bu? Oh disini juga ya bu.
Baik bu saya izin pamit undur diri terlebih dahulu.
Wassalamu’alaikum wr wb”
SP 3 PASIEN RISIKO PERILAKU KEKERASAN
LATIHAN MENGONTROL PERILAKU KEKERASAN SECARA
SOSIAL/VERBAL
Masalah : Risiko Perilaku Kekerasan
Pertemuan :3
A. Proses Keperawatan
1. Kondisi Klien
a. Data subjektif
1) Klien mengatakan dandam dan jengkel
2) Klien menyalahkan dan menuntut
3) Klien mengatakan benci atau kesal pada seseorang
4) Klien mengancam
b. Data objektif
1) Muka merah dan tegang
2) Pandangan tajam
3) Bicara kasar
4) Suara tinggi,menjerit atau berteriak
2. Diagnosa Keperawatan
Risiko perilaku kekerasan
3. Tujuan Khusus
a. Mengevaluasi gejala PK dan memvalidasi kemampuan melaksanakan
jadwal kegitan latihan fisik 1,2 & obat. Memberikan pujian
b. Melatih cara mengontrol PK dengan cara verbal (3 cara, yaitu dengan
mengungkapkan, meminta, menolak dengan benar)
c. Memasukkan pada jadwal kegiatan untuk latihan fisik, minum oba dan
verbal
B. Strategi Pelaksanaan
1. Orientasi
“Selamat pagi ibu A, masih ingat dengan saya kan ?, sesuai dengan janji saya
kemarin sekarang kita ketemu lagi ya ibu A”
“bagaimana perasaan ibu A sekarang ?, apakah ibu masih ingat apa gejala
perilaku kekerasan ?, yah jawaban ibu A benar”
“ibu A apakah masih ingat bagaimana cara mengontrol perilaku kekerasan
dengan obat?, apakah ibu masih ingat berapa obat ibu dan apa saja
obatnya?,wah benar jawaban ibu, coba ibu A sebutan ada berapa prinsip benar
minum obat?, wah ternyata ibu A masih ingat ya, bagus sekali ibu A”
“apakah ibu A sudah melakukan latihan tarik napas dalam dan pukul kasur
bantal sesuai jadwal?, bagaimana perasaan ibu A setalah melakukan latihan
tarik napas dan pukul kasur bantal ?, apakah ibu A melakukan latihan secara
teratur ?, wah bagus sekali ya ibu melakukan latihan tarik nafas dan pukul
bantal guling dengan teratur”
“coba saya lihat jadwal harian kegiatan ibu A.wah bagus sekali ya ibu A
sudah melakukan latihan tarik napas dan pukul kasur bantal dan minum obat
secara teratur juga. Nah, kalau dilakukan sendiri tulis M, artinya mandiri,
kalau diingatkan suster baru ditulis B, artinya dibantu atau diingatkan, dan
kalau tidak dilakukan ditulis T, artinya belum bisa melakukan. Apakah ibu A
mengerti ?”
“bagaimana kalau sekarang kita latihan cara bicara untuk mencegah
marah ? .Dimana enaknya kita berbincang-bincang ibu A ?, bagaimana jika
ditaman samping ?. Ibu A mau berapa lama kita berbincang-bincang ?,
bagaimana kalau 20 menit ?”

2. Kerja
“Sekarang kita latihan cara bicara yang baik untuk mencegah marah. Kalau
marah sudah disalurkan melalui tarik nafas dalam dan pukul kasur bantal, dan
sudah lega, maka kita perlu bicara dengan orang yang membuat kita marah.
Untuk caranya sendiri ada tiga cara bu”
“ pertama, meminta dengan baik tanpa marah dengan nada suara yang rendah
serta tidak menggunakan kata-kata kasar. Kemarin ibu A bilang penyebab
marahnya karena minta uang ke suami tapi tidak dikasih. Coba ibu A minta
minta uang kepada suami dengan cara yang baik, contohnya : pak saya minta
uang untuk beli baju. Nanti ibu A bisa dipraktekkan disini untuk meminta
baju, minta makan, minta oat dan lain-lain. Coba sekarang ibu A praktekkan
sekarang. Wah bagus sekali ya ibu A, caranya begitu ya bu, harus meminta
dengan cara yang baik, jangan marah-marah pakai emosi”
“Kedua, menolak dengan baik, jika da yang menyuruh dan ibu A tidak ingin
melakukannya, katakan : Maaf, saya tidak bisa melakukannya karena sedang
ada urusan lain. Coba sekarang ibu A prektekkan sekarang. Wah bagus ya ibu
A”
“Ketiga, mengucapkan perasaan kesal, jika ada perlakuan orang lain yang
membuat kesal ibu A dapat mengatakan : saya jadi ingin marah karena
perkataanmu itu. Jadi ibu jangan langsung marah ya. Coba sekarang ibu A
praktekkan sekarang. Wah, bagus ya ibu A, caranya seperti itu ya bu jika ada
orang lain yang membuat kesal ibu”

3. Terminasi
“Bagaimana perasaan ibu A setelah kita berbincang-bincang tentang cara
mengontrol marah dengan berbicara yang baik ?”
“Coba ibu A sebutkan cara bicara yang baik yang telah kita pelajari tadi ?,
bagus sekali ibu A, dapat menjelaskan kembali apa yang sudah kita pelajari
tadi”
“sekarang mari kita masukkan dalam jadwal harian ibu A ya. Ibu A mau
latihan bicara yang baik berapa kali sehari bu ?,mau di jam berapa bu ?, bisa
kita buatkan jadwalnya?”
“ coba ibu A masukkan dalam jadwal harian ibu, misalnya meminta makan,
uang, obat, dll. Bagus nanti dicoba lagi ya ibu A”
“Bagimana kalau nanti sore kita ketemu lagi bu?, nanti kita akan
membicarakan cara lain untuk mengatasi rasa marah ibu yaitu dengan cara
ibadah, apakah ibu setuju?, nanti mau jam berapa bu ?, baik nanti jam 4 sore
ya, ibu A mau di tempat mana ?, tetep disini atau mau pindah?, baik disini lagi
ya bu”
“Baik sampai ketemu nanti lagi ya ibu A, selamat pagi”
SP 4 PASIEN RISIKO PERILAKU KEKERASAN
LATIHAN SPIRITUAL
Masalah : Risiko Perilaku Kekerasan
Pertemuan : 4
A. Proses Keperawatan
1. Kondisi Klien
a. Data subjektif
1) Klien mengatakan dandam dan jengkel
2) Klien menyalahkan dan menuntut
3) Klien mengatakan benci atau kesal pada seseorang
4) Klien mengancam
b. Data objektif
1) Muka merah dan tegang
2) Pandangan tajam
3) Bicara kasar
4) Suara tinggi,menjerit atau berteriak
2. Diagnosa Keperawata
Risiko perilaku kekerasan
3. Tujuan Khusus
a. Mengevaluasi gejala PK dan memvalidasi kemampuan
melaksanakan jadwal kegitan latihan fisik 1, 2 & obat, dan bicara
asertif. Memberikan pujian
b. Melatih cara mengontrol PK secara spiritual dengan berdoa.
c. Memasukkan pada jadwal kegiatan untuk latihan spiritual
B. Strategi Pelaksanaan
1. Orientasi
“Selamat pagi ibu A, masih ingat dengan saya kan ?, sesuai dengan janji
saya kemarin sekarang kita ketemu lagi ya ibu A”
“bagaimana perasaan ibu A sekarang ?, apakah ibu masih ingat apa
gejala perilaku kekerasan ?, yah jawaban ibu A benar”
“ibu A apakah masih ingat bagaimana cara mengontrol perilaku
kekerasan dengan berbicara yang baik?, apakah ibu masih ingat berapa
cara mengungkapkannya?,wah benar jawaban ibu, coba ibu A sebutkan
apa saja caranya?, wah ternyata ibu A masih ingat ya, bagus sekali ibu
A”
“apakah ibu A sudah melakukan latihan tarik napas dalam dan pukul
kasur bantal sesuai jadwal?, bagaimana perasaan ibu A setalah
melakukan latihan tarik napas dan pukul kasur bantal ?, apakah ibu A
melakukan latihan secara teratur ?, wah bagus sekali ya ibu melakukan
latihan tarik nafas dan pukul bantal guling dengan teratur”
“coba saya lihat jadwal harian kegiatan ibu A.wah bagus sekali ya ibu A
sudah melakukan latihan tarik napas dan pukul kasur bantal dan minum
obat secara teratur juga. Nah, kalau dilakukan sendiri tulis M, artinya
mandiri, kalau diingatkan suster baru ditulis B, artinya dibantu atau
diingatkan, dan kalau tidak dilakukan ditulis T, artinya belum bisa
melakukan. Apakah ibu A mengerti ?”
“bagaimana kalau sekarang kita latihan spiritual dengan
berdoa? .Dimana enaknya kita berbincang-bincang ibu A ?, bagaimana
jika ditaman samping ?. Ibu A mau berapa lama kita berbincang-bincang
?, bagaimana kalau 20 menit ?”
2. Kerja
“Sekarang kita latihan spiritual dengan berdoa ya. Kalau marah sudah
disalurkan melalui tarik nafas dalam dan pukul kasur bantal, dan
berbicara asertif, maka kita perlu berdoa agar diberikan kesembuhan dan
bisa pulih seperti sediakala.”
“ pertama, jika ibu sedang marah dan sudah melakukan latihan tarik napas
dalam, pukul bantal dan berbicara asertif tidak kunjung lega. Ada baiknya
jika ibu A mengambil wudhu. Salah satu manfaat dari wudhu adalah
meredam amarah, bu.”
“Kedua, jika ibu A selesai berwudhu. Agar mengoptimalkan manfaatnya
ibu A bisa sholat. Didahulukan sholat wajibnya baru yang sunnah, ya bu.”
“Ketiga, jika ibu sudah selesai sholat sebaiknya jangan langsung pergi.
Tetapi berdzikir mendekatkan diri kepada Tuhan dan berdoa memohon
agar dijauhkan dari amarah dan meminta kemudahan untuk
mengendalikan marah ibu.”
“Ibu A sudah tahukan sholat wajib ada berapa kali sehari? Iya, bemar, Bu.
Sholat wajib ada 5 kali sehari.”
“Bisa ibu sebutkan apa saja sholat wajib itu? Wah, ibu benar. Ada subuh,
dzuhur, ashar, maghrib, dan isya’ ya, bu.”
“Kalau dzikir ada berapa ibu? Benar ada 3. Bisa disebutkan apa saja 3
dzikir itu, bu?”
“Benar lagi, ada subhanallah, alhamdulilah, dan allahuakbar ya, bu.”
“Disamping itu tadi jangan lupa beristighfar jika saat ingin marah.
Niscaya jika ibu beristighfar, tidak jadi marah ya, bu.”
3. Terminasi
“Bagaimana perasaan ibu A setelah kita berbincang-bincang tentang cara
mengontrol marah dengan latihan spiritual?”
“Coba ibu A sebutkan cara latihan spiritual yang telah kita pelajari tadi ?,
bagus sekali ibu A, dapat menjelaskan kembali apa yang sudah kita
pelajari tadi”
“sekarang mari kita masukkan dalam jadwal harian ibu A ya. Ibu A
bersedia ya latihan spiritual 5 kali sehari bu ? dan tepat waktu ? bisa kita
buatkan jadwalnya?”
“ coba ibu A masukkan dalam jadwal harian ibu, misalnya berwudhu,
menunaikan sholat, berdzikir, dan berdoa. Bagus nanti jika sudah
memasuki waktu sholat bisa dipraktikkan ya ibu A”
“ bagus sekali bu,  ibu sudah bisa memahami dengan baik, jangan
lupa ya bu kegiatan tadi dituliskan setiap kali ibu melakukannya,
dan tak lupa kegiatan sebelumnya juga di catat ya bu”.
“Pertemuan depan kita bertemu kembali ya bu , nanti kita
bicar akan kembali empat cara untuk mengontrol saat sedang marah
yaitu latihan teknik nafas dalam dan pukul kasur, minum obat,
meminta dan menolak dengan cara yang baik serta latihan dengan
spiritual. Saya akan melihat kemampuan ibu A dalam melakukan
kegiatan yang sudah dibuat dalam jadwal ini dan bagaiman
perasaan Ibu A setelah melakukannya. I bu maunya dimana dan
jam berapa Bu ?’’
“Baiklah  Bu, kita sepakati pertemuan mendatang kita bertemu
ditempat yang sama dan di jam yang sama ya bu. Sebelum saya
pamit, apakah masih ada yang ingin Ibu A tanyakan?, jika tidak
saya pamit permisi ya Bu.”
“Assalamualaikum Wr. Wb. Selamat pagi, Ibu.”
SP 1 KELUARGA DENGAN RPK :
MELATIH KELUARGA TENTANG CARA MERAWAT KLIEN RESIKO
PERILAKU KEKERASAN

A. Proses Keperawatan
1. Kondisi Klien
a. Data subyektif
Keluarga klien mengatakan tidak mengerti tentang bagiaman cara
merawat klien
b. Data obyektif
Keluarga klien tampak bingung
2. Diagnosa Keperawatan : Keluarga dengan anggota keluarga Resiko
Perilaku Kekerasan
3. Tujuan Keluarga :
a. keluarga klien dapat mengerti tentang pengertian, tanda gejala, dan
jenis Perilaku Kekerasan yang di alami pasien" dan proses
terjadinya
b. Keluarga klien mengerti tentang cara merawat anggota dengan
perilaku kekerasan
4. Tindakan Keperawatan
SP I K
a. Bina hubungan saling percaya dengan mengungkapkan prinsip
komunikasi terapeutik
b. Mengidentifikasi apa yang dirasakan oleh keluarga pasien
c. Menjelaskan tentang pengertian, tanda gejala, dan jenis Perilaku
Kekerasan yang di alami pasien" dan proses terjadinya kepadda
keluarga pasien
d. Menjelaskaan tentang cara merawat anggota keluarga dengan
perilaku kekerassan
B. Strategi Komunikasi
1. Orientasi
a. Salam terapeutik
“Pernalkan saya Fitria mahasiswa dari keperawatan poltekkes Surakarta
yang ditugaskan oleh Rumah Sakit Jiwa untuk melakukan kunjungan
kerumah pasien yang bernama Nn. A ujuan kunjungan saya pada hari ini
ingin memberikan penyuluhan tentang peranan keluarga dalam merawat
Nn. A

b. Validasi
“Bagaimana keadaan Bapak/Ibu pagi ini?”
“Apa ada kesulitan dalam merawat Nn. A?”
c. Kontrak
1) Topik
“Bapak/Ibu hari ini kita akan berdiskusi mengenai masalah yang
dialami bagaimana cara merawat Nn.A .”
2) Tempat
“Bapak/Ibu mau berdiskusi diman? Baik diruang tamu ya bapak/ibu "
3) Waktu
“Bapak/Ibu mau berdiskusi berapa lama 20 menit atau 30 menit?. Baik
30 menit ya Bapak/Ibu.”
2. Kerja
“Kita mulai diskusinya Bapak/Ibu.”
“Coba Bapak/Ibu ceritakan terlebih dahulu apa yang Bapak/ibu ketahui
mengenai apa yang dialami Nn.A .”
“Baik, sekarang saya akan menjelaskan mengenai apa itu perilaku
kekerasan.”
“Perilaku kekerasan adalah keadaan dimana suatu respon seseorang terhadap
orang lain atau sesuatu yang merusak sebagai bentuk agresif fisik. Atau dapat
juga di artikan perilaku kekerasan merupakan hasil dari marah yang ekstrim
atau ketakutan sebagai respon terhadap perasaan terancam, baik berupa
ancaman serangan fisik atau konsep diri.”
“Sampai disini sudah paham mengenai perilaku kekerasan? Apa ada yang
ditanyakan Bapak/ Ibu ?. ”
“Bila tidak saya lanjutkan ya untuk tanda dan gejalanya.”
“Untuk tanda dan gejala yang muncul dapat berupa ancaman, ungkapan kata
kata yang kasar atau ungkapan ingin memukul/melukai. Dapat juga dilihat dari
wajah yang merah dan tegang, pandangan mata yang tajam saat berbicara,
mengepalkan tangan, bicara yang kasar, suara tinggi, melempar benda atau
bahkan memukul orang lain.”
“Apabila pasien dalam keadaan marah dan beresiko untuk melakukan perilaku
kekerasan yang perlu kita lakukan adalah tetap tenang, bicara dengan lembut
dan tegas, tetap menjaga jarak aman dan jauhkan benda-benda yang berbahaya
dari Nn. A ya Ibu/Bapak.”
“Bila nanti Nn. A masih dalam kondisi marah yang tidak terkontrol segera
bawa ke puskesma atau RSJ dengan kondisi sebelumnya diikat terlebih dahulu
agar tidak membahayakan. Jangan lupa untuk minta bantuan orang lain juga
agar lebih aman. Dan jelaskan alasan mengapa pasien perlu diikat yaitu agar
pasien tidak mencederai diri sendiri dan orang lain.”
“Bapak/ibu sudah mengerti kan bagaimana tanda-tanda kemarahan itu muncul.
Jangan lupa juga untuk mengingatkan latihan cara mengontrol marah yang
sudah dibuat yaitu secara fisik, verbal, spiritual dan obat teratur. Untuk latihan
Fisi itu seperti pukul kasur dan batal, tarik nafas dalam. Untuk latihan
Social/verba dapat menyatakan secara asertif rasa marahnya sedangkan
spiritual dapat sholat/berdoa sesuai keyakinan pasien.
“Jika nanti Nn. A bisa melakukan sesuai jadwal dengan baik  jangan lupa
dipuji agar pasien bersemangat.”
3. Terminasi
a. Evaluasi
1) Evaluasi Subyektif
“Bagaimana perasaan Bapak/Ibu setelah kita berdiskusi tadi?“
“Sudah mengerti mengenai kondisi Nn.R dan bagaimana cara
merawatnya?”
“Baik sudah mengerti ya Bapak/Ibu .”
2) Evaluasi Obyektif
“Sekarang coba Bapak/Ibu jelaskan kembali apa yang sudah saya jelaskan
tadi mengenai apa itu perilaku kekerasan dan bagaimana cara
merawatnya.”
b. Rencana Tindak Lanjut
“Untuk pertemuan selanjutnya kita akan mengevalusi apa yang sudah saya
sampaikan tadi sekaligus mempraktekkannya secara langsung pada Nn.A ya
Bapak/Ibu?.”
“Ingatkan juga tentang kegiatan yang sudah disepakati sesuai dengan jadwal
harian, dan juga kepatuhan dalam minum obat.”
c. Kontrak yang Akan Datang
1) Topik
”Kita akan mempraktekkan secara langsung cara merawat Nn.R ya
Bapak/Ibu ”
2) Waktu
“Kira-kira kapan Bapak/ Ibu ada waktu lagi. Baik Berarti kita bertemu
lagi besuk ya, mau jam berapa Bapak/Ibu. Baik jam 10.00 ya."
3) Tempat
“Dimana kita akan bertemu ? Baik kita bertemu lagi disini ya , terimakasih
Bapak/Ibu, saya pamit terlebih dahulu. Sampai jumpa.
Wassalamualaikum.”
STARTEGI PELAKSANAAN KELUARGA
RESIKO PERILAKU KEKERASAN

Masalah :Resiko Perilaku Kekerasan


Pertemuan :2

A. Proses Keperawatan
1. Kondisi Klien
Data subjektif : Klien mengatan sudah bisa mengontrol emosi jika kesaL
2. Data objektif :
a. Klien tampak mengepalkan tangan kanannya
b. Kontak mata perawat dank lien terjalin
c. Klien tampak kooperatif
3. Diagnosa Keperawata
Resiko perilaku kekerasan
4. Tujuan
Mampu mengontrol/mencegah perilaku kekerasan dengan minum obat
teratur
5. Tindakan Keperawatan (sesuai SP)
SP 2 : Mengontrol perilaku kekerasan dengan cara minum obat secara
teratur

B. Strategi Komunikasi dalam Pelaksanaan Tindakan Keperawatan


1. ORIENTASI
a. Salam terapeutik
“Selamat pagi Ibu "A", masih ingat dengan saya kan?
b. Evaluasi/ validasi
“Bagaimana Bu, sudah makan siang sudah diminum obatnya, ?
Apa Ibu sudah mencoba cara yang saya berikan kemarin? Ibh
masih ingat cara yang kemarin kan?”
c. Kontrak
“Bagaimana kalau sekarang kita bicara dan latihan tentang cara
minum obat yang benar untuk mengontrol rasa marah? Dimana
enaknya kita berbincang-bincang? Bagaimana kalau ditempat tadi?
Berapa lama Ibu "A" mau kita berbincang-bincang? Bagaimana
kalau 15 menit?”

2. KERJA
“Ibu "A"sudah dapat obat dari dokter? Berapa macam obat yang Ibu
minum? warnanya apa saja? Bagus, jam berapa di minum? Bagus.
Obatnya ada 3 macam, yang warnanya oranye namanya CPZ gunanya
agar pikiran tenang, yang putih namanya THP agar rileks dan tidak
tegang, dan yang merah jambu ini namanya HLP rasa marah berkurang.
Semuanya ini harus Ibu minum 3x sehari jam 7 pagi, jam 1 siang, dan jam
7 malam. Bila nanti setelah minum obat mulut bapak terasa kering, untuk
membantu mengatasinya bapak bias mengisap-isap es batu. Bila terasa
berkunang-kunang, bapak sebaiknya istirahat dan jangan beraktivitas
dulu. Nanti dirumah sebelum minum obat ini Ibu lihat dulu label di kotak
obat apakah benar nama Ibu tertulis disitu, berapa dosis yang harus
diminum, jam berapa saja harus diminum, baca juga apakah nama
obatnya sudah benar? Disini minta obatnya pada suster kemudian cek lagi
apakah benar obatnya. Jangan penah menghentikan minum obat sebelum
berkonsultasi dengan dokter ya, karena dapat terjadi kekambuhan.
Sekarang kita masukkan waktu minum obat kedalam jadwal ya”
3. TERMINASI
a. Evaluasi respon klien terhadap tindakan keperawatan
1) Evaluasi subjektif :
“Bagaimana perasaan Ibu "A" setelah kita bercakap-cakap
tentang cara kita minum obat yang benar?”
2) Evaluasi objektif :
“Coba Ibu "A"sebutkan lagi jenis jenis obat yang Ibu minum.
Bagaiman cara minum obat yang benar? Nah, sudah berapa
cara mengontrol perasaan marah yang kita pelajari?
b. Tindak lanjut klien (apa yang perlu dilatih klien sesuai dengan hasil
tindakan yang telah dilakukan):
“Sekarang kita tambahkan jadwal kegiatannya dengan minum obat.
Jangan lupa laksanakan semua dengan teratur ya.”
c. Kontrak yang akan dating
“Baik, besok kita ketemu lagi untuk latihan dengan cara yang
ketiga, besok sekitar jam 09:00 WIB bagaimana Bu ? Ibu mau?
Bagaimana kalo besok kita berbincang-bincang lagi disini? Baik Bu
, selamat siang.”
STRATEGI PELAKSANAAN TINDAKAN KEPERAWATAN
RESIKO PERILAKU KEKERASAN

Masalah Keperawatan: Resiko Perilaku Kekerasan


Pertemuan : SP 3 Keluarga

A. Proses Keperawatan
1. Kondisi pasien :
a. Klien mengatakan pernah melakukan tindak kekerasan
b. Pembicaraan klien kasar jika dia menceritakan marahnya
c. Mata klien melotot dan pandangan tajam saat menatap orang lain
d. Nada suara tinggi, tangan mengepal saat berbicara dengan orang lain
e. Klien sering berteriak,melempar dan memukul
2. Diagnosa Keperawatan : Resiko perilaku kekerasan
3. Tujuan Khusus :
a. Tujuan Umum
Keluarga mampu merawat anggota keluarga dengan RPK
b. Tujuan Khusus
1) Keluarga mampu membuat jadwal aktivitas di rumah termasuk
minum obat secara mandiri
2) Keluarga mematuhi jadwal yang telah dibuat untuk kesembuhan
klien
3) Keluarga mengerti/memahami follow up yang telah diarahkan
pada klien.
4. Tindakan Keperawatan
a. Evaluasi kegiatan keluarga dalam merawat/melatih pasien fisik 1 &
2, memberikan obat, beri pujian
b. Latih cara membimbing verbal/bicara
c. Latih cara membimbing kegiatan spiritual
d. Membantu keluarga membuat jadwal aktivitas di rumah trmasuk
minum obat (discharge planning)
e. Menjelaskan follow up klien setelah pulang
B. Strategi Pelaksanaan
1. Fase orientasi
a. Salam Teraupetik
“Selamat pagi Mbak, bolehkah kita berbincang-bincang sebentar?
saya dinas pada pagi hari ini mulai pukul 07.00-14.00. Senang bisa
berjumpa mbak kembali”
b. Validasi
“Bagimana perasaan mbak, selama mbak membesuk apakah sudah
terus berlatih cara merawat ibu? Apakah sudah dipuji
keberhasilannya?”
c. Kontrak
“Dikarenakan besok Ibu A sudah boleh pulang, maka sesuai janji
kita kemarin, bagaimana kita bicarakan mengenai jadwal di rumah?
Bagaimana mbak apakah mbak bersedia? Mbak mau berbincang-
bincang berapa lama dan dimana? 30 menit ya bu? Baiklah mbak.”

2. Fase Kerja
“Baiklah, kita mulai sekarang ya mbak, mbak jadwal yang telah dibuat
selama Ibu A di rumah sakit tolong dilanjutkan dirumah, baik jadwal
aktivitas maupun jadwal minum obanya. Mari kita lihat jadwal Ibu A,
hal-hal yang perlu diperhatikan lebih lanjut adalah perilaku yang
ditampilkan oleh Ibu selama di rumah, dalam mengingatkan ibadah
sesuai waktu ibadah, jangan lupa untuk beri ujin setiap tindakan positif
yang dilakukan Ibu A ya. Kalau misalnya Ibu A menolak minum obat
atau memperlihatkan perilaku membahayakan orang lain. Jika hal itu
terjadi segera datang ke puskesmas atau pelayanan kesehatan terdekat ya,
nanti petugas puskesmas tersebut yang akan memantau perkembangan
Ibu selama dirumah”

3. Fase Terminasi
a. Kesimpulan
“Baik mbak, tadi kita sudah mendiskusikan dan mempraktekkan cara
merawat Ibu A dirumah ya”
b. Evaluasi
1) Evaluasi Subyektif
“Bagaimana perasaan Mbak setelah kita berbincang-bincang
cara merawat Ibu A dirumah?”
2) Evaluasi obyektif
“Coba Mbak jelaskan lagi bagiamana cara merwat Ibu A
dirumah”
“Apakah ada yang ingin ditanyakan?”
c. Rencana tindak lanjut
“Jangan lupa ya mbak, materi yang telah saya ajarkan 3 hari ini, baik
cara merawat Ibu A maupun mengatur jadwal Ibu dirumah nanti
diterapkan ya, silakan menyelesaikan administrasi ya mbak, saya
akan persiapkan pakaian dan obat.”
d. Kontrak
“Saya rasa pertemuan kali ini cukup ya Mbak, karena Ibu sudah
boleh pulang, nanti silakan Mbak datang lagi untuk memeriksakan
atau mengontrolkan kadaan Ibu A ya, waktunya satu bulan
kemudian, saya permisi dulu, selamat pagi”

STRATEGI PELAKSANAAN TINDAKAN KEPERAWATAN


RESIKO PERILAKU KEKERASAN
Masalah Keperawatan: Resiko Perilaku Kekerasan
Pertemuan : SP 4 Keluarga

A. Proses Keperawatan
1. Kondisi Klien
a. Data Subjektif
Klien mengatakan sudah mengetahui perasaan marah dan akibat
tindakan yang dilakukan saat marah
b. Data Objektif
Klien tampak tenang dan kooperatif
2. Diagnosa Keperawatan : Resiko perilaku kekerasan
3. Tujuan :
a. Keluarga mampu membuat jadwal aktivitas di rumah termasuk
minum obat secara mandiri. 
b. Keluarga mematuhi jadwal yang telah dibuat untuk kesembuhan
klien. 
c. Keluarga mengerti/memahami follow up yang telah diarahkan
pada klien.
4. Tindakan Keperawatan
a. Membantu keluarga membuat jadwal aktivitas di rumah
termasuk minum obat (discharge planning)
b. Menjelaskan follow up klien setelah pulang

B. Strategi Komunikasi
1. Orientasi
a. Salam Terapeutik
“Assalamualaikum, , Mbak. Masih ingatkah dengan saya kan,
Mbak?
b. Evaluasi Validasi
“Bagaimana mbak, selama mbak membesuk apakah sudah terus
berlatih cara merawat bapak? Apakah sudah dipuji
keberhasilannya?”
c. Kontrak
1) Topik
“Karena besok ibu sudah boleh pulang, maka sesuai janji kita
sekarang ketemu, nah sekarang bagaimana kalau kita
bicarakan jadwal di rumah?”
2) Waktu
“Berapa lama mbak mau kita berbicara? Bagaimana kalau 30
menit?”
3) Tempat
“Dimana kita akan berbincang-bincang? Bagaimana kalau
birbincang-bincangnya disini saja?”
d. Kerja
“Mbak, jadwal yang telah dibuat selama ibu di rumah sakit tolong
dilanjutkan dirumah, baik jadwal aktivitas maupun jadwal minum
obatnya. Mari kita lihat jadwal ibu ”
“Hal-hal yang perlu diperhatikan lebih lanjut adalah perilaku yang
ditampilkan oleh ibu selama di rumah. Kalau misalnya ibu
menolak minum obat atau memperlihatkan perilaku
membahayakan orang lain. Jika  hal ini terjadi segera datang ke
puskesmas atau pelayanan kesehatan terdekat ya”
“Nanti petugas puskemas tersebut yang akan memantau
perkembangan ibu selama dirumah”
e. Terminasi
1) Evaluasi
a) Evaluasi Subjektif
“Bagaimana Mbak apakah sudah paham? Ada yang
ingin ditanyakan?
b) Evaluasi Objektif
“Coba Mbak sebutkan apa saja yang perlu
diperhatikan” (jadwal kegiatan, tanda atau gejala, follow
up ke Puskesmas).
2) Rencana Tindak Lanjut
“Jangan lupa ya, Mbak materi yang telah saya ajarkan 3 hari
ini, baik cara merawat ibu maupun mengatur jadwal bapak
dirumah nanti diterapkan, ya.”
“Baiklah, silakan menyelesaikan administrasi ya, Mbak”
“Saya akan persiapkan pakaian dan obat.”
3) Kontrak
a) Topik
“Karena ibu sudah boleh pulang, nanti silahkan mbak
datang lagi untuk memeriksakan atau mengontrolkan
keadaan bapak ya, Mbak. Bagaimana perkembangan
kondisi bapak”
b) Waktu
“Satu bulan kemudian ya, Mbak.”
c) Tempat
“Tempatnya nanti silahkan datang ke poliklinik lagi
ya, Mbak.”

Anda mungkin juga menyukai