PENDAHULUAN
penjelasan :
a. Assertif adalah mengungkapkan marah tanpa menyakiti, melukai perasaan
orang lain, atau tanpa merendahkan harga diri orang lain.
b. Frustasi adalah respon yang timbul akibat gagal mencapai tujuan atau
keinginan. Frustasi dapat dialami sebagai suatu ancaman dan kecemasan.
Akibat dari ancaman tersebut dapat menimbulkan kemarahan.
c. Pasif adalah respon dimana individu tidak mampu mengungkapkan
perasaan yang dialami.
d. Agresif merupakan perilaku yang menyertai marah namun masih dapat
dikontrol oleh individu. Orang agresif bisaanya tidak mau mengetahui hak
orang lain. Dia berpendapat bahwa setiap orang harus bertarung untuk
mendapatkan kepentingan sendiri dan mengharapkan perlakuan yang sama
dari orang lain.
e. Amuk adalah rasa marah dan bermusuhan yang kuat disertai kehilangan
control diri. Pada keadaan ini individu dapat merusak dirinya sendiri
maupun terhadap orang lain.
2.3. Etiologi
a. Faktor Predisposisi Menurut Yusuf (2015), terdapat faktor predisposisi
dan faktor presipitasi terjadinya perilaku kekerasan, yaitu:
1. Psikoanalisis Teori ini menyatakan bahwa perilaku agresif merupakan
hasil dari dorongan insting
2. Psikologis Bredasarkan teori frustasi-agresif, agresivitas timbul
sebagai hasil dari peningkatan frustasi. Tujuan tidak trecapai dapat
menyebabkan frustasi berekepanjangan.
3. Biologis Bagian-bagian otak yang berhubungan dengan terjadinya
agresivitas sebagai berikut : (Stuart, 2016)
b. Faktor Presipitasi : Faktor presipitasi dapat bersumber dari klien,
lingkungan atau interaksi dengan orang lain. Kondisi klien seperti
kelemahan fisik, keputusasaan, ketidak berdayaan, percaya diri yang
kurang dapat menjadi perilaku kekerasan. Demikian pula dengan situasi
lingkungan yang ribut, padat, kritikan yang mengarah pada penghinaan,
kehilangan orang yang dicintai atau pekerjaan dan kekerasan merupakan
faktor penyebab lain (Parwati, Dewi & Saputra 2018).
2.4.Tanda dan gejala
Menurut Keliat (2016), tanda dan gejala perilaku kekerasan sebagai
berikut :
a. Emosi: tidak adekuat, tidak aman, rasa terganggu, marah (dendam), dan
jengkel
b. Intelektual: mendominasi, bawel, sarkasme, berdebat, dan meremehkan
c. Fisik: muka merah, pandangan tajam, napas pendek, keringat, sakit fisik,
penyalahgunaan zat, tekanan darah meningkat
d. Spiritual: kemahakuasaan, kebijakan/kebenaran diri, keraguan, tidak
bermoral, kebejatan, kreativitas terlambat.
e. Sosial : menarik diri, pengasingan, penolakan, kekerasan, ejekan, dan
humor.
2.5.Karakteristik
a. Menyerang atau menghindar
b. Menyatakan secara asertif
c. Memberontak
d. Tindakan kekerasan atau amuk yang ditujukan akibat konflik perilaku
untuk menarik perhatian orang lain.
2.6.Penatalaksanaan
a. penatalaksanaan medis
1. Nozinan, yaitu sebagai pengontrol perilaku psikososial.
2. Halloperidol, yaitu mengontrol psikosis dan prilaku merusak diri
3. Thrihexiphenidil, yaitu mengontro perilaku merusak diri dan
menenangkan hiperaktivitas.
4. ECT (Elektro Convulsive Therapy), yaitu menenangkan klien bila
mengarah pada keadaan amuk
b. Penatalaksanaan keperawatan
1. Psikoterapeutik
2. Lingkungan terapieutik
3. Kegiatan hidup sehari-hari (ADL)
4. Pendidikan kesehatan
2.7.Pohon masalah
perilaku kekerasan
3.4.Implementasi keperawatan
Menurut Keliat (2012) implementasi keperawatan disesuaikan dengan
rencana tindakan keperawatan dengan memperhatikan dan mengutamakan
masalah utama yang aktual dan mengancam integritas klien beserta
lingkungannya. Sebelum melaksanakan tindakan keperawatan yang sudah
direncanakan, perawat perlu menvalidasi apakah rencana tindakan
keperawatan masih dibutuhkan dan sesuai dengan kondisi klien pada saat ini.
Hubungan saling percaya antara perawat dengan klien merupakan dasar utama
dalam pelaksanaan tindakan keperawatan. Dermawan (2013) menjelaskan
bahwa tindakan keperawatan dengan pendekatan strategi pelaksanaan (SP)
perilaku kekerasan terdiri dari :
a. SP 1 (pasien) : membina hubungan saling percaya, membantu klien
mengenal penyebab perilaku kekerasan, membantu klien dalam mengenal
tanda dan gejala dari perilaku kekerasan.
b. SP 2 (pasien) : maembantu klien mengontrol perilaku kekerasan dengan
memukul bantal atau kasur.
c. SP 3 (pasien) : membantu klien mengontrol perilaku kekerasan seacara
verbal seperti menolak dengan baik atau meminta dengan baik.
d. SP 4 (pasien) : memabantu klien mengontrol perilaku kekerasan secara
spiritual dengan cara sholat atau berdoa.
e. SP 5 (pasien) : membantu klien dalam meminum obat seacara teratur.
3.5.Evaluasi
Evaluasi merupakan proses berkelanjutan untuk menilai efek dari
tindakan keperawatan pada klien. Evaluasi dilakukan terus menerus pada
respons klien terhadap tindakan keperawatan yang telah dilaksanakan.
Evaluasi proses atau pormatif dilakukan setiap selesai melakukan tindakan.
Evaluasi dapat dilakukan dengan menggunakan SOAP sebagai pola pikirnya.
(Keliat, 2011).
S : Respon subjektif klien terhadap intervensi keperawatan yang telah
dilaksanakan.
O : Respon objektif keluarga terhadap tindakan keperawatan yang telah di
laksanakan.
A : Analisa ulang data subjektif dan objektif untuk menyimpulkan apakah
masalah masih tetap atau muncul masalah baru atau ada data yang
kontradikdif dengan masalah yang ada
P : Perencanaan atau tindak lanjut berdasar hasil analisa pada respon
keluarga.