Anda di halaman 1dari 19

BAB 1

PENDAHULUAN

1.1. Latar belakang


Perilaku kekerasan adalah nyata melakukan kekerasan ditujukan pada
diri sendiri atau orang lain secara verbal maupun non verbal dan dan pada
lingkungan (Depkes RI,2006). Perilaku kekerasan dapat dibagi dua menjadi
perilaku kekerasan secara verbal dan fisik. Setiap aktivitas bila tidak di cegah
dapat mengarah pada kematian
Berdasarkan data Nasional di Indonesia meningkat antara 10-20%.
Gangguan yang dimaksud adalah gangguan jiwa dengan prilaku kekerasan
osekitar 0.8% atau 10.000 orang terdapat 8 penderita gangguan jiwa atau
kegilaan (syamsul hadi, 2010). Berdasarkan survey awal didapatkan data dari
medical record pada tahun 2016 di RS.Jiwa Prof. HB. Sa’anin Padang pasien
dengan gangguan jiwa sebanyak 10.365 jiwa dengan pasien khususnya
perilaku kekerasan yaitu jumlah pasien dengan gangguan perilaku kekerasan
mengalami peningkatan, bulan Desember 2016 di dapatkan data sebanyak 41
orang mengalami gangguan perilaku kekerasan, pada bulan Januari sebanyak
33 orang, dan bulan Februari 2017 sebanyak 44 orang. Sedangkan pasien
perilaku kekerasan di bulan maret sementara 21 orang dari total 27 pasien.
Hasil penelitian Elita,dkk di Rumah Sakit Jiwa Tampan Pekan Baru tahun
2010, mencatat bahwa perilaku kekerasan memiliki presentase tertinggi
kedua setelah halusinasi, yaitu sebesar 20,92. Data yg ditemukan di semua
ruangan RSJ. Prof. HB Saanin Padang pada 3 bulan terakhir ruangan yang
memiliki pasien dengan perilaku kekerasan terbanyak yaitu di ruangan
merpati dengan 129 orang pasien perilaku kekerasan dari total 155 orang
pasien yang dirawat di ruangan tersebut, merupakan jumlah terbanyak dari
semua ruangan yang ada.
Proses terjadinya perilaku kekerasan dimana individu merasa dirinya
tidak bisa mencapai apa yang diinginkan atau ada hambatan dalam
pencapaian tujuan , sehingga menyebabkan individu tidak bisa meyelasaikan
masalah maka munculah perilaku seperti marah, bicara kasar dan menuntut ,
bermusuhan dan hilang control diri, sehingga individu dapat merusak diri
sendiri , orang lain dan lingkungan .
penyelesaian yang saya lakukan pada masalah perilaku kekerasan
dilakukan dengan cara komunikasi terapeutik, bertujuan dan dipusatkan untuk
kesembuhan klien. Komunikasi terapeutik memperhatikan klien secara
holistik meliputi aspek keselamatan. serta melakukan tindakan asuhan
keperawatan, Selain itu hubungan saling percaya antara perawat dan klien
1.2. Tujuan
a) Tujuan umum
Mampu memberikan asuhan keperawatan secara holistik dan
komprehensif pada masalah perilaku kekerasan
b) Tujuan khusus
1. Mampu memahami konsep masalah keperwatan perilaku kekerasan
2. Mampu melakukan pengkajian pada masalah perilaku kekerasan
3. Mampu melakukan dan menegakan diagnose pada masalah perilaku
kekerasan
4. Mampu melakukan perencanaan keperawatan pada masalah perilaku
kekerasan
5. Mampu melakukan implementasi keperawatan pada masalah perilaku
kekerasan
6. Mampu melakukan evaluasi pada masalah perilaku kekerasan
BAB 2
LANDASAN TEORI
2.1.Definisi perilaku kekerasan
Perilaku kekerasan merupakan respon maladaptif dari kemarahan, hasil
dari kemarahan yang ekstrim ataupun panik. Perilaku kekerasan yang timbul
pada klien skizofrenia diawali dengan adanya perasaan tidak berharga,
takut,dan ditolak oleh lingkungan sehingga individu akan menyingkir dari
hubungan interpersonal dengan oran lain (Pardede, Keliat & Yulia, 2015).
Perilaku kekerasan adalah salah satu respon terhadap stressor yang
dihadapi oleh seseorang yang dihadapi oleh seeorang yang di tunjukan dengan
perilaku kekerasan baik pada diri sediri maupun orang lain dan lingkungan
baik secara verbal maupun non-verbal. Bentuk perilaku kekerasan yang
dilakukan bisa amuk, bermusuhan yang berpotensi melukai, merusak baik
fisik maupun kata-kata (Kio, Wardana & Arimbawa, 2020).
Perilaku kekerasan adalah suatu bentuk perilaku yang bertujuan melukai
seseorang secara fisik maupun psikologis dapat terjai dalam dua bentuk yaitu
saat berlangsung kekerasan atau riwayat perilaku kekerasan. Perilaku
kekerasan merupakan respon maladaptif dari marah akibat tidak mampu klien
untuk mengatasi strssor lingkungan yang dialaminya (Estika, 2021).
2.2.Rentang respon
Respon adaptif Respon maladaptif

Asetif Frustasi Pasif Agrsif kekerasan

penjelasan :
a. Assertif adalah mengungkapkan marah tanpa menyakiti, melukai perasaan
orang lain, atau tanpa merendahkan harga diri orang lain.
b. Frustasi adalah respon yang timbul akibat gagal mencapai tujuan atau
keinginan. Frustasi dapat dialami sebagai suatu ancaman dan kecemasan.
Akibat dari ancaman tersebut dapat menimbulkan kemarahan.
c. Pasif adalah respon dimana individu tidak mampu mengungkapkan
perasaan yang dialami.
d. Agresif merupakan perilaku yang menyertai marah namun masih dapat
dikontrol oleh individu. Orang agresif bisaanya tidak mau mengetahui hak
orang lain. Dia berpendapat bahwa setiap orang harus bertarung untuk
mendapatkan kepentingan sendiri dan mengharapkan perlakuan yang sama
dari orang lain.
e. Amuk adalah rasa marah dan bermusuhan yang kuat disertai kehilangan
control diri. Pada keadaan ini individu dapat merusak dirinya sendiri
maupun terhadap orang lain.
2.3. Etiologi
a. Faktor Predisposisi Menurut Yusuf (2015), terdapat faktor predisposisi
dan faktor presipitasi terjadinya perilaku kekerasan, yaitu:
1. Psikoanalisis Teori ini menyatakan bahwa perilaku agresif merupakan
hasil dari dorongan insting
2. Psikologis Bredasarkan teori frustasi-agresif, agresivitas timbul
sebagai hasil dari peningkatan frustasi. Tujuan tidak trecapai dapat
menyebabkan frustasi berekepanjangan.
3. Biologis Bagian-bagian otak yang berhubungan dengan terjadinya
agresivitas sebagai berikut : (Stuart, 2016)
b. Faktor Presipitasi : Faktor presipitasi dapat bersumber dari klien,
lingkungan atau interaksi dengan orang lain. Kondisi klien seperti
kelemahan fisik, keputusasaan, ketidak berdayaan, percaya diri yang
kurang dapat menjadi perilaku kekerasan. Demikian pula dengan situasi
lingkungan yang ribut, padat, kritikan yang mengarah pada penghinaan,
kehilangan orang yang dicintai atau pekerjaan dan kekerasan merupakan
faktor penyebab lain (Parwati, Dewi & Saputra 2018).
2.4.Tanda dan gejala
Menurut Keliat (2016), tanda dan gejala perilaku kekerasan sebagai
berikut :
a. Emosi: tidak adekuat, tidak aman, rasa terganggu, marah (dendam), dan
jengkel
b. Intelektual: mendominasi, bawel, sarkasme, berdebat, dan meremehkan
c. Fisik: muka merah, pandangan tajam, napas pendek, keringat, sakit fisik,
penyalahgunaan zat, tekanan darah meningkat
d. Spiritual: kemahakuasaan, kebijakan/kebenaran diri, keraguan, tidak
bermoral, kebejatan, kreativitas terlambat.
e. Sosial : menarik diri, pengasingan, penolakan, kekerasan, ejekan, dan
humor.
2.5.Karakteristik
a. Menyerang atau menghindar
b. Menyatakan secara asertif
c. Memberontak
d. Tindakan kekerasan atau amuk yang ditujukan akibat konflik perilaku
untuk menarik perhatian orang lain.
2.6.Penatalaksanaan
a. penatalaksanaan medis
1. Nozinan, yaitu sebagai pengontrol perilaku psikososial.
2. Halloperidol, yaitu mengontrol psikosis dan prilaku merusak diri
3. Thrihexiphenidil, yaitu mengontro perilaku merusak diri dan
menenangkan hiperaktivitas.
4. ECT (Elektro Convulsive Therapy), yaitu menenangkan klien bila
mengarah pada keadaan amuk
b. Penatalaksanaan keperawatan
1. Psikoterapeutik
2. Lingkungan terapieutik
3. Kegiatan hidup sehari-hari (ADL)
4. Pendidikan kesehatan
2.7.Pohon masalah

Resiko menciderai diri sendiri, orang lain dan


lingkungan

perilaku kekerasan

Gangguan konsep diri :


Harga diri rendah
BAB 3
KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN
3.1.Pengkajian
a. Identitas
Nama, umur, jenis kelamin, No MR, tanggal masuk RS, tangal pengkajian.
b. Alasan masuk
Biasanya klien masuk dengan alasan sering mengamuk tanpa sebab,
memukul, membanting, mengancam, menyerang orang lain, melukai diri
sendiri, mengganggu lingkungan, bersifat kasar dan pernah mengalami
gangguan jiwa dimasa lalu kambuh karena tidak mau minum obat secara
teratur (Keliat,2016).
c. Faktor Predisposisi
1. Biasanya klien pernah mengalami gangguan jiwa pada masa lalu dan
pernah dirawat atau baru pertama kali mengalami gangguan jiwa
(Parwati, Dewi & Saputra 2018).
2. Biasanya klien berobat untuk pertama kalinya kedukun sebagai
alternative serta memasung dan bila tidak berhasil baru di bawa
kerumah sakit jiwa.
3. Trauma. Biasnya klien pernah mengalami atau menyaksikan
penganiayaan fisik, seksual, penolakan, dari lingkungan.
4. Biasanya ada anggota keluarga yang mengalami gangguan jiwa, kalau
ada hubungan dengan keluarga, gejala, pengobatan dan perawatan. e
5. Biasanya klien pernah mengalami pengalaman masa lalu yang tidak
menyenangkan misalnya, perasaan ditolak, dihina, dianiaya, penolakan
dari lingkungan
d. Fisik
1. Ukur dan observasi tanda-tanda vital seperti tekanan darah akan
bertambah naik, nadi cepat, suhu, pernapasan terlihat cepat.
2. Ukur tinggi badan dan berat badan.
3. Yang kita temukan pada klien dengan prilaku kekerasan pada saat
pemeriksaan fisik (mata melotot, pandangan tajam, tangan mengepal,
rahang mengatup, wajah memerah)
4. Verbal (mengancam, mengupat kata-kata kotor, berbicara kasar dan
ketus).
e. Psikososial
1. Genogram
Genogram dibuat generasi keatas yang dapat menggambarkan
hubungan klien dengan keluarga. Tiga generasi ini dimaksud
jangkauan yang mudah diingat oleh klien maupu keluarg apa dasaat
pengkajian.
2. Konsep diri
Biasanya ada anggota tubuh klien yang tidak disukai klien yang
mempengaruhi keadaan klien saat berhubungan dengan orang lain
sehingga klien merasa terhina, diejek dengan kondisinya tersebut.
a) Identitas
Biasanya pada klien dengan prilaku kekerasan tidak puas dengan
pekerjaannya, tidak puas dengan statusnya, baik disekolah, tempat
kerja dan dalam lingkungan tempat tinggal
b) Harga diri Biasanya klien dengan risiko prilaku kekerasan
hubungan dengan orang lain akan terlihat baik, harmoni sata
terdapat penolakan atau klien merasa tidak berharga, dihina, diejek
dalam lingkungan keluarga maupun diluar lingkungan keluarga.
c) Peran diri Biasanya klien memiliki masalah dengan peranatau
tugas yang diembannya dalam keluarga, kelompok atau masyarakat
dan biasanya klien tidak mampu melaksanakan tugas dan peran
tersebut dan merasa tidak berguna.
d) Ideal diri Biasanya klien memilki harapan yang tinggi terhadap
tubuh, posisi dan perannya baik dalam keluarga, sekolah, tempat
kerja dan masyarakat.
f. Hubungan sosial
1. Orang yang berarti Tempat mengadu, berbicara
2. Kegiatan yang diikuti klien dalam masyarakat dan apakah klien
berperan aktif dalam kelompok tersebut
3. Hambatan dalam berhubungan dengan orang lain/tingkat keterlibatan
klien dalam hubungan masyarakat.
g. Spiritual
1. Nilai dan keyakinan : Biasanya klien mengatakan bahwa dia tidak
mengalami gangguan jiwa.
2. Kegiatan ibadah : Biasaya dalam selama sakit klien jarang melakukan
ibadah.
h. Status mental
1. Penampilan: Biasanya penampilan klien kotor.
2. Pembicaraan: Biasanya pada klien prilaku kekerasan pada saat
dilakukan pengkajian bicara cepat,keras, kasar, nada tinggi dan mudah
tersinggung.
3. Aktivitas motorik: Biasanya aktivitas motoric klien dengan prilaku
kekerasan akan terlihat tegang, gelisah, gerakan otot muka
berubahubah, gemetar, tangan mengepal, dan rahang dengan kuat.
4. Alam perasaan: Biasanya akan merasa sedih dan menyesali apa yang
telah dilakukan
5. Efek: Biasanya klien mudah tersinggung dan sering marah-marah
tanpa sebab
6. Interaksi selama wawancara: Biasanya klien dengan risiko prilaku
kekerasan akan terlihat bermusuhan, curiga, tidak kooperatif, tidak
mau menatap lawan bicara dan mudah tersinggung.
7. Persepsi : Biasanya klien dengan prilaku kekerasan masih dapat
menjawab pertanyaan dengan jelas
8. Isi Pikir : Biasanya klien meyakini dirinya tidak sakit, dan baik-baik
saja.
9. Tingkat kesadaran : Biasanya klien prilaku kekerasan kadang tampak
bingung,
10.Memori :Biasanya klien diwaktu wawancara dapat mengingat kejadian
yang terjadi dan mengalami gangguan daya ingat jangka panjang.
11.Kemampuan penilaian: Biasanya klien mengalami kemampuan
penilaian ringan dan sedang dan tidak mampu mengambil keputusan
12.Daya fikir diri: Biasanya klien mengingkari penyakit yang dideritanya
i. Kebutuhan persiapan pulang
1. Makan :Biasanya klien tidak mengalami perubahan
2. BAB/BAK :Biasanya klien dengan risiko prilaku kekerasan tidak ada
gangguan
3. Mandi : Biasanya klien jarang mandi, tidak menyikat gigi, jarang
mencuci rambut dan bercukur atau berhias. Badan klien sangat bau dan
kotor, dan klien hanya melakukan kebersihan diri jika disuruh.
4. Berpakaian : Biasanya klien jarang mengganti pakaian, dan tidak mau
berdandan. Klien tidak mampu mengenakan pakaian dengan sesuai dan
klien tidak mengenakan alas kaki f.
5. Istirahat dan tidur : Biasanya klien tidak melakukan persiapan sebelum
tidur, seperti: menyikat gigi, cucu kaki,berdoa. Dan sesudah tidur
seperti: merapikan tempat tidur, mandi atau cuci muka dan menyikat
gigi. Frekuensi tidur klien berubah-ubah, kadang nyenyak dan kadang
gaduh atau tidak tidur. g.
6. Penggunaan obat : Biasanya klien mengatakan minum obat 3 kali
sehari dan klien tidak mengetahui fungsi obat dan akibat jika putus
minum obat.
7. Pemeliharaan kesehatan : Biasanya klien tidak memperhatikan
kesehatannya, dan tidak peduli tentang bagaimana cara yang baik
untuk merawat dirinya.
8. Aktifitas didalam rumah: Biasanya klien mampu merencanakan,
mengolah, dan menyajikan makanan, merapikan rumah, mencuci
pakaian sendiri dan mengatur biaya sehari-hari
j. Mekanisme koping
Biasanya klien menggunakan respon maldaptif yang ditandai dengan
tingkah laku yang tidak terorganisir, marah-marah bila keinginannya tidak
terpenuhi, memukul anggota keluarganya, dan merusak alat-alat rumah
tangga.
k. Masalah psikologis dan lingkungan
Biasanya klien merasa ditolak dan mengalami masalah interaksi dengan
lingkungan
l. Pengetahuan
Biasanya klien dengan prilaku kekerasan kurang pengetahuan tentang
penyakitnya,dan klien tidak mengetahui akibat dari putus obat dan fungsi
Dari obat yang diminumnya.
3.2.Diagnosa keperawatan
Diagnosa keperawatan yang diangkat berdasarka pohon masalah adalah :
a. Ganguan konsep diri: harga diri rendah
b. Perilaku kekerasan
c. Resiko mencederai diri sendiri, orang lain, dan lingkungan
3.3.Intervensi keperawatan
No Dx Tujuan Kriteria Evaluasi Intervensi
1. Resiko Klien tidak 1. kemampuan 1. Mendiskusikan
mencederai dapat yang dimiliki cara mengatasi
diri sendiri mencederai diri klien keinginan
orang lain sendiri , orang 2. klien mencederai diri
dan lain dan mendapatkan sendiri, orang
lingkungan lingkungan perlindungan lain dan ling
dari kungan
lingkungan 2. meningkatkan
3. klien mampu harga diri
mengungkapk pasien dengan
an perasaan cara: memberi
4. klien kesempatan
menggunakan pasien
cara mengungkapka
penyelesaian n perasaanya,
dengan baik memberikan
pujian jika
pasien dapat
mengatakan
perasaan yang
positif,
meyakinkan
pasien bahwa
dirinya penting
,
mendiskusikan
tentang
keadaan yang
sepatutnya
disyukuri oleh
pasien,
merencanakan
yang dapat
pasien lakukan
3. tindakan
kemampuan
menyelesaikan
masalah dengan
cara :
mendiskusikan
dengan pasien
cara
menyelesaikan
masalahnya,
mendiskusikan
dengan pasien
efektifitas
masing-masing
cara
penyelesaian
masalah yang
lebih baik
2. Perilaku Klien terhindar 1. klien mau 1. Bina hubungan
kekerasan dari mencederai menjawab saling percaya
diri , orang lain, salam :salam
dan lingkungan , 2. ada kontak terapeutik,
Klien dapat mata empati, sebut
membina 3. ekspresi nama perawat
hubungan saling wajah dan jelaskan
percaya bersahabat tujuan interaksi
2. panggil klien
dengan nama
yang disukai
3. bicara dengan
sikap tenang ,
rileks dan tidak
menantang
Klien dapat 1. klien dapat 1. Beri
mengidentifikasi menyebutkan kesempatan
penyebab penyebab mengungkapka
perilaku perilaku n perasaan
kekerasan kekerasan 2. bantu klien
yang berasal mengungkapka
dari diri n perasaan
sendiri , jengkel / kesal
orang lain 3. dengarkan
dan ungkapan rasa
lingkungan marah dan
perasaan
bermusuhan
klien dengan
sikap tenang
Klien dapat 1. klien 1. anjurkan klien
mengidentifikasi menyebutkan mengungkapka
tanda-tanda tanda-tanda n yang dialami
perilaku perilaku dan dirasakan
kekerasan kekerasan saat jengkel/
kesal
2. observasi tanda
perilaku
kekerasan
3. simpulkan
bersama klien
tanda-tanda
jengkel/ kesal
yang dialami
klien
Klien dapat 1 klien sudah 1 anjurkan klien
mengidentifikasi bisa mengungkapka
perilaku mengungkapk n perilaku
kekerasan yang an kekerasan yang
biasa dilakukan perilakunya, biasa dilakukan
klien tampak 2. bantu bermain
memprakteka peran sesuai
n perilaku dengan perilaku
kekerasan kekerasan yang
yang biasa dilakukan
dibuatnya 3. tanyakan
“apakah dengan
cara dilakukan
masalahnya
selesai
Klien dapat 1. klien sudah 1. bicarakan
mengidentifikasi mengetahui akibat
akibat perilaku akibat dan /kerugian dari
kekerasan kerugian dan cara yang
dapat dilakukan
menyimpulka 2. bersama klien
n dari cara menyimpulkan
yang akibat dari cara
digunakan yang digunakan
3. tanyakan klien
apakah ingin
mempelajari
cara yang baru
dan sehat
Klien dapat 1. klien dapat 1. beri pujian jika
mengidentifikasi menerima mengetahui
cara konstruktif pujian atas cara lain yang
dalam berespon cara yang sehat
terhadap dilakukanya, 2. diskusikan cara
kemarahan sudah lain yang sehat,
mengetahui secara fisik:
cara tarik nafas jika
mengatasi sedang kesal,
kemarahan berolah raga,
memukul
bantal / kasur
3. secara verbal:
katakana anda
sedang marah
atau kesal/
tersinggung
4. secara spiritual:
berdoa
,sembayang
memohon
kepada tuhan
untuk diberi
kesabaran
Klien dapat - 1. bantu klien
mengidentifikasi memilih cara
cara mengontrol yang paling
perilaku tepat
kekerasa 2. bantu
mengidentifika
si manfaat cara
yang tepat
dipilih
3. bantu
mensimulasika
n cara yang
telah dipilih
4. beri
reinforcement
positif atas
keberhasilan
yang dicapai
dalam simulasi

Klien mendapat 1. menjelaskan 1. beri pendidikan


dukungan dari perasaanya, kesehatan
keluarga menjelaskan tentang cara
cara merawat merawat klien
klien perilaku melalui
kekerasan pertemuan
keluarga
2. beri
reinforcement
positif atas
keterlibatan
keluarga
Klien dapat - 1. diskusi dengan
mengunakan klien tentang
obat dengam obat ( nama ,
benar (sesuai dosis,
program ) frekuensi, efek
dan efek
samping )
2. bantu klien
mengunakan
obat dengan
prinsip 5 benar
(nama klien,
obat, dosis,
cara dan waktu
)
3. anjurkan untuk
membicarakan
efek dan efek
samping obat
yang dirasakan

3.4.Implementasi keperawatan
Menurut Keliat (2012) implementasi keperawatan disesuaikan dengan
rencana tindakan keperawatan dengan memperhatikan dan mengutamakan
masalah utama yang aktual dan mengancam integritas klien beserta
lingkungannya. Sebelum melaksanakan tindakan keperawatan yang sudah
direncanakan, perawat perlu menvalidasi apakah rencana tindakan
keperawatan masih dibutuhkan dan sesuai dengan kondisi klien pada saat ini.
Hubungan saling percaya antara perawat dengan klien merupakan dasar utama
dalam pelaksanaan tindakan keperawatan. Dermawan (2013) menjelaskan
bahwa tindakan keperawatan dengan pendekatan strategi pelaksanaan (SP)
perilaku kekerasan terdiri dari :
a. SP 1 (pasien) : membina hubungan saling percaya, membantu klien
mengenal penyebab perilaku kekerasan, membantu klien dalam mengenal
tanda dan gejala dari perilaku kekerasan.
b. SP 2 (pasien) : maembantu klien mengontrol perilaku kekerasan dengan
memukul bantal atau kasur.
c. SP 3 (pasien) : membantu klien mengontrol perilaku kekerasan seacara
verbal seperti menolak dengan baik atau meminta dengan baik.
d. SP 4 (pasien) : memabantu klien mengontrol perilaku kekerasan secara
spiritual dengan cara sholat atau berdoa.
e. SP 5 (pasien) : membantu klien dalam meminum obat seacara teratur.
3.5.Evaluasi
Evaluasi merupakan proses berkelanjutan untuk menilai efek dari
tindakan keperawatan pada klien. Evaluasi dilakukan terus menerus pada
respons klien terhadap tindakan keperawatan yang telah dilaksanakan.
Evaluasi proses atau pormatif dilakukan setiap selesai melakukan tindakan.
Evaluasi dapat dilakukan dengan menggunakan SOAP sebagai pola pikirnya.
(Keliat, 2011).
S : Respon subjektif klien terhadap intervensi keperawatan yang telah
dilaksanakan.
O : Respon objektif keluarga terhadap tindakan keperawatan yang telah di
laksanakan.
A : Analisa ulang data subjektif dan objektif untuk menyimpulkan apakah
masalah masih tetap atau muncul masalah baru atau ada data yang
kontradikdif dengan masalah yang ada
P : Perencanaan atau tindak lanjut berdasar hasil analisa pada respon
keluarga.

Anda mungkin juga menyukai