Anda di halaman 1dari 33

LAPORAN PENDAHULUAN GANGGUAN JIWA : RISIKO PERILAKU

KEKERASAN DI RUMAH SAKIT JIWA KALAWA ATEI


BUKIT RAWI

Disusun Oleh :

Purnadi Nakalelu
(Nim : 2022-04-14901-055)

YAYASAN EKA HARAP PALANGKA RAYA


SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN
PROGRAM STUDI PROFESI NERS
T.A 2022/2023

1
BAB I
LAPORAN PENDAHULUAN

1.1 Konsep Dasar Risiko Perilaku Kekerasan


1.1.1 Definisi
Risiko perilaku kekerasan terhadap orang lain adalah rentan melakukan
perilaku yang menunjukkan dapat membahayakan orang lain secara fisik dan
emosional (NANDA-I, 2018).
Risiko perilaku kekerasan merupakan salah satu respon marah diekspresikan
dengan melakukan ancaman, mencederai diri sendiri maupun orang lain dan dapat
merusak lingkungan sekitar. Tanda dan gejala risiko perilaku kekerasan dapat
terjadi perubahan pada fungsi kognitif, afektif, fisiologis, perilaku dan sosial. Pada
aspek fisik tekanan darah meningkat, denyut nadi dan pernapasan meningkat,
mudah tersinggung, marah, amuk serta dapat mencederai diri sendiri maupun
orang lain (Pardede & Hulu, 2020)
Perilaku kekerasan adalah suatu bentuk perilaku yang bertujuan melukai
seseorang secara fisik maupun psikologis dapat terjai dalam dua bentuk yaitu saat
berlangsung kekerasan atau riwayat perilaku kekerasan. Perilaku kekerasan
merupakan respon maladaptif dari marah akibat tidak mampu klien untuk
mengatasi stressor lingkungan yang dialaminya (Pardede, Laia, 2020).
1.1.2 Etiologi
Menurut Nurhalimah (2016) Proses terjadinya perilaku kekerasan pada
pasien akan dijelaskan dengan menggunakan konsep stress adaptasi Stuart yang
meliputi faktor predisposisi dan presipitasi
a. Faktor Predisposisi
1) Faktor Biologis
Hal yang dikaji pada faktor biologis meliputi adanya faktor herediter
yaitu adanya anggotakeluarga yang sering memperlihatkan atau
melakukan perilaku kekerasan, adanya anggota keluarga yang
mengalami gangguan jiwa, adanyan riwayat penyakit atau trauma
kepala, dan riwayat penggunaan NAPZA (narkoti, psikotropika dan zat
aditif lainnya).

1
2) Faktor Psikologis
Pengalaman marah merupakan respon psikologis terhadap stimulus
eksternal, internal maupun lingkungan.Perilaku kekerasan terjadi
sebagai hasil dari akumulasi frustrasi.Frustrasi terjadi apabila keinginan
individu untuk mencapai sesuatu menemui kegagalan atau
terhambat.Salah satu kebutuhan manusia adalah “berperilaku”, apabila
kebutuhan tersebut tidak dapat dipenuhi melalui berperilaku konstruktif,
maka yang akan muncul adalah individu tersebut berperilaku destruktif.
3) Faktor Sosiokultural
Teori lingkungan sosial (social environment theory)menyatakan bahwa
lingkungan sosial sangat mempengaruhi sikap individu dalam
mengekspresikan marah. Norma budaya dapat mendukung individu
untuk berespon asertif atau agresif. Perilaku kekerasan dapat dipelajari
secara langsung melalui proses sosialisasi (social learning theory).
b. Faktor Prespitasi
Faktor presipitasi perilaku kekerasan pada setiap individu bersifat unik,
berbeda satu orang dengan yang lain.Stresor tersebut dapat merupakan
penyebab yang brasal dari dari dalam maupun luar individu. Faktor dari
dalam individu meliputi kehilangan relasi atau hubungan dengan orang yang
dicintai atau berarti (putus pacar, perceraian, kematian), kehilangan rasa
cinta, kekhawatiran terhadap penyakit fisik, dan lain-lain. Sedangkan faktor
luar individu meliputi serangan terhadap fisik, lingkungan yang terlalu ribut,
kritikan yang mengarah pada penghinaan, tindakan kekerasan.
1.1.3 Rentang Respon Marah
Rentang respon kemarahan dari perilaku kekerasan dapat di gambarkan
sebagai berikut, assertif, frustasi, pasif, agresif, dan mengamuk. ( Putri, N &
Fitrianti, 2018)
Adaptif Maladaptif

Asertif Frustasi Pasif Agresif Amuk

Gambar 1.1 Rentang Respon Marah (Habbi et al., 2017)

2
Keterangan :
1. Assertif adalah mengungkapkan marah tanpa menyakiti, melukai perasaan
orang lain, atau tanpa merendahkan harga diri orang lain
2. Frustasi adalah respon yang timbul akibat gagal mencapai tujuan atau
keinginan. Frustasi dapat dialami sebagai suatu ancaman dan kecemasan.
Akibat dari ancaman tersebut dapat menimbulkan kemarahan.
3. Pasif adalah respon dimana individu tidak mampu mengungkapkan perasaan
yang dialami.
4. Agresif merupakan perilaku yang menyertai marah namun masih dapat
dikontrol oleh individu. Orang agresif bisaanya tidak mau mengetahui hak
orang lain. Dia berpendapat bahwa setiap orang harus bertarung untuk
mendapatkan kepentingan sendiri dan mengharapkan perlakuan yang sama
dari orang lain.
5. Amuk adalah rasa marah dan bermusuhan yang kuat disertai kehilangan
control diri. Pada keadaan ini individu dapat merusak dirinya sendiri
maupun terhadap orang lain.

1.1.4 Pohon Masalah/Pathway

Risiko Perilaku Kekerasan (pada diri


sendiri, orang lain, dan lingkungan)

Perilaku Kekerasan

Gangguan Konsep Diri: Harga Diri


Rendah

3
1.1.5 Manifestasi Klinis
Tanda dan gejala perilaku kekerasan adalah muka merah, tegang, mata
melotot/pandangan tajam, bicara kasar, nada suara tinggi, membentak, katakata
kotor, ketus, memukul benda/orang lain, menyerang orang lain, merusk
lingkungan, amuk/agresif, jengkel, tidak berdaya, bermusuhan, mengamuk, ingin
berkelahi, cerewet,kasar, berdebat, menyinggung perasaan orang lain, tidak
peduli, kasar, penolakan, kekerasan, ejekan dan sindiran (Estika, 2021, dalam
Hulu, & Pardede, 2022).
Tanda dan gejala perilaku kekerasan berdasarkan standar asuhan
keperawatan jiwa dengan masalah resiko perilaku kekerasan (Pardede, 2020)
1. Emosi: tidak adekuat, tidak aman, rasa terganggu, marah (dendam) jengkel
2. Intelektual: mendominasi, bawel, sarkasme, berdebat, meremehkan
3. Fisik: muka merah, Pandangan tajam, napas pendek, keringat, sakit fisik,
penyalahgunaan zat, tekanan darah meningkat
4. Spiritual: kemahakuasaan, kebijakan/kebenaran diri, keraguan, tidak
bermoral, kebejatan, kreativitas terlambat
5. Sosial: menarik diri, pengasingan, penolakan, kekerasan, ejekan, humor
Tanda dan gejala perilaku kekerasan berdasarkan :
1. Subjektif: mengungkapkan perasaan kesal atau marah, keinginan untuk
melukai diri sendiri, orang lain dan lingkungan, klien suka membentak dan
menyerang orang lain
2. Objektif : mata melotot atau pandangan tajam, tangan mengepal dan rahang
mengatup, wajah memerah, postur tubuh kaku, bicara kasar, ketus,
amuk/agresif, menyerang orang lain dan melukai diri sendiri/orang lain

1.1.6 Penatalaksanaan
Penanganan yang dilakukan untuk mengontrol perilaku kekerasan yaitu
dengan cara medis dan non medis. Terapi medis yang dapat di berikan 10 seperti
obat antipsikotik adalah Chlorpoazine(CPZ), Risperidon(RSP) Haloperidol(HLP),
Clozapindan Trifluoerazine (TFP). Psikofarmaka adalah terapi menggunakan obat
dengan tujuan untuk mengurangi atau menghilanggan gejala gannguan jiwa.
Dengan demiakian kepatutan mium obat adalah mengonsumsi obat yang

4
direspkan oleh dokter pada waktu dan dosis yang tepat karena pengobatan hanya
akan efektif apabila penderita memenuhi aturan dalam penggunaan obat (Pardede,
Keliat & Yulia, 2015).
Tindakan yang dilakukan perawat dalam mengurangi resiko perilaku
kekerasan salah satunya adalah dengan menggunakan strategipelaksanaan (SP).
SP merupakan pendekatan yang bersifat membina hubungan saling percaya
antaraklien dengan perawat, dan dampak apabila tidak diberikan SP akan
membahayakan diri sendiri maupun lingkungannya. Strategi pelaksanaan (SP)
yang dilakukan oleh klien dengan perilaku kekerasan adalah diskusi mengenai
cara mengontrol perilaku kekerasan secara fisik, obat, verbal, dan spiritual.
Mengontrol perilaku kekerasan secara fisik dapat dilakukan dengan cara nafas
dalam, dan pukul bantal atau kasur. Mengontrol secara verbal yaitu dengan cara
menolak dengan baik, meminta dengan baik, dan mengungkapkan dengan baik.
Mengontrol perilaku kekerasan secara spiritual dengan cara shalat dan berdoa.
Serta mengontrol perilaku kekerasan dengan minum obat secara teratur dengan
prinsip lima benar (benar klien,benar nama obat, benar cara minum obat, benar
waktu minum obat, dan benar dosis obat). ( Sujarwo & Livana, 2018).

1.2 Manajemen Asuhan Keperawatan Jiwa Pada Pasien Dengan Risiko


Perilaku Kekerasan
1.2.1 Pengkajian
Pengkajian merupakan tahap awal dan dasar utama dari proses keperawatan
dan merupakan suatu proses yang sistematis dalam pengumpulan data dari
berbagai sumber untuk mengevaluasi dan mengidentifikasi status kesehatan
pasien. Seorang perawat harus berjaga-jaga terhadap adanya peningkatan agitasi
pada klien, hierarki perilaku agreisf dan kekerasan. Disamping itu, perawat harus
mengkaji pula afek klien yang berhubungan dengan perilaku agresif. ( Muhith,
2015).
Pengkajian dilakukan dengan cara wawancara dan observasi pada pasien
dan keluarga. Tanda dan gejala risiko perilaku kekerasan dapat ditemukan dengan
wawancara ( Nurhalimah, 2016)
1. Identitas

5
Nama, umur, jenis kelamin, No MR, tanggalmasuk RS, tanggal pengkajian
2. Alasan masuk
Biasanya klien masuk dengan alasan sering mengamuk tanpa sebab,
memukul, membanting, mengancam, menyerang orang lain, melukai diri
sendiri, mengganggu lingkungan, bersifat kasa dan pernah mengalami
gangguan jiwa dimasa lalu kambuh karena tidak mau minum obat secara
teratur
3. Faktor predisposisi
a. Gangguan jiwa dimasa lalu
b. Biasanya klien pernah mengalami gangguan jiwa pada masa lalu dan
pernah dirawat atau baru pertama kali mengalami gangguan jiwa
c. Pengobatan sebelumnya
d. Biasanya klien berobat untuk pertama kalinya ke dukun sebagai
alternative serta memasung dan bila tidak berhasil baru di bawa
kerumah sakit jiwa
e. Trauma
f. Biasanya klien pernah mengalami atau menyaksikan penganiayaan fisik,
seksual, penolakan, dari lingkungan
g. Herediter
h. Biasanya ada anggota keluarga yang mengalami gangguan jiwa, kalau
ada hubungan dengan keluarga, gejala, pengobatan dan perawatan.
i. Pengalaman masa lalu yang tidak menyenangkan
j. Biasanya klien pernah mengalami pengalaman masa lalu yang tidak
menyenangkan misalnya, perasaan ditolak, dihina, dianiaya, penolakan
dari lingkungan
4. Fisik
a. Ukur dan observasi tanda-tanda vital seperti tekanan darah akan
bertambah naik, nadi cepat, suhu, pernapasan terlihat cepat
b. Ukur tinggi badan dan berat badan
c. Yang kita temukan pada klien dengan prilaku kekerasan pada saat
pemeriksaan fisik (mata melotot, pandangan tajam, tangan mengepal,
rahang mengatup, wajah memerah)

6
d. Verbal (mengancam, mengupat kata-kata kotor, berbicara kasar dan
ketus)
5. Psikososial
1) Genogram
Genogram dibuat 3 generasi keatas yang dapat menggambar kan
hubungan klien dengan keluarga. Tiga generasi ini dimaksud jangkauan
yang mudah diingat oleh klien maupun keluarga pada saat pengkajian.
2) Konsep diri
Citra tubuh
Biasanya ada anggota tubuh klien yang tidak disukai klien yang
mempengaruhi keadaan klien saat berhubungan dengan orang lain
sehingga klien merasa terhina, diejek dengan kondisinya tersebut.
3) Identitas
Biasanya pada klien dengan prilaku kekerasan tidak puas dengan
pekerjaan nya, tidak puas dengan statusnya, baik disekolah, tempat kerja
dan dalam lingkungan tempat tinggal
4) Harga diri
Biasanya klien dengan risiko prilaku kekerasan hubungan dengan orang
lain akan terlihat baik, harmonis atau terdapat penolakan atau klien
merasa tidak berharga, dihina, diejek dalam lingkungan keluarga
maupun diluar lingkungan keluarga. Harga diri kerap berkaitan dengan
depresi yang ditandai dengan perasaan yang tidak pas, menurunnya
kegiatan, dan pesimisme menghadapi masa yang akan datang
( Dirgayunita, 2016)
a. Peran diri
Biasanya klien memiliki masalah dengan peran atau tugas yang di
embannya dalam keluarga, kelompok atau masyarakat dan biasanya
klien tidak mampu melaksanakan tugas dan peran tersebut dan
merasa tidak berguna.
b. Ideal diri

7
Biasanya klien memilki harapan yang tinggi terhadap tubuh, posisi
dan perannya baik dalam keluarga, sekolah, tempat kerja dan
masyarakat.
c. Harga diri
Biasanya hubungan klien dengan orang lain tidak baik, penilaian dan
penghargaan terhadap diri dan kehidupannya yang selalu mengarah
pad apenghinaan dan penolakan.
6. Hubungan sosial
a. Orang yang berarti Tempat mengadu, berbicara
b. Peran serta dalam kegiatan kelompok
Kegiatan yang diikuti klien dalam masyarakat dan apakah klien berperan
aktif dalam kelompok tersebut
c. Hambatan dalam berhubungan dengan orang lain/tingkat keterlibatan
klien dalam hubungan masyarakat
7. Spiritual
a. Nilai dan keyakinan Biasanya klien mengatakan bahwa dia tidak
mengalami gangguan jiwa.
b. Kegiatan ibadah
c. Biasanya dalam selama sakit klien jarang melakukan ibadah
8. Status mental
a. Penampilan
b. Biasanya penampilan klien kotor.
c. Pembicaraan
d. Biasanya pada klien prilaku kekerasan pada saat dilakukan pengkajian
bicara cepat,keras, kasar, nada tinggi dan mudah tersinggung.
e. Aktivitas motorik
f. Biasanya aktivitas motoric klien dengan prilaku kekerasan akan terlihat
tegang, gelisah, gerakan otot muka berubah-ubah, gemetar, tangan
mengepal, dan rahang dengan kuat
g. Alam perasaan
Biasanya akan merasa sedih dan menyesali apa yang telah dilakukan
h. Afek

8
Biasanya klien mudah tersinggung dan sering marah-marah tanpa sebab
i. Interaksi selama wawancara
Biasanya klien dengan risiko prilaku kekerasan akan terlihat
bermusuhan, curiga, tidak kooperatif, tidak mau menatap lawan bicara
dan mudah tersinggung.
j. Persepsi
Biasanya klien dengan prilaku kekerasan masih dapat menjawab
pertanyaan dengan jelas
k. Isi Pikir
Biasanya klien meyakini diri nya tidak sakit, dan baik-baik saja
l. Tingkat kesadaran
Biasanya klien prilaku kekerasan kadang tampak bingung
m. Memori
Biasanya klien diwaktu wawancara dapat mengingat kejadian yang
terjadi dan mengalami gangguan daya ingat jangka panjang.
n. Kemampuan penilaian
Biasanya klien mengalami kemampuan penilaian ringan dan sedang dan
tidak mampu mengambil keputusan
9. Kebutuhan persiapan pulang
a. Makan
Biasanya klien tidak mengalami perubahan
b. BAB/BAK
Biasanya klien dengan risiko prilaku kekerasan tidak ada gangguan
c. Mandi
Biasanya klien jarang mandi, tidak menyikat gigi, jarang mencuci
rambut dan bercukur atau berhias. Badan klien sangat bau dan kotor, dan
klien hanya melakukan kebersihan diri jika disuruh.
d. Berpakaian
Biasanya klien jarang mengganti pakaian, dan tidak mau berdandan.
Klien tidak mampu mengenakan pakaian dengan sesuai dan klien tidak
mengenakan alas kaki
e. Istirahat dan tidur

9
Biasanya klien tidak melakukan persiapan sebelum tidur, seperti:
menyikat gigi, cucui kaki, berdoa. Dan sesudah tidur seperti: merapikan
tempat tidur, mandi atau cuci muka dan menyikat gigi. Frekuensi tidur
klien berubah-ubah, kadang nyenyak dan kadang gaduh atau tidak tidur.
f. Penggunaan obat
Biasanya klien mengatakan minum obat 3 kali sehari dan klien tidak
mengetahui fungsi obat dan akibat jika putus minum obat.
g. Pemeliharaan kesehatan
Biasanya klien tidak memperhatikan kesehatan nya, dan tidak peduli
tentang bagai mana cara yang baik untuk merawat dirinya.
h. Aktifitas didalam rumah
Biasanya klien mampu merencanakan, mengolah, dan menyajikan
makanan, merapikan rumah, mencuci pakaian sendiri dan mengatur
biaya sehari-hari.
10. Masalah psikologis dan lingkungan
Biasanya klien merasa ditolak dan mengalami masalah interaksi dengan
lingkungan

1.2.2 Diagnosa Keperawatan


1. Risiko mencederai diri sendiri, orang lain, dan lingkungan berhubungan
dengan perilaku kekerasan
2. Perilaku kekerasan berhubungan dengan harga diri rendah

1.2.3 Intervensi Keperawatan


Keliat (2011) Tindakan keperawatan dilakukan untuk mengatasi perilaku
klien. Tindakan dilakukan pada pasien dan keluarga. Berikut adalah rencana
tindakan keperawatan yang dilakukan pada pasien dengan risiko perilaku
kekerasan.
Tujuan :
a. Pasien dapat mengidentifikasi penyebab perilaku kekerasan.
b. Pasien dapat mengidentifikasi tanda-tanda perilaku kekerasan.

10
c. Pasien dapat menyebutkan jenis perilaku kekerasan yang pernah
dilakukannya.
d. Pasien dapat menyebutkan akibat dari perilaku kekerasan yang
dilakukannya.
e. Pasien dapat menyebutkan cara mencegah/mengontrol perilaku
kekerasannya.
f. Pasien dapat mencegah/mengontrol perilaku kekerasannya secara fisik,
verbal, spiritual, dan dengan terapi psikofarmaka.
g. Keluarga dapat berperan serta secara aktif sebagai pendukung klien (suport
system) dalam mengatasi risiko perilaku kekerasan
Tindakan Keperawatan :
a. Bina hubungan saling percaya, dalam membina hubungan saling percaya
perlu dipertimbangkan agar pasien merasa aman dan nyaman saat
berinteraksi. Tindakan yang harus dilakukan dalam rangka membina
hubungan saling percaya adalah :
1) Mengucapkan salam terapeutik.
2) Berjabat tangan.
3) Menjelaskan tujuan interaksi.
4) Membuat kontrak topik, waktu dan tempat setiap kali bertemu pasien.
b. Diskusikan bersama pasien penyebab perilaku kekerasan saat ini dan yang
lalu.
c. Diskusikan perasaan pasien jika terjadi penyebab perilaku kekerasan
1) Diskusikan tanda dan gejala perilaku kekerasan secara fisik.
2) Diskusikan tanda dan gejala perilaku kekerasan secara psikologis.
3) Diskusikan tanda dan gejala perilaku kekerasan secara sosial.
4) Diskusikan tanda dan gejala perilaku kekerasan secara spiritual.
5) Diskusikan tanda dan gejala perilaku kekerasan secara intelektual.
d. Diskusikan bersama pasien perilaku kekerasan yang biasa dilakukan pada
saat marah, yaitu secara verbal terhadap :
1) Orang lain.
2) Diri sendiri.
3) Lingkungan.

11
e. Diskusikan bersama pasien akibat perilakunya
f. Diskusikan bersama pasien cara mengontrol perilaku kekerasan secara :
1) Fisik : pukul bantal, kasur, tarik nafas dalam
2) Verbal : menyatakan secara asertif rasa marahnya
3) Spiritual : kegiatan ibadah sesuai keyakinan pasien
4) Obat
g. Latih pasien mengontrol perilaku kekerasan secara fisik :
1) Latihan nafas dalam dan pukul kasur-bantal
2) Susun jadwal latihan nafas dalam dan pukul kasur-bantal.
h. Latih pasien mengontrol perilaku kekerasan secara verbal :
1) Latih mengungkap rasa marah secara verbal : menolak dengan baik,
meminta dengan baik, mengungkapkan perasaan dengan baik
2) Susun jadwal latihan mengungkapkan marah secara verbal
i. Latih mengontrol perilaku kekerasan secara spiritual :
1) Diskusikan kegiatan ibadah yang pernah dilakukan pasien.
2) Latih mengontrol marah dengan melakukan kegiatan ibadah yang biasa
dilakukan pasien.
3) Buat jadwal latihan kegiatan ibadah
j. Latih mengontrol perilaku kekerasan dengan patuh minum obat:
1) Latih pasien minum obat secara teratur disertai penjelasan kegunaan
obat dan akibat berhenti minum obat
2) Susun jadwal minum obat secara teratur
k. Diskusikan bersama keluarga pasien pentingnya peran serta keluarga
sebagai pendukung klien dalam mengatasi risiko perilaku kekerasan
1) Jelaskan pengertian, penyebab, akibat, cara merawat klien
2) Peragakan cara merawat klien
3) Beri kesempatan keluarga untuk memperagakan ulang cara perawatan
terhadap klien

1.2.4 Implementasi Keperawatan


Implementasi Menurut Buku Ajar Keperawatan Kesehatan Jiwa (Azizah et
al., 2016):

12
SP 1 Pasien : Membina hubungan saling percaya, identifikasi penyebab
perasaan marah, tanda dan gejala yang dirasakan, perilaku kekerasan yang
dilakukan, akibatnya serta cara mengontrol secara fisik 1
SP 2 Pasien : Latihan mengontrol perilaku kekerasan secara fisik ke-2
a. Evaluasi latihan nafas dalam
b. Latih cara fisik ke-2: pukul kasur dan bantal
c. Susun jadwal kegiatan harian cara kedua
SP 3 Pasien: Latihan mengontrol perilaku kekerasan secara sosial/verbal :
a. Evaluasi jadwal harian untuk dua cara fisik
b. Latihan mengungkapkan rasa marah secara verbal : menolak dengan baik,
meminta dengan baik, mengungkapkan perasaan dengan baik
c. Susun jadwal latihan mengungkapkan marah secara verbal
SP 4 Pasien : Latihan mengontrol perilaku kekerasan secara spiritual
a. Diskusikan hasil latihan mengontrol perilaku kekerasan secara fisik dan
sosial/verbal
b. Latihan sholat/berdo’a

1.2.5 Evaluasi Keperawatan


Evaluasi kemampuan pasien mengatasi risiko perilaku kekerasan berhasil
apabila pasien dapat :
a. Menyebutkan penyebab, tanda, dan gejala perilaku kekerasan dan akibat
dari perilaku kekerasan
b. Mengontrol perilaku kekerasan :
1) Fisik : tarik nafas dalam, memukul bantal/kasur
2) Sosial/verbal : meminta, menolak, mengungkapkan perasaan secara
sopan dan baik
3) Spiritual : dzikir/berdoa, meditasi berdasarkan agama yang dianut
4) Psikofarmaka : rutin mengkonsumsi obat, tidak putus obat, mampu
mengenal obat sendiri dari warna, bentuk, nama, dosis, dan lain-lain.
c. Evaluasi kemampuan keluarga (pelaku rawat) risiko perilaku kekerasan
berhasil apabila keluarga dapat:

13
1) Mengenal masalah yang dirasakan dalam merawat pasien (pengertian,
tanda dan gejala, dan proses terjadinya risiko perilaku kekerasan)
2) Mencegah terjadinya perilaku kekerasan
3) Menunjukan sikap yang mendukung dan menghargai pasien
4) Memotivasi pasien dalam melakukan cara mengontrol perasaan marah
5) Menciptakan suasana keluarga dan lingkungan yang mendukung pasien
mengontrol perasaan marah
6) Mengevaluasi manfaat asuhan keperawatan dalam mencegah perilaku
kekerasan pasien
7) Melakukan follow up ke Puskesmas, mengenal tanda kambuh dan
melakukan rujukan

14
BAB 3
ASUHAN KEPERAWATAN KESEHATAN JIWA

Ruangan Rawat : Ruang Benuas


Tanggal Dirawat : 14 maret 2023

I. IDENTITAS KLIEN

Nama : Tn. H (L)


Umur : 22 Tahun
Tanggal Pengkajian : 20 Maret 2023
Informan : Pasien dan Perawat

II. ALASAN MASUK DAN FAKTOR PENCETUS

Klien diantar dengan riwayat ± 2 tahun dengan gejala awal klien banyak berfikir,tertawa
sendiri, dan marah-marah tanpa sebab bahkan sampai membuang barang keluar dari
rumah dan bisa menganggu wanita , kadang-kadang 1-2 hari klien normal dan mudah
diajak bicara klien juga mengatakan ± 2 tahun belakangan ini sulit tidur pencetus klien
ini disebabkan oleh ayah dan ibu klien meninggal dan klien

III. FAKTOR PREDISPOSISI

1. Pernah mengalami gangguan jiwa di masa lalu:


Pasien mengatakan belum pernah mengalami gangguan jiwa dimasa lalu klien
2. Pengobatan sebelumnya:
Pasien mengatakan pernah mendapat pengobatan tetapi kurang berhasil
3. a. Aniaya fisik : Pasien tidak pernah mengalami aniaya fisik
a. Aniaya seksual : Pasien tidak pernah mengalami aniaya seksual
b. Penolakan : Pasien tidak pernah mengalami penolakkan
c. Kekerasan dalam : Pasien pernah mengalami kekerasan
dalam keluarga sebagai pelaku usia 22
tahun
d. Tindakan criminal : Pasien tidak pernah melakukan
tindakan kriminal

15
Jelaskan 1, 2, 3:
Pasien mengatakan belum pernah mengalami gangguan jiwa di masa lalu dan
belum pernah mendapat pengobatan sebelumnya klien juga tidak pernah
melakukan aniaya fisik bahkan aniaya seksual, klien juga tidak pernah
menagalami penolakan dalam keluargannya ataupun lingkungannya tetapi pasein
pernah mengamuk sampai melempar barang keluar dari rumah pada rumahnya
sendiri, tetapi klien tidak pernah melakujan tindakan krimina semasa dia belum
masuk RSJ kalawa atei.
Masalah Keperawatan : Resiko Perilaku kekerasan
4. Adakah anggota keluarga yang mengalami gangguan jiwa
Tidak ada anggota keluarga yang mengalami gangguan jiwa.
Hubungan keluarga : Efektif
Gejala : Tidak ada gejala apapun
Riwayat pengobatan/perawatan : Belum pernah melakukan pengobatan
sebelumnya.

Masalah Keperawatan : Tidak ada masalah keperawatan


5. Pengalaman masa lalu yang tidak menyenangkan
Pasien mengatakan pernah mengalami masa lalu yang tidak menyenangkan
tidak pernah mengalami masa lalu klien menghadapi kematian dari kedua
orang tua klien
Masalah Keperawatan : Tidak ada masalah keperawatan
IV. FISIK

1. Tanda vital:
TD : 120/80 mmHg
HR : 75 x/m
RR : 20 x/m
T : 36,4 ˚C

2. Ukur :
TB : 160 cm
BB : 60 kg
IMT : 22
3. Keluhan fisik : Pasien tidak mengalami gangguan fisik.

16
Jelaskan 1, 2, 3 : tanda tanda vital dalam batas normal, IMT Pasien dalam batas
normal, dan pasien tidak memiliki gangguan fisik.

Masalah Keperawatan : Tidak ada masalah keperawatan

V. PSIKOSOSIAL

1. Genogram

2.

Keterangan :
: Laki-laki
: Perempuan
: Garis Keturunan
: Tinggal 1 rumah
: Pasien (Tn. H)
: meninggal dunia

Jelaskan :

Pasien merupakan anak ke 4 dari 4 bersaudara, pasien anak ke tiga, pasien


memiliki 2 saudara laki-laki dan 1 perempuan, pasien tinggal serumah dengan
kaka pasien.

Masalah Keperawatan : Tidak ada masalah keperawatan


2. Konsep diri

a. Gambaran diri:
Pasien mengatakan tidak ada bentuk tubuh yang disukai dan klien
menyukai seluruh tubuhnya dan menghargainya .
a. Identitas:
Pasien adalah seorang laki-laki bernama Tn. H berusia 22 tahun dan
tidak memiliki perkerjaan yang menetap

17
b. Peran :
 Peran dirumah : Pasien sebagai seorang anak.
 Peran di rumah sakit : sebagai Pasien dan dapat melakukan
aktivitas mandiri tapi dimotivasi oleh perawat.
 Dimasyarakat : Dimasyarakat Pasien adalah seorang anak yang
bekerja dengan rajin.
c. Ideal diri :
Pasien mengatakan ingin cepat pulang dan berkumpul bersama
keluarga .
d. Harga diri :
Pasien mengatakan dia bertugas mencari nafkah untuk dia dan
keluarganya yang masih ada
Masalah Keperawatan : Tidak ada masalah keperawatan
3. Hubungan Sosial
a. Orang yang berarti :
Pasien mengatakan bahwa keluarganya adalah orang yang sangat berarti
baginya terutama kakanya, klien juga mengatakan menyesal telah
berperilaku tidak baik pada keluarganya di rumah.
b. Peran serta dalam kegiatan kelompok / masyarakat :
Pasien mengatakan bahwa klien tidak terlalu aktif dalam kegiatan – kegiatan
kemasyarakatan.
c. Hambatan dalam berhubungan dengan orang lain :
Pasien mengingatkan untuk berinteraksi mudah dengan orang laun tetapu
bila marah-marah klien kambuh klien tidak ingin bicara diam saja
Masalah Keperawatan : Tidak ada masalah keperawatan
4. Spiritual
a. Nilai dan keyakinan
Pasien beragama Katolik dan Pasien mengatakan taat beribadah setiap hari
minggu
b. Kegiatan ibadah
Sebelum dirawat Pasien aktif dalam mengikuti kegiatan kegiatan kerohanian
dan beribadah.
Masalah Keperawatan : Tidak ada masalah keperawatan

18
VI. STATUS MENTAL

1. Penampilan
Pada saat dilakukan pengkajian pakaian Pasien tampak rapi, rambut sedikit
berantakan karena klien habis mandi, dan tidak ada tercium bau badan.
Masalah Keperawatan : Tidak ada masalah keperawatan
2. Pembicaraan
Pada saat pengkajian Pasien berbicara Cepat , jelas, agak keras, dan Pasien
kooperatif bicara cukup nyambung, dan mampu menjawab pertanyaan perawat
dengan baik, kontak mata kurang.
Masalah Keperawatan : Tidak ada masalah keperawatan
3. Aktivitas Motorik:
Pada saaat dilakukan pengkajian Pasien kooperatif, banyak menghabiskan waktu
di tempat tidur, kadang berjalan-jalan dalam kamar dan kadang sering kumpul
dengan pasien lain.
Masalah Keperawatan : Tidak ada masalah keperawatan
4. Alam perasaaan
Pada saat pengkajian pasien mengatakan perasaannya biasa saja
Masalah Keperawatan : Tidak ada masalah keperawatan
5. Afek
Pada saat perawat menanyakan bagaimana perasan Tn. D setelah bercerita awal
mula pasien dibawa ke RSJ Kalawa Atei, pasien menjawab menyesal telah
melakukan hal tersebut. Pasien dapat mengekspresikan perasaan sedih, marah dan
senang.
Masalah Keperawatan : tidak ada masalah keperawatan
6. lnteraksi selama wawancara
Pada saat pengkajian Pasien koopratif, saat berinteraksi Pasien tampak kurang
kontak mata dan kadang-kadang tatapan tajam
Masalah Keperawatan : Risiko Perilaku Kekerasan
7. Presepsi
Pasien mengatakan ada mendengar suara bisikan yang menyuruhnya untuk
marah
Masalah Keperawatan : Halusinasi Pendengaran

19
8. Proses Pikir
Pasien mampu menjawab dan menjelaskan apa yang ditanyakan oleh perawat
dengan jelas dan tidak menyimpang dari pertanyaan.
Masalah Keperawatan : tidak ada masalsh keperawatan
9. Isi Pikir
Pasien mengatakan ingin pulang dan ingin cepat berkumpul dengan keluarga
Masalah Keperawatan : Tidak ada masalah keperawatan
10. Tingkat kesadaran
Pada saat pengkajian dilakukan kesadaran Pasien Compos Mentis, dan saat
ditanya hari apa ini Pasien menjawab dengan benar Pasien mengetahui bahwa
dirinya sedang dirawat di Rumah Sakit Jiwa kalawa Atei.
Masalah Keperawatan : Tidak ada masalah keperawatan
11. Memori
Saat dilakukan pengkajian Pasien dapat menceritakan bahwa dia masuk rumah
sakit jiwa karena marah-marah hingga membuang barang dari dalam rumah
keluar.
Masalah Keperawatan : Risiko Perilaku Kekerasan
12. Tingkat konsentrasi dan berhitung
Pada saat pengkajian Pasien mampu menjelaskan apa yang ditanyakan, mampu
mengingat dengan dan mampu berhitung dengan baik, contoh Pasien diberikan
pertanyaan 8 + 7 =15 dan 15-5=10.
Masalah Keperawatan : Tidak ada masalah keperawatan
13. Kemampuan penilaian
Pada saat pengkajian pasien mengatakan jika makanan pagi ini enak.
Masalah Keperawatan : Tidak ada masalah keperawatan
14. Daya tilik diri
Pasien mengatakan mengetahui apa yang dia lakukan sampai diantar ke RSJ
Kalawa Atei.
Masalah Keperawatan : Tidak ada masalah keperawatan

20
VII. Kebutuhan Persiapan Pulang
1. Makan
Pasien mampu makan secara mandiri dan selalu ikut serta untuk makan bersama
dalam 3x1 hari bersama dengan klien yang lain.
2. BAB/BAK
Pasien mampu melakukan BAK/BAB secara mandiri pada saat ingin BAK/BAB
klien segera pergi ke toilet.
3. Mandi
Pasien mampu mandi secara mandiri sebanyak 2x sehari pagi dan sore dan
memakai sabun juga sampo
4. Berpakaian/Berhias
Pasien mempu berpakaian secara mandiri menggunakan pakaiannya dengan
benar, sesuai, dan tidak terbalik.
5. Istirahat dan Tidur
Tidur siang 13.00 WIB – 15.00 WIB, tidur malam 21.30 WIB – 04.30 WIB,
kegiatan sebelum/sesudah tidur klien mandi.
6. Penggunaan Obat
Pasien mampu minum obat secara mandiri dengan motivasi oleh perawat.
7. Pemeliharaan Kesehatan
Pasien disarankan rawat inap untuk melanjutkan penanganan yang diberikan
8. Kegiatan di Dalam Rumah
Pasien memperbaiki kipas angin, mencuci pakaian,membantu menyiapkan
makanan. Sebelum sakit Pasien mampu melakukan kegiatan di dalam rumah
secara mandiri karena Pasien tinggal dengan kakanya di rumah, jadi Pasien yang
bertanggug jawab membantu mencari nafkah.
Masalah Keperawatan : Tidak Ada Masalah Keperawatan
VIII. Mekanisme Koping

1. Adaptif :-
2. Maladaptif : Pada saat pengkajian pasien tidak dapat menyelesaikan
masalah, jika sedang emosi pasien selalu marah-marah dan mengmepalkan
tangan serta pandangan klien tajam, pasien tampak fisik dengan cara
mengotrol emosi dengan memukul bantal dan Kasur
Masalah keperawatan : Risiko Perilaku Kekerasan

21
IX. Masalah Psikososial dan Lingkungan:

1. Masalah dengan dukungan kelompok, spesifik:


Pasien memiliki keluarga yang mendukung untuk dirawat di RSJ.
2. Masalah berhubungan dengan lingkungan, spesifik:
Pasien aktif dalam mengikuti kegiatan kelompok saat dirawat di RSJ.
3. Masalah dengan pendidikan, spesifik:
Pasien mengatakan pendidikan terakhirnya hanya sampai SD
4. Masalah dengan pekerjaan, spesifik :
Pasien tidak memiliki pekerjaan yang menetap .
5. Masalah dengan perumahan, spesifik :
Pasien mengatakan hanya tinggal serumah dengan kakanya .
6. Masalah ekonomi, spesifik :
Pasien tidak memiliki masalah ekonomi
7. Masalah dengan pelayanan kesehatan, spesifik :
Pasien langsung dibawa ke RSJ kalawa Atei oleh keluarga karena marah-marah
tanpa sebab dan membuang barang dari dalam rumah
Masalah Keperawatan : Risiko Perilaku Kekerasan
8. Masalah lainnya, spesifik :
Pasien tidak memiliki masalah fisik lainnya.

Masalah Keperawatan : Tidak Ada Masalah Keperawatan

X. Pengetahuan Kurang Tentang :

Pasien mengatakan jika sedang emosi dia selalu marah-marah dan ingin memukul
sesuatu, namun pasien tidak tau tentang gangguan jiwa yang dialaminya dan hanya
mengetahui bahwa ada obat yang harus terus di konsumsi ketika pengawas di RSJ
sudah memerintahkannya

Masalah Keperawatan : Risiko Perilaku Kekerasan

22
ANALISA DATA

DIAGNOSA
NO DATA
KEPERAWATAN
1 DS :
“Pasien mengatakan bisa marah-marah sendiri Risiko Perilaku Kekerasan
saat dikampung sampai melempar barang
keluar rumah.

DO :
1. Dari data buku status pasien Tn. H
keluarga mengatakan pasien marah-marah,
mengamuk, membuang barang keluar
rumah dan bahkan bisa mengganggu
wanita.
2. Kontak mata (-)
3. Pandangan klien tajam
4. Gigi kurang bersih
5. Klien kadang tampak mengepal sesekali
tangannya

2 DS : Gangguan Persepsi
“Pasien mengatakan pernah mendengar suara-
suara untuk membuat pasien marah-marah Sensori (Halusinasi
hingga mengamuk Pendengaran)

DO :
1. Pasien tampak kadang melamun
2. Pasien mendengarkan suara tanpa
wujud
3. Klien kadang tampak mondar mandir

XI. Aspek Medik

Diagnosa Medik :

F.25+ 2.91.1 ( Risiko Perilaku Kekerasan)

23
Terapi Medik :

Aturan
No Nama Obat Dosis Jalur Indikasi
Pakai
1. HLP TAB 5 mg 1-0-1 PO Haloperidol adalah obat antipsikotik
yang bekerja dengan cara
menyeimbangkan zat kimia alami
otak bernama neurotransmitter. Obat
ini membantu menjernihkan pikiran
dan mengurangi halusinasi, rasa
gelisah, agresi, pikiran negatif, atau
keinginan untuk melukai diri sendiri.
2 Lorazepam 2 mg 0-0-1 PO Lorazepam obat yang digunakan
untuk mengurangi kecemasan pada
pasien yang mengalami gangguan
kecemasan yang bekerja pada otak
dan saraf untuk menghasilkan efek
untuk membuat pasien tenang
3. Clozapin Tab 100 1-0-0 PO Clozapin digunakan untuk terapi
mg pada gangguan mental seperti
skizofrenia dan Psikosis pada
penyakit Parkinson pada pasien yang
tidak respon atau intoleran dengan
obat antipsikotik konvensional. Obat
ini bekerja dengan memblokir
reseptor zat kimia alami di otak,
yaitu diantaranya adalah reseptor
dopamin, histamin, dan serotonin.
Dengan pemblokiran tersebut, makan
akan menyeimbangkan kadar
neurotransmiter, sehingga
meredakan gejala yang dialami
penderita gangguan mental.
XII. Daftar Masalah Keperawatan

1. Risiko Mencederai : (Diri Sendiri, Orang Lain, dan Lingkungan )


2. Perilaku Kekerasan
3. Gangguan persepsi sensori (Halusinasi Pendengaran)

XIII. Daftar Diagnosis Keperawatan ( sesuai urutan prioritas )

1. Risiko Mencederai : (Diri Sendiri, Orang Lain, dan Lingkungan )


2. Perilaku Kekerasan
3. Gangguan persepsi sensori (Halusinasi Pendengaran)

24
XIV. Pohon Masalah
Risiko Mencederai : (Diri Sendiri, Orang Lain, dan
Lingkungan )

Perilaku Kekerasan

Halusinasi pendenganran

7Palangka Raya, 24 Maret 2023

Mahasiswa,

Purnadi Nakalelu

25
INTERVENSI

No DIAGNOSA TUJUAN KRITERIA HASIL INTERVENSI


.
1. Risiko Perilaku Klien dapat mengontrol Setelah dilakukan tindakan Lakukan Tindakan SP 1 Risiko
Kekerasan Amarahnya keperawatan: Perilaku Kekerasan :
1. Klien mampu membina hubungan 1. Pasien dapat mengidentifikasi PK
saling percaya 2. Pasien dapat mengidentifikasi tanda-
2. Klien mampu mengidentifikasi tanda PK
masalah beratnya risiko perilaku 3. Pasien dapat menyebutkan jenis PK
kekerasn yang pernah dilakukannya
3. Klien mampu mengendalikan diri 4. Pasien dapat menyebautkan akibat
dari dorongan perilaku kekerasan dari PK yang dilakukannya.
4. Klien mampu mengendalikan diri 5. Pasien dapat menyebutka cara
dari dorongan amarah mencegah / mengendalikan PKnya
5. Klien mampu mengikuti kegiatan Lakukan Tindakan SP 2 Risiko
harian Perilaku Kekerasan :
6. Klien mampu mendiskusikan 1. Melatih cara  mencegah/ mengontrol
harapan dan masa depan perilaku kekerasan secara fisik kedua
7. Klien mampu mendiskusikan cara 2. Mengevaluasi latihan nafas dalam
mencapai harapan dan masa depan 3. Melatih cara fisik ke 2: pukul kasur
8. Klien mampu mencapai harapan dan dan bantal
masa depan secara bertahap 4. Menyusun jadwal kegiatan harian cara
9. Klien mampu latih tahap kedua kedua
latihan mencapai masa depan Lakukan SP 3 Resiko Perilaku

1
Kekerasan
1. Evaluasi kegiatan latihan fisik dan
obat, serta beri pujian
2. Latih pasien mengontrol perilaku
kekerasan secara verbal (3 cara, yaitu
mengungkapkan, meminta, menolak
dengan benar)
3. Masukkan pada jadwal kegiatan
untuk latihan fisik, minum obat dan
verbal

2 Gangguan persepsi Klien mampu Setelah dilakukan tindakan Lakukan Tindakan SP1 Halusinasi
mengontrol keperawatan: 1. Identifikasi Halusinasi ;
sensori (Halusinasi
Halusinasinya 1. Di harapkan klien mampu Mendiskusikan isi dari halusinasi,
Pendengaran)
mengidentifikasi Halusinasi
frekuensi, waktu terjadi, situasi
2. Diharapka klien dapat mengontrol
halusinasi dengan cara menghardik pencetus halusinasi itu terjadi,
3. Diharapkan klien dapat menghardik perasaan dan respon saat halusinasi
secara mandiri setelah diajarkan
muncul
2. Latih cara mengontrol halusinasi
dengan cara menghardik
3. memasukkan jadwal kegiatan untuk

2
latihan menghardik

IMPLEMENTASI (CATATAN PERKEMBANGAN)

No Hari/Tanggal IMPLEMENTASI EVALUASI PARAF


1. Risiko Perilaku SP1 : Perilaku Kekerasan S:
1. Mengidentifikasi PK Pasien mengatakan “saya masih ada perasan
Kekerasan
2. Mengidentifikasi tanda-tanda PK marah”
Selasa, 21 Maret 2023 O:
3. Menyebutkan jenis PK yang pernah
1. Pasien tampak belum mengetahui tanda-
Jam 07.00-13.00 WIB dilakukannya tanda perilaku kekerasan
4. Menyebutkan akibat dari PK yang 2. Pasien Belum mempraktikkan cara
dilakukannya. mencegah/mengendalikan perilaku
5. Menyebutka cara mencegah / kekerasan dengan Teknik Relaksasi Purnadi Nakalelu
mengendalikan PKnya Nafas Dalam
3. Pasien tampak sekali-kali menatap
dengan tajam
4. Pasien tampak mengempalkan tangan
5. Pasien kooperatif
A:
- Risiko Perilaku Kekerasan
P:
1. Mengevaluasi cara mencegah
/mengendalikan perilaku kekerasan

3
dengan Teknik Relaksasi Nafas Dalam
2. Memasukkan pada jadwal kegiatan
3. Melanjutkan SP1

2 Risiko Perilaku SP2 : Risiko Perilaku Kekerasan S:


Pasien mengatakan “saya marah saya
Kekerasan 1. Melatih cara  mencegah/ mengontrol
berkurang”
Rabu, 22 Maret 2023 perilaku kekerasan secara fisik O:
1. Pasien tampak mengerti tenang Purnadi Nakalelu
Jam 07.00-13.00 WIB kedua
tanda-tanda perilaku kekerasan
2. Mengevaluasi latihan nafas dalam 2. Pasien mulai bisa mempraktikkan
cara mencegah/mengendalikan
3. Melatih cara fisik ke 2: pukul kasur
perilaku kekerasan dengan Teknik
dan bantal Relaksasi Nafas Dalam
3. Pasien tampak sekali-kali menatap
4. Menjadwal kegiatan harian cara
dengan tajam
kedua 4. Pasien tampak mengempalkan
tangan
5. Pasien kooperatif
A:
- Risiko Perilaku Kekerasan
P:
1. Mengendalikan perilaku kekerasan
dengan Teknik Relaksasi Nafas
Dalam

4
2. Memasukkan pada jadwal kegiatan
3. Melanjutkan SP1

3 Gangguan Peresepsi 1. Mengidentifikasi Halusinasi ; S:


sensori (Halusinasi “Pasien mengatakan sebelumnya pernah
Mendiskusikan isi dari halusinasi,
Pendenganran) ada mendengar suara bisikan-bisikan
frekuensi, waktu terjadi, situasi ditelingannya ”
Kamis, 23 Maret 2023
Jam 13.00-18.00 WIB pencetus halusinasi itu terjadi, O:
1. Pasien tampak minum obat secara
Purnadi Nakalelu
perasaan dan respon saat
teratur selama dirumah sakit
halusinasi muncul 2. Pasien minum obat didampingi oleh
2. Melatih cara mengontrol perawat
halusinasi dengan cara A:
menghardik - Gangguan Peresepsi sensori (Halusinasi
Pendenganran)
3. Memasukkan jadwal kegiatan
untuk latihan menghardik P: lanjutkan intervensi 3
Masalah teratasi sebagian lanjutkan
Intervensi 1, 2,dan 3
1. Identifikasi Halusinasi ; Mendiskusikan
isi dari halusinasi, frekuensi, waktu
terjadi, situasi pencetus halusinasi itu
terjadi, perasaan dan respon saat
halusinasi muncul

5
2. Latih cara mengontrol halusinasi
dengan cara menghardik
3. memasukkan jadwal kegiatan untuk
latihan menghardik

6
DAFTAR PUSTAKA

Yusuf, A, dkk. 2015. Buku Ajar Kesehatan Keperawatan Jiwa.


Jakarta: Salemba Medika.

Utari, D. (2021). Asuhan Keperawatan Jiwa Pada Ny. h Dengan


Risiko Perilaku Kekerasan Di Desa Juli Seutuy Bireuen.

Kusumaningtyas, K. P. (2018). Penerapan Tindakan Asertif Pada


Pasien dengan Risiko Perilaku Kekerasan di Bangsal Maintenance RSJ
Grhasia Yogyakarta (Doctoral dissertation, poltekkes kemenkes
yogyakarta).

Anda mungkin juga menyukai