Anda di halaman 1dari 51

LAPORAN KEGIATAN

PENDIDIKAN KESEHATAN PADA KELUARGA PASIEN TENTANG


IBU NIFAS DAN IBU MENYUSUI
DI PUSKESMAS KAYON
PALANGKA RAYA

Di susun oleh:

Octavia Maretanse 2022-04-14901-051


Purnadi Nakalelu 2022-04-14901-055
Ria Fadliani Melina 2022-04-14901-056
Sarpika Yena Amalia 2022-04-14901-060
Wahyu 2022-04-14901-069
Widiya Ningsih 2022-04-14901-071
Wuci Lisan Zena 2022-04-14901-075
Yoga Pratama 2022-04-14901-076

YAYASAN EKA HARAP PALANGKA RAYA


SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN
PROGRAM STUDI PROFESI NERS
TAHUN 2022/2023
LAPORAN KEGIATAN

PENDIDIKAN KESEHATAN PADA KELUARGA PASEIN TENTANG


IBU NIFAS DAN IBU MENYUSUI
DI PUSKESMAS KAYON
PALANGKA RAYA

Disusun Dalam Rangka Untuk Memenuhi Target Praktek Keperawatan


Maternitas Program Studi Profesi Ners

Di susun oleh:

Octavia Maretanse 2022-04-14901-051


Purnadi Nakalelu 2022-04-14901-055
Ria Fadliani Melina 2022-04-14901-056
Sarpika Yena Amalia 2022-04-14901-060
Wahyu 2022-04-14901-069
Widiya Ningsih 2022-04-14901-071
Wuci Lisan Zena 2022-04-14901-075
Yoga Pratama 2022-04-14901-076

YAYASAN EKA HARAP PALANGKA RAYA


SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN
PROGRAM STUDI PROFESI NERS
TAHUN 2022/2023

LEMBAR PENGESAHAN

Laporan Kegiatan Pendidikan Kesehatan Disusun oleh Kelompok III E Program


Studi Profesi Ners

i
Angkatan : Ners X (sepuluh)
Judul : Ibu Nifas dan Ibu Menyusui

Telah melaksanakan laporan pendidikan kesehatan sebagai persyaratan


untuk memenuhi target praktek stase Keperawatan maternitas di Puskesmas
kayon pada program studi Profesi Ners Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Eka
Harap Palangka Raya.

Mengetahui :

Pembimbing Klinik Pembimbing Akademik

Kristalili, S.Kep., Ners Ayu Puspita, Ners, M.kep

ii
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami ucapkan kepada Tuhan Yang Maha Esa karena atas
Rahmat dan karunia-Nya lah kami selaku penulis laporan kegiatan yang berjudul
“Perawatan ibu nifas dan ibu menyusui ” yang mana laporan kegiatan ini
sebagai salah satu tugas untuk memenuhi Target Praktek Stase Keperawatan
Maternitas Di rumah pasien pasca melahirkan Saat penyusunan laporan ini
penulis banyak mendapatkan bimbingan dan dorongan dari berbagai pihak baik
secara langsung maupun tidak langsung. Untuk itu pada kesempatan ini penulis
menyampaikan ucapan terimakasih kepada :
1. Ibu Maria Adelheid Ensia, S.Pd., M.Kes selaku Ketua STIKes Eka Harap
Palangka Raya.
2. Ibu Meilitha Carolina, Ners., M.Kep selaku Ketua Program Studi Ners STIKes
Eka Harap Palangka Raya.
3. Ibu Isna Winanti , S.Kep, Ners, S selaku koordinator Praktik Klinik Program
Studi Ners
4. Ibu Ayu Puspita, Ners, M.kep selaku pembimbing akademik yang telah banyak
memberikan arahan, masukkan, dan bimbingan dalam penyelesaian asuhan
keperawatan ini
5. Ibu Kristalili, S.Kep., Ners selaku pembimbing lahan yang telah banyak
memberikan arahan, masukkan, dan bimbingan dalam penyelesaian asuhan
keperawatan ini
6. Semua pihak yang telah banyak membantu dalam pelaksaan kegiatan praktik
propesi ners dipuskesmas kayon.
Penulis menyadari sepenuhnya bahwa proposal ini masih jauh dari
sempurna. Maka dengan ini penulis sangat mengharapkan kritik dan saran yang
membangun dari berbagai pihak.

Palangka Raya, 15 Oktober 2022

Kelompok III E

iii
DAFTAR ISI

Halaman

LEMBAR PENGESAHAN.................................................................................ii
KATA PENGANTAR........................................................................................iii
DAFTAR ISI.......................................................................................................iv
BAB 1 PENDAHULUAN....................................................................................1
1.1. Latar Belakang...........................................................................................1
1.2. Tujuan Penulisan........................................................................................1
1.2.1. Tujuan Umum............................................................................................1
1.2.2. Tujuan Khusus...........................................................................................2
1.3. Manfaat......................................................................................................2
1.3.1. Bagi Keluarga dan ibu nifas.......................................................................2
1.3.2. Bagi Institusi Eka Harap............................................................................2
BAB 2 TINJUAN PUSTAKA..............................................................................3
2.1. Konsep Dasar Ibu Nifas.............................................................................3
2.1.1. Definisi Ibu Nifas.......................................................................................3
2.1.2. Tahapan Masa Nifas...................................................................................3
2.1.3. Proses Adaptasi Psikologi Masa Nifas.......................................................3
2.1.4. Perubahan Fisiologis Masa Nifas...............................................................5
2.1.5. Kebutuhan Masa Post Partum....................................................................6
2.1.6. Tanda Bahaya Masa Nifas.........................................................................7
2.1.7. Infeksi Masa Nifas………………………………………………………11
2.2. Konsep Dasar Ibu Menyusui....................................................................12
2.2.1. Pengertian Ibu Menyusui...........................................................................9
2.2.2. Tehnik Menyusui Dengan Benar...............................................................9
BAB 3 METODE DAN MEDIA PENYULUHAN........................................11
3.1. Metode.....................................................................................................11
3.2. Media.......................................................................................................11
BAB 4 PELAKSANAAN KEGIATAN..........................................................12
4.1. Tahap Persiapan.......................................................................................12
4.2. Tahap Pelaksanaan...................................................................................12
4.3. Tahap Evaluasi.........................................................................................12
BAB 5 PENUTUP............................................................................................14
5.1. Kesimpulan..............................................................................................14
5.2. Saran.........................................................................................................14
DAFTAR PUSTAKA.........................................................................................15
SATUAN ACARA PENYULUHAN................................................................17
RENCANA KEGIATAN...................................................................................17

iv
BAB 1
PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang


Masa nifas merupakan masa setelah persalinan yaitu terhitung dari setelah
plasenta keluar, masa nifas disebut juga masa pemulihan, dimana alat-alat
kandungan akan kembali pulih seperti semula. Masa nifas merupakan masa ibu
untuk memulihkan kesehatan ibu yang umumnya memerlukan waktu 6-12 minggu
(Nugroho, Nurrezki, Desi, & Wilis, 2014). Nifas adalah periode mulai dari 6 jam
sampai dengan 42 hari pasca persalinan (Kementrian Kesehatan, 2014).
Masa ini merupakan masa yang cukup penting bagi tenaga kesehatan untuk
selalu melakukan perawatan masa nifas karena pada masa ini ibu dan bayi rentang
mengalami masalah. Normalnya masa nifas ibu akan mengalami 3 tahapan yaitu
purperium dini, puerperium intermedial, remote puerperium dam proses
perubahan fisiologis masa nifas antara 6-8 minggu seperti perubahan sistem
reproduksi, perubahan sistem pencernaan, perubahan sistem perkemihan,
perubhan muskulokeletal, perubahan sistem endokrim, perubhan tanda vital,
perubahan sistem kardiosvaskuler, akan kembali pada keadaan semula di saat
keadaan sebelum hamil.(Taufan Nugroho,2014)
Menurut WHO (2013) menyatakan bahwa menyusui merupakan penyelamat
hidup anak yang paling murah dan efektif dalam sejarah kesehatan manusia. Yang
diharapkan adalah minimal enam bulan ibu menyusui anaknya, mendapat
mungkin secara asi eksklusif (enam bulan tanpa ada pemberian cairan/asupan lain
selain ASI). Ironisnya, hanya kurang dari setengah dari anak di dunia menikmati
kesempatan emas ini. Negara Indonesia, Afrika Selatan, Nigeria, dan Tunesia,
dilaporkan mengalami penurunan dalam angka ke-3 berhasilannya. Intervensi dari
promosi kesehatan untuk menyusui menunjukkan efektivitasnya di beberapa
negara. Kamboja, yang pada tahun 2000 hanya 11,7% ibu yang berhasil menyusui
lebih dari enam bulan, dengan intervensi promosi kesehatan untuk menyusui
menunjukkan kenaikan sampai 74% pada tahun 2010 (WHO, 2014).

1
1.2. Tujuan Penulisan
1.2.1. Tujuan Umum
Adapun tujuan umum dari pendidikan kesehatan di puskesmas kayon
palangka raya adalah agar memberikan informasi kepada keluarga pasien tentang
ibu nifas dan ibu menyusui
1.2.2. Tujuan Khusus
1) Ibu nifas
a. Pengertian masa nifas
b. Tahapan masa nifas
c. Proses Adaptasi Psikologis Masa Nifas
d. Perubahan Fisiologis Masa Nifas
e. Kebutuhan Masa Post Partum
f. Tanda –Tanda Bahaya Masa Nifas
g. Infeksi Masa Nifas
2) Ibu menyusui
a. Pengertian ibu menyusui
b. Tehnik menyusui dengan benar
c. Persiapan menyusui
d. Tehnik dasar menyusui
e. Posisi dan pelekatan menyusui
f. Langkah-langkah menyusui yang benar
g. Lama dan frekuensi menyusui
h. Masalah dalam menyusui pada ibu
i. Faktor-faktor yang mempengaruhi ibu menyusui
1.3. Manfaat
1.3.1. Bagi Keluarga Pasien di Ruang Gardenia
Kepada keluarga pasien puskesmas kayon mampu mengetahui tentang
masa nifas pada ibu hamil dan ibu menyusui . Diharapkan dapat menambah
pengetahuan dan wawasan tentang masa nifas dan ibu menyusui dan mampu
menerapkan dalam kehidupan sehari-hari.
1.3.2. Bagi Institusi Eka Harap
Agar institusi dapat menerapkan penyuluhan tentang masa nifas dan ibu
menyusui.

2
8

BAB 2
TINJUAN PUSTAKA

2.
2.1. Konsep Dasar masa nifas
2.1.1. Definisi masa nifas
Masa nifas (Post Partum) adalah masa di mulai setelah kelahiran plasenta
dan berakhir ketika alat kandungan kembali semula seperti sebelum hamil, yang
berlangsung selama 6 minggu atau 42 hari. Selama masa pemulihan tersebut
berlangsung, ibu akan mengalami banyak perubahan fisik yang bersifat fisiologis
dan banyak memberikan ketidak nyamanan pada awal postpartum, yang tidak
menutup kemungkinan untuk menjadi patologis bila tidak diikuti dengan
perawatan yang baik (Yuliana & Hakim, 2020).
Masa nifas (puerperium) adalah masa yang dimulai setelah plasenta keluar
dan berakhir ketika alat-alat kandungan kembali seperti keadaan semula (sebelum
hamil). Masa nifas berlangsung selama kira-kira 6 minggu (Sulistyawati, 2015).

2.1.2. Tahapan masa nifas


Menurut Wulandari (2020) Ada beberapa tahapan yang di alami oleh
wanita selama masa nifas, yaitu sebagai berikut :
a. Immediate puerperium, yaitu waktu 0-24 jam setelah melahirkan. ibu
telah di perbolehkan berdiri atau jalan-jalan
b. Early puerperium, yaitu waktu 1-7 hari pemulihan setelah melahirkan.
pemulihan menyeluruh alat-alat reproduksi berlangsung selama 6-
minggu Later puerperium, yaitu waktu 1-6 minggu setelah melahirkan,
inilah waktu yang diperlukan oleh ibu untuk pulih dan sehat sempurna.
Waktu sehat bisa bermingguminggu, bulan dan tahun.

2.1.3. Proses Adaptasi Psikologis Masa Nifas


Berikut ini 3 tahap penyesuaian psikologi ibu dalam masa post partum
Menurut Sutanto (2019) :
a. Fase Talking In (Setelah melahirkan sampai hari ke dua)
1) Perasaan ibu berfokus pada dirinya.
9

2) Ibu masih pasif dan tergantung dengan orang lain.


3) Perhatian ibu tertuju pada kekhawatiran perubahan tubuhnya.
4) Ibu akan mengulangi pengalaman pengalaman waktu melahirkan.
5) Memerlukan ketenangan dalam tidur untuk mengembalikan keadaan
tubuh ke kondisi normal.
6) Nafsu makan ibu biasanya bertambah sehingga membutuhkan
peningkatan nutrisi.
7) Kurangnya nafsu makan menandakan proses pengembalian kondisi
tubuh tidak berlangsung normal.
8) Gangguan psikologis yang mungkin dirasakan ibu pada fase ini
adalah sebagai berikut:
b. Fase Taking Hold (Hari ke-3 sampai 10)
1) Ibu merasa merasa khawatir akan ketidakmampuan merawat bayi,
muncul perasaan sedih (baby blues).
2) Ibu memperhatikan kemampuan men jadi orang tua dan
meningkatkan teng gung jawab akan bayinya.
3) Ibu memfokuskan perhatian pada pengontrolan fungsi tubuh, BAK,
BAB dan daya tahan tubuh.
4) Ibu berusaha untuk menguasai keterampilan merawat bayi seperti
menggen dong, menyusui, memandikan, dan mengganti popok.
5) Ibu cenderung terbuka menerima nasehat bidan dan kritikan pribadi.
6. Kemungkinan ibu mengalami depresi postpartum karena merasa
tidak mampu membesarkan bayinya.
6) Kemungkinan ibu mengalami depresi postpartum karena merasa
tidak mampu membesarkan bayinya.
7) Wanita pada masa ini sangat sensitif akan ketidakmampuannya,
cepat tersinggung, dan cenderung menganggap pemberi tahuan bidan
sebagai teguran. Dianjur kan untuk berhati-hati dalam berko
munikasi dengan wanita ini dan perlu memberi support.
c. Fase Letting Go (Hari ke-10sampai akhir masa nifas)
10

1) Ibu merasa percaya diri untuk merawat diri dan bayinya. Setelah ibu
pulang ke rumah dan dipengaruhi oleh dukungan serta perhatian
keluarga.
2) Ibu sudah mengambil tanggung jawab dalam merawat bayi dan
memahami kebutuhan bayi
2.1.4. Perubahan Fisiologis Masa Nifas
Sistem tubuh ibu akan kembali beradaptasi untuk menyesuaikan dengan
kondisi post partum. Organ-organ tubuh ibu yang mengalami perubahan setelah
melahirkan antara lain Risa & Rika (2014) :
1) Uterus Involusi merupakan suatu proses kembalinya uterus pada kondisi
sebelum hamil. Perubahan ini dapat diketahui dengan melakukan
pemeriksaan palpasi untuk meraba dimana Tinggi Fundus Uterinya
(TFU).

2) Lokhea Lokhea adalah ekskresi cairan rahim selama masa nifas. Lokhea
berbau amis atau anyir dengan volume yang berbeda-beda pada setiap
wanita. Lokhea yang berbau tidak sedap menandakan adanya infeksi.
Lokhea mempunyai perubahan warna dan volume karena adanya proses
involusi. Lokhea dibedakan menjadi 4 jenis berdasarkan warna dan
waktu keluarnya:
11

a) Lokhea rubra Lokhea ini keluar pada hari pertama sampai hari ke-4
masa post partum. Cairan yang keluar berwarna merah karena terisi
darah segar, jaringan sisasisa plasenta, dinding rahim, lemak bayi,
lanugo (rambut bayi), dan mekonium.
b) Lokhea sanguinolenta Lokhea ini berwarna merah kecokelatan dan
berlendir, serta berlangsung dari hari ke-4 sampai hari ke-7 post
partum.
c) Lokhea serosa Lokhea ini berwarna kuning kecokelatan karena
mengandung serum, leukosit, dan robekan atau laserasi plasenta.
Keluar pada hari ke-7 sampai hari ke14.
d) Lokhea alba Lokhea ini mengandung leukosit, sel desidua, sel epitel,
selaput lendir serviks, dan serabut jaringan yang mati. Lokhea alba
ini dapat berlangsung selama 2-6 minggu post partum. Lokhea yang
menetap pada awal periode post partum menunjukkan adanya tanda-
tanda perdarahan sekunder yang mungkin disebabkan oleh
tertinggalnya sisa atau selaput plasenta. Lokhea alba atau serosa
yang berlanjut dapat menandakan adanya endometritis, terutama bila
disertai dengan nyeri pada abdomen dan demam. Bila terjadi infeksi,
akan keluar cairan nanah berbau busuk yang disebut dengan “lokhea
purulenta”. Pengeluaran lokhea yang tidak lancar disebut “lokhea
statis”.
3) Perubahan Vagina Vulva dan vagina mengalami penekanan, serta
peregangan yang sangat besar selama proses melahirkan bayi. Dalam
beberapa hari pertama sesudah proses tersebut, kedua organ ini tetap
dalam keadaan kendur. Setelah 3 minggu, vulva dan vagina kembali
kepada keadaan tidak hamil dan rugae dalam vagina secara berangsur-
angsur akan muncul kembali, sementara labia menjadi lebih menonjol.
4) Perubahan Perineum Segera setelah melahirkan, perineum menjadi
kendur karena sebelumnya teregang oleh tekanan bayi yang bergerak
maju. Pada post partum hari ke-5, perinium sudah mendapatkan
kembali sebagian tonusnya, sekalipun tetap lebih kendur daripada
keadaan sebelum hamil.
12

5) Perubahan Sistem Pencernaan Biasanya ibu mengalami konstipasi


setelah persalinan. Hal ini disebabkan karena pada waktu melahirkan
alat pencernaan mendapat tekanan yang menyebabkan kolon menjadi
kosong, pengeluaran cairan yang berlebihan pada waktu persalinan,
kurangnya asupan makan, hemoroid dan kurangnya aktivitas tubuh.
6) Perubahan Sistem Perkemihan Setelah proses persalinan berlangsung,
biasanya ibu akan sulit untuk buang air kecil dalam 24 jam pertama.
Penyebab dari keadaan ini adalah terdapat spasme sfinkter dan edema
leher kandung kemih setelah mengalami kompresi (tekanan) antara
kepala janin dan tulang pubis selama persalinan berlangsung. Kadar
hormon estrogen yang besifat menahan air akan mengalami penurunan
yang mencolok. Keadaan tersebut disebut “diuresis”.
7) Perubahan Sistem Muskuloskeletal Otot-otot uterus berkontraksi segera
setelah partus, pembuluh darah yang berada di antara anyaman otot-otot
uterus akan terjepit, sehingga akan menghentikan perdarahan. Ligamen-
ligamen, diafragma pelvis, serta fasia yang meregang pada waktu
persalinan, secara berangsur-angsur menjadi ciut dan pulih kembali.
Stabilisasi secara sempurna terjadi pada 6-8 minggu setelah persalinan.
8) Perubahan Sistem Kardiovaskuler Setelah persalinan, shunt akan hilang
tiba-tiba. Volume darah bertambah, sehingga akan menimbulkan
dekompensasi kordis pada penderita vitum cordia. Hal ini dapat diatasi
dengan mekanisme kompensasi dengan timbulnya hemokonsentrasi
sehingga volume darah kembali seperti sediakala. Pada umumnya, hal
ini terjadi pada hari ketiga sampai kelima postpartum.
9) Perubahan Tanda-tanda Vital Pada masa nifas, tanda – tanda vital yang
harus dikaji antara lain:
a) Suhu badan Dalam 1 hari (24 jam) post partum, suhu badan akan
naik sedikit (37,50 – 38◦ C) akibat dari kerja keras waktu
melahirkan, kehilangan cairan dan kelelahan. Apabila dalam keadaan
normal, suhu badan akan menjadi biasa. Biasanya pada hari ketiga
suhu badan naik lagi karena ada pembentukan Air Susu Ibu (ASI).
13

Bila suhu tidak turun, kemungkinan adanya infeksi pada


endometrium.
b) Denyut nadi normal pada orang dewasa 60-80 kali per menit. Denyut
nadi sehabis melahirkan biasanya akan lebih cepat. Denyut nadi
yang melebihi 100x/ menit, harus waspada kemungkinan dehidrasi,
infeksi atau perdarahan post partum.
c) Tekanan darah Tekanan darah biasanya tidak berubah. Kemungkinan
tekanan darah akan lebih rendah setelah ibu melahirkan karena ada
perdarahan. Tekanan darah tinggi pada saat post partum menandakan
terjadinya preeklampsi post partum.
d) Pernafasan Keadaan pernafasan selalu berhubungan dengan keadaan
suhu dan denyut nadi. Bila suhu nadi tidak normal, pernafasan juga
akan mengikutinya, kecuali apabila ada gangguan khusus pada
saluran nafas. Bila pernafasan pada masa post partum menjadi lebih
cepat, kemungkinan ada tanda-tanda syok.
2.1.5. Kebutuhan Masa Post Partum
a. Nutrisi dan Cairan
Masalah nutrisi perlu mendapat perhatian karena dengan nutrisi yang
baik dapat mempercepat penyembuhan ibu dan sangat mempengaruhi
susunan air susu. Kebutuhan gizi iba saat menyusui adalah sebagai
berikut:
1) Konsumsi tambahan kalori 500 kalori tiap hari
2) Diet berimbang protein, mineral dan vitamin
3) Minum sedikitnya 2 liter tiap hari (+8 gelas)
4) Fe/tablet tambah darah sampai 40 hari pasca persalinan
5) Kapsul Vit. A 200.000 unit
b. Ambulasi Ambulasi dini (early ambulation) adalah kebijaksanaan agar
secepatnya tenaga kesehatan membimbing ibu post partum bangun dari
tempat tidur membimbing secepat mungkin untuk berjalan. Ibu post
partum sudah diperbolehkan bangun dari tempat tidur dalam 24 - 48 jam
postpartum. Hal ini dilakukan bertahap. Ambulasi dini tidak dibenarkan
pada ibu post partum dengan penyulit misalnya anemia, penyakit jantung
14

penyakit paru-paru, demam dan sebagainya. Keuntungan dari ambulasi


dini:
1) Ibu merasa lebih sehat
2) Fungsi usus dan kandung kemih lebih baik.
3) Memungkinkan kita mengajarkan ibu untuk merawat bayinya.
4) Tidak ada pengaruh buruk terhadap proses pasca persalinan, tidak
memengaruhi penyembuhan luka, tidak menyebabkan perdarahan,
tidak memperbesar kemungkinan prolapsus atau retrotexto uteri
c. Eliminasi Setelah 6 jam post partum diharapkan. ibu dapat berkemih, jika
kandung kemih penuh atau lebih dari 8 jam belum berkemih disarankan
melakukan kateterisasi. Hal-hal yang menyebabkan kesulitan berkemih
(predlo urine) pada post partum: Berkurangnya tekanan intra abdominal.
1) Otot-otot perut masih lemah.
2) Edema dan uretra
3) Dinding kandung kemih kurang sensiti!
4) Ibu post partum diharapkan bisa defekasi atau buang air besar setelah
hari kedua post partum jika hari ketiga belum delekasi bisa diberi obat
pencahar oral atau rektal.
d. Kebersihan diri Pada masa postpartum seorang ibu sangat rentan terhadap
infeksi. Oleh karena itu kebersihan tubuh pakaian, tempat tidur, dan
lingkungan sangat penting untuk tetap terjaga. Langkah langkah yang
dilakukan adalah sebagai berikut:
1) Anjurkan kebersihan seluruh tubuh terutama perineum
2) Mengajarkan ibu cara memberikan alat kelamin dengan sabun dan air
dari depan ke belakang
3) Sarankan ibu ganti pembalut setidaknya dua kali sehari
4) Membersihkan tangan dengan sabun dan air sebelum dan sesudah
membersihkan alat kelamin
5) Jika ibu mempunyai luka episiotomi atau laserasi luka jahit pada alat
kelamin, menyarankan untuk tidak menyentuh daerah
tersebut(Elisabeth Siwi Walyani, 2017).
2.1.6. Tanda –Tanda Bahaya Masa Nifas
a. Perdarahan hebat atau peningkatan perdarahan secara tiba-tiba
15

(melebihi haid biasa atau jika perdarahan tersebut membasahi lebih dari
2 pembalut saniter dalam waktu setengah jam)
b. Pengeluaran cairan vaginal dengan bau busuk yang keras.
c. Rasa nyeri di perut bagian bawah atau punggung Sakit Kepala yang
terus menerus. nyeri epigastrium, atau, masalah penglihatan.
d. Pembengkakan pada wajah dan tangan Deman muntah, rasa sakit
sewaktu buang air seni, atau merasa tidak enak badan Payudara yang
memerah panas dan/atau sakit.
e. Kehilangan selera makan untuk waktu yang berkepanjangan Rasa sakit.
warna merah, kelembutan dan/atau pembengkakan pada kaki.
f. Merasa sangat sedih atau tidak mampu mengurus diri-sendiri atau bayi.
g. Merasa sangat letih atau bernafas terengah-engah(Wilujeng & Hartati,
2018).

2.1.7 Infeksi Masa Nifas


Infeksi nifas adalah keadaan yang mencakup semua pera dangan alat-alat
genitalia dalam masa nifas. Infeksi setelah persa linan disebabkan oleh
bakteri atau kuman. Infeksi masa nifas ini menjadi penyebab tertinggi angka
kematian ibu (AKI)(Anik Maryunani, 2017).
a. Tanda dan Gejala Masa Nifas
Demam dalam nifas sebagian besar disebabkan oleh infeksi nifas, Oleh
karena itu, demam menjadi gejala yang penting untuk diwaspadai apabila
terjadi pada ibu postpartum. Demam pada masa nifas sering disebut
morbiditas nifas dan merupakan indeks kejadian infeksi nifas. Morbiditas
nifas ini ditandai dengan suhu 38'C atau lebih yang terjadi selama 2 hari
berturut-turut. Kenaikan suhu ini terjadi sesudah 24 jam postpartum
dalam 10 hari pertama masa nifas. Gambaran klinis infeksi nifas dapat
berbentuk:
1) Infeksi Lokal Pembengkakan luka episiotomi, terjadi penanahan,
perubahan warna kulit, pengeluaran lokhea bercampur nanah,
mobilitasi terbatas karena rasa nyeri, temperatur badan dapat
meningkat.
2) Infeksi Umum Tampak sakit dan lemah, temperatur meningkat,
16

tekanan darah menurun dan nadi meningkat, pernapasan dapat


meningkat dan terasa sesak, kesadaran gelisah sampai menurundan
koma, terjadi gangguan involusi uterus, lokhea berbau dan bernanah
kotor.
b. Faktor Penyebab Infeksi
1) Persalinan lama, khususnya dengan kasus pecah ketuban terlebih
dahulu.
2) Pecah ketuban sudah lama sebelum persalinan.
3) Pemeriksaan vagina berulang-ulang selama persalinan, khususnya
untuk kasus pecah ketuban.
4) Teknik aseptik tidak sempurna.
5) Tidak memperhatikan teknik cuci tangan.
6) Manipulasi intrauteri (misal: eksplorasi uteri, penge luaran plasenta
manual).
7) Trauma jaringan yang luas atau luka terbuka seperti laseri yang tidak
diperbaiki.
8) Hematoma.
9) Hemorargia, khususnya jika kehilangan darah lebih dari 1.000 ml.
10) Pelahiran operatif, terutama pelahiran melalui SC.
11) Retensi sisa plasenta atau membran janin.
12) Perawatan perineum tidak memadai.
13) Infeksi vagina atau serviks yang tidak ditangani.

2.2. Konsep Dasar Ibu menyusui


2.2.1 Pengertian Ibu Menyusui
Menyusui merupakan suatu proses ilmiah, namun sering ibu-ibu tidak
berhasil atau menghentikan menyusui lebih dini dari semestinya (Depkes
RI, 2008). Ibu menyusui adalah ibu yang memberikan air susu kepada bayi
dari buah dada (Kamus Besar Bahasa Indonesia). ASI adalah cairan putih
yang dihasilkan oleh kelenjar payudara ibu melalui proses menyusui. ASI
diproduksi dalam kelenjar-kelenjar susu tersebut, kemudian ASI masuk ke
dalam saluran penampungan ASI dekat putting melalui saluran-saluran air
17

susu (ductus), dan akan disimpan sementara dalam penampungan sampai


tiba saatnya bayi mengisapnya melalui putting payudara (Nur Khasanah,
2011). Hisapan bayi memicu pelepasan ASI dari alveolus mamae melalui
duktus ke sinus lactiferous. Hisapan merangsang produksi oksitosin oleh
kelenjar hypofisis posterior. Oksitosin memasuki darah dan menyebabkan
kontraksi sel-sel khusus (sel-sel myoepithel) yang mengelilingi alveolus
mamae dan duktus lactiferous. Kontraksi sel-sel khusus ini mendorong ASI
keluar dari alveoli melalui duktus lactiferous menuju sinus lactiferous,
tempat ASI akan disimpan. Pada saat bayi menghisap, ASI di dalam sinus
tertekan keluar ke mulut bayi. Gerakan ASI dari sinus ini dinamakan
letdown reflect atau “pelepasan”. Pada akhirnya, letdown dapat keluar tanpa
rangsangan hisapan.

2.2.2 Tehnik Menyusui Dengan Benar

Teknik menyusui yang tidak benar dapat mengakibatkan putting susu


menjadi lecet, ASI tidak keluar optimal sehingga mempengaruhi produksi
ASI selanjutnya atau bayi enggan menyusu (Wulandari & Handayani,
2011). Teknik menyusui yang benar adalah cara memberikan ASI kepada
bayi dengan perlekatan dan posisi ibu dan bayi dengan benar.

1. Persiapan menyusui
Persiapan memberikan ASI dilakukan bersamaan dengan
kehamilan. Pada kehamilan, payudara semakin padat karena retensi
air, lemak serta berkembanganya kelenjar-kelenjar payudara yang
dirasakan tegang dan sakit. Bersamaan dengan membesarnya
kehamilan, perkembangan dan persiapan untuk memberikan ASI
makin tampak. Payudara makin besar, putting susu makin
menonjol, pembuluh darah makin tampak, dan aerola mamae
makin menghitam (Sulystyawati, 2009).
Persiapan memperlancar pengeluaran ASI dilaksanakan dengan
jalan:
a. Membersihkan putting susu dengan air atau minyak,
sehingga epitel yang lepas tidak menumpuk.
18

b. Putting susu ditarik-tarik setiap mandi, sehingga menonjol


untuk memudahkan isapan bayi.
c. Bila puting susu belum menonjol dapat memakai pompa susu
atau dengan jalan operasi (Sulystyawati, 2009).
Tidak ada perawatan khusus untuk putting atau payudara
sebelum menyusui. Putting sudah dirancang untuk menyusui.
Dalam banyak kasus, mereka akan menjalankan fungsinya dengan
sukses tanpa persiapan.
Seorang ibu mungkin akan mengalami kesulitan ketika
belajar menyusui bayinya pertama kali. Anda bisa membantunya
dengan menunjukkan padanya posisi yang benar untuk menyusui.
Posisi yang baik membantu bayi minum lebih baik dan mencegah
putting susu jadi kempis atau pecah (Klein, 2009).
2. Teknik Dasar Menyusui
Adapun teknik dasar pemberian ASI sebagai berikut:
a. Sebelum menyusui, keluarkan ASI sedikit, oleskan pada putting
dan areola (kalang) di sekitarnya sebagai desinfektan dan untuk
menjaga kelembaban putting.
b. Letakkan bayi menghadap payudara ibu. Pegang belakang bahu
bayi dengan satu lengan. Kepala bayi terletak di lengkung siku
ibu. Tahan bokong bayi dengan telapak tangan. Usahakan
perut bayi menempel
19

pada badan ibu dengan kepala bayi menghadap payudara (tidak


hanya membelokkan kepala bayi).
c. Untuk memasukkan payudara ke mulut bayi, pegang payudara
dengan ibu jari atas. Jari yang lain menopang di
bawahnya.Jangan menekan putting susu atau areola-nya saja
( Icemi, 2013).
d. Beri bayi rangsangan membuka mulut (rooting reflek) dengan
cara menyentuh pipi atau sisi mulut bayi dengan putting. Setelah
bayi membuka mulut, segera dekatkan putting ke mulut bayi.
Jangan menjejalkan putting ke mulutnya. Biarkan bayi
mengambil inisiatif.
e. Pastikan bayi tidak hanya mengisap puting, tetapi seluruh
areola masuk ke dalam mulutnya. Jika bayi hanya mengisap
bagian puting, kelenjar-kelenjar susu tidak akan mengalami
tekanan sehingga ASI tidak keluar maksimal. Selain itu, jika
bagian putting saja yang di hisap bisa menyebabkan putting
nyeri dan lecet.
f. Gunakan jari untuk menekan payudara dan menjauhkan hidung
bayi agar pernapasannya tidak terganggu.
g. Jika bayi berhenti menyusu, tetapi masih bertahan di payudara,
jangan menariknya dengan kuat karena dapat menimbulkan
luka. Pertama- tama, hentikan isapan dengan menekan payudara
atau meletakkan jari anda pada ujung mulut bayi.
h. Selama menyusui, tataplah bayi penuh kasih sayang.
i. Jangan khawatir jika bayi belum terampil mengisap dengan baik
maupun bayi masih belajar. Dibutuhkan ketenangan, kesabaran,
dan latihan agar proses menyusui menjadi lancar (Hesty, 2008).

3. Posisi dan perlekatan menyusui


Menurut Djamaludin, dkk (2010) mengatakan bahwa satu
hal yang penting diingat, sebaiknya ibu mencuci tangan dulu
hingga bersih sebelum mulai menyusui. Berikut ini, beberapa cara
20

menyusui:
a. Posisi sambil duduk
1) Ambil posisi duduk yang nyaman. Pangku bayi
dengan
menempelkan perutnya pada perut ibu. Lalu, sanggah
kepalanya tepat pada siku lengan bagian atas. Sementara,
bagian lengan dan telapak tangan ibu menahan punggung dan
bokongnya.
2) Agar lebih merangsang antusias bayi untuk menyusu, pijat
bagian sekitar aerola (daerah sekitar puting) ibu hingga
mengeluarkan sedikit ASI. Oleskan ASI yang keluar itu pada
putting ibu hingga jadi agak basah. Biasanya, bayi akan
langsung mengisap ketika mulut menyentuh tetesan ASI
disekitar putting.
3) Tempelkan mulut bayi pada putting ibu.
4) Saat bayi mulai mengisap tataplah matanya dan sentuhlah ia
sambil mengajaknya bicara. Hal ini merangsang panca indra
dan organ- organ tubuhnya.
5) Biarkan bayi ibu mengisap sepuas-puasnya. Jangan berganti
dulu kesisi payudara yang sedang di isap benar-benar terasa
kosong.
b. Posisi Sambil Berbaring
Menyusui dengan posisi berbaring, pada dasarnya hampir
sama dengan sambil duduk. Para ibu yang melahirkan dengan
metode caesar, akan lebih nyaman bila mengambil posisi
berbaring miring saat pertama kali menyusui. Untuk aktivitas
menyusui di rumahpun, posisi berbaring dapat dijadikan
alternatif bagi ibu.
1) Ibu berbaring miring menghadap bayi yang posisi tidurnya
juga dimiringkan menghadap ibu. Sejajarkan dan tempelkan
mulutnya dengan putting ibu. Lekatkan tubuhnya pada tubuh
ibu. Kemudian, tahan bagian punggung dan bokongnya
dengan tangan ibu. Ketika bayi mulai mengisap, lakukan
21

komunikasi dan sentuhan-sentuhan lembut padanya.


2) Seiring bertambah usia bayi dan perkembangan gerakan-
gerakan tubuhnya, biasanya bayi akan mengeksplorasi
variasi-variasi menyusui yang dirasakan nyaman bagi dirinya.

c. Posisi sambil berdiri


Penjelasan tentang posisi menyusui sambil duduk, dapat
diterapkan untuk posisi berdiri. Namun, bagi para pemula
menyusui dengan posisi berdiri harus dilakukan ekstra hati-hati.
Jika tidak, akan membahayakan bagi bayi. Misalnya, bayi lepas
dari pengkuan. Menyusui sambil berdiri juga mensyaratkan
energi ibu yang cukup besar untuk mengendongnya cukup
lama.
Seiring pengalaman melalui rutinitas menyusui, kelak ibu
pun mampu mengkombinasikan posisi-posisi menyusui.
Nantipun, ibu mampu menyusui sambil tiduran diselingi sambil
duduk dan sambil berdiri. Dapat juga dikombinasikan dengan
melakukan aktivitas ringan lain, seperti mengangkat telepon,
menutup pintu, menyapu lantai, dan sebagainya.
Harus diingat, menyusui sambil beraktivitas lain secara
tidak langsung merupakan wahana rangsangan bagi bayi
mengenal lingkungannya. Sebab, ketika ibu menyusui sambil
mengangkat telpon, bayipun belajar tentang adanya objek
(benda) yang dapat digenggam. Benda itu dapat berbunyi.
Pemahaman yang diperoleh bayi dari apa yang dilihat, didengar,
dan dirasa itulah yang akan turut menentukan perkembangan
lebih jauh potensi kecerdasannya. Terdapat berbagai macam
posisi menyusui. Cara menyusui yang tergolong biasa
dilakukan adalah dengan duduk, berdiri atau berbaring
(Sulytiawati, 2009).
Ada posisi khusus yang berkaitan dengan situasi tertentu
seperti ibu pasca operasi caesar.Bayi diletakkan disamping
kepala ibu dengan posisi kaki diatas. Menyusui bayi kembar
22

dilakukan dengan cara seperti memegang bola bila disusui


bersamaan, dipayudara kiri dan kanan. Pada ASI yang
memancar (penuh), bayi ditengkurapkan diatas dada ibu,
tangan ibu sedikit menahan kepala bayi, dengan posisi ini bayi
tidak tersedak (Sulystyawati, 2009).Perlekatan menyusu (Latch
on) adalah menempelnya mulut bayi di payudara ibu. Untuk itu
diperlukan posisi yang memperhatikan letak tubuh bayi secara
keseluruhan terhadap tubuh ibu. Hal ini akan sangat membantu
bayi menelan ASI dengan mudah dan jumlah yang cukup, dan
pada akhirnya akan meningkatkan produksi ASI sesuai
kebutuhan bayi. Perlekatan yang benar juga menghindari luka
pada putting, karena pada perlekatan yang benar, puting tidak
akan bergesekan dengan langit-langit bayi yang keras,
melainkan jatuh ditengah rongga tenggorokan bayi, sehingga
tidak akan tergesek dan tidak akan luka. Oleh karena itu
perlekatan menyusu dapat dikatakan adalah jantungnya proses
menyusui.

4. Langkah-langkah menyusui yang benar


a. Sebelum menyusui ASI dikeluarkan sedikit, kemudian dioleskan
pada putting dan di sekitar kalang payudara. Cara ini
mempunyai manfaat sebagai desinfektan dan menjaga
kelembaban putting susu.
b. Bayi diletakkan menghadap perut ibu/payudara.
1) Ibu duduk atau barbaring dengan santai, bila duduk lebih baik
menggunakan kursi yang rendah (agar kaki ibu tidak
menggantung) dan punggung ibu bersandar pada sandaran
kursi.
2) Bayi dipegang pada belakang bahunya dengan satu lengan,
kepala bayi terletak pada lengkung siku ibu (kepala tidak
menengadah, dan bokong bayi ditahan dengan telapak).
3) Satu tangan bayi diletakkan dibelakang badan ibu, dan yang
satu didepan.
23

4) Perut bayi menempel pada badan ibu, kepala bayi menghadap


payudara (tidak hanya membelokkan kepala bayi)
5) Telinga dan lengan bayi terletak pada satu garis lurus.
6) Ibu menatap bayi dengan kasih sayang (Icemi, 2013)
c. Payudara dipegang dengan ibu jari di atas dan jari yang lain
menopang di bawah, jangan menekan puting susu atau kalang
payudara saja.
d. Bayi diberi rangsangan agar membuka mulut (rooting reflex)
dengan
cara:
1) Menyentuh pipi dengan putting susu atau,
2) Menyentuh sisi mulut bayi.
e. Setelah bayi membuka mulut, dengan cepat kepala bayi
didekatkan ke payudara ibu dan putting serta kalang payudara
dimasukkan ke mulut bayi:
1) Usahakan sebagian besar kalang payudara dapat masuk ke
mulut bayi, sehingga putting susu berada di bawah langit-
lagit dan lidah bayi akan menekan ASI keluar dari tempat
penampungan ASI yang terletak di bawah kalang payudara.
Posisi yang salah, yaitu apabila bayi hanya mengisap pada
putting susu saja, akan mengakibatkan masukan ASI yang
tidak adekuat dan putting susu lecet.
2) Setelah bayi mulai menghisap payudara tak perlu dipegang
atau disangga lagi (Hesty, 2008)

5. Lama dan frekuensi menyusui


Bayi memiliki jadwal menyusu yang harus diketahui oleh
ibu, biasanya bila bayi merasa lapar ,ia akan menangis minta
disusui. Bayi sebaiknya diberi selang waktu dua jam dari
minumnya yang terakhir. Jika bayi menangis terus menerus berilah
dot dan sebotol air hangat. Selanjutnya gendong dan usap-usaplah
punggungnya hingga tertidur pulas (Riyanti, 2007). Sebaiknya
dalam menyusui bayi tidak dijadwal, sehingga tindakan menyusui
24

bayi dilakukan disetiap saat bayi membutuhkan, karena bayi


25

akan menentukan sendiri kebutuhannya. Ibu harus menyusui


bayinya bila bayi menangis bukan karena sebab lain (kencing,
kepanasan/kedinginan atau sekedar ingin didekap) atau ibu sudah
merasa perlu menyusui bayinya. Bayi yang sehat dapat
menyosongkan satu payudara sekitar 5-7 menit dan ASI dalam
lambung bayi akan kosong dalam waktu 2 jam. Pada awalnya, bayi
tidak memiliki pola yang teratur menyusui dan akan mempunyai
pola tertentu setelah 1-2 minggu kemudian (Hanyow, 2008).
Menyusui yang dijadwal akan berakibat kurang baik,
karena isapan bayi sangat berpengaruh pada rangsangan produksi
ASI selanjutnya. Dengan menyusui tanpa jadwal, sesuai kebutuhan
bayi akan mencegah timbulnya masalah menyusui. Ibu yang
bekerja dianjurkan agar lebih sering menyusui pada malam hari.
Bila sering disusukan pada malam hari akan memicu produksi ASI
(Sulystyawati, 2009).
Menjaga keseimbangan besarnya kedua peyudara maka
sebaiknya setiap kali menyusui harus dengan kedua payudara.
Pesan kan kepada ibu agar berusaha menyusui sampai payudara
terasa kosong. Agar produksi ASI menjadi lebih baik.Setiap kali
menyusui, dimulai dengan payudara yang terakhir disusukan.
Selama masa menyusui sebaiknya ibu menggunakan kutang (BH)
yang dapat menyangga payudara, tetapi tidak terlalu ketat
(Sulystyawati, 2009).

6. Masalah dalam Menyusui pada ibu


a. Masalah masa antenatal (Sulystyawati, 2009)
Putting susu yang tidak menonjol sebenarnya tidak selalu
menjadi masalah. Secara umum, ibu tetap masih dapat menyusui
bayinya dan upaya selama antenatal umumnya kurang
berfaedah, seperti memanipulasi putting dengan perasat
Hoffman, menarik-narik putting, atau penggunaan breastshield
dan breastshell. Yang paling efisien untuk memperbaiki keadaan
26

ini adalah isapan langsung bayi yang kuat. Dalam hal ini,
sebaiknya ibu tidak melakukan apa-apa, tunggu saja sampai
bayi lahir. Segera setelah bayi lahir, ibu dapat melakukan:
1) Skin to skin contact dan biarkan bayi menghisap sedini
mungkin.
2) Biarkan bayi “mencari”putting susu, kemudian menghisapnya.
3) Apabila putting benar-benar tidak muncul, dapat “ditarik”
dengan pompa putting susu (nipple puller) atau yang paling
sederhana modifikasi spuit injeksi 10 ml.
4) Jika tetap mengalami kesulitan, usahakan agar bayi tetap
disusui dengan sedikit penekanan pada areola mamae dengan
jari hingga terbentuk “dot” ketika memasukkan putting susu
ke dalam mulut bayi.
5) Bila terlalu penuh, ASI dapat diperas terlebih dahulu dan
diberikan dengan sendok atau cangkir, atau teteskan langsung
ke mulut bayi.
b. Pada masa setelah persalinan dini
1) Putting susu lecet
Pada keadaan ini, seorang ibu sering menghentikan proses
menyusui karena sakit. Dalam hal ini, yang perlu dilakukan
oleh ibu adalah mengecek bagaimana perlekatan ibu dan
bayi, serta mengecek apakah terdapat infeksi candida (di
mulut bayi)
2) Payudara bengkak
Sebelumnya, kita perlu membedakan antara payudara penuh
karena berisi ASI dengan payudara bengkak. Pada payudara
penuh, gejala yang dirasakan pasien adalah rasa berat pada
payudara, panas, dan keras, sedangkan pada payudara
bengkak akan terlihat payudara odem, Pasien merasakan
sakit, putting susu kencang, kulit mengkilat walau tidak
merah, ASI tidak akan keluar bila diperiksa atau diisap, dan
badan demam setelah 24 jam.
3) Abses Payudara (mastitis)
27

Mastitis adalah peradangan pada payudara. Ada 2 jenis


mastitis, yaitu non-infective mastitis (hanya karena
pembendungan ASI/milk statis dan infective mastitis (telah
terinfeksi bakteri). Gejala yang

ditemukan adalah payudara menjadi merah, bengkak, kadang


disertai rasa nyeri dan panas, serta suhu meningkat.
c. Pada masa setelah persalinan lanjut
1) Sindrom ASI kurang
Ibu dan bayi dapat saling membantu agar produksi ASI
meningkat dan bayi dapat terus memberikan isapan
efektifnya. Pada keadaan tertentu, ketika produksi ASI
memang sangat tidak memadai, perlu upaya yang lebih,
misalnya relaksasi dan bila perlu dapat dilakukan pemberian
ASI suplementer.
2) Ibu yang bekerja
Sering kali alasan pekerjaan membuat seorang ibu merasa
kesulitan untuk memberikan ASI secara eksklusif. Banyak di
antaranya disebabkan karena ketidaktahuan dan kurangnya
minat untuk meyusui bayinya.
3) Pengeluaran ASI
Keluarkan ASI sebanyak mungkin dan tamping di dalam
cangkir atau gelas yang bersih. Meskipun langkah ini
kelihatannya sederhana, namun tidak ada salahnya jika
bidan/perawat memberikan bimbingan teknik memerah ASI
yang tepat.

7. Faktor-faktor yang mempengaruhi Ibu menyusui


Sikap dan keputusan ibu dalam memberikan ASI dipengaruhi
oleh beberapa faktor, yaitu pengalaman menyusui sebelumnya,
apakah ibu menyusui pertama kali atau tidak, apakah menyusui
sebelumnya pernah mengalami kegagalan atau tidak (kemampuan
dalam menyusui), adat istiadat atau pandangan budaya dan
28

kepercayaan dalam menyusui di tempat tinggal ibu, kebiasaan ibu


serta keluarga dalam menyusui, dukungan keluarga dan
lingkungan pada ibu untuk tetap menyusui, faktor pengetahuan, dan
informasi yang diterima ibu dan keluarga tentang manfaat ASI
untuk bayi, ibu dan keluarga, sikap dan penerimaan terhadap
kelahiran, dukungan dari petugas kesehatan tempat ibu
melahirkan, motivasi untuk memberikan ASI secara eksklusif pada
bayinya, faktor ibu bekerja (pekerjaan ibu), usia ibu (Sidi, dkk,
2010).
Ku dan Chow (2010) menyatakan faktor yang sangat
berpengaruh terhadap pemberian ASI adalah dukungan sosial
keluarga dan motivasi menyusui. Sharpe, et al (2003) menyatakan
bahwa karakteristik ibu (pendidikan, ibu bekerja, penggunaan
kontrasepsi sesudah melahirkan, status pernikahan), dan
pendapatan keluarga berpengaruh terhadap pemberian ASI, dan ibu
dengan penyakit HIV juga merupakan faktor yang mempengaruhi
pemberian ASI (Swarts, Kruger & Dolman, 2010).
29

BAB 3
METODE DAN MEDIA PENYULUHAN

3.
3.1. Metode
Metode berasal dari Bahasa Yunani “Methodos’’ yang berarti cara atau jalan
yang ditempuh. Sehubungan dengan upaya ilmiah, maka metode menyangkut
masalah cara kerja untuk dapat memahami objek yang menjadi sasaran ilmu yang
bersangkutan. Fungsi metode berarti sebagai alat untuk mencapai tujuan
Metode adalah prosedur atau cara yang ditempuh untuk mencapai tujuan
tertentu. Kemudian ada satu istilah lain yang erat kaitannya dengan dua istilah ini,
yakni tekhnik yaitu cara yang spesifik dalam memecahkan masalah tertentu yang
ditemukan dalam melaksanakan prosedur.
Adapun metode yang digunakan dalam kegiatan Penyuluhan kesehatan pada
Keluarga Pasien di Puskesmas Kayon Palangka Raya meliputi:
1. Metode Ceramah
Ceramah adalah penerangan secara lisan atas bahan pembelajaran
kepada sekelompok pendengar untuk mencapai tujuan pembelajaran tertentu
dalam jumlah yang relatif besar.
2. Tanya – Jawab
Tanya – jawab dapat merangsang keingintahuan belajar, menstimulasi
imajinasi anak-anak belajar dan memotivasi untuk memperoleh pengetahuan
yang baru
3.2. Media
Media adalah segala bentuk dan saluran yang digunakan untuk menyampaikan
informasi atau pesan. Kata media berasal dari kata latin, merupakan bentuk jamak
dari kata “medium”. Secara harfiah kata tersebut mempunyai arti “perantara” atau
“pengantar”, yaitu perantara sumber pesan dengan penerima pesan Jadi, dalam
pengertian yang lain, media adalah alat atau sarana yang dipergunakan untuk
menyampaikan pesan dari komunikator kepada khalayak.
Adapun media yang digunakan dalam kegiatan Penyuluhan kesehatan pada
Keluarga Pasien di Puskesmas Kayon Palangka Raya meliputi :
1. Leaflet
30

2. Banner
BAB 4
PELAKSANAAN KEGIATAN

Adapun tahap dalam kegiatan yaitu :


4.
4.1. Tahap Persiapan
Adapun tugas yang dilakukan oleh Mahasiswa (i) dalam tahap persiapan
kegiatan pengabdian kepada masyarakat STIKes Eka Harap Palangka Raya
meliputi:
1) Melakukan persiapan bahan yang akan digunakan dalam penyuluhan dua
hari sebelum dilaksanakan kegiatan penyuluhan.
2) Melakukan persiapan media yang akan digunakaan dalam penyuluhan dua
hari sebelum dilaksanakan kegiatan penyuluhan.
3) Melakukan role play sehari sebelum dilaksanakan kegiatan penyuluhan.
4.2. Tahap Pelaksanaan
Adapun tugas yang dilakukan oleh tim dalam tahap pelaksanan kegiatan
pengabdian kepada masyarakat STIKes Eka Harap Palangka Raya meliputi;
1) Penyuluhan dilakukan pada pukul 09.00 – 09.30 WIB sampai dengan selesai
di Puskesmas Kayon Palangka Raya
2) Peserta yang hadir sejumlah 2 orang dari keluarga pasien Puskesmas Kayon
Palangka Raya
3) Menyiapkan tempat sesuai dengan rencana yang dilakukan di Puskesmas
Kayon Peran mahasiswa sesuai dengan uraian tugas yang sudah ditetapkan
pada kegiatan penyuluhan.
4) Penggunaan bahasa sudah komunikatif dan dapat dimengerti oleh keluarga
pasien di Puskesmas Kayon Palangka Raya
4.3. Tahap Evaluasi
1) Evaluasi Struktur
a. Mempersiapkan tempat di Puskesmas Kayon Palangka Raya sesuai
dengan perencanaan.
b. Organisasi sesuai dengan apa yang sudah ditetapkan dalam perencanaan.
31

2) Evaluasi Proses
a. Penyuluhan dimulai pada pukul 09.00 – 09.30 WIB sesuai dengan waktu
yang direncanakan.
b. Jumlah keluarga pasien di Rumah pasien 2 orang
3) Evaluasi Hasil
a. Semua keluarga pasien dirumah pasien mengerti apa yang disampaikan
oleh penyuluh.
b. Keluarga pasien berperan aktif selama kegiatan penyuluhan
berlangsung.
32

BAB 5
PENUTUP

5.
5.1. Kesimpulan
Setelah diberikan Pendidikan Kesehatan di Rumah Pasien dengan topik
“Ibu Nifas Dan Ibu Menyusui’’ keluarga pasien mampu mengetahui dan mengerti
topik tersebut, keluarga pasien di Rumah Pasien dapat berperan aktif dalam
evaluasi penyuluhan tersebut. Keluarga pasien dapat memahami dan mengerti
topik penyuluhan sehingga dapat diterapkan sebagai pendidikan.

5.2. Saran
Setelah diberikan Pendidikan Kesehatan di Rumah pasien dengan topik
“Ibu Nifas dan Ibu Menyusui” diharapkan :
a. Pihak institusi dapat melaksanakan penyuluhan kembali di rumah pasien
atau di Puskesmas Kayon Palangka Raya
b. Pihak Puskesmas Kayon Palangka Raya dapat menerima dengan baik jika
diadakan penyuluhan kembali.
33

DAFTAR PUSTAKA

Cita, Putri Mutiara. 2011. Etika dalam Promosi Kesehatan. [Online].


http://putrimetiarac.blogspot.com. Diakses tanggal 18 April 2013
Kemenkes. (2019). Buku Kesehatan Ibu dan Anak. Jakarta : Kementrian
Kesehatan RI.
Kowalak, J. (2011). Buku ajar patofisiologi. Jakarta: EGC.
Rab, T. (2010).Ilmu penyakit paru. Jakarta: TIM.
Sulistyawati A, 2009. Asuhan Kebidanan Pada Masa Kehamilan. Jakarta :
Salemba Medika
Sulistyaningsih, 2012. Metodelogi Penelitian Kebidanan Kebidanan Kuantatif-
Kualitatif. Yogyakarta : Graha Ilmu
Tamsuri, A. (2008). Asuhan keperawatan klien gangguan pernafasan. Jakarta:
EGC.
Prawirohardjo, Sarwono, 2005, Ilmu Kebidanan, Jakarta; Tridasa Printer
34

SATUAN ACARA PENYULUHAH (SAP)


IBU NIFAS DAN MENYUSUI

I. Identitas
Topik : Masa Nifas
Sasaran : Pasien dan keluarganya
Waktu : 09.00 WIB-Selesai
Hari/Tanggal : Juma’t, 14 Oktober 2022
Tempat :-
Penyuluhan : 1. Moderator :-
2. Pemateri :-
3. Fasilitator :-
4. Observer :-

II. Tujuan Intruksional Umum (TIU)


Setelah dilakukan pendidikan kesehatan selama 25 menit tentang latihan
gerak, pasien dan keluarga mengetahui apa itu masa nifas serta kebutuhan
ibu selama masa nifas serta cara menyusui .
III. Tujuan Intruksional Khusus (TIK)
Setelah penyuluhan, keluarga pasien dapat :
1. Menjelaskan Apa Itu masa nifas
2. Menjelaskan tujuan asuhan masa nifas
3. Menjelaskan waktu dan tujuan kunjungan masa nifas
4. Menjelaskan kebutuhan ibu masa nifas
IV. METODE
1. Ceramah
2. Tanya Jawab
35

V. Kegiatan Penyuluhan

Tahap Waktu Kegiatan Penyuluhan


Pembukaan 5 Menit 1. Memberikan salam
2. Memperkenalkan diri
3. Kontrak waktu
4. Menjelaskan tujuan
Penyajian 10 Enit 1. Menjelaskan Apa Itu masa nifas
2. Menjelaskan tujuan asuhan masa nifas
3. Menjelaskan waktu dan tujuan
kunjungan masa nifas
4. Menjelaskan kebutuhan ibu masa nifas

Penutup 10 Menit 1. Meminta peserta menjelaskan kembali


materi yang telah disampaikan
2. Menyimpulkan hasil penyuluhan
3. Menutup acara dengan salam penutup

VI. Media
1. Leaflet
2. Lembar balik

VII. Setting Tempat

Keterangan:
36

: Pemateri
: Moderator
: Fasilitator
: Observer
: Peserta

VIII. Evaluasi
1. Penyaji datang tepat waktu sesuai dengan kontrak yang telah ditetapkan
2. Keluarga pasien memperhatikan materi yang disampaikan penyaji
3. Keluarga pasien mengikuti pendidikan kesehatan dari awal sampai
selesai
37

Dokumentasi Penkes

Gambar 1.1. Penyaji menyampaikan materi

Gambar 1.2. notulen Membagikan leaflet


38

Gambar 1.3. Penyuluhan selesai


39

SATUAN ACARA PENYULUHAH (SAP)


IBU MENYUSUI
IX. Identitas
Topik : Cara Menyusui Yang Benar
Sasaran : Ibu Menyusui
Waktu : 10.00 WIB-Selesai
Hari/Tanggal : Sabtu, 15 Oktober 2022
Tempat :-
Penyuluhan : 1. Moderator :-
2. Pemateri :-
3. Fasilitator :-
4. Observer :-

X. Tujuan Intruksional Umum (TIU)

Setelah dilakukan pendidikan kesehatan selama 25 menit tentang cara menyusui yang
benar setelah mendapat penyuluhan diharapkan ibu-ibu dapat mempraktekkan cara
menyusui yang benar.

XI. Tujuan Intruksional Khusus (TIK)


Setelah penyuluhan, keluarga pasien dapat :
5. Peserta dapat menjelaskan pengertian cara menyusui yang benar
6. Peserta dapat Menyebutkan posisi menyusui yang benar
7. Peserta dapat menjelaskan mengapa ibu perlu mengetahui cara menyusui yang benar
8. Peserta dapat menjelaskan pentingnya pemberian ASI untuk bayi
9. Peserta dapat mempraktekkan cara menyusui yang benar

XII. METODE
3. Ceramah
4. Tanya Jawab
40

XIII. Kegiatan Penyuluhan

Tahap Waktu Kegiatan Penyuluhan


Pembukaan 5 Menit 1. Memberikan salam
2. Memperkenalkan diri
3. Kontrak waktu
4. Menjelaskan tujuan
Penyajian 10 Menit 1. Menjelaskan pengertian cara menyusui
yang benar
2. Menyebutkan posisi menyusui yang benar
3. Menjelaskan mengapa ibu perlu
mengetahui cara menyusui yang benar
4. Menjelaskan pentingnya pemberian ASI
untuk bayi
5. Mempraktekkan cara menyusui yang benar
Penutup 10 Menit 1. Meminta peserta menjelaskan kembali
materi yang telah disampaikan
2. Menyimpulkan hasil penyuluhan
3. Menutup acara dengan salam penutup

XIV. Media
1. Leaflet
2. Lembar balik

XV. Setting Tempat


41

Keterangan:
: Pemateri
: Moderator
: Fasilitator
: Observer
: Peserta

XVI. Evaluasi
4. Penyaji datang tepat waktu sesuai dengan kontrak yang telah ditetapkan
5. Pasien memperhatikan materi yang disampaikan penyaji
6. Pasien mengikuti pendidikan kesehatan dari awal sampai selesai
42

MATERI

A. Cara menyusui yang benar

Adalah cara memberikan ASI kepada bayi dengan perlekatan dan posisi ibu dan bayi
dengan benar. Memberi ASI dalam suasana yang santai bagi ibu dan bayi. Buat kondisi
ibu senyaman mungkin. Selama beberapa minggu pertama, bayi perlu diberi ASI setiap
2,5 -3 jam sekali. Menjelang akhir minggu ke enam, sebagian besar kebutuhan bayi akan
ASI setiap 4 jam sekali. Jadwal ini baik sampai bayi berumur antara 10-12 bulan. Pada
usia ini sebagian besar bayi tidur sepanjang malam sehingga tidak perlu lagi memberi
makan di malam hari.
B. Posisi menyusui

1) Posisi Dekapan

Posisi klasik dan telah menjadi kegemaran kebanyakan para ibu, posisi ini
membolehkan perut bayi dan perut ibu bertemu supaya tidak perlu memutar
kepalanya untuk menyusu. Kepala bayi berada di dalam dekapan, sokong kepala
badan dan punggung bayi serta lengan bayi perlu berada di bagian sisinya.

2) Posisi Football hold

Posisi ini sangat sesuai jika baru pulih dari pembedahan caesar, memiliki payudara
yang besar, menyusui bayi prematur atau bayi yang kecil ukurannya atau menyusui
anak kembar pada waktu yang bersamaan. Sokong kepala bayi dengan tangan,
menggunakan bantal untuk menyokong belakang badan ibu.
3) Posisi Berbaring

Posisi ini apabila ibu dan bayi merasa letih. Jika baru pulih dari pembedahan caesar
ini mungkin satu-satunya posisi yang biasa dicoba pada beberapa hari pertama.
Sokong kepala ibu dengan lengan dan sokong bayi dengan lengan atas.
43

C. Fungsi menyusui yang benar

1) Puting susu tidak lecet

2) Perlekatan menyusu pada bayi kuat

3) Bayi menjadi tenang

4) Tidak terjadi gumoh

5) Kebutuhan gizi bayi tercukupi

D. Akibat tidak menyusui dengan benar

1) Puting susu menjadi lecet

2) ASI tidak keluar secara optimal sehingga mempengaruhi produksi ASI

3) Bayi enggan menyusu

4) Bayi menjadi kembung


44

E. Tanda bayi menyusui dengan benar

1. Bayi tampak tenang

2. Badan bayi menempel pada perut ibu

3. Mulut bayi terbuka lebar

4. Dagu bayi menempel pada payudara ibu

5. Sebagian areola masuk dalam mulut bayi, areola bawah masuk lebih banyak

6. Bayi Nampak menghisap kuat dengan irama perlahan

7. Puting susu tidak terasa nyeri

8. Telinga dan lengan bayi terletak pada satu garis lurus

9. Kepala bayi agak menengadah

6. Langkah-langkah menyusui yang benar

1) Menjelaskan maksud dan tujuan pendkes

2) Cuci tangan sebelum menyusui dan mengajari ibu

3) Ibu duduk atau berbaring dengan santai (bila duduk lebih baik menggunakan kursi
yang rendah agar kaki ibu menggantung dan punggung ibu bersandar pada
sandaran kursi).
4) Mempersilahkan dan membantu ibu membuka pakaian bagian atas

5) Sebelum menyusui ASI dikeluarkan sedikit, kemudian dioleskan pada puting


dan sekitar areola payudara (cara ini mempunyai manfaat sebagai desinfektan
dan menjaga kelembaban puting susu).
6) Mengajari ibu untuk meletakkan bayi pada satu lengan, kepala bayi berada pada
lengkung siku ibu dan bokong bayi berada pada lengan bawah ibu
7) Mengajari ibu untuk menempelkan perut bayi pada perut ibu dengan meletakkan satu
tangan bayi di belakang badan ibu dan yang satu di depan, kepala bayi menghadap
payudara
8) Mengajari ibu untuk memposisikan bayi dengan telinga dan lengan pada garis lurus

9) Mengajari ibu untuk memegang payudara dengan ibu jari diatas dan jari yang
45

lain menopang dibawah serta jangan menekan puting susu dan areolanya
10) Mengajari ibu untuk merangsang membuka mulut bayi : Menyentuh pipi
dengan puting susu atau menyentuh sudut mulut bayi
46

11) Setelah bayi membuka mulut (anjurkan ibu untuk mendekatkan dengan cepat kepala
bayi ke payudara ibu, kemudian memasukkan puting susu serta sebagian besar areola
ke mulut bayi)
12) Setelah bayi mulai menghisap, menganjurkan ibu untuk tidak memegang atau
menyangga payudara lagi

cara yang benar

cara yang salah


47

13) Menganjurkan ibu untuk memperhatikan bayi selama menyusui

14) Mengajari ibu cara melepas isapan bayi (jari kelingking dimasukkan ke
mulut bayi melalui sudut mulut atau dagu bayi ditekan ke bawah.

15) Setelah selesai menyusui, mengajarkan ibu untuk mengoleskan sedikit


ASI pada puting susu dan areola. Biarkan kering dengan sendirinya

cara menyusui yang benar

16) Mengajari ibu untuk menyendawakan bayi : Bayi digendong tegak dengan
bersandar pada bahu ibu kemudian punggung ditepuk perlahan-lahan sampai
bayi bersendawa (bila tidak bersendawa tunggu 10 – 15 menit) ATAU Bayi
ditengkurapkan dipangkuan.
48
49
50

Dokumentasi Penkes

Gambar 1.1. Penyaji menyampaikan materi

Gambar 1.2. notulen Membagikan leaflet


51

DAFTAR PUSTAKA
Anggun, R. (2017). Hubungan Teknik Menyusui Dengan Keberhasilan Menyusui
Pada Bayi Usia 0-6 Bulan Yang Berkunjung Di Puskesmas Kedaton Tahun
2015. Jurnal Kesehatan Holistik (The Journal of Holistic Healthcare),
Volume 11, No.2, April 2017: 90-94 90
Anggraini, Y. 2010. Asuhan Kebidanan Masa Nifas. Yogyakarta : Pustaka Riham
Astutik, R. Y. (2014). Payudara dan Laktasi. Jakarta: Salemba Medika

Fatimah, S. (2013). Faktor Pelaksanaan Kesehatan Reproduksi Perusahaan dan


Dukungan Keluarga Dalam Penentuan Pola Menyusui Oleh Pekerja (Buruh)
Wanita di kabupaten Kudus.

Hidayat, A.A. (2009). Metode Penelitian Keperawatan dan Teknik Analisis Data.
Jakarta : Salemba Medika.

Ilhami, M.F. (2015). Hubungan Pengetahuan Ibu Tentang ASI Eksklusif

Lestari, D. (2013). Hubungan Tingkat Pengetahuan Ibu Tentang Air Susu Ibu dan
Pekerjaan Ibu dengan Pemberian ASI Eksklusif di Kelurahan Fajar Bulan.

Anda mungkin juga menyukai