PROPOSAL PENELITIAN
Disusun oleh :
Melinda
2310101151
PROPOSAL PENELITIAN
Diajukan Untuk Menyusun Skripsi
Program Studi Kebidanan Program Sarjana
dan Pendidikan Profesi Bidan
Fakultas Ilmu Kesehatan
di Universitas ‘Aisyiyah
Yogyakarta
Disusun oleh :
Melinda
2310101151
i
HALAMAN PERSETUJUAN
ii
HALAMAN PENGESAHAN
SKRIPSI
Disusun oleh :
Melinda
2310101151
Dewan Penguji :
iii
KATA PENGANTAR
Assalamualaikum Wr.Wb
Puji syukur kehadiran Allah SWT karena berkat limpahan Rahmat dan Karunia-Nya sehingga
dapat menyusun proposal skripsi dengan judul “Hubungan Pemberian ASI Eksklusif Terhadap
Kenaikan Berat Badan Bayi Usia 6-12 Bulan Di Puskesmas Tempel I Kabupaten Sleman”. Dan
dapat diselesaikan proposal skripsi ini tepat pada waktunya. Sholawat serta salam semoga tetap
tercurahkan kepada Nabi Muhammad SAW, beserta keluarga dan para sahabatnya yang telah
membimbing kita dari jalan kegelapan menuju jalan yang terang benderang. Hasil Skripsi ini
merupakan sebagai persyaratan untuk mencapai derajat SI Program Studi Sarjana Kebidanan dan
Profesi Bidan Universitas ‘Aisyiyah Yogyakarta. Penyusunan Proposal Skripsi ini penulis banyak
mengalami hambatan serta banyak kekurangan. Namun berkat bimbingan dan bantuan serta
semangat dari berbagai pihak, akhirnya penulis dapat menyelesaikan dengan maksimal.
Terima kasih dan penghargaan setinggi-tingginya penulis sampaikan pada pihak yang telah
membantu dan membimbing dalam proses penyelesaian skripsi ini, khususnya kepada yang
terhormat :
1. Dr. Warsiti, S.Kp., M.Kep., Sp.Mat selaku Rektor Universitas ‘Aisyiyah Yogyakarta.
2. M. Ali Imron, M.Fis. selaku Dekan Fakultas Ilmu Kesehatan Universitas ‘Aisyiyah
Yogyakarta.
3. Nidatul Khofiyah, S.Keb., Bd., MPH selaku Kepala Program Studi Kebidanan Program
Pendidikan Profesi Bidan Universitas ‘Aisyiyah Yogyakarta.
4. Anjarwati, S. SiT, MPH selaku dosen pembimbing yang telah banyak memberikan bimbingan,
arahan, koreksi serta nasehat sehingga proposal skripsi ini dapat diselesaikan.
5. Suyani, S.ST., M.Keb selaku penguji yang telah memberi masukan serta ilmu yang bermanfaat
untuk kemajuan proposal skripsi ini.
6. Pihak Puskesmas Tempel I yang sudah membantu dan meluangkan waktu untuk peneliti
mendapatkan data-data yang diperlukan sehingga proposal ini dapat diselesaikan.
7. Orang tua dan seluruh keluarga yang telah memberikan dukungan moril, material, dan
spiritual, pengorbanan dan doa tulus selama penulis menjalani program pendidikan.
8. Rekan-rekan mahasiswi Universitas ‘Aisyiyah Yogyakarta yang saling memberikan semangat
dan dukungan dalam penulisan proposal skirpsi ini.
Semoga Allah SWT memberikan balasan atas jasa baik yang telah diberikan dan menjadikan
yang terbaik bagi kita semua. Penulis menyadari bahwa proposal skirpsi ini masih jauh dari kata
sempurna. Oleh karena itu, penulis mengharapakan kritik dan saran yang bersifat membangun dan
berharap agar proposal skripsi ini dapat bermanfaat bagi kita semua. Amin Ya Robbal’ Alamin
Yogyakarta, Maret 2024
Penulis
iv
DAFTAR ISI
v
B. Analisis Data .............................................................................................................................. 42
VII. Etika Penelitian .......................................................................................................................... 43
1. Ethical Clearance (kelayakan etik) .......................................................................................... 43
2. Anonymity (tanpa nama)........................................................................................................... 43
3. Confidentiality (kerahasiaan) ................................................................................................... 43
VIII. Jalannya Penelitian ................................................................................................................... 44
1. Tahap Perencanaan .................................................................................................................. 44
2. Tahap Pelaksanaan ................................................................................................................... 45
3. Tahap Akhir .............................................................................................................................. 45
vi
DAFTAR TABEL
vii
DAFTAR GAMBAR
viii
DAFTAR SKEMA
ix
DAFTAR LAMPIRAN
x
BAB I
PENDAHULUAN
I. Latar Belakang
Pemberian air susu ibu (ASI) secara eksklusif adalah bayi hanya diberi ASI saja, sejak
setelah lahir sampai 6 bulan, tanpa tambahan cairan lain seperti susu formula, sari buah, air
putih, madu, air teh, dan tanpa makanan padat seperti buah-buahan, biskuit, bubur nasi dan nasi
tim (Walyani, E. S. & Purwoastuti, T.E., 2020). Pemberian ASI Eksklusif memiliki banyak
manfaat seperti mengandung antibodi, mengurangi kejadian diare, dan meningkatkan ikatan
antara ibu dan bayi (Sutanto, A. V, 2018). Bayi yang tidak diberikan ASI eksklusif beresiko 30
kali lebih besar terkena diare, malnutrisi, obesitas, diabetes bahkan kematian (Warastuti &
Muslim, 2021).
Menurut WHO hanya 20% negara di dunia termasuk Indonesia, mewajibkan pemberi kerja
menyediakan cuti melahirkan dalam tanggungan dan fasilitas untuk menyusui atau memerah
ASI, kurang dari separuh bayi di bawah umur 6 bulan mendapatkan ASI eksklusif (WHO,
2023). Berdasarkan data dari WHO, rata-rata angka pemberian ASI eksklusif didunia pada
tahun 2022 hanya sebesar 44% bayi usia 0-6 bulan diseluruh dunia yang mendapatkan ASI
eksklusif selama periode 2015-2020 dari 50% target pemberian ASI eksklusif (Pidiyanti et al.,
2023). Cakupan ASI eksklusif di Indonesia pada 2022 tercatat hanya 67,96%, menurun dari
69,7% dari 2021. Cakupan ASI eksklusif di Yogyakarta, jumlah ibu menyusui secara eksklusif
1
2
Rata-rata cakupan Kabupaten Sleman tahun 2019 adalah 82,25% angka tersebut belum
mencapai target renstra Kabupaten Sleman yaitu 84% namun sudah meningkat dibandingkan
tahun lalu yang mencapai 81,73%. Dari 25 Puskesmas sebagian besar yaitu 14 puskesmas belum
Sleman, 2020). Berdasarkan data Dinkes Kabupaten Sleman tahun 2023 yang didapatkan
peneliti pada tanggal 1 Maret 2024 dengan melihat data sekunder rata-rata cakupan bayi 0-6
bulan yang mendapatkan ASI eksklusif di Kabupaten Sleman mencapai 88,10% angka tesebut
sudah mencapai target indikator cakupan bayi usia kurang dari 6 bulan mendapatkan ASI
eksklusif yaitu sebesar 84,8%. Selain itu target indikator kinerja program gizi kabupaten sleman
tahun 2024 yaitu 85%. Hal ini menandakan perlunya dukungan lebih intensif agar cakupan ini
Pemberian ASI eksklusif menjadi salah satu upaya dalam mencegah kematian dan
kekurangan gizi bayi dan balita (Warastuti & Muslim, 2021). Menurut sistem pencernaanya,
ASI merupakan makanan terbaik untuk bayi 0-6 bulan, murah dan bersih. Oleh karena itu, setiap
anak hendaknya menerima ASI eksklusif. Bayi yang mendapatkan ASI mempunyai kenaikan
berat badan yang baik setelah lahir, pertumbuhan setelah periode perinatal baik, dan
mengurangi kemungkinan obesitas sehingga dapat membantu memulai kehidupan bayi dengan
Pertumbuhan adalah peningkatan jumlah dan ukuran sel di seluruh tubuh yang dapat
diukur. Pertumbuhan berhubungan dengan perubahan ukuran, bentuk, jumlah sel dan organ.
Pertumbuhan dapat diukur dalam satuan berat (gram, kilogram) (Sinta E. L. dkk, 2019). Dalam
menilai pertumbuhan diperlukan beberapa kali pengukuran untuk melihat arah pertumbuhan.
Pada bayi baru lahir sebaiknya pengukuran dilakukan pada minggu pertama, ke-2 dan ke-4,
selanjutnya dianjurkan melakukan pengukuran antropometri satu kali setiap bulan (Wahyuni,
2018). Berat badan merupakan ukuran antropometri yang paling penting dan paling banyak
digunakan pada bayi baru lahir. Berat badan digunakan untuk mendiagnosis bayi normal atau
Upaya pemenuhan layanan esensial utama usia bayi dan balita adalah pemberian ASI
eksklusif serta upaya preventif untuk pelayanan kesehatan balita salah satunya dengan
pertumbuhan dan perkembangan seperti balita bermasalah gizi (stunting, wasting, gizi buruk,
obesitas) untuk dilakukan tatalaksana yang sesuai atau rujukan. Indikator keberhasilan diukur
dengan melihat persentase balita dipantau pertumbuhan dan perkembangan dibagi dengan
seluruh sasaran balita. Secara nasional, indikator yang dicapai cenderung menurun
dibandingkan tahun 2021 yang mencapai 81,8%. Tahun 2022 hanya mencapai 78,3%, namun
mulai di tingkat nasional sampai tingkat daerah. Di tingkat nasional mandat pemberian ASI
eksklusif tertuang dalam UU No. 36 tahun 2019 tentang kesehatan pasal 128 ayat 1, PP No. 33
tahun 2012 tentang pemberian ASI eksklusif, PP No. 69 tahun 1999 tentang iklan dan label
pangan yang mencantumkan pelarangan iklan di media massa dan elektronik untuk produk
pengganti ASI atau susu formula untuk bayi di bawah usia 1 tahun. Permenkes No. 15 Tahun
2013 tentang tata cara penyediaan fasilitas khusus menyusui dan memerah ASI (Kemenkes RI,
3
2021).
Pemberian ASI eksklusif didorong oleh berbagai faktor sosial budaya yang berkaitan
dengan kebiasaan masyarakat memberikan makanan pada bayi baru lahir. Masyarakat masih
mempercayai mitos-mitos yang tidak mendukung pemberian ASI eksklusif, seperti jika bayi
tidak mau menyusu, ibu diminta mengoleskan madu pada puting susu untuk menghilangkan
rasa amis pada susu kuning (kolostrum). Demikian pula pemberian makanan pendamping ASI
pada bayi sebelum usia 6 bulan adalah hal yang lumrah seperti pemberian madu, air rebusan,
dapat diberikan kepada bayi baru lahir, karena ASI belum keluar agar anak tidak kelaparan, dan
kepada ibu yang belum mempunyai tenaga yang cukup untuk menyusui (Werdani & Perdana,
2019). Masyarakat juga percaya bahwa payudara kecil dapat menyebabkan produksi ASI
selain ASI kepada bayi yakni madu dan kopi (Rumalean et al., 2021).
Berdasarkan hasil penelitian yang didapat Tambunan, R. A. S. & Nasution, (2021) bahwa
bayi yang menggunakan ASI Eksklusif berpengaruh terhadap pertumbuhan yaitu berat badan
bayi. Pada usia 0 sampai 6 bulan ASI eksklusif sangat dibutuhkan, karena sistem pencernaan
belum sempurna dan kandungan ASI Eksklusif salah satunya mengandung immunologi yang
dapat menghambat bakteri, virus dan parasit yang berbahaya sehingga dapat mencegah
terjadinya infeksi pada saluran cerna seperti diare hal inilah yang membuat pertumbuhan bayi
lebih baik. Hal ini sejalan dengan hasil penelitian yang dilakukan oleh Hardiningsih & Yunita,
(2020) bahwa Terdapat hubungan riwayat pemberian ASI eksklusif dengan berat badan bayi
dan secara statistik signifikan. Bayi yang mendapatkan ASI eksklusif memiliki kemungkinan
2.25 kali lebih besar untuk mengalami pertumbuhan berat badan sesuai usia. Berdasarkan hasil
penelitian yang dilakukan oleh Siregar & Ritonga, (2020) diperoleh bahwa ada hubungan
4
pemberian ASI ekslusif dengan pertumbuhan berat badan bayi 0-6 bulan.
tanggal 29 Februari 2024 dengan melihat data sekunder didapatkan Puskesmas Tempel I
dengan 60 Posyandu. Dari studi pendahuluan yang dilakukan peneliti di Puskesmas Tempel I
cakupan ASI eksklusif 0-6 bulan pada tahun 2023 sebesar 97,12% meningkat dibandingkan
tahun 2022 sebesar 86,47% dengan target capaian 80%. Cakupan ASI eksklusif 0-6 bulan di
Lumbungrejo 90,47%, Merdikorejo 72,72%, dan Mororejo 100%. Meskipun sudah mencapai
target cakupan ASI eksklusif 0-6 bulan, Puskesmas Tempel I dengan target indikator cakupan
bayi berat badan naik (N) atau berat badan sama dengan kenaikan berat badan minimal (KBM)
yaitu 84% pada tahun 2023 hanya mencapai 60,84%, sehingga angka tersebut belum mencapai
target indikator cakupan bayi berat badan naik (N). Sedangkan presentase bayi berat badan tidak
naik (T) atau kenaikan berat badan kurang dari KBM sebesar 35,13%. Hal ini menjadi salah
satu masalah yang ada pada Puskesmas Tempel I yang dipengaruhi oleh informasi atau edukasi
yang belum tersebar secara merata di wilayah kerja Puskesmas sehingga berpengaruh terhadap
angka kejadian gangguan pertumbuhan yaitu kenaikan berat badan bayi yang masih belum
mencapai target indikator dengan demikian diharapkan cakupan bayi berat badan naik (N)
Menurut QS. Al-Baqarah ayat 233 menyusui menjadi salah satu ibadah, islam
menganjurkan ASI bagi seorang ibu selama 2 tahun dan Allah menganggapnya sebagai suatu
5
“Para ibu hendaklah menyusui anak-anaknya selama dua tahun penuh, yaitu bagi yang
ingin menyempurnakan penyusuan dan kewajiban ayah, memberikan makan dan pakaian
kepada para ibu dengan cara yang ma’ruf”.
Pelaksanaan pemberian ASI eksklusif bukan hanya tugas ibu saja, namun memerlukan
dukungan sebagai bagian dari motivasi. Karena pada dasarnya semua ibu bisa menyusui apabila
mendapat dukungan yang baik dan memadai, antara lain dukungan dari suami, ibu, ibu mertua,
Berdasarkan hal tersebut peneliti tertarik dan berniat mengadakan penelitian tentang
hubungan pemberian ASI esklusif terhadap kenaikan berat badan bayi usia 6-12 bulan di
Berdasarkan latar belakang di atas maka rumusan masalah penelitian ini adalah apakah ada
hubungan pemberian ASI eksklusif terhadap kenaikan berat badan bayi usia 6-12 bulan di
A. Tujuan Umum
B. Tujuan Khusus
Kabupaten Sleman.
2 Untuk mengetahui kenaikan berat badan bayi usia 6-12 bulan di Puskesmas Tempel I
Kabupaten Sleman
6
IV. Manfaat Penelitian
A. Manfaat Teoritis
pengetahuan tentang ibu menyusui khususnya masalah pemberian ASI eksklusif terhadap
kenaikan berat badan bayi usia 6-12 bulan dan dapat digunakan sebagai bahan
B. Manfaat Aplikatif
1. Bagi Responden
Penelitian ini diharapkan sebagai bahan pemantauan pertumbuhan berat badan bayi
dan memotivasi ibu menyusui untuk lebih memahami pentingnya pemberian ASI
eksklusif terhadap kenaikan berat badan bayi 6-12 bulan dan memicu diri untuk
2. Bagi Puskesmas
pada ibu menyusui. Sehingga bisa dilakukan penyuluhan tentang pemberian ASI
eksklusif bagi ibu menyusui di semua instansi faskes Kabupaten Sleman khususnya di
pemberian ASI eksklusif dan kenaikan berat badan bayi usia 6-12 bulan.
3. Bagi Bidan
kepada ibu hamil dan menyusui sebagai motivasi untuk memberikan ASI eksklusif.
7
4. Bagi Universitas ‘Aisyiyah Yogyakarta
Dapat dijadikan tambahan pustaka atau referensi unutk penelitian selanjutnya dan
ASI eksklusif.
Pemberian ASI eksklusif menjadi salah satu upaya dalam mencegah kematian dan
kekurangan gizi bayi dan balita. Bayi yang tidak diberikan ASI eksklusif beresiko 30 kali
Responden dalam penelitian ini adalah ibu yang memiliki bayi usia 6-12 bulan karena
meskipun sudah mencapai target cakupan ASI eksklusif 0-6 bulan, Puskesmas Tempel I
dengan target indikator cakupan bayi berat badan naik (N) atau berat badan sama dengan
kenaikan berat badan minimal (KBM) yaitu 84% pada tahun 2023 hanya mencapai 60,84%,
sehingga angka tersebut belum mencapai target indikator cakupan bayi berat badan naik
(N). Sedangkan presentase bayi berat badan tidak naik (T) atau kenaikan berat badan kurang
Sejak pengajuan judul sampai laporan hasil dimulai dari bulan Desember 2023
8
9
TINJAUAN PUSTAKA
I. Tinjauan Teoritis
ASI eksklusif atau lebih tepat pemberian ASI (Air Susu Ibu) secara eksklusif adalah
bayi hanya diberi ASI saja, sejak usia 30 menit post natal (setelah lahir) sampai usia 6
bulan, tanpa tambahan cairan lain seperti susu formula, sari buah, air putih, madu, air teh,
dan tanpa tambahan makanan padat seperti buah-buahan, biskuit, bubur susu, bubur nasi
dan nasi tim (Walyani, E. S. & Purwoastuti, T.E. 2020). Pemberian ASI eksklusif adalah
pemberian ASI kepada bayi tanpa makanan dan minuman pendamping sejak bayi baru
Menurut Walyani, E. S. & Purwoastuti, T.E. (2020) manfaat ASI eksklusif antara lain :
ASI merupakan sumber gizi yang sangat ideal dengan komposisi yang
makanan bayi yang paling sempurna baik kualitas maupun kuantitasnya. Melalui
penatalaksanaan menyusui yang benar, ASI sebagai makanan tunggal akan cukup
11
12
Bayi yang mendapatkan ASI mempunyai kenaikan berat badan yang baik
baik.
penurunan berat badan bayi (pada minggu pertama kelahiran) tidak sebanyak ibu-
ibu yang tidak diberikan penyuluhan. Alasannya ialah bahwa kelompok ibu-ibu
yang sering (tidak dibatasi) juga dibuktikan bermanfaat karena volume ASI yang
dihasilkan lebih banyak sehingga penurunan berat badan bayi hanya sedikit.
ASI sebagai kekebalan. Bayi baru lahir secara alamiah mendapatkan zat
kekebalan dari ibunya melalui plasenta, tetapi kadar zat tersebut akan cepat sekali
menurun segera setelah bayi lahir, padahal bayi sampai usia beberapa bulan tubuh
bayi belum dapat membentuk sendiri zat kekebalan secara sempurna. Oleh karena
itu, kadar zat kekebalan di dalam tubuh bayi menjadi rendah. Hal ini akan tertutupi
jika bayi menkonsumsi ASI. ASI mengandung zat kekebalan yang akan
melindungi bayi dari bahaya penyakit dan infeksi, seperti: diare, infeksi telinga,
batuk, pilek, dan penyakit alergi. Angka morbiditas dan mortalitas bayi yang diberi
ASI eksklusif jauh lebih kecil dibanding bayi yang tidak mendapatkan ASI
eksklusif.
Apabila ibu mendapatkan infeksi maka tubuh ibu akan membentuk antibodi
Dalam tinja bayi yang mendapatkan ASI terdapat antibodi terhadap bakteri
E. Coli dalam konsentrasi yang tinggi sehingga jumlah bakteri E. Coli dalam tinja
bayi tersebut juga rendah di dalam ASI kecuali antibodi terhadap enterotoksin E.
Coli. Juga pernah dibuktikan adanya antibodi salmonella typhi, shigela dan
(2021) tentang gambaran karakteristik kenaikan berat badan bayi 0 sampai 6 bulan
yang mendapatkan ASI eksklusif Puskesmas Teladan Medan bahwa bayi yang
bayi. Pada usia 0 sampai 6 bulan ASI eksklusif sangat dibutuhkan, karena sistem
mengandung immunologi yang dapat menghambat bakteri, virus dan parasit yang
berbahaya sehingga dapat mencegah terjadinya infeksi pada saluran cerna seperti
Insiden karies dentis pada bayi yang mendapatkan susu formula jauh lebih
botol dan dot terutama pada waktu akan tidur menyebabkan gigi lebih lama kontak
dengan susu formula dan menyebabkan asam yang terbantuk akan merusak gigi.
14
penyabab mal oklusi rahang adalah kebiasaan lidah yang mendorong ke depan
Pada bayi baru lahir system IgE belum sempurna. Pemberian susu formula
akan merangsang aktivasi sytem ini dan dapat menimbulkan alergi. ASI tidak
menimbulkan efek ini. Pemberian protein asing yang ditunda sampai 6 bulan akan
periode di mana terjadi pertumbuhan otak yang sangat pesat. Periode ini tidak akan
terulang lagi selama masa tumbuh kembang anak. Oleh karena itu kesempatan ini
kecerdasan. Sementara itu pertumbuhan otak sangat dipengaruhi oleh nutrisi yang
diberikan kepada bayi baik dari segi kualitas maupun kuantitasnya. Nutrisi utama
untuk pertumbuhan otak antara lain: Taurin, Lactosa, DHA, AA, Asam Omega-3,
dan Omega-6. Semua nutrisi yang dibutuhkan untuk itu, bisa didapatkan dari ASI.
15
Semakin sering bayi berada dalam dekapan ibunya, maka bayi akan semakin
merasakan kasih sayang ibunya. Ia juga akan merasa aman, tentram, dan nyaman
terutama karena masih dapat mendengar detak jantung ibunya yang telah
yang akan menjadi dasar perkembangan emosi bayi dan membentuk ikatan yang
Ada beberapa manfaat lain pemberian ASI bagi bayi yaitu Asi mudah
dicerna karena mengandung enzim pencernaan sehingga bayi yang diberi ASI
tidak mengalami obstipasi (sembelit), dan ASI tidak memberatkan fungsi saluran
pencernaan dan ginjal yang belum sempurna. ASI juga menunjang perkembangan
motorik sehingga bayi ASI eksklusif akan lebih cepat bisa jalan, membantu
bicara, mencegah obesitas (kegemukan) pada bayi, dan mencegah anemia akibat
kekurangan zat besi. Selain itu, ASI mengurangi risiko terkena penyakit diabetes,
jantung.
16
oksitosin di dalam tubuh ibu. Oksitosin berguna untuk proses konstriksi atau
juga dapat mengurangi terjadinya anemia pada ibu. Selain itu kadar oksitosin yang
b. Menjarangkan Kehamilan
yang aman, murah, dan cukup berhasil. Hisapan bayi pada puting susu merangsang
Prolaktin masuk ke indung telur, menekan produksi estrogen akibatnya tidak ada
kontrasepsi yang efisien selama 6 bulan pertama sesudah kelahiran bila diberikan
sumber energi dari lemak-lemak yang tertimbun selama hamil terutama di bagian
17
paha dan lengan atas, sehingga berat badan ibu yang menyusui akan lebih cepat
kemungkinan terjadinya kanker payudara dan akan mengurangi risiko ibu terkena
ASI adalah jenis makanan bermutu yang murah dan sederhana yang tidak
Bayi yang diberi ASI eksklusif mempunyai daya tahan tubuh yang kuat, sehingga
bayi akan terhindar dari berbagai macam penyakit dan infeksi. Hal tersebut akan
ASI sangat mudah diberikan tanpa harus menyiapkan atau memasak air,
juga tanpa harus mencuci botol.ASI mempunyai suhu yang tepat sehingga dapat
langsung diminumkan pada bayi, tanpa perlu khawatir terlalu panas atau dingin.
ASI dapat diberikan kapan saja, di mana saja dan tidak perlu takut persediaan
habis.
3. Bagi Keluarga
a. Aspek ekonomi
ASI tidak perlu dibeli, sehingga dana yang seharusnya digunakan untuk
membeli susu formula dapat digunakan untuk keperluan lain. Penghematan juga
18
disebabkan karena bayi yang mendapat ASI lebih jarang sakit sehingga
b. Aspek psikologi
suasana kejiwaan ibu baik dan dapat mendekatkan hubungan bayi dengan
keluarga.
c. Aspek kemudahan
Menyusui sangat praktis, karena dapat diberikan di mana saja dan kapan
saja. Keluarga tidak perlu repot menyiapkan air masak. botol, dan dot yang harus
4. Bagi Negara
Adanya faktor protektif dan nutrient yang sesuai dalam ASI menjamin
status gizi bayi baik serta kesakitan dan kematian anak menurun. Beberapa
penelitian epidemiologis menyatakan bahwa ASI melindungi bayi dan anak dari
penyakit infeksi, misalnya diare, otitis media, dan infeksi saluran pernapasan akut
bagian bawah.
Kejadian diare paling tinggi terdapat pada anak di bawah 2 tahun dengan
penyebab rotavirus. Anak yang tetap diberikan ASI, mempunyai volume tinja
lebih sedikit, frekuensi diare lebih sedikit, serta lebih cepat sembuh disbanding
anak yang tidak mendapat ASI. Manfaat ASI, kecuali karena adanya zat antibodi,
juga nutrien yang berasal dari ASI seperti asam amino, dipeptid, heksose
19
Bayi yang diberi ASI ternyata juga terlindungi dari diare karena
terhadap Shigela dan imunitas seluler dari ASI, memacu pertumbuhan flora usus
dalam ASI.
ASI mudah di bawa ke mana-mana (portabel), siap kapan saja dan di mana
saja bila dibutuhkan. Pada saat berpergian tidak perlu membawa peralatan untuk
membuat susu dan tidak perlu membawa alat listrik untu memasak atau
menghangatkan susu serta tidak perlu takut basi karena ASI di dalam payudara ibu
Ibu yang berhasil memberikan ASI eksklusif akan merasa puas, bangga dan
C. Komposisi ASI
Menurut Walyani, E. S. & Purwoastuti, T.E. (2020) komposisi ASI tidak sama
dari waktu ke waktu, hal ini berdasarkan stadium laktasi. Komposisi ASI dibedakan
1. Kolostrum
ASI yang dihasilkan pada hari pertama sampai hari ketiga setelah lahir
kuning dibanding dengan ASI mature, bentuknya agak kasar karenan mengandung
butiran lemak dan sel-sel epitel, dengan kasiat kolostrum sebagai berikut:
a. Sebagai pembersih selaput usus BBL sehingga saluran pencernaan siap untuk
menerima makanan
b. Mengandung kadar protein yang tinggi terutama gama globulin sehingga dapat
c. Mengandung zat antibodi sehingga mampu melindungi tubuh bayi dari berbagai
ASI masa transisi adalah ASI yang dihasilkan mulai dari hari ke-4 sampai hari
ke-10.
3. ASI Matur
ASI Matur adalah ASI yang dihasilkan mulai dari hari ke-10 sampai seterusnya.
Tabel 2.2 Perbedaan Komposisi ASI, Susu Sapi, Dan Susu Formula
Komposisi / 100 ml ASI matur Susu Sapi Susu Formula
Kalori 75 69 67
Protein 1,2 3,5 1,5
Lactalbumin (%) 80 18 60
Kasien (%) 20 82 40
Air (ml) 87,1 87,3 90
Lemak (gr) 4,5 3,5 3,8
Karbohidrat 7,1 4,9 6,9
Ash (gr) 0,1 0,72 0,34
Mineral
Na 16 50 21
K 53 144 69
Ca 33 128 46
P 14 93 32
Mg 4 13 5,3
Fe 0,05 Trace 1,3
Zn 0,15 0,04 0,42
Vitamin
A 182 140 210
C 5 1 5,3
D 2,2 42 42
E 0,08 0,04 0,04
Thiamin 0,01 0,04 0,04
Riboflavin 0,04 0,03 0,06
Niacin 0,2 0,17 0,7
Ph Alkaline Acid Acid
Bacteria iontent Sterile Nonsterile Sterile
D. Cara Menyusui Yang Benar
Menurut Walyani, E. S. & Purwoastuti, T.E. (2020) teknik menyusui adalah suatu
cara pemberian ASI yang dilakukan oleh seorang ibu kepada bayinya, demi mencukupi
kebutuhan nutrisi bayi tersebut. Posisi yang tepat bagi ibu untuk menyusui. Duduklah
dengan posisi yang enak atau santai, pakailah kursi yang ada sandaran punggung dan
lengan. Gunakan bantal untuk mengganjal bayi agar bayi tidak terlalu jauh dari payudara
ibu.
22
Bila dimulai dengan payudara kanan, letakkan kepaada bayi pada siku bagian
dalam lengan kanan, badan bayi menghadap kebadan ibu. Lengan kiri bayi
diletakakan diseputar pinggang ibu, tangan kanan ibu memegang pantat/paha kanan
bayi, sangga payudara kanan ibu dengan empat jari tangan kiri, ibu jari diatasnya
tetapi tidak menutupi bagian yang berwarna hitam (areola mamae), sentuhlah mulut
bayi dengan puting payudara ibu Tunggu sampai bayi membuka mulutnya lebar.
Masukkan puting payudara secepatnya ke dalam mulut bayi sampai bagian yang
berwarna hitam.
Setelah selesai menyusui kurang lebih selama 10 menit, lepaskan hisapan bayi
dengan cara :
a. Sandarkan bayi dipundak ibu, tepuk punggungnya dengan pelan sampai bayi
bersendawa
produksinya.
2. Berikan bayi, kedua belah dada ibu tiap kali menyusui, juga untuk merangsang
produksinya.
3. Biarkan bayi mengisap lama pada tiap buah dada. Makin banyak dihisap makin
banyak rangsangannya.
5. Ibu dianjurkan minum yang banyak (8-10 gelas/hari) baik berupa susu maupun air
putih, karena ASI yang diberikan pada bayi mengandung banyak air.
24
Tanda bayi cukup ASI menurut Walyani, E. S. & Purwoastuti, T.E. (2020) yaitu :
mendapatkan ASI dan sesudah minum ASI dengan pakaian yang sama, dan selisih
berat penimbangan dapat diketahui banyaknya ASI yang masuk dengan konvera
2. Secara subyektif dapat dilihat dari pengamatan dan perasaan ibu yaitu bayi merasa
puas, tidur pulas setelah mendapat ASI dan ibu merasakan ada perubahan tegangan
pada payudara pada saat menyusui bayinya ibu merasa ASI mengalir deras.
4. Bayi tumbuh dengan baik yaitu pada bayi minggu 1 karena ASI banyak mengandung
air, maka salah satu tanda adalah bayi tidak dehidrasi, antara lain:
c. Jumlah urine sesuai jumlah ASI yang diberikan/24 jam. (kebutuhan ASI bayi
mulai 60 ml/kg BB/hari, setiap hari bertambah mencapai 200 1/kg BB/hari, pada
hari ke 14).
e. Penurunan BB faal selama 2 minggu sesudah lahir tidak melebihi 10% BB waktu
lahir.
f. Usia 5-6 bulan BB mencapai 2x BB waktu lahir. 1 tahun 3x waktu lahir dan 2
Bayi yang tidak diberikan ASI eksklusif beresiko 30 kali lebih besar terkena diare,
kematian, malnutrisi, diabetes dan obesitas (Warastuti & Muslim., 2021). Pemberian
gastroenteritis (infeksi saluran pencernaan) seperti muntaber dan resiko alergi terhadap
Selain itu belum ada bukti penelitian yang menunjukan bahwa pemberian
makanan pendamping ASI pada bayi umur 4-5 bulan memberikan dampak yang positif.
sebelum waktunya dapat meningkatkan angka kesakitan pada anak 10-20 kali
dibandingkan anak yang mendapatkan makanan pendamping ASI tepat waktu. Pemberian
makanan pendamping ASI sebelum waktunya juga meningkatkan angka kematian 7 kali
dibandingkan anak yang mendapatkan makanan pendamping ASI tepat waktu (Hurek &
2. Praktik menyusui yang kurang baik atau pelekatan yang salah (penyebab paling
umum), terlambat memulai pemberian ASI, pemberian ASI dengan waktu tetap, bayi
26
tidak diberi ASI pada malam hari, bayi menyusu dengan singkat, menggunakan botol,
5. Faktor psikologis ibu, ibu tidak percaya diri, khawatir, stres, depresi, tidak suka
6. Kondisi fisik ibu yang memiliki penyakit kronik (misalnya : tuberkulosis (TB), anemia
berat, penyakit jantung rematik), menggunakan pil KB, diuretik, hamil, gizi buruk,
7. Kondisi bayi sakit atau mempunyai kelainan bawaan yang mengganggu kemampuan
minum/mengisap.
Menurut Sinta, E. L. dkk. (2019) berat badan merupakan ukuran antropometri yang
paling penting dan paling banyak digunakan pada bayi baru lahir. Berat badan digunakan
untuk mendiagnosis anak normal atau tidak normal. Penambahan atau kenaikan berat
badan merupakan yang sangat penting karena mencerminkan asupan kalori yang adekuat.
berbagai pertimbangan :
2. Memberi gambaran status gizi sekarang dan gambaran yang baik tentang
pertumbuhan.
3. Merupakan ukuran antropometri yang sudah dipakai secara umum dan luas.
5. KMS (Kartu Menuju Sehat) yang digunakan sebagai alat yang baik untuk pendidikan
dan monitor kesehatan anak menggunakan juga berat badan sebagai dasar pengisian.
Menurut Sinta, E. L. dkk. (2019) dalam pemeriksaan berat badan bayi ada beberapa yang
(2021) tentang gambaran karakteristik kenaikan berat badan bayi 0 sampai 6 bulan
berat badan bayi 0 sampai 6 bulan sesuai dengan z-scores berat badan per umur pada
bayi 0 sampai 6 bulan menurut World Health Organization (WHO) yaitu sebagai
berikut :
28
Berdasarkan tabel 2.3 dapat dilihat bahwa kenaikan rata-rata berat badan pada
bayi laki-laki usia 0 sampai 1 bulan dengan rata-rata kenaikan berat badan yaitu
sebesar 1.005 gram, 1 sampai 2 bulan rata-rata kenaikan berat badan yaitu sebesar
905 gram, 2 sampai 3 bulan rata-rata kenaikan berat badan yaitu sebesar 794 gram, 3
sampai 4 bulan rata- rata kenaikan berat badan yaitu sebesar 777 gram, 4 sampai 5
bulan rata-rata kenaikan berat badan yaitu sebesar 640 gram, 5 sampai 6 bulan rata-
rata kenaikan berat badan yaitu sebesar 497 gram. Rata-rata kenaikan berat badan
pada perempuan usia 0 sampai 1 bulan dengan rata-rata kenaikan berat badan yaitu
sebesar 972 gram, 1 sampai 2 bulan rata- rata kenaikan berat badan yaitu sebesar 812
gram, 2 sampai 3 bulan rata-rata kenaikan berat badan yaitu sebesar 740 gram, 3
sampai 4 bulan rata-rata kenaikan berat badan yaitu sebesar 716 gram, 4 sampai 5
bulan rata-rata kenaikan berat badan yaitu sebesar 620 gram, 5 sampai 6 bulan rata-
Menurut Sinta, E. L. dkk. (2019) kenaikan berat badan per hari pada tahun
KMS adalah alat yang penting untuk memantau tumbuh kembang anak.
Aktivitas pemantauan ini tidak hanya menimbang dan mencatat saja, melainkan juga
memahami bahwa pertumbuhan anak dapat diamati dengan cara menimbang teratur
tiap bulan. David morley merupakan pelopor penggunaan kartu pertumbuhan anak
“road to health chart" pada tahun 1975 di Nigeria. KMS merupakan gambar kurva
berat badan anak usia 0-5 tahun terhadap umurnya. Kartu ini berisi catatan penting
Berat badan bayi sangat dipengaruhi oleh faktor keturunan, gizi, lingkungan, jenis
kelamin, usia bayi, status sosial ekonomi (Anggraeni & Benge., 2022).
Faktor genetik merupakan modal dasar dalam mencapai hasil akhir proses tumbuh
kembang anak melalui intruksi genetik yang terkandung di dalam sel telur yang telah
genetik antara lain adalah berbagai faktor bawaan yang normal dan patologik, jenis
2. Gizi
Gizi merupakan salah satu faktor yang berpengaruh terhadap proses tumbuh
kembang anak. Sebelum lahir, anak tergantung pada zat gizi yang terdapat dalam
darah ibu. Setelah lahir, anak tergantung pada tersedianya bahan makanan dan
kemamuan saluran cerna. Salah satu dampak yang paling mudah terjadi ketika anak-
anak kekurangan gizi adalah tubuh yang lebih mudah terkena berbagai penyakit.
Tubuh yang tidak memiliki sistem kekebalan yang baik sehingga berbagai jenis
Salah satu untuk memenuhi kebutuhan gizi bayi adalah ASI eksklusif. ASI
eksklusif berpengaruh terhadap pertumbuhan yaitu berat badan bayi. Pada usia 0
sampai 6 bulan ASI eksklusif sangat dibutuhkan, karena sistem pencernaan belum
sempurna dan kandungan ASI Eksklusif salah satunya mengandung immunologi yang
dapat menghambat bakteri, virus dan parasit yang berbahaya sehingga dapat
mencegah terjadinya infeksi pada saluran cerna seperti diare hal inilah yang membuat
Bayi yang mendapatkan ASI Eksklusif secara keseluruhan memiliki status gizi
yang normal hasil penelitian tersebut dapat menyatakan bahwa berat badan bayi yang
mendapat ASI Eksklusif tergolong normal yaitu tidak ada yang mengalami obesitas
3. Lingkungan
Menurut Sinta, E. L. dkk., 2019 ada berberapa faktor lingkungan yang bisa
a. Musim kemarau yang panjang dapat berdampak pada tumbuh kembang anak
yang mendukung kesehatan anak dan tumbuh kembangnya. Kebersihan diri dan
c. Keadaan rumah yaitu struktur bangunan, ventilasi, cahaya, dan kepadatan hunian
Faktor lingkungan bisa disebabkan oleh gizi ibu pada waktu hamil, hormon,
fungsi metabolisme, perawatan payudara dan lain-lain (Sembiring, 2018). Gizi ibu
pada waktu hamil yang jelek sebelum terjadinya kehamilan maupun pada waktu
sedang hamil, lebih sering menyebabkan bayi berat badan lahir rendah (BBLR) dan
dapat menyebabkan cacat bawaan. Disamping itu dapat pula menyebabkan hambatan
pertumbuhan otak janin, anemia pada bayi baru lahir mudah terkena infeksi, abortus,
somamotropik, hormon plasenta, hormon tiroid, insulin. Cacat bawaan sering terjadi
pada ibu diabetes yang tidak mendapat pengobatan, umur ibu kurang dari 18 tahun/
lebih dari 35 tahun, defesiensi yodium pada waktu hamil. Hormon yang berpengaruh
pada tumbuh kembang antara lain adalah somamotropin, tiroid, hormon seks, insulin,
dan hormon yang dihasilkan kelenjar adrenal. Fungsi metabolisme karena adanya
32
akan berbagi nutrien harus didasarkan perhitungan yang tepat (Sinta, E. L. dkk.,
2019). Perawatan payudara sangat penting dilakukan selama hamil sampai masa
menyusui. Hal ini dikarenakan payudara merupakan satu-satu penghasil ASI yang
merupakan makanan pokok bayi yang bau lahir sehingga harus dilakukan sedini
4. Jenis Kelamin
Anak laki-laki lebih sering sakit dibandingkan anak perempuan tetapi belum
diketahui secara pasti penyebabnya. Jenis kelamin dalam keluarga pada masyarakat
tradisional wanita mempunyai status yang lebih rendah disbanding laki-laki sehingga
angka kematian bayi, dan malnutrisi masih tinggi pada wanita (Sinta, E. L. dkk.,
2019).
5. Usia Bayi
Menurut Sinta, E. L. dkk., (2019) usia bayi adalah usia paling rawan
dikarenakan masa itu bayi mudah sakit dan mudah terkena kurang gizi. Faktor usia
sangat penting menentukan status gizi. Batasan usia digunakan adalah tahun umur
kembang anak karena orang tua dapat menyediakan semua kebutuhhan anak baik
b. Pendidikan orang tua yang baik maka orang tua dapat menerima segela informasi
dari luar terutama tentang cara pengasuhan anak yang baik, bagaimana menjaga
c. Jumlah anak yang banyak pada keluarga dengan social ekonomi cukup akan
Tumbuh kembang anak akan berbeda pada keluarga yang harmonis dibandingkan
e. Kepribadian ayah dan ibu yang terbuka tentu akan mempengaruhi pola tumbuh
kembang anak.
f. Adat istiadat yang berlaku ditiap daerah akan berpengaruh pada tumbuh kembang
g. Pengajaran agama harus suadah ditanamkan pada anak sedini mungkin, karena
dengan pengetahuan agama yang baik akan menuntun anak untuk berbuat
Padangan islam berdasarkan Al- Qur’an mengenai ASI eksklusif yaitu QS. Al-
Baqarah ayat 233 yang artinya : “Para ibu hendaklah menyusui anak-anaknya selama
34
dua tahun penuh, yaitu bagi yang ingin menyempurnakan penyusuan dan kewajiban ayah,
memberikan makan dan pakaian kepada para ibu dengan cara yang ma’ruf”.
Berdasarkan ayat tersebut menyusui menjadi salah satu ibadah, islam menganjurkan ASI
bagi seorang ibu selama 2 tahun dan Allah menganggapnya sebagai suatu kemuliaan.
Pelaksanaan pemberian ASI eksklusif bukan hanya tugas ibu saja, namun memerlukan
dukungan sebagai bagian dari motivasi. Karena pada dasarnya semua ibu bisa menyusui
apabila mendapat dukungan yang baik dan memadai, antara lain dukungan dari suami,
ibu, ibu mertua, dan tenaga kesehatan (Hasriyana & Surani, 2021).
Variabel Penganggu :
1. Keturunan
2. Gizi
3. Lingkungan
4. Usia
5. Status Sosial Ekonomi
Keterangan :
III. Hipotesis
Hipotesis dalam penelitian yaitu ada hubungan antara pemberian ASI Ekslusif
terhadap kenaikan berat badan bayi usia 6-12 bulan di Puskesmas Tempel I Kabupaten
Sleman.
BAB III
METODE PENELITIAN
I. Desain Penelitian
Jenis penelitian ini adalah penelitian korelasional yang bertujuan untuk mengetahui
hubungan antar variabel bebas (pemberian ASI eksklusif) terhadap variabel terikat (kenaikan
berat badan bayi) dengan menggunakan pendekatan retrospektif yaitu mengamati atau
menyelidiki data pemberian ASI eksklusif dan kenaikan berat badan bayi yang tersedia pada
Variabel penelitian adalah segala sesuatu yang akan menjadi objek pengamatan penelitian.
Variabel merupakan fenomena yang menjadi pusat perhatian penelitian untuk diobservasi atau
diukur. Variabel adalah suatu obyek yang mempunyai variasi tertentu yang ditetapkan oleh
menjadi sebab perubahannya atau timbulnya variabel dependen (terikat) (Pasaribu, 2022).
Variabel terikat (dependen) merupakan variabel yang dipengaruhi atau akibat, karena
adanya variabel bebas (Pasaribu, 2022). Variabel terikat pada penelitian ini adalah
C. Variabel Pengganggu
Variabel pengganggu adalah variabel yang berhubungan dengan variabel bebas dan
36
37
terikat yang dapat menyebabkan bias pada hasil penelitian sehingga perlu upaya untuk
2. Gizi : tidak dikendalikan karena peneliti mengambil semua responden yang gizi baik
responden.
4. Usia : dikendalikan karena peneliti mengambil responden bayi pada usia 6-12 bulan
5. Status sosial ekonomi : tidak dikendalikan karena peneliti tidak membatasi sosial
Definisi operasional adalah definisi yang dirumuskan oleh peneliti yang menentukan alat
ukur apa yang digunakan dalam penelitian, memudahkan pengumpulan data dan menghindari
A. Populasi
Populasi adalah seluruh subjek yang akan diteliti dan memenuhi karakteristik yang
ditentukan oleh peneliti, yang diteliti, dan kemudian ditarik kesimpulannya (Adiputra et
al., 2021). Populasi dalam penelitian ini adalah semua bayi 6-12 bulan yang mendapatkan
ASI eksklusif yang dilakukan 6 kali penimbangan pada usia 1-6 bulan dan tercatat datanya
dengan lengkap di Puskesmas Tempel I Kabupaten Sleman pada bulan Januari sampai
B. Sampel
Sampel adalah sebagian dari populasi yang dipilih dengan cara tertentu yang
(Adiputra et al., 2021). Sampel dalam penelitian ini adalah bayi pada usia 6-12 bulan yang
mendapatkan ASI eksklusif yang dilakukan 6 kali penimbangan pada usia 1-6 bulan dan
tercatat datanya dengan lengkap di Puskesmas Tempel I Kabupaten Sleman bayi pada
bulan Januari sampai Desember tahun 2023 sebanyak 49. Teknik pengambilan sampel
yang digunakan dalam penelitian ini adalah total sampling yaitu teknik penentuan sampel
Alat pengumpulan data yang digunakan untuk mengumpulkan data pemberian ASI
eksklusif dalam penelitian ini yaitu menggunakan laporan SKDN dan status gizi yang
berisi tentang data pemberian ASI eksklusif dengan skoring penilaian Ya (Jika diberikan
ASI eksklusif) bernilai 1, Tidak (Jika tidak diberikan ASI eksklusif) bernilai 2.
40
Pengumpulan data kenaikan berat badan bayi menggunakan aplikasi E-PPGBM yang
berisi tentang data riwayat 6 kali penimbang usia 1-6 bulan dengan nilai skoring penilaian
jika kenaikan berat badan sesuai dengan rata-rata kenaikan berat badan bayi per bulan 0
sampai 6 bulan yang mendapatkan ASI eksklusif menurut Tambunan, R.A.S. &
Nasution., 2021 yaitu Sesuai 1. Tidak Sesuai jika kenaikan berat badan tidak sesuai
dengan rata-rata kenaikan berat badan bayi per bulan 0 sampai 6 bulan yang mendapatkan
Metode pengumpulan data merupakan metode penelitian dan bagian penting dalam
penelitian. Metode pengumpulan data harus sesuai dan konsisten dengan metode agar
hasilnya sesuai dengan tujuan penelitian atau hipotesis dasar yang telah ditetapkan (Sahir,
S. H., 2022).
Metode pengumpulan data dalam penelitian ini adalah dengan mengumpulkan data
sekunder yaitu informasi yang diperoleh dari laporan SKDN (semua balita yang memiliki
KMS yang datang dan naik berat badannya) dan status gizi serta aplikasi E-PPGBM
informasi sudah jadi yang tidak lagi memerlukan proses pengukuran langsung (Adiputra
et al., 2021). Sehingga data sekunder ini dapat digunakan peneliti dalam mengumpulkan
data pemberian ASI eksklusif dan kenaikan berat badan bayi usia 6-12 bulan di
Puskesmas Tempel I Kabupaten Sleman pada bulan Januari sampai Desember tahun
2023.
41
A. Pengolahan Data
1. Editing
antara kriteria data yang diperlukan pada laporan SKDN dan status gizi serta aplikasi
2. Coding
simbol atau kode angka pada tiap-tiap jawaban (Pasaribu, 2022). Serta untuk
merubah data huruf menjadi angka. Data diperlukan terutama dalam proses
(Adiputra et al., 2021). Pembuatan kode yang di dalam tabel dibuat berdasarkan data
yang didapat dari parameter yang digunakan. Pemberian kode (coding) data dalam
3. Processing
sudah terkumpul dari rekam medis ke dalam program komputer untuk di proses.
4. Cleaning
di entry ke mesin pengolah data, dengan hasil yang ditemukan oleh peneliti tidak
5. Tabulating
tersedia, baik tabel untuk data mentah maupun untuk data yang digunakan untuk
B. Analisis Data
Analisis data adalah data yang sudah diolah sehingga hasil yang diperoleh mudah
dimengerti oleh pembaca penelitian. Analisis data berupa infromasi hasil olah data,
mengelompokan hasil dari pengolahan data, meringkas hasil olah data sehingga
1. Analisis Univariat
parameter dari masing-masing variabel (Sarwono & Handayani, 2021). Analisis pada
penelitian ini menggunakan distribusi frekuensi terdiri dari variabel independen yaitu
pemberian ASI eksklusif dan variabel dependen yaitu kenaikan berat badan bayi.
43
2. Analisis Bivariat
Analisis Bivariat adalah hubungan antara dua variabel (variabel bebas dan variabel
terikat) dapat digambarkan dalam bentuk tabel silang. Dalam membuat tabel silang ini,
peneliti harus mengetahui bagaimana arah hubungan dalam hubungan bivariat tersebut
(Sarwono & Handayani, 2021). Analisis bivariat ini dengan menggunakan uji chi
square dengan SPSS versi 21 karena skala variabel penelitian ini adalah skala nominal
dan nominal. Dalam penelitian ini analisis bivariat adalah hubungan pemberian ASI
eksklusif (variabel bebas) terhadap kenaikan berat badan bayi (variabel terikat).
‘Aisyiyah Yogyakarta.
Dalam penelitian ini, peneliti tidak mencantumkan nama responden pada lembar
alat ukur dan hanya menuliskan kode yang terdapat dilembar pengumpulan data atau
3. Confidentiality (kerahasiaan)
1. Tahap Perencanaan
6. Mendapatkan surat izin dari institusi pendidikan peneliti dan memberikan surat
tersebut kepada Kepala Dinkes Kabupaten Sleman untuk meminta surat pengantar
9. Mendapatkan izin dari Puskesmas Tempel I Kabupaten Sleman, peneliti melihat data
responden pada laporan SKDN dan status gizi serta aplikasi E-PPGBM untuk
10. Revisi proposal penelitian sampai meminta persetujuan untuk seminar proposal.
11. Melakukan seminar proposal, melakukan revisi dan meminta persetujuan kepada
12. Mendapatkan persetujuan dari pembimbing dan penguji peneliti melakukan uji etik
2. Tahap Pelaksanaan
mendapatkan surat izin dari komisi etik penelitian Universitas ‘Aisyiyah Yogyakarta.
2. Menemui bagian tata usaha di Puskesmas untuk memberikan surat izin penelitian
3. Melakukan apersepsi dengan petugas kesehatan ruang gizi agar menjadi satu persepsi
dalam mencari responden dengan kreteria yang telah ditentukan yaitu bayi 6-12 yang
mendapatkan ASI eksklusif yang dilakukan 6 kali penimbangan pada usia 1-6 bulan
dan tercatat datanya dengan lengkap di Puskesmas Tempel I Kabupaten Sleman pada
4. Melakukan pengambilan data yang telah ditentukan dengan melihat data pada
5. Mengumpulkan data untuk pengolahan data, membuat kode pada data dan
6. Mendapatkan data dan melakukan pengecekan apakah data sudah terisi lengkap atau
tidak.
3. Tahap Akhir
1. Menyusun hasil penelitian BAB IV - BAB V dan memeriksa keabsahan yang telah
di tulis.
3. Setelah seminar ujian hasil kemudian perbaiki masukan dan saran dari dosen
4. Pengecekan tata tulis setelah disetujui oleh dosen pembimbing dan penguji
46
dibuktikan dengan laporan yang telah ditanda tangani kemudian diserahkan kepada
Adiputra, I. M. S., Trisnadewi, N. W., Oktaviani, N. P. W., & Munthe, S. A. (2021). Metodologi
Penelitian Kesehatan.
Agussalim, A., Supriadi, S., & Arisha, Z. (2020). Integrasi Sistem Pakar Pada Aplikasi Kohort Ibu
Hamil Berbasis Web Dengan Metode Certainty Factor. SCAN - Jurnal Teknologi Informasi
Dan Komunikasi, 15(2). https://doi.org/10.33005/scan.v15i2.2041
Anggraeni, S., & Benge, D. (2022). Analisis pemberian ASI Ekslusif dengan Berat Badan Bayi
Usia 1-6 Bulan. Journal for Quality in Women’s Health, 5(1), 42–51.
https://doi.org/10.30994/jqwh.v5i1.116
Dinas Kesehatan DIY. (2022). Dinas Kesehatan D.I Yogyakarta tahun 2022. Dinas Kesehatan
Daerah Istimewa Yogyakarta Tahun 2022, 76.
http://www.dinkes.jogjaprov.go.id/download/download/27.
Dinas Kesehatan Sleman. (2020). Profil Kesehatan Kabupaten Sleman. Dinas Kesehatan Sleman,
6, 1–173.
Hamzah, D. F., (2018). pengaruh pemberian ASI Eksklusif terhadap berat badan bayi usia 4-6
bulan diwilayah kerja puskesmas langsa kota. 3(2), 8–15.Hardiningsih, & Yunita, F. A.
(2020). Analisis Riwayat Pemberian ASI Eksklusif dengan Berat Badab Bayi Usia 6-12 Bulan
di Wonorejo Karanganyar. Profesi (Profesional Islam) : Media Publikasi Penelitian, 18(2),
81–87. https://journals.itspku.ac.id/index.php/profesi/article/view/52
Hasriyana, D., & Surani, E. (2021). Pentingnya Memberikan Asi Ekslusif Untuk Kehidupan Bayi
Dalam Perspektif Islam dan Kesehatan; Literatur Review. SALAM: Jurnal Sosial Dan Budaya
Syar-I, 8(5), 1435–1448. https://doi.org/10.15408/sjsbs.v8i5.22241
Hurek, R. K. K., & Odilia Esem. (2020). Determinan Pemberian Makan Pada Bayi Berusia Kurang
Dari Enam Bulan. ARKESMAS (Arsip Kesehatan Masyarakat), 5(2), 1–8.
https://doi.org/10.22236/arkesmas.v5i2.5197
Kemenkes RI. (2021). Laporan Kinerja Kementerian Kesehatan 2021. Kementrian Kesehatan RI,
23. https://e-renggar.kemkes.go.id/file_performance/1-131313-1tahunan-314.pdf
Kemenkes RI. (2022). Profil Kesehatan Indo-nesia. In Pusdatin.Kemenkes.Go.Id.
https://www.kemkes.go.id/downloads/resources/download/pusdatin/profil-kesehatan-
indonesia/Profil-Kesehatan-2021.pdf
Kemenkes RI. (2023). Buku Kesehatan Ibu dan Anak. In Kementrian kesehatan RI.
https://ayosehat.kemkes.go.id/buku-kia-kesehatan-ibu-dan-anak
Pasaribu, B. (2022). Metodologi Penelitian untuk Ekonomi dan Bisnis. In UUP Academic
Manajemen Perusahaan YKPN.
Pidiyanti, P., Ginting, A. S. br., & Hidayani, H. (2023). Pengaruh Pemberian Informasi Melalui
Media Whatsapp Terhadap Perilaku Ibu Dalam Pemberian Asi Eksklusif Di Wilayah Kerja
Puskesmas Pongok Tahun 2022. SENTRI: Jurnal Riset Ilmiah, 2(9), 3664–3674.
https://doi.org/10.55681/sentri.v2i9.1521
Rumalean, R., Andi Asrina, & Idris, F. P. (2021). Gambaran Pemberian Air Susu Ibu Pada
Masyarakat Kecamatan Bajeng Kabupaten Gowa. Window of Public Health Journal, 2(3),
888–898. https://doi.org/10.33096/woph.v2i1.191
Sahir, S. H. (2022). Metodeologi Penelitian. KBM Indonesia.
https://repositori.uma.ac.id/jspui/bitstream/123456789/16455/1/E-Book Metodologi
Penelitian Syafrida.pdf
Sarwono, A. E., & Handayani, A. (2021). Metode Kuantitatif. Surakarta : UNISRI Press
Sembiring, F. P. (2018). Hubungan Pola Pemberian Asi Dengan Peningkatan Berat Badan Bayi
Usia 1-6 Bulan Di Puskesmas Sei Semayang. New England Journal of Medicine, 372(2),
2499–2508.
Siregar, S., & Ritonga, S. H. (2020). Hubungan pemberian asi eksklusif dengan pertumbuhan berat
badan bayi 0-6 bulan di wilayah kerja puskesmas padangmatinggi kota padangsidimpuan
tahun 2018. Jurnal Kesehatan Ilmiah Indonesia, 5(1), 35–43.
Tambunan, R. A. S. & Nasution, I. N. (2021). GAMBARAN KARAKTERISTIK KENAIKAN
BERAT BADAN BAYI 0 SAMPAI 6 BULAN YANG MENDAPAT ASI EKSKLUSIF
PUSKESMAS TELADAN MEDAN. Jurnal Ilmiah Maksitek, 6(4), 22–27.
Wahyuni, C. (2018). Panduan Lengkap Tumbuh Kembang Anak Usia 0-5 Tahun.
http://repository.iik-strada.ac.id/20/3/BUKU AJAR TUMBUH KEMBANG ISI new.pdf
Warastuti, D., & Muslim, S. N. (2021). Perbedaan Pengetahuan, Motivasi, dan Pekerjaan Ibu
dalam Pemberian ASI di Desa Kembangkuning Kabupaten Bogor Provinsi Jawa Barat 2019.
Jurnal Ilmiah Kesehatan Dan Kebidanan, 10(1), 3. https://smrh.e-
journal.id/Jkk/article/download/121/83
Werdani, K. E., & Perdana, M. N. F. (2019). Keyakinan Diri Dan Pandangan Masyarakat
Terhadap Pemberian ASI Eksklusif Pada Ibu Muda Di Kabupaten Boyolali. 54–63.
Wijaya, F. A. (2019). ASI Eksklusif: Nutrisi Ideal untuk Bayi 0-6 Bulan. Cermin Dunia
Kedokteran, 46(4), 296–300. https://cdkjournal.com/index.php/cdk/article/view/485/446
WHO. 2023. World Breastfeeding Week. [online] tersedia di :
https://www.who.int/indonesia/news/events/world-breastfeeding-week/2023 . diakses
pada [29 oktober 2023]
LAMPIRAN
Lampiran 1 Time Schedule Penelitian
Studi
Pendahuluan
BAB I
BAB II
BAB III
Ujian proposal
Revisi
Menyusun
BAB I-III
Menyusun
BAB IV dan V
Ujian hasil
skripsi
Revisi skripsi
Penyelesaian
penyusunan
skripsi
Penyusunan
naskah public
dan proses
bimbingan
Lampiran 2 Tabel Pengumpulan Data
No Rata-Rata Kenaikan Berat Badan Bayi Usia 0-6 Yang Mendapatkan ASI Eksklusif
0 Ke 1 S TS 1 Ke 2 S TS 2 Ke 3 S TS 3 Ke 4 S TS 4 Ke 5 S TS 5 Ke 6 S TS
Bulan (1) (2) Bulan (1) (2) Bulan (1) (2) Bulan (1) (2) Bulan (1) (2) Bulan (1) (2)
(gram) (gram) (gram) (gram) (gram) (gram)
Lampiran 4 Surat Permohonan Izin Studi Pendahuluan
Lampiran 5 Surat Pengantar Pengambilan Data Dinkes Sleman
Lampiran 6 Kartu Bimbingan Skripsi Mahasiswa
Lampiran 7 Lembar Mengikuti Seminar Proposal Skripsi