Oleh :
IRA TRISNAWATI
NIM 042022248
Skripsi ini dibuat sebagai salah satu syarat memperoleh gelar Sarjana Kebidanan (S.Keb.)
Pada Program Studi Sarjana Kebidanan Fakultas Kesehatan
Institut Kesehatan dan Bisnis Kurnia Jaya Persada
Oleh :
IRA TRISNAWATI
NIM 042022248
Oleh :
IRA TRISNAWATI
NIM 042022248
Mengetahui,
Ketua Program Studi Sarjana Kebidanan
Bd.Samsinar, S.ST.,M.Kes.
NIDN. 0919078901
LEMBAR PENGESAHAN
Oleh :
IRA TRISNAWATI
NIM 042022248
Mengetahui,
Segala puji bagi Allah Subhanahu wa Ta'ala, Tuhan semesta alam yang
Maha Pengasih lagi Maha Penyayang. Shalawat serta salam semoga senantiasa
tercurah kepada junjungan kita Nabi Muhammad Shallallahu 'alaihi wa sallam,
sebagai utusan Allah yang membawa petunjuk dan rahmat bagi seluruh umat
manusia. Skripsi ini dengan judul " Hubungan Tingkat Pengetahuan Ibu Tentang
Demam Dengan Perilaku Penanganan Demam Pada Bayi Usia 6-12 Bulan Di
Puskesmas Rantealang " disusun sebagai salah satu syarat untuk memperoleh
gelar Sarjana Kebidanan (S.Keb) di Program Studi Sarjana Kebidanan, Fakultas
Kesehatan, Institut Kesehatan dan Bisnis Kurnia Jaya.
Melalui kata pengantar ini, penulis ingin mengucapkan rasa syukur dan
terima kasih yang tak terhingga kepada:
1. Allah Subhanahu wa Ta'ala, yang telah memberikan petunjuk, karunia, dan
kekuatan kepada penulis dalam menyelesaikan skripsi ini. Penulis mengakui
bahwa semua kesuksesan yang penulis capai adalah atas izin-Nya semata.
2. Keluarga penulis, yang senantiasa memberikan doa, dukungan, dan motivasi
dalam perjalanan penulis menyelesaikan studi ini. Terima kasih atas
kehadiran, kasih sayang, dan dukungan yang tidak pernah lekang oleh waktu.
3. Bapak/Ibu Dosen pembimbing, ibu Harmawati Rustam, S.ST.,M.Keb. dan
bapak Abri Hadi, S.Kom.,M.Kom, yang telah memberikan bimbingan,
arahan, dan nasihat yang sangat berharga. Terima kasih atas kesabaran,
perhatian, dan dukungan yang telah diberikan kepada penulis.
4. Rekan-rekan sejawat di Program Studi Sarjana Kebidanan, yang senantiasa
memberikan semangat, kolaborasi, dan diskusi yang memperkaya
pemahaman penulis. Terima kasih atas kebersamaan, saling berbagi
pengetahuan, dan dukungan yang tulus.
5. Pihak Puskesmas Rantealang, yang telah memberikan izin dan kesempatan
kepada penulis untuk melaksanakan penelitian di lingkungan mereka. Terima
kasih atas keramahan, kerjasama, dan bantuan yang telah diberikan selama
pelaksanaan penelitian ini.
6. Ibu-ibu yang telah menjadi responden penelitian, yang dengan sukarela
memberikan waktu dan informasi yang berharga. Terima kasih atas partisipasi
serta kepercayaan yang telah diberikan kepada penulis dalam penelitian ini.
Penulis menyadari bahwa skripsi ini masih memiliki kekurangan dan
keterbatasan. Oleh karena itu, penulis dengan rendah hati menerima segala saran,
kritik, dan masukan yang konstruktif guna perbaikan di masa depan.
Penulis berharap bahwa hasil penelitian ini dapat memberikan manfaat dan
kontribusi positif dalam meningkatkan pengetahuan dan pemahaman mengenai
hubungan antara pengetahuan ibu dengan tindakan penanganan demam pada bayi
di Puskesmas Rantealang, sesuai dengan nilai-nilai Islam yang mengedepankan
kesehatan dan kesejahteraan umat manusia.
Akhir kata, penulis berdoa semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi
pembaca serta masyarakat luas, dan menjadi amal jariyah yang memberikan
kebaikan dan manfaat selama-lamanya.
Wassalamu'alaikum warahmatullahi wabarakatuh.
DAFTAR ISI
LEMBAR PERSETUJUAN.....................................................................................i
LEMBAR PENGESAHAN.....................................................................................ii
KATA PENGANTAR.............................................................................................iii
DAFTAR ISI............................................................................................................v
DAFTAR LAMPIRAN.........................................................................................viii
DAFTAR TABEL.................................................................................................viii
BAB I PENDAHULUAN........................................................................................1
A. Latar Belakang.......................................................................................................1
B. Rumusan Masalah..................................................................................................3
C. Tujuan....................................................................................................................3
D. Manfaat..................................................................................................................3
B. Tinjauan Pengetahuan..........................................................................................18
C. Penelitian Terkait..................................................................................................21
A. Kerangka Konsep.................................................................................................23
B. Hipotesis Penelitian..............................................................................................23
A. Desain Penelitian..................................................................................................24
C. Variabel Penelitian................................................................................................25
D. Defenisi Operasional............................................................................................25
H. Pengolahan Data..................................................................................................27
I. Analisis Data........................................................................................................28
J. Etika Penelitian....................................................................................................28
DAFTAR PUSTAKA................................................................................................
DAFTAR LAMPIRAN
A. Latar Belakang
Setiap anak di dunia pernah mengalami demam. Demam pada anak
terjadi ketika suhu tubuh melebihi 38°C (suhu di ketiak). Meningkatnya suhu
tubuh anak sering kali menjadi pengalaman yang menakutkan bagi orang tua.
Demam lebih sering terjadi pada anak dibandingkan orang dewasa. Demam
merupakan respons tubuh terhadap produksi beberapa jenis sitokin, seperti
interleukin-1, interleukin-6, dan faktor nekrosis tumor, yang disebut sebagai
pirogen endogen (penghasil panas). Sitokin ini dilepaskan oleh berbagai jenis
sel, termasuk monosit makrofag, sel T hepar, dan fibroblas, sebagai respons
terhadap infeksi. Jika demam tidak ditangani dengan tepat, anak dapat
mengalami demam tinggi, di mana suhunya melebihi 39 derajat Celsius, yang
dapat menyebabkan kejang. Selama kejang terjadi, ada risiko anak tersedak
makanan atau air liurnya sendiri, dan juga dapat menggigit lidahnya sendiri
(Aulia, 2019).
Bayi dan anak-anak di bawah usia lima tahun termasuk dalam
kelompok yang rentan terhadap berbagai penyakit karena sistem kekebalan
tubuh mereka belum sepenuhnya berkembang. Demam adalah kondisi di
mana terjadi kenaikan suhu tubuh hingga mencapai 38°C atau lebih tinggi.
Jika suhu tubuh melebihi 40°C, maka kondisi tersebut disebut sebagai demam
tinggi. Demam dapat terjadi pada siapa saja, baik anak-anak maupun dewasa.
Demam menyebabkan ketidaknyamanan pada tubuh, sehingga balita yang
mengalami demam seringkali menjadi rewel. Demam berarti suhu tubuh
melebihi batas normal yang biasa, dan dapat disebabkan oleh kelainan dalam
otak atau pengaruh zat toksik yang mempengaruhi pusat pengaturan suhu
tubuh. Demam juga dapat disebabkan oleh infeksi bakteri dan dehidrasi
(Kholimatusadiya & Qomah, 2019).
Perilaku ibu dalam menangani demam di rumah dipengaruhi oleh
faktor pengetahuan. Pengetahuan adalah hasil dari pemahaman seseorang
setelah melakukan pengamatan terhadap suatu objek tertentu. Dalam hal ini,
pengetahuan mengenai deteksi dini demam yang dimiliki oleh keluarga
dengan balita sangatlah penting (Budi et al., 2021).
Kurangnya pengetahuan ibu tentang demam pada anak dapat
mengakibatkan penanganan yang tidak tepat. Dalam penelitian sebuah
penelitian, ditemukan bahwa sebanyak 45,1% memiliki pengetahuan yang
rendah mengenai demam anak, dan dari jumlah tersebut, hanya sebagian kecil
dari mereka yang melakukan penanganan demam anak dengan tepat.
Sementara itu, sebanyak 77,1% memiliki pengetahuan yang tinggi tentang
demam anak, dan mayoritas dari mereka melakukan penanganan demam anak
dengan tepat (Rachmawati & Kartika, 2020). Penemuan ini menunjukkan
bahwa terdapat hubungan antara pengetahuan ibu tentang demam anak dan
pengelolaan yang tepat. Ibu dengan pengetahuan yang tinggi cenderung
melakukan penanganan demam anak dengan tepat, sedangkan ibu dengan
pengetahuan yang rendah memiliki kesulitan dalam melakukan penanganan
yang tepat.
Sebuah hasil penelitian menemukan bahwa terdapat hubungan antara
pengetahuan ibu dengan penatalaksanaan demam anak (Aulia, 2019).
Penemuan hasil penelitian yang menunjukkan adanya hubungan antara
pengetahuan ibu dengan penatalaksanaan demam pada anak menunjukkan
bahwa tingkat pengetahuan ibu mempengaruhi cara ibu dalam mengatasi
demam pada anak. Dalam hal ini, penelitian tersebut menunjukkan bahwa
semakin tinggi pengetahuan ibu mengenai penanganan demam pada anak,
semakin baik pula penatalaksanaan yang dilakukan oleh ibu.
Penelitian ini dilakukan dengan merujuk pada Pelayanan kesehatan,
seperti yang diatur dalam Undang-Undang Dasar 1945, memberikan hak yang
kuat kepada anak-anak untuk kelangsungan hidup, pertumbuhan, dan
perkembangan mereka, serta perlindungan dari kekerasan dan diskriminasi.
Pasal 28B ayat 2 menegaskan hak ini, sementara Pasal 28H ayat 1
menyebutkan bahwa setiap orang berhak hidup sejahtera secara fisik dan
mental, tinggal di lingkungan yang baik dan sehat, serta memiliki akses ke
pelayanan kesehatan. Penekanan pada hak anak untuk mendapatkan
pelayanan kesehatan juga diatur dalam Undang-Undang No 36 tahun 2009
tentang Kesehatan.
Sesuai uraian diatas, maka peneliti tertarik melakukan penelitian
mengenai hubungan antara pengetahuan ibu dengan tindakan penanganan
demam pada bayi di Puskesmas Rantealang.
B. Rumusan Masalah
Dalam konteks penelitian ini, rumusan masalah yang ingin dijawab
adalah apakah ada hubungan tingkat pengetahuan ibu tentang demam dengan
perilaku penanganan demam pada bayi usia 6-12 bulan di Puskesmas
Rantealang?
C. Tujuan
1. Tujuan umum
Tujuan umum dari penelitian ini adalah untuk menganalisis hubungan
tingkat pengetahuan ibu tentang demam dengan perilaku penanganan
demam pada bayi usia 6-12 bulan di Puskesmas Rantealang.
2. Tujuan khusus
a. Untuk mengidentifikasi tingkat pengetahuan ibu tentang demam
pada bayi di Puskesmas Rantealang.
b. Untuk menganalisis hubungan tingkat pengetahuan ibu tentang
demam dengan perilaku penanganan demam pada bayi usia 6-12
bulan di Puskesmas Rantealang.
D. Manfaat
1. Bagi ibu bayi
Penelitian ini diharapkan dapat memberikan pemahaman yang lebih baik
tentang pentingnya pengetahuan ibu dalam tindakan penanganan demam
pada bayi. Hal ini akan membantu ibu dalam memberikan perawatan
yang lebih efektif dan tepat saat bayinya mengalami demam.
2. Bagi Puskesmas
Penelitian ini dapat memberikan informasi yang berguna bagi Puskesmas
Rantealang dalam mengembangkan program edukasi dan pelatihan
kepada ibu bayi mengenai penanganan demam. Hal ini dapat
meningkatkan kualitas pelayanan kesehatan yang diberikan oleh
Puskesmas.
3. Bagi institusi
Hasil penelitian ini dapat menjadi acuan bagi institusi terkait, seperti
lembaga pendidikan dan organisasi kesehatan, untuk meningkatkan
pengetahuan dan kesadaran ibu dalam penanganan demam pada bayi. Hal
ini diharapkan dapat memberikan dampak positif pada kesehatan bayi
dan keluarga secara keseluruhan.
4. Bagi penelitian
Penelitian ini dapat menjadi sumbangan pengetahuan baru dalam bidang
kebidanan, khususnya dalam kaitannya dengan hubungan antara
pengetahuan ibu dengan tindakan penanganan demam pada bayi. Hasil
penelitian ini dapat menjadi dasar untuk penelitian lanjutan dan
pembaruan kebijakan di masa depan
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
h. Memberikan kompres
Jika si sakit merasa tidak nyaman atau suhunya melampaui 37,5°C
(untuk anak yang mudah kejang karena panas), >38°, >39°C berikan
kompres air hangat atau kompres basah (bukan air es). Yang
diperhatikan waktu mengompres (Fuadi et al., 2016; Kusyani et al.,
2022; Rachmawati & Kartika, 2020):
1) Tidak menggunakan alkohol dan air es. Kompres dengan
menggunakan air dingin dan alkohol untuk menurunkan suhu
tubuh sudah dikenal sejak zaman dulu, namun kini, yang lazim
digunakan untuk membantu menurunkan suhu tubuh anak
adalah kompres air hangat bukan air es, karena jika suhu di luar
tubuh terasa hangat, maka tubuh akan menginterpretasikan
bahwa suhu di luar cukup panas. Dengan demikian, tubuh akan
menurunkan kontrol pengatur suhu tubuh lagi. Semakin tinggi
demamnya, sebaiknya semakin bertambah kehangatan airnya.
Hal ini agar perbedaan antara suhu air dengan suhu tubuh anak
tidak terlalu besar. Jika kompres diberikan dengan air yang
terlalu dingin, maka pembuluh darahnya akan mengecil,
sehingga panas tubuh tidak keluar. Anak pun bisa semakin
menggigil untuk mempertahankan keseimbangan suhu tubuhnya
Sedangkan mengompres dengan alkohol tidak dianjurkan karena
selain berisiko mengiritasi mata, mengiritasi kulit dan uapnya
bisa terhirup.
2) Makin tinggi suhu demamnya, makin hangat air kompres yang
diberikan. Yang dimaksud ”hangat” adalah tidak lebih dari suhu
tubuh anak. Suhu air yang paling baik untuk kompres adalah
27–34°C (hangat-hangat kuku). Air untuk kompres jika suhu
>39°C adalah air hangat; jika suhu >38°C: air biasa–hangat-
hangat kuku.
3) Derajat-derajat suhu air yang dipakai untuk pengompresan
diklasifikasikan sebagai berikut: Dingin sekali : Di bawah 15°C
Dingin : 15–18°C Sejuk/biasa : 18–27°C Hangat kuku : 27–
34°C Hangat : 34–37°C Panas : 37–41°C Sangat panas : 41–
46°C.
4) Cara kompres:
a) Mengompres dengan handuk kecil pada daerah leher, ketiak
atau selangkangan (tempat berlalunya pembuluh darah
besar), dan jika perlu dahinya. Meletakkan kompres pada
tempat yang tepat. Panas tubuh akan keluar melalui
pembuluh-pembuluh darah besar yang dekat dengan kulit
yang berada di leher, ketiak dan selangkangan. Oleh karena
itu, sebaiknya pemberian kompres dilakukan di sekitar
pembuluh-pembuluh darah besar, seperti di ketiak dan
lipatan paha sekitar 15‒20 menit. Perut atau bagian tubuh
yang luas dan terbuka dapat pula dikompres. Kompres
sekali pakai boleh dipakai tetapi tidak direkomendasikan
untuk anak di bawah 2 tahun, karena kulit bayi masih
sensitif dan daerah yang dikompres pun hanya sebagian
kecil permukaan tubuh, padahal prinsip mengompres
membasahi seluruh permukaan tubuh.
b) Mengompres dengan Menyeka Mengusap air hangat di
sekujur tubuh dengan handuk basah lalu keringkan.
Diulangi beberapa kali hingga suhu tubuhnya turun.
Caranya: celupkan 2/3 handuk kecil ke dalam air hangat,
lalu usapkan pada kening, muka, telinga, leher, lengan lipat
paha, dan kaki. Lakukan selama 15–20 menit sampai suhu
tubuh turun di bawah 38°C. Perhatian: Menyeka dengan air
suam-suam kuku (27–34°C) atau air dingin sebaiknya tidak
dilakukan pada anak yang menderita pneumonia karena hal
tersebut akan meningkatkan pemakaian oksigen dan
meningkatkan produksi karbondioksida yang dapat
menyebabkan kegagalan pernapasan pada anak serta tidak
nyaman.
c) Memandikan Anak Bila perlu, mandikan anak dengan air
hangat (30–32°C) karena selain berfungsi untuk
mengompresnya, mandi juga membersihkan tubuh anak dari
kuman yang ada di kulitnya. Jadi bila anak demam
sebaiknya mandikan dengan air hangat. Setelah mandi
segera keringkan tubuh anak dengan handuk dan cepatlah
berganti pakaian agar tidak kedinginan. Anak boleh mandi
seperti biasanya, yaitu dua kali sehari. Membuat air hangat
untuk mandi: masukkan air dingin terlebih dulu, kemudian
campur dengan air panas. Untuk mengukur ketepatan suhu,
gunakanlah termometer. Sekarang, sudah banyak
termometer air mandi bayi yang didesain menarik dan aman
serta terbuat dari material yang aman digunakan untuk
bermain oleh bayi Anda. Pilihan lainnya adalah dengan
menggunakan siku Anda karena siku lebih sensitif terhadap
suhu bila dibandingan telapak tangan.
d) Mandi berendam Untuk demam suhu 40°C,
berendam/mandi celup dalam air hangat, cukup 5–10–15
menit. Jika anak menggigil atau memprotes bahwa airnya
mulai dingin, cepat angkat.
(1) Cek suhu setelah 30 menit kemudian setelah
mengompres.
(2) Peranan kompres:
Tindakan mengompres akan melancarkan sirkulasi
darah dan membuka pori-pori kulit sehingga
memberikan kesempatan panas keluar dari tubuh
kelingkungan sekitarnya.
Bila suhu demam anak sampai di atas 39°C, maka
sebaiknya lakukan pengompresan untuk membantu
menurunkan suhunya. Kompres dilakukan juga jika
anak gelisah dan tidak nyaman, anak muntah-muntah
dan tidak bisa minum obat penurun panas. Selain itu,
kompres merupakan pertolongan pertama di malam hari
saat persediaan obat penurun panas tidak ada. Kompres
bermanfaat menurunkan demam dalam waktu 30‒45
menit (Budi et al., 2021; Kusyani et al., 2022).
i. Pemberian obat penurun panas (jika dengan penanganan fisiologis
ternyata suhu tubuhnya tidak kunjung reda atau sembuh, namun
tetap melakukan penanganan secara fisiologis, kombinasi tersebut
paling efektif menurunkan panas). Petunjuk penggunaan obat
penurun panas:
1) Obat antidemam tidak bisa digunakan secara rutin pada anak
dengan demam. Alasan: Pada dasarnya, semakin tinggi suhu
tubuh anak, maka semakin efektif membunuh kuman sebab
mereka tidak tahan panas sehingga cepat mati. Jika suhu baru
38°C langsung diberi obat penurun panas maka yang
diuntungkan adalah si kuman karena bisa lebih lama hidup.
Tujuan: supaya suhu tubuh anak bisa ikut membantu membunuh
kuman.
2) Obat antidemam digunakan pada keadaan seperti yang disebut
berikut dan segera dihentikan jika ketidaknyamanannya reda dan
suhunya sudah menurun:
a) Sebaiknya hanya diberikan jika suhu diatas 38,5°C (per
aksila) dan ≥ 39°C diukur melalui rektal karena di suhu ini
fungsi fungsi tubuh sudah bisa terganggu (kecuali pada bayi
muda indikasi segera).
b) Demam yang tinggi (≥39°C per anus) dapat menimbulkan
efek yang mengganggu seperti:
(1) berkurangnya nafsu makan
(2) membuat anak gelisah
(3) menyebabkan kejang pada beberapa anak yang berumur
antara 6 bulan–5 tahun
(4) meningkatkan konsumsi oksigen (misalnya pada
pneumonia sangat berat, gagal jantung atau meningitis).
Indikasi lain pemberian obat penurun panas adalah bila penyebab
penyakit telah diketahui dan pengobatan yang sesuai telah dimulai,
namun demam masih menetap dan menimbulkan ketidaknyamanan.
Pemberian obat penurun panas dapat juga dimulai bila suhu
mencapai 38°C, apabila akibat demam anak merasa tidak nyaman,
rewel, tampak menderita, tidak mau makan minum, pegal-pegal atau
sakit badan, sakit kepala, nyeri dan lainnya.
Anak menunjukkan gejala tidak nyaman, seperti menangis
berkepanjangan, iritabilitas (lekas marah), aktivitas yang berkurang,
selera makan menurun dan gangguan tidur.
Obat-obat Penurun Panas
a. Parasetamol Memiliki khasiat menurunkan demam dan anti
sakit. Obat ini menghambat sintesa prostaglandin di jaringan
saraf. Pemberian parasetamoloral harus dibatasi, diberikan pada
anak umur ≥ 2 bulan yang menderita demam ≥ 39°C per anus
dan gelisah atau rewel karena demam tinggi tersebut. Walaupun
demam tinggi jangan menggunakan obat antipiretik misalnya
parasetamol untuk mengontrol demam pada bayi muda. Atur
suhu lingkungan. Jika perlu, buka baju bayi tersebut. Anak yang
sadar dan aktif kemungkinan tidak mendapatkan manfaat
dengan parasetamol. Masa kerjanya pendek, hingga obat ini
sebaiknya diberikan 3 kali per hari dan 4 kali sehari dalam
keadaan tertentu (konsultasi dengan dokter). Dosisnya 10–15
mg untuk setiap kilogram berat badan per pemberian.
b. Asetosal Asetosal (Asam asetil salisilat/ASA tidak
direkomendasikan sebagai antipiretik pilihan pertama karena
bersifat asam, sehingga berisiko merangsang lambung dan
menyebabkan perdarahan. Juga dikaitkan dengan sindrom Reye,
suatu keadaan yang jarang terjadi namun serius yang
mengganggu darah, hati dan otak. Pemberian asetosal dihindari
juga pada anak yang menderita penyakit akibat virus seperti:
cacar air, demam dengue dan kelainan hemoragik lainnya.
c. Ibuprofen Ibuprofen mampu menghambat enzim siklosigenase
yang menyebabkan naiknya suhu tubuh dan lebih cepat
menurunkan demam daripada parasetamol. Sebagai pereda
nyeri, ibuprofen pun efektif, misalnya pada saat anak sedang
terserang sakit gigi dan mempunyai efek anti sakit yang lebih
baik untuk radang tonsil dan sakit kepala, keseleo atau patah
tulang. Obat ini bersifat asam dan dapat menimbulkan
perdarahan di lambung, mengganggu proses pembekuan darah,
dan menurunkan jumlah trombosit sehingga tidak dianjurkan
untuk pengobatan demam pada DBD. Pemakaian ibuprofen
pada penderita saluran pencernaan bagian atas, gangguan
pembekuan darah, asma, diare, tekanan darah tinggi, sakit
jantung, ginjal, lupus harus dikonsultasikan lebih dahulu kepada
dokter dan tidak dianjurkan diberikan pada ibu hamil, ibu
menyusui dan anak berusia di bawah satu tahun (Budi et al.,
2021; Kusyani et al., 2022). .
B. Tinjauan Pengetahuan
1. Pengertian
Pengetahuan merupakan hasil dari pengalaman yang diperoleh
dari berbagai sumber, seperti buku, media, orang lain, dan lain
sebagainya. Pengetahuan ini dapat memengaruhi keyakinan dan sikap
seseorang, yang pada gilirannya dapat mempengaruhi perilaku mereka
sesuai dengan keyakinan tersebut. Pengetahuan dapat diperoleh melalui
berbagai cara, seperti melalui percobaan dan kesalahan, pengalaman
pribadi, pemikiran logis, intuisi, penelitian, dan lain sebagainya. Faktor-
faktor seperti pendidikan, pekerjaan, pengalaman, keyakinan, dan faktor
sosial-budaya di lingkungan sekitar juga memiliki pengaruh terhadap
pengetahuan seseorang (Yusri Dwi Lestari & Sulis Winarsih, 2022).
Pengetahuan merupakan hasil dari tahu, dan terjadi setelah orang
melakukan penginderaan terhadap suatu obyek tertentu. Pengetahuan
merupakan domain yang sangat penting dalam membentuk tindakan
seseorang (Ike et al., 2021; Wulandatika, 2017).
2. Domain pengetahuan
Menurut Ummah (2021) yang mengutip Notoatmojo (2012)
menuliskan bahwa pengetahuan yang tercakup dalam domain kognitif
mempunyai 6 tingkatan:
a. Mengetahui (knowing), merujuk pada kemampuan mengingat
informasi atau materi yang telah dipelajari sebelumnya. Ini
merupakan tingkat pengetahuan yang paling dasar.
b. Memahami (comprehension), merujuk pada kemampuan untuk
menjelaskan dengan benar tentang suatu objek atau materi yang
diketahui, serta mampu menginterpretasikan dengan tepat.
c. Penerapan (application), merujuk pada kemampuan untuk
menggunakan materi yang telah dipelajari dalam situasi atau kondisi
nyata.
d. Analisis (analysis), merujuk pada kemampuan untuk menguraikan
suatu materi atau objek menjadi komponen-komponen yang lebih
kecil, tetapi masih berhubungan satu sama lain dalam suatu struktur
organisasi.
e. Sintesis (synthesis), merujuk pada kemampuan untuk
menggabungkan atau menghubungkan komponen-komponen yang
terpisah menjadi suatu keseluruhan yang baru.
f. Evaluasi (evaluation), berkaitan dengan kemampuan untuk
melakukan justifikasi atau penilaian terhadap suatu materi atau
objek, termasuk mempertimbangkan kelebihan, kekurangan, atau
kualitas dari suatu hal.
3. Pengukuran Pengetahuan
Pengukuran pengetahuan dapat dilakukan melalui wawancara atau
angket untuk menanyakan tentang isi materi yang ingin diukur dari
subjek penelitian atau responden (Nurmala, 2018).
Menentukan klasifikasi tingkat pengetahuan dapat dilaksanakan
dengan cara menilai skor rata-rata dan nilai dari standar deviasi tingkat
pengetahuan lalu membuat kelompok menjadi:
a. Baik: Jika skor rata-rata tinggi dan standar deviasi rendah, ini
menunjukkan bahwa mayoritas responden memiliki tingkat
pengetahuan yang baik dan konsisten dalam topik tersebut.
b. Cukup: Jika skor rata-rata sedang dan standar deviasi sedang, ini
menunjukkan tingkat pengetahuan yang cukup dalam kelompok
tersebut, tetapi ada variasi dalam pengetahuan antara individu-
individu.
c. Kurang: Jika skor rata-rata rendah dan standar deviasi tinggi, ini
menunjukkan bahwa mayoritas responden memiliki tingkat
pengetahuan yang rendah dan ada variasi besar dalam pengetahuan
dalam kelompok tersebut (Islamarida et al., 2023).
C. Penelitian Terkait
A. Kerangka Konsep
Kerangka konsep penelitian ini membahas hubungan tingkat
pengetahuan ibu tentang demam dengan perilaku penanganan demam pada
bayi usia 6-12 bulan di Puskesmas Rantealang. Hubungan ini didasarkan pada
asumsi bahwa pengetahuan ibu tentang demam pada bayi akan memengaruhi
tindakan yang dilakukan dalam penanganan demam tersebut.
Keterangan:
B. Hipotesis Penelitian
Hipotesis adalah pernyataan atau dugaan yang diajukan sebagai dasar
untuk pengujian dalam penelitian. Dalam konteks penelitian ini, kita dapat
merumuskan hipotesis sebagai berikut:
1. Hipotesis Alternatif (Ha): Terdapat hubungan tingkat pengetahuan ibu
tentang demam dengan perilaku penanganan demam pada bayi usia 6-12
bulan di Puskesmas Rantealang.
2. Hipotesis Nol (H0): Tidak terdapat hubungan tingkat pengetahuan ibu
tentang demam dengan perilaku penanganan demam pada bayi usia 6-12
bulan di Puskesmas Rantealang.
BAB IV
METODE PENELITIAN
A. Desain Penelitian
Penelitian ini adalah penelitian kuantitatif yang menggunakan metode
deskriptif korelasi dengan pendekatan cross sectional studi yaitu salah satu
desain penelitian observasional yang bertujuan untuk mengumpulkan data
pada satu titik waktu tertentu (Pariyana, 2019).
Penelitian yang akan dilakukan yaitu hubungan tingkat pengetahuan
ibu tentang demam dengan perilaku penanganan demam pada bayi usia 6-12
bulan di Puskesmas Rantealang.
B. Populasi, Sampel, dan Teknik Sampling
1. Populasi
F. Instumen Penelitian
Instrumen penelitian hubungan antara pengetahuan ibu dengan
tindakan penanganan demam pada bayi di Puskesmas Rantealang dapat terdiri
dari beberapa bagian, antara lain:
1. Bagian pengumpulan data demografi, berisi informasi tentang
karakteristik responden seperti usia, pendidikan, pekerjaan, sumber
informasi dan jumlah anak.
2. Bagian penilaian pengetahuan ibu tentang penanganan demam pada bayi.
Kuisioner yang digunakan merupakan kuisioner yang telah digunakan
oleh Kholimatusadiya & Qomah (2019).
3. Bagian penilaian penanganan demam pada bayi. Kuisioner yang
digunakan adalah kusioner yang sebelumnya telah digunakan oleh Aulia
(2019).
G. Prosedur Pengumpulan Data
1. Pengurusan ijin penelitian
Tahap awal yang akan dilakukan oleh peneliti adalah mengurus izin
penelitian pada program studi Sarjana Kebidanan di Fakultas Kesehatan
Institut Kesehatan dan Bisnis Kurnia Jaya Persada.
2. Konfirmasi responden
Pada tahap ini, peneliti akan melakukan pendataan responden yang akan
menjadi subjek penelitian. Kemudian, peneliti akan mengunjungi
responden untuk memberikan penjelasan mengenai pelaksanaan
penelitian dan meminta persetujuan dari responden. Jika responden
setuju, mereka akan diberikan lembar persetujuan responden yang perlu
diisi dan ditandatangani.
3. Pengisian kuisioner
Pada tahap ini, responden akan diminta untuk mengisi kuesioner yang
telah disiapkan oleh peneliti. Waktu yang dibutuhkan untuk mengisi
kuesioner adalah sekitar 15 hingga 20 menit.
4. Pengumpulan kuisioner
Kuesioner yang telah diisi oleh responden akan dikumpulkan dan diberi
kode untuk kemudian dimasukkan ke dalam master tabel.
H. Pengolahan Data
1. Input data adalah tahap awal dalam pengolahan data. Input data dapat
dilakukan dengan menggunakan program Excel atau langsung
menggunakan program SPSS. Penggunaan Excel lebih disarankan untuk
jumlah data yang besar karena lebih mudah dan memiliki risiko
kesalahan yang lebih kecil. Sebelum melakukan input data, perlu
dilakukan beberapa hal, antara lain:
a. Menyiapkan kuesioner yang akan diinput data.
b. Memeriksa jawaban responden yang tercatat pada kuesioner untuk
memastikan kelengkapan dan keakuratan jawaban.
c. Memberikan nomor urut pada kuesioner sebagai identitas responden.
d. Kuesioner yang rusak, tidak lengkap, atau membingungkan dapat
diabaikan jika jumlahnya tidak signifikan dan sudah mencukupi.
e. Input data melalui Excel tidak harus berdasarkan nomor urut karena
Excel dapat mengurutkan data setelah semua data diinput.
2. Editing dan cleaning adalah tahap pengolahan data yang bertujuan untuk
membersihkan data dari kesalahan input atau kesalahan lainnya. Proses
editing dan cleaning dilakukan menggunakan SPSS dengan membuat
tabel distribusi frekuensi atau tabel silang. Tabel distribusi frekuensi
digunakan untuk memeriksa kesalahan input data, sementara tabel silang
digunakan untuk mengetahui konsistensi jawaban responden.
3. Koding adalah tahap pengolahan data yang bertujuan untuk memberikan
kode atau nomor pada variabel kategorik. Koding biasanya dilakukan
saat pembuatan kuesioner, tetapi bisa juga dilakukan saat proses
pengolahan data untuk membuat koding baru atau mengubah variabel
numerik menjadi variabel kategorik.
I. Analisis Data
Analisis data adalah suatu proses pengolahan data yang bertujuan
untuk menjawab rumusan masalah dalam penelitian. Teknik analisis data
digunakan untuk mengolah data yang telah tersedia dengan statistic (Jaya,
2020). Dalam penelitian ini, teknik analisis data yang digunakan meliputi:
a. Analisis univariat, yaitu menganalisis tiap variabel dari hasil penelitian.
Analisis univariat berfungsi untuk merangkum kumpulan data hasil
pengukuran menjadi informasi yang berguna. Analisis deskriptif
merupakan salah satu contoh analisis univariat. Dalam analisis deskriptif,
data dapat diringkas dengan menggunakan ukuran statistik seperti mean,
median, dan modus, tabel, dan grafik. Analisis univariat dilakukan
dengan meneliti masing-masing variabel.
b. Analisis bivariat, yaitu analisis yang melibatkan lebih dari dua variabel.
Analisis bivariat digunakan untuk mengetahui hubungan antar variabel.
Contoh dari analisis bivariat adalah mencari hubungan antara variabel x1
dan x2, mencari pengaruh antara variabel x terhadap y, dan mencari
perbedaan antara variabel x dan z. Dalam penelitian ini, data akan diuji
menggunakan analisis hubungan korelasi chi-square (Jaya, 2020).
J. Etika Penelitian
Dalam penelitian ini, peneliti harus memperhatikan aspek etika untuk
melindungi responden dari hal-hal yang merugikan. Prinsip informed consent
digunakan untuk memastikan responden memahami tujuan penelitian dan
dampaknya sebelum memberikan persetujuan tertulis. Anonymity dan
confidentiality digunakan untuk memberikan kenyamanan dan menjaga
kerahasiaan identitas responden. Prinsip beneficience dan nonmaleficience
digunakan untuk memastikan setiap tindakan penelitian dilakukan dengan
prinsip kebaikan dan tidak merugikan responden. Prinsip justice digunakan
untuk memastikan setiap responden diperlakukan sama dan memperoleh
keuntungan yang sama dalam penelitian ini.
DAFTAR PUSTAKA
Astuti, D. P., Iswati, N., & Sumarni. (2022). Correlation Analysis of Mother ’ S
Knowledge About Fever on the Behavior of Handling Fever in Toddlers
During the Covid-19 Pandemic Penanganan Demam Pada Balita Selama.
The 16thUniversity Research Colloqium 2022Universitas Muhammadiyah
Pekajangan Pekalongan, 400–409.
Aulia, R. (2019). Hubungan Tingkat Pengetahuan dan Sikap Ibu Tentang Demam
Dengan Penatalaksanaan Demam Pada Anak di Puskesmas Harapan Raya
Pekanbaru. Jurnal Ilmu Keperawatan, 8(2), 80–88.
Budi, I. S., Munzaemah, S., & Listyarini, A. D. (2021). Hubungan pengetahuan
ibu dengan penanganan kejang demam berulang di ruang anak rumah sakit
islam sunan kudus. Jurnal Profesi Keperawatan, 8(1), 1–10.
https://jprokep.jurnal.centamaku.ac.id/index.php/jpk/article/view/87/97
Fuadi, F., Bahtera, T., & Wijayahadi, N. (2016). Faktor Risiko Bangkitan Kejang
Demam pada Anak. Sari Pediatri, 12(3), 142.
https://doi.org/10.14238/sp12.3.2010.142-9
Ike, Putri, T. H., & Fujiana, F. (2021). Hubungan Dukungan Keluarga Dengan
Tingkat Kecemasan Ibu Hamil Dalam Melakukan Kunjungan Antenatal Care
Pada Masa Pandemi Covid-19 di Kelurahan Sagatani. Jurnal ProNers, 6(6),
1–11.
Islamarida, R., Devianto, A., Widuri, & Mamik. (2023). Promosi Kesehatan Dan
Pendidikan Kesehatan. Lembaga Chakra Brahmana Lentera.
Jaya, I. M. L. M. (2020). Metode Penelitian Kuantitatif dan Kualitatif: Teori,
Penerapan, dan Riset Nyata. Anak Hebat Indonesia.
Kholimatusadiya, & Qomah, I. (2019). Hubungan Pengetahuan dengan Sikap Ibu
pada Penanganan Pertama Demam Anak Usia 0-59 Bulan. Jurnal Kesehatan
Indonesia, X(1), 55–59.
http://journal.stikeshb.ac.id/index.php/jurkessia/article/view/210
Kusyani, A., Robiyah, A., & Nisa, D. K. (2022). Asuhan Keperawatan Anak
dengan Kejang Demam dan Diare. Penerbit NEM.
Langingi, A. R. ., Akbar, H., & Kaseger, H. (2020). Pengaruh Penyuluhan
Kesehatan Terhadap Tingkat Pengetahuan Ibu dalam Menangani Demam
pada Anak di Desa Moyag Todulan. Graha Medika, 3(1), 1–9.
http://journal.stikesgrahamedika.ac.id/index.php/nursing/article/view/81
Lusia. (2015). Mengenal Demam dan Perawatannya pada Anak. Airlangga
University Press.
Pariyana, E. R. dan. (2019). Metode Penelitian Kesehatan. PT. Nasya Expanding
Management.
Prameswari, A. I. D. (2022). Hubungan Tingkat Pengetahuan Ibu dengan
Rasionalitas Swamedikasi Demam pada Balita. Undergraduate Thesis,
Universitas Diponegoro. https://eprints2.undip.ac.id/id/eprint/8953/
Rachmawati, A., & Kartika, L. (2020). Pengetahuan Ibu dan Pengelolaan Demam
Anak di Satu Rumah Sakit Swasta di Indonesia Barat. Jurnal Keperawatan
Raflesia, 2(1), 11–20. https://doi.org/10.33088/jkr.v2i1.506
Sholihah, Q. (2019). Pengantar Metodologi Penelitian. UB Press.
Ummah, F. dan kawan-kawan. (2021). Pendidikan Kesehatan dan Promosi
Kesehatan (Risnawati (ed.)). Media Sains Indonesia.
Wulandatika, D. (2017). Faktor-Faktor Yang Berhubungan Dengan Kepatuhan
Ibu Dalam Melakukan Kunjungan Antenatal Care Di Wilayah Kerja
Puskesmas Gambut Kabupaten Banjar, Kalimantan Selatan Tahun 2013.
Jurnal Ilmu Keperawatan Dan Kebidanan, 8(2), 8.
https://doi.org/10.26751/jikk.v8i2.269
Yusri Dwi Lestari, & Sulis Winarsih. (2022). Pengetahuan Ibu Hamil Tentang
Tanda Kegawatdaruratan Kehamilan Dengan Kepatuhan Dalam Pemeriksaan
Antenatal Care di Wilayah Kerja Puskesmas Glagah. SEHATMAS: Jurnal
Ilmiah Kesehatan Masyarakat, 1(3), 279–286.
https://doi.org/10.55123/sehatmas.v1i3.591
Lampiran 1 : Lembar Permintaan Menjadi Responden
[Ira Trisnawati]
Lampiran 2 : Lembar Persetujuan Responden
Tanda tangan
Lampiran 3: Lembar Kuisioner
Nomor responden :
A. Data Demografi
1. Inisial :
2. Usia :
3. Pendidikan :
4. Pekerjaan :
5. Jumlah anak :
6. Sumber informasi : beri tanda √ pada kolom yang sesuai
Petugas kesehatan
Keluarga
Media cetak
Media elektronik
Media social
Tidak ada
B. Kuisioner pengetahuan