Anda di halaman 1dari 48

SKRIPSI

HUBUNGAN TINGKAT PENGETAHUAN IBU TENTANG


DEMAM DENGAN PERILAKU PENANGANAN DEMAM
PADA BAYI USIA 6-12 BULAN DI PUSKESMAS
RANTEALANG KABUPATEN TANA TORAJA
TAHUN 2023

Oleh :
IRA TRISNAWATI
NIM 042022248

PROGRAM STUDI S1 ILMU KEBIDANAN


FAKULTAS KESEHATAN
INSTITUT KESEHATAN DAN BISNIS
KURNIA JAYA PERSADA PALOPO
TAHUN 2023
SKRIPSI

HUBUNGAN TINGKAT PENGETAHUAN IBU TENTANG


DEMAM DENGAN PERILAKU PENANGANAN DEMAM
PADA BAYI USIA 6-12 BULAN DI PUSKESMAS
RANTEALANG KABUPATEN TANA TORAJA
TAHUN 2023

Skripsi ini dibuat sebagai salah satu syarat memperoleh gelar Sarjana Kebidanan (S.Keb.)
Pada Program Studi Sarjana Kebidanan Fakultas Kesehatan
Institut Kesehatan dan Bisnis Kurnia Jaya Persada

Oleh :
IRA TRISNAWATI
NIM 042022248

PROGRAM STUDI S1 ILMU KEBIDANAN


FAKULTAS KESEHATAN
INSTITUT KESEHATAN DAN BISNIS
KURNIA JAYA PERSADA
PALOPO
2023
LEMBAR PERSETUJUAN

HUBUNGAN TINGKAT PENGETAHUAN IBU TENTANG DEMAM


DENGAN PERILAKU PENANGANAN DEMAM PADA BAYI USIA 6-12
BULAN DI PUSKESMAS RANTEALANG KABUPATEN TANA TORAJA
TAHUN 2023

Oleh :
IRA TRISNAWATI
NIM 042022248

Proposal ini Telah disetujui untuk diuji diharapan tim penguji


Program Studi Sarjana Kebidanan
Fakultas Kesehatan
Institut Kesehatan dan Bisnis Kurnia Jaya Persada
Tanggal, 8 juli 2023

Pembimbing I, Pembimbing II,

Harmawati Rustan, S.ST.,M.Keb. Abri Hadi, S.Kom.,M.Kom.


NIDN 0921079101 NIDN 0905108204

Mengetahui,
Ketua Program Studi Sarjana Kebidanan

Bd.Samsinar, S.ST.,M.Kes.
NIDN. 0919078901
LEMBAR PENGESAHAN

HUBUNGAN TINGKAT PENGETAHUAN IBU TENTANG DEMAM


DENGAN PERILAKU PENANGANAN DEMAM PADA BAYI USIA 6-12
BULAN DI PUSKESMAS RANTEALANG KABUPATEN TANA TORAJA
TAHUN 2023

Oleh :
IRA TRISNAWATI
NIM 042022248

Telah dipertahankan di depan Panitia Ujian Skripsi


Pada Tanggal 27 Agustus 2023
Dan dinyatalan telah memenuhi syarat
Tim Penguji :

1. Siani Bu’tu, S.Tr. Keb. (…………………….)

2. Harmawati Rustan, S.ST.,M.Keb. (…………………….)

3. Abri Hadi, S.Kom.,M.Kom. (…………………….)

Mengetahui,

Dekan Fakultas Kesehatan Ketua Program Studi Sarjana Kebidanan

Devi Darwin, S.ST.,M.Keb. Bd.Samsinar, S.ST.,M.Kes.


NIDN 0915098702 NIDN. 0919078901
KATA PENGANTAR

Segala puji bagi Allah Subhanahu wa Ta'ala, Tuhan semesta alam yang
Maha Pengasih lagi Maha Penyayang. Shalawat serta salam semoga senantiasa
tercurah kepada junjungan kita Nabi Muhammad Shallallahu 'alaihi wa sallam,
sebagai utusan Allah yang membawa petunjuk dan rahmat bagi seluruh umat
manusia. Skripsi ini dengan judul " Hubungan Tingkat Pengetahuan Ibu Tentang
Demam Dengan Perilaku Penanganan Demam Pada Bayi Usia 6-12 Bulan Di
Puskesmas Rantealang " disusun sebagai salah satu syarat untuk memperoleh
gelar Sarjana Kebidanan (S.Keb) di Program Studi Sarjana Kebidanan, Fakultas
Kesehatan, Institut Kesehatan dan Bisnis Kurnia Jaya.
Melalui kata pengantar ini, penulis ingin mengucapkan rasa syukur dan
terima kasih yang tak terhingga kepada:
1. Allah Subhanahu wa Ta'ala, yang telah memberikan petunjuk, karunia, dan
kekuatan kepada penulis dalam menyelesaikan skripsi ini. Penulis mengakui
bahwa semua kesuksesan yang penulis capai adalah atas izin-Nya semata.
2. Keluarga penulis, yang senantiasa memberikan doa, dukungan, dan motivasi
dalam perjalanan penulis menyelesaikan studi ini. Terima kasih atas
kehadiran, kasih sayang, dan dukungan yang tidak pernah lekang oleh waktu.
3. Bapak/Ibu Dosen pembimbing, ibu Harmawati Rustam, S.ST.,M.Keb. dan
bapak Abri Hadi, S.Kom.,M.Kom, yang telah memberikan bimbingan,
arahan, dan nasihat yang sangat berharga. Terima kasih atas kesabaran,
perhatian, dan dukungan yang telah diberikan kepada penulis.
4. Rekan-rekan sejawat di Program Studi Sarjana Kebidanan, yang senantiasa
memberikan semangat, kolaborasi, dan diskusi yang memperkaya
pemahaman penulis. Terima kasih atas kebersamaan, saling berbagi
pengetahuan, dan dukungan yang tulus.
5. Pihak Puskesmas Rantealang, yang telah memberikan izin dan kesempatan
kepada penulis untuk melaksanakan penelitian di lingkungan mereka. Terima
kasih atas keramahan, kerjasama, dan bantuan yang telah diberikan selama
pelaksanaan penelitian ini.
6. Ibu-ibu yang telah menjadi responden penelitian, yang dengan sukarela
memberikan waktu dan informasi yang berharga. Terima kasih atas partisipasi
serta kepercayaan yang telah diberikan kepada penulis dalam penelitian ini.
Penulis menyadari bahwa skripsi ini masih memiliki kekurangan dan
keterbatasan. Oleh karena itu, penulis dengan rendah hati menerima segala saran,
kritik, dan masukan yang konstruktif guna perbaikan di masa depan.
Penulis berharap bahwa hasil penelitian ini dapat memberikan manfaat dan
kontribusi positif dalam meningkatkan pengetahuan dan pemahaman mengenai
hubungan antara pengetahuan ibu dengan tindakan penanganan demam pada bayi
di Puskesmas Rantealang, sesuai dengan nilai-nilai Islam yang mengedepankan
kesehatan dan kesejahteraan umat manusia.
Akhir kata, penulis berdoa semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi
pembaca serta masyarakat luas, dan menjadi amal jariyah yang memberikan
kebaikan dan manfaat selama-lamanya.
Wassalamu'alaikum warahmatullahi wabarakatuh.
DAFTAR ISI

LEMBAR PERSETUJUAN.....................................................................................i

LEMBAR PENGESAHAN.....................................................................................ii

KATA PENGANTAR.............................................................................................iii

DAFTAR ISI............................................................................................................v

DAFTAR LAMPIRAN.........................................................................................viii

DAFTAR TABEL.................................................................................................viii

BAB I PENDAHULUAN........................................................................................1

A. Latar Belakang.......................................................................................................1

B. Rumusan Masalah..................................................................................................3

C. Tujuan....................................................................................................................3

D. Manfaat..................................................................................................................3

BAB II TINJAUAN PUSTAKA..............................................................................5

A. Tinjauan Penanganan Demam................................................................................5

B. Tinjauan Pengetahuan..........................................................................................18

C. Penelitian Terkait..................................................................................................21

BAB III KERANGKA KONSEP DAN HIPOTESIS PENELITIAN....................23

A. Kerangka Konsep.................................................................................................23

B. Hipotesis Penelitian..............................................................................................23

BAB IV METODE PENELITIAN........................................................................24

A. Desain Penelitian..................................................................................................24

B. Populasi, Sampel, dan Teknik Sampling...............................................................24

C. Variabel Penelitian................................................................................................25

D. Defenisi Operasional............................................................................................25

E. Tempat dan Waktu Penelitian...............................................................................26


F. Instumen Penelitian..............................................................................................26

G. Prosedur Pengumpulan Data...............................................................................26

H. Pengolahan Data..................................................................................................27

I. Analisis Data........................................................................................................28

J. Etika Penelitian....................................................................................................28

DAFTAR PUSTAKA................................................................................................
DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1 : Lembar Permintaan Menjadi Responden


Lampiran 2 : Lembar Persetujuan Responden
Lampiran 3: Lembar Kuisioner
DAFTAR TABEL

Tabel 2. 1 Suhu Tubuh Pada Anak......................................................................................6


Tabel 2. 2 Penelitian Terkait..............................................................................................21
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Setiap anak di dunia pernah mengalami demam. Demam pada anak
terjadi ketika suhu tubuh melebihi 38°C (suhu di ketiak). Meningkatnya suhu
tubuh anak sering kali menjadi pengalaman yang menakutkan bagi orang tua.
Demam lebih sering terjadi pada anak dibandingkan orang dewasa. Demam
merupakan respons tubuh terhadap produksi beberapa jenis sitokin, seperti
interleukin-1, interleukin-6, dan faktor nekrosis tumor, yang disebut sebagai
pirogen endogen (penghasil panas). Sitokin ini dilepaskan oleh berbagai jenis
sel, termasuk monosit makrofag, sel T hepar, dan fibroblas, sebagai respons
terhadap infeksi. Jika demam tidak ditangani dengan tepat, anak dapat
mengalami demam tinggi, di mana suhunya melebihi 39 derajat Celsius, yang
dapat menyebabkan kejang. Selama kejang terjadi, ada risiko anak tersedak
makanan atau air liurnya sendiri, dan juga dapat menggigit lidahnya sendiri
(Aulia, 2019).
Bayi dan anak-anak di bawah usia lima tahun termasuk dalam
kelompok yang rentan terhadap berbagai penyakit karena sistem kekebalan
tubuh mereka belum sepenuhnya berkembang. Demam adalah kondisi di
mana terjadi kenaikan suhu tubuh hingga mencapai 38°C atau lebih tinggi.
Jika suhu tubuh melebihi 40°C, maka kondisi tersebut disebut sebagai demam
tinggi. Demam dapat terjadi pada siapa saja, baik anak-anak maupun dewasa.
Demam menyebabkan ketidaknyamanan pada tubuh, sehingga balita yang
mengalami demam seringkali menjadi rewel. Demam berarti suhu tubuh
melebihi batas normal yang biasa, dan dapat disebabkan oleh kelainan dalam
otak atau pengaruh zat toksik yang mempengaruhi pusat pengaturan suhu
tubuh. Demam juga dapat disebabkan oleh infeksi bakteri dan dehidrasi
(Kholimatusadiya & Qomah, 2019).
Perilaku ibu dalam menangani demam di rumah dipengaruhi oleh
faktor pengetahuan. Pengetahuan adalah hasil dari pemahaman seseorang
setelah melakukan pengamatan terhadap suatu objek tertentu. Dalam hal ini,
pengetahuan mengenai deteksi dini demam yang dimiliki oleh keluarga
dengan balita sangatlah penting (Budi et al., 2021).
Kurangnya pengetahuan ibu tentang demam pada anak dapat
mengakibatkan penanganan yang tidak tepat. Dalam penelitian sebuah
penelitian, ditemukan bahwa sebanyak 45,1% memiliki pengetahuan yang
rendah mengenai demam anak, dan dari jumlah tersebut, hanya sebagian kecil
dari mereka yang melakukan penanganan demam anak dengan tepat.
Sementara itu, sebanyak 77,1% memiliki pengetahuan yang tinggi tentang
demam anak, dan mayoritas dari mereka melakukan penanganan demam anak
dengan tepat (Rachmawati & Kartika, 2020). Penemuan ini menunjukkan
bahwa terdapat hubungan antara pengetahuan ibu tentang demam anak dan
pengelolaan yang tepat. Ibu dengan pengetahuan yang tinggi cenderung
melakukan penanganan demam anak dengan tepat, sedangkan ibu dengan
pengetahuan yang rendah memiliki kesulitan dalam melakukan penanganan
yang tepat.
Sebuah hasil penelitian menemukan bahwa terdapat hubungan antara
pengetahuan ibu dengan penatalaksanaan demam anak (Aulia, 2019).
Penemuan hasil penelitian yang menunjukkan adanya hubungan antara
pengetahuan ibu dengan penatalaksanaan demam pada anak menunjukkan
bahwa tingkat pengetahuan ibu mempengaruhi cara ibu dalam mengatasi
demam pada anak. Dalam hal ini, penelitian tersebut menunjukkan bahwa
semakin tinggi pengetahuan ibu mengenai penanganan demam pada anak,
semakin baik pula penatalaksanaan yang dilakukan oleh ibu.
Penelitian ini dilakukan dengan merujuk pada Pelayanan kesehatan,
seperti yang diatur dalam Undang-Undang Dasar 1945, memberikan hak yang
kuat kepada anak-anak untuk kelangsungan hidup, pertumbuhan, dan
perkembangan mereka, serta perlindungan dari kekerasan dan diskriminasi.
Pasal 28B ayat 2 menegaskan hak ini, sementara Pasal 28H ayat 1
menyebutkan bahwa setiap orang berhak hidup sejahtera secara fisik dan
mental, tinggal di lingkungan yang baik dan sehat, serta memiliki akses ke
pelayanan kesehatan. Penekanan pada hak anak untuk mendapatkan
pelayanan kesehatan juga diatur dalam Undang-Undang No 36 tahun 2009
tentang Kesehatan.
Sesuai uraian diatas, maka peneliti tertarik melakukan penelitian
mengenai hubungan antara pengetahuan ibu dengan tindakan penanganan
demam pada bayi di Puskesmas Rantealang.
B. Rumusan Masalah
Dalam konteks penelitian ini, rumusan masalah yang ingin dijawab
adalah apakah ada hubungan tingkat pengetahuan ibu tentang demam dengan
perilaku penanganan demam pada bayi usia 6-12 bulan di Puskesmas
Rantealang?
C. Tujuan
1. Tujuan umum
Tujuan umum dari penelitian ini adalah untuk menganalisis hubungan
tingkat pengetahuan ibu tentang demam dengan perilaku penanganan
demam pada bayi usia 6-12 bulan di Puskesmas Rantealang.
2. Tujuan khusus
a. Untuk mengidentifikasi tingkat pengetahuan ibu tentang demam
pada bayi di Puskesmas Rantealang.
b. Untuk menganalisis hubungan tingkat pengetahuan ibu tentang
demam dengan perilaku penanganan demam pada bayi usia 6-12
bulan di Puskesmas Rantealang.
D. Manfaat
1. Bagi ibu bayi
Penelitian ini diharapkan dapat memberikan pemahaman yang lebih baik
tentang pentingnya pengetahuan ibu dalam tindakan penanganan demam
pada bayi. Hal ini akan membantu ibu dalam memberikan perawatan
yang lebih efektif dan tepat saat bayinya mengalami demam.

2. Bagi Puskesmas
Penelitian ini dapat memberikan informasi yang berguna bagi Puskesmas
Rantealang dalam mengembangkan program edukasi dan pelatihan
kepada ibu bayi mengenai penanganan demam. Hal ini dapat
meningkatkan kualitas pelayanan kesehatan yang diberikan oleh
Puskesmas.
3. Bagi institusi
Hasil penelitian ini dapat menjadi acuan bagi institusi terkait, seperti
lembaga pendidikan dan organisasi kesehatan, untuk meningkatkan
pengetahuan dan kesadaran ibu dalam penanganan demam pada bayi. Hal
ini diharapkan dapat memberikan dampak positif pada kesehatan bayi
dan keluarga secara keseluruhan.
4. Bagi penelitian
Penelitian ini dapat menjadi sumbangan pengetahuan baru dalam bidang
kebidanan, khususnya dalam kaitannya dengan hubungan antara
pengetahuan ibu dengan tindakan penanganan demam pada bayi. Hasil
penelitian ini dapat menjadi dasar untuk penelitian lanjutan dan
pembaruan kebijakan di masa depan
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Tinjauan Penanganan Demam


1. Pengertian
Demam adalah respons tubuh terhadap suatu proses yang ditandai
dengan peningkatan suhu tubuh. Peningkatan suhu tubuh terjadi karena
mekanisme tubuh yang berusaha mengimbangi produksi panas yang
berlebihan akibat ketidakmampuan mekanisme pengeluaran panas.
Rentang suhu tubuh yang normal berkisar antara 36°C hingga 38°C.
Demam merupakan mekanisme pertahanan tubuh sebagai respons
terhadap pirogen, seperti bakteri, virus, dan jamur (Rachmawati &
Kartika, 2020).
Demam pada anak seringkali menjadi sumber kecemasan, stres,
dan kekhawatiran bagi orangtua. Ketika anak mengalami demam,
orangtua seringkali melakukan berbagai upaya untuk menurunkan suhu
tubuh anak. Demam merupakan respons yang normal dari tubuh sebagai
reaksi terhadap berbagai kondisi, dan penyebab paling umum dari
demam adalah infeksi oleh mikroorganisme seperti virus, bakteri, atau
parasit (Langingi et al., 2020).
Hipertermi merupakan peningkatan suhu tubuh yang dapat
disebabkan oleh gangguan hormon, gangguan metabolisme, penggunaan
obat-obatan atau peningkatan suhu lingkungan sekitar/sehubungan
dengan pemaparan panas dari luar yang menyebabkan
ketidakseimbangan pembentukan dan kehilangan panas. Pada hipertermi,
peningkatan suhu tubuh yang dapat terjadi yaitu >37,5°C pengukuran
melalui ketiak pada bayi atau suhu inti >38°C melalui pengukuran anus
tanpa disertai peningkatan suhu (set point) pada pengaturan suhu di
hipotalamus. Peningkatan suhu pada berbagai buku, misalnya
38,3°C/38,8°C/38,9°/40°C tergantung referensi (berdasarkan kasus yang
ditemui) dan kasus ada yang pernah mencapai suhu 43,3°C (pada heat
stroke) (Lusia, 2015).
2. Pengaturan suhu tubuh
Konsep “Set-Point” dalam pengaturan temperatur atau suhu, yaitu
semua mekanisme pengaturan temperatur yang terus-menerus berupaya
untuk mengembalikan temperatur kembali ke tingkat “Set-Point”. Set-
point disebut juga tingkat temperatur krisis, yang apabila suhu tubuh
seseorang melampaui set point ini, maka kecepatan kehilangan panas
lebih cepat dibandingkan dengan produksi panas, begitu sebaliknya.
Dengan demikian suhu tubuh kembali ke tingkat set-point. Jadi suhu
tubuh dikendalikan untuk mendekati nilai set point suhu normal. Ketika
suatu pencetus misalnya pirogen (dapat kuman, produk kuman atau zat
asing) terbentuk atau masuk ke dalam tubuh, maka saat itu otak akan
memerintahkan suhu tubuh untuk naik (set point meningkat). Secara
umum kita mengatakan bahwa suhu badan itu normal kalau panas tubuh
dengan pengukuran aksila berkisar antara 36°C/36,5°C– ”37,2°C/37,5°C
(±36–37°C). Suhu normal pada bayi baru lahir: 36,5°C–37,5°C (Kusyani
et al., 2022).
Tabel 2. 1 Suhu Tubuh Pada Anak

(Kusyani et al., 2022).


3. Penyebab demam
Penyebab dari hipertemia, diantaranya ada beberapa agen yaitu:
kekurangan cairan, tubuh terpapar lingkungan panas, proses terjadinya
penyakit (seperti peradangan, cancer), pakaian yang tidak sesuai
temperatur lingkungan, meningkatnya laju metabolisme, adanya trauma,
kegiatan yang berlebih, terpasangnya inkubator (Kusyani et al., 2022).
4. Tanda dan gejala
Berikut ini adalah gejala tanda minor objektifnya adalah sebagai
berikut:
a. Kulit Merah Kulit kemerah-merahan pada hipertermia terjadi karena
vasodilatasi pembuluh darah.
b. Kejang Suhu tubuh yang tinggi mengakibatkan otot mengalami
fluktuasi kontraksi dan peregangan sehingga terjadilah kejang yakni
gerakan yang tidak dapat terkendali.
c. Integumen Hangat Integumen hangat dikarenakan adanya pelebaran
pada pembuluh darah akibat rendahnya O2 dan hipertermia (Kusyani
et al., 2022).
Menurut pendapat Wilkinson (2016 dalam hipertermia Kusyani et
al., 2022) ada beberapa tanda dan gejala pada hipertermia yaitu:
peningkatan pada suhu tubuh dari rentang normal, kemerahan yang
terjadi pada kulit, pernapasan yang meningkat, detak jantung melebihi
batas normal, tangan terasa hangat ketika disentuh, terjadinya konvulsi.
Fase-fase terjadinya hipertermi yaitu fase awal, fase terjadinya demam,
dan pemulihan. Pada fase awal ditandai dengan denyut jantung melebihi
batas normal, pernapasan lebih cepat dari biasanya, akibat tegangan dan
kontraksi obat dapat menyebabkan menggigilnya tubuh, merasakan
kedinginan pada tubuh, berlebihnya keringat, suhu tubuh meningkat.
Fase kedua proses demam ditandai dengan hilangnya proses menggigil
pada tubuh, kulit tubuh terasa hangat, meningkatnya pernapasan dan
nadi, rasa haus yang berlebihan, kekurangan cairan ringan sampai berat,
keinginan untuk tidur, nafsu makan menghilang, kelemahan dan
keletihan pada otot tubuh. Dan pada fase ketiga yaitu fase pemulihan
yang ditandai dengan keringat berlebih pada tubuh kulit memerah dan
teraba hangat, dehidrasi kemungkinan dapat terjadi, menggingil namun
ringan.
5. Penanganan
Hipertermi dapat di atasi dengan melakukan dengan 2 terapi yaitu
farmakologi dan terapi non farmakologi ataupun kolaborasi dari kedua
terapi. Pemberian obat antipiretik merupakan tindakan farmakologi
sedangkan tindakan non farmakologinya adalah tindakan untuk
menurunkan hipertermia sebagai tindakan tambahan setelah
mengonsumsi antipiretik. Pemberian minum yang banyak, berikan
pakaian tipis, pemberian suhu normal dan pemberian water tepid sponge
atau kompres air hangat ialah tindakan nonfarmakologis untuk
hipertermia setelah diberikan obat antipiretik. Tindakan nonfarmakologis
untuk memberikan tindakan kenyamanan dan menurunkan suhu tubuh
bisa dilakukan dengan mencelupkan handuk/kain ke air hangat dan
dilekatkan keseluruh tubuh yang biasanya disebut dengan kompres
hangat (Kusyani et al., 2022).
6. Penanganan demam di rumah
Berikut pedoman yang dapat dilakukan dalam melakukan
tindakan dan perawatan demam pada anak (pertolongan pertama di
rumah):
a. Jangan panik
Pada saat demam orang tua akan merasa cemas dan bingung, bahkan
ada orang tua yang panik dan tidak tahu harus berbuat apa karena
terlalu bingung. Sebetulnya demam merupakan mekanisme
pertahanan tubuh terhadap serangan penyakit misalnya oleh bakteri
atau virus (yang merupakan penyebab utama demam pada anak).
Pada tahap awal ”serangan” penyakit, tubuh secara alami
mempertahankan diri dan melawan penyebab penyakit. Para ahli
yakin, tubuh dapat lebih efektif melawan infeksi jika suhunya naik
dengan kata lain pada tahap tertentu demam dapat menguntungkan
pasien dalam arti dapat meningkatkan fagositas (respons imun) dan
menurunkan viabilitas (daya hidup) kuman. Namun, sering kali jika
terjadi demam pada anak, pada tahap awal indikasi penyakit saja,
orang tua sudah panik, khawatir berlebihan, dan tanpa observasi
terlebih dahulu, langsung membawanya ke dokter atau memberinya
obat-obatan. Ini bisa menjadi berbahaya karena obat obatan yang
tidak perlu. Kecemasan orang tua dan keraguan dokter mendorong
tindakan menurunkan demam, meskipun tindakan itu dapat
mengaburkan gejala dan obat yang dipakai belum tentu aman dari
sindrom Reye, intoksikasi (keracunan) salisilat, dan gangguan hati.
Nah, jika perilaku anak tidak banyak berubah, tetap aktif, mau
makan dan minum, biarkan tubuhnya bekerja secara alami. Namun
jika demam tinggi, misalnya mencapai 39oC, biasanya justru
menyebabkan penderita gelisah, tidak bisa tidur dan kehilangan
nafsu makan-minum, bila kondisi ini berlanjut, daya tahan tubuh
justru menurun dan makin sulit mengatasi serangan kuman. Demam
yang sangat tinggi pun dapat menyebabkan kerusakan otak jika tidak
ditangani dengan cepat dan tepat. Jadi kita harus tetap waspada dan
demam tetap harus dipantau kalau-kalau demam tersebut mengarah
ke penyakit yang serius. Yang termasuk penyakit serius, misalnya
demam tifoid, demam berdarah dengue, campak, cacar air,
pneumonia, penyakit Kawasaki, leukemia, dan limfoma.
Menghadapi situasi tersebut yang perlu dilakukan orang tua adalah
melihat ada tidaknya kedaruratan (seperti: sesak napas, penurunan
kesadaran, kejang lama/berulang, dehidrasi berat, sakit kepala hebat,
kaku kuduk, dan lain-lain), kemudian, mencari tahu/menduga
penyebab tingginya suhu tubuh tersebut, apakah karena flu, radang
tenggorokan, setelah imunisasi, kekurangan cairan, suhu udara
kelewat panas, terlalu lama bermain di terik matahari atau penyebab
lain, mempertimbangkan usia dan kondisinya. Selanjutnya mencari
informasi dan meminta penjelasan dokter tentang apa yang sedang
dialami anak adalah tindakan paling bijak yang bisa dilakukan orang
tua sebelum memberikan obat-obatan. Jadi tidak perlu panik, namun
juga jangan dianggap remeh, kita harus tetap tenang tapi tetap cermat
dalam menangani anak demam. Tata laksana anak dengan demam
terdiri dari tatalaksana fisis (tanpa obat obatan seperti: memberi
minum yang banyak, tidak memberikan pakaian yang berlebihan,
kompres hangat, memerhatikan aliran udara, dan mencegah stres
pada anak), dan tatalaksana dengan obat-obatan baik untuk gejala
(simtomatis) maupun penyebab (etiologis).
b. Monitor kondisi anak
Mengukur suhu tubuh anak. Jika suhu anak meningkat di atas
normal, ukur lagi suhu anak 20‒30 menit untuk memastikan bukan
hanya kasus peningkatan suhu sementara. Pakaian tidak boleh terlalu
tebal dan tidak terbungkus oleh selimut. Menangis, mengamuk,
bermain di lingkungan yang panas, dan mandi air panas dapat
meningkatkan suhu. Anak yang sedang demam perlu dipantau terus
suhu tubuhnya setiap 4‒6 jam sekali dan catat apakah turun, stabil
atau bahkan meningkat. Monitor kondisi anak, apakah gejalanya
membaik atau tidak. Orang tua perlu tahu kondisi anak, lihat gejala
lain yang muncul seperti batuk, pilek, demam dengan gejala khas
misalnya muncul lesi pada penyakit cacar.
c. Buka pakaian dan mantel/selimut yang berlebihan
Kenakan pakaian yang tipis dan nyaman yang dapat menyerap
keringat seperti katun dan kain linen yang memungkinkan pelepasan
panas yang baik. Sebaiknya anak tidak diselimuti tetapi jika tetap
diperlukan biarkan anak tidur dengan selimut atau kain yang tipis
saja. Jangan membungkus anak dengan kain flanel atau memakaikan
piyama karena bisa menyebabkan anak kepanasan. Demikian pula
jika anak menggigil jangan memakai baju tebal, tetapi tetap pakaikan
baju tipis.
d. Perhatikan suhu kamar dan aliran udara di dalam ruangan (udara
segar)
Aturlah sirkulasi udara dalam kamar agar suhunya terasa nyaman.
Dapat dengan kipasangin. Jika menggunakan alat pendingin ruangan,
aturlah suhunya di angka 22–24–26°C (suhu kamar sejuk) dengan
kelembapan antara 65% sampai 95% karena suhu ruangan yang
nyaman akan merangsang tubuh untuk lebih gencar mengeluarkan
panas dengan tujuan menyesuaikan diri.

e. Peluk anak agar panas badannya berpindah ke tubuh Anda


Bayi baru lahir yang sedang demam, paling baik digendong dengan
metode kanguru untuk mengurangi panas tubuhnya. Caranya
gendonglah bayi di dada dalam keadaan telanjang di balik pakaian
ibu yang longgar agar terjadi sentuhan kulit. Kontak kulit membantu
menurunkan demam bayi. Gendong kanguru hanya cocok untuk
demam akibat sakit ringan.
f. Banyak minum dan makanan bergizi
Beri asupan cairan lebih banyak, lebih baik manis atau beri
tambahan gula (dapat air mineral, jus, minuman isotonik). Banyak
minum dapat memacu pembuangan panas lewat air kencing.
Meskipun yang terbaik adalah air atau jus buah tanpa gula, biarlah ia
memilih yang disukainya, termasuk air soda/limun. Teh dan
minuman berkafein sebaiknya dihindari selama demam karena
kafein dapat menginduksi diuresis (sering berkemih). Nafsu makan
anak yang sedang sakit umumnya berkurang, namun hal itu tidak
perlu dirisaukan. Nyaris tidak ada penyakit yang menuntut suatu diet
khusus, namun bila Anda takut si anak kurang makan bujuklah dia
makan dengan makanan kesukaannya. Tidak jadi soal bila makanan
itu tidak terlalu bergizi. Dokter baru akan bertindak bila hilangnya
nafsu makan ini berlanjut dalam suatu masa sakit yang panjang.
Makanan dingin seperti es krim, buah-buahan dingin dapat diberikan
untuk memberikan rasa nyaman tetapi dengan melihat juga
keadaannya, seperti bila ada sakit menelan, beringus, hidung
tersumbat, dan batuk sebaiknya makanan dingin tidak diberikan.
Biarkan anak memakan apa yang diinginkan. Jangan dipaksa.
Hindarkan makanan berlemak, karena sulit dicerna oleh tubuh.
Namun, untuk penderita demam karena radang tenggorokan akan
susah menelan sehingga biasanya tidak mau makan atau menyusu,
coba tawarkan cairan sedikit demi sedikit, misalnya 3–4 sendok,
namun sering. Jangan langsung diberikan dalam jumlah banyak. Jika
si kecil masih minum ASI sering-seringlah disusui.
g. Istirahat
Minta anak beristirahat atau mengurangi aktivitas fisiknya. Tidur
cukup agar metabolisme berkurang. Dengan beristirahat cukup,
tubuh akan cepat kembali bugar. Pada umumnya, seorang anak tidak
harus tinggal di tempat tidur seharian penuh. Jika si anak merasa
cukup sehat untuk bangun dan bermain-main di dalam rumah,
biasanya masih diperbolehkan. Namun, bila anak enggan bangun
dari tempat tidur atau jika dokter memintanya beristirahat, cegahlah
rasa bosannya dengan menyediakan banyak keasyikan. Di saat sakit,
seorang anak mungkin tidak sekuat biasanya, sehingga tidak
menyukai mainan yang terlalu menuntut konsentrasi. Kegiatan
menggambar, menempel gambar ke buku dan sebagainya dapat
menghiburnya. Di saat sakit anak cenderung meminta perhatian yang
lebih dan sebaiknya sediakan waktu bersamanya, untuk mengurangi
rasa bosan. Umumnya seorang anak lebih senang berbaring di sofa di
ruang duduk, tempat dia merasa terlibat dengan anggota keluarga
lainnya. Ini juga memungkinkan Anda mengawasi pasien kecil Anda
lebih dekat. 8. Usahakan anak tidak stres atau bertambah stres Sakit
yang diderita sudah pasti dapat membuat anak menjadi stres. Hal ini
membuatnya cenderung lebih rewel daripada biasanya. Jika orang
tua tidak cukup sabar menghadapinya, lalu memarahi anak, dapat
membuatnya bertambah stres. Akibat keadaan tersebut, proses
penyembuhan demamnya akan lebih lambat. Berikan perhatian dan
pengertian bahwa orang tuanya juga dapat ikut merasakan sakitnya
dan berharap ia cepat sembuh sedia kala. Perhatian dari orang tua
dapat dirasakan anak dan mampu memberikan rasa aman dan
nyaman. Ketegangan menurun dan proses penyembuhan dapat
dipercepat (Aulia, 2019; Langingi et al., 2020; Prameswari, 2022).

h. Memberikan kompres
Jika si sakit merasa tidak nyaman atau suhunya melampaui 37,5°C
(untuk anak yang mudah kejang karena panas), >38°, >39°C berikan
kompres air hangat atau kompres basah (bukan air es). Yang
diperhatikan waktu mengompres (Fuadi et al., 2016; Kusyani et al.,
2022; Rachmawati & Kartika, 2020):
1) Tidak menggunakan alkohol dan air es. Kompres dengan
menggunakan air dingin dan alkohol untuk menurunkan suhu
tubuh sudah dikenal sejak zaman dulu, namun kini, yang lazim
digunakan untuk membantu menurunkan suhu tubuh anak
adalah kompres air hangat bukan air es, karena jika suhu di luar
tubuh terasa hangat, maka tubuh akan menginterpretasikan
bahwa suhu di luar cukup panas. Dengan demikian, tubuh akan
menurunkan kontrol pengatur suhu tubuh lagi. Semakin tinggi
demamnya, sebaiknya semakin bertambah kehangatan airnya.
Hal ini agar perbedaan antara suhu air dengan suhu tubuh anak
tidak terlalu besar. Jika kompres diberikan dengan air yang
terlalu dingin, maka pembuluh darahnya akan mengecil,
sehingga panas tubuh tidak keluar. Anak pun bisa semakin
menggigil untuk mempertahankan keseimbangan suhu tubuhnya
Sedangkan mengompres dengan alkohol tidak dianjurkan karena
selain berisiko mengiritasi mata, mengiritasi kulit dan uapnya
bisa terhirup.
2) Makin tinggi suhu demamnya, makin hangat air kompres yang
diberikan. Yang dimaksud ”hangat” adalah tidak lebih dari suhu
tubuh anak. Suhu air yang paling baik untuk kompres adalah
27–34°C (hangat-hangat kuku). Air untuk kompres jika suhu
>39°C adalah air hangat; jika suhu >38°C: air biasa–hangat-
hangat kuku.
3) Derajat-derajat suhu air yang dipakai untuk pengompresan
diklasifikasikan sebagai berikut: Dingin sekali : Di bawah 15°C
Dingin : 15–18°C Sejuk/biasa : 18–27°C Hangat kuku : 27–
34°C Hangat : 34–37°C Panas : 37–41°C Sangat panas : 41–
46°C.
4) Cara kompres:
a) Mengompres dengan handuk kecil pada daerah leher, ketiak
atau selangkangan (tempat berlalunya pembuluh darah
besar), dan jika perlu dahinya. Meletakkan kompres pada
tempat yang tepat. Panas tubuh akan keluar melalui
pembuluh-pembuluh darah besar yang dekat dengan kulit
yang berada di leher, ketiak dan selangkangan. Oleh karena
itu, sebaiknya pemberian kompres dilakukan di sekitar
pembuluh-pembuluh darah besar, seperti di ketiak dan
lipatan paha sekitar 15‒20 menit. Perut atau bagian tubuh
yang luas dan terbuka dapat pula dikompres. Kompres
sekali pakai boleh dipakai tetapi tidak direkomendasikan
untuk anak di bawah 2 tahun, karena kulit bayi masih
sensitif dan daerah yang dikompres pun hanya sebagian
kecil permukaan tubuh, padahal prinsip mengompres
membasahi seluruh permukaan tubuh.
b) Mengompres dengan Menyeka Mengusap air hangat di
sekujur tubuh dengan handuk basah lalu keringkan.
Diulangi beberapa kali hingga suhu tubuhnya turun.
Caranya: celupkan 2/3 handuk kecil ke dalam air hangat,
lalu usapkan pada kening, muka, telinga, leher, lengan lipat
paha, dan kaki. Lakukan selama 15–20 menit sampai suhu
tubuh turun di bawah 38°C. Perhatian: Menyeka dengan air
suam-suam kuku (27–34°C) atau air dingin sebaiknya tidak
dilakukan pada anak yang menderita pneumonia karena hal
tersebut akan meningkatkan pemakaian oksigen dan
meningkatkan produksi karbondioksida yang dapat
menyebabkan kegagalan pernapasan pada anak serta tidak
nyaman.
c) Memandikan Anak Bila perlu, mandikan anak dengan air
hangat (30–32°C) karena selain berfungsi untuk
mengompresnya, mandi juga membersihkan tubuh anak dari
kuman yang ada di kulitnya. Jadi bila anak demam
sebaiknya mandikan dengan air hangat. Setelah mandi
segera keringkan tubuh anak dengan handuk dan cepatlah
berganti pakaian agar tidak kedinginan. Anak boleh mandi
seperti biasanya, yaitu dua kali sehari. Membuat air hangat
untuk mandi: masukkan air dingin terlebih dulu, kemudian
campur dengan air panas. Untuk mengukur ketepatan suhu,
gunakanlah termometer. Sekarang, sudah banyak
termometer air mandi bayi yang didesain menarik dan aman
serta terbuat dari material yang aman digunakan untuk
bermain oleh bayi Anda. Pilihan lainnya adalah dengan
menggunakan siku Anda karena siku lebih sensitif terhadap
suhu bila dibandingan telapak tangan.
d) Mandi berendam Untuk demam suhu 40°C,
berendam/mandi celup dalam air hangat, cukup 5–10–15
menit. Jika anak menggigil atau memprotes bahwa airnya
mulai dingin, cepat angkat.
(1) Cek suhu setelah 30 menit kemudian setelah
mengompres.
(2) Peranan kompres:
Tindakan mengompres akan melancarkan sirkulasi
darah dan membuka pori-pori kulit sehingga
memberikan kesempatan panas keluar dari tubuh
kelingkungan sekitarnya.
Bila suhu demam anak sampai di atas 39°C, maka
sebaiknya lakukan pengompresan untuk membantu
menurunkan suhunya. Kompres dilakukan juga jika
anak gelisah dan tidak nyaman, anak muntah-muntah
dan tidak bisa minum obat penurun panas. Selain itu,
kompres merupakan pertolongan pertama di malam hari
saat persediaan obat penurun panas tidak ada. Kompres
bermanfaat menurunkan demam dalam waktu 30‒45
menit (Budi et al., 2021; Kusyani et al., 2022).
i. Pemberian obat penurun panas (jika dengan penanganan fisiologis
ternyata suhu tubuhnya tidak kunjung reda atau sembuh, namun
tetap melakukan penanganan secara fisiologis, kombinasi tersebut
paling efektif menurunkan panas). Petunjuk penggunaan obat
penurun panas:
1) Obat antidemam tidak bisa digunakan secara rutin pada anak
dengan demam. Alasan: Pada dasarnya, semakin tinggi suhu
tubuh anak, maka semakin efektif membunuh kuman sebab
mereka tidak tahan panas sehingga cepat mati. Jika suhu baru
38°C langsung diberi obat penurun panas maka yang
diuntungkan adalah si kuman karena bisa lebih lama hidup.
Tujuan: supaya suhu tubuh anak bisa ikut membantu membunuh
kuman.
2) Obat antidemam digunakan pada keadaan seperti yang disebut
berikut dan segera dihentikan jika ketidaknyamanannya reda dan
suhunya sudah menurun:
a) Sebaiknya hanya diberikan jika suhu diatas 38,5°C (per
aksila) dan ≥ 39°C diukur melalui rektal karena di suhu ini
fungsi fungsi tubuh sudah bisa terganggu (kecuali pada bayi
muda indikasi segera).
b) Demam yang tinggi (≥39°C per anus) dapat menimbulkan
efek yang mengganggu seperti:
(1) berkurangnya nafsu makan
(2) membuat anak gelisah
(3) menyebabkan kejang pada beberapa anak yang berumur
antara 6 bulan–5 tahun
(4) meningkatkan konsumsi oksigen (misalnya pada
pneumonia sangat berat, gagal jantung atau meningitis).
Indikasi lain pemberian obat penurun panas adalah bila penyebab
penyakit telah diketahui dan pengobatan yang sesuai telah dimulai,
namun demam masih menetap dan menimbulkan ketidaknyamanan.
Pemberian obat penurun panas dapat juga dimulai bila suhu
mencapai 38°C, apabila akibat demam anak merasa tidak nyaman,
rewel, tampak menderita, tidak mau makan minum, pegal-pegal atau
sakit badan, sakit kepala, nyeri dan lainnya.
Anak menunjukkan gejala tidak nyaman, seperti menangis
berkepanjangan, iritabilitas (lekas marah), aktivitas yang berkurang,
selera makan menurun dan gangguan tidur.
Obat-obat Penurun Panas
a. Parasetamol Memiliki khasiat menurunkan demam dan anti
sakit. Obat ini menghambat sintesa prostaglandin di jaringan
saraf. Pemberian parasetamoloral harus dibatasi, diberikan pada
anak umur ≥ 2 bulan yang menderita demam ≥ 39°C per anus
dan gelisah atau rewel karena demam tinggi tersebut. Walaupun
demam tinggi jangan menggunakan obat antipiretik misalnya
parasetamol untuk mengontrol demam pada bayi muda. Atur
suhu lingkungan. Jika perlu, buka baju bayi tersebut. Anak yang
sadar dan aktif kemungkinan tidak mendapatkan manfaat
dengan parasetamol. Masa kerjanya pendek, hingga obat ini
sebaiknya diberikan 3 kali per hari dan 4 kali sehari dalam
keadaan tertentu (konsultasi dengan dokter). Dosisnya 10–15
mg untuk setiap kilogram berat badan per pemberian.
b. Asetosal Asetosal (Asam asetil salisilat/ASA tidak
direkomendasikan sebagai antipiretik pilihan pertama karena
bersifat asam, sehingga berisiko merangsang lambung dan
menyebabkan perdarahan. Juga dikaitkan dengan sindrom Reye,
suatu keadaan yang jarang terjadi namun serius yang
mengganggu darah, hati dan otak. Pemberian asetosal dihindari
juga pada anak yang menderita penyakit akibat virus seperti:
cacar air, demam dengue dan kelainan hemoragik lainnya.
c. Ibuprofen Ibuprofen mampu menghambat enzim siklosigenase
yang menyebabkan naiknya suhu tubuh dan lebih cepat
menurunkan demam daripada parasetamol. Sebagai pereda
nyeri, ibuprofen pun efektif, misalnya pada saat anak sedang
terserang sakit gigi dan mempunyai efek anti sakit yang lebih
baik untuk radang tonsil dan sakit kepala, keseleo atau patah
tulang. Obat ini bersifat asam dan dapat menimbulkan
perdarahan di lambung, mengganggu proses pembekuan darah,
dan menurunkan jumlah trombosit sehingga tidak dianjurkan
untuk pengobatan demam pada DBD. Pemakaian ibuprofen
pada penderita saluran pencernaan bagian atas, gangguan
pembekuan darah, asma, diare, tekanan darah tinggi, sakit
jantung, ginjal, lupus harus dikonsultasikan lebih dahulu kepada
dokter dan tidak dianjurkan diberikan pada ibu hamil, ibu
menyusui dan anak berusia di bawah satu tahun (Budi et al.,
2021; Kusyani et al., 2022). .
B. Tinjauan Pengetahuan
1. Pengertian
Pengetahuan merupakan hasil dari pengalaman yang diperoleh
dari berbagai sumber, seperti buku, media, orang lain, dan lain
sebagainya. Pengetahuan ini dapat memengaruhi keyakinan dan sikap
seseorang, yang pada gilirannya dapat mempengaruhi perilaku mereka
sesuai dengan keyakinan tersebut. Pengetahuan dapat diperoleh melalui
berbagai cara, seperti melalui percobaan dan kesalahan, pengalaman
pribadi, pemikiran logis, intuisi, penelitian, dan lain sebagainya. Faktor-
faktor seperti pendidikan, pekerjaan, pengalaman, keyakinan, dan faktor
sosial-budaya di lingkungan sekitar juga memiliki pengaruh terhadap
pengetahuan seseorang (Yusri Dwi Lestari & Sulis Winarsih, 2022).
Pengetahuan merupakan hasil dari tahu, dan terjadi setelah orang
melakukan penginderaan terhadap suatu obyek tertentu. Pengetahuan
merupakan domain yang sangat penting dalam membentuk tindakan
seseorang (Ike et al., 2021; Wulandatika, 2017).
2. Domain pengetahuan
Menurut Ummah (2021) yang mengutip Notoatmojo (2012)
menuliskan bahwa pengetahuan yang tercakup dalam domain kognitif
mempunyai 6 tingkatan:
a. Mengetahui (knowing), merujuk pada kemampuan mengingat
informasi atau materi yang telah dipelajari sebelumnya. Ini
merupakan tingkat pengetahuan yang paling dasar.
b. Memahami (comprehension), merujuk pada kemampuan untuk
menjelaskan dengan benar tentang suatu objek atau materi yang
diketahui, serta mampu menginterpretasikan dengan tepat.
c. Penerapan (application), merujuk pada kemampuan untuk
menggunakan materi yang telah dipelajari dalam situasi atau kondisi
nyata.
d. Analisis (analysis), merujuk pada kemampuan untuk menguraikan
suatu materi atau objek menjadi komponen-komponen yang lebih
kecil, tetapi masih berhubungan satu sama lain dalam suatu struktur
organisasi.
e. Sintesis (synthesis), merujuk pada kemampuan untuk
menggabungkan atau menghubungkan komponen-komponen yang
terpisah menjadi suatu keseluruhan yang baru.
f. Evaluasi (evaluation), berkaitan dengan kemampuan untuk
melakukan justifikasi atau penilaian terhadap suatu materi atau
objek, termasuk mempertimbangkan kelebihan, kekurangan, atau
kualitas dari suatu hal.
3. Pengukuran Pengetahuan
Pengukuran pengetahuan dapat dilakukan melalui wawancara atau
angket untuk menanyakan tentang isi materi yang ingin diukur dari
subjek penelitian atau responden (Nurmala, 2018).
Menentukan klasifikasi tingkat pengetahuan dapat dilaksanakan
dengan cara menilai skor rata-rata dan nilai dari standar deviasi tingkat
pengetahuan lalu membuat kelompok menjadi:
a. Baik: Jika skor rata-rata tinggi dan standar deviasi rendah, ini
menunjukkan bahwa mayoritas responden memiliki tingkat
pengetahuan yang baik dan konsisten dalam topik tersebut.
b. Cukup: Jika skor rata-rata sedang dan standar deviasi sedang, ini
menunjukkan tingkat pengetahuan yang cukup dalam kelompok
tersebut, tetapi ada variasi dalam pengetahuan antara individu-
individu.
c. Kurang: Jika skor rata-rata rendah dan standar deviasi tinggi, ini
menunjukkan bahwa mayoritas responden memiliki tingkat
pengetahuan yang rendah dan ada variasi besar dalam pengetahuan
dalam kelompok tersebut (Islamarida et al., 2023).
C. Penelitian Terkait

Tabel 2. 2 Penelitian Terkait


Judul/Peneliti/ Lokasi Desain Analisis PICO/ PICOT/PICOS
Penelitian
Patient Intervention Compariso Outcomes
n

Hubungan Tingkat pendekatan Tidak ada informasi - - Hubungan tingkat


Pengetahuan Ibu Dengan cross sectional pengetahuan Ibu
Rasionalitas Swamedikasi dalam swamedikasi
Demam Pada Balita demam pada balita
cukup berpengaruh
(Prameswari, 2022)
atau cukup berarti
pada perilaku
rasionalitas
swamedikasi demam
pada balita

Analisis Korelasi cross-sectional 68 responden - - ada hubungan yang


Pengetahuan Ibu tentang signifikan antara
Demam Terhadap Perilaku hubungan tingkat
Penanganan Demam pada pengetahuan ibu
Balita Selama Masa tentang demam
Pademic Covid 19 dengan perilaku
penanganan demam
(Astuti et al., 2022)
pada anak balita pada
masa pandemic
covid-19

Hubungan Pengetahuan cross sectional 32 orang - - Terdapat hubungan


Dengan Sikap Ibu Pada pengetahuan dengan
Penanganan Pertama sikap ibu dalam
Demam Anak Usia 0-59 penanganan pertama
Bulan demam anak usia 0-
59 bulan di
(Kholimatusadiya &
Puskesmas Rawat
Qomah, 2019)
Inap Cempa ka
Banjarbaru Tahun
2017
BAB III

KERANGKA KONSEP DAN HIPOTESIS PENELITIAN

A. Kerangka Konsep
Kerangka konsep penelitian ini membahas hubungan tingkat
pengetahuan ibu tentang demam dengan perilaku penanganan demam pada
bayi usia 6-12 bulan di Puskesmas Rantealang. Hubungan ini didasarkan pada
asumsi bahwa pengetahuan ibu tentang demam pada bayi akan memengaruhi
tindakan yang dilakukan dalam penanganan demam tersebut.

Pengetahuan ibu tentang Perilaku penanganan


demam demam pada bayi usia 6-
12 bulan

Keterangan:

: variabel independen (variabel bebas)

: variabel dependen (variabel terikat)

B. Hipotesis Penelitian
Hipotesis adalah pernyataan atau dugaan yang diajukan sebagai dasar
untuk pengujian dalam penelitian. Dalam konteks penelitian ini, kita dapat
merumuskan hipotesis sebagai berikut:
1. Hipotesis Alternatif (Ha): Terdapat hubungan tingkat pengetahuan ibu
tentang demam dengan perilaku penanganan demam pada bayi usia 6-12
bulan di Puskesmas Rantealang.
2. Hipotesis Nol (H0): Tidak terdapat hubungan tingkat pengetahuan ibu
tentang demam dengan perilaku penanganan demam pada bayi usia 6-12
bulan di Puskesmas Rantealang.
BAB IV

METODE PENELITIAN

A. Desain Penelitian
Penelitian ini adalah penelitian kuantitatif yang menggunakan metode
deskriptif korelasi dengan pendekatan cross sectional studi yaitu salah satu
desain penelitian observasional yang bertujuan untuk mengumpulkan data
pada satu titik waktu tertentu (Pariyana, 2019).
Penelitian yang akan dilakukan yaitu hubungan tingkat pengetahuan
ibu tentang demam dengan perilaku penanganan demam pada bayi usia 6-12
bulan di Puskesmas Rantealang.
B. Populasi, Sampel, dan Teknik Sampling
1. Populasi

Populasi adalah keseluruhan target subjek dalam penelitian


(Pariyana, 2019). Populasi dalam penelitian ini adalah ibu yang memiliki
bayi usia 6-12 sebanyak 32 orang.
2. Sampel

Sampel dapat dikatakan baik jika dia dapat mewakili populasi


(representatif) atau dapat mendeskripsikan ciri-ciri dari populasi (Sholihah,
2019). Sampel dalam penelitian ini adalah ibu yang memiliki bayi usia 6-
12 sebanyak 32 orang.
3. Teknik sampling

Teknik penarikan sampel atau teknik sampling merupakan teknik


penarikan sampel dari populasi. Sampel adalah bagian dari populasi
tersebut. Sampel tersebut kemudian diteliti dan hasil studi tersebut
digeneralisasi kepada populasi (Sholihah, 2019). Populasi dalam penelitian
ini diambil menggunakan metode total sampling yaitu pengambilan sampel
dengan mengambil seluruh target atau populasi yang ada.
C. Variabel Penelitian
Variabel pada penelitian kuantitatif harus diklasifikasikan sesuai
fungsinya, variabel yang berperan sebagai variabel bebas, antara, tergantung,
moderating dan variabel kendali mesti disebutkan (Pariyana, 2019). Variabel
dalam penelitian ini terdiri dari:
1. Variabel independent yaitu pengetahuan ibu tentang penanganan demam
2. Variabel dependen yaitu tindakan penanganan demam pada bayi
D. Defenisi Operasional
Defenisi operasional dalam penelitian ini dijabarkan pada tabel
berikut:
Tabel 4. 1 Defenisi Operasional
Variabel Pengertian Alat ukur Hasil ukur Skala ukur
Pengetahuan Tingkat Kuisioner 1. Baik jika Nominal
ibu tentang pemahaman ibu
tindakan ibu tentang mampu
penanganan tindakan menjawa
demam pada penanganan b 80-
bayi demam pada 100%
bayi jabawan
dengan
benar
2. Kurang
jika ibu
mampu
menjawa
b < 80 %
jabawan
dengan
benar
Perilaku Tindakan yang Kuisioner 1. Tepat jika Nominal
penanganan dilakukan iibu ibu
demam pada dalam menjawab
bayi penanganan 80-100%
demam pada jawaban
bayi benar
2. Tidak
tepat jika
ibu
menjawab
0-79%
jawbaan
benar

E. Tempat dan Waktu Penelitian


1. Penelitian ini akan dilakukan di Puskesmas Rantealang.
2. Penelitian ini akan dilaksanakan pada bulan Juni-Agustus 2023. Waktu
penelitian ini dilaksanakan akan dipaparkan pada tabel berikut ini:
Tabel 4. 2 Jadwal Penelitian
Bulan
No Jenis Kegiatan VI VII VIII IX
1 Persiapan
2 Pengurusan ijin penelitian
3 Pengumpulan data/penelitian
4 Pengolahan data
5 Analisa data
6 Penyusunan laporan
7 Ujian hasil

F. Instumen Penelitian
Instrumen penelitian hubungan antara pengetahuan ibu dengan
tindakan penanganan demam pada bayi di Puskesmas Rantealang dapat terdiri
dari beberapa bagian, antara lain:
1. Bagian pengumpulan data demografi, berisi informasi tentang
karakteristik responden seperti usia, pendidikan, pekerjaan, sumber
informasi dan jumlah anak.
2. Bagian penilaian pengetahuan ibu tentang penanganan demam pada bayi.
Kuisioner yang digunakan merupakan kuisioner yang telah digunakan
oleh Kholimatusadiya & Qomah (2019).
3. Bagian penilaian penanganan demam pada bayi. Kuisioner yang
digunakan adalah kusioner yang sebelumnya telah digunakan oleh Aulia
(2019).
G. Prosedur Pengumpulan Data
1. Pengurusan ijin penelitian
Tahap awal yang akan dilakukan oleh peneliti adalah mengurus izin
penelitian pada program studi Sarjana Kebidanan di Fakultas Kesehatan
Institut Kesehatan dan Bisnis Kurnia Jaya Persada.
2. Konfirmasi responden
Pada tahap ini, peneliti akan melakukan pendataan responden yang akan
menjadi subjek penelitian. Kemudian, peneliti akan mengunjungi
responden untuk memberikan penjelasan mengenai pelaksanaan
penelitian dan meminta persetujuan dari responden. Jika responden
setuju, mereka akan diberikan lembar persetujuan responden yang perlu
diisi dan ditandatangani.
3. Pengisian kuisioner
Pada tahap ini, responden akan diminta untuk mengisi kuesioner yang
telah disiapkan oleh peneliti. Waktu yang dibutuhkan untuk mengisi
kuesioner adalah sekitar 15 hingga 20 menit.
4. Pengumpulan kuisioner
Kuesioner yang telah diisi oleh responden akan dikumpulkan dan diberi
kode untuk kemudian dimasukkan ke dalam master tabel.
H. Pengolahan Data
1. Input data adalah tahap awal dalam pengolahan data. Input data dapat
dilakukan dengan menggunakan program Excel atau langsung
menggunakan program SPSS. Penggunaan Excel lebih disarankan untuk
jumlah data yang besar karena lebih mudah dan memiliki risiko
kesalahan yang lebih kecil. Sebelum melakukan input data, perlu
dilakukan beberapa hal, antara lain:
a. Menyiapkan kuesioner yang akan diinput data.
b. Memeriksa jawaban responden yang tercatat pada kuesioner untuk
memastikan kelengkapan dan keakuratan jawaban.
c. Memberikan nomor urut pada kuesioner sebagai identitas responden.
d. Kuesioner yang rusak, tidak lengkap, atau membingungkan dapat
diabaikan jika jumlahnya tidak signifikan dan sudah mencukupi.
e. Input data melalui Excel tidak harus berdasarkan nomor urut karena
Excel dapat mengurutkan data setelah semua data diinput.
2. Editing dan cleaning adalah tahap pengolahan data yang bertujuan untuk
membersihkan data dari kesalahan input atau kesalahan lainnya. Proses
editing dan cleaning dilakukan menggunakan SPSS dengan membuat
tabel distribusi frekuensi atau tabel silang. Tabel distribusi frekuensi
digunakan untuk memeriksa kesalahan input data, sementara tabel silang
digunakan untuk mengetahui konsistensi jawaban responden.
3. Koding adalah tahap pengolahan data yang bertujuan untuk memberikan
kode atau nomor pada variabel kategorik. Koding biasanya dilakukan
saat pembuatan kuesioner, tetapi bisa juga dilakukan saat proses
pengolahan data untuk membuat koding baru atau mengubah variabel
numerik menjadi variabel kategorik.
I. Analisis Data
Analisis data adalah suatu proses pengolahan data yang bertujuan
untuk menjawab rumusan masalah dalam penelitian. Teknik analisis data
digunakan untuk mengolah data yang telah tersedia dengan statistic (Jaya,
2020). Dalam penelitian ini, teknik analisis data yang digunakan meliputi:
a. Analisis univariat, yaitu menganalisis tiap variabel dari hasil penelitian.
Analisis univariat berfungsi untuk merangkum kumpulan data hasil
pengukuran menjadi informasi yang berguna. Analisis deskriptif
merupakan salah satu contoh analisis univariat. Dalam analisis deskriptif,
data dapat diringkas dengan menggunakan ukuran statistik seperti mean,
median, dan modus, tabel, dan grafik. Analisis univariat dilakukan
dengan meneliti masing-masing variabel.
b. Analisis bivariat, yaitu analisis yang melibatkan lebih dari dua variabel.
Analisis bivariat digunakan untuk mengetahui hubungan antar variabel.
Contoh dari analisis bivariat adalah mencari hubungan antara variabel x1
dan x2, mencari pengaruh antara variabel x terhadap y, dan mencari
perbedaan antara variabel x dan z. Dalam penelitian ini, data akan diuji
menggunakan analisis hubungan korelasi chi-square (Jaya, 2020).
J. Etika Penelitian
Dalam penelitian ini, peneliti harus memperhatikan aspek etika untuk
melindungi responden dari hal-hal yang merugikan. Prinsip informed consent
digunakan untuk memastikan responden memahami tujuan penelitian dan
dampaknya sebelum memberikan persetujuan tertulis. Anonymity dan
confidentiality digunakan untuk memberikan kenyamanan dan menjaga
kerahasiaan identitas responden. Prinsip beneficience dan nonmaleficience
digunakan untuk memastikan setiap tindakan penelitian dilakukan dengan
prinsip kebaikan dan tidak merugikan responden. Prinsip justice digunakan
untuk memastikan setiap responden diperlakukan sama dan memperoleh
keuntungan yang sama dalam penelitian ini.
DAFTAR PUSTAKA

Astuti, D. P., Iswati, N., & Sumarni. (2022). Correlation Analysis of Mother ’ S
Knowledge About Fever on the Behavior of Handling Fever in Toddlers
During the Covid-19 Pandemic Penanganan Demam Pada Balita Selama.
The 16thUniversity Research Colloqium 2022Universitas Muhammadiyah
Pekajangan Pekalongan, 400–409.
Aulia, R. (2019). Hubungan Tingkat Pengetahuan dan Sikap Ibu Tentang Demam
Dengan Penatalaksanaan Demam Pada Anak di Puskesmas Harapan Raya
Pekanbaru. Jurnal Ilmu Keperawatan, 8(2), 80–88.
Budi, I. S., Munzaemah, S., & Listyarini, A. D. (2021). Hubungan pengetahuan
ibu dengan penanganan kejang demam berulang di ruang anak rumah sakit
islam sunan kudus. Jurnal Profesi Keperawatan, 8(1), 1–10.
https://jprokep.jurnal.centamaku.ac.id/index.php/jpk/article/view/87/97
Fuadi, F., Bahtera, T., & Wijayahadi, N. (2016). Faktor Risiko Bangkitan Kejang
Demam pada Anak. Sari Pediatri, 12(3), 142.
https://doi.org/10.14238/sp12.3.2010.142-9
Ike, Putri, T. H., & Fujiana, F. (2021). Hubungan Dukungan Keluarga Dengan
Tingkat Kecemasan Ibu Hamil Dalam Melakukan Kunjungan Antenatal Care
Pada Masa Pandemi Covid-19 di Kelurahan Sagatani. Jurnal ProNers, 6(6),
1–11.
Islamarida, R., Devianto, A., Widuri, & Mamik. (2023). Promosi Kesehatan Dan
Pendidikan Kesehatan. Lembaga Chakra Brahmana Lentera.
Jaya, I. M. L. M. (2020). Metode Penelitian Kuantitatif dan Kualitatif: Teori,
Penerapan, dan Riset Nyata. Anak Hebat Indonesia.
Kholimatusadiya, & Qomah, I. (2019). Hubungan Pengetahuan dengan Sikap Ibu
pada Penanganan Pertama Demam Anak Usia 0-59 Bulan. Jurnal Kesehatan
Indonesia, X(1), 55–59.
http://journal.stikeshb.ac.id/index.php/jurkessia/article/view/210
Kusyani, A., Robiyah, A., & Nisa, D. K. (2022). Asuhan Keperawatan Anak
dengan Kejang Demam dan Diare. Penerbit NEM.
Langingi, A. R. ., Akbar, H., & Kaseger, H. (2020). Pengaruh Penyuluhan
Kesehatan Terhadap Tingkat Pengetahuan Ibu dalam Menangani Demam
pada Anak di Desa Moyag Todulan. Graha Medika, 3(1), 1–9.
http://journal.stikesgrahamedika.ac.id/index.php/nursing/article/view/81
Lusia. (2015). Mengenal Demam dan Perawatannya pada Anak. Airlangga
University Press.
Pariyana, E. R. dan. (2019). Metode Penelitian Kesehatan. PT. Nasya Expanding
Management.
Prameswari, A. I. D. (2022). Hubungan Tingkat Pengetahuan Ibu dengan
Rasionalitas Swamedikasi Demam pada Balita. Undergraduate Thesis,
Universitas Diponegoro. https://eprints2.undip.ac.id/id/eprint/8953/
Rachmawati, A., & Kartika, L. (2020). Pengetahuan Ibu dan Pengelolaan Demam
Anak di Satu Rumah Sakit Swasta di Indonesia Barat. Jurnal Keperawatan
Raflesia, 2(1), 11–20. https://doi.org/10.33088/jkr.v2i1.506
Sholihah, Q. (2019). Pengantar Metodologi Penelitian. UB Press.
Ummah, F. dan kawan-kawan. (2021). Pendidikan Kesehatan dan Promosi
Kesehatan (Risnawati (ed.)). Media Sains Indonesia.
Wulandatika, D. (2017). Faktor-Faktor Yang Berhubungan Dengan Kepatuhan
Ibu Dalam Melakukan Kunjungan Antenatal Care Di Wilayah Kerja
Puskesmas Gambut Kabupaten Banjar, Kalimantan Selatan Tahun 2013.
Jurnal Ilmu Keperawatan Dan Kebidanan, 8(2), 8.
https://doi.org/10.26751/jikk.v8i2.269
Yusri Dwi Lestari, & Sulis Winarsih. (2022). Pengetahuan Ibu Hamil Tentang
Tanda Kegawatdaruratan Kehamilan Dengan Kepatuhan Dalam Pemeriksaan
Antenatal Care di Wilayah Kerja Puskesmas Glagah. SEHATMAS: Jurnal
Ilmiah Kesehatan Masyarakat, 1(3), 279–286.
https://doi.org/10.55123/sehatmas.v1i3.591
Lampiran 1 : Lembar Permintaan Menjadi Responden

Perkenalkan, saya adalah Ira Trisnawati, Mahasiswi Program Studi Sarjana


Kebidanan di Fakultas Kesehatan Institut Kesehatan dan Bisnis Kurnia Jaya
Persada. Pada kesempatan ini, saya mengajukan permohonan kepada ibu untuk
menjadi responden dalam penelitian saya dengan judul:
"Hubungan Pengetahuan Ibu dengan Tindakan Penanganan Demam pada Bayi di
Puskesmas Rantealang"
Saya ingin mengundang ibu untuk berpartisipasi dalam penelitian ini dengan
memberikan informasi yang berharga. Partisipasi ibu sangat penting bagi
kelancaran penelitian ini dan dapat memberikan kontribusi dalam pemahaman kita
tentang hubungan antara pengetahuan ibu dan tindakan penanganan demam pada
bayi.
Semua data yang diberikan oleh ibu akan dijaga kerahasiaannya dan hanya akan
digunakan untuk tujuan penelitian ini. Ibu memiliki hak untuk menolak atau
menghentikan partisipasi dalam penelitian kapan saja tanpa ada konsekuensi yang
merugikan.
Apabila ibu bersedia menjadi responden dalam penelitian ini, saya akan
menjadwalkan waktu yang sesuai untuk wawancara atau pengisian kuesioner.
Saya berharap ibu dapat memberikan informasi dengan sebaik-baiknya.
Terima kasih atas perhatian dan kerjasamanya. Semoga ibu berkenan menjadi
responden dalam penelitian ini.
Hormat saya,

[Ira Trisnawati]
Lampiran 2 : Lembar Persetujuan Responden

Kepada Saudara peneliti


Dengan ini, saya _____menyatakan bahwa saya bersedia untuk menjadi
responden dalam penelitian yang akan Saudara lakukan. Saya bersedia
memberikan informasi sesuai dengan judul penelitian yang telah Saudara jelaskan
kepada saya.
Saya memahami bahwa partisipasi saya dalam penelitian ini bersifat sukarela, dan
saya memiliki hak untuk menolak atau menghentikan partisipasi kapan saja tanpa
ada konsekuensi yang merugikan bagi saya. Saya juga memahami bahwa semua
data yang saya berikan akan dijaga kerahasiaannya dan hanya akan digunakan
untuk tujuan penelitian ini.
Saya siap untuk menjalani wawancara atau mengisi kuesioner sesuai dengan
jadwal yang telah disepakati bersama. Saya akan memberikan informasi dengan
sebaik-baiknya dan jujur.
Demikian surat persetujuan saya untuk menjadi responden dalam penelitian ini.
Hormat saya,

Tanda tangan
Lampiran 3: Lembar Kuisioner

Nomor responden :
A. Data Demografi
1. Inisial :
2. Usia :
3. Pendidikan :
4. Pekerjaan :
5. Jumlah anak :
6. Sumber informasi : beri tanda √ pada kolom yang sesuai

Petugas kesehatan
Keluarga
Media cetak
Media elektronik
Media social
Tidak ada

B. Kuisioner pengetahuan

No. Pernyataan Benar Salah


1 Demam adalah kondisi di mana suhu tubuh bayi
melebihi 38°C.
2 Demam pada bayi selalu menunjukkan adanya infeksi.
3 Memberikan obat antipiretik seperti paracetamol dapat
membantu menurunkan suhu tubuh bayi.
4 Menggosok tubuh bayi dengan air dingin adalah cara
yang efektif untuk menurunkan demam.
5 Menggunakan air rendaman kain hangat dapat
membantu meredakan demam bayi.
6 Memberikan cairan yang cukup pada bayi demam
penting untuk mencegah dehidrasi.
7 Mencukur rambut bayi dapat membantu menurunkan
suhu tubuh saat demam.
8 Tindakan fisik seperti mengompres dahi bayi dengan air
hangat dapat membantu menurunkan demam.
9 Menyelimuti bayi dengan terlalu banyak selimut akan
membantu menurunkan demam.
10 Menghubungi tenaga medis jika demam bayi tidak
kunjung membaik setelah memberikan obat antipiretik.
11 Pemberian obat herbal secara rutin dapat mencegah
demam pada bayi.
12 Menggunakan alkohol untuk mengusap tubuh bayi
dapat membantu menurunkan demam.
13 Bayi yang demam tidak perlu mendapatkan vaksinasi.
14 Meningkatkan suhu ruangan dapat membantu
mengurangi demam bayi.
15 Menggunakan ventilator atau kipas angin dapat
membantu menurunkan suhu tubuh bayi saat demam.
C. Kuisioner tindakan penanganan demam pada anak

No. Pernyataan Dilakukan Tidak


dilakukan
1 Memberikan obat antipiretik seperti
paracetamol.
2 Menggunakan kipas angin atau ventilator
untuk mendinginkan bayi.
3 Memberikan cairan yang cukup untuk
mencegah dehidrasi.
4 Mengompres dahi bayi dengan air hangat.
5 Menggosok tubuh bayi dengan air dingin.
6 Menggunakan alkohol untuk mengusap tubuh
bayi.
7 Memberikan obat herbal sebagai pengobatan
alternatif.
8 Mencukur rambut bayi untuk menurunkan
suhu tubuh.
9 Menghubungi tenaga medis jika demam tidak
kunjung membaik.
10 Menggunakan air rendaman kain hangat.
11 Menyelimuti bayi dengan selimut tebal.
12 Menyediakan lingkungan yang nyaman dan
sejuk.
13 Mengatur suhu ruangan agar lebih dingin.
14 Memberikan makanan tambahan selain ASI.
15 Memberikan mandi air hangat untuk
menurunkan suhu tubuh.
KUNCI JAWABAN PENGETAHUAN
Kunci Jawaban:
1. Benar
2. Tidak benar
3. Benar
4. Tidak benar
5. Benar
6. Benar
7. Tidak benar
8. Benar
9. Tidak benar
10. Benar
11. Tidak benar
12. Tidak benar
13. Tidak benar
14. Tidak benar
15. Tidak benar
Kunci Jawaban tindakan penaganan bayi
No. Pernyataan Dilakukan Tidak
dilakukan
1 Memberikan obat antipiretik seperti Dilakukan
paracetamol.
2 Menggunakan kipas angin atau ventilator Dilakukan
untuk mendinginkan bayi.
3 Memberikan cairan yang cukup untuk Dilakukan
mencegah dehidrasi.
4 Mengompres dahi bayi dengan air hangat. Dilakukan
5 Menggosok tubuh bayi dengan air dingin. Tidak
dilakukan
6 Menggunakan alkohol untuk mengusap tubuh Tidak
bayi. dilakukan
7 Memberikan obat herbal sebagai pengobatan Tidak
alternatif. dilakukan
8 Mencukur rambut bayi untuk menurunkan Dilakukan
suhu tubuh.
9 Menghubungi tenaga medis jika demam tidak Dilakukan
kunjung membaik.
10 Menggunakan air rendaman kain hangat. Dilakukan
11 Menyelimuti bayi dengan selimut tebal. Dilakukan
12 Menyediakan lingkungan yang nyaman dan Dilakukan
sejuk.
13 Mengatur suhu ruangan agar lebih dingin. Dilakukan
14 Memberikan makanan tambahan selain ASI. Tidak
dilakukan
15 Memberikan mandi air hangat untuk Dilakukan
menurunkan suhu tubuh.

Anda mungkin juga menyukai