Anda di halaman 1dari 63

SKRIPSI

HUBUNGAN SIKLUS MENSTRUASI DENGAN KEJADIAN


KISTA OVARIUM DI PUSKESMAS BARAKA
KABUPATEN ENREKANG

DESI HERLINA HAERUDDIN


NIM. 202109024

PROGRAM STUDI SARJANA KEBIDANAN


FAKULTAS KEPERAWATAN DAN KEBIDANAN
ITKES MUHAMMADIYAH SIDRAP
TAHUN 2023

1
2

SKRIPSI

HUBUNGAN SIKLUS MENSTRUASI DENGAN KEJADIAN


KISTA OVARIUM DI PUSKESMAS BARAKA
KABUPATEN ENREKANG

“Skripsi ini Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat dalam Untuk Memperoleh
Gelar Akademik Sarjana Kebidanan”

DESI HERLINA HAERUDDIN


NIM. 202109024

PROGRAM STUDI SARJANA KEBIDANAN


FAKULTAS KEPERAWATAN DAN KEBIDANAN
ITKES MUHAMMADIYAH SIDRAP
TAHUN 2023
3

PERNYATAAN PERSETUJUAN

Skripsi ini akan dipertahankan dihadapan tim penguji ujian proposal dan di

setujui untuk diperbanyak sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar

Sarjana Kebidanan (S.Keb) di Institut Teknologi Kesehatan dan Sains (ITKES)

Muhammadiyah Sidrap.

Sidrap, April 2023 Masehi


Ramadhan 1444 Hijriah

Oleh :
DESI HERLINA HAERUDDIN

Tim Pembimbing

Pembimbing I Pembimbing II

St. Hasriani, S.Tr.Keb.M.Keb Ns.Asnuddin,S.Kep,.M.Kes


NBM ;1174422 NBM ; 1259292

Mengetahui

Dekan, Ketua,
Fakultas Keperawatan dan Kebidanan Prodi S1 Kebidanan

Asnuddin, S.Kep., Ns., M.Kes St. Hasriani, S.Tr.Keb., M.Keb


NBM: 1259292 NBM: 1174422
4

RINGKASAN

Institut Teknologi Kesehatan Dan Sains (ITKES)


Muhammadiyah Sidrap

Program Studi : S1 Kebidanan


Skripsi : April / 2023

Desi Herlina Muddin

“HUBUNGAN SIKLUS MENSTRUASI DENGAN KEJADIAN KISTA


OVARIUM DI PUSKESMAS BARAKA KABUPATEN ENREKANG”
Dibimbing Oleh : St. Hasriani dan Asnuddin

VI + 42 Halaman+ 4 Tabel + 7 Lampiran

ABSTRAK

Siklus menstruasi yang tidak teratur kebanyakan terjadi akibat factor hormonal.
Seorang wanita yang memiliki hormone estrogen dan progesterone secara berlebihan
memungkinkan terjadinya haid dalam waktu yang lebih cepat. Jika gangguan haid
dikarenakan oleh factor hormonal, maka dapat dipastikan wanita tersebut mengalami
gangguan kesuburan yang dapat mengakibatkan terjadinya kista ovarium
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan siklus menstruasi dengan
kejadian kista ovarium di Puskesmas Baraka Kabupaten Enrekang. Penelitian
dilaksanakan bulan Februari s/d Maret 2023 di Puskesmas Baraka Kabupaten Enrekang.
Populasi dalam penelitian ini adalah semua ibu yang mengalami gangguan sistem
reproduksi di Puskesmas Baraka Kabupaten Enrekang. Sampel dalam penelitian ini ibu
yang mengalami gangguan sistem reproduksi di Puskesmas Baraka Kabupaten Enrekang
sebanyak 33 orang dengan teknik pengambilan sampel secara Total Sampling
Hasil penelitian menunjukkan bahwa dari 33 orang yang dijadikan sebagai sampel,
yang mengalami siklus menstruasi teratur sebanyak 11 orang (33,3%) dan tidak teratur
sebanyak 22 orang (66,7%). Hasil penelitian menunjukkan bahwa dari 33 orang yang
dijadikan sebagai sampel, yang mengalami kista ovarium sebanyak 16 orang (48,5%) dan
tidak mengalami kista ovarium sebanyak 17 orang (51,5%). Hasil penelitian
menunjukkan bahwa terdapat hubungan siklus menstruasi dengan kejadian kista ovarium
dengan nilai ρ=0,014.
Diharapkan kepada ibu yang memiliki riwayat menstruasi tidak normal agar
kiranya dalam penggunaannya sebaiknya dengan jangka waktu yang tidak terlalu lama
karena hormon progesterone terkandung dalam kontrasepsi akan memicu terjadinya kista
ovarium.

Daftar pustaka : 27 (2010-2022)


Kata Kunci : Siklus Menstruasi, Kista Ovarium
5

SUMMARY

Institute of Health Technology and Science (ITKES)


Muhammadiyah Sidrap

Study Program: S1 Midwifery


Skripsi : April / 2023

Desi Herlina Muddin


"RELATIONSHIP BETWEEN THE MENSTRUAL CYCLE AND THE
INCIDENCE OF OVARIAN CYSTS AT THE BARAKA PUBLIC HEALTH
CENTER, ENREKANG DISTRICT" Supervised by: St. Hasriani and Asnuddin

VI + 42 Pages + 4 Tables + 7 Attachments

ABSTRACT

Irregular menstrual cycles mostly occur due to hormonal factors. A woman


who has excessive estrogen and progesterone hormones allows menstruation to
occur more quickly. If menstrual disorders are caused by hormonal factors, it is
certain that the woman is experiencing fertility problems which can result in
ovarian cysts
This study aims to determine the relationship between the menstrual cycle
and the incidence of ovarian cysts at Baraka Public Health Center, Enrekang
Regency. The research was conducted in February to March 2023 at the Baraka
Health Center, Enrekang Regency. The population in this study were all mothers
who had reproductive system disorders at Baraka Public Health Center,
Enrekang Regency. The sample in this study were 33 women with reproductive
system disorders at the Baraka Health Center, Enrekang Regency, using a total
sampling technique.
The results showed that of the 33 people used as samples, 11 people
(33.3%) had regular menstrual cycles and 22 people (66.7%) had irregular
menstrual cycles. The results showed that of the 33 people who were used as
samples, 16 people (48.5%) had ovarian cysts and 17 people (51.5%) did not have
ovarian cysts. The results showed that there was a relationship between the
menstrual cycle and the incidence of ovarian cysts with a value of ρ=0.014.
It is expected that mothers who have a history of abnormal menstruation
should preferably use it for a short period of time because the hormone
progesterone contained in contraception will trigger ovarian cysts.

Bibliography : 27 (2010-2022)
Keywords: Menstrual Cycle, Ovarian Cyst
6

KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Allah SWT dan rahmat serta ridho-Nya kepada

penulis sehingga dapat meyelesaikan penulisan skripsi yang berjudul “Hubungan

Siklus Menstruasi Dengan Kejadian Kista Ovarium di Puskesmas Baraka

Kabupaten Enrekang Tahun 2023”.

Penulis mengucapkan terima kasih yang tak terhingga kepada kedua orang

tua untuk dukungan moril dan materil yang diberikan. Penulis menyadari bahwa

penyusunan skripsi ini jauh dari kesempurnaan disebabkan terbatasnya

pengetahuan dimiliki oleh penulis olehnya itu dengan rendah hati mengharapkan

saran dan kritik sehingga dapat menyelesaikan skripsi ini.

1. Bapak DR, Muhammad Tahir, SKM, M.Kes selaku Rektor ITKes

Muhammadiyah Sidrap

2. Bapak Ns, Asnuddin, S,Kep, M.Kes selaku Dekan Fakultas keperawatan dan

Kebidanan ITKes Muhammadiyah Sidrap dan selaku pembimbing II yang telah

banyak memberikan masukan dalam menyelesaikan skripsi ini

3. Ibu St. Hasriani, S.Tr.Keb., M.Keb selaku Ketua Program Studi S1 Kebidanan

ITKes Muhammadiyah Sidrap dan selaku pembimbing I yang telah banyak

memberikan masukan dalam menyelesaikan skripsi ini.

4. Bapak dan Ibu dosen serta staf ITKes Muhammadiyah Sidrap.

5. Kedua (alm) orang tua tercinta dan anakku tersayang terima kasih telah

memberikan dorongan moril sehingga dapat menyelesaikan skripsi ini.


7

Yang tak lupa pula untuk saudara, teman-teman serta seluruh keluarga

yang telah membantu dan memberikan motivasi sehingga penulis mampu

menyelesaikan skripsi ini.

Akhir kata semoga Allah.SWT senantiasa melimpahkan rahmat, berkat

dan karunia-Nya kepada kita semua dan memberikan imbalan yang setimpal atas

semua jerih payah dari pihak yang telah memberikan bantuan dan dukungan

penulis senantiasa menambah ilmu pengetahuan yang bermanfaat dan menjadikan

kita sebagai hamba-Nya yang selalu bersyukur.

Sidrap April 2023


Penulis

Desi Herlina Haeruddin


8

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL...................................................................................... i

PERNYATAAN PERSETUJUAN................................................................ ii

ABSTRAK .................................................................................................... iii

ABSTRACT................................................................................................... iv

KATA PENGANTAR.................................................................................... v

DAFTAR ISI.................................................................................................. vii

DAFTAR TABEL ......................................................................................... ix

DAFTAR GAMBAR .................................................................................... x

DAFTAR LAMPIRAN ................................................................................. xi

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang ............................................................................. 1

B. Rumusan Masalah......................................................................... 5

C. Tujuan Penelitian ......................................................................... 5

D. Manfaat Penelitian ....................................................................... 6

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

A. Tinjauan Umum Penilaian Siklus Menstruasi............................... 7

B. Tinjauan Umum Tentang Kista Ovarium...................................... 14

C. Hubungan Siklus Menstruasi Dengan Kista Ovarium.................. 25

D. Penelitian Terkait.......................................................................... 26

BAB III KERANGKA KONSEP

A. Dasar Pemikiran Variabel Yang Di Teliti..................................... 29

B. Bagan Kerangka Konsep............................................................... 29


9

C. Definisi Operasional Dan Kriteria Objektif.................................. 30

D. Hipotesis Penelitian ...................................................................... 30

BAB IV METODE PENELITIAN

A. Jenis Penelitian ............................................................................. 31

B. Lokasi dan Waktu Penelitian ....................................................... 31

C. Populasi dan Sampel..................................................................... 31

D. Instrumen Penelitin....................................................................... 32

E. Pengumpulan dan Penyajian Data................................................. 32

F. Langkah Pengolahan Data ........................................................... 33

G. Analisis Data................................................................................. 33

H. Etika Penelitian ............................................................................ 34

BAB V HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

A. Hasil Penelitian ............................................................................ 36

B. Pembahasan................................................................................... 39

BAB VI PENUTUP

A. Kesimpulan .................................................................................. 41

B. Saran............................................................................................. 41

DAFTAR PUSTAKA

LAMPIRAN
10

DAFTAR TABEL

3.1. Definisi Operasional dan Kriteria Objektif ............................................ 30

5.1. Karakteristik Responden......................................................................... 36

5.2. Distribusi Frekuensi Siklus Menstruasi.................................................. 37

5.3. Distribusi Frekuensi Kista Ovarium....................................................... 37

5.4. Hubungan Siklus Menstruasi dengan Kista Ovarium ............................ 38


11

DAFTAR GAMBAR

3.1 Bagan Kerangka Konsep ................................................................ 29


12

DAFTAR LAMPIRAN

Nomor :

1. Lembar Persetujuan Responden

2. Lembar Observasi

3. Surat Izin Pengambilan Data Awal

4. Hasil Output SPSS

5. Master Tabel
1

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Menstruasi atau haid atau datang bulan adalah perubahan fisiologis

dalam tubuh wanita yang terjadi secara berkala dan dipengaruhi oleh hormon

reproduksi. Periode ini penting dalam hal reproduksi. Seiring meningkatnya

kesadaran masyarakat akan pentingnya kesehatan, kasus penyakit kandungan

maupun infertilitas semakin banyak. Penyakit yang paling sering terjadi pada

organ reprodukksi antara lain radang atau infeksi, kelainan bawaan, tumor.

Penyakit diatas haruslah diwaspadai karena dapat menggangu kualitas hidup

dan infertilitas (Aulia, 2021).

Kista ovarium menyebabkan gangguan pada siklus haid. Orang yang

terkena kista sebenarnya siklus haid nya masih dapat teratur, tergantung dari

ukuran kista dan jenis kista. Orang yang mengalami kista ovarium biasanya

masih tetap akan haid, tetapi siklus haid menjadi tidak teratur. Selain itu, kista

ovarium juga dapat menyebabkan gejala lainnya seperti rasa nyeri pada perut,

atau dapat menyebabkan benjolan di perut bawah jika ukuran kista sangat besar

(Abdullah, N. 2018).

Menurut data World Health Organization (WHO) pada tahun 2021 angka

kista ovarium terjadi pada 30% wanita dengan siklus haid teratur, 50% pada

wanita dengan siklus haid tidak teratur, dan 6% pada wanita post menopause.

Di Indonesia frekuensi kista ovarium sebesar 27%, sedangkan pada tahun 2021

1
2

angka 29,9%, Tumor paling sering terdapat pada wanita berusia antara 20-50

tahun setelah menopause dan jarang sekali masa prapubertas (WHO, 2021).

Berdasarkan data dari Survey Demografi Kesehatan Indonesia (SDKI)

tahun 2021 peningkatan kista ovarium yang paling signifikan seperti yang

didapat, dari Data Sistem Informasi Rumah Sakit (SIRS) 2021 menunjukkan

kejadian kista ovarium mencapai 12,69%. Di Rumah Sakit Kanker Dharmais,

jumlah kasus baru juga terus meningkat dari tahun 2018 hanya ada 357 kasus

dan tahun 2019 menjadi 467 kasus (SDKI, 2021).

Data yang diperoleh dari Dinas Kesehatan Provinsi Sulawesi Selatan

pada tahun 2019 jumlah kejadian kista ovarium sebanyak 1248 orang.

Sedangkan pada tahun 2020 jumlah kejadian kista ovarium sebanyak 1317

orang dan pada tahun 2021 jumlah kejadian kista ovarium sebanyak 1427

orang. Sedangkan di Kabupaten Enrekang angka kejadian kista ovarium pada

tahun 2019 mencapai 103 orang. Pada tahun 2020 sekitar 111 orang dan pada

tahun 2021 meningkat menjadi 129 orang (Kemenkes, 2021).

Data yang diperoleh dari Puskesmas Baraka Kabupaten Enrekang

menunjukkan bahwa tahun 2020 yang mengalami kista ovarium sebanyak 19

orang. Sedangkan pada tahun 2021 yang mengalami kista ovarium sebanyak 23

orang dan tahun 2022 yang mengalami kista ovarium sebanyak 33 orang

(Rekam Medik. 2022).

Kista ovarium adalah merupakan salah satu tumor jinak ginekologi yang

sering dijumpai pada wanita di masa reproduksinya. Kista Ovarium terbentuk

karena perubahan kadar hormon yang terjadi selama siklus haid,


3

produksi dan pelepasan sel telur. Kista ovarium adalah benjolan yang

membesar, yang berisi cairan yang tumbuh di indung telur. Masalah kesehatan

reproduksi, diantaranya penyakit yang berkaitan dengan sistem reproduksi

(Manuaba, IBG. 2018).

Siklus haid wanita sangat mudah dipengaruhi suasana kehidupannya, Hal

ini misalnya karena kelelahan, pengaruh stres yang tinggi atau sedang dalam

keadaan emosi. Pola makan pun bisa mempengaruhi siklus haid. Misalnya

seseorang yang biasa makan banyak dan mendadak diet. Ini akan membuat

tubuh stres. Status gizi mempengaruhi haid terutama melalui penyediaan bahan

untuk membuat lapisan endometrium lagi dan pengaruhnya terhadap kadar

hormon perempuan. Kecemasan dan kelelahan mempengaruhi status hormonal

dan keadaan umum sehingga mengganggu siklus haid (Syafruddin, 2019).

Siklus menstruasi yang tidak teratur kebanyakan terjadi akibat factor

hormonal. Seorang wanita yang memiliki hormone estrogen dan progesterone

secara berlebihan memungkinkan terjadinya haid dalam waktu yang lebih

cepat. Jika gangguan haid dikarenakan oleh factor hormonal, maka dapat

dipastikan wanita tersebut mengalami gangguan kesuburan. Ketidakteraturan

siklus haid disebabkan karena gangguan hormone dalam tubuh, atau bisa juga

terjadi karena penyakit di dalam organ reproduksi contohnya tumor Rahim,

tumor indung telur, selain itu gangguan haid disebabkan juga karena factor lain

seperti stress, kelelahan dan penggunaan kontrasepsi. Setiap gangguan pada

hormone FSH dan LH tidak akan menyebabkan terbentuknya sel telur, jika
4

demikian, hormone estrogen dan progesterone juga tidak akan terbentuk

sebagaimana seperti seharusnya (Nasruddin. 2018).

Penelitian yang dilakukan oleh Herawati, A (2019) menunjukkan bahwa

umur perempuan berisiko memiliki 5 kali kemungkinan terkena kista ovarium

yaitu sebesar 29,1%, siklus menstruasi yang tidak teratur memiliki risiko 2 kali

dengan probabilitas 5,8%, status pernikahan memiliki kontribusi sebanyak 9

kali lebih berisiko yaitu 6,8%, paritas pada ibu yang pernah melahirkan  akan 

mengurangi risiko kista ovarium sebesar 69,5%, dengan kontribusi 2%.

Obesitas memiliki resiko 3 kali dengan probability 19,5%, keluarga memiliki

riwayat kista ovarium  memiliki risiko 1 kali dengan kontribusi 1,4%. 

Berdasarkan studi pendahuluan yang dilakukan oleh peneliti dengan

jumlah wanita usia subur (WUS) sebanyak 1950 orang di Puskesmas Baraka

Kabupaten Enrekang, alasan peneliti mengangkat judul ini dikarenakan

sebelum didiagnosa mengalami kista, ibu mengalami gangguan menstruasi dan

juga ibu kurang menjaga kebersihan dirinya selama menstruasi terutam organ

reproduksinya, mendetiksi terhadap penyakit kista ovarium, agar sedini

mungkin dapat di cegah dan di obati, dan pada perempuan yang mempunyai

riwayat keluarga yang menderita kista ovarium segeralah memeriksakan diri,

kalau perempuan yang siklus menstruasi tidak teratur dan lambat mempunyai

keturunan atau belum mempunyai keturunan segeralah konsultasi ke dokter

mengetahui faktor penyebabnya, bagi perempuan yang obesitas agar mengatur

pola makan dan tidak mengkonsumsi makanan berlebih serta olahraga teratur.
5

Berdasarkan kejadian diatas penulis merasa tertarik untuk membahas

secara spesifik mengenai kista ovarium menggunakan metode pendekatan

“Hubungan Siklus Menstruasi Dengan Kejadian Kista Ovarium di Puskesmas

Baraka Kabupaten Enrekang Tahun 2023”.

B. Rumusan Masalah

Melihat latar belakang masalah di atas maka dapat dirumuskan

pertanyaan peneliti sebagai berikut : “Apakah ada hubungan siklus menstruasi

dengan kejadian kista ovarium di Puskesmas Baraka Kabupaten Enrekang”?

C. Tujuan Penelitian

1. Tujuan Umum

Untuk mengetahui hubungan siklus menstruasi dengan kejadian kista

ovarium di Puskesmas Baraka Kabupaten Enrekang

2. Tujuan Khusus

a. Untuk mengetahui gambaran siklus haid menstruasi di Puskesmas Baraka

Kabupaten Enrekang.

b. Untuk mengetahui gambaran kejadian kista ovarium di Puskesmas

Baraka Kabupaten Enrekang.

c. Untuk mengetahui hubungan siklus menstruasi dengan kejadian kista

ovarium di Puskesmas Baraka Kabupaten Enrekang.


6

D. Manfaat Penelitian

1. Manfaat Ilmiah

Diharapkan dapat memberikan informasi secara objektif tentang siklus

menstruasi dengan kejadian kista ovarium sehingga menjadi pedoman

dalam memberikan pendidikan yang berkelanjutan

2. Manfaat Institusi

Penelitian ini diharapkan dapat sebagai salah satu bahan bacaan dan

acuan peneliti berikutnya dan penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat

sebagai dokumentasi perpustakaan program studi ITKes Muhammadiyah

Sidrap serta dikembangkan lebih luas dalam penelitian selanjutnya

3. Manfaat Praktis

Diharapkan dapat memberikan informasi secara objektif tentang

hubungan siklus menstruasi dengan kejadian kista ovarium sehingga

menjadi pedoman dalam memberikan penyuluhan kepada ibu.


7

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Tinjauan Umum Tentang Siklus Menstruasi

1. Pengertian Menstruasi

Menstruasi atau haid atau datang bulan adalah perubahan fisiologis

dalam tubuh wanita yang terjadi secara berkala dan dipengaruhi oleh

hormon reproduksi. Periode ini penting dalam hal reproduksi. Pada

manusia, hal ini biasanya terjadi setiap bulan antara usia remaja sampai

menopause. Selain manusia, periode ini hanya terjadi pada primata-primata

besar, sementara binatang-binatang menyusui lainnya mengalami siklus

estrus (Aulia, 2021).

Siklus menstruasi adalah proses perubahan hormon yang terus-

menerus dan mengarah pada pembentukan endometrium, ovulasi, serta

peluruhan dinding jika kehamilan tidak terjadi. Setiap bulan, sel telur harus

dipilih kemudian dirangsang agar menjadi matang. Endometrium pun harus

dipersiapkan untuk berjaga-jaga jika telur yang sudah dibuahi (embrio)

muncul kemudian melekat dan berkembang disana. Pendarahan menstruasi

dimulai menjelang akhir pubertas. Saat itu anak gadis mulai melepaskan sel

telur sebagai bagian dari periode bulanan yang disebut dengan siklus

reproduksi wanita atau siklus menstruasi (Nasruddin, 2018).

Pada wanita siklus menstruasi rata-rata terjadi sekitar 28 hari,

walaupun hal ini berlaku umum, tetapi tidak semua wanita memiliki siklus

7
8

menstruasi yang sama, kadang-kadang siklus terjadi setiap 21 hari hingga 30

hari. Biasanya, menstruasi rata-rata terjadi 5 hari, kadang-kadang menstruasi

juga dapat terjadi sekitar 2 hari sampai 7 hari. Umumnya darah yang hilang

akibat menstruasi adalah 10mL hingga 80mL per hari tetapi biasanya

dengan rata-rata 35mL per harinya. Siklus menstruasi idealnya teratur setiap

dengan rentang waktu antara 21-35 hari setiap kali periode menstruasi.

Menstruasi pada wanita teratur setelah mencapai usia 18 tahun. (Williams.

2018).

Biasanya pada saat menstruasi wanita memakai pembalut untuk

menampung darah yang keluar saat beraktivitas terutama saat tidur agar

bokong dan celana tidak basah dan tetap nyaman. Pembalut harus diganti

minimal dua kali sehari untuk mencegah agar tidak terjadi infeksi pada

vagina atau gangguan-gangguan lainnya. Gunakanlah pembalut yang anti-

bakteri dan mempunyai siklus udara yang lancer (Abdullan, N. 2018).

2. Proses Terjadinya Menstruasi

Siklus menstruasi diregulasi oleh hormon. Luteinizing Hormon (LH)

dan Follicle Stimulating Hormone (FSH), yang diproduksi oleh kelenjar

hipofisis, mencetuskan ovulasi dan menstimulasi ovarium memproduksi

estrogen dan progesteron. Estrogen dan progesteron menstimulus uterus

kelenjar payudara agar kompeten memungkinkan terjadinya pembuahan.

Menstruasi terdiri dari tiga fase yaitu fase folikuler (sebelum telur

dilepaskan), fase ovulasi (pelepasan telur) dan fase luteal (setelah sel telur

dilepaskan). Menstruasi sangat berhubungan dengan faktor-faktor yang


9

memengaruhi ovulasi, jika proses ovulasi teratur maka siklus menstruasi

akan teratur.

a. Follicle stimulating hormone (FSH, hormon perangsang folikel) dan

luteinizing hormone (LH, hormon pelutein) dilepaskan oleh otak menuju

ke ovarium untuk merangsang perkembangan sekitar 15-20 sel telur di

dalam ovarium.

b. Hormon FSH dan LH juga memicu peningkatan produksi estrogen.

c. Peningkatan level estrogen menghentikan produksi FSH.

d. Saat fase folikuler berkembang, satu buah folikel di dalam salah satu

ovarim menjadi dominan dan terus matang. Folikel dominan ini menekan

seluruh folikel lain kelompoknya sehingga yang lain berhenti tumbuh dan

mati. Folikel dominan akan terus memproduksi estrogen

Fase ovulasi biasanya dimulai sekitar 14 hari setelah fase folikuler.

Fase ini adalah titik tengah dari siklus menstruasi, dengan periode

menstruasi berikutnya akan dimulai sekitar 2 minggu kemudian. Peristiwa

di bawah ini terjadi di fase ovulasi:

a. Peningkatan estrogen dari folikel dominan memicu lonjakan jumlah LH

yang diproduksi oleh otak sehingga memyebabkan folikel dominan

melepaskan sel telur dari dalam ovarium.

b. Sel telur dilepaskan (proses ini disebut sebagai ovulasi) dan ditangkap

oleh ujung-ujung tuba fallopi yang mirip dengan tangan (fimbria).

c. Fimbria kemudian menyapu telur masuk ke dalam tuba fallopi. Sel telur

akan melewati tuba Fallopi selama 2-3 hari setelah ovulasi.


10

d. Selama tahap ini terjadi pula peningkatan jumlah dan kekentalan lendir

serviks.

e. Jika seorang wanita melakukan hubungan intim pada masa ini, lendir

yang kental menangkap sperma pria, memeliharanya, dan membantunya

bergerak ke atas menuju sel telur untuk melakukan fertilisasi.

3. Siklus Menstruasi

Siklus menstruasi dibagi atas empat fase.

a. Fase menstruasi

Yaitu, luruh dan dikeluarkannya dinding rahim dari tubuh. Hal ini

disebabkan berkurangnya kadar hormon seks. Hali ini secara bertahap

terjadi pada hari ke-1 sampai.

b. Fase praovulasi

Yaitu, masa pembentukan dan pematangan ovum dalam ovarium yang

dipicu oleh peningkatan kadar estrogen dalam tubuh. Hal ini terjadi

secara bertahap pada hari ke-7 sampai 13.

c. Fase ovulasi

Masa subur atau Ovulasi adalah suatu masa dalam siklus

menstruasi wanita dimana sel telur yang matang siap untuk dibuahi.

Apabila wanita tersebut melakukan hubungan seksual pada masa subur

atau ovulasi maka kemungkinan terjadi kehamilan. Beberapa metode

dalam menentukan masa subur dapat dilihat dengan beberapa cara:

1) Perubahan Periode Menstruasi

2) Perubahan Lendir Servik


11

3) Perubahan Suhu Basal Tubuh

d. Fase pascaovulasi

Pada tahap, terjadi kenaikan produksi progesteron sehingga

endometrium menjadi lebih tebal dan siap menerima embrio untuk

berkembang. Jika tidak terjadi fertilisasi, maka hormon seks dalam tubuh

akan berulang dan terjadi fase menstruasi kembali (Aulia, 2021).

4. Tanda dan Gejala

Berikut ini adalah beberapa tanda dan gejala yang dapat terjadi pada

saat masa menstruasi:

a. Perut terasa mulas, mual dan panas.

b. Terasa nyeri saat buang air kecil.

c. Tubuh tidak fit.

d. Demam.

e. Sakit kepala dan pusing.

f. Keputihan.

g. Radang pada vagina.

h. Gatal-gatal pada kulit.

i. Emosi meningkat.

j. Nyeri dan bengkak pada payudara.

k. Bau badan tidak sedap (Aulia, 2021).

5. Penanggulangan

Saat menstruasi, rasa nyeri akibat kram menstruasi seringkali datang.

Bisa hanya samar-samar atau sangat nyeri. Kondisi ini memang sedikit
12

menggangu saat menstruasi. Kondisi yang dalam istilah medisnya disebut

dysmenorrhea ini biasanya terjadi di perut bagian bawah.Untuk mengurangi

nyeri saat haid, ada beberapa hal yang dapat dilakukan yaitu:

a. Perbanyak asupan cairan untuk menghindari dehidrasi. Kekurangan

cairan akan membuat nyerinya semakin terasa. Usahakan untuk minum

air hangat untuk meningkatkan aliran darah ke daerah panggul.

b. Membuat ramuan jahe. Caranya, rebus beberapa potong jahe yang telah

dimemarkan dalam air lalu minumlah air jahe dalam keadaan hangat.

c. Tempatkan handuk hangat di sekitar perut bagian bawah. Ini cara yang

cukup mudah untuk menghilangkan nyeri sementara waktu.

d. Hindari meminum minuman yang mengandung kafein karena bisa

memicu iritasi pada usus halus.

e. Meminum teh beraroma mint. Lebih baik jika diminum dalam keadaan

hangat.

f. Melakukan peregangan pada pagi hari dapat melancarkan pereedaran

darah dan sekaligus mengurangi rasa nyeri (Hendra. 2019).

6. Kelainan Menstruasi

a. Menstruasi yang menyakitkan atau Dysmenorrhea.

Dysmenorrhea pertama biasanya dihubungkan dengan naiknya

kadar kimia alami di dalam tubuh saat ovulasi, yang menyebabkan rasa

sakit. Dysmenorrhea kedua merupakan tanda suatu kelainan mendasar.

Dysmenorrhea kedua ini mempengaruhi wanita yang belum pernah

menstruasi sebelumnya.Kelainan reproduksi, endometriosis, atau fibroids


13

dapat menimbulkan menstruasi dengan rasa sakit, dan satu-satunya cara

untuk mengetahui penyebabnya secara pasti adalah dengan

memeriksakannya ke dokter. Gejala dysmenorrhea termasuk rasa sakit

pada punggung bagian bawah atau kaki, kram perut, atau sakit pada

tulang panggul (Hendra. 2019).

b. Menstruasi yang sangat hebat, atau Menorrhagia

Ketidakseimbangan hormon kelainan rahim dapat menyebabkan

volume darah menstruasi sangat tinggi. Darah yang menggumpal juga

sebenarnya normal, namun gumpalan darah jumlah besar merupakan

tanda "heavy periods".Menorrhagia dapat menyebabkan anemia, jadi

pastikan Anda mengonsumsi cukup banyak zat besi. Daging yang tidak

berlemak, sayuran hijau, sereal, oatmeal, kacang kedelai rebus, dan

kacang-kacangan lain, merupakan sumber zat besi yang baik. Anda

mungkin membutuhkan obat-obatan dari dokter untuk mengatasi

menstruasi yang berlebihan atau anemia, namun pastikan bahwa dokter

tahu jika misalnya sedang berusaha hamil (Hardi. 2020).

c. Menstruasi tidak teratur, atau oligomenorrhea

Menstruasi yang tidak dapat diprediksi datangnya termasuk normal,

namun hanya bila hal ini terjadi pada tahun pertama wanita mengalami

menstruasi dan saat perimenopause (tahun-tahun menjelang menopause).

Ketidakseimbangan hormon atau kelainan juga menyebabkan haid tidak

teratur, yang dapat memengaruhi tingkat kesuburan dan kesempatan

wanita mendapatkan bayi (Jacoeb. 2018).


14

d. Tidak mengalami menstruasi atau amenorrhea.

Jika wanita tidak mengalami menstruasi selama tiga bulan,

kemungkinan ia sedang hamil. Namun penyebab lainnya bisa juga karena

mengalami amenorrhea, perimenopause, atau menopause. Penyebab yang

paling umum dari absennya menstruasi adalah kehamilan. Amenorrhea

juga merupakan efek samping dari penyakit, stres, latihan terlalu berat,

atau turunnya berat badan yang terlalu banyak. Jika wanita tidak

menstruasi, bisa jadi ia tidak berovulasi (tidak melepas telur setiap

bulan). Jika tidak berovulasi maka ia akan kesulitan hamil. Penderita

sebaiknya menghindari diet latihan yang ketat (Manuaba, IBG. 2018).

B. Tinjauan Umum Tentang Kista Ovarium

1. Definisi

Kista ovarium termasuk tumor jinak yang terbungkus oleh selaput

semacam jaringan, bentuknya kistik dan adapula yang berbentuk anggur

berisi udara,cairan dan nanah. Pembesaran tumor dalam waktu singkat 20-

30 % kista dapat berpotensi memicu tumbuhnya keganasan seperti kanker

ovarium yang merupakan penyebab kematian terbanyak yang salah satu

penyebab tingginya morbilitas dan mortalitas wanita (Jacoeb. 2018).

2. Klasifikasi

Klasifikasi tumor ovarium sampai sekarang belum ada yang benar-

benar pasti, baik pembagian secara klinis maupun secara patologis anatomis.

Tumor kistik merupakan jenis yang paling sering terjadi terutama yang

bersifat non-neoplastik,seperti kista retensi yang berasal dari corpus luteum.


15

Tetapi di samping itu ditemukan pula jenis yang betul merupakan

neoplasma. Oleh karena itu tumor kistik dari ovarium yang jinak dibagi

dalam golongan non-plastik (fungsionil) golongan neoplastik (Manuaba,

IBG. 2018).

Klasifikasi tumor ovarium dibagi dalam tumor-tumor non neoplastik

dan tumor-tumor jinak selanjutnya tumor neoplastik jinak dalam tumor

kistik dan tumor solid.

a. Tumor Non-neoplastik

1) Tumor akibat radang

2) Tumor lain

a) Kista folikel

b) Kista korpus luteum

c) Kista lutein

d) Kista inklus germinal

e) Kista endometrium

f) Kista stein-leventhal

b. Tumor Neoplastik Jinak

1) Kistik

a) Kistoma ovarii simpleks

b) Kistadenoma ovarii serosum

c) Kistadenoma ovarii musinosum

d) Kista endometriod

e) Kista dermoid
16

2) Solid

a) Fibroma, leiomioma, fibroadenoma, papiloma, angioma,

limfangioma

b) Tumor Brenner

c) Tumor sisa adrenal (Hendra. 2019).

3. Etiologi

Kista ovarium paling sering dijumpai pada wanita usia reproduksi

sebesar atau 95% jinak. Asal usul penyebab kista ovarium belum ada

jawaban secara pasti. Diduga terjadinya gangguan pembentukan hormone

pada hipotalamus, hipofise atau ovarium itu sendiri merupakan faktor

penyebab terjadinya kista ovarium. Kista indung telur/ovarium timbul dari

folikel yang tidak berfungsi selama siklus menstruasi (gagalnya

folikelberovolusi) (Estiwidani. 2019).

Seorang wanita mempunyai faktor resikolebih besar menderita kista

ovarium apabila haid pertama (menarche) lebih awal dan menepause lebih

lambat, tidak pernah atau sulit hamil, memiliki riwayat keluarga menderita

kista ovarium (faktor genetik), menderita ca mammae dan kolon (Williams.

2018).

Etiologi kista ovarium juga terjadinya gangguan pembentukan hormon

pada hipotalamus, yang berada pada indung telur itu sendiri. Kista indung

telur timbul dari folikel yang tidak berfungsi selama siklus menstruasi.

Faktor resiko terjadinya kista ovarium sangat erat kaitannya diantaranya

faktor umur menarche dimana menarche juga sangat berpengaruh terhadap


17

kejadian kista ovarium. Begitu juga dengan status perkawinan dimana

seorang ibu yang sudah menikah sangat rentang mengalami kista ovarium

selain karena organ reproduksinya sudah matang disisi lain karena faktor

hubungan seksual yang dilakukan juga sangat berpengaruh terjadinya kista

ovarium. Selain itu riwayat kista ovarium juga sangat berpengaruh karena

sebelumnya pernah mengalami kista dan juga mengalami involusi atau

gagal meresposi cairan yang biasa disebut dengan asimtomatik (Mochtar.

2018).

4. Patofisiologis

Ovarium merupakan sepasang organ pada sistem reproduksi wanita,

terletak di kiri dan kanan, yang dengan mesovarium mengganfolikel

tersebut menggantung di bagian belakang ligamentum latum kiri dan kanan.

Serta Tempat yang umum bagi kista yang dapat merupakan pembesaran

sederhana konsistuen ovarium normal, folikel de graff atau korpus luteum

atau kista ovarium dapat timbul akibat pertumbuhan dari epithelium

ovarium (Nasruddin. 2018).

Ukuran normalnya sebesar biji kenari. Setiap indung telur berisi

ribuan ovarium yang masih muda yang bisaa disebut folikel. Setiap bulan

folikel tersebut membesar dan satu diantaranya membesar sangat cepat dan

menjadi telur ovum yang matang. Pada peristiwa ovulasi, ovum yang

matang ini keluar dari ovarium dan bergerak dan bergerak keuterus atau

tuba fallopi. Apabila sel telur yang matang ini tidak dibuahi, folikel akan

mengecil dan menghilang dalam waktu 2-3 minggu dan akan terus berulang
18

sesuai siklus haid yang pada seseorang wanita. Jika ada gangguan pada

proses siklus ini, maka akan terjadi apa yang disebut kista (Hendra. 2019).

5. Gejala Klinik

Pertumbuhan tumor ovarium dapat memberikan gejala karena

besarnya, terdapat perubahan hormonal atau penyulit yang terjadi,tumor

jinak ovarium yang diameternya kecil sering ditemukan secara kebetulan

dan tidak memberikan gejala klinik yang berarti. Gejala akibat tumor

avarium dapat dijabarkan sebagai berikut:

a. Gejala akibat pertumbuhan (Nasruddin. 2018).

1) Menimbulkan rasa berat di abdomen bagian bawah

2) Mengganggu miksi dan devekasi

3) Tekanan tumor dapat menimbulkan obstipasi atau odema pada tungkai

bawah

b. Gejala akibat perubahan hormonal

Ovarium merupakan sumber hormon utama wanita, sehingga terjadi

tumor menimbulkan gangguan terhadap menstruasi. Tumor sel granulose

dapat menimbulkan hipermenorea, sedangkan tumor arthenoblastoma

menimbulkan amenorea, namun pada umumnya tumor ovarium itu

mengeluarkan hormon.

c. Akibat Komplikasi

1) Perdarahan kedalam kista bisa mengakibatkan nyeri perut mendadak

2) Perputaran tangkai/torsi menimbulkan nyeri abdomen mendadak


19

3) Infeksi pada tumor menimbulkan gejala infeksi seperti badan panas,

nyeri pada abdomen dan menganggu aktifitas sehari-hari.

4) Degenerasi keganasan, sering dijumpai pada usia penderita sebelum

menarche dan diatas 45 tahun (Nasruddin. 2018).

d. Sidrom meigs

Asites dan hidrotoraks terdapat 40 % dari kasus fibroma ovari di

temukan asites dan hidrotoraks. Keadaan ini dikenal dengan nama sidrom

meigs dan dapat ditemukan pula pada beberapa tumor neoplastik jinak

lain (Nasruddin. 2018).

6. Komplikasi

Beberapa ahli mencurigai kista ovarium bertanggung jawab atas

terjadinya kanker ovarium pada wanita diatas 40 tahun. Mekanisme

terjadinya kanker masih belum jelas namun dianjurkan pada wanita yang

berusaha 40 tahun untuk melakukan skrining atau deteksi dini terhadap

kemungkinan terjadinya kanker ovarium. Faktor resiko lain yang dicurigai

adalah penggunaan kontrasepsi oral terutama yang berfungsi menekan

terjadinya ovulasi. Maka dari itu bila seorang wanita usia subur

menggunakan metode kontrasepsi ini dan kemudian mengalami keluhan

pada siklus menstruasi, lebih baik segera melakukan pemeriksaan lengkap

kemungkinan terjadinya kanker ovarium. Akibat komplikasi yaitu

Perdarahan kedalam kista bisa mengakibatkan nyeri perut mendadak,

perputaran tangkai/torsi menimbulkan nyeri abdomen mendadak, infeksi

pada tumor menimbulkan gejala infeksi seperti badan panas, nyeri pada
20

abdomen dan menganggu aktifitas sehari-hari, degenerasi keganasan, sering

dijumpai pada usia penderita sebelum menarche dan diatas 45 tahun

(Prawirohardjo, S. 2018).

7. Diagnosis

a. Anamnesis

b. Pemeriksaan fisik (termasuk dalam rongga panggul)

Teraba benjolan pada perut bagian bawah, terpisah dengan diluar uterus

atau melekat, konsistensi kistik dan solid, permukaan dapat rata atau

terdapatb enjolan, masih dapat digerakkan atau terfiksi.

c. Pemeriksaan penunjang/tambahan (Nasruddin. 2018).

1) Laboratorium : CA 125, beta-hcG,LH,FSH,esttradiol,testosteron

2) Foto roetgen : Pemeriksaan ini berguna untuk menentukan adanya

hidrotoraks, selanjutnya pada kista dermoid kadang-

kadang dapat dilihat adanya gigi dalam tumor,

penggunaan foto rotgen pada pielogram intravena

dan pemasukan bubur barium

3) Ultrasonografi : Dengan pemeriksaan ini dapat ditentukan letak dan

batas tumor, apakah tumor berasal dari uterus,

ovarium atau kadang kencing, apakah tumor kistik

atau solid, dan dapat dibedakan pula antara cairan

dalam rongga perut yang bebas yang tidak.


21

4) Parasentesis : Telah disebut bahwa fungsi pada asites berguna

untuk dapat mencemarkan kavum peritonei dengan

isi kista bila dinding kista tertusuk.

5) Laparoskopi : Pemeriksaan ini sangat berguna untuk mengetahui

apakah sebuah tumor berasal dari ovarium atau

tidak, dan untuk menentukan sifat-sifat tumor itu.

8. Penanganan

Prinsip bahwa tumor ovarium neoplastik memerlukan operasi dan

tumor non-neoplastik tidak, jika menghadapi tumor ovarium yang tidak

memberikan gejala/keluhan pada penderita dan besarnya tidak melebihi 5

cm diameternya, kemungkinan besar tumor disebut adalah kista folikel atau

kista korpus luteum. Tidak jarang tumor tersebut mengalami pengecilan

secara spontan dan menghilang, sehingga perlu diambil sikap unk

menunggu selama 2-3 bulan, jika selama waktu observasi dilihat

peningkatan dalam pertumbuhan tumor tersebut, kita dapat mengambil

kesimpulan bahwa kemungkinan tumor besar itu bersifat neoplastik dan

dapat dipertimbangkan untuk pengobatan operatif (Hardi. 2020).

Tindakan operasi pada tumor ovarium neoplastik yang tidak ganas

ialah pengangkatan tumor dengan mengadakan reseksi pada bagian ovarium

yang mengandung tumor, akan tetapi jika tumornya besar atau ada

komplikasi perlu dilakukan pengangkatan ovarium, bisaanya disertai dengan

pengangkatan tuba (salphyngooforektomi). Jika terdapat keganasan operasi

yang lebih tepat ialah histerektomi dan salphyngooforektomi bilateral. Akan


22

tetapi pada wanita muda yang masih ingin mendapat keterunun dan dengan

tingkat keganasan tumor yang rendah, dapat dipertanggung jawabkan untuk

mengambil resiko dengan melakukan operasi yang tidak seberapa radikal

(Winkjosastro, H. 2018).

Penatalaksanaan medik yang dilakukan adalah (Saifuddin, AB. 2018).

a. Penanganan Pra Operasi

Sebelum operasi, pasien dianjurkan berpuasa, laparatomia mediana

inferior, ruang perut dibendung dengan kain kasa supaya kemungkinan

peritonitis lebih kecil, kandung kemih dikosongkan, memasang infuse

dan menyuntikkan anastesi. Masalah aktual yang muncul praoperatif

yaitu adanya kecemasan atau kekhawatiran yang dialami pasien seperti

efek feminitas dan pertanyaan tentang dampak pembedahan pada

hubungan dan kepuasan seksual. Penanganan yang dapat diakukan untuk

mengatasi masalah tersebut adalah pasien harus ditenangkan bahwa ia

kan tetap mempunyai vagina akan tetap dapat melakukan hubungan

seksual serta pemberian informasi bahwa kepuasan seksual dan orgasme

dapat timbul dari stimulasi klitoris dan bukan dari uterus (Saifuddin, AB.

2018).

b. Penanganan pasca operasi

Penanganan terdiri atas pengangkatan tumor, jika pada operasi

tumor sudah cukup besar sehingga tidak tampak banyak sisa ovarium

yang normal. Jika berhubungan dengan besarnya kista perlu dilakukan

fungsi untuk mengecilkan tumor, lubang pungsi harus ditutup rapu


23

sebelum mengeluarkan tumor dari rongga perut, setelah kista diangkat,

harus dilakukan pemeriksaan histology ditempat-tempat yang

mencurigakan terhadap kemungkinan keganasan. Waktu operasi,

ovarium yang lain perlu diperiksa apakah tunor ditemukan pada satu atau

pada dua ovarium (Kumalasari. 2018).

Ada beberapa masalah yang mungkin akan terjadi setelah operasi,

salah satunya yang paling umum adalah infeksi, yang mungkin terjadi

pada kandung kemih tempat sayatan operasi, di dalam rongga panggul

atau di dalam aliran darah. Penangannya bervariasi berdasarkan

lokasinya dan mungkin termasuk dalam pengobatan antibiotic. Masalah

lain yang dapat muncul yaitu penurunan fungsi usus yang dapat

menimbulkan mual dan muntah yang akan membaik dengan istirahat dan

perbaikan pemenuhan nutrisi. Lemahnya otot dan kelelahan setelah

operasi dan lambat laun akan membaik dengan melakukan aktivitas

ringan (Kumalasari. 2018).

9. Gangguan Menstruasi

Siklus menstruasi yang tidak teratur kebanyakan terjadi akibat factor

hormonal. Seorang wanita yang memiliki hormone estrogen dan

progesterone secara berlebihan memungkinkan terjadinya haid dalam waktu

yang lebih cepat. Jika gangguan haid dikarenakan oleh factor hormonal,

maka dapat dipastikan wanita tersebut mengalami gangguan kesuburan.

Ketidakteraturan siklus haid disebabkan karena gangguan hormone dalam

tubuh, atau bisa juga terjadi karena penyakit di dalam organ reproduksi
24

contohnya tumor Rahim, tumor indung telur, selain itu gangguan haid

disebabkan juga karena factor lain seperti stress, kelelahan dan penggunaan

kontrasepsi. Setiap gangguan pada hormone FSH dan LH tidak akan

menyebabkan terbentuknya sel telur, jika demikian, hormone estrogen dan

progesterone juga tidak akan terbentuk sebagaimana seperti seharusnya

(Nasruddin. 2018).

Gangguan menstruasi dipengaruhi kista ovarium yaitu : (Riezakariah. 2020).

a. Amenorea

Amenorea adalah tidak terjadinya menstruasi. Istilah ini digunakan

untuk perempuan yang belum mulai menstruasi setelah usia 15 tahun

(amenore primer) dan yang berhenti menstruasi selama 3 bulan, padahal

sebelumnya pernah menstruasi amneore sekunder). Patofisiologi

Amenore bisa terjadi karena kelainan di otak, kelenjat hopifise, kelenjar

tiroid, kelenjar adrenal, ovarium. Dalam keadaam normal hipotalamus

(bagian otak yang terletak diatas kelenjar hipofise0 mengirimkan sinyal

kepada kelenjar hipofisa melepaskan hormone-hormon yang merangsang

dilepaskannya sel telur oleh ovum.

b. Dismenorea

Dismenore adalah kondisi medis terjadi sewatu haid/menstruasi

yang dapat menggagu aktivitas dan memerlukan pengobatan yang

ditandai dengan nyeri atau rasa sakit di daerah perut maupun panggul.

Penyebabnya disuga terjadinya ketidaksinambunagn hormonal dan tidak

ada hubungan dengan organ reproduksi.


25

c. Sidrom pramesntruasi

Sidroma premenstruasi adalah suatu keadaan dimana sejumlah

gejala secara rutin dan berhubungan dengan siklus menstruasi,

penyebabnya sidroma pramenstruasi mungkin berhubungan dengan naik

turunnya kadar estrogen dan progesterone yang terjadi selama siklus

menstruasi. Estrogen menyebabkan penambahan cairan yang

kemungkinan menyebabkan bertambahnya berat badan, pembengkakan

jaringan, nyeri payudara dan perut kembung.

d. Menoragia

Menoragia adalah istilah media untuk perdarahan menstruasi yang

berlebihan. Penyebabnya ketidakseimbangan jumlah estrogen dan

progesterone dalam tubuh. Ketidakseimbangan tersebut menyebabkan

endometrium terus terbentuk. Ketika tubuh membuang endometrium

melalui menstruasi, perdarahan menjadi parah (Soekimin. 2019).

C. Hubungan Siklus Menstruasi Dengan Kista Ovarium

Pada wanita siklus menstruasi rata-rata terjadi sekitar 28 hari, walaupun

hal ini berlaku umum, tetapi tidak semua wanita memiliki siklus menstruasi

yang sama, kadang-kadang siklus terjadi setiap 21 hari hingga 30 hari. Siklus

haid wanita sangat mudah dipengaruhi oleh suasana kehidupannya, Hal ini

misalnya karena kelelahan, pengaruh stres yang tinggi atau sedang dalam

keadaan emosi. Faktanya, ketika sedang dalam perjalanan atau terjadi

perubahan jadwal dalam aktivitas sehari-hari siklus haid akan telat misalnya

pada mereka yang biasa berolah raga dan menghentikan kebiasaannya tiba-tiba.
26

Pola makan pun bisa mempengaruhi siklus haid. Misalnya seseorang yang

biasa makan banyak dan mendadak diet. Ini akan membuat tubuh stres. Status

gizi mempengaruhi haid terutama melalui penyediaan bahan untuk membuat

lapisan endometrium lagi dan pengaruhnya terhadap kadar hormon perempuan

sehingga dapat menyebabkan terjadinya kista ovarium (Manuaba, IBG. 2018).

D. Penelitian Terkait

No Nama Judul Hasil Penelitian Perbedaan

1 Anita Hubungan Umur perempuan berisiko Perbedaan


Herawati Siklus memiliki 5 kali kemungkinan yang
(2019) Menstruasi terkena kista ovarium yaitu didapatkan
Dengan Angka sebesar 29,1%, siklus yaitu analisis
Kista Ovarium menstruasi yang tidak teratur bivariat dimana
Pada Pasien memiliki risiko 2 kali dengan peneliti
RSUD “X” probabilitas gunakan uji
Banjarmasin 5,8%, status pernikahan man whitney
memiliki kontribusi sebanyak sedangkan
9 kali lebih berisiko yaitu penelitian ini
6,8%, paritas pada ibu yang menggunakan
pernah melahirkan akan uji chi square
mengurangi risiko kista
ovarium sebesar 69,5%,
dengan kontribusi 2%.
2 Aininna Analisis Setelah dilakukan pendekatan Perbedaan
Izzah Pencegahan dan analisis isi dapat disimpulkan didapatkan
Zafira Penanganan bahwa ovarian cysts dapat yaitu jenis
(2018) Ovarian Cysts terjadi pada wanita usia penelitian
Ditinjau reproduksi, baik menikah atau digunakan oleh
dari Pola Makan belum menikah, dikarenakan peneliti
Pasien faktor penelitian
hormonal. Ada penderita kist eksperimen
ayang simtomatis dan sedangkan
asimtomatis. Pada beberapa penelitian ini
kista menggunakan
asimtomatis dapat menjadi penelitian cross
berbahaya ketika telah menjadi sectional study
multilokuler (dapat membesar)
3 Prasanti Hubungan Jenis penelitian Perbedaan
Adriani Paritas Dan Usia dengan metode case control yang
27

(2019) Ibu Dengan dengan pendekatan didapatkan


Kista Ovarium retrospective. Menggunakan yaitu jenis
di RSUD dr. R. teknik total sampling sebanyak penelitian yang
Goeteng 60 responden, sampling digunakan oleh
Tarunadibrata kelompok kasus kista ovarium peneliti yaitu
Purbalingga 30 responden penelitian
dan kelompok kontrol 30 eksperimen
responden miom dengan sedangkan
pertimbangan karena penelitian ini
mempunyai karakteristik yang menggunakan
sama. Instrumen penelitian penelitian cross
menggunakan master tabel sectional study
untuk mencatat data sekunder
dari rekam medis. Hasil
penelitian uji Chi-Square
paritas dengan kista
didapatkan p value 1,000
untuk usia ibu dengan kista
didapatkan p value 0,001. Ada
hubungan usia ibu dengan
kista ovarium di RSUD dr. R.
Gorteng Tarunadibrata
4 Natiqotul Faktor Risiko Analisis data secara univariat Perbedaan
Fatkhiyah Kejadian Kista berdasarkan nilai frekuensi dan yang
(2019) Ovarium Pada peresentase variabel penelitian. didapatkan
Wanita Usia Hasil penelitian diketahui yaitu jenis
Reproduksi faktor risiko ibu dengan penelitian yang
DI RSKIA frekeunsi dominan pada digunakan oleh
Kasih Ibu Kota kejadian kista ovarium yaitu peneliti yaitu
Tegal multipara, usia 20-45 tahun, penelitian
anemia ringan sebesar 11 ibu eksperimen
(42,3%); dan berat badan < 50 sedangkan
kg sebesar 7 (26,9%). penelitian ini
menggunakan
penelitian cross
sectional study

5 Sri Karakteristik Proporsi penderita kista Perbedaan


Apriani Penderita Kista ovarium berdasarkan keluhan yang
(2018) Ovarium Pada yang tertinggi adalah nyeri didapatkan
Wanita Sebelum perut bagian bawah. Proporsi yaitu jenis
Menopause penderita kista ovarium penelitian yang
Yang Dirawat berdasarkan kategori keluhan digunakan oleh
Inap di RS. Haji tertinggi adalah keluhan yang peneliti yaitu
Medan dirasakan. Proporsi penderita penelitian
kista ovarium berdasarkan eksperimen
28

status haid yang tertinggi sedangkan


adalah haid teratur. Proporsi penelitian ini
penderita kista ovarium menggunakan
berdasarkan riwayat menarche penelitian cross
yang tertinggi adalah sectional study
menarche dini (< 12 tahun).
Proporsi penderita kista
ovarium berdasarkan hasil
pemeriksaan CA–125 yang
tertinggi adalah normal (0–35
u/ml).
29

BAB III

KERANGKA KONSEP

A. Dasar Pemikiran Variabel Penelitian

Pada wanita siklus menstruasi rata-rata terjadi sekitar 28 hari, walaupun

hal ini berlaku umum, tetapi tidak semua wanita memiliki siklus menstruasi

yang sama, kadang-kadang siklus terjadi setiap 21 hari hingga 30 hari. Siklus

haid wanita sangat mudah dipengaruhi oleh suasana kehidupannya, Faktanya,

ketika sedang dalam perjalanan atau terjadi perubahan jadwal dalam aktivitas

sehari-hari siklus haid akan telat misalnya pada mereka yang biasa berolah raga

dan menghentikan kebiasaannya tiba-tiba. Pola makan pun bisa mempengaruhi

siklus haid

B. Bagan Kerangka Konsep

Berdasarkan pemikiran dirumuskan konsep variabel diteliti sebagai berikut :

Independen Dependen

Siklus Menstruasi Kista Ovarium

Keterangan :

: Variabel Independen

: Variabel Dependen

: Variabel yang diteliti

29
30

C. Definisi Operasional

Definisi Skala Kriteria


Variabel Alat Ukur
Operasional Ukur Objektif
Siklus Siklus menstruasi Lembar Nominal Teratur : Jika
Menstruasi adalah suatu Observasi siklus menstruasi
keadaan yang antara 21-35 hari
dialami seorang
wanita tentang Tidak Teratur :
menstruasi meliputi Jika siklus
siklus, jaraknya dan menstruasi
lamanya haid antara <21 dan
>35 hari
Kista Yang dimaksud ksta Lembar Nominal Ya : Jika
Ovarium ovarium dalam Observasi dan didiagnosa
penelitian ini adalah pemeriksaan mengalami kista
tumor jinak yang USG ovarium
terbungkus oleh
selaput semacam Tidak : Jika
jaringan,bentuknya tidak didiagnosa
kistik dan adapula mengalami kista
yang berbentuk ovarium
anggur berisi udara,
cairan dan nanah
sebagaimana yang
tercantum dalam
lembar checklist

D. Hipotesis

Berdasarkan pada masalah, tujuan, tinjauan pustaka dan kerangka konsep

maka hipotesis yang diajukan yakni :

1. Hipotesis Null (Ho)

Tidak ada Hubungan Siklus Menstruasi Dengan Kejadian Kista Ovarium di

Puskesmas Baraka Kabupaten Enrekang.

2. Hipotesis Alternatif (Ha)

Ada hubungan siklus menstruasi dengan kejadian kista ovarium di

Puskesmas Baraka Kabupaten Enrekang.


31

BAB IV

METODE PENELITIAN

A. Jenis Penelitian

Jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah analitik

observasional dengan pendekatan Cross Sectional Study yaitu jenis penelitian

yang menekankan pengukuran Observasi Variabel independen dan dependen

dilakukan dalam waktu bersamaan. Rancangan ini berupaya mengungkapkan

hubungan (korelatif) antara variabel (Arikunto. 2018).

B. Waktu dan Tempat Penelitian

1. Waktu Penelitian

Penelitian telah dilaksanakan pada tanggal 03 Februari s/d 03 Maret 2023.

2. Tempat Penelitian

Penelitian ini telah dilaksanakan di Puskesmas Baraka Kabupaten Enrekang

C. Populasi dan Sampel

1. Populasi

Populasi adalah wilayah generalisasi terdiri dari atas objek/subjek

mempunyai kualitas dan karakteristik tertentu yang ditetapkan peneliti

untuk dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulannya. Populasi dalam

penelitian adalah semua ibu yang mengalami gangguan sistem reproduksi di

Puskesmas Baraka Kabupaten Enrekang sebanyak 33 orang.

31
32

2. Sampel

Sampel adalah bagian populasi yang akan diteliti atau sebagian dari

karakteristik yang dimiliki oleh populasi. Sampel dalam penelitian ini

adalah semua ibu yang mengalami gangguan sistem reproduksi di

Puskesmas Baraka Kabupaten Enrekang sebanyak 33 orang.

3. Teknik Pengambilan Sampel

Pengambilan sampel secara Total Sampling yaitu pengambilan sampel

dengan mengambil semua jumlah populasi untuk dijadikan sebagai sampel

(Notoatmodjo, S. 2018).

D. Instrumen Penelitian

Instrumen penelitian yang digunakan adalah lembar observasi yaitu data

yang dikumpulkan berdasarkan hasil diagnosa kista ovarium yang tercantum

dalam rekam medik pasien dan mengikuti lembar observasi yang disediakan

berdasarkan variabel yang diteliti.

E. Pengumpulan dan Penyajian Data

1. Pengumpulan Data

Pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah dengan

menggunakan data primer yaitu membagikan lembar observasi kepada

responden berdasarkan variabel independen diteliti.

2. Penyajian Data

Penyajian data dilakukan dalam bentuk tabel distribusi frekuensi dan

tabel silang antar variabel bebas dan variable terikat disertai dengan grafik

dan penjelasan atau narasi


33

F. Langkah Pengolahan Data

1. Penyunting data (editing)

Setelah data terkumpul, peneliti akan mengadakan seleksi dan editing

yakni memeriksa setiap kuesioner yang telah diisi mengenai kebenaran data

yang sesuai dengan variabel.

2. Pengkodean (coding)

Untuk memudahkan pengolahan data maka semua jawaban atau data

diberi kode, pengkodean ini dilakukan dengan memberikan symbol dari

setiap jawaban responden terhadap pertanyaan kuesioner.

3. Entri data

Entri data adalah kegiatan memasukkan data yang telah dikumpulkan

ke dalam master table atau database computer, kemudian membuat

distribusi frekuensi sederhana atau bisa juga dengan membuat tabel

kontigensi.

4. Tabulasi (Tabulating)

Untuk memudahkan tabulasi data maka dibuat table untuk

menganalisa data tersebut menurut sifat dimiliki sesuai tujuan penelitian.

G. Analisis Data

Setelah seluruh data yang diperoleh telah akurat, maka diadakan proses

analisa dengan dua cara yaitu : (Hidayat, A. 2018).


34

1. Analisa univariat

Analisis Univariat dilakukan untuk memperoleh gambaran umum

dengan cara mendeskripsikan tiap-tiap variabel dalam penelitian yaitu

dengan membuat tabel distribusi frekuensi dan narasi.

2. Analisis bivariat

Data yang dikumpulkan dalam penelitian diproses secara analitik

menggunakan uji non parametrik dengan menggunakan uji Chi Square dan

hasil tersebut akan diolah untuk menentukan adanya hubungan antara

variabel independen dan variabel dependen (Arikunto, 2018).

H. Etika Penelitian

1. Lembar Persetujuan Menjadi Responden

Subjek yang akan diteliti diberi lembaran persetujuan menjadi

responden yang berisi informasi mengenai tujuan penelitian yang akan

dilaksanakan. Responden diberikan kesempatan membaca isi lembar

persetujuan tersebut dan selanjutnya mencantumkan tanda tangan sebagai

bukti kesediaan menjadi responden/objek penelitian.

2. Confidentiality (kerahasiaan)

Peneliti menjamin kerahasiaan penelitian, baik informasi maupun

masalah-masalah lainnya. Semua informasi yang telah dikumpulkan dijamin

kerahasiaanya oleh peneliti, hanya kelompok data tertentu yang akan

dilaporkan pada hasil riset.


35

3. Anonimity (tanpa nama)

Dalam pendokumentasian hasil, tidak memberikan atau

mencantumkan nama responden pada lembar alat ukur dan hanya

menuliskan kode atau inisial pada lembar pengumpulan data atau hasil

penelitianyang akan disajikan.

4. Ketelitian

Maksudnya adalah berlaku teliti dan hindari kesalahan karena

ketidakpedulian, secara teratur catat pekerjaan anda rekan anda kerjakan,

misalnya kapan dan dimana pengumpulan data dilakukan. Catat juga alamat

korespondensi responden, jurnal atau agen publikasi lainnya.

5. Keterbukaan

Maksudnya adalah secara terbuka, saling berbagi data, hasil, ide, alat

dan sumber daya penelitian. Terbuka terhadap kritik dan ide-ide baru
36

BAB V

HASIL PENELITIAN

A. Hasil Penelitian

Penelitian dilaksanakan tanggal 03 Februari s/d 03 Maret 2023 di

Puskesmas Baraka Kabupaten Enrekang. Populasi dalam penelitian ini adalah

semua ibu yang mengalami gangguan sistem reproduksi di Puskesmas Baraka

Kabupaten Enrekang. Sampel dalam penelitian ini ibu yang mengalami

gangguan sistem reproduksi di Puskesmas Baraka Kabupaten Enrekang

sebanyak 33 orang dengan teknik pengambilan sampel secara Total Sampling.

1. Karakteristik Responden

Tabel 5.1
Distribusi Frekuensi Berdasarkan Karakteristik Responden
Di Puskesmas Baraka Kabupaten Enrekang
Tahun 2023
Frekuensi Persentase
Karakteristik Responden
(f) (%)
Umur
20-35 Tahun 18 54,5
>35 Tahun 15 45,5
Pendidikan
SMP 5 15,2
SMA 21 63,5
D3 5 15,2
S1 2 6,1
Pekerjaan
IRT 25 75,8
Honorer 7 21,2
PNS 1 3,0
Paritas
Nullipara 9 27,3
Primipara 5 15,2
Multipara 15 45,4
Grandemultipara 4 12,1
Jumlah 33 100,0
Sumber : Data Primer 2023

36
37

Berdasarkan tabel 5.1 menunjukkan bahwa dari 33 orang yang

dijadikan sebagai sampel, responden yang berumur 20-35 tahun sebanyak 18

orang (54,5%) dan umur >35 tahun sebanyak 15 orang (45,5%). Sedangkan

berpendidikan SMP sebanyak 5 orang, SMA sebanyak 21 orang (63,5%), D3

sebanyak 5 orang (15,2%) dan S1 sebanyak 2 orang (6,1%). Sementara yang

bekerja sebagai IRT sebanyak 25 orang (75,8%), honorer sebanyak 7 orang

(21,2%) dan PNS sebanyak 1 orang dan untuk kelompok paritas nullipara

sebanyak 9 orang (27,3%), primipara sebanyak 5 orang (15,2%), multipara

sebanyak 15 orang (45,4%) dan grandemultipara sebanyak 4 orang (12,1%).

2. Analisis Univariat

Tabel 5.2
Distribusi Frekuensi Berdasarkan Siklus Menstruasi
Di Puskesmas Baraka Kabupaten Enrekang
Tahun 2023

Frekuensi Persentase
Siklus Menstruasi
(f) (%)
Teratur 11 33,3
Tidak Teratur 22 66,7
Jumlah 33 100,0
Sumber : Data Primer 2023

Berdasarkan tabel 5.2 menunjukkan bahwa dari 33 orang yang

dijadikan sebagai sampel, yang mengalami siklus menstruasi teratur sebanyak

11 orang (33,3%) dan tidak teratur sebanyak 22 orang (66,7%).


38

Tabel 5.3
Distribusi Frekuensi Berdasarkan Kista Ovarium
Di Puskesmas Baraka Kabupaten Enrekang
Tahun 2023
Frekuensi Persentase
Kista Ovarium
(f) (%)
Ya 16 48,5
Tidak 17 51,5
Jumlah 33 100,0
Sumber : Data Primer 2023

Berdasarkan tabel 5.3 menunjukkan bahwa dari 33 orang yang

dijadikan sebagai sampel, yang mengalami kista ovarium sebanyak 16 orang

(48,5%) dan tidak mengalami kista ovarium sebanyak 17 orang (51,5%).

3. Analisis Bivariat

Tabel 5.4
Hubungan Siklus Menstruasi Dengan Kejadian Kista Ovarium
di Di Puskesmas Baraka Kabupaten Enrekang
Tahun 2023
Kista Ovarium
Jumlah Nilai p
Siklus Menstruasi Ya Tidak
n % n % n %
Teratur 2 6,1 9 27,3 11 33,3 0.014
Tidak Teratur 14 42,4 8 24,2 22 66,7
Total 16 48,5 17 51,5 33 100,0
Sumber : Data primer 2023

Tabel 5.4 menunjukkan bahwa dari 33 orang yang dijadikan sebagai

sampel, yang mengalami siklus menstruasi teratur sebanyak 11 orang, terdapat

2 orang (6,1%) mengalami kista ovarium dan 9 orang (27,3%) tidak mengalami

kista ovarium. Sedangkan siklus menstruasi tidak teratur sebanyak 22 orang,

terdapat 14 orang (42,4%) mengalami kista ovarium dan 8 orang (24,2%) tidak

mengalami kista ovarium.


39

Berdasarkan hasil analisis Chi Square diperoleh nilai ρ = 0,014 <dari

α=0,05, ini berarti Ho ditolak dan Ha diterima. Dengan demikian ada hubungan

siklus menstruasi dengan kista ovarium.

B. Pembahasan

Kista ovarium termasuk tumor jinak yang terbungkus oleh selaput

semacam jaringan,bentuknya kistik dan adapula yang berbentuk anggur berisi

udara,cairan dan nanah. Pembesaran tumor dalam waktu singkat 20-30 % kista

dapat berpotensi memicu tumbuhnya keganasan seperti kanker ovarium yang

merupakan penyebab kematian terbanyak yang salah satu penyebab tingginya

morbilitas dan mortalitas wanita (Jacoeb, 2017).

Hasil penelitian menunjukkan bahwa dari 33 orang yang dijadikan

sebagai sampel, yang mengalami siklus menstruasi teratur sebanyak 11 orang,

terdapat 2 orang (6,1%) mengalami kista ovarium dan 9 orang (27,3%) tidak

mengalami kista ovarium. Sedangkan siklus menstruasi tidak teratur sebanyak

22 orang, terdapat 14 orang (42,4%) mengalami kista ovarium dan 8 orang

(24,2%) tidak mengalami kista ovarium.

Berdasarkan hasil analisis Chi Square diperoleh nilai ρ = 0,014 <dari

α=0,05, ini berarti Ho ditolak dan Ha diterima. Dengan demikian ada hubungan

siklus menstruasi dengan kista ovarium

Hasil penelitian ini sejalan dengan yang dilakukan oleh Putri Aprilia

(2020) di RSUD Kabupaten Malang menunjukkan bahwa sebagian besar ibu

mengalami kista ovarium. Dengan demikian ada hubungan antara siklus


40

menstruasi dengan kejadian kista ovarium dimana nilai P = 0,037 yang berarti

Ho ditolak dan Ha diterima.

Hasil penelitian ini sejalan dengan yang dilakukan oleh Ratna Ariyanto

(2019) di RSUD Kab. Bandung menunjukkan bahwa sebagian besar ibu

mengalami kista ovarium. Dengan demikian ada hubungan antara siklus

menstruasi dengan kejadian kista ovarium dimana nilai P = 0,014 yang berarti

Ho ditolak dan Ha diterima.

Hasil penelitian yang dilakukan oleh Fitria Kumala (2022) di RS.

Karawang sejalan dengan yang peneliti lakukan dimana menunjukkan bahwa

sebagian besar ibu mengalami kista ovarium. Dengan demikian ada hubungan

antara usia menarche dengan kejadian kista ovarium dimana nilai P = 0,031

yang berarti Ho ditolak dan Ha diterima

Dari hasil penelitian diatas menunjukkan bahwa hasil penelitian yang

kami lakukan sejalan dengan teori dimana teori mengatakan bahwa umur

menarche sangat erat kaitannya dengan kejadian kista ovarium begitupun

dengan hasil penelitian terdahulu. Namun perlu disadari bahwa tidak sedikit

dari jumlah populasi ibu dengan kista ovarium akan mengalami komplikasi

penyulit dalam menghadapi persalinan. Faktor lainnya adalah periode

menstruasi, yakni mendapat menstruasi pertama lebih awal (kurang dari 12

tahun) atau terlambat sehingga rentang mengalami kista ovarium


41

BAB VI

PENUTUP

A. Kesimpulan

Dari hasil penelitian dilaksanakan pada tanggal 03 Februari s/d 03 Maret

2023 di Puskesmas Baraka Kabupaten Enrekang, maka setelah dilakukan

penelitian diperoleh bahwa :

1. Hasil penelitian menunjukkan bahwa dari 33 orang yang dijadikan sebagai

sampel, yang mengalami siklus menstruasi teratur sebanyak 11 orang

(33,3%) dan tidak teratur sebanyak 22 orang (66,7%).

2. Hasil penelitian menunjukkan bahwa dari 33 orang yang dijadikan sebagai

sampel, yang mengalami kista ovarium sebanyak 16 orang (48,5%) dan

tidak mengalami kista ovarium sebanyak 17 orang (51,5%).

3. Hasil penelitian menunjukkan bahwa terdapat hubungan siklus menstruasi

dengan kejadian kista ovarium dengan nilai ρ=0,014.

B. Saran

Setelah dilakukan penelitian dan didapatkan kesimpulan maka penulis

memberikan beberapa saran sebagai berikut:

1. Perlunya peningkatan penyuluhan kepada masyarakat tentang resiko atau

dampak dari siklus menstruasin terhadap kista ovarium

2. Diharapkan kepada ibu yang memiliki riwayat menstruasi tidak normal agar

kiranya dalam penggunaannya sebaiknya dengan jangka waktu yang tidak

terlalu lama karena hormon progesterone terkandung dalam kontrasepsi

akan memicu terjadinya kista ovarium

41
42

3. Disarankan kepada peneliti selanjutnya untuk menggunakan metode dan

variabel yang lain


43

DAFTAR PUSTAKA

Abdullah, N. 2018. Kesehatan Reproduksi. Jakarta : EGC

Anita Herawati, 2019. Hubungan Siklus Menstruasi Dengan Angka Kista


Ovarium Pada Pasien RSUD "X" Banjarmasin. Dinamika Kesehatan
Jurnal Kebidanan dan Keperawatan Vol 10 No. 1 Juli 2019 (ISSN: 2086-
3454 EISSN: 2549-4058)

Aininna Izzah Zafira, 2018. Analisis Pencegahan dan Penanganan Ovarian Cysts
Ditinjau dari Pola Makan Pasien. Jurnal Kebidanan Volume 4 Nomor 2.
ISSN : 2873-3321.

Arikunto, 2018. Metode Penelitian Kesehatan. Fitramaya : Yogyakarta.

Aulia, 2021. Kista Ovarium dan Patofisiologinya. Jakarta : EGC

Hidayat, A.A. 2018. Metode Penelitian Keperawatan dan Teknik Analisa Data.
Salemba Medika : Jakarta.

Estiwidani. 2019. Konsep kebidanan. Fitramaya. Yogyakarta.

Hardi. 2020. Kista ovarium, Jakarta : TIM

Hendra. MS dkk. 2019. Tumor jinak kandungan, Jakarta : EGC

Herawati, A. 2019. Hubungan Umur Dengan Kejadian Kista Ovarium. Jurnal


Kista Ovarium Volume 3 Nomor 2. ISSN : 3389-3395.

Jacoeb. 2018. Kesehatan reproduksi. Yogyakarta : Fitramaya.

Kumalasari. 2018. Asuhan Keperawatan Praoperatif, Jakarta : Salemba medika.

Kemenkes, 2021. Profil Kesehatan Kementrian Kesehatan Republik Indonesia.

Manuaba, IBG. 2018. Memahami kesehatan reproduksi wanita. EGC : Jakarta.

Mochtar, 2018. Synopsis obstetric. EGC : Jakarta.

Nasrudin. 2018. Buku ajar ginekologi. Makassar. Umitoha.

Notoatmodjo, S. 2018. Metodologi Penelitian Kesehatan. Jakarta : Rineka Cipta


44

Natiqotul Fatkhiyah, 2019. Faktor Risiko Kejadian Kista Ovarium Pada Wanita
Usia Reproduksi di RSKIA Kasih Ibu Kota Tegal. BHAMADA, JITK, Vol.
10, No. 1, ISSN :3353-3564.

Prawirohardjo, S. 2018. Ilmu Kandungan. Jakarta : YBP-SP

Prasanti, 2019. Hubungan Paritas Dan Usia Ibu Dengan Kista Ovarium di RSUD
dr. R. Goeteng Tarunadibrata Purbalingga. Jurnal Kebidanan Volume 5
Nomor 3. ISSN : 4572-4873.

Rekam Medik Puskesmas Puskesmas Baraka Kabupaten Enrekang


Riezakariah, 2020. Gangguan haid. Jakarta : TIM.

Soekimin. 2019. Kista ovarium, Jakarta : TIM

Syafruddin. 2019. Kebidanan komunitas. Jakarta : EGC.

Saifuddin, AB. 2018. Buku Pelayanan Kesehatan Reproduksi. Jakarta : EGC


Sri Apriani, 2018. Karakteristik Penderita Kista Ovarium Pada Wanita Sebelum
Menopause Yang Dirawat Inap di RS. Haji Medan. Jurnal Kesehatan
Reproduksi Volume 5 Nomor 1. ISSN : 4564589.

SDKI. 2021. Survey Demografi Kesehatan Indonesia Tahun 2021


Wiknjosastro, H. 2018. Ilmu kandungan, Yayasan Bina Pustaka, Jakarta.

Williams. 2018. Ovarin cyst dan Penanganannya. Jakarta : EGC

WHO. 2021. Prevalensi Kejadian Kista Ovarium.


45

LAMPIRAN I

LEMBAR INFORMED CONSENT

Saya yang bertanda tangan dibawah ini :

Nama :

Alamat :

Bersedia dan tidak keberatan menjadi responden dalam penelitian yang

dilakukan oleh mahasiswa ITKes Muhammadiyah Sidrap atas :

Nama : Desi Herlina Haeruddin

Nim : 202109024

Judul : “Hubungan Siklus Menstruasi Dengan Kejadian Kista Ovarium di

Puskesmas Baraka Kabupaten Enrekang”

Saya berharap dalam penelitian tidak mempunyai dampak negatif serta

merugikan bagi saya dan keluarga pasien, sehingga pertanyaan yang akan saya

jawab benar-benar akan dirahasiakan.

Pemberian pertanyaan saya buat dengan sukarela tanpa paksaan dari

manapun untuk digunakan sebagaimana mestinya.

Enrekang, April 2023

Responden
46

LAMPIRAN II

LEMBAR OBSERVASI

HUBUNGAN SIKLUS MENSTRUASI DENGAN KEJADIAN KISTA


OVARIUM DI PUSKESMAS BARAKA KABUPATEN ENREKANG
TAHUN 2023

No. Responden

A. Identitas Umum

1. Nama :

2. Umur :

3. Pendidikan :

4. Pekerjaan :

5. Paritas :

6. Alamat :

B. Siklus Menstruasi

1. <21 Hari

2. >35 Hari

3. Antara 21 – 35 Hari

4. Banyaknya =

5. Lamanya hari haid = ….. hari

6. Sering sakit saat haid = Ya Tidak

C. Kista Ovarium

1. Ya

2. Tidak
47

Frequency Table
Umur

Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent


Valid 20-35 Tahun 18 54.5 54.5 54.5
>35 Tahun 15 45.5 45.5 100.0
Total 33 100.0 100.0

Pendidikan

Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent


Valid SMP 5 15.2 15.2 15.2
SMA 21 63.6 63.6 78.8
D3 5 15.2 15.2 93.9
S1 2 6.1 6.1 100.0
Total 33 100.0 100.0

Pekerjaan

Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent


Valid IRT 25 75.8 75.8 75.8
Honorer 7 21.2 21.2 97.0
PNS 1 3.0 3.0 100.0
Total 33 100.0 100.0

Paritas

Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent


Valid Nullipara 9 27.3 27.3 27.3
Primipara 5 15.2 15.2 42.4
Multipara 15 45.5 45.5 87.9
Grandemultipara 4 12.1 12.1 100.0
Total 33 100.0 100.0

Siklus Menstruasi

Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent


Valid Teratur 11 33.3 33.3 33.3
Tidak Teratur 22 66.7 66.7 100.0
Total 33 100.0 100.0
48

Kista Ovarium

Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent


Valid Ya 16 48.5 48.5 48.5
Tidak 17 51.5 51.5 100.0
Total 33 100.0 100.0

Crosstabs
Case Processing Summary

Cases
Valid Missing Total
N Percent N Percent N Percent
Siklus Menstruasi * Kista
33 100.0% 0 .0% 33 100.0%
Ovarium

Siklus Menstruasi * Kista Ovarium Crosstabulation

Kista Ovarium

Ya Tidak Total
Siklus Menstruasi Teratur Count 2 9 11
Expected Count 5.3 5.7 11.0
% within Siklus Menstruasi 18.2% 81.8% 100.0%
% within Kista Ovarium 12.5% 52.9% 33.3%
% of Total 6.1% 27.3% 33.3%
Tidak Teratur Count 14 8 22
Expected Count 10.7 11.3 22.0
% within Siklus Menstruasi 63.6% 36.4% 100.0%
% within Kista Ovarium 87.5% 47.1% 66.7%
% of Total 42.4% 24.2% 66.7%
Total Count 16 17 33
Expected Count 16.0 17.0 33.0
% within Siklus Menstruasi 48.5% 51.5% 100.0%
% within Kista Ovarium 100.0% 100.0% 100.0%
% of Total 48.5% 51.5% 100.0%
49

Chi-Square Tests
Asymp. Sig. (2- Exact Sig. (2- Exact Sig. (1-
Value df sided) sided) sided)
Pearson Chi-Square 6.066a 1 .014
Continuity Correction b
4.383 1 .036
Likelihood Ratio 6.445 1 .011
Fisher's Exact Test .026 .017
Linear-by-Linear Association 5.882 1 .015
N of Valid Cases b
33
a. 0 cells (,0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 5,33.
b. Computed only for a 2x2 table
1

MASTER TABEL

HUBUNGAN SIKLUS MENSTRUASI DENGAN KEJADIAN


KISTA OVARIUM DI PUSKESMAS BARAKA
KABUPATEN ENREKANG

Siklus Menstruasi

Umur Kista
No Nama Pendidikan Pekerjaan Paritas
(Tahun) Antara 21-35 Lamanya Hari Sering Sakit Saat Ovarium
Keterangan
Hari Haid Haid

1 "D" 29 SMA IRT 2 Ya 6 Hari Ya Teratur Tidak


2 'E" 28 SMA IRT 2 Ya 7 hari Tidak Tidak Teratur Ya
3 "M" 36 SMA IRT 4 Ya 7 hari Tidak Tidak Teratur Tidak
4 "H" 39 SMP IRT 2 Ya 7 hari Tidak Teratur Tidak
5 " N" 30 D3 HONORER 1 Ya 5 hari Tidak Tidak Teratur Tidak
6 " S" 21 SMP IRT 1 Ya 7 hari Ya Teratur Tidak
7 " M" 36 SMP IRT 3 Ya 7 hari Ya Teratur Tidak
8 "F" 40 S1 HONORER 0 Ya 6 hari Ya Teratur Tidak
9 " F" 20 SMP IRT 0 Ya 6 hari Tidak Teratur Tidak
10 "N" 23 SMA IRT 0 Ya 6 hari Tidak Teratur Tidak
11 "Z" 26 SMA IRT 0 Ya 5 hari Tidak Tidak Teratur Ya
12 "I" 30 D3 HONORER 0 Ya 3 hari Tidak Tidak Teratur Tidak
13 "J" 33 D3 HONORER 0 Ya 7 hari Tidak Tidak Teratur Ya
14 "P" 25 D3 HONORER 0 Ya 7 hari Ya Teratur Tidak
15 "H" 38 D3 PNS 1 Ya 4 hari Ya Tidak Teratur Tidak
2

16 "I" 32 SMA IRT 3 Ya 5 hari Tidak Tidak Teratur Ya


17 "F" 39 S1 HONORER 0 Ya 10 hari Ya Tidak Teratur Ya
18 "H" 36 SMA IRT 2 Ya 7 hari Ya Tidak Teratur Tidak
19 "H" 38 SMA IRT 4 Ya 5 hari Tidak Tidak Teratur Ya
20 "I" 33 SMA HONORER 2 Ya 10 hari Ya Tidak Teratur Ya
21 "R" 39 SMA IRT 3 Ya 10 hari Ya Tidak Teratur Ya
22 "R" 39 SMA IRT 4 Ya 8 hari Tidak Tidak Teratur Ya
23 "H" 39 SMA IRT 3 Ya 10 hari Ya Tidak Teratur Ya
24 "S" 33 SMA IRT 3 Ya 10 hari Ya Tidak Teratur Ya
25 "D" 28 SMA IRT 2 Ya 5 hari Tidak Tidak Teratur Tidak
26 "M" 35 SMA IRT 3 Ya 7 hari Tidak Tidak Teratur Ya
27 "S" 40 SMA IRT 4 Ya 10 hari Ya Tidak Teratur Ya
28 "S" 39 SMA IRT 3 Ya 7 hari Ya Teratur Tidak
29 "S" 39 SMA IRT 2 Ya 8 hari Ya Tidak Teratur Ya
30 "R" 28 SMA IRT 0 Ya 5 hari Ya Tidak Teratur Ya
31 "L" 25 SMA IRT 1 Ya 7 hari Ya Teratur Tidak
32 "G" 40 SMP IRT 2 Ya 5 hari Ya Tidak Teratur Ya
33 "K" 25 SMA IRT 1 Ya 7 hari Ya Teratur Tidak

Anda mungkin juga menyukai