Anda di halaman 1dari 45

MAKALAH SEMINAR KEPERAWATAN MATERNITAS

ASUHAN KEPERAWATAN PADA NY. E DENGAN HIPEREMESIS


GRAVIDARUM DI VK PONEK RSUD DUMAI

Disusun oleh:

KELOMPOK 5
Gita Permata Mulya, S.Kep 2311437579
Siti Rahmi Indri Wulandari, S.Kep 2311437604
Stevfina Afrilia Marwafa, S.Kep 2311437679

Dosen Pembimbing:
Dr. Ns. Misrawati, M.Kep., Sp.Mat
Preseptor Klinik
Ns. Wan Eliza Susana, S.Kep
Fasilitator
Dewi Fazrini, SST

PROGRAM STUDI PROFESI NERS


FAKULTAS KEPERAWATAN
UNIVERSITAS RIAU
2023
(Makalah Seminar)

Makalah seminar ini telah disetujui untuk diseminarkan di hadapan preseptor


akademik dan preseptor klinik

Program Studi Profesi Ners


Fakultas Keperawatan
Universitas Riau

Pekanbaru, 13 Oktober 2023

Pembimbing Akademik Preseptor Klinik

Dr. Ns. Misrawati, M.Kep., Sp.Mat Ns. Wan Eliza Susana, S.Kep

i
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur senantiasa penulis ucapkan atas kehadirat Allah SWT, karena
hanya dengan karunia dan rahmat-Nya penulis dapat menyelesaikan makalah ini
yang berjudul “Asuhan Keperawatan Pada Ny. E Dengan Hiperemesis
Gravidarum di VK PONEK RSUD Dumai ” tepat pada waktunya. Makalah ini
ditujukan untuk memenuhi tugas seminar praktik profesi mata kuliah
Keperawatan Maternitas.
Makalah ini dapat terselesaikan atas partisipasi semua pihak yang turut
memberikan bantuan, bimbingan dan dukungan dalam penyusunan makalah ini.
Oleh karena itu pada kesempatan ini penulis mengucapkan terima kasih kepada:
1. Prof. Dr. Ir. Usman Muhammad Tang, MS selaku Dekan Fakultas
Keperawatan Universitas Riau
2. Dr. Reni Zulfitri, M.Kep., Sp.Kom selaku Koordinator Praktik Profesi Ners
Fakultas Keperawatan Universitas Riau
3. Ns. Wice Purwani Suci, M.Kep selaku Koordinator Profesi Keperawatan
Maternitas.
4. Dr. Ns. Misrawati, M.Kep., Sp.Mat selaku Pembimbing Akademik di VK
PONEK
5. Ns. Wan Eliza Susana, S.Kep selaku Pembimbing Klinik di VK PONEK
6. Dewi Fzrini, SST, S.Kep selaku Fasilitator di VK PONEK RSUD Dumai.
7. Pasien dengan Hiperemesis Gravidarum yang telah bersedia menjadi pasien
kelolaan kelompok selama melaksanakan praktik profesi di VK PONEK RSUD
Dumai.
Penulis menyadari bahwa makalah ini masih banyak kekurangan dan
kelemahannya, baik dalam isi maupun sistematikanya. Oleh karena itu penulis
mengharapkan kritik dan saran untuk menyempurnakan makalah ini.

Pekanbaru, 13 Oktober 2023

Penulis

ii
DAFTAR ISI

LEMBAR PENGESAHAN...................................................................................i
KATA PENGANTAR............................................................................................ii
DAFTAR ISI.........................................................................................................iii
BAB I PENDAHULUAN.......................................................................................1
A. Latar Belakang..............................................................................................1
B. Rumusan Masalah.........................................................................................2
C. Tujuan...........................................................................................................3
BAB II TINJAUAN PUSTAKA............................................................................4
A. Konsep Hiperemesis Gravidarum.................................................................4
B. Konsep Asuhan Keperawatan Hiperemesis Gravidarum............................13
BAB III HASIL....................................................................................................23
A. Gambaran Kasus.........................................................................................23
B. Pengkajian...................................................................................................24
C. Analisa Data................................................................................................27
D. Diagnosa Keperawatan...............................................................................28
E. Intervensi Keperawatan...............................................................................29
F. Implementasi dan Evaluasi Keperawatan...................................................31
BAB IV PEMBAHASAN.....................................................................................33
A. Pengkajian...................................................................................................33
B. Diagnosa......................................................................................................34
C. Intervensi.....................................................................................................35
D. Implementasi dan Evaluasi.........................................................................36
BAB V PENUTUP................................................................................................37
A. Kesimpulan.................................................................................................37
B. Saran............................................................................................................37
DAFTAR PUSTAKA...........................................................................................39
LAMPIRAN

iii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Hiperemesis gravidarum adalah keadaan ibu hamil yang mual dan
muntah berlebihan sehingga mengganggu kesehatan dan mempengaruhi
keadaan umum. Keadaan ibu hamil yang mengalami hiperemesis gravidarum
dapat menyebabkan beberapa kondisi seperti dehidrasi, anemia,
ketidakseimbangan elektrolit, ketosis yang jika tidak mendapatkan
penanganan yang baik akan membahayakan nyawa ibu serta menyebabkan
komplikasi pada pertumbuhan dan perkembangan janin, seperti berat badan
lahir rendah (BBLR), abortus, dan bayi lahir prematur. Hiperemesis
gravidarum jika ditangani dengan baik maka prognosis nya sangat baik, tetapi
pada derajat yang lebih berat penyakit ini berpotensi mengancam kesehatan
ibu dan janinnya (Cunningham F et al, 2022). Mual dan muntah merupakan
gangguan yang paling sering kita jumpai pada kehamilan muda dan
dikeluhkan oleh 50 – 70% wanita hamil dalam 16 minggu pertama. Kurang
lebih 66% wanita hamil trimester pertama mengalami mual dan 44%
mengalami muntah (Rosyidah, 2019).
Keluhan mual dan muntah umumnya secara fisiologis dialami oleh ibu
pada kehamilan trimester pertama yaitu kurang lebih terjadi pada enam
minggu setelah hari pertama haid terakhir (HPHT) yang diduga karena
pengaruh kenaikan hormon secara fisiologik. Namun pada beberapa kasus,
kejadian mual dan muntah ini memberat dan berlanjut mempengaruhi
keadaan umum ibu hamil yang mengalaminya dan disebut dengan
hiperemesis gravidarum. Literatur lain juga menyebutkan bahwa hiperemesis
gravidarum adalah mual muntah berlebihan pada awal kehamilan yang
menyebabkan dehidrasi, gangguan metabolisme, penurunan berat badan,
alkaliosis (kehilangan HCL) dan hipokalemia. Kondisi Emesis Gravidarum
yang berkelanjutan bisa berakibat Hyperemesis Gravidarum (Smith & Roger,
2018).
Prevalensi hiperemesis gravidarum yang dikeluarkan oleh Kementrian
Kesehatan Republik Indonesia tahun 2017 angka kejadian hiperemesis

1
gravidarum di Indonesia adalah mulai dari 1% sampai 3% dari seluruh
kehamilan. Ibu hamil di Indonesia berjumlah 5.212.568 orang, dari jumlah
tersebut 14,8% ibu hamil mengalami hiperemesis gravidarum (Depkes RI,
2017).
Hiperemesis gravidarum dapat menyebabkan berbagai komplikasi yaitu
defisiensi nutrisi, robekan pada selaput lendir esofagus dengan hematemesis
atau yang dikenal juga sebagai sindrom Mallory-Weiss, efek psikososial
terganggu, invasif resusitasi, dan juga memberikan komplikasi pada janin
yaitu kelahiran bayi prematur dan BBLR (Berat Badan Lahir Rendah).4
Penyebab hiperemesis gravidarum masih belum diketahui dengan pasti dan
belum ada biomarker yang dapat mendiagnosis dan memprediksi
kejadiannya. Beberapa penelitian memperhitungkan korelasi dari kejadian
hiperemesis dengan perubahan hormonal seperti β-hCG, estrogen,
progesteron, tiroksin, kortisol pada ibu hamil yang diperkirakan sebagai
faktor penyebab (Dean CR et al, 2019).
Berdasarkan uraian data diatas penulis tertarik ingin menegetahui lebih
mendalam dan melakukan asuhan keperawatan pada pasien dengan kasus
hiperemesis gravidarum di ruang VK PONEK RSUD Dumai

B. Rumusan Masalah
Berdasarkan permasalahan yang dijelaskan, maka rumusan masalah
dalam penulisan ini adalah, “Bagaimanakah asuhan keperawatan pada Ny. E
dengan Hiperemesis Gravidarum di ruang VK PONEK RSUD Dumai?”.

C. Tujuan
1. Tujuan Umum
Studi kasus ini bertujuan untuk mengetahui, menggambarkan dan
mengimplementasikan pelaksanaan praktik keperawatan maternitas yang
difokuskan pada pelaksanaan asuhan keperawatan secara komprehensif
pada kasus hiperemesis gravidarum pada ibu hamil.
2. Tujuan Khusus
a. Menggambarkan konsep tentang hiperemesis gravidarum

2
b. Mengidentifikasi penatalaksanaan pengkajian keperawatan pada ibu
hamil dengan hiperemesis gravidarum.
c. Mengidentifikasi penatalaksanaan diagnosis keperawatan pada ibu
hamil dengan hiperemesis gravidarum.
d. Mengidentifikasi penatalaksanaan intervensi keperawatan pada ibu
hamil dengan hiperemesis gravidarum.
e. Mengidentifikasi penatalaksanaan implementasi dan evaluasi kepera
watan pada ibu hamil dengan hiperemesis gravidarum.

D. Manfaat
1. Bagi Kelompok
Makalah ini dapat menggambarkan dan menambah wawasan ilmu pe
ngetahuan serta kemampuan penulis, disamping itu dapat memberikan pen
galaman dalam asuhan keperawatan ibu hamil dengan melakukan Asuhan
Keperawatan ibu hamil dengan hyperemesis gravidarum.
2. Bagi Institusi Pendidikan
Makalah ini diharapkan dapat memberikan gambaran dan wawasan u
ntuk pengembangan ilmu pengetahuan dalam asuhan keperawatan
maternitas.
3. Bagi Pelayanan Kesehatan
Makalah ini diharapkan dapat sebagai informasi untuk meningkatkan
kualitas asuhan keperawatan pada ibu yang mengalami hiperemesis
gravidarum dan meningkatkan kepuasan pasien. terutama ibu hamil dan
keluarga terhadap pelayanan keperawatan.

3
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

A. Konsep Hiperemesis Gravidarum


1. Definisi Hiperemesis Gravidarum
Hiperemesis Gravidarum adalah mual dan muntah yang berlebihan
yang dapat mengganggu aktivitas sehari – hari yang tidak terkendali selama
masa hamil yang menyebabkan dehidrasi, ketidakseimbangan elektrolit atau
defisiensi nutrisi dan kehilangan berat badan (Andriani, 2019).
Mual dan muntah merupakan ganggan yang paling sering kita jumpai
pada kehamilan muda dan dikeluhkan oleh 50 – 70% wanita hamil dalam 16
minggu pertama. Kurang lebih 66% wanita hamil trimester pertama
mengalami mual, dan 44% mengalami muntah. Bila wanita hamil
memuntahkan semua yang dimakan dan diminum sehingga berat badannya
sangat turun, turgor kulit berkurang, diuresis berkurang dan timbul astonuri,
keadaan ini disebut hiperemesis gravidarum dan memerlukan perawatan di
Rumah Sakit. Angka kejadian hiperemesis gravidarum 4:1000 kehamilan.
Sindrom ini ditandai dengan muntah yang sering, penurunan berat badan,
dehidrasi, asidosis karena kelaparan yang ditandai dengan ketonuria,
alkalosis karena penurunan asam HCl lambung dan hipokalemia (Rosyidah,
2019).

2. Etiologi Hiperemesis Gravidarum


Penyebab utamanya belum diketahui pasti. Dahulu, penyakit ini
dikelompokkan ke dalam penyakit toksemia gravidarum karena diduga
terdapat semacam “racun” yang berasal dari janin/ kehamilan. Bersama
dengan preeklampsia - eklampsia, penyakit ini dahulu dikelompokkan ke
dalam penyakit gestosis. Nama gestosis dini diberikan untuk hiperemesis
gravidarum dan gestosis lanjut untuk hipertensi dalam kehamilan (termasuk
preeklampsia dan eklampsia). Beberapa penyebab hiperemesis gravidarum
adalah: (Rosyidah, 2019)

4
a. Peningkatan kadar serum korionik gonadotropin atau hormon esterogen
dengan cepat di dalam darah ibu hamil.
b. Faktor psikis, kematangan jiwa, dan penerimaan ibu tersebut terhadap
kehamilannya sangat berpengaruh kepada berat ringannya gejala.
c. Gejala mual muntah dapat juga disebabkan oleh gangguan saluran
cerna.
d. Selain merupakan refleksi gangguan intrinsik lambung, gejala mual
muntah dapat disebabkan oleh gangguan yang bersifat sentral di pusat
muntah (chemoreceptor trigger zone).
e. Gangguan keseimbangan hormon seperti HCG, tiroksin, kortisol,
esterogen, dan progesteron diperkirakan menjadi faktor penyebab yang
penting.
f. Perubahan metabolisme hati. Pada kasus berat, harus dipikirkan
gangguan kemungkinan fungsi hati, kandung empedu, pankreatitis, atau
ulkus peptikum.

3. Manifestasi Klinis Hiperemesis Gravidarum


Gejala hiperemesis gravidarum yang khas meliputi: (Rosyidah, 2019)
a. Muntah hebat
b. Haus, mulut kering
c. Dehidrasi
d. Foetor ex ore (mulut berbau)
e. Berat badan turun
f. Keadaan umum menurun
g. Suhu bertambah
h. Ikterus
i. Gangguan serebral (kesadaran menurun, delirium)
j. Laboratorium: Hipokalemia, asidosis.
k. Dalam urine, ditemukan protein, aseton, urobilinogen, pertambahan
porfirin, dan silinder positif.
Gejala penyakit biasanya dimulai setelah kehamilan 5 – 6 minggu dan
kemudian berangsur – angsur membaik sendiri sekitar minggu ke-12. Pada

5
bentuk ringan, pasien hanya merasa mual atau muntah pada pagi hari saja,
sementara pada siang hari pasien sudah membaik. Oleh sebab itu, penyakit
ini disebut morning sickness. Keadaan ini tidak mempengaruhi keadaan
umum penderita.

4. Klasifikasi Hiperemesis Gravidarum


Hiperemesis gravidarum menurut Wiknjosastro berdasarkan tingkatan
berat ringannya gejala dapat dibagi ke dalam tiga grade yaitu:
a. Hiperemesis Gravidarum Grade I
Penderita mengalami muntah terus menerus yang mempengaruhi
keadaan umum, seperti merasa lemah, nafsu makan menurun, berat
badan mulai mengalami penurunan, dan ada perasaan nyeri pada
bagian epigastrium. Dalam pemeriksaan fisik didapatkan takikardi,
tekanan darah sistolik mulai mengurang, turgor kulit menurun, dan
mata terlihat mulai cekung.
b. Hiperemesis Gravidarum Grade II
Penderita muntah lebih berat dan apatis, turgor kulit penderita juga
semakin menurun, lidah mengering dan nampak kotor, haus berat,
terkadang mengalami subfebris, nadi lemah dan cepat (takikardi),
tekanan darah menurun, mata ikterik, penurunan berat badan,
hemokonsentrasi, oliguria, bilirubin dan aseton dapat tercium dalam
hawa pernafasan penderita dan dapat pula ditemukan keton dalam
urin (ketonuria).
c. Hiperemesis Gravidarum Grade III
Keadaan umum penderita tampak lebih parah dari grade
sebelumnya, muntah berkurang dan berhenti tetapi kesadaran
penderita menurun (somnolen sampai koma) (Atiqoh RN, 2022).

5. Patofisiologi Hiperemesis Gravidarum


Ibu hamil pada kehamilan trimester pertama mengalami beberapa
perubahan fisiologis sebagai bentuk penyesuaian tubuh terhadap tumbuh
dan kembang janin. Salah satu perubahan fisiologis adalah peningkatan

6
kadar hormon estrogen, progesterone (PG), prolaktin, tiroksin dan human
chorionic gonadotropin (β-hCG) dalam darah memberikan efek tonus otot
traktus digestivus mengalami penurunan, sehingga motitlitas seluruh
traktus juga akan ikut berkurang sehingga menurunnya kadar suatu peptida
hormonal akibat hormon progesterone (PG) yang diketahui memilki efek
dalam perangsangan otot-otot polos (Ning & Rasida, 2020)
Konsentrasi serum human chorionic gonadotropin (β-hCG) yang
meningkat dalam darah pada saat awal kehamilan mempengaruhi area otak
yang terlibat dalam mual dan muntah. Konsentrasi progesterone (PG) yang
juga memuncak di trimester pertama, berkombinasi dengan estrogen
menurunkan motilitas lambung, kontraktilitas otot, dan meningkat disritmia
lambung sehingga menimbulkan mual muntah pada kehamilan.3 Dehidrasi
dapat terjadi sebagai akibat kurangnya intake cairan yang masuk dan
banyaknya cairan yang keluar menyebabkan cairan ekstraseluler dan
plasma mengalami penurunan sehingga terjadi ketidakseimbangan
elektrolit. Hiperemesis gravidarum dapat mengakibatkan cadangan
karbohidrat terpakai habis sehingga untuk memenuhi kebutuhan energi,
tubuh berkompensasi dan terjadi oksidasi lemak yang tidak sempurna
menghasilkan benda keton. Keton mengalir dalam darah kemudian di
filtrasi di ginjal sehingga pada urin penderita hiperemesis gravidarum
tampak ketonuria (Smith & Roger, 2017).

7
6. Web of caution (WOC) Hiperemesis Gravidarum

7. Pemeriksaan Penunjang
a. Pemeriksaan laboratorium yang dapat dilakukan pada pasien
hiperemesis gravidarum:
1) Dipstik urin: Ketonuria (Keton +1 atau lebih), keton berdampak
buruk terhadap perkembangan janin
2) Pemeriksaan darah lengkap untuk mendeteksi penyulit seperti
anemia dan infeksi.
3) Ureum dan Kreatinin, dilakukan bila dicurigai ada gangguan ginjal

8
4) Elektrolit, pada muntah yang hebat bisa terjadi electrolyte
imbalance
5) Glukosa darah sewaktu (GDS), karena pasien yang mual-muntah
umumnya sulit makan sehingga bisa mengalami hipoglikemia
6) Fungsi tiroid (TSH, fT4)
7) Fungsi hati (SGOT,SGPT): perlu dibedakan antara peningkatan
yang normal terjadi pada hiperemesis gravidarum dan akibat
penyakit pada hati seperti hepatitis B atau penyebab lainnya
b. Pemeriksaan USG untuk memastikan kesejahteraan janin dan
memeriksa kemungkinan adanya kehamilan multipel atau penyakit
tropoblastik (Indriyani, 2013).

8. Penatalaksanaan Hiperemesis Gravidarum


Penderita mual muntah ringan dianjurkan untuk makan porsi kecil.
Tidak ada makanan khusus/ tertentu yang perlu dianjurkan. Semua
makanan yang dapat dimakan dan diterima adalah makanan yang baik.
Makanan berlemak sebaiknya dihindari karena umumnya menyebabkan
mual. Ibu hamil dianjurkan memakan makanan selingan berupa biskuit,
roti kering dengan teh hangat, yang dapat dimakan sebelum bangun tidur,
pada siang hari, dan sebelum tidur. Biasanya vitamin juga turut diberikan.
Yang paling sering digunakan ialah vitamin B6 (piridoksin), vitamin B1,
vitamin C, atau vitamin B.
Obat-obat antimuntah seperti prometazin, proklorperazin, dan
klorpromazin (largaktil), serta infus droperidol-difenhidramin juga dapat
diberikan. Pada kasus berat, metoklopramid intravena dapat diberikan.
Obat-obatan ini diharapkan dapat merangsang motilitas lambung, kandung
empedu atau pankreas. Antimuntah bekerja secara sentral sebagai
antagonis terhadap reseptor dopamin. Adapun kriteria rawat inap untuk
hiperemesis gravidarum adalah:
a. Semua yang dimakan dan diminum dimuntahkan, apalagi bila telah
b. berlangsung lama.
c. Berat badan turun lebih dari 1/10 dari berat badan normal.

9
d. Dehidrasi, ditandai oleh turgor yang kurang dan lidah yang kering.
e. Adanya aseton dalam urine.
Terapi di Rumah Sakit ditujukan untuk:
a. Mengatasi dehidrasi dengan pemberian infus cairan.
b. Mengatasi kelaparan dengan pemberian glukosa secara infus atau
makanan berkalori tinggi dengan sonde hidung, penderita juga diberi
vitamin yang cukup.
c. Mengobati neurosis dengan psikoterapi dan sedatif.
Pada 24 jam pertama, ibu hamil tidak diberi apa – apa per oral.
Makanan diberikan per infus berupa glukosa 10% dan larutan garam
fisiologis. Cairan yang masuk dan keluar dicatat dengan teliti, termasuk
muntah. Cairan diberikan sebanyak ± 3000 cc sehari atau lebih menurut
kebutuhan ibu.
Ibu hamil juga dapat diberi obat-obatan melalui infus, berupa ACTH
20S, vitamin B1 200 mg, vitamin B6 200 mg, vitamin B12 150 mg dan
vitamin C 2000 mg, serta antimuntah. Penderita sedapat-dapatnya
diletakkan di dalam kamar tersendiri yang tenang dan bebas dari bau –
bauan. Untuk sementara, ibu hamil dilarang menerima kunjungan dari
tamu.
Setelah 24 jam, roti kkentang atau biskuit dapat diberikan sedikit-
sedikit setiap 2 – 3 jam. Minuman dapat dibrikan setiap 2 jam, tapi tidak
boleh melebihi 100 cc sekali minum. Teh yang panas akan sangat
membantu. Jika penderita tidak lagi muntah, berangsur – angsur makanan
lunak dengan nilai kalori lebih tinggi dan banyak mengandung vitamin
dapat diberikan. Cairan infus berangsur – angsur dapat dikurangi sesuai
kesanggupan pasien untuk makan dan minum (Azizah & Rosyidah, 2019).

9. Komplikasi Hiperemesis Gravidarum


Kejadian hiperemesis gravidarum dalam kondisi yang berat dapat
memberikan komplikasi melibatkan antara ibu dan janinnya, yaitu:
a. Komplikasi ibu

10
Cairan tubuh yang semakin berkurang akibat muntah yang
berlebihan menyebabkan ketidakseimbangan elektrolit yang
berdampak pada penurunan perfusi jaringan dan nutrisi juga ikut
berkurang dan dapat menyebabkan terjadinya dehidrasi yang jika terus
berlanjut dapat terjadi syok. Muntah yang berkepanjangan, frekuensi
sering, dan kondisi yang berat akan berpotensi komplikasi fatal seperti
cidera ginjal akut, depresi, ruptur diafragma, ruptur esofagus,
komplikasi hiperalimentasi, hipokalemia (aritimia, cardiac arrest),
hipoprothrombinemia, Mallory-weiss sindrom, pneumothoraks,
pneumomediastinum, pneumopericardium, rhabdomiolisis, dan
menyebabkan ibu kekurangan vitamin B1 (tiamin) berisiko terjadinya
Wernicke’s encelopati (Dean CR et al, 2020).
Hiperemesis gravidarum dapat terjadi dehidrasi yang menyebabkan
ketidakseimbangan elektrolit seperti hipokalemia. Kalium diperlukan
untuk otot skelet dan otot jantung untuk berkontraksi, ketika terjadi
hipokalemia pada penderita hiperemesis gravidarum menyebabkan
interval QT memanjang, aritimia, dan henti jantung.3 Muntah yang
berlebihan yang berulang juga dapat melaserasi dinding esofagus yang
disebut dengan hematemesis dikenal sebagai sindrom Mallory-Weiss
(Dean CR et al, 2020)
Defisiensi vitamin, termasuk defisiensi vitamin B1 dapat
memperparah hiperemesis gravidarum dan berisiko terjadi komplikasi
encefalopati wernicke. Selain itu, defisiensi vitamin K pada malnutrisi
kronis dapat menyebabkan berbagai komplikasi ibu dan janin.
simpanan vitamin K cukup terbatas tetapi dapat menurun akibat
malabsorpsi lemak pada hiperemesis gravidarum. Dalam tinjau
sistematis, defisiensi vitamin K berperan pada co-factor koagulasi,
deposisi kalsium abnormal, pendarahan koagulapati neonatal, dan
embriopati. Defisiensi vitamin lain seperti cyanocobalamin dan
pyridoxine dapat menyebabkan anemia dan neuropati periferal (Pundir
J, 2020).
b. Komplikasi Janin

11
Kekurangan gizi yang parah menghambat pertumbuhan janin dan
meningkat risiko masalah prenatal.18 Sebuah studi menunjukkan
risiko hiperemesis gravidarum bagi janin diantaranya BBLR,
persalinan prematur, dan memungkinkan terjadi gangguan
kardiometabolik dan perkembangan saraf akibat malnutrisi pada
kehamilan.
B. Konsep Asuhan Keperawatan
1. Pengkajian
Pengkajian merupakan tahap yang sistematis dalam pengumpulan data
tentang individu, keluarga, dan kelompok dan menganalisisnya sehingga
dapat diketahui masalah dan kebutuhan perawatan bagi pasien (Nanda,
2015). Pengkajian harus dilakukan secara komperhensif terkait dengan
aspek biologis, psikologis, sosial, maupun spiritual.
a. Identitas
1) Identitas klien : nama, umur jenis kelamin, Status Agama,
Pendidikan, suku/bangsa, pekerjaan, alamat, nomor RM, dan status
Perkawinan.
2) Identitas Penanggung Jawab : nama, umur, pekerjaan, pendidikan,
suku, alamat, hubungan dengan klien.
b. Keluhan Utama
Pada pasien dengan hiperemesis gravidarum biasanya akan datang
dengan keluhan mual muntah terus-menerus yang mempengaruhi
keadaan umum penderita, Ibu merasa lemah, Nafsu makan tidak ada,
berat badan menurun, merasa nyeri pada epigastrium, tekanan darah
menurun, turgor kulit berkurang.
c. Riwayat Penyakit Sekarang
Tanyakan apakah pasien memiliki penyakit seperti hipertensi,
jantung, diabetes melitus, penyakit ginjal kronis, penyakit gastrtitis,
penyakit thypoid, atau ada riwayat keluarga yang mengalami
hiperemesis gravidarum berat.
1) Keluhan Utama

12
Pasien datang kerumah sakit dengan keluhan mual muntah terus-
menerus yang mempengaruhi keadaan umum penderita, Ibu merasa
lemah, Nafsu makan tidak ada, berat badan menurun, merasa nyeri
pada epigastrium, tekanan darah menurun, turgor kulit berkurang,
Mata cekung.

2) Riwayat kesehatan keluarga


Tanyakan riwayat penyakit keturunan keluarga seperti hipertensi,
jantung, diabetes melitus, penyakit ginjal kronis, atau ada riwayat
keluarga yang mengalami Hiperemesis gravidarum berat.
3) Riwayat operasi
Tanyakan pada pasien apakah pernah memiliki riwayat operasi SC
pada Kehamilan sebelumnya.
4) Riwayat psikososial spiritual dan budaya
Tanyakan pada pasien apakah kehamilan direncanankan atau tidak,
adakah kecemasan yang dirasakan selama Kehamilan (Reeder,
2014).
d. Riwayat Obsetrik/Kehamilan
1) Menarche
Tanyakan pada pasien umur berapa Menarche, siklus haid, lama
haid, banyaknya haid, warna, bau, serta ada tidak keluhan
disminore.
2) HPHT tanggal perkiraan persalinan
3) Gerakan janin
Tanyakan pada pasien saat usia kehamilan berapa mulai merasakan
gerakan janin
4) Obat yang dikonsumsi
Apakah ada obat rutin yang dikonsumsi selama kehamilan
5) Keluhan pada trimester I
Kaji apakah pasien mengeluh mual muntah secara berlebihan,
penurunan turgor kulit, penurunan TTV, dan tidak napsu makan.

13
6) Riwayat ANC
Tanyakan pada pasien sudah berapa kali melakukan ANC selama
Kehamilan.
7) Kaji penyuluhan yang pasien dapatkan selama persalinan.
Tanyakan pada pasien penyuluhan apa saja yang ia dapatkan dari
pelayanan kesehatan terkait kehamilan saat ini.

8) Riwayat kontrasepsi
Tanyakan jenis alat kontrasepsi apa yang ibu pernah gunakan,
berapa lama kontrasepsi terpasang, dimana alat tersebut terpasang,
berapa lama menggunakan, tanyakan apakah ada masalah selama
penggunaan alat kontrasepsi.
e. Pola kebiasaan sehari-hari
1) Pola nutrisi
Hilangnya nafsu makan, mual muntah, perubahan berat badan,
penurunan turgor kulit, porsi makan.
2) Istirahat tidur
Tanyakan apakah ada kendala dalam istirahat tidur, berapa lama
tidur dalam sehari, apakah ada masalah yang dialami selama tidur,
apakah ada masalah dalam memulai tidur.
3) Pola eliminsi
Jumlah urine, lancar atau tidak, pakah ada gangguan selama
eliminasi, warna urine, bau, adanya perasaan sering berkemih
selama hamil.
4) Pola aktivitas
Tanyakan apakah terjadi gangguan aktifitas selama kehamilan,
kekuatan otot, apakah melakukan olahraga rutin selama kehamilan.
5) Personal Hygiene
Kebersihan pada daerah vulva, apakah terdapat keputihan yang
berlebihan atau pendarahan.

14
6) Integritas ego: Konflik interpersonal keluarga, kesulitan ekonomi,
perubahan persepsi tentang kondisinya, kehamilan tak
direncanakan.
7) Pernafasan: Frekuensi pernapasan meningkat.
8) Keamanan: Suhu kadang naik, badan lemah, ikterus, dan dapat jatuh
dalam koma
9) Seksualitas: Penghentian menstruasi, bila keadaan ibu
membahayakan maka dilakukan abortus terapeutik.
10) Interaksi sosial: Perubahan status kesehatan/stressor kehamilan,
perubahan peran, respon anggota keluarga yang dapat bervariasi
terhadap hospotalisasi dan sakit, system pendukung yang kurang.
11) Pembelajaran dan penyuluhan: Apa yang diketahui pasien dan
keluarga terkait kondisi mual muntah yang berlebihan selama masa
kehamilan, beserta dampak yang timbul jika terjadi secara terus
menerus. Serta mengkaji apakah pasien dan keluarga mendapatkan
informasi terkait mual muntah akibat hiperemesis gravidarum.
f. Pemeriksaan Fisik
1) Pemeriksaan umum: Keadaan Umum, kesadaran, berat badan
sebelum hamil, tinggi badan, LILA, IMT.
2) Tanda-tanda vital Meliputi: tekanan darah, nadi, pernapasan, dan
Suhu.
a) Pemeriksaan Head toe to
1) Keadaan umum
Keadaan umum Klien tampak lemah, tidak bergairah,
tampak meringis, dan beraktivitas di tempat tidur.
2) Kulit/integument
Warna kulit pasien, tekstur terdapat edema atau tidak, turgor
menurun dan ukur suhu tubuh.
3) Kepala dan rambut
Kaji kebersihan kepala pasien, warna rambut, distribusi,
rambut pendek atau panjang.
4) Kuku

15
Warna bantalan kuku berwarna, kuku tangan dan kaki bersih
atau tidak dan pendek atau panjang.
5) Mata/penglihatan
Bentuk mata, refleks cahaya normal, kedua pupil isokhor/an
isokor, akomodasi, konjungtiva anemis/tidak ademis, fungsi
penglihatan, ada peradangan.

6) Hidung/penciuman
Hidung Simetris/tidak, bentuk hidung, ada serumen atau
tidak, fungsi penciuman.
7) Mulut dan gigi
Bibir kering, lidah kotor, fungsi pengecapan kurang, lida
kering.
8) Leher
Ada/Tidak ada pembesaran kelenjar tiroid, dan ada
pembesaran kelenjar limfa atau tidak, kaku atau tidak.
9) Dada
Bentuk pernapasan, suara napas, bentuk dada, frekuensi
pernafasan, ictus kordis, bunyi jantung, denyut apeks teraba
atau tidak.
10) Abdomen Tidak ada massa, tidak ada pembesaran hepar,
bising usus (+), pembesaran uterus karena kehamilan.
Pemeriksaan Leopod:
Leopod I: Untuk menentukan usia kehamilan dan juga untuk
mengetahui bagian janin apa yang terdapat di fundus uteri
(bagian atas perut ibu).
Leopod II: Untuk menentukan bagian janin yang berada
pada kedua sisi uterus, pada letak lintang tentukan di mana
kepala janin.
Leopod III: Untuk menentukan bagian janin apa (kepala atau
bokong) yang terdapat di bagian bawah perut ibu

16
Lepold IV: Apakah bagian janin tersebut sudah memasuki
pintu atas panggul (PAP).
11) Genitalia
Apakah ada keputihan, atau pendarahan , varises vagina,
lender yang banyak, warna, pembesaran kelenjar bartolin,
penyakit infeksi genital.

12) Ekstremitas atas dan bawah


Kemampuan pergerakan, kekuatan otot ekstremitas atas dan
bawah, varises, udema, kering, CRT kembali dalam 2-3
detik, warna kuku, kram/nyeri tungkai, rasa baal, reflek
patella.
g. Pemeriksaan Penunjang
1) Dipstik urin: Ketonuria (Keton +1 atau lebih), keton berdampak
buruk terhadap perkembangan janin
2) Pemeriksaan darah lengkap untuk mendeteksi penyulit seperti
anemia dan infeksi.
3) Ureum dan Kreatinin, dilakukan bila dicurigai ada gangguan ginjal.
4) Elektrolit, pada muntah yang hebat bisa terjadi electrolyte
imbalance.
5) Glukosa darah sewaktu (GDS), karena pasien yang mual-muntah
umumnya sulit makan sehingga bisa mengalami hipoglikemia.
6) Fungsi tiroid (TSH, fT4).
7) Fungsi hati (SGOT,SGPT): perlu dibedakan antara peningkatan
yang normal terjadi pada hiperemesis gravidarum dan akibat
penyakit pada hati seperti hepatitis B atau penyebab lainnya.
8) Amilase: menentukan ada tidaknya prostatitis.
9) Kultur urin: infeksi saluran kemih dapat menyebabkan mual
muntah.
10) Selain pemeriksaan laboratorium, pemeriksaan penunjang lainnya
yang dapat dilakukan adalah pemeriksaan USG untuk memastikan

17
kesejahteraan janin dan memeriksa kemungkinan adanya kehamilan
multipel atau penyakit tropoblastik (Nanda, 2015).
2. Diagnosa Keperawatan
a. Hipovolemia berhubungan dengan kehilangan cairan aktif
b. Defisit nutrisi berhubungan dengan ketidak mampuan mengabsorbsi
nutrien
c. Intoleransi aktivitas berhubungan dengan kelemahan (SDKI, 2018)

3. Intervensi Keperawatan
DIAGNOSA
TUJUAN & KRITERIA
KEPERAWAT INTERVENSI KEPERAWATAN
HASIL
AN
1. Hipovolemia berhubungan dengan kehilangan cairan aktif

Setelah dilakukan tindakan keperawatan, diharapkan status cairan membaik


dengan kriteria hasil:

18
 Perasaan lemas Manajemen Hipovolemia
menurun Observasi
 Membrane mukosa  Periksa tanda dan gejala hipovolemia (mis. Frekuensi nadi
membaik meningkat, nadi teraba lemah, tekanan darah menurun, tekanan
 Berat badan membaik nadi menyempit, turgor kulit menurun, membrane mukosa kering,
volume urin menurun, hematocrit meningkat, haus, lemah)
 Monitor intake dan output cairan
Terapeutik
 Hitung kebutuhan cairan
Edukasi
 Anjurkan memperbanyak asupan cairan oral
 Anjurkan menghindari perubahan posisi mendadak
 Ajarkan penggunaan teknik nonfarmakologi untuk mengatasi
mual (relaksasi dengan aromaterapi lavender, lemon dan dengan
minuman jahe)
Kolaborasi
 Kolaborasi pemberian pemberian cairan IV isotonis (mis. NaCl,
RL), jika perlu
 Kolaborasi pemberian pemberian cairan IV hipotonis (mis.
Glukosa 2,5%, NaCl 0,4% ), jika perlu
2. Defisit nutrisi Setelah dilakukan intervensi Manajemen Nutrisi
berhubungan dengan keperawatan diharapkan status Observasi
ketidakmampuan nutrisi membaik dengan  Identifikasi status nutrisi
mengabsorbsi nutrien kriteria hasil:  Identifikasi alergi dan intoleransi
 Porsi makanan yang makanan
dihabiskan meningkat  Identifikasi makanan yang disukai
 Kekuatan otot penguyah  Identifikasi kebutuhan kalori dan
meningkat jenis nutrient
 BB membaik  Identifikasi perlunya penggunaan

 IMT membaik selang asogastric

19
 Monitor asupan makanan
 Monitor berat badan
 Monitor hasil pemeriksaan
laboratorium
Terapeutik
 Lakukan oral hygiene sebelum
makan, jika perlu
 Fasilitasi menentukan pedoman
diet (mis. Piramida makanan)
 Sajikan makanan secara menarik dan
suhu yang sesuai
 Berikan makan tinggi serat untuk
mencegah konstipasi
 Berikan makanan tinggi kalori dan
tinggi protein
 Berikan suplemen makanan, jika
perlu
 Hentikan pemberian makan melalui
selang nasogastrik jika asupan oral
dapat ditoleransi
Edukasi
 Anjurkan posisi duduk, jika mampu
 Ajarkan diet yang diprogramkan
Kolaborasi
 Kolaborasi pemberian medikasi
sebelum makan (mis. Pereda nyeri,
antiemetik), jika perlu Kolaborasi
 dengan ahli gizi untuk menentukan
jumlah kalori dan jenis nutrient yang
dibutuhkan, jika perlu

20
3. Intoleransi Setelah dilakukan tindakan Manajemen Energi
aktivitas keperawatan, diharapkan Observasi
berhubungan status cairan membaik dengan  Identifikasi gangguan fungsi tubuh
dengan kriteria hasil: yang mengakibatkan kelelahan
kelemahan  Frekuensi nadi meningkat  Identifikasi adanya nyeri atau
 Keluhan lelah menurun keluhan fisik lainnya
 Monitor kulit terhadap pucat,
sianosis, belang, kulit dingin/lembab
sesuai keadaan pasien
 Monitor kelelahan fisik dan
emosional
Edukasi :
 Anjurkan tirah baring
 Anjurkan melakukan aktivitas secara
bertahap
 Jelaskan tidur cukup selama sakit
Teraupetik
 Sediakan lingkungan yang nyaman
dan rendah stimulus
 Lakukan latihan rentang gerak pasif
dan/atau aktif
 Fasilitasi duduk disisi tempat tidur
jika tidak dapat
 berpindah atau berjalan
Kolaborasi
 Kolaborasi pemberian obat sesuai
indikasi

4. Implementasi Keperawatan
Tindakan Keperawatan adalah perilaku atau aktivitas spesifik yang
dikerjakan oleh perawat untuk mengimplementasikan intervensi
keperawatan (Tim Pokja SIKI DPP PPNI, 2018). Implementasi

21
keperawatan merupakan sebuah fase dimana perawat melaksanakan
rencana atau intervensi yang sudah dilaksanakan sebelumnya. Tahap ini
akan muncul bila perencanaan diaplikasikan pada subjek.

5. Evaluasi Keperawatan
Evaluasi adalah tahap akhir dari proses keperawatan yang merupakan
perbandingan yang sistematis dan terencana antara hasil akhir yang
teramati dan tujuan atau kriteria hasil yang dibuat pada tahap perencanaan
(Asmadi, 2018). Hasil evaluasi terdiri dari evaluasi formatif dan evaluasi
sumatif. Evaluasi formatif yaitu menghasilkan umpan balik selama
program berlangsung, sedangkan evaluasi sumatif dilakukan setelah
program selesai dan mendapatkan informasi efektifitas pengambilan
keputusan. Format yang dapat digunakan untuk evaluasi keperawatan yaitu
format SOAP yang terdiri dari:
a. Subjective, yaitu pernyataan atau keluhan dari subjek.
b. Objective, yaitu data yang diobservasi oleh perawat dan keluarga.
c. Analysis, yaitu kesimpulan dari subjektif dan objektif (biasanya ditulis
dalam bentuk masalah keperawatan). Ketika menentukan apakah tujuan
telah tercapai, perawat dapat menarik satu dari tiga kemungkinan
simpulan, yaitu:
1) Tujuan tercapai, yaitu respon klien sama dengan hasil yang
diharapkan
2) Tujuan tercapai sebagian, yaitu hasil yang diharapkan hanya
sebagian yang berhasil dicapai
3) Tujuan tidak tercapai
d. Planning, yaitu rencana tindakan yang akan dilakukan berdasarkan
analisis

22
BAB III
KASUS KELOLAAN

GAMBARAN KASUS
Ny. E usia 29 tahun sebagai ibu rumah tangga yang tinggal di jalan
sabar menanti, dumai selatan bersama suaminya. Ny. E sedang hamil
anak ke 5 (G5 P2 A2 H2) dengan usia kehamilan 6 minggu. Pada tanggal
5 Oktober 2023 Ny. E datang ke PONEK RSUD Dumai dengan rujukan
dari Bidan Irma (Jl. Sabar Menanti) pukul 19.45. Saat dilakukan
pengkajian pasien mengeluh pusing, dan badan terasa lemas. Ny.E
mengeluh sering mual muntah dan dalam sehari mual muntahnya bisa
sampai lebih dari 10 kali. Mual dan muntah dirasakan sejak 2 hari yang
lalu. Ny.E mengatakan makan tidak selera karena takut mual dan muntah
sehingga membuat ibu merasa lemas. Ny. E mengatakan sudah minum
air putih sebanyak 600 ml dari jam 6 pagi. Ny. E juga mengatakan bahwa
ia demam sejak 3 hari yang lalu sampai sekarang. Ibu mengatakan BAK
normal dan lancar hari ini BAK sudah 4 kali. Ibu mengatakan tidur juga
terganggu karena demam yang dirasakan dan mengigil pada malam hari.

23
Tidur tidak nyenyak dan sering terbangun pada malam hari. Klien rutin
kontrol kehamilan ke pelayanan kesehatan setiap 1 kali sebulan. Pasien
mengatakan ibunya dahulu juga pernah mual-muntah parah sampai di
infus dan tidak ada mempunyai penyakit keturunan seperti hipertensi dan
DM.
Pemeriksaan tanda-tanda vital didapatkan tekanan darah 133/95
mmHg, nadi 124 x/i, pernafasan 22 x/i, suhu 38,8C, BB: 65 kg, TB: 158
cm. Wajah tampak pucat, konjungtiva tidak anemis, skelera tidak ikterik.
Hidung simetris kiri kanan dan tidak ada pernapasan cuping hidung.
Mukosa bibir pucat dan kering, tercium bau keton dari mulut pasien.
Pada pemeriksaan dada didapatkan payudara simetris kiri kanan, papila
mamae menonjol, tidak ada lecet, tidak ada pembengkakan dan tampak
bersih, belum keluar ASI. Tidak dilakukan pemeriksaan Leopold karena
kehamilan masih Trimester 1.

A. Pengkajian Keperawatan

Tabel 3. Deskripsi Pengkajian Keperawatan

Identitas Klien Hasil


Pengkajian
Inisial Klien Ny. E
Tanggal lahir 24-09-1994
Usia 29 tahun
Pekerjaan Ibu Rumah Tangga
Agama Islam
Pendidikan SMA
Suku Melayu
Status Pernikahan Menikah/Kawin

24
Alamat Jl. Sabar Menanti, Dumai Selatan
Diagnosa Medis
G5 P2 A2 H2 Usia Kehamilan 6 Minggu

Riwayat Saat dilakukan pengkajian pasien mengeluh pusing, dan


Kesehata n badan terasa lemas. Ibu mengeluh sering mual muntah dan

Sekarang dalam sehari mual muntahnya bisa sampai lebih dari 10 kali.
Mual dan muntah dirasakan sejak 2 hari yang lalu. Ny. E
mengatakan makan tidak selera karena takut mual dan
muntah sehingga membuat ibu pusing dan merasa lemas.
Ny. E mengatakan sudah minum air sekitar 600ml. Ny. E
juga mengatakaan bahwa ia demam sejak 3 hari yang lalu.
Ibu mengatakan BAK normal dan lancar hari ini BAK sudah
4 kali. Ibu mengatakan tidur juga terganggu karena demam
yang dirasakan dan mengigil pada malam hari. Tidur tidak
nyenyak dan sering terbangun pada malam hari.

Riwayat Pasien mengatakan pernah mengalami keguguran 2 kali


Kesehatan pada kehamilan pertama tahun 2018 saat usia kehamilan
Dahulu 12 minggu dan pada kehamilan ketiga tahun 2020 saat usia
kehamilan 16 minggu.
Riwayat Pasien mengatakan ibunya dahulu juga pernah mual-
Kesehata n muntah parah sampai di infus dan tidak ada mempunyai
Keluarga penyakit keturunan seperti hipertensi dan DM

Riwayat Ny.E mengatakan haid pertama kali pada usia 13 tahun


Ginekolo gi haid teratur dengan siklus menstruasi 30 hari ke bulan
selanjutnya, haid berlangsung antara 5-7 hari. Pasien
mengatakan haid teratur dan lancar
Riwayat Ny.E mengatakan pernah memakai KB implan.
Obstetri
KB

Data Pasien mengatakan tidak mengalami cemas dan tidak ada


Psikososial masalah psikososial

25
dan
Lingkungan
Pemeriksaan
1. Rambut : Bersih, rambut panjang, tidak ada rontok
Fisik
2. Mata: Normal, konjungtiva anemis (-) ikterik (-/-).
3. Wajah : Pucat
4. Hidung: Normal, tidak ada gangguan.
5. Mulut: Mukosa bibir kering pucat, tercium bau keton
6. Gigi: Gigi lengkap, tidak ada yang berlubang
7. Telinga: Bersih, tidak ada gangguan pendengaran.
8. Leher: Tidak ada benjolan/pembengkakan
9. Dada :
 Inspeksi: payudara sama kiri-kanan
 Palpasi: teraba hangat, tidak ada pembengkakan,
tidak ada nyeri tekan
 Perkusi: sonor
 Auskultasi: lup-dup
10. Paru-paru: Pergerakan diding dada simetris,
bentuk dada normal, bunyi paru vesikuler.
11. Abdomen: tidak ada lesi/pembengkakan, bising
usus (+), tidak ada nyeri tekan
12. Genitalia: Normal, ada keluar keputihan warnanya
putih susu tidak berbau.
13. Ekstremitas
 Atas: Normal, akral hangat, oedem (-), CRT <3
detik
 Bawah: Normal, akral hangat, oedem (-).
14. Eliminasi
 BAK: 5-6 kali sehari
 BAB: 1x sehari
b. Istirahat dan Kenyamanan
Keluhan istirahat dan tidur: klien mengatakan tadi

26
malam tidurnya kurang nyenyak karena demam yang
dirasakan dan mengigil pada malam hari.
h. Mobilisasi dan Latihan
Tingkat mobilisasi: Ny.E mampu berjalan sendiri.
i. Nutrisi dan Cairan
Asupan nutrisi kurang, Ny.E makan 2 kali sehari
kadang 3 kali namun sering tidak habis dan sering mual
dan muntah. Minum Ny.E jika haus.
Kesadaran pasien komposmentis, skor GCS 15
Pemeriksaan (E4,M6,V5) TTV pasien yaitu, TD: 133/95 mmhg, RR: 22
TTV x/menit, nadi: 124 x/menit, suhu : 38,8c

Medikasi/Oba t- Obat-obatan yang digunakan:


obatan yang - Infus RL: 20 tpm
Digunakan - PCT infus: diguyur
- Ondansetron 3x4 mg (Injeksi IV)

B. Analisa Data

Tabel 4. Analisa Data Keperawatan


Jenis Data Etiologi Masalah
Keperawatan
DS: Hipovolemia b.d
Peningkatan hormone HCG,
- Ny.E mengatakan sering kekurangan cairan
progesterone dan esterogen
mual muntah jika aktif
mencium bau yang tidak Penurunan pengosongan
sedap, seperti bau di lambung
dapur, bawang dan bau
busuk lainnya. Peningkatan tekanan gaster
- Ny.E mengatakan dalam
sehari mual muntahnya

27
bisa sampai 10 kali. Nausea (mual muntah)
- Ny.E mengatakan makan
tidak selera karena takut
Dehidrasi
mual dan muntah
DO:
Kekurangan cairan berlebih
- Ny.E terlihat lemas
- membran mukosa kering
Hipovolemia
- BB sebelum hamil: 58kg
- BB saat hamil: 52 kg
- TD: 133/95 mmHg
- Nadi: 124x/menit

DS: Hipertermia b.d


Kehamilan
- Ny.E mengatakan sudah dehidrasi
demam dari 3 hari yang Peningkatan hormone HCG,
lalu sampai sekarang. progesterone dan esterogen
- Ny. E mengatakan badan
terasa lemas dan pusing. Penurunan pengosongan
DO: lambung
- Klien terlihat lemas
- Badan terasa panas
Peningkatan tekanan gaster
- Wajah tampak pucat,
mukosa bibir kering Merangsang mual muntah
- Suhu: 38,8C
- TD: 133/95 mmHg Hiperemesis gravidarum
- Nadi: 124x/i

Output meningkat

Dehidrasi

28
Suhu tubuh meningkat

Hipertermi

C. Diagnosa Keperawatan

1. Hipovolemia b.d kehilangan cairan aktif


2. Hipertermi b.d dehidrasi

D. Intervensi keperawatan
DIAGNOSA
NO SLKI SIKI
KEPERAWAT
AN

1.

Hipovolemia b.d kehilangan cairan aktif


Setelah dilakukan tindakan keperawatan, diharapkan status cairan membaik
dengan kriteria hasil:

29
 Perasaan lemas menurun
Manajemen Hipovolemia
 Membrane mukosa
Observasi
 membaik
 Periksa tanda dan gejala hipovolemia (mis. Frekuensi nadi
 Berat badan membaik meningkat, nadi teraba lemah, tekanan darah menurun,
tekanan nadi menyempit, turgor kulit menurun, membrane
mukosa kering, volume urin menurun, hematocrit meningkat,
haus, lemah)
 Monitor intake dan output cairan
Terapeutik
 Hitung kebutuhan cairan
Edukasi
 Anjurkan memperbanyak asupan cairan oral
 Anjurkan menghindari perubahan posisi mendadak
 Ajarkan penggunaan teknik nonfarmakologi untuk mengatasi
mual (relaksasi dengan aromaterapi lavender, lemon dan
dengan minuman jahe)
Kolaborasi
 Kolaborasi pemberian pemberian cairan IV isotonis (mis.
NaCl, RL), jika perlu
 Kolaborasi pemberian pemberian cairan IV hipotonis (mis.
Glukosa 2,5%, NaCl 0,4% ), jika perlu

Hipertermi b.d dehidrasi


Setelah dilakukan tindakan keperawatan, diharapkan suhu tubuh berada pada
rentang normal dengan kriteria hasil:

30
 Perasaan lemas menurun
Manajemen Hipertermia
 Membrane mukosa
Observasi :
membaik
 Identifikasi penyebab hipertermia (dehidrasi)
 Berat badan membaik
 Monitor suhu tubuh
 Monitor komplikasi akibat hipertermia
Tarapeutik:
 Sediakan lingkungan yang dingin
 Longgarkan atau lepaskan pakaian
 Berikan cairan oral (mineral)
Edukasi:
 Anjurkan tirah baring
Kolaborasi:
 Pemberian cairan dan elektrolit intravena

E. Implementasi dan evaluasi keperawatan


Tanggal dan Diagnosa Implementasi Evaluasi (SOAP)
(jam) keperawatan

05/10/2023 Hipovolemia b.d Manajemen Hipovolemia S:


(19.10 – 19. 25 kehilangan cairan Observasi  Ibu mengatakan
WIB) aktif  Melakukan selama di ruangan
pemeriksaan TTV PONEK sudah
 Mengidentifikasi tanda muntah 4x
dan gejala hipovilemia  Ibu mengatakan
(mengecek frekuensi badan terasa lemas
nadi, membran  Klien mengatakan
mukosa, dan tekanan baru minum sekitar
darah) 600 ml dari jam 6
 Mengidentifikasi pagi sampai jam 7.
intake cairan klien O:

31
 Mengevaluasi teknik  Ibu tampak pucat
farmakologi pemberian lemas
obat mual dan muntah  Mukosa bibir kering
(Ondansetron) dan pucat
 Tercium bau aseton
Terapeutik
dari mulut klien
 Melakukan pemberian
 TD: 137/95 mmHg
infus RL (20 tpm)
 N: 124 x/i
Edukasi
A: Masalah keperawatan
 Menganjurkan keluarga
belum teratasi
untuk membantu klien
memperbanyak asupan
P: Intervensi dilanjutkan
cairan oral sebanyak
oleh perawat ruangan
2L/Hari, secara
untuk memonitor intake
bertahap sedikit tapi
dan output cairan klien.
sering.

05/10/2023 Hipertermia b.d Observasi S:


dehidrasi  Memonitor suhu tubuh  Klien mengatakan
Terapeutik badan masih terasa
 Melonggarkan pakaian lemas dan demam
ibu  Klien mengatakan
 Memberikan PCT infus mengigil pada
Edukasi malam hari
 Menganjurkan ibu  Klien mengatakan
untuk memberikan mengerti dengan
cairan oral edukasi kompres
 Memberikan edukasi hangat yang
mengenai kompres diberikan
hangat untuk O:
penurunan suhu tubuh.  Badan klien teraba
hangat

32
 Suhu tubuh: 38,8

A: Masalah keperawatan
belum teratasi

P: Intervensi dilanjutkan
oleh perawat ruangan
untuk memonitor suhu
tubuh dan memberikan
PCT jika suhu tubuh
belum ada perubahan.

33
BAB IV
PEMBAHASAN

Asuhan keperawatan pada kasus ini dilakukan di VK PONEK


RSUD Dumai pada tanggal 05 Oktober 2023. Pada pembahasan kasus ini
peneliti akan memperlihatkan hasil laporan kasus asuhan keperawatan
pada Ny.E dengan diagnosa medis hyperemesis gravidarum. Kegiatan
yang dilakukan meliputi pengkajian keperawatan, penegakkan diagnosa
keperawatan, menyusun intervensi keperawatan, melakukan implementasi
dan melakukan evaluasi keperawatan pada pasien Ny.E.
A. Pengkajian
Dalam pengkajian keperawatan ini didapatkan Ny. E usia 29 tahun
bekerja sebagai Ibu Rumah Tangga (IRT) yang tinggal di Jl. Sabar Menanti,
Dumai Selatan bersama suaminya. Ny.E sedang hamil anak kelima (G5 P2
A2 H2) dengan usia kehamilan 6 minggu. Pada tanggal 05 Oktober 2023
Ny.E datang ke VK PONEK RSUD Dumai pada pukul 19.45 WIB.
Saat dilakukan pengkajian pasien mengeluh pusing, dan badan terasa
lemas. Klien mengeluh sering mual muntah dan dalam sehari mual
muntahnya bisa sampai lebih dari 10 kali. Mual dan muntah dirasakan sejak 2
hari yang lalu. Ny. E mengatakan makan tidak selera karena takut mual dan
muntah sehingga membuat ibu pusing dan merasa lemas. Menurut Tiran,
(2018) mual dan muntah yang dirasakan ibu hamil cenderung akan membuat
mereka menjadi lebih lemah dan akan meningkatkan kecemasaan terhadap
kejadian yang lebih parah. Masalah psikologis juga berperan pada parahnya
mual dan muntah serta perkembangan hiperemesis gravidarum. Ny. E juga
mengatakaan bahwa ia demam sejak 3 hari yang lalu. Ibu mengatakan BAK
normal dan lancar hari ini BAK sudah 4 kali. Ny. E mengatakan tidur juga
terganggu karena demam yang dirasakan dan mengigil pada malam hari.
Sesuai teori Khayati (2013), menyatakan mual dan muntah saat hamil,
yang bisa terjadi hingga lebih dari 3-4 kali sehari. Kondisi ini bisa sampai
mengakibatkan hilangnya nafsu makan dan penurunan berat badan. Muntah
yang berlebihan juga dapat menyebabkan ibu hamil merasa pusing, lemas.

34
Pada pengkajian Ny.E berdasarkan klasifikasi termasuk dalam
hiperemesis gravidarum tingkat 2 dengan tanda gejala yang ada pada yaitu
muntah lebih 10 kali dalam sehari, lidah mengering, wajah pucat, mukosa
bibir kering dan pucat, haus berat, pusing dan lemas, nadi lemah dan cepat
(takikardi), penurunan berat badan, oliguria, bilirubin dan aseton dapat
tercium dalam hawa pernafasan penderita. Menurut Atiqoh, 2022 klasifikasi
hiperemesis gravidarum terbagi menjadi : grade I, grade II dan grade III
sesuai dengan keluhan yang dirasakan oleh klien.
B. Diagnosa Keperawatan
Pada penelitian ini diagnosa keperawatan utama yang ditegakkan pada
pasien Ny. E adalah Hipovolemia b.d kehilangan cairan aktif, dikarenakan
klien muntah dan mual sudah lebih dari 10 kali. Pemeriksaan fisik pada klien
wajah tampak pucat, mukosa bibir kering dan pucat, serta tercium baut keton
dari mulut pasien. Kondisi tersebut mengacu pada kehilangan cairan tubuh
(dehidrasidan/atauhipovolemia) yang terjadi ketika ekskresi cairan melebihi
asupan cairan, misalnya karena asupan cairan yang tidak mencukupi dan
muntah yang berlebihan.
Diagnosa keperawatan kedua yang diangkat adalah Hipertermia b.d
dehidrasi. Ny.E mengatakan merasa pusing dan badan terasa lemas, Ny.E
juga mengatakan sudah demam sejak 3 hari yang lalu. Dari data objektif
didapatkan Ibu terlihat lemas, membran mukosa kering, wajah tampak pucat,
suhu 38,8 C, BB sebelum hamil: 58kg, BB saat hamil: 52 kg dan plano test
positif.
C. Intervensi Keperawatan
Perencanaan pada diagnosa keperawatan keperawatan hipovolemia
b.d kekurangan cairan aktif,
Intervensi keperawatan yang dilakukan pada pasien dengan diagnosa
hipertermia b.d dehidrasi bertujuan agar suhu tubuh berada pada rentang
normal. Rencana keperawatan yang dilakukan adalah manajemen hipertermia,
seperti monitor suhu tubuh, identifikasi penyebab hipertermia (dehidrasi,
monitor komplikasi akibat hipertermia, sediakan lingkungan yang dingin,
longgarkan atau lepaskan pakaian pasien, berikan cairan oral, berikan oksigen

35
(jika perlu), anjurkan tirah baring, dan kolaborasi pemberian cairan dan
elektrolit intravena.
D. Implementasi dan Evaluasi
Keperawatan Rohmah & Walid (2012) Implementasi adalah realisasi rencana
tindakan untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan. Implementasi
keperawatan adalah tahap ketika perawat mengaplikasikan asuhan
keperawatan dalam bentuk intervensi keperawatan guna membantu klien
mencapai tujuan yang telah ditetapkan.
1. Pada masalah pertama yaitu hipovolemia b.d kehilangan cairan aktif,
implementasi yang sudah diberikan adalah memeriksa tanda dan gejala
hipovolemia (mis. Frekuensi nadi meningkat, nadi teraba lemah,
membrane mukosa kering dan pucat, meningkat, dan lemah).
Mengidentifikasi intake cairan klien. Mengevaluasi penggunaan teknik
farmakologi untuk mengatasi mual dan menganjurkan memperbanyak
asupan cairan oral serta menganjurkan menghindari perubahan posisi
mendadak. Hasil yang didapatkan selama 45 menit ibu mengatakan sudah
melakukan diberikan teknik farmakologi untuk mengurangi mual/muntah,
yaitu pemberian ondan secara IV 3x6 mg, Masalah belum teratasi.
Intervensi di lanjutkan oleh perawat ruangan karena klien dipindahkan ke
ruangan kebidanan.
2. Pada masalah kedua yaitu hipertermia b.d dehidrasi, implementasi yang
sudah diberikan adalah memonitor suhu tubuh, melonggarkan pakaian ibu,
menganjurkan untuk memberikan cairan oral, dan memberikan edukasi
mengenai kompres hangat untuk penurunan suhu tubuh. Hasil yang
didapatkan selama 45 menit ibu mengatakan sudah diberikan teknik
farmakologi untuk mengatasi hipertermi yaitu dengan paracetamol infus.
Masalah belum teratasi. Intervensi di lanjutkan oleh perawat ruangan
karena klien dipindahkan ke Irna kebidanan.

36
BAB V
PENUTUP

A. Kesimpulan
Setelah menguraikan beberapa bab mengenai asuhan keperawatan
pada Ny.E dengan hyperemesis gravidarum pada tanggal 05 Oktober
2023, maka dengan ini dapat menarik kesimpulan sesuai denagn tahap-
tahap sebagai berikut:
1. Pengkajian asuhan keperawatan pada klien dengan penderita hyperemesis
gravidarum di VK PONEK RSUD Dumai. Pengkajian yang didapatkan Ny.E
mengatakan sering mual muntah jika mencium bau yang tidak sedap, seperti
bau di dapur, bawang dan bau busuk lainnya. Dalam sehari mual muntahnya
bisa sampai lebih 10 kali. Ny.E juga sudah demam sejak 3 hari yang lalu dan
mengeluh pusing dan badan terasa lemah.
2. Diagnosa asuhan keperawatan pada klien dengan hyperemesis gravidarum di
VK PONEK RSUD Dumai yaitu: Hipovolemia b.d kehilangan cairan aktif,
dan Hipertermia b.d dehidrasi.
3. Perencanaan asuhan keperawatan pada klien dengan hyperemesis gravidarum
di VK PONEK RSUD Dumai, semua perencanaan dapat diterapkan pada
tinjauan kasus.
4. Implementasi asuhan keperawatan pada klien dengan hyperemesis
gravidarum di VK PONEK RSUD Dumai, dilakukan sesuai dengan
kebutuhan dan keadaan yang dialami oleh Ny.E
5. Evaluasi pada klien dengan hyperemesis gravidarum di VK PONEK RSUD
Dumai dengan diagnosa utama Hipovolemia b.d kehilangan cairan aktif
dapat disimpulkan bahwa masalah belum teratasi.
B. Saran
1. Bagi Mahasiswa
Diharapkan bagi mahasiswa agar dapat mencari informasi dan
memperluas wawasan mengenai klien dengan hyperemesis gravidarum
karena dengan adanya pengetahuan dan wawasan yang luas mahasiswa akan

37
mampu mengembangkan diri dalam masyarakat dan memberikan pendidikan
kesehatan bagi masyarakat mengenai hyperemesis gravidarum, dan fakor –
faktor pencetusnya serta bagaimana pencegahan untuk kasus tersebut.
2. Bagi Institusi
Bagi institusi pelayanan kesehatan, memberikan pelayanan dan
mempertahankan hubungan kerja yang baik antara tim kesehatan dan pasien
yang ditujukan untuk meningkatkan mutu asuhan keperawatan yang optimal.

38
DAFTAR PUSTAKA

Andriani, A. W., & Purwati, Y. (2017). Pengaruh aromaterapi peppermint


terhadap kejadian mual dan muntah pada ibu hamil trimester I di
Puskesmas Melati di Sleman Yogyakarta
Astriana, Putri R D, Aprilia H. (2015). Pengaruh lemon inhalasi aromatherapy
terhadap mual pada kehamilan dengan hiperemesis gravidarum Di Bps
Varia Mega Lestari S.St, M.Kes Batupuru Kecamatan Natar Kabupaten
Lampung Selatan Tahun 2015. Jurnal Kebidanan Vol 1 No 3.
Atiqoh RN. (2022). Kupas tuntas hiperemesis gravidarum (mual muntah berlebih
dalam kehamilan). Jakarta: One Peach Media
Cunningham Fg, Leveno Kj, Gant Nf, Et Al. (2022). Williams Obstetrics 26th
Edition. United States Of America : Mcgraw-Hill Companies. 129
Dean CR, Bruin CM, O'Hara ME, Roseboom TJ, Leeflang MM, Spijker R,
Painter RC. (2019) The chance of recurrence of hyperemesis gravidarum:
A systematic review. Eur J Obstet Gynecol Reprod Biol X.
Dinas Kesehatan Ri. (2017). Profil kesehatan indonesia tahun 2017. Jakarta:
Kementrian Kesehatan Republik Indonesia.
Indriyani, D. (2013). Aplikasi konsep dan teori keperawatan maternitas
hiperemesis gravidarum. Jogjakarta : Ar-Ruzz Media
Indriyani, T. (2018). Faktor-faktor yang berhubungan dengan kejadian
hiperemesis gravidarum di Rsud Dr. Drajat Prawiranegara Kabupaten
Serang Tahun 2017. Jurnal Akademi Keperawatan Husada Karya Jaya, 4,
9–21.
Kementrian Kesehatan Republik Indonesia. (2017). Pelayanan Kesehatan Ibu Di
Fasilitas Kesehatan Dasar Rujukan. Jakarta: Kementrian Kesehatan
Republik Indonesia. H. 22, 29, 31, 82-83
Kozier, B., Erb, G., Berman, A., & Snyder, S. J. (2011). Buku Ajar Fundamental
Keperawatan (7th Ed.; S. K. Ns. Dwi Widiarti, S. K. Devi Yulianti, S. K.
Ns. Yuyun Yuningsih, & S. K. Ns. Ana Lusyana, Eds.). Jakarta: Ecg
Kusmiyati, Y. (2015). Perawatan ibu hamil. Yogyakarta: Platinum

39
Ning, Rasida. (2020). Kupas Tuntas Hiperemesis Gravidarum. Jakarta: Onepeach
media.
Pundir, J. (2020). Hyperemesis Gravidarum. Part 1 MRCOG Revision Notes and
Sample SBAs.;188–190.
Reeder, J. Sharon, Dkk. (2014). Keperawatan maternitas kesehatan wanita, bayi
Rosyidah, R & Azizah, N. (2019). Buku ajar: obstetri pathologi (pathologi dalam
kehamilan). Sidoarjo: Umsida Press
SDKI. (2018). Standar diagnosa keperawatan indonesia : definisi dan indikator
diagnostik. Jakarta: PPNI.
Setiawati, S. E. Dan Ramadhian, R. (2016). Penatalaksanaan Mual Dan Muntah
Padahiperemesis Gravidarum. Sugma, J Medulaunila, 5(1), Pp. 131–134.
SIKI DPP PPNI. (2018). Standar Intervensi Keperawatan Indonesia : Definisi
Dan Tindakan Keperawatan, (Edisi 1), Jakarta. PPNI.
SLKI DPP PPNI. (2018). Standar intervensi keperawatan indonesia : Definisi
Dan Tindakan Keperawatan, (Edisi 1), Jakarta. PPNI.
Smith, Roger. (2017). Netter’s Obstetrics and Ginecology 3nd edition. Elsevier

40
41

Anda mungkin juga menyukai