Disusun oleh:
KELOMPOK 5
Gita Permata Mulya, S.Kep 2311437579
Siti Rahmi Indri Wulandari, S.Kep 2311437604
Stevfina Afrilia Marwafa, S.Kep 2311437679
Dosen Pembimbing:
Dr. Ns. Misrawati, M.Kep., Sp.Mat
Preseptor Klinik
Ns. Wan Eliza Susana, S.Kep
Fasilitator
Dewi Fazrini, SST
Dr. Ns. Misrawati, M.Kep., Sp.Mat Ns. Wan Eliza Susana, S.Kep
i
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur senantiasa penulis ucapkan atas kehadirat Allah SWT, karena
hanya dengan karunia dan rahmat-Nya penulis dapat menyelesaikan makalah ini
yang berjudul “Asuhan Keperawatan Pada Ny. E Dengan Hiperemesis
Gravidarum di VK PONEK RSUD Dumai ” tepat pada waktunya. Makalah ini
ditujukan untuk memenuhi tugas seminar praktik profesi mata kuliah
Keperawatan Maternitas.
Makalah ini dapat terselesaikan atas partisipasi semua pihak yang turut
memberikan bantuan, bimbingan dan dukungan dalam penyusunan makalah ini.
Oleh karena itu pada kesempatan ini penulis mengucapkan terima kasih kepada:
1. Prof. Dr. Ir. Usman Muhammad Tang, MS selaku Dekan Fakultas
Keperawatan Universitas Riau
2. Dr. Reni Zulfitri, M.Kep., Sp.Kom selaku Koordinator Praktik Profesi Ners
Fakultas Keperawatan Universitas Riau
3. Ns. Wice Purwani Suci, M.Kep selaku Koordinator Profesi Keperawatan
Maternitas.
4. Dr. Ns. Misrawati, M.Kep., Sp.Mat selaku Pembimbing Akademik di VK
PONEK
5. Ns. Wan Eliza Susana, S.Kep selaku Pembimbing Klinik di VK PONEK
6. Dewi Fzrini, SST, S.Kep selaku Fasilitator di VK PONEK RSUD Dumai.
7. Pasien dengan Hiperemesis Gravidarum yang telah bersedia menjadi pasien
kelolaan kelompok selama melaksanakan praktik profesi di VK PONEK RSUD
Dumai.
Penulis menyadari bahwa makalah ini masih banyak kekurangan dan
kelemahannya, baik dalam isi maupun sistematikanya. Oleh karena itu penulis
mengharapkan kritik dan saran untuk menyempurnakan makalah ini.
Penulis
ii
DAFTAR ISI
LEMBAR PENGESAHAN...................................................................................i
KATA PENGANTAR............................................................................................ii
DAFTAR ISI.........................................................................................................iii
BAB I PENDAHULUAN.......................................................................................1
A. Latar Belakang..............................................................................................1
B. Rumusan Masalah.........................................................................................2
C. Tujuan...........................................................................................................3
BAB II TINJAUAN PUSTAKA............................................................................4
A. Konsep Hiperemesis Gravidarum.................................................................4
B. Konsep Asuhan Keperawatan Hiperemesis Gravidarum............................13
BAB III HASIL....................................................................................................23
A. Gambaran Kasus.........................................................................................23
B. Pengkajian...................................................................................................24
C. Analisa Data................................................................................................27
D. Diagnosa Keperawatan...............................................................................28
E. Intervensi Keperawatan...............................................................................29
F. Implementasi dan Evaluasi Keperawatan...................................................31
BAB IV PEMBAHASAN.....................................................................................33
A. Pengkajian...................................................................................................33
B. Diagnosa......................................................................................................34
C. Intervensi.....................................................................................................35
D. Implementasi dan Evaluasi.........................................................................36
BAB V PENUTUP................................................................................................37
A. Kesimpulan.................................................................................................37
B. Saran............................................................................................................37
DAFTAR PUSTAKA...........................................................................................39
LAMPIRAN
iii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Hiperemesis gravidarum adalah keadaan ibu hamil yang mual dan
muntah berlebihan sehingga mengganggu kesehatan dan mempengaruhi
keadaan umum. Keadaan ibu hamil yang mengalami hiperemesis gravidarum
dapat menyebabkan beberapa kondisi seperti dehidrasi, anemia,
ketidakseimbangan elektrolit, ketosis yang jika tidak mendapatkan
penanganan yang baik akan membahayakan nyawa ibu serta menyebabkan
komplikasi pada pertumbuhan dan perkembangan janin, seperti berat badan
lahir rendah (BBLR), abortus, dan bayi lahir prematur. Hiperemesis
gravidarum jika ditangani dengan baik maka prognosis nya sangat baik, tetapi
pada derajat yang lebih berat penyakit ini berpotensi mengancam kesehatan
ibu dan janinnya (Cunningham F et al, 2022). Mual dan muntah merupakan
gangguan yang paling sering kita jumpai pada kehamilan muda dan
dikeluhkan oleh 50 – 70% wanita hamil dalam 16 minggu pertama. Kurang
lebih 66% wanita hamil trimester pertama mengalami mual dan 44%
mengalami muntah (Rosyidah, 2019).
Keluhan mual dan muntah umumnya secara fisiologis dialami oleh ibu
pada kehamilan trimester pertama yaitu kurang lebih terjadi pada enam
minggu setelah hari pertama haid terakhir (HPHT) yang diduga karena
pengaruh kenaikan hormon secara fisiologik. Namun pada beberapa kasus,
kejadian mual dan muntah ini memberat dan berlanjut mempengaruhi
keadaan umum ibu hamil yang mengalaminya dan disebut dengan
hiperemesis gravidarum. Literatur lain juga menyebutkan bahwa hiperemesis
gravidarum adalah mual muntah berlebihan pada awal kehamilan yang
menyebabkan dehidrasi, gangguan metabolisme, penurunan berat badan,
alkaliosis (kehilangan HCL) dan hipokalemia. Kondisi Emesis Gravidarum
yang berkelanjutan bisa berakibat Hyperemesis Gravidarum (Smith & Roger,
2018).
Prevalensi hiperemesis gravidarum yang dikeluarkan oleh Kementrian
Kesehatan Republik Indonesia tahun 2017 angka kejadian hiperemesis
1
gravidarum di Indonesia adalah mulai dari 1% sampai 3% dari seluruh
kehamilan. Ibu hamil di Indonesia berjumlah 5.212.568 orang, dari jumlah
tersebut 14,8% ibu hamil mengalami hiperemesis gravidarum (Depkes RI,
2017).
Hiperemesis gravidarum dapat menyebabkan berbagai komplikasi yaitu
defisiensi nutrisi, robekan pada selaput lendir esofagus dengan hematemesis
atau yang dikenal juga sebagai sindrom Mallory-Weiss, efek psikososial
terganggu, invasif resusitasi, dan juga memberikan komplikasi pada janin
yaitu kelahiran bayi prematur dan BBLR (Berat Badan Lahir Rendah).4
Penyebab hiperemesis gravidarum masih belum diketahui dengan pasti dan
belum ada biomarker yang dapat mendiagnosis dan memprediksi
kejadiannya. Beberapa penelitian memperhitungkan korelasi dari kejadian
hiperemesis dengan perubahan hormonal seperti β-hCG, estrogen,
progesteron, tiroksin, kortisol pada ibu hamil yang diperkirakan sebagai
faktor penyebab (Dean CR et al, 2019).
Berdasarkan uraian data diatas penulis tertarik ingin menegetahui lebih
mendalam dan melakukan asuhan keperawatan pada pasien dengan kasus
hiperemesis gravidarum di ruang VK PONEK RSUD Dumai
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan permasalahan yang dijelaskan, maka rumusan masalah
dalam penulisan ini adalah, “Bagaimanakah asuhan keperawatan pada Ny. E
dengan Hiperemesis Gravidarum di ruang VK PONEK RSUD Dumai?”.
C. Tujuan
1. Tujuan Umum
Studi kasus ini bertujuan untuk mengetahui, menggambarkan dan
mengimplementasikan pelaksanaan praktik keperawatan maternitas yang
difokuskan pada pelaksanaan asuhan keperawatan secara komprehensif
pada kasus hiperemesis gravidarum pada ibu hamil.
2. Tujuan Khusus
a. Menggambarkan konsep tentang hiperemesis gravidarum
2
b. Mengidentifikasi penatalaksanaan pengkajian keperawatan pada ibu
hamil dengan hiperemesis gravidarum.
c. Mengidentifikasi penatalaksanaan diagnosis keperawatan pada ibu
hamil dengan hiperemesis gravidarum.
d. Mengidentifikasi penatalaksanaan intervensi keperawatan pada ibu
hamil dengan hiperemesis gravidarum.
e. Mengidentifikasi penatalaksanaan implementasi dan evaluasi kepera
watan pada ibu hamil dengan hiperemesis gravidarum.
D. Manfaat
1. Bagi Kelompok
Makalah ini dapat menggambarkan dan menambah wawasan ilmu pe
ngetahuan serta kemampuan penulis, disamping itu dapat memberikan pen
galaman dalam asuhan keperawatan ibu hamil dengan melakukan Asuhan
Keperawatan ibu hamil dengan hyperemesis gravidarum.
2. Bagi Institusi Pendidikan
Makalah ini diharapkan dapat memberikan gambaran dan wawasan u
ntuk pengembangan ilmu pengetahuan dalam asuhan keperawatan
maternitas.
3. Bagi Pelayanan Kesehatan
Makalah ini diharapkan dapat sebagai informasi untuk meningkatkan
kualitas asuhan keperawatan pada ibu yang mengalami hiperemesis
gravidarum dan meningkatkan kepuasan pasien. terutama ibu hamil dan
keluarga terhadap pelayanan keperawatan.
3
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
4
a. Peningkatan kadar serum korionik gonadotropin atau hormon esterogen
dengan cepat di dalam darah ibu hamil.
b. Faktor psikis, kematangan jiwa, dan penerimaan ibu tersebut terhadap
kehamilannya sangat berpengaruh kepada berat ringannya gejala.
c. Gejala mual muntah dapat juga disebabkan oleh gangguan saluran
cerna.
d. Selain merupakan refleksi gangguan intrinsik lambung, gejala mual
muntah dapat disebabkan oleh gangguan yang bersifat sentral di pusat
muntah (chemoreceptor trigger zone).
e. Gangguan keseimbangan hormon seperti HCG, tiroksin, kortisol,
esterogen, dan progesteron diperkirakan menjadi faktor penyebab yang
penting.
f. Perubahan metabolisme hati. Pada kasus berat, harus dipikirkan
gangguan kemungkinan fungsi hati, kandung empedu, pankreatitis, atau
ulkus peptikum.
5
bentuk ringan, pasien hanya merasa mual atau muntah pada pagi hari saja,
sementara pada siang hari pasien sudah membaik. Oleh sebab itu, penyakit
ini disebut morning sickness. Keadaan ini tidak mempengaruhi keadaan
umum penderita.
6
kadar hormon estrogen, progesterone (PG), prolaktin, tiroksin dan human
chorionic gonadotropin (β-hCG) dalam darah memberikan efek tonus otot
traktus digestivus mengalami penurunan, sehingga motitlitas seluruh
traktus juga akan ikut berkurang sehingga menurunnya kadar suatu peptida
hormonal akibat hormon progesterone (PG) yang diketahui memilki efek
dalam perangsangan otot-otot polos (Ning & Rasida, 2020)
Konsentrasi serum human chorionic gonadotropin (β-hCG) yang
meningkat dalam darah pada saat awal kehamilan mempengaruhi area otak
yang terlibat dalam mual dan muntah. Konsentrasi progesterone (PG) yang
juga memuncak di trimester pertama, berkombinasi dengan estrogen
menurunkan motilitas lambung, kontraktilitas otot, dan meningkat disritmia
lambung sehingga menimbulkan mual muntah pada kehamilan.3 Dehidrasi
dapat terjadi sebagai akibat kurangnya intake cairan yang masuk dan
banyaknya cairan yang keluar menyebabkan cairan ekstraseluler dan
plasma mengalami penurunan sehingga terjadi ketidakseimbangan
elektrolit. Hiperemesis gravidarum dapat mengakibatkan cadangan
karbohidrat terpakai habis sehingga untuk memenuhi kebutuhan energi,
tubuh berkompensasi dan terjadi oksidasi lemak yang tidak sempurna
menghasilkan benda keton. Keton mengalir dalam darah kemudian di
filtrasi di ginjal sehingga pada urin penderita hiperemesis gravidarum
tampak ketonuria (Smith & Roger, 2017).
7
6. Web of caution (WOC) Hiperemesis Gravidarum
7. Pemeriksaan Penunjang
a. Pemeriksaan laboratorium yang dapat dilakukan pada pasien
hiperemesis gravidarum:
1) Dipstik urin: Ketonuria (Keton +1 atau lebih), keton berdampak
buruk terhadap perkembangan janin
2) Pemeriksaan darah lengkap untuk mendeteksi penyulit seperti
anemia dan infeksi.
3) Ureum dan Kreatinin, dilakukan bila dicurigai ada gangguan ginjal
8
4) Elektrolit, pada muntah yang hebat bisa terjadi electrolyte
imbalance
5) Glukosa darah sewaktu (GDS), karena pasien yang mual-muntah
umumnya sulit makan sehingga bisa mengalami hipoglikemia
6) Fungsi tiroid (TSH, fT4)
7) Fungsi hati (SGOT,SGPT): perlu dibedakan antara peningkatan
yang normal terjadi pada hiperemesis gravidarum dan akibat
penyakit pada hati seperti hepatitis B atau penyebab lainnya
b. Pemeriksaan USG untuk memastikan kesejahteraan janin dan
memeriksa kemungkinan adanya kehamilan multipel atau penyakit
tropoblastik (Indriyani, 2013).
9
d. Dehidrasi, ditandai oleh turgor yang kurang dan lidah yang kering.
e. Adanya aseton dalam urine.
Terapi di Rumah Sakit ditujukan untuk:
a. Mengatasi dehidrasi dengan pemberian infus cairan.
b. Mengatasi kelaparan dengan pemberian glukosa secara infus atau
makanan berkalori tinggi dengan sonde hidung, penderita juga diberi
vitamin yang cukup.
c. Mengobati neurosis dengan psikoterapi dan sedatif.
Pada 24 jam pertama, ibu hamil tidak diberi apa – apa per oral.
Makanan diberikan per infus berupa glukosa 10% dan larutan garam
fisiologis. Cairan yang masuk dan keluar dicatat dengan teliti, termasuk
muntah. Cairan diberikan sebanyak ± 3000 cc sehari atau lebih menurut
kebutuhan ibu.
Ibu hamil juga dapat diberi obat-obatan melalui infus, berupa ACTH
20S, vitamin B1 200 mg, vitamin B6 200 mg, vitamin B12 150 mg dan
vitamin C 2000 mg, serta antimuntah. Penderita sedapat-dapatnya
diletakkan di dalam kamar tersendiri yang tenang dan bebas dari bau –
bauan. Untuk sementara, ibu hamil dilarang menerima kunjungan dari
tamu.
Setelah 24 jam, roti kkentang atau biskuit dapat diberikan sedikit-
sedikit setiap 2 – 3 jam. Minuman dapat dibrikan setiap 2 jam, tapi tidak
boleh melebihi 100 cc sekali minum. Teh yang panas akan sangat
membantu. Jika penderita tidak lagi muntah, berangsur – angsur makanan
lunak dengan nilai kalori lebih tinggi dan banyak mengandung vitamin
dapat diberikan. Cairan infus berangsur – angsur dapat dikurangi sesuai
kesanggupan pasien untuk makan dan minum (Azizah & Rosyidah, 2019).
10
Cairan tubuh yang semakin berkurang akibat muntah yang
berlebihan menyebabkan ketidakseimbangan elektrolit yang
berdampak pada penurunan perfusi jaringan dan nutrisi juga ikut
berkurang dan dapat menyebabkan terjadinya dehidrasi yang jika terus
berlanjut dapat terjadi syok. Muntah yang berkepanjangan, frekuensi
sering, dan kondisi yang berat akan berpotensi komplikasi fatal seperti
cidera ginjal akut, depresi, ruptur diafragma, ruptur esofagus,
komplikasi hiperalimentasi, hipokalemia (aritimia, cardiac arrest),
hipoprothrombinemia, Mallory-weiss sindrom, pneumothoraks,
pneumomediastinum, pneumopericardium, rhabdomiolisis, dan
menyebabkan ibu kekurangan vitamin B1 (tiamin) berisiko terjadinya
Wernicke’s encelopati (Dean CR et al, 2020).
Hiperemesis gravidarum dapat terjadi dehidrasi yang menyebabkan
ketidakseimbangan elektrolit seperti hipokalemia. Kalium diperlukan
untuk otot skelet dan otot jantung untuk berkontraksi, ketika terjadi
hipokalemia pada penderita hiperemesis gravidarum menyebabkan
interval QT memanjang, aritimia, dan henti jantung.3 Muntah yang
berlebihan yang berulang juga dapat melaserasi dinding esofagus yang
disebut dengan hematemesis dikenal sebagai sindrom Mallory-Weiss
(Dean CR et al, 2020)
Defisiensi vitamin, termasuk defisiensi vitamin B1 dapat
memperparah hiperemesis gravidarum dan berisiko terjadi komplikasi
encefalopati wernicke. Selain itu, defisiensi vitamin K pada malnutrisi
kronis dapat menyebabkan berbagai komplikasi ibu dan janin.
simpanan vitamin K cukup terbatas tetapi dapat menurun akibat
malabsorpsi lemak pada hiperemesis gravidarum. Dalam tinjau
sistematis, defisiensi vitamin K berperan pada co-factor koagulasi,
deposisi kalsium abnormal, pendarahan koagulapati neonatal, dan
embriopati. Defisiensi vitamin lain seperti cyanocobalamin dan
pyridoxine dapat menyebabkan anemia dan neuropati periferal (Pundir
J, 2020).
b. Komplikasi Janin
11
Kekurangan gizi yang parah menghambat pertumbuhan janin dan
meningkat risiko masalah prenatal.18 Sebuah studi menunjukkan
risiko hiperemesis gravidarum bagi janin diantaranya BBLR,
persalinan prematur, dan memungkinkan terjadi gangguan
kardiometabolik dan perkembangan saraf akibat malnutrisi pada
kehamilan.
B. Konsep Asuhan Keperawatan
1. Pengkajian
Pengkajian merupakan tahap yang sistematis dalam pengumpulan data
tentang individu, keluarga, dan kelompok dan menganalisisnya sehingga
dapat diketahui masalah dan kebutuhan perawatan bagi pasien (Nanda,
2015). Pengkajian harus dilakukan secara komperhensif terkait dengan
aspek biologis, psikologis, sosial, maupun spiritual.
a. Identitas
1) Identitas klien : nama, umur jenis kelamin, Status Agama,
Pendidikan, suku/bangsa, pekerjaan, alamat, nomor RM, dan status
Perkawinan.
2) Identitas Penanggung Jawab : nama, umur, pekerjaan, pendidikan,
suku, alamat, hubungan dengan klien.
b. Keluhan Utama
Pada pasien dengan hiperemesis gravidarum biasanya akan datang
dengan keluhan mual muntah terus-menerus yang mempengaruhi
keadaan umum penderita, Ibu merasa lemah, Nafsu makan tidak ada,
berat badan menurun, merasa nyeri pada epigastrium, tekanan darah
menurun, turgor kulit berkurang.
c. Riwayat Penyakit Sekarang
Tanyakan apakah pasien memiliki penyakit seperti hipertensi,
jantung, diabetes melitus, penyakit ginjal kronis, penyakit gastrtitis,
penyakit thypoid, atau ada riwayat keluarga yang mengalami
hiperemesis gravidarum berat.
1) Keluhan Utama
12
Pasien datang kerumah sakit dengan keluhan mual muntah terus-
menerus yang mempengaruhi keadaan umum penderita, Ibu merasa
lemah, Nafsu makan tidak ada, berat badan menurun, merasa nyeri
pada epigastrium, tekanan darah menurun, turgor kulit berkurang,
Mata cekung.
13
6) Riwayat ANC
Tanyakan pada pasien sudah berapa kali melakukan ANC selama
Kehamilan.
7) Kaji penyuluhan yang pasien dapatkan selama persalinan.
Tanyakan pada pasien penyuluhan apa saja yang ia dapatkan dari
pelayanan kesehatan terkait kehamilan saat ini.
8) Riwayat kontrasepsi
Tanyakan jenis alat kontrasepsi apa yang ibu pernah gunakan,
berapa lama kontrasepsi terpasang, dimana alat tersebut terpasang,
berapa lama menggunakan, tanyakan apakah ada masalah selama
penggunaan alat kontrasepsi.
e. Pola kebiasaan sehari-hari
1) Pola nutrisi
Hilangnya nafsu makan, mual muntah, perubahan berat badan,
penurunan turgor kulit, porsi makan.
2) Istirahat tidur
Tanyakan apakah ada kendala dalam istirahat tidur, berapa lama
tidur dalam sehari, apakah ada masalah yang dialami selama tidur,
apakah ada masalah dalam memulai tidur.
3) Pola eliminsi
Jumlah urine, lancar atau tidak, pakah ada gangguan selama
eliminasi, warna urine, bau, adanya perasaan sering berkemih
selama hamil.
4) Pola aktivitas
Tanyakan apakah terjadi gangguan aktifitas selama kehamilan,
kekuatan otot, apakah melakukan olahraga rutin selama kehamilan.
5) Personal Hygiene
Kebersihan pada daerah vulva, apakah terdapat keputihan yang
berlebihan atau pendarahan.
14
6) Integritas ego: Konflik interpersonal keluarga, kesulitan ekonomi,
perubahan persepsi tentang kondisinya, kehamilan tak
direncanakan.
7) Pernafasan: Frekuensi pernapasan meningkat.
8) Keamanan: Suhu kadang naik, badan lemah, ikterus, dan dapat jatuh
dalam koma
9) Seksualitas: Penghentian menstruasi, bila keadaan ibu
membahayakan maka dilakukan abortus terapeutik.
10) Interaksi sosial: Perubahan status kesehatan/stressor kehamilan,
perubahan peran, respon anggota keluarga yang dapat bervariasi
terhadap hospotalisasi dan sakit, system pendukung yang kurang.
11) Pembelajaran dan penyuluhan: Apa yang diketahui pasien dan
keluarga terkait kondisi mual muntah yang berlebihan selama masa
kehamilan, beserta dampak yang timbul jika terjadi secara terus
menerus. Serta mengkaji apakah pasien dan keluarga mendapatkan
informasi terkait mual muntah akibat hiperemesis gravidarum.
f. Pemeriksaan Fisik
1) Pemeriksaan umum: Keadaan Umum, kesadaran, berat badan
sebelum hamil, tinggi badan, LILA, IMT.
2) Tanda-tanda vital Meliputi: tekanan darah, nadi, pernapasan, dan
Suhu.
a) Pemeriksaan Head toe to
1) Keadaan umum
Keadaan umum Klien tampak lemah, tidak bergairah,
tampak meringis, dan beraktivitas di tempat tidur.
2) Kulit/integument
Warna kulit pasien, tekstur terdapat edema atau tidak, turgor
menurun dan ukur suhu tubuh.
3) Kepala dan rambut
Kaji kebersihan kepala pasien, warna rambut, distribusi,
rambut pendek atau panjang.
4) Kuku
15
Warna bantalan kuku berwarna, kuku tangan dan kaki bersih
atau tidak dan pendek atau panjang.
5) Mata/penglihatan
Bentuk mata, refleks cahaya normal, kedua pupil isokhor/an
isokor, akomodasi, konjungtiva anemis/tidak ademis, fungsi
penglihatan, ada peradangan.
6) Hidung/penciuman
Hidung Simetris/tidak, bentuk hidung, ada serumen atau
tidak, fungsi penciuman.
7) Mulut dan gigi
Bibir kering, lidah kotor, fungsi pengecapan kurang, lida
kering.
8) Leher
Ada/Tidak ada pembesaran kelenjar tiroid, dan ada
pembesaran kelenjar limfa atau tidak, kaku atau tidak.
9) Dada
Bentuk pernapasan, suara napas, bentuk dada, frekuensi
pernafasan, ictus kordis, bunyi jantung, denyut apeks teraba
atau tidak.
10) Abdomen Tidak ada massa, tidak ada pembesaran hepar,
bising usus (+), pembesaran uterus karena kehamilan.
Pemeriksaan Leopod:
Leopod I: Untuk menentukan usia kehamilan dan juga untuk
mengetahui bagian janin apa yang terdapat di fundus uteri
(bagian atas perut ibu).
Leopod II: Untuk menentukan bagian janin yang berada
pada kedua sisi uterus, pada letak lintang tentukan di mana
kepala janin.
Leopod III: Untuk menentukan bagian janin apa (kepala atau
bokong) yang terdapat di bagian bawah perut ibu
16
Lepold IV: Apakah bagian janin tersebut sudah memasuki
pintu atas panggul (PAP).
11) Genitalia
Apakah ada keputihan, atau pendarahan , varises vagina,
lender yang banyak, warna, pembesaran kelenjar bartolin,
penyakit infeksi genital.
17
kesejahteraan janin dan memeriksa kemungkinan adanya kehamilan
multipel atau penyakit tropoblastik (Nanda, 2015).
2. Diagnosa Keperawatan
a. Hipovolemia berhubungan dengan kehilangan cairan aktif
b. Defisit nutrisi berhubungan dengan ketidak mampuan mengabsorbsi
nutrien
c. Intoleransi aktivitas berhubungan dengan kelemahan (SDKI, 2018)
3. Intervensi Keperawatan
DIAGNOSA
TUJUAN & KRITERIA
KEPERAWAT INTERVENSI KEPERAWATAN
HASIL
AN
1. Hipovolemia berhubungan dengan kehilangan cairan aktif
18
Perasaan lemas Manajemen Hipovolemia
menurun Observasi
Membrane mukosa Periksa tanda dan gejala hipovolemia (mis. Frekuensi nadi
membaik meningkat, nadi teraba lemah, tekanan darah menurun, tekanan
Berat badan membaik nadi menyempit, turgor kulit menurun, membrane mukosa kering,
volume urin menurun, hematocrit meningkat, haus, lemah)
Monitor intake dan output cairan
Terapeutik
Hitung kebutuhan cairan
Edukasi
Anjurkan memperbanyak asupan cairan oral
Anjurkan menghindari perubahan posisi mendadak
Ajarkan penggunaan teknik nonfarmakologi untuk mengatasi
mual (relaksasi dengan aromaterapi lavender, lemon dan dengan
minuman jahe)
Kolaborasi
Kolaborasi pemberian pemberian cairan IV isotonis (mis. NaCl,
RL), jika perlu
Kolaborasi pemberian pemberian cairan IV hipotonis (mis.
Glukosa 2,5%, NaCl 0,4% ), jika perlu
2. Defisit nutrisi Setelah dilakukan intervensi Manajemen Nutrisi
berhubungan dengan keperawatan diharapkan status Observasi
ketidakmampuan nutrisi membaik dengan Identifikasi status nutrisi
mengabsorbsi nutrien kriteria hasil: Identifikasi alergi dan intoleransi
Porsi makanan yang makanan
dihabiskan meningkat Identifikasi makanan yang disukai
Kekuatan otot penguyah Identifikasi kebutuhan kalori dan
meningkat jenis nutrient
BB membaik Identifikasi perlunya penggunaan
19
Monitor asupan makanan
Monitor berat badan
Monitor hasil pemeriksaan
laboratorium
Terapeutik
Lakukan oral hygiene sebelum
makan, jika perlu
Fasilitasi menentukan pedoman
diet (mis. Piramida makanan)
Sajikan makanan secara menarik dan
suhu yang sesuai
Berikan makan tinggi serat untuk
mencegah konstipasi
Berikan makanan tinggi kalori dan
tinggi protein
Berikan suplemen makanan, jika
perlu
Hentikan pemberian makan melalui
selang nasogastrik jika asupan oral
dapat ditoleransi
Edukasi
Anjurkan posisi duduk, jika mampu
Ajarkan diet yang diprogramkan
Kolaborasi
Kolaborasi pemberian medikasi
sebelum makan (mis. Pereda nyeri,
antiemetik), jika perlu Kolaborasi
dengan ahli gizi untuk menentukan
jumlah kalori dan jenis nutrient yang
dibutuhkan, jika perlu
20
3. Intoleransi Setelah dilakukan tindakan Manajemen Energi
aktivitas keperawatan, diharapkan Observasi
berhubungan status cairan membaik dengan Identifikasi gangguan fungsi tubuh
dengan kriteria hasil: yang mengakibatkan kelelahan
kelemahan Frekuensi nadi meningkat Identifikasi adanya nyeri atau
Keluhan lelah menurun keluhan fisik lainnya
Monitor kulit terhadap pucat,
sianosis, belang, kulit dingin/lembab
sesuai keadaan pasien
Monitor kelelahan fisik dan
emosional
Edukasi :
Anjurkan tirah baring
Anjurkan melakukan aktivitas secara
bertahap
Jelaskan tidur cukup selama sakit
Teraupetik
Sediakan lingkungan yang nyaman
dan rendah stimulus
Lakukan latihan rentang gerak pasif
dan/atau aktif
Fasilitasi duduk disisi tempat tidur
jika tidak dapat
berpindah atau berjalan
Kolaborasi
Kolaborasi pemberian obat sesuai
indikasi
4. Implementasi Keperawatan
Tindakan Keperawatan adalah perilaku atau aktivitas spesifik yang
dikerjakan oleh perawat untuk mengimplementasikan intervensi
keperawatan (Tim Pokja SIKI DPP PPNI, 2018). Implementasi
21
keperawatan merupakan sebuah fase dimana perawat melaksanakan
rencana atau intervensi yang sudah dilaksanakan sebelumnya. Tahap ini
akan muncul bila perencanaan diaplikasikan pada subjek.
5. Evaluasi Keperawatan
Evaluasi adalah tahap akhir dari proses keperawatan yang merupakan
perbandingan yang sistematis dan terencana antara hasil akhir yang
teramati dan tujuan atau kriteria hasil yang dibuat pada tahap perencanaan
(Asmadi, 2018). Hasil evaluasi terdiri dari evaluasi formatif dan evaluasi
sumatif. Evaluasi formatif yaitu menghasilkan umpan balik selama
program berlangsung, sedangkan evaluasi sumatif dilakukan setelah
program selesai dan mendapatkan informasi efektifitas pengambilan
keputusan. Format yang dapat digunakan untuk evaluasi keperawatan yaitu
format SOAP yang terdiri dari:
a. Subjective, yaitu pernyataan atau keluhan dari subjek.
b. Objective, yaitu data yang diobservasi oleh perawat dan keluarga.
c. Analysis, yaitu kesimpulan dari subjektif dan objektif (biasanya ditulis
dalam bentuk masalah keperawatan). Ketika menentukan apakah tujuan
telah tercapai, perawat dapat menarik satu dari tiga kemungkinan
simpulan, yaitu:
1) Tujuan tercapai, yaitu respon klien sama dengan hasil yang
diharapkan
2) Tujuan tercapai sebagian, yaitu hasil yang diharapkan hanya
sebagian yang berhasil dicapai
3) Tujuan tidak tercapai
d. Planning, yaitu rencana tindakan yang akan dilakukan berdasarkan
analisis
22
BAB III
KASUS KELOLAAN
GAMBARAN KASUS
Ny. E usia 29 tahun sebagai ibu rumah tangga yang tinggal di jalan
sabar menanti, dumai selatan bersama suaminya. Ny. E sedang hamil
anak ke 5 (G5 P2 A2 H2) dengan usia kehamilan 6 minggu. Pada tanggal
5 Oktober 2023 Ny. E datang ke PONEK RSUD Dumai dengan rujukan
dari Bidan Irma (Jl. Sabar Menanti) pukul 19.45. Saat dilakukan
pengkajian pasien mengeluh pusing, dan badan terasa lemas. Ny.E
mengeluh sering mual muntah dan dalam sehari mual muntahnya bisa
sampai lebih dari 10 kali. Mual dan muntah dirasakan sejak 2 hari yang
lalu. Ny.E mengatakan makan tidak selera karena takut mual dan muntah
sehingga membuat ibu merasa lemas. Ny. E mengatakan sudah minum
air putih sebanyak 600 ml dari jam 6 pagi. Ny. E juga mengatakan bahwa
ia demam sejak 3 hari yang lalu sampai sekarang. Ibu mengatakan BAK
normal dan lancar hari ini BAK sudah 4 kali. Ibu mengatakan tidur juga
terganggu karena demam yang dirasakan dan mengigil pada malam hari.
23
Tidur tidak nyenyak dan sering terbangun pada malam hari. Klien rutin
kontrol kehamilan ke pelayanan kesehatan setiap 1 kali sebulan. Pasien
mengatakan ibunya dahulu juga pernah mual-muntah parah sampai di
infus dan tidak ada mempunyai penyakit keturunan seperti hipertensi dan
DM.
Pemeriksaan tanda-tanda vital didapatkan tekanan darah 133/95
mmHg, nadi 124 x/i, pernafasan 22 x/i, suhu 38,8C, BB: 65 kg, TB: 158
cm. Wajah tampak pucat, konjungtiva tidak anemis, skelera tidak ikterik.
Hidung simetris kiri kanan dan tidak ada pernapasan cuping hidung.
Mukosa bibir pucat dan kering, tercium bau keton dari mulut pasien.
Pada pemeriksaan dada didapatkan payudara simetris kiri kanan, papila
mamae menonjol, tidak ada lecet, tidak ada pembengkakan dan tampak
bersih, belum keluar ASI. Tidak dilakukan pemeriksaan Leopold karena
kehamilan masih Trimester 1.
A. Pengkajian Keperawatan
24
Alamat Jl. Sabar Menanti, Dumai Selatan
Diagnosa Medis
G5 P2 A2 H2 Usia Kehamilan 6 Minggu
Sekarang dalam sehari mual muntahnya bisa sampai lebih dari 10 kali.
Mual dan muntah dirasakan sejak 2 hari yang lalu. Ny. E
mengatakan makan tidak selera karena takut mual dan
muntah sehingga membuat ibu pusing dan merasa lemas.
Ny. E mengatakan sudah minum air sekitar 600ml. Ny. E
juga mengatakaan bahwa ia demam sejak 3 hari yang lalu.
Ibu mengatakan BAK normal dan lancar hari ini BAK sudah
4 kali. Ibu mengatakan tidur juga terganggu karena demam
yang dirasakan dan mengigil pada malam hari. Tidur tidak
nyenyak dan sering terbangun pada malam hari.
25
dan
Lingkungan
Pemeriksaan
1. Rambut : Bersih, rambut panjang, tidak ada rontok
Fisik
2. Mata: Normal, konjungtiva anemis (-) ikterik (-/-).
3. Wajah : Pucat
4. Hidung: Normal, tidak ada gangguan.
5. Mulut: Mukosa bibir kering pucat, tercium bau keton
6. Gigi: Gigi lengkap, tidak ada yang berlubang
7. Telinga: Bersih, tidak ada gangguan pendengaran.
8. Leher: Tidak ada benjolan/pembengkakan
9. Dada :
Inspeksi: payudara sama kiri-kanan
Palpasi: teraba hangat, tidak ada pembengkakan,
tidak ada nyeri tekan
Perkusi: sonor
Auskultasi: lup-dup
10. Paru-paru: Pergerakan diding dada simetris,
bentuk dada normal, bunyi paru vesikuler.
11. Abdomen: tidak ada lesi/pembengkakan, bising
usus (+), tidak ada nyeri tekan
12. Genitalia: Normal, ada keluar keputihan warnanya
putih susu tidak berbau.
13. Ekstremitas
Atas: Normal, akral hangat, oedem (-), CRT <3
detik
Bawah: Normal, akral hangat, oedem (-).
14. Eliminasi
BAK: 5-6 kali sehari
BAB: 1x sehari
b. Istirahat dan Kenyamanan
Keluhan istirahat dan tidur: klien mengatakan tadi
26
malam tidurnya kurang nyenyak karena demam yang
dirasakan dan mengigil pada malam hari.
h. Mobilisasi dan Latihan
Tingkat mobilisasi: Ny.E mampu berjalan sendiri.
i. Nutrisi dan Cairan
Asupan nutrisi kurang, Ny.E makan 2 kali sehari
kadang 3 kali namun sering tidak habis dan sering mual
dan muntah. Minum Ny.E jika haus.
Kesadaran pasien komposmentis, skor GCS 15
Pemeriksaan (E4,M6,V5) TTV pasien yaitu, TD: 133/95 mmhg, RR: 22
TTV x/menit, nadi: 124 x/menit, suhu : 38,8c
B. Analisa Data
27
bisa sampai 10 kali. Nausea (mual muntah)
- Ny.E mengatakan makan
tidak selera karena takut
Dehidrasi
mual dan muntah
DO:
Kekurangan cairan berlebih
- Ny.E terlihat lemas
- membran mukosa kering
Hipovolemia
- BB sebelum hamil: 58kg
- BB saat hamil: 52 kg
- TD: 133/95 mmHg
- Nadi: 124x/menit
Output meningkat
Dehidrasi
28
Suhu tubuh meningkat
Hipertermi
C. Diagnosa Keperawatan
D. Intervensi keperawatan
DIAGNOSA
NO SLKI SIKI
KEPERAWAT
AN
1.
29
Perasaan lemas menurun
Manajemen Hipovolemia
Membrane mukosa
Observasi
membaik
Periksa tanda dan gejala hipovolemia (mis. Frekuensi nadi
Berat badan membaik meningkat, nadi teraba lemah, tekanan darah menurun,
tekanan nadi menyempit, turgor kulit menurun, membrane
mukosa kering, volume urin menurun, hematocrit meningkat,
haus, lemah)
Monitor intake dan output cairan
Terapeutik
Hitung kebutuhan cairan
Edukasi
Anjurkan memperbanyak asupan cairan oral
Anjurkan menghindari perubahan posisi mendadak
Ajarkan penggunaan teknik nonfarmakologi untuk mengatasi
mual (relaksasi dengan aromaterapi lavender, lemon dan
dengan minuman jahe)
Kolaborasi
Kolaborasi pemberian pemberian cairan IV isotonis (mis.
NaCl, RL), jika perlu
Kolaborasi pemberian pemberian cairan IV hipotonis (mis.
Glukosa 2,5%, NaCl 0,4% ), jika perlu
30
Perasaan lemas menurun
Manajemen Hipertermia
Membrane mukosa
Observasi :
membaik
Identifikasi penyebab hipertermia (dehidrasi)
Berat badan membaik
Monitor suhu tubuh
Monitor komplikasi akibat hipertermia
Tarapeutik:
Sediakan lingkungan yang dingin
Longgarkan atau lepaskan pakaian
Berikan cairan oral (mineral)
Edukasi:
Anjurkan tirah baring
Kolaborasi:
Pemberian cairan dan elektrolit intravena
31
Mengevaluasi teknik Ibu tampak pucat
farmakologi pemberian lemas
obat mual dan muntah Mukosa bibir kering
(Ondansetron) dan pucat
Tercium bau aseton
Terapeutik
dari mulut klien
Melakukan pemberian
TD: 137/95 mmHg
infus RL (20 tpm)
N: 124 x/i
Edukasi
A: Masalah keperawatan
Menganjurkan keluarga
belum teratasi
untuk membantu klien
memperbanyak asupan
P: Intervensi dilanjutkan
cairan oral sebanyak
oleh perawat ruangan
2L/Hari, secara
untuk memonitor intake
bertahap sedikit tapi
dan output cairan klien.
sering.
32
Suhu tubuh: 38,8
A: Masalah keperawatan
belum teratasi
P: Intervensi dilanjutkan
oleh perawat ruangan
untuk memonitor suhu
tubuh dan memberikan
PCT jika suhu tubuh
belum ada perubahan.
33
BAB IV
PEMBAHASAN
34
Pada pengkajian Ny.E berdasarkan klasifikasi termasuk dalam
hiperemesis gravidarum tingkat 2 dengan tanda gejala yang ada pada yaitu
muntah lebih 10 kali dalam sehari, lidah mengering, wajah pucat, mukosa
bibir kering dan pucat, haus berat, pusing dan lemas, nadi lemah dan cepat
(takikardi), penurunan berat badan, oliguria, bilirubin dan aseton dapat
tercium dalam hawa pernafasan penderita. Menurut Atiqoh, 2022 klasifikasi
hiperemesis gravidarum terbagi menjadi : grade I, grade II dan grade III
sesuai dengan keluhan yang dirasakan oleh klien.
B. Diagnosa Keperawatan
Pada penelitian ini diagnosa keperawatan utama yang ditegakkan pada
pasien Ny. E adalah Hipovolemia b.d kehilangan cairan aktif, dikarenakan
klien muntah dan mual sudah lebih dari 10 kali. Pemeriksaan fisik pada klien
wajah tampak pucat, mukosa bibir kering dan pucat, serta tercium baut keton
dari mulut pasien. Kondisi tersebut mengacu pada kehilangan cairan tubuh
(dehidrasidan/atauhipovolemia) yang terjadi ketika ekskresi cairan melebihi
asupan cairan, misalnya karena asupan cairan yang tidak mencukupi dan
muntah yang berlebihan.
Diagnosa keperawatan kedua yang diangkat adalah Hipertermia b.d
dehidrasi. Ny.E mengatakan merasa pusing dan badan terasa lemas, Ny.E
juga mengatakan sudah demam sejak 3 hari yang lalu. Dari data objektif
didapatkan Ibu terlihat lemas, membran mukosa kering, wajah tampak pucat,
suhu 38,8 C, BB sebelum hamil: 58kg, BB saat hamil: 52 kg dan plano test
positif.
C. Intervensi Keperawatan
Perencanaan pada diagnosa keperawatan keperawatan hipovolemia
b.d kekurangan cairan aktif,
Intervensi keperawatan yang dilakukan pada pasien dengan diagnosa
hipertermia b.d dehidrasi bertujuan agar suhu tubuh berada pada rentang
normal. Rencana keperawatan yang dilakukan adalah manajemen hipertermia,
seperti monitor suhu tubuh, identifikasi penyebab hipertermia (dehidrasi,
monitor komplikasi akibat hipertermia, sediakan lingkungan yang dingin,
longgarkan atau lepaskan pakaian pasien, berikan cairan oral, berikan oksigen
35
(jika perlu), anjurkan tirah baring, dan kolaborasi pemberian cairan dan
elektrolit intravena.
D. Implementasi dan Evaluasi
Keperawatan Rohmah & Walid (2012) Implementasi adalah realisasi rencana
tindakan untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan. Implementasi
keperawatan adalah tahap ketika perawat mengaplikasikan asuhan
keperawatan dalam bentuk intervensi keperawatan guna membantu klien
mencapai tujuan yang telah ditetapkan.
1. Pada masalah pertama yaitu hipovolemia b.d kehilangan cairan aktif,
implementasi yang sudah diberikan adalah memeriksa tanda dan gejala
hipovolemia (mis. Frekuensi nadi meningkat, nadi teraba lemah,
membrane mukosa kering dan pucat, meningkat, dan lemah).
Mengidentifikasi intake cairan klien. Mengevaluasi penggunaan teknik
farmakologi untuk mengatasi mual dan menganjurkan memperbanyak
asupan cairan oral serta menganjurkan menghindari perubahan posisi
mendadak. Hasil yang didapatkan selama 45 menit ibu mengatakan sudah
melakukan diberikan teknik farmakologi untuk mengurangi mual/muntah,
yaitu pemberian ondan secara IV 3x6 mg, Masalah belum teratasi.
Intervensi di lanjutkan oleh perawat ruangan karena klien dipindahkan ke
ruangan kebidanan.
2. Pada masalah kedua yaitu hipertermia b.d dehidrasi, implementasi yang
sudah diberikan adalah memonitor suhu tubuh, melonggarkan pakaian ibu,
menganjurkan untuk memberikan cairan oral, dan memberikan edukasi
mengenai kompres hangat untuk penurunan suhu tubuh. Hasil yang
didapatkan selama 45 menit ibu mengatakan sudah diberikan teknik
farmakologi untuk mengatasi hipertermi yaitu dengan paracetamol infus.
Masalah belum teratasi. Intervensi di lanjutkan oleh perawat ruangan
karena klien dipindahkan ke Irna kebidanan.
36
BAB V
PENUTUP
A. Kesimpulan
Setelah menguraikan beberapa bab mengenai asuhan keperawatan
pada Ny.E dengan hyperemesis gravidarum pada tanggal 05 Oktober
2023, maka dengan ini dapat menarik kesimpulan sesuai denagn tahap-
tahap sebagai berikut:
1. Pengkajian asuhan keperawatan pada klien dengan penderita hyperemesis
gravidarum di VK PONEK RSUD Dumai. Pengkajian yang didapatkan Ny.E
mengatakan sering mual muntah jika mencium bau yang tidak sedap, seperti
bau di dapur, bawang dan bau busuk lainnya. Dalam sehari mual muntahnya
bisa sampai lebih 10 kali. Ny.E juga sudah demam sejak 3 hari yang lalu dan
mengeluh pusing dan badan terasa lemah.
2. Diagnosa asuhan keperawatan pada klien dengan hyperemesis gravidarum di
VK PONEK RSUD Dumai yaitu: Hipovolemia b.d kehilangan cairan aktif,
dan Hipertermia b.d dehidrasi.
3. Perencanaan asuhan keperawatan pada klien dengan hyperemesis gravidarum
di VK PONEK RSUD Dumai, semua perencanaan dapat diterapkan pada
tinjauan kasus.
4. Implementasi asuhan keperawatan pada klien dengan hyperemesis
gravidarum di VK PONEK RSUD Dumai, dilakukan sesuai dengan
kebutuhan dan keadaan yang dialami oleh Ny.E
5. Evaluasi pada klien dengan hyperemesis gravidarum di VK PONEK RSUD
Dumai dengan diagnosa utama Hipovolemia b.d kehilangan cairan aktif
dapat disimpulkan bahwa masalah belum teratasi.
B. Saran
1. Bagi Mahasiswa
Diharapkan bagi mahasiswa agar dapat mencari informasi dan
memperluas wawasan mengenai klien dengan hyperemesis gravidarum
karena dengan adanya pengetahuan dan wawasan yang luas mahasiswa akan
37
mampu mengembangkan diri dalam masyarakat dan memberikan pendidikan
kesehatan bagi masyarakat mengenai hyperemesis gravidarum, dan fakor –
faktor pencetusnya serta bagaimana pencegahan untuk kasus tersebut.
2. Bagi Institusi
Bagi institusi pelayanan kesehatan, memberikan pelayanan dan
mempertahankan hubungan kerja yang baik antara tim kesehatan dan pasien
yang ditujukan untuk meningkatkan mutu asuhan keperawatan yang optimal.
38
DAFTAR PUSTAKA
39
Ning, Rasida. (2020). Kupas Tuntas Hiperemesis Gravidarum. Jakarta: Onepeach
media.
Pundir, J. (2020). Hyperemesis Gravidarum. Part 1 MRCOG Revision Notes and
Sample SBAs.;188–190.
Reeder, J. Sharon, Dkk. (2014). Keperawatan maternitas kesehatan wanita, bayi
Rosyidah, R & Azizah, N. (2019). Buku ajar: obstetri pathologi (pathologi dalam
kehamilan). Sidoarjo: Umsida Press
SDKI. (2018). Standar diagnosa keperawatan indonesia : definisi dan indikator
diagnostik. Jakarta: PPNI.
Setiawati, S. E. Dan Ramadhian, R. (2016). Penatalaksanaan Mual Dan Muntah
Padahiperemesis Gravidarum. Sugma, J Medulaunila, 5(1), Pp. 131–134.
SIKI DPP PPNI. (2018). Standar Intervensi Keperawatan Indonesia : Definisi
Dan Tindakan Keperawatan, (Edisi 1), Jakarta. PPNI.
SLKI DPP PPNI. (2018). Standar intervensi keperawatan indonesia : Definisi
Dan Tindakan Keperawatan, (Edisi 1), Jakarta. PPNI.
Smith, Roger. (2017). Netter’s Obstetrics and Ginecology 3nd edition. Elsevier
40
41