Anda di halaman 1dari 61

LAPORAN STASE ASUHAN KEBIDANAN

PADA MASA KEHAMILAN FISIOLOGIS

ASUHAN KEBIDANAN IBU HAMIL TRIMESTER I PADA “NY.C” USIA


KEHAMILAN 16-18 MINGGU G2P1A0H1 DENGAN KEK
DI PMB Bdn.Hj.ATMAWATI,S.ST

Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat Menyelesaikan Stase Asuhan Kebidanan


Pada Masa Kehamilan Fisiologis Pada Program Studi Profesi Bidan
Fakultas Ilmu Kesehatan Universitas Sumatera Barat

Oleh :
Vani Afrianti
NIM. 221015901093

PRODI PROFESI BIDAN FAKULTAS ILMU KESEHATAN


UNIVERSITAS SUMATERA BARAT
TAHUN 2023

i
LEMBAR PENGESAHAN

LAPORAN AKHIR STASE INI TELAH DI SETUJUI UNTUK


DIPERTAHANKAN PADA UJIAN STASE ASUHAN KEBIDANAN PADA
MASA KEHAMILAN FISIOLOGIS

Mengesahkan:

Klinical Instruktur Lapangan Dosen Pembimbing

Bdn.Hj.Atmawati,S.ST Endang Sari, S.ST, M. Keb


NIDN : 1024048704

Mengetahui,
Ketua Program Studi Profesi Bidan

Rahmatul Ulya, S.ST, M. Keb


NIDN.1010048907

ii
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah memberikan berbagai

kemudahan, petunjuk serta karunia yang tak terhingga sehingga penulis dapat

menyelesaikan Laporan Tugas Akhir stase asuhan kebidanan pada Asuhan Kebidanan

Kehamilan Fisiologis.

Laporan Tugas Akhir Stase ini penulis susun untuk memenuhi salah satu

persyaratan menyelesaikan stase asuhan kebidanan pada Asuhan Kebidanan

Kehamilan Fisologis.

Profesi Bidan Fakultas Ilmu Kesehatan Universitas Sumatera Barat . Pada

kesempatan kali ini penulis menyampaikan terimakasih kepada Ibu/ Bapak yang telah

membimbing penulis dalam menyusun Laporan Tugas Akhir Stase. Ucapan terima

kasih juga penulis sampaikan kepada yang terhormat:

1. Ibu dr. Puthi Dwi Untari, MKM, selaku Ketua Yayasan Pendidikan Sumatera

Barat.

2. Ibu Dr. Hj. Nurtati, SE, MM sebagai Rektor Universitas Sumatera Barat

3. Ibu Ns. Dini Qurrata Ayuni, S.Kep. M.Kep selaku Dekan Fakultas Ilmu Kesehatan

4. Ibu Rahmatul Ulya S.ST, M.Keb, selaku Ketua Program Studi Profesi Bidan

Kebidanan Fakultas Ilmu Kesehatan Universitas Sumatera Barat.

5. Ibu Endang Sari, S.ST, M.Keb selaku dosen Pembimbing di Stase Asuhan

Kehamilan Fisiologis.

iii
6. Ibu Bdn.Hj.Atmawati, S.ST selaku CI Lapangan yang telah memberikan

bimbingan pada stase asuhan kebidanan pada Asuhan Kebidanan Kehamilan

Fisiologis.

7. Bapak/Ibu dosen pengajar beserta staf Prodi Profesi Bidan Fakultas Ilmu

Kesehatan Universitas Sumatera Barat beserta seluruh karyawan dan karyawati

yang telah memberikan ilmu pengetahuan dan layanan selama perkuliahan.

8. Kedua orang tuaku tercinta, suami dan anak yang telah memberikan dukungan

baik moril maupun materil, serta doa dan kasih sayang yang tiada kira dalam

setiap langkah kaki penulis sehingga penulis dapat menyelesaikan Laporan Tugas

Akhir ini.

9. Teman-Teman Program Studi Profesi Bidan Fakultas Ilmu Kesehatan Universitas

Sumatera Barat yang telah ikut berpartisipasi dan memberikan motivasi dalam

penyususnan Tugas Akhir Stase ini.

Penulis menyadari bahwa dalam penyusunan Laporan Tugas Akhir Stase ini

masih jauh dari kesempurnaan, hal ini karena adanya kekurangan dan keterbatasan

kemampuan. Oleh karena itu, segala kritik dan saran yang bersifat membangun sangat

penulis harapkan demi kesempurnaan Laporan Tugas Akhir Stase ini. Penulis

berharap Laporan Tugas Akhir Stase ini dapat bermanfaat bagi semua pihak

khususnya di bidang kebidanan. Akhir kata penulis mengucapkan terimakasih.

Lubuk Alung, Februari 2023

Penulis

iv
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL........................................................................................................ i
HALAMAN JUDUL DALAM....................................................................................... ii
PERNYATAAN PERSETUJUAN............................................................................... iii
ABSTRAK..................................................................................................................... iv
KATA PENGANTAR................................................................................................... vi
DAFTAR ISI............................................................................................................... viii
DAFTAR TABEL............................................................................................................ x
DAFTAR SKEMA........................................................................................................ xi
DAFTAR LAMPIRAN................................................................................................ xii
BAB I PENDAHULUAN................................................................................................ 1
A. Latar Belakang..................................................................................................... 1
B. Tujuan.................................................................................................................. 7
C. Manfaat................................................................................................................ 7
BAB II TINJAUAN PUSTAKA..................................................................................... 9
A. Kehamilan............................................................................................................ 9
B. Riwayat KEK..................................................................................................... 18
C. Konsep Manajemen Asuhan Kebidanan Pada Ibu Hamil……………………...
D. Kehamilan Dengan KEK……………………………………………………
BAB III TINJAUAN KASUS...................................................................................... 38

BAB IV PEMBAHASAN...................................................................................................

BAB V PENUTUP......................................................................................................... 69
A. Kesimpulan......................................................................................................... 69
B. Saran.................................................................................................................. 69

DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Kehamilan merupakan suatu perubahan dalam rangka melanjutkan

keturunan yang terjadi secara alami, menghasilkan janin yang tumbuh didalam

rahim ibu, dan selanjutnya dapat dijelaskan tingkat pertumbuhan dan besarnya

v
janin sesuai usia kehamilan, pada setiap dilakukan pemeriksaan kehamilan

(Muhimah dan Safe’i, 2016). Kehamilan merupakan suatu proses yang akan

menyebabkan terjadinya perubahan fisik, mental, dan sosial yang dipengaruhi

beberapa faktor fisik, psikologis, lingkungan, sosial budaya serta ekonimi.

Pada masa kehamilan terdapat berbagai komplikasi atau masalah-masalah yang

terjadi, seperti halnya mual dan muntah yang sering dialami pada ibu hamil

yang merupakan salah satu gejala awal kehamilannya (Detty Afrianti, 2018).

Kekurangan Energi Kronis (KEK) adalah salah satu keadaan malnutrisi.

Ibu KEK menderita kekurangan makanan yang berlangsung menahun (kronik)

yang mengakibatkan timbulnya gangguan kesehatan pada ibu secara relatif atau

absolut satu atau lebih zat gizi (Sipahutar, dkk., 2013). Kekurangan Energi

Kronis (KEK) adalah salah satu keadaan malnutrisi atau keadaan patologis

akibat kekurangan secara relatif atau absolut satu atau lebih zat gizi (Supariasa,

2013). Kekurangan Energi Kronis (KEK) adalah kekurangan energi yang

memiliki dampak buruk terhadap kesehatan ibu dan pertumbuhan

perkembangan janin. Ibu hamil dikategorikan KEK jika Lingkar Lengan Atas

(LILA) < 23,5 cm (Muliarini, 2015).

Ibu hamil perlu asupan zat besi yang lebih banyak dari biasanya karena untuk

memenuhi kebutuhan dirinya dan janin di dalam kandungan.

Sayangnya, sampai saat ini masih banyak ibu hamil yang kekurangan zat besi pada

ibu hamil sangat sering terjadi. Menurut data dari WHO, lebih dari 40% ibu hamil

mengalami kekurangan zat besi.

vi
Hal ini karena bayi yang berada dalam kandungan menyerap zat besi dari tubuh ibu.

Akibatnya ibu menjadi kekurangan zat besi dan mengalami anemia.

Kekurangan zat besi yang parah dapat berisiko kematian pada bayi, baik saat masih

dalam kandungan ataupun setelah dilahirkan.

Kebanyakan dokter memeriksa pada trimester pertama dan sekali lagi pada trimester

ketiga untuk memastikan anemia tidak terjadi.

Jika jumlah darah ibu rendah, dokter akan meresepkan suplemen zat besi sebagai

pendamping vitamin selama masa kehamilan.

ndonesia memiliki masalah terhadap angka kematian ibu (AKI) yang cukup
tinggi yaitu
sebesar 359 per 100.000 kelahiran hidup. Angka kematian Ibu (AKI) yang
tinggi ini
disebabkan oleh perdarahan, hiper
tensi, infeksi, partus lama, dan abortus tahun 2010
sampai 2013 (Kemenkes RI, 2014). Perdarahan pada ibu melahirkan memiliki
persentase
paling tinggi penyebab kematian ibu (28%). Anemia dan Kekurangan Energi Kronis
(KEK)
555
Irbah Nabila Aprilia
,
Effects of Adolescent Pregnancy on the Occurrence of Anemia and KEK in
Pregnant Women
,
jiksh Vol.11 No.1 Juni 2020
pada ibu hamil menjadi penyebab ut
ama perdarahan (Apriyanti, 2017). Organinasi
Kesehatan Dunia (WHO) melaporkan bahwa anemia dan KEK pada kehamilan
global 35
-
75% dimana terjadi pada trimester tiga dibandingkan trimester satu dan dua.
WHO juga
menyatakan bahwa 40% kematian ibu dinegara berk
embang berkaitan dengan anemia
dan KEK (Rukiah, 2010). Salah satu faktor risiko terjadi KEK pada ibu hamil yaitu
lingkar

vii
lengan atas kurang dari 23,5 cm atau penambahan berat badan kurang dari 9
kg selama
masa kehamilan (Kemenkes RI, 2015).
Kementrian kese
hatan RI (2014) mengatakan
bahwa 1000 hari pertama kehidupan seorang anak merupakan waktu emas yang
dapat
dimaksimalkan untuk meningkatkan status gizi seoarang anak karena pada
golden
periode ini terjadi pertumbuhan otak yang sangat pesat dan mendukung sel
uruh proses
pertumbuhan anaka dengan sempurna. Jika rentang usia tersebut anak
tidak
mendapatkan asupan gizi secara cukup dan baik maka akan mengambag
pertumubuhan
otak, pertumbuhan jasmani dan perkembangan kemampuan anak serta anak
menajdi
lemah dan mudah
sakit.
Ibu hamil merupakan salah satu kelompok yang rawan gizi dengan risiko KEK
yang akan
berdampak besar pada proses pertumbuhan janin dan anak yang akan
dilahirkannya.
Dampak tersebut antara lain keguguran, bayi lahir mati, kematian neonatal, cacat ba
waan,
anemia pada bayi dan bayi lahir dengan BBLR (Sandjaja, 2009). Menurut
penelitian
Palimbo (2014) terdapat hubungan antara pengetahuan dan sikap ibu hamil
terhadap
kejadian KEK yaitu sebanyak 74,2 %. Menurut penelitian Ausa (2013) menyatakan
bahwa
pola
makan, asupan energi ibu hamil dan status ekonomi mempengaruhi kejadian KEK di
Gowa Sulawesi Selatan.
Kekurangan Energi Kronik merupakan suatu keadaan dimana ibu
penderita kekurangan makanan yang berlangsung pada wanita usia subur
(WUS) dan
pada ibu hami
l (Depkes RI, 2002). Wanita usia subur (WUS) memiliki risiko KEK yaitu
pada usia 15
-
19 tahun yang hamil sebesar 38,5% dan yang tidak hamil 46,6 %. Pada usia
20
-
24 tahun sebesar 30,1 yang hamil dan yang tidak hamil sebesar 30,6%. Pada usia 25

viii
-
29
tahun adala
h sebesar 20,9% yang hamil dan 19,3% yang tidak hamil. Sedangkan pada usia
30
-
34 tahun adalah sebesar 21,4% yang hamil dan 13,6% yang tidak hamil. Hal
ini
menunjukkan proporsi WUS risiko KEK mengalami peningkatan dalm kurun waktu
selama
7 tahun dan rentan
usia yang memiliki risiko tertinggi yaitu pada usia 15
-
19 tahun pada
yang hamil atau yang tidak hamil (Depkes RI, 2013).
Menurut Susenas tahun 20212
-
2013 persentase wanita umur 10 tahun ke atas yang
pernah melakukan perkawinan didaerah pedesaan mencapai an
gka 37,79% di tahun 2012
dan 37,71 % pada tahun 2013. Tingginya angka pernikahan dini di indonesia
menjadi
salah satu penyebab kehamilan pertama juga terjadi di usia dini ata saat ibu masih
remaja
dan sering disebut dengan kehamilan remaja. Jalannya kehami
lan sangat dipengaruhi oleh
usia ibu ketika pertama kali hamil. Usia ideal seorang wanita unutk melahirkan
yaitu 20
-
25 tahun dan apabila seorang ibu lebih muda atau lebih tua makan akan lebih
berisiko
untuk terjadi komplikasi saat kehamilan

Hasil survey pendahuluan yang dilakukan pada bulan awal Desember

2021 di Puskesmas Rawang pada 5 ibu hamil trimester I yang melakukan

pemeriksaan kehamilan didapatkan data bahwa sebanyak 4 orang (80%)

mengalami mual muntah dan satu orang (20%) tidak mengalami mual muntah.

Berdasarkan uraian di atas penulis tertarik untuk menyusun Asuhan

Kebidanan Ibu Hamil Trimester I Pada “NY. R” Usia Kehamilan 10-11 Minggu

ix
G1P0A0H Dengan riwayat epilepsi di PMB Dewi Fitri Tahun 2023

B. Tujuan

1. Tujuan umum

Mampu menjelaskan konsep dasar, serta mampu memberikan dan

melaksanakan Asuhan Kebidanan Ibu Hamil Pada “NY. S” Usia

Kehamilan 14-15 Minggu G1P0A0H dengan riwayat epilepsi di PMB

Bdn.Hj.Nelwati,S.ST

2. Tujuan khusus

a. Mampu melaksanakan pengkajian data dasar terhadap Asuhan

Kebidanan Ibu Hamil Pada “NY. S” Usia Kehamilan 14-15 Minggu

G1P0A0H dengan riwayat epilepsi di PMB Bdn.Hj.Nelwati,S.ST

b. Mampu menetapkan interpretasi data untuk mengidentifikasi

diagnose, masalah, dan kebutuhan terhadap Asuhan Kebidanan Ibu

Hamil Pada “NY. S” Usia Kehamilan 14-15 Minggu G1P0A0H

dengan riwayat epilepsi di PMB Bdn.Hj.Nelwati,S.ST

c. Mampu menetapkan diagnosa potensial terhadap Asuhan Kebidanan

Ibu Hamil Pada “NY. S” Usia Kehamilan 14-15 Minggu G1P0A0H

dengan riwayat epilepsi di PMB Bdn.Hj.Nelwati,S.ST

d. Mampu menetapkan tindakan segera pada Asuhan Kebidanan Ibu

Hamil Pada “NY. S” Usia Kehamilan 14-15 Minggu G1P0A0H

dengan riwayat epilepsi di PMB Bdn.Hj.Nelwati,S.ST

x
e. Mampu menyusun rencana asuhan yang menyeluruh pada Asuhan

Kebidanan Ibu Hamil Trimester I Pada “NY. R” Usia Kehamilan 10-

11 Minggu G1P0A0H dengan riwayat epilepsi di PMB

Bdn.Hj.Nelwati,S.ST

f. Mampu melaksanakan rencana asuhan yang efisien dan aman pada

Asuhan Kebidanan Ibu Hamil Trimester I Pada “NY. R” Usia

Kehamilan 10-11 Minggu G1P0A0H dengan riwayat epilepsi di

PMB Bdn.Hj.Nelwati,S.ST

g. Mampu melakukan evaluasi asuhan kebidanan yang telah diberikan

pada Asuhan Kebidanan Ibu Hamil Pada “NY. S” Usia Kehamilan

14-15 Minggu G1P0A0H dengan riwayat epilepsi di PMB

Bdn.Hj.Nelwati,S.ST

C. Manfaat

1. Penulis

Merupakan pengalaman yang dapat meningkatkan pengetahuan dan

menambah wawasan dalam penerapan asuhan kebidanan pada ibu hamil

2. Instansi

Sebagai sumber informasi dan menambah pengetahuan kepada instansi

terkait dalam meningkatkan kualitas pelayanan.

3. Institusi

Sebagai bahan pembelajaran dan sumber pengetahuan untuk penulis

selanjutnya dan juga sebagai sumber informasi bagi rekan-rekan

xi
mahasiswa kebidanan Institut Kesehatan Prima Nusantara Bukittinggi

dalam penerapan asuhan kebidanan pada ibu hamil

xii
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Kehamilan

1. Pengertian Kehamilan

Kehamilan sebagai fertilisasi atau penyatuan dari spermatozoa,

ovum dan dilanjutkan dengan nidasi atau implantasi. Bila dihitung dari

saat fertilisasi hingga lahirnya bayi, kehamilan normal akan berlangsung

dalam 40 minggu atau 10 bulan lunar atau 9 bulan menurut kalender

internasional. Kehamilan terbagi menjadi 3 trimester, trimester ke satu

dalam 12 minggu, trimester kedua 15 minggu (minggu ke-13 hungga

ke-27) dan trimester ke tiga 13 minggu (minggu ke-28 hingga ke-40)

(Prawiroharjo, 2016). Kehamilan adalah pertumbuhan dan

perkembangan janin intra uteri mulai sejak konsepsi dan berakhir sampai

permulaan persalinan (Manuaba, 2014)

2. Proses Kehamilan

Proses kehamilan sampai persalinan merupakan mata rantai satu

kesatuan dari konsepsi, nidasi, pengenalan adaptasi, pemeliharaan

kehamilan, perubahan endokrin sebagai persiapan menyongsong

kelahiran bayi, dan persalinan dengan kesiapan pemeliharaan bayi

(Sitanggang dkk, 2014).

10
a. Ovulasi

Ovulasi adalah proses pelepasan ovum yang dipengaruhi oleh

sistem hormonal yang kompleks. Selama masa subur berlangsung 20-

35 tahun, hanya 420 buah ovum yang dapat mengikuti proses

pematangan dan terjadi ovulasi (Manuaba, 2014). Setiap bulan

wanita melepaskan satu sampai dua sel telur dari indung telur

(ovulasi) yang ditangkap oleh umbai- umbai (fimbriae) dan masuk ke

dalam sel telur (Dewi dkk, 2010). Pelepasan telur (ovum) hanya

terjadi satu kali setiap bulan, sekitar hari ke- 14 pada siklus

menstruasi normal 28 hari (Bandiyah, 2015)

b. Spermatozoa

Sperma bentuknya seperti kecebong terdiri atas kepala

berbentuk lonjong agak gepeng berisi inti (nucleus). Leher yang

menghubungkan kepala dengan bagian tengah dan ekor yang dapat

bergetar sehingga sperma dapat bergerak dengan cepat. Panjang ekor

kira-kira sepuluh kali bagian kepala. Secara embrional,

spermatogonium berasal dari sel-sel primitive tubulus testis. Setelah

bayi laki-laki lahir, jumlah spermatogonium yang ada tidak

mengalami perubahan sampai akil balig (Dewi dkk, 2014). Proses

pembentukan spermatozoa merupakan proses yang kompleks,

spermatogonium berasal dari primitive tubulus, menjadi spermatosid

pertama, menjadi spermatosit kedua, menjadi spermatid, akhirnya

spermatozoa. Sebagian besarspermatozoa mengalami kematian dan

11
hanya beberapa ratus yang dapat mencapai tuba falopii. Spermatozoa

yang masuk ke dalam alat genetalia wanita dapat hidup selama tiga

hari, sehingga cukup waktu untuk mengadakan konsepsi (Manuaba,

2014).

c. Pembuahan (Konsepsi/Fertilisasi)

Pada saat kopulasi antara pria dan wanita (sanggama/koitus)

terjadi ejakulasi sperma dari saluran reproduksi pria di dalam

vagina wanita, dimana akan melepaskan cairan mani berisi sel sel

sperma ke dalam saluran reproduksi wanita. Jika senggama terjadi

dalam masa ovulasi, maka ada kemungkinan sel sperma dlm saluran

reproduksi wanita akan bertemu dengan sel telur wanita yang baru

dikeluarkan pada saat ovulasi. Pertemuan sel sperma dan sel telur

inilah yang disebut sebagai konsepsi/fertilisasi (Dewi dkk, 2014 :

67). Fertilisasi adalah penyatuan ovum (oosit sekunder) dan

spermatozoa yang biasanya berlangsung di ampula tuba (Saifuddin,

2014).

Menurut Manuaba dkk (2014), keseluruhan proses konsepsi

berlangsung seperti uraian dibawah ini:

1) Ovum yang dilepaskan dalam proses ovulasi, diliputi oleh

korona radiate yang mengandung persediaan nutrisi.

2) Pada ovum dijumpai inti dalam bentuk metaphase di tengah

sitoplasma yang vitelus.

3) Dalam perjalanan, korona radiata makin berkurang pada zona

12
pelusida. Nutrisi dialirkan ke dalam vitelus, melalui saluran zona

pelusida.

4) Konsepsi terjadi pada pars ampularis tuba, tempat yang paling

luas yang dindingnya penuh jonjot dan tertutup sel yang

mempunyai silia. Ovum mempunyai waktu hidup terlama di

dalam ampula tuba.

5) Ovum siap dibuahi setelah 12 jam dan hidup selama 48 jam.

d. Nidasi atau implantasi

Nidasi adalah masuknya atau tertanamnya hasil konsepsi ke

dalam endometrium. Umumnya nidasi terjadi pada depan atau

belakang rahimdekat fundus uteri. Terkadang pada saat nidasi terjadi

sedikit perdarahan akibat luka desidua yang disebut tanda Hartman

(Dewi dkk, 2014).

Pada hari keempat hasil konsepsi mencapai stadium blastula

disebut blastokista, suatu bentuk yang di bagian luarnya adalah

trofoblas dan di bagian dalamnya disebut massa inner cell. Massa

inner cell ini berkembang menjadi janin dan trofoblas akan

berkembang menjadi plasenta. Sejak trofoblas terbentuk, produksi

hormone hCG dimulai, suatu hormone yang memastikan bahwa

endometrium akan menerima (reseptif) dalam proses implantasi

embrio (Saifuddin, 2015)

13
Gambar 2.1
Proses Implantasi atau Nidasi
Sumber : Wiknjosastro. 2015

e. Plasentasi

Plasenta adalah organ vital untuk promosi dan perawatan

kehamilan dan perkembangan janin normal. Hal ini diuraikan oleh

jaringan janin dan ibu untuk dijadikan instrumen transfer nutrisi

penting (Afodun et al , 2015). Plasentasi adalah proses pembentukan

struktur dan jenis plasenta. Setelah nidasi embrio ke dalam

endometrium, plasentasi dimulai. Pada manusia plasentasi

berlangsung sampai 12-18 minggu setelah fertilisasi (Saifuddin,

2015).Pertumbuhan plasenta makin lama makin besar dan luas,

umumnya mencapai pembentukan lengkap pada usia kehamilan

sekitar 16 minggu. Plasenta dewasa/lengkap yang normal memiliki

14
karakteristik berikut:

1) Bentuk budar /oval

2) Diameter 15-25 cm, tebal 3-5 cm

3) Berat rata-rata 500-600 gr.

4) Insersi tali pusat (tempat berhubungan dengan plasenta) dapat di

tengah/sentralis, disamping/lateralis, atau tepi ujung tepi/marginalis.

5) Di sisi ibu, tampak daerah-daerah yang agak menonjol (katiledon)

yang diliputi selaput tipis desidua basialis.

6) Di sisi janin, tampak sejumlah arteri dan vena besar (pembuluh

korion) menuju tali pusat. Korion diliputi oleh amnion.

7) Sirkulasi darah ibu di plasenta sekitar 300 cc/menit (20 minggu)

meningkat sampai 600-700 cc/ menit (aterm)(Dewi dkk, 2014)

f. Pertumbuhan dan perkembangan hasil konsepsi

Menurut dewi dkk (2014) pertumbuhan dan perkembangan

embrio dari trimester 1 sampai dengan trimester 3 adalah sebagai

berikut: Trimester 1

a) Minggu ke-1

Disebut masa germinal. Karekteristik utama masa germinal

adalah sperma membuahi ovum yang kemudian terjadi

pembelahan sel (Dewi dkk, 2014)

b) Minggu ke-2

Terjadi diferensiasi massa seluler embrio menjadi dua lapis

(stadium bilaminer). Yaitu lempeng epiblast (akan menjadi

15
ectoderm) dan hipoblast (akan menjadi endoderm). Akhir stadium

ini ditandai alur primitive (primitive streak) (Dewi dkk, 2014)

c) Minggu ke-3

Terjadi pembentukan tiga lapis/lempeng yaitu ectoderm dan

endoderm dengan penyusupan lapisan mesoderm diantaranya

diawali dari daerah primitive streak (Dewi dkk, 2014)

d) Minggu ke-4

Pada akhir minggu ke-3/awal minggu ke-4, mulai terbentuk

ruas- ruas badan (somit) sebagai karakteristik pertumbuhan

periode ini. Terbentuknya jantung, sirkulasi darah, dan saluran

pencernaan (Dewi dkk, 2014)

e) Minggu ke-8

Pertumbuhan dan diferensiasi somit terjadi begitu cepat,

sampai dengan akhir minggu ke-8 terbentuk 30-35 somit, disertai

dengan perkembangan berbagai karakteristik fisik lainnya seperti

jantungnya mulai memompa darah. Anggota badan terbentuk

dengan baik (Dewi dkk, 2014)

f) Minggu ke-12

Beberapa system organ melanjutkan pembentukan awalnya

sampai dengan akhir minggu ke-12 (trimester pertama). Embrio

menjadi janin. Gerakan pertama dimulai selama minggu ke 12.

Jenis kelamin dapat diketahui. Ginjal memproduksi urine (Dewi

dkk, 2014)

16
2) Trimester II

a) Sistem Sirkulasi

Janin mulai menunjukkan adanya aktivitas denyut jantung

dan aliran darah. Dengan alat fetal ekokardiografi, denyut

jantung dapat ditemukan sejak minggu ke-12.

b) Sistem Respirasi

Janin mulai menunjukkan gerak pernafasan sejak usia

sekitar 18 minggu. Perkembangan struktur alveoli paru sendiri

baru sempurna pada usia 24-26 minggu. Surfaktan mulai

diproduksi sejak minggu ke-20, tetapi jumlah dan konsistensinya

sangat minimal dan baru adekuat untuk pertahanan hidup

ekstrauterin pada akhir trimester III.

c) Sistem gastrointestinal

Janin mulai menunjukkan aktivitas gerakan menelan sejak

usia gestasi 14 minggu. Gerakan mengisap aktif tampak pada

26-28 minggu. Secara normal janin minum air ketuban 450 cc

setiap hari. Mekonium merupakan isi yang utama pada saluran

pencernaan janin, tampak mulai usia 16 minggu.

d) Sistem Saraf dan Neuromuskular

Sistem ini merupakan sistem yang paling awal mulai

menunjukkan aktivitasnya, yaitu sejak 8-12 minggu, berupa

kontraksi otot yang timbul jika terjadi stimulasi lokal. Sejak usia

9 minggu, janin mampu mengadakan fleksi alat-alat gerak,

17
dengan refleks-refleks dasar yang sangat sederhana.

e) Sistem Saraf Sensorik Khusus/Indra

Mata yang terdiri atas lengkung bakal lensa (lens placode)

dan bakal bola mata/mangkuk optic (optic cup) pada awalnya

menghadap ke lateral, kemudian berubah letaknya ke permukaan

ventral wajah.

f) Sistem Urinarius

Glomerulus ginjal mulai terbentuk sejak umur 8 minggu.

Ginjal mulai berfungsi sejak awal trimester kedua dan dalam

vesika urinaria dapat ditemukan urine janin yang keluar melalui

uretra dan bercampur dengan cairan amnion.

g) Sistem Endokrin

Kortikotropin dan Tirotropin mulai diproduksi di hipofisis

janin sejak usia 10 minggu mulai berfungsi untuk merangsang

perkembangan kelenjar suprarenaldan kelenjar tiroid. Setelah

kelenjar-kelenjar tersebut berkembang, produksi dan sekresi

hormon-hormonnya juga mulai berkembang.

3) Trimester III

a) Minggu ke-28

Pada akhir minggu ke-28, panjang ubun-ubun bokong

adalah sekitar 25 cm dan berat janin sekitar 1.100 g (Dewi dkk,

2010:79). Masuk trimester ke-3, dimana terdapat perkembangan

otak yang cepat, sistem saraf mengendalikan gerakan dan fungsi

18
tubuh, mata mulai membuka (Saifudin, 2015: 158). Surfaktan

mulai dihasilkan di paru-paru pada usia 26 minggu, rambut

kepala makin panjang, kuku-kuku jari mulai terlihat (Varney,

2014).

b) Minggu ke-32

Simpanan lemak coklat berkembang di bawah kulit untuk

persiapan pemisahan bayi setelah lahir. Bayi sudah tumbuh 38-

43 cm dan panjang ubun-ubun bokong sekitar 28 cm dan berat

sekitar 1.800 gr Mulai menyimpan zat besi, kalsium, dan fosfor.

(Dewi dkk, 2014:80). Bila bayi dilahirkan ada kemungkinan

hidup 50-70 % (Saifuddin, 2015)

c) Minggu ke-36

Berat janin sekitar 1.500-2.500 gram. Lanugo mulai

berkurang, saat 35 minggu paru telah matur, janin akan dapat

hidup tanpa kesulitan (Saifuddin, 2015). Seluruh uterus terisi

oleh bayi sehingga ia tidak bisa bergerak atau berputar banyak.

(Dewi dkk, 2014). Kulit menjadi halus tanpa kerutan, tubuh

menjadi lebih bulat lengan dan tungkai tampak montok. Pada

janin laki-laki biasanya testis sudah turun ke skrotum (Varney,

2014).

d) Minggu ke-38

Usia 38 minggu kehamilan disebut aterm, dimana bayi

akan meliputi seluruh uterus. Air ketuban mulai berkurang, tetapi

19
masih dalam batas normal (Saifuddin, 2015:159)

3. Keluhan yang terjadi pada ibu hamil

Keluhan yang terjadi pada ibu hamil adalah ibu merasa sakit

kepala, rasa mual dan muntah (Morning Sickness), produksi air liur yang

berlebihan (Ptialism), mengidam, keringat bertambah, kelelahan, hidung

tersumbat/berdarah, gatal-gatal, frekuensi kemih meningkat (Nokturia)

dan diare (Hidayati, 2016)

Kehamilan akan menimbulkan berbagai perubahan pada wanita

sehingga menimbulkan perasaan tidak nyaman. Hal ini merupakan

kondisi yang normal pada wanita hamil. Berikut ini ketidaknyamanan saat

seorang wanita hamil menurut Yuni (2015):

a. Ketidak nyamanan Payudara

Tanda dan Gejala

1) Nyeri, rasa penuh atau tegang.

2) Pengeluarancolostrums.

3) Hiperpigmentasi (penghitam kulit). Penyebabnya:

a) Stimulasi hormonal yang menyebabkan pigmentasi.

b) Adanya peningkatan pembentukan pembuluh

darah(vaskularasi).

Cara mengatasinya:

a) Gunakan bra yang menyangga besar dan beratpayudara

b) Pakai nipple pad (bantalan) yang dapat menyerap

pengeluaran kolostrum.

20
c) Ganti segera jika kotor, bersihkan dengan air hangat dan juga

agar tetapkering.

b. Peningkatan frekuensi urinasi

Tanda danGejala :

1) Pengeluaran air kencing yang tidak dapat ditahan saat batuk,

bersin dan tertawa (stress incontinence)

Penyebab:

1) Berkurangnya kapasitas kandung kencing akibat penekanan rahim

Cara mengatasi:

1) Kosongkan kandung kencing secara teratur

2) Batasi minum di malamhari

3) Pakai pelembut wanita, ganti segera jika basah

c. Rasa lemah dan mudah lelah

Penyebab:

1) Peningkatanmetabolisme

2) Peningkatan hormone estrogen/progesterone, relaxin dan HCG

(Human ChorionicGonadotropin)

Cara Mengatasi:

1) Istirahat sesuaikebutuhan

2) Konsumsi menu seimbang untuk mencegah anemia (kurang

darah)

d. Mual dan Muntah

Dapat terjadi sepanjang hari atau hanya pada pagi hari (morning

21
sickness). Penyebab mual dan muntah pada ibu hamil disebabkan

karena respon emosional ibu terhadap kehamilan dan adanya

peningkatan hormone HCG. Cara mengatasi mual muntah pada ibu

hamil yaitu dengan cara menghindari perut kosong atau penuh,

menghindari rokok atau asap rokok, makan-makanan tinggi

karbohidrat: biscuit, makan dengan porsi sedikit tapi sering, istirahat

dengan cara tiduran sampai gejala mereda, segera konsultasikan

dengan tenaga kesehatan/bidan setempat bila mual, muntah terus

menerus.

e. Pengeluaran Air Ludah Berlebihan (Piyalism)

Penyebab:

Stimulasi kelenjar ludah oleh peningkatan hormone esterogen malas

menelan ludah akibat mual.

Cara Mengatasi:

Kunyah permen karet atau hisap permen yang keras untuk

memberikan kenyamanan.

f. Keputihan

Penyebab

1) Peningkatan pelepasan epitel vagina akibat peningkatan

pembentukan sel-sel

2) Peningkatan produksi lender akibat stimulasi hormonal pada

leher Rahim

22
Cara Mengatasi

1) Jangan membilas bagian dalam vagina

2) Kenakan pembalut wanita

3) Jaga kebersihan alat kelamin (termasuk membersihkan dari

arah kedepan kebelakang)

4) Segera laporkan ke tenaga kesehatan jika terjadi gatal, bau busuk

atau perubahan sifat danwarna.

B. Riwayat epilepsi

1. Pengertian Riwayat epilepsi

Riwayat epilepsi adalah gejala yang wajar atau sering terdapat pada

kehamilan trimester pertama. Mual biasanya terjadi pada pagi hari, tetapi

ada yang timbul setiap saat dan malam hari. Gejala-gajala ini biasanya

terjadi 6 minggu setelah hari pertama haid terahir dan berlangsung kurang

lebih 10 minggu (Wiknjosastro, 2016)

Riwayat epilepsi adalah keluhan mual dan muntah lebih dari 10 kali

sehari dalam masa kehamilan yang dapat menyebabkan kekurangan

cairan, penurunan berat badan, atau gangguan elektrolit, sehingga

menganggu aktivitas sehari-hari dan membahayakan janin dalam

kandungan. Mual dan muntah berlebihan yang terjadi pada wanita hamil

sehingga menyebabkan terjadinya ketidakseimbangan kadar elektrolit,

penurunan berat badan (lebih dari 5% berat badan awal), dehidrasi,

ketosis, dan kekurangan nutrisi. Hal tersebut mulai terjadi pada minggu

keempat sampai kesepuluh kehamilan dan selanjutnya akan membaik

23
pada usia kehamilan 20 minggu, namun pada beberapa kasus dapat terus

berlanjut sampai pada kehamilan tahap berikutnya (Runiari, 2015 : 65).

Pada umumnya riwayat epilepsi terjadi pada minggu ke 6-12 masa

kehamilan, yang dapat berlanjut sampai minggu ke 16-20 masa

kehamilan. Mual dan muntah merupakan gejala yang wajar ditemukan

pada kehamilan triwulan pertama. Biasanya mual dan muntah terjadi pada

pagi hari sehingga sering dikenal dengan morning sickness. Sementara

setengah dari wanita hamil mengalami morning sickness, antara 1,2 - 2%

mengalami riwayat epilepsi, suatu kondisi yang lebih serius (Huliana,

2015)

Hampir 50% wanita hamil mengalami mual dan biasanya mual ini

mulai dialami sejak awal kehamilan. Mual muntah saat hamil muda sering

disebut morning sickness tetapi kenyataannya mual muntah ini dapat

terjadi setiap saat. Pada beberapa kasus dapat berlanjut sampai kehamilan

trimester kedua dan ketiga, tapi ini jarang terjadi (Ratna, 2015 : 45)

2. Beberapa Hal yang dapat Dilakukan oleh Ibu Hamil dengan Riwayat

epilepsi

Beberapa tindakan yang dapat dilakukan ibu hamil dengan riwayat

epilepsi menurut Maulana (2015) adalah:

a. Makan makanan yang mengandung karbohidrat dan protein yang

dapat membantu mengatasi muntah. Banyak mengonsumsi buah

dan sayuran dan makanan yang tinggi karbohidrat seperti roti,

24
kentang, biskuit, dansebagainya.

b. Hindari makanan makanan yang berlemak, berminyak, dan pedas

yang akan memperburuk rasamual dan muntah.

c. Minum yang cukup untuk menghindari dehidrasi akibat

muntah.

d. Minumlah air putihataupun jus. Hindari minuman yang

mengandungkafein.

e. Vitamin B6 efektif untuk mengurangi rasa mual pada ibu

hamil. Pemakaiannya juga membutuhkan konsultasi dengan dokter.

f. Makan dalam jumlah sedikit tapi sering, jangan makan dalam

jumlah atau porsi besar karena itu hanya akan membuat

bertambahmual.

g. Pengobatan tradisional: jahe biasanya dapat digunakan mengurangi

rasa mual.

h. Minum sup atau makanan yang berada diantara makanan utama.

i. Makan makanan yang mengandung lemak, protein yang rendah

seperti ikan, ayam tanpa kulit, telur dansebagainya.

j. Makan makanan dalam jumlah yang sedikit dalam setiap 2-3 jam.

3. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Riwayat epilepsi

a. Hormonal

Mual dan muntah selama kehamilan biasanya disebabkan oleh

perubahan dalam sistem endokrin yang terjadi selama kehamilan,

25
terutama disebabkan oleh tingginya fluktasi kadar HCG (human

chorionic gonadotrophin), khususnya karena periode mual atau

muntah gestasional yang paling umum adalah pada 12-16 minggu

pertama, yang pada saat itu, HCG mencapai kadar tingginya. HCG

sama dengan LH (luteinzing hormone) dan disekresikan oleh sel-sel

trofoblas blastosit. HCG melewati kontrol ovarium di hipofisis dan

menyebabkan korpus luteum terus memproduksi estrogen dan

progesteron, suatu fungsi yang nantinya diambil alih oleh lapisan

korionik plasenta. HCG dapat dideteksi dalam darah wanita dari

sekitar tiga minggu gestasi (yaitu satu minggu setelah fertilisasi),

suatu fakta yang menjadi dasar bagi sebagian besar tes kehamilan

(Detty Afrianti, 2018).

b. Faktor Psikososial

Masalah psikologis dapat memprediksi beberapa wanita untuk

mengalami mual dan muantah dalam kehamilan, atau memperburuk

gejala yang sudah ada atau mengurangi kemampuan untuk mengatasi

gejala “normal”. Kehamilan yang tidak direncanakan, tidak nyaman

atau tidak diinginkan, atau karena beban pekerjaan atau finansial

akan menyebabkan penderitaan batin, ambivalensi, dan konflik.

Kecemasan berdasarkan pengalaman melahirkan sebelumnya,

terutama kecemasan akan datangnya hiperriwayat epilepsi atau

preeklamsia. Wanita yang mengalami kesulitan dalam membina

hubungan, rentan terhadap masalah dengan distres emosional

26
menambah ketidaknyamanan fisik. Syok dan adaptasi yang

dibutuhkan jika kehamilan ditemukan kembar, atau kehamilan terjadi

dalam waktu berdekatan, juga dapat menjadi faktor emosional yang

membuat mual dan muntah menjadi lebih berat (Detty Afrianti,

2018).

c. Pekerjaan

Perjalanan ketempat kerja yang mungkin terburu-buru di pagi

hari tanpa waktu yang cukup untuk sarapan dapat menyebabkan mual

dan muntah. Tergantung pada sifat pekerjaan wanita, aroma, zat

kimia, atau lingkungan dapat menambah rasa mual wanita dan

menyebabkan mereka muntah. Merokok terbukti memperburuk

gejala mual dan muntah, tetapi tidak jelas apakah ini disebabkan oleh

efek olfaktorius (penciuman) atau efek nutrisi, atau apakah dapat

dibuat asumsi mengenai hubungan antara kebiasaan praktik dan

distres psikoemosional. Tentu saja banyak wanita yang mengalami

mual dan muntah akan membenci bau asap rokok dan tembakao

(Detty Afrianti, 2018).

d. Paritas

Ibu primigravida menunjukkan kurangnya pengetahuan,

informasi dan komunikasi yang buruk antara wanita dan pemberi

asuhannya turut mempengaruhi persepsi wanita tentang gejala mual

dan muntah. Sedangkan pada multigravida dan grandemultigravida

27
sudah mempunyai pengalaman, informasi dan pengetahuan tentang

gejala emesisgravidarum sehingga mampu mengatasi gejalanya

(Detty Afrianti, 2018).

Mitayani (2017) menyebutkan beberapa faktor yang

berpengaruh terhadap kejadian hiperriwayat epilepsi meliputi :

1) Faktor predisposisi terdiri dari primigravida, molahidatidosa dan

kehamilan ganda.

2) Faktor organik seperti alergi masuknya vilikohirialis sirkulasi,

perubahan metabolik akibat kehamilan dan resistensi ibu

yangmenurun.

3) Faktor psikologis, meliputi pengetahuan, dukungan suami sikap,

umur, paritas, pekerjaan, stress, peningkatan hormon

progesteron, estrogen dan HCG, alergi, infeksi dan diabetes

melitus.

4. Dampak Riwayat epilepsi

Riwayat epilepsi pada ibu hamil dapat menimbulkan berbagai

dampak pada ibu hamil, salah satunya adalah penurunan nafsu makan

yang mengakibatkan perubahan keseimbangan elektrolit yakni kalium,

kalsium, dan natrium sehingga menyebabkan perubahan metabolisme

tubuh (Rose & Neil, 2006). Dampak lain dari riwayat epilepsi juga dapat

mengakibatkan kehilangan berat badan sekitar 5% karena cadangan

karbohidrat, protein, dan lemak terpakai untuk energi (Jeffrey et al, 2003).

Kejadian riwayat epilepsi memang wajar terjadi umum pada setiap

28
ibu hamil, namun jika tidak ditangani secara cepat dan tepat maka

akan menyebabkan hiperriwayat epilepsi. Hiperriwayat epilepsi memiliki

dampak pada ibu hamil, seperti yang dijelaskan oleh Anggarani dan

Subekti (2013), yaitu sebagai berikut:

a. Keseimbangan cairan dan elektrolit di dalam tubuh

b. Kekuranganenergi

c. Berkurangnya aliran darah ke jaringantubuh

d. Kekurangan kalium yang dapat menyebabkan gangguan pada saluran

kecing danginjal.

e. Dapat Terjadi Robekan Pada Selaput Lendir Esofaugus Dan Lambung

Instrumen Pengukuran Mual Muntah (Riwayat epilepsi)

Susunan Pregnancy Uniqe Quantification of Emesis and Nausea

PUQE : kuantitas riwayat epilepsi – lingkari jawaban yang paling sesuia

dengan kondisi anda saat ini selama 24 jam terakhir

29
Tabel 2.1
Pregnancy Unique Quantification of Emesis (PUQE) Index
Skor 1 2 3 4 5

Dalam 24 jam terakhir, berapa lama Anda Tidak sama 1 jam Lebih dari 6

merasa mual? sekali atau 2-3 jam 4-6 jam jam

kurang

Tidak sama
Dalam 24 jam terakhir, berapa kali Anda muntah? sekali 1-2 kali 3-4 kali 5-6 kali 7 atau lebih

Dalam 24 jam terakhir, berapa kali Anda muntah Tidak sama

kering tanpa mengeluarkan apa-apa? sekali 1-2 kali 3-4 kali 5-6 kali 7 atau lebih

Interpretasi skor:

a. <6 ringan,

b. 7-12 sedang,

30
c. 13-15 berat

31
C. Teori Manajemen Kebidanan

1. Pengertian Manajemen Kebidanan

Manajemen kebidanan adalah pendekatan yang digunakan oleh

bidan dalam menerapkan metode pemecahan masalah secara sitematis,

mulai dari pengkajian, analis data, diagnosa kebidanan, perencanaan,

penatalaksanaan dan evaluasi (Mudillah, dkk. 2012).

2. Tahapan dalam manajemen Kebidanan

Langkah-langkah asuhan kebidanan menurut varney (1997), yaitu

sebagai berikut :

a. Langkah I : pengumpulan Data Dasar

Langkah pertama merupakan awal yang akan menentukan

langkah berikutnya. Mengumpulkan data adalah menghimpun

informasi tentang klien/orang yang meminta asuhan. Kegiatan

pengumpulan data dimulai saat klien masuk dan dilanjutkan secara

terus menerus selama proses asuhan kebidanan berlangsung, data

dapat dikumpulkan dari berbagai sumber. Sumber yang dapat

memberikan informasi paling akurat yang dapat diperoleh secepat

mungkin dan upaya sekecil mungkin. Pasien adalah sumber informasi

yang akurat dan ekonomis, yang disebut sebagai sumber data primer.

Sumber data alternative atau sumber data sekunder adalah data yang

sudah ada, praktikan kesehatan lain dan anggota keluarga.

Data secara garis besar diklasifikasikan sebagai data subjektif

dan data objektif. Pada waktu mengumpulkan data subjektif harus

31
mengembangkan hubungan antar personal yang efektif dengan

pasien/klien/yang diwawancarai, lebih diperhatikan hal-hal yang

menjadi keluhan utama pasien dan mencemaskan, berupa pendapatan

data/fakta yang sangat bermakna dalam kaitan dengan masalah pasien

(Mufdillah, dkk. 2012).

Untuk memperoleh data dilakukan dengan cara anamnesa atau

pengumpulan data subjektif yang terdiri dari :

a. Keluhan utama

Keluhan utama ditanyakan untuk mengetahui alasan pasien

dating ke pelayanan kesehatan. Keluhan yang muncul adalah

nyeri perut bagian bawah yang menjalar ke pinggang

dikarenakan adanya kontraksi, adanya pengeluaran darah dan

lendir.

b. Riwayat menstruasi

Ditanyakan untuk mengetahui, fungsi alat-alat reproduksi

karena wanita yang matang alat reproduksinya siap untuk

mengalami kehamilan, persalinan dan nifas. Hal ini perlu di

persiapkan sejak wanita tersebut masih remaja dan mulai

timbulnya menstruasi. Agar kesehatan dan kesejahteraan

wanita dapat tercapai untuk kehamilan, persalinan dan nifas

yang di alami sehat.

c. Riwayat perkawinan

Ditanyakan untuk mengetahui berapa kali ibu menikah, umur

32
ibu waktu menikah, lama menikah untuk mengetahui adanya

kemungkinan infertile.

d. Riwayat kehamilan sekarang

Ditanyakan untuk mengetahui usia kehamilan saat ini, HPHT,

gerakan janin, tanda bahaya dan penyulit, imunisasi, obat

seperti penambah darah, dan khawatiran khusus.

e. Riwayat kehamilan dan persalinan dan nifas yang lalu

Riwayat kehamilan yang lalu meliputi jumlah anak, anak

yang lahir hidup, persalinan aterm, persalinan premature,

penolong persalinan, keguguran atau kegagalan kehamilan,

persalinan dengan tindakan (forceps, vakum atau operasi

seksio sesarea), riwayat perdarahan pada kehamilan,

persalinan, apakah menyusui atau tidak pada masa nifas

sebelumnya, kehamilan dengan tekanan darah tinggi, berat

badan bayi <2.500 gram atau >4.000 gram dan masalah-

masalah lain yang dialami ibu.

f. Riwayat kesehatan sekarang dan yang lalu

Apakah pada saat sekarang ibu sedang menderita penyakit

seperti TBC, jantung, DM, penyakit menular dan menurun,

hipertensi dan asma. Dan riwayat kesehatan yang lalu apakah

pasien pernah menderita penyakit seperti TBC, DM, jantung,

hipertensi , asma dan penyakit menular dan menurun.

g. Riwayat kesehatan keluarga

33
Dikaji untuk mengetahui adanya resiko penyakit menular dan

penyakit keturunan, kelainan-kelainan genetik dan keturunan

kembar. Apabila terdapat riwayat kesehatan keluarga maka

akan membahayakan ibu dan janinnya saat persalinan.

h. Riwayat Keluarga Berencana

Dikaji untuk mengetahui alat kontrasepsi yang dipakai

sebelum masa kehamilan karena faktor hormone berperan

penting dalam masa kehmilan.

i. Riwayat psikososial

Untuk mengetahui respon ibu dan keluarga terhadap

kehamilannya, untuk mendukung ibu hamil dalam menjalani

proses persalinannya. Karena dukungan keluarga dan social

yang di terima oleh ibu dapat menimbulkan rasa tenang, di

perhatikan, dan rasa percaya diri. Dengan adanya dukungan

keluarga dan social membuat ibu merasa di cintai dan di

hargai. Jadi semakin besar dukungan social yang di berikan

kepada ibu bersalin, dapat mengurangi kecemasan saat proses

persalinan.

j. Riwayat social dan ekonomi

Riwayat social dan ekonomi meliputi status perkawinan,

respon ibu dan keluarga terhadap kehamilan ibu, riwayat KB,

dukungan keluarga,pengambilan keputusan dalam keluarga,

gizi yang dikonsumsi dan kebiasaan makan, kebiasaan hidup

34
sehat, merokok dan minum-minuman keras, mengkonsumsi

obat terlarang, beban kerja dan kegiatan sehari-hari, tempat

dan petugas kesehatan yang diinginkan untuk membantu

persalinan.

Sementara itu, dilakukan pula pengumpulan data secara

objektif yang terdiri dari :

a.Pemeriksaan fisik

Pemeriksaan fisik dilakukan dengan cara memeriksa keadaan

umum ibu yakni :

1) Keadaan umum untuk mengetahui keadaan umum ibu apakah

baik, sedang dan buruk.

2) Kesadaran untuk mengethui tingkat kesadaran ibu apakah

composmentis, somnolen atau koma.

3) Tekanan darah untuk mengetahui faktor resiko hipertensi dengan

dinilai hipertensi dengan satuan mmHg. Batas normalnya 120/80

mmHg.

4) Suhu untuk mengetahui suhu badan dengan normalnya 36,5˚C-

37,5˚C.

5) Nadi untuk mengetahui denyut nadi pasien dengan menghitung

selama 1 menit, sedangkan normal denyut nadi dalam 1 menit

adalah 60-100x/menit.

6) Pernafasan untuk mengetahui pernafasan pasien dalam batas

normal. Dengan menghitung selama 1 menit dan pernafasan

35
normalnya 18-24x/menit.

7) Pemeriksaan fisik (head to toe) pemeriksaan dilakukan secara

menyeluruh untuk mendeteksi kelainan.

8) Pemeriksan dalam dilakukan untuk mengetahui kemajuan proses

persalinan.

D. Kehamilan Dengan Epilepsi

Epilepsi adalah salah satu gangguan neurologis yang paling umum,

mempengaruhi hingga 2% dari populasi di seluruh dunia dan merupakan gangguan

neurologis kedua yang paling sering ditemui setelah migrain di kalangan wanita

selama kehamilan. Kehamilan pasien epilepsi merupakan 0,3-0,5% dari semua

kehamilan. Keseimbangan dicoba untuk dipertahankan antara risiko ibu dan janin dari

kejang yang tidak terkontrol dan efek teratogenik potensial dari obat anti-epilepsi

dalam pengelolaan epilepsi selama kehamilan. Sebagian besar wanita dengan epilepsi

mampu melahirkan bayi yang sehat. (Fidelia & Nainggolan JDL : 2018)

Di sisi lain, malformasi kongenital mayor atau minor 2-5 kali lebih sering

terjadi pada anak-anak dari wanita epilepsi dibandingkan dengan populasi umum.4

Kebanyakan kejang selama kehamilan terjadi pada wanita yang sudah menderita

epilepsi. Meskipun Jarang, beberapa wanita mungkin mengalami kejang pertama

selama kehamilan.( Melikova S; Bagirova H; Magalov S :2020)

Kejang umum tonik-klonik dikaitkan dengan risiko pada janin serta wanita

hamil. Kejang lain lebih tidak berbahaya, tetapi mungkin berhubungan dengan cedera,

retardasi pertumbuhan intrauterin dan kelahiran premature. (Tomson T,dkk :2020)

Malformasi kongenital yang paling sering adalah celah bibir-langit-langit,

kelainan jantung, defek tuba neural, kelainan tulang dan urogenital, karakteristik

dismorfik, gangguan perilaku, dan IQ rendah. Peningkatan risiko aborsi, lahir mati,

36
kelahiran prematur, keterlambatan perkembangan intra-uterin, dan keterbelakangan

mental dan psikomotor dilaporkan pada pasien hamil dengan epilepsy.

Perubahan fisiologis yang terjadi pada kehamilan secara signifikan mengubah

volume distribusi dan eliminasi Obat Anti Epilepsi (OAE) dan akibatnya menurunkan

konsentrasi plasma.7 Monoterapi telah terbukti lebih aman untuk janin daripada

politerapi karena telah terbukti dikaitkan dengan risiko malformasi kongenital yang

lebih rendah. Beberapa penelitian juga menunjukkan bahwa obat antiepilepsi yang

lebih tua lebih mungkin menyebabkan malformasi kongenital daripada yang lebih

baru. Secara khusus, valproat telah terbukti memiliki potensi teratogenik terbesar.

Epilepsi dan kehamilan berkaitan secara kompleks. Perubahan fisiologis yang

terjadi untuk mempertahankan homeostasis berlanjut selama kehamilan dan

keseimbangan hormon baru berpotensi mengubah rangsangan saraf dan ambang

kejang. Selain itu, diketahui bahwa obat antikonvulsan/antiepilepsi (OAE) berinteraksi

dengan hormon seks wanita ( endogen maupun eksogen) dengan menurunkan

kadarnya. Selanjutnya, agen farmakologis ini juga dapat menyebabkan malformasi

mayor pada janin. Efek teratogenik dari obat ini memang menimbulkan masalah serius

bagi pasien dan penyedia layanan kesehatan.

E. Penanganan Antenatal Care Pada Wanita dengan Epilepsi

Dalam penanganan antenatal, dilakukan pemeriksaan pada setiap trimester dan

dokumentasi dari kejadian kejang, serta obat antiepileptik apa yang sekarang sedang

dikonsumsi dan dosisnya. Pada trimester pertama, tawarkan kepada ibu untuk

melakukan skrining terhadap kelainan kromosom seperti aneuploidy. Selain itu,

dilakukan skrining terhadap alfa fetoprotein pada usia kehamilan 14 hingga 20

minggu. Dilakukan juga pengawasan terhadap level antikonvulsan dalam plasma

setiap 1-2 bulan, dan bila terjadi gangguan dalam pengendalian kejang, maka dosisnya

37
perlu disesuaikan. Wanita dengan epilepsi yang sedang hamil juga dianjurkan untuk

tidur yang cukup dan patuh terhadap pengobatan epilepsi yang sedang dijalani.

terutama pada trimester akhir, dimana level dari obat antiepileptik berada pada titik

terendah.

Pada wanita dengan epilepsi juga dilakukan surveilans terhadap kelainan

kongenital, dengan menggunakan pemeriksaan ultrasound pada usia kehamilan 11

hingga 13 minggu. Pada trimester pertama, diperiksa apakah janin acrania atau tidak

dan apakah terjadi peningkatan nuchal translucency, adanya defek jantung atau tidak.

Pada trimester kedua, dilakukan pemeriksaan ultrasound untuk skrining defek pada

neural tube. Risiko malformasi kongenital mayor pada janin masih dapat mungkin

dikurangi dengan pemberian suplemen asam folat, namun pada kasus wanita dengan

epilepsi, masih belum diperoleh cukup data untuk menentukan efektivitasnya.

Wanita dengan epilepsi (WWE) disarankan untuk melanjutkan obat antiepilepsi

(OAE) selama kehamilan untuk mengurangi trauma ibu dan janin yang terkait dengan

kejang. Tujuannya adalah kontrol kejang yang optimal dengan paparan OAE minimal

terhadap janin. Paparan OAE prenatal dapat dikaitkan dengan malformasi kongenital

utama (MCM), retardasi pertumbuhan intrauterin, sindrom dismorfik dan defisit dalam

perkembangan neurokognitif. Pada WWE hamil, penyebab peningkatan kejang tidak

dipahami dengan jelas dan kemungkinan multifaktorial. Kehamilan dikaitkan dengan

sejumlah perubahan fisiologis, endokrin dan psikologis, salah satu atau semua yang

mungkin berkontribusi untuk menurunkan ambang kejang. Perubahan fisiologis

selama kehamilan mengubah farmakokinetik OAEyang dapat menyebabkan

penurunan kadar dan penurunan kejang pada WWE.9

Dalam penanganan antenatal, wanita dengan epilepsi yang sedang hamil juga

dianjurkan untuk tidur yang cukup dan patuh terhadap pengobatan epilepsi yang

38
sedang dijalani. Rekomendasi di seluruh dunia (WHO) untuk suplementasi wanita usia

reproduksi adalah dengan 0,4-0,8 mg asam folat setiap hari dan profilaksis antenatal

yaitu vitamin K 20mg/hari selama 4 minggu terakhir kehamilan. Persalinan

merupakan proses yang memiliki risiko tinggi untuk terjadinya rekurensi kejang.

Beberapa alasannya adalah bioavabilitas dan kepatuhan yang buruk terhadap

penggunaan obat antiepileptik, kurangnya waktu tidur ibu, kecemasan, dan

hiperventilasi saat persalinan. Kriteria untuk dilakukannya section caesarea elektif

pada wanita hamil dengan epilepsi adalah gangguan neurologis/ retardasi mental,

pasien tidak koperatif selama persalinan, kontrol kejang yang tidak optimal, kejang

parsial kompleks harian, kejang tonik-klinik mingguan, inersia uterus, kegagalan

induksi persalinan, dan sedasi berat pada pasien. Dilakukan section caesarea darurat

apabila ditemukan kejang generalisata saat persalinan atau mendekati usia kehamilan

aterm, asfiksia janin, dan indikasi obstetric lainnya.

39
BAB III
TINJAUAN KASUS

ASUHAN KEBIDANAN IBU HAMIL TRIMESTER II PADA “NY. S”


USIA KEHAMILAN 14-15 MINGGU G1P0A0H0 DENGAN EPILEPSI
DI PMB Bdn.Hj.NELWATI,S.ST

Tanggal : 10 Februari 2023

Tempat Pengkajian : PMB Bdn.Hj.Nelwati,S.ST

1. DATA SUBJEKTIF

Identitas/Biodata

Nama : Ny. S Nama suami : Tn. N

Umur : 25 tahun Umur : 28 Tahun

Suku : Minang Suku : Minang

Agama : Islam Agama : Islam

Pendidikan : Diploma III Perawat Pendidikan : SMA

Pekerjaan : Ibu Rumah Tangga Pekerjaan : Wiraswasta

Alamat : Ampalu Alamat : Ampalu

a. Alasan Datang

- Ibu mengatakan ingin memeriksakan kehamilannya

- Ibu mengatakan ini kehamilan ke pertama

- Ibu mengatakan kadang-kadang masih mual

- Ibu mengatakan bahwa dirinya riwayat epilepsy lebih kurang 10 tahun,

dan terapi minum obat setiap hari sampai sekarang

40
- Ibu juga mengatakan sudah control dengan dokter bagian syaraf

(control epilepsy) dan tetap dianjurkan terapi obat tidak boleh putus

konsumsi obatnya, walau ibu dalam keadaan hamil

- Ibu mengatakan khawatir dengan keadaan janinnya karena riwayat

epilepsinya dan terapi obatnya

b. Riwayat Menstruasi

Menarche : umur 11 tahun.

Siklus : 30 hari.

Teratur/tidak. : Teratur

Lamanys : 6-7 hari.

Banyaknya : 3x ganti pembalut.

Disminorhea :Ya

HPHT : 26-10-2022

4. Riwayat kehamilan, persalinan dan nifas yang lalu G2P1001

No Tahun Jenis Jenis BB/PB Ditolo Penyulit Lama Stat

. Persalia kelami Persalinan Bayi ng Saat Menyus us

n n Oleh Persalina ui TT

1 INI

5. Riwayat kontrasepsi yang digunakan

Ibu mengatakan tidak pernah menggunakan kontrasepsi

41
6. Riwayat kehamilan ini

a. Riwayat ANC

HPHT : 26-10 -2022

Ini merupakan kunjungan ke 3 ibu ke PMB Bdn.Hj.Nelwati,S.ST.

Pada kunjungan sebelumnya ibu mendapatkan konseling tentang

kebutuhan nutrisi, istirahat, aktifitas, pemeriksaan kehamilan, cara

mengurangi mual dan ketidaknyamanan yang mungkin terjadi

selama kehamilan. Ibu juga dirujuk ke poli syaraf untuk control

riwayat epilepsinya.

b. Pola keseharian

1) Pola Nutrisi :

ibu makan 3 kali/hari dengan menu nasi 1 piring, sayur 1 sendok,

lauk 1 potong ikan, minum air putih 7-8 gelas/hari.

2) Pola Eliminasi :

BAB ibu lancar 1 kali dalam 1 hari dengan konsistensi lunak,

BAK 10-12 kali/hari warnanya kuning.

3) Pola Istirahat :

Ibu berperan sebagai istri, kegiatan sehari-hari di rumah

melakukan pekerjaan rumah ( memasak, mencuci, menyapu

rumah, serta mengurus anak-anaknya), lama tidur siang 1 jam

dan tidur malam 6-7 jam.

4) Seksual :

Ibu mengatakan hubungan seksual dengan suami hanya 1 kali

42
dalam 2 minggu, suami mengerti dan memaklumi keadaan ibu

karena dalam masa hamil.

5) Personal hygiene :

ibu mandi 3 kali/hari lebih sering dari biasanya sebab ibu merasa

gerah dan lebih banyak berkeringat. Ibu selalu mengganti

pakaian dalamnya setiap kali basah dan pakaian dalam yang

digunakan berbahan katun.

6) Keadaan Psikososial Spiritual :

Ibu mengetahui tentang kehamilannya dengan bertanya kepada

bidan tempat ibu periksa hamil. Suami selalu mengantar ibu

periksa kehamilan. Suami dan keluarga menerima kehamilan dan

ibu selalu taat menjalankan ibadahnya. Ibu juga merasa khawatir

dengan keadaan janinnya karena riwayat penyakit epilepsinya

dan terapi obat OEA

c. Riwayat kesehatan

1) Penyakit sistemik yang pernah /sedang diderita

Ibu riwayat menderita penyakit epilepsy lebih kurang sudah 10

tahun, ibu rutin control dan tidak terputus minum obat.

Tidak sedang dan tidak pernah menderita penyakit hepatitis,

HIV, TBC anemia, malaria, asma, jantung, hipertensi, DM, dan

IMS.

2) Penyakit yang pernah/sedang diderita keluarga

Dari keluarga ibu maupun suami tidak ada keluarga yang pernah

43
menderita penyakit hepatitis, HIV, TBC, anemia, malaria, asma,

jantung, hipertensi, DM, dan IMS.

3) Riwayat keturunan kembar

Tidak ada

4) Riwayat Alergi

Tidak pernah menderita alergi dari makanan, obat, maupun zat

lain

5) Kebiasan-kebiasaan

Tidak pernah minum jamu-jamuan, merokok, minum-minuman

keras, dan obat-obatan terlarang. Saat ini mengkonsumsi vitamin

dari bidan seperti zat besi(Fe), calcium lactate. Dan obat

epilepsinya berupa Carbamazepin dan asam folat.

d. Keadaan Psiko Sosial Spiritual

1) Riwayat Perkawinan

Kawin 1 kali. Kawin pertama umur 24 tahun ini adalah

perkwainan pertama dengan status sah.

2) Pengambilan keputusan dalam keluarga

Suami dan keluarga

3) Ketaatan ibu dalam beribadah

Taat beribadah

4) Lingkungan yang berpengaruh

Ibu tinggal dirumah dengan suami dan berdekatan dengan rumah

orangtua nya

44
2. DATA OBJEKTIF

a. Pemeriksaan fisik

Keadaan umum : Baik

Tanda-tanda vital (TTV) :

TD : 100/70 mmHg,

Nadi : 78 x/i

RR : 20 x/i

Suhu : 36.5 C

TB : 154 cm

BB sekarang : 47,7 kg

BB ibu sebelum hamil 46 kg.

Lila : 24 cm

b. Head To Toe

- Kepala :

Wajah tidak pucat dan tidak ada oedem, conjungtiva merah muda dan

sklera tidak ikterus, tidak ada polip pada hidung, mulut tidak ada

stomatitis, tidak ada caries pada gigi.

- Leher :

Tidak ada pembengkakan kelenjar thyroid

- Dada :

Mamae simetris, aerola hiperpigmentasi, puting susu menonjol, tidak

ada benjolan dan nyeri tekan, kolostrum sudah keluar

45
- Abdomen :

pembesaran perut asimetris, linea nigra, striae albican, tidak ada bekas

luka operasi.

Pemeriksaan Palpasi (Leopold)

Leopold I : TFU belum teraba

Leopold II : Tidak dilakukan.

Leopold III : Tidak dilakukan.

Leopold IV : Tidak dilakukan

Auskultasi : Tidak dilakukan

c. Pemeriksaan Anogenital Genetalia :

Tidak ada tanda varices, pada anus tidak ada haemoroid.

Ekstremitas : tidak ada oedem pada tangan/jari, pada ekstremitas bawah

(kaki) tidak ada varices, refleks patella kiri (+) dan kanan (+).

d. Pemeriksaan Penunjang :

Pemeriksaan laboratorium : Hb 11,5 gr/dl dan protein urine (-)

Triple eliminasi (diperiksa dipuskesmas) :

HIV : Negatif

HbSag : Negatif

Sipilis : Negatif

3. ANALISA

Diagnosa : G1P0A0 usia kehamilan 14-15 minggu dengan riwayat epilepsy

46
4. PENATALAKSANAAN

Tanggal : 10 Februari 2023

a. Memberitahu ibu hasil pemeriksaan

Bahwa keadaan ibu dan janin dalam batas normal, perkembangan

besar janin ibu bagus sesuai dengan usia kehamilan

b. Menjelaskan kepada ibu penatalaksanaan ibu hamil dengan riwayat

epilepsy

- Ibu hamil dengan epilepsy tidak berbeda dengan ibu hamil biasa,

harus sering control, istirahat yang cukup dan konsumsi makanan

yang bergizi

- Ibu hamil dengan riwayat epilepsy memang dianjurkan untuk

mengkonsumsi terapi obatnya setiap hari untuk meminimalisir

kejadian kejang pada ibu selama hamil terutama pada TMT I

- Ibu juga dianjurkan untuk USG stiap bulan untuk melihat

perkembangan kondisi janinnya

- Ibu dianjurkan juga untuk melakukan pemeriksaan dengan dokter

spesialis perinatal untuk melihat perkembangan janinnya

c. Menenangkan psikologis ibu tentang keadaan anaknya

Bahwa ibu tidak perlu khawatir dengan perkembangan janinnya selagi

ibu kooperatif dengan saran dan petunjuk dari doter dan bidan,

InsyaaAllah anak ibu lahir sehat dan selamat, karena berdasarkan

penelitian, jika ibu hamil dengan epilepsy tidak mengalami kejang

selama hamil maka sebesar 95 % bayinya akan sehat dan tidak

47
mengalami kecacatan. Dan sampai sekarang, semenjak ibu mengetahui

dirinya hamil, ibu tidak pernah kejang (kambuh epilepsinya)

d. Memberitahu ibu untuk istirahat yang cukup

Saat hamil ibu lebih mudah lelah karena membawa beban 2 kali lipat

lebih berat dari biasanya dan juga bisa memicu mual sehingga ibu

perlu istirahat

e. Menjadwalkan kunjungan ulang pada ibu yaitu 1 bulan lagi / 10 Maret

2023 / jika ibu ada keluhan segera lakukan pemeriksaan

48
BAB IV
PEMBAHASAN

Pada tanggal 10 Februari 2023, penulis bertemu dengan Ny.S sebagai

objek untuk pengambilan studi kasus yang sedang berkunjung ANC di

Bdn.Hj.Nelwati,S.ST. Ibu melakukan pemeriksaan sudah 3 kali selama kehamilan

ini, terakhir periksa 2 minggu yang lalu, Ibu mengatakan bahwa keluhannya kadang-

kadang masih mual-muntah pada pagi hari dan kurang nafsu makan, ibu juga

mengatakan bahwa dirinya mempunyai riwayat penyakit epilepsy, Ibu merasa khawatir

dengan perkembangan janinnya karena riwayat penyakitnya ini. Ibu juga mengatakan

lebih kurang 10 tahun mengidap epilepsy ini, selama ibu menkonsumsi obat setiap hari

kejangnya tidak pernah kambuh, sebaliknya jika ibu lupa konsumsi obat maka ibu akan

kejang. Selama hamil sampai sekarang Alhamdulillah tidak pernah kambuh. Ibu

mengatakan ini kehamilan pertamanya, ibu mengatakan hari pertama haid terakhir

tanggal 26 Oktober 2022 dengan diagnosa Ny. S usia 25 tahun G1P0A0 usia kehamilan

14-15 minggu dengan Riwayat Epilepsi, dan telah melakukan pemeriksaan dengan

dokter syaraf dan dianjurkan untuk melanjutkan konsumsi obat rutinnya setiap hari.

Kasus yang dialami Ny.S sesuai dengan teori yang dikemukakan pada jurnal

yang diteliti oleh Agus Taufiqurrohman, dkk bahwa perempuan hamil dengan epilepsy

dihadapkan pada kondisi yang unik. Penghentian sama sekali OAE juga bukan suatu

keputusan yang realistik. Satu sisi, kehamilannya mempunyai risiko untuk meningkatkan

serangan, di sisi lain penggunaan OAE umumnya mempunyai efek teratogenik.

Penanganan epilepsy pada perempuan hamil perlu direncanakan secara cermat. Epilepsi

merupakan salah satu kondisi neurologis yang paling sering ditemukan pada ibu hamil

dengan prevalensi 0,5-1%, wanita dengan epilepsi (WWE) disarankan untuk

49
melanjutkan obat antiepilepsi (OAE) selama kehamilan untuk mengurangi trauma ibu

dan janin yang terkait dengan kejang. Tujuannya adalah kontrol kejang yang optimal

dengan paparan OAE minimal terhadap janin. Paparan OAE prenatal dapat dikaitkan

dengan malformasi kongenital utama (MCM), retardasi pertumbuhan intrauterin,

sindrom dismorfik dan defisit dalam perkembangan neurokognitif. Pada WWE hamil,

penyebab peningkatan kejang tidak dipahami dengan jelas dan kemungkinan

multifaktorial. Kehamilan dikaitkan dengan sejumlah perubahan fisiologis, endokrin dan

psikologis, salah satu atau semua yang mungkin berkontribusi untuk menurunkan

ambang kejang.

Perubahan fisiologis selama kehamilan mengubah farmakokinetik OAE yang

dapat menyebabkan penurunan kadar dan penurunan kejang pada WWE. (Patel SI &

Pennell PB : 2016), jadi Ny.S tidak perlu khawatir dalam menkonsumsi obatnya, karena

itu adalah penatalaksanaan epilepsy pada ibu hamil untuk meminimalkan kejadian

kejang saat hamil.

Wanita dengan epilepsi yang sedang hamil juga dianjurkan untuk tidur yang

cukup dan patuh terhadap pengobatan epilepsi yang sedang dijalani. terutama pada

trimester akhir, dimana level dari obat antiepileptik berada pada titik terendah.( Fidelia

& Nainggolan JDL : 2018).

Kekhawatiran ibu akan keadaan perkembangan janinnya bisa di minimilisir jika

ibu patuh pada petunjuk dokter, yang mana sesuai dengan penelitian (Agus

Taufiqurrohman1,dkk) bahwa ibu yang tidak mengalami serangan pada trimester

pertama kehamilan namun juga mengkonsumsi OAE, cacat lahir yang terjadi hanya

sekitar 4 %. Jadi ibu disarankan untuk tidak berhenti mengkonsumsi obatnya, agar bayi

ibu lahir sehat dan selamat. Dari jurnal dijelaskan bahwa dampak dari ibu hamil dengan

epilepsy terhadap janin adalah bahwa Bayi dari ibu yang menderita epilepsi memiliki

50
risiko yang lebih tinggi untuk sejumlah outcome kehamilan yang merugikan. Di

antaranya adalah kematian janin, malformasi kongenital, perdarahan neonatus, berat

badan lahir rendah, keterlambatan perkembangan, kesulitan makan, dan epilepsi masa

kanak-kanak. Sejumlah data epidemiologi menunjukkan, anak dari perempuan penderita

epilepsi mengalami cacat lahir sekitar 2–3 kali lebih tinggi dari populasi umum2. Di

seluruh dunia, sekitar 40.000 bayi setiap tahun terpajan OAE di dalam kandungan.

Diperkirakan sekitar 1.500- 2.000 dari bayi tersebut mengalami cacat lahir sebagai

dampak OAE tersebut. Dari teoritis tersebut dapat kita analisa bahwa penatalaksanaan

yang dapat kita lakukan pada ibu hamil dengan epilepsy antara lain ibu harus dipantau

terus untuk tetap menkonsumsi obat OAE, menganjurkan ibu untuk USG dengan dokter

SPOG sub spesialis bagian perinatal setiap bulan untuk melihat perkembangan janin.

Selain penatalaksanaan asuhan kehamilan pada ibu epilepsy, asuhan kehamilan

ibu hamil yang fisiologis juga tetap diterapkan pada Ny.S yaitu asuhan minimal

mengikuti stándar “14 T” yaitu : Timbang berat badan, Ukur tekanan darah, Ukur tinggi

fundus uteri, Pemberian tablet besi minimal 90 tablet selama kehamilan, Pemberian

imunisasi Tetanus Toxoid lengkap, pemeriksaan Hb, Pemeriksaan VDRL (Veneral

Disease Research Lab), perawatan payudara, senam hamil, temu wicara/konseling,

pemeriksaan protein urine, pemeriksaan urine reduksi, pemberian obat malaria,

pemberian kapsul minyak Iodium. Hal ini sesuai dengan teori (Prawirohardjo, 2013).

Keluhan lain ibu saat ini meliputi mual muntah dengan frekuensi kurang dari 5 kali yang

disebut dengan riwayat epilepsi, dimana nafsu makan berkurang, mudah lelah, pusing,

sering BAK, dan emosi yang cenderung tidak stabil (Manuaba, 2012).

Dari hasil pemeriksaan yang dilakukan penulis, maka juga dapat ditegakkan

bahwa Ny. S juga mengalami riwayat epilepsi. Sesuai teori masalah pada kasus ini yang

telah dikaji yaitu ketidaknyamanan pada ibu hamil trimester II seperti mual muntah ± 3-

51
4 kali setiap hari, mudah lelah dan kurang nafsu makan sehingga dilakukan

penatalaksanaan seperti memberikan konseling mengenai cara mengatasi

ketidaknyamanan yang dialami oleh ibu akibat perubahan fisiologis dan psikologis yang

terjadi, tanda bahaya kehamilan trimester II, menganjurkan ibu untuk memenuhi

kebutuhan gizi ibu hamil dengan makanan dalam jumlah atau porsi sedikit tapi sering,

mengonsumsi makan-makanan yang mengandung vitamin B6 seperti hati, daging, biji-

bijian, serta menghindari makanan yang berlemak dan berminyak, istirahat yang cukup

yaitu 7-8 jam pada malam hari dan 1-2 jam pada saing hari, menjaga kebersihan dirinya

terutama pada bagian genetalia.

Pada kehamilan Ny.S, standar 14 T ini tidak seluruhnya diterapkan pada saat

pemeriksaan. Seperti pemberian tablet Fe dan pemeriksaan reduksi urine, pemberian

obat malaria dan pemberian kapsul minyak iodium dikarenakan ibu tidak ada indikasi

sehingga standar 14 T belum sesuai dengan teori.

Tekanan darah ibu hamil harus dalam batas normal (antara 110/70 mmHg

sampai 120/80 mmHg) apabila terjadi kenaikan tekanan darah (hipertensi) atau

penurunan tekanan darah (hipotensi), hal tersebut perlu diwaspadai karena dapat

berdampak buruk bagi ibu dan janin apabila tidak ditangani secara dini (Prawirohardjo,

2014). Setiap kali periksa kehamilan tekanan darah Ny.S adalah 100/70 mmHg hingga

120/80 mmhg, tekanan darah dalam batas normal. tidak ada kesenjangan dengan teori.

Ukuran lila Ny.S adalah 24 cm, angka tersebut masih sesuai teori yaitu ukuran

LILA pada wanita dewasa atau usia reproduksi adalah 23,5 cm. jika ukuran LILA

kurang dari 23,5 cm maka interpretasinya adalah Kurang Energi Kronis (KEK).

(Kusmiyati dkk, 2011). Pada saat kunjungan ANC didapatkan Tinggi Fundus Uteri pada

Ny.S belum teraba,. Menurut Tinggi Fundus Uteri Ny. S.sesuai dengan usia kehamilan

tidak ada kesenjangan dengan teori tinggi fundus uteri akan teraba pada usia kehamilan

52
12 minggu (Kusumahati; 2013). Normal DJJ pada teori berkisar antara 120x/menit

hingga 160x/menit. Pada Ny.S didapati DJJ belum terdengar dengan doppler, hal ini

sesuai dengan teori dan tidak memiliki kesenjangan dengan teori bahwa DJJ bisa

didengar dengan doppler setelah kehamilan 16 minggu (Prawiroharjo,2011).

Tablet penambah darah dapat diberikan sesegera mungkin setelah rasa mual

hilang yaitu satu tablet sehari. Tiap tablet mengandung Fe 320 mg (zat besi 60 mg) dan

Asam Folat 500 mg, zat besi akan menimbulkan mual pada ibu (Rismalinda, 2015). Pada

Ny.S belum diberikan Tablet besi/FE karena keluhan ibu yang masih dalam kondisi

mual, maka pemberian tablet FE ditunda sampai keluahan mual muntah berkurang.

(Prawirohardjo, 2012).

53
BAB V

PENUTUP

A. Kesimpulan

Setelah melakukan asuhan kebidanan kehamilan pada Ny. S usia 25

tahun dengan riwayat epilepsy dan keluhan mual muntah dengan

menerapkan manajemen varney yang dapat diambil kesimpulan Pada

pengkajian data di peroleh hasil data subyektif ibu mengatakan pusing,

lemas, mual muntah ±5 kali sehari. Ibu khwatir dengan perkembangan

janinnya karena riwayat penyakit dan mengkonsumsi obat rutin. Data

obyektif meliputi keadaan umum baik, kesadaran composmentis, tekanan

darah 100/70 mmHg, nadi : 78x/menit, pernafasan: 20x/menit, suhu: 36,5 C.

BB sebelum hamil 56 kg, BB sekarang 57,7 kg, TB : 154 cm dan LILA 24

cm.

Pada langkah interpretasi data diperoleh diagnose kebidanan yaitu Ny.

S usia 25 tahun G1P0A0 usia kehamilan 14-15 minggu dangan riwayat

epilepsy.

Perencanaan yang akan di lakukan adalah memberi edukasi hidup

sehat ibu dan janin, menjelaskan kepada ibu penanganan pada ibu hamil

dengan riwayat epilepsy yaitu ibu harus banyak istirahat, sering control

kehamilan dan tidak boleh putus/berhenti mengkonsumsi obat OEA nya,

USG dengan dokter SPOG sub spesialis perinatal. Menjelaskan kepada ibu

untuk tidak terlalu menkhawatirkan perkembangan janinnya karena selagi

54
ibu tidak mengalami kejang selama hamil maka kejadian kecacatan pada

janin hanya 4 %, maka dari hal itu ibu disarankan patuh menkonsumsi obat

agar tidak kambuh kejang saat hamil ini. Selain itu keluahan mual muntah

yang masih ibu rasakan masih dalam batas fisiologis, bisa jadi disebabkan

karena kekhawatiran ibu dan tingkat kecemasan ibu yang berlebihan akan

kehamilannya, maka menganjurkan ibu untuk segera memakan sesuatu yang

ringan setelah bangun tidur di pagi hari, menganjurkan ibu untuk makan

sedikit tetapi sering, menganjurkan ibu untuk konsumsi makanan yang

mengandung karbohidrat tinggi memberikan ibu wedang jahe bubuk untuk

membantu mengurangi mual muntah dan dapat membuat perut terasa lebih

nyaman, menganjurkan ibu untuk istirahat yang cukup. Pelaksanaan

dilakukan dengan baik sesuai rencana yang disusun karena adanya dukungan

keluarga dalam membantu memberikan dukungan pada ibu

Evaluasi hasil asuhan kebidanan kehamilan terhadap Ny S dengan

riwayat epilepsy dan riwayat epilepsi yaitu setelah 5 kali pertemuan

dilakukan didapatkan hasil Ny.S sudah berkurang rasa khawatirnya tentang

perkembangan janinnya dan berhasil mengatasi mual dan muntah serta

pusing seperti yang di keluhkan.

B. Saran

Berdasarkan kesimpulan diatas, maka penulis dapat memberikan masukan

antara lain

1. Bagi Institusi Pendidikan

Diharapkan laporan tugas akhir ini bisa menjadi bahan bacaan atau

55
refrensi bagi program studi profesi Kebidanan Universitas Sumatera Barat

yang berkaitan dengan asuhan yang diberikan kepada ibu hamil dengan

riwayat epilepsy dan riwayat epilepsi. Serta diharapkan mahasiswa dapat

mengaplikasikan materi yang telah diberikan serta mampu memberikan

asuhan yang bermutu dan berkualitas pada masyarakat.

2. Bagi BPM Bdn.Hj.Nelwati,S.ST

Diharapkan agar dapat menginformasikan pelayanan kesehatan,

menginformasikan terhadap hamil yang mengalami riwayat epilepsy dan

riwayat epilepsi dengan edukasi dan asuhan kebidanan yang sesuai.

3. Bagi Ibu/ Keluarga

Diharapkan ibu dapat menerapkan asuhan kehamilan secara komprehensif

sehingga masalah dan kekhawatiran ibu tentang riwayat epiepsi dan

riwayat epilepsi pada ibu teratasi.

56
DAFTAR PUSTAKA

Bobak, Lowdermilk, & Jensen. 2014. Buku ajar keperawatan maternitas.


Jakarta : EGC Bobak. 2013. Buku Ajar Keperawatan Maternitas.
Jakarta: EGC

Guyton. & Hall. 2012. Buku ajar fisiologi kedokteran Edisi 11. Jakarta: EGC
Hidayat, A.A. 2014. Riset Keperawatan dan teknik penulisan llmiah
Jakarta: Salemba Medika

Hidayat, A.Aziz Alimul. 2014. Metode Penelitian Kesehatan: Paradigma


Kuantitatif. Surabaya: Health Book Publishing

Manuaba. 2014. Buku saku bidan,Jakarta : EGC

Prawirohardjo, S. 2014. Ilmu Kebidanan . Jakarta: PT. Bina Pustaka . The


Philippine Food Composition Tables 1997. Users Guide. Food and
Nutrition Research

Sarwono. 2014. Ilmu Kebidanan. Jakarta: Sagung Seto Sinclair. 2013. Buku Saku
Kebidanan. Jakarta : EGC

Sulistyawati, A. (2019). Asuhan Kebidanan pada Masa Kehamilan. Jakarta :


Salemba Medika.

Tiran D.Mual Dan Muntah Dalam Kehamilan. Buku Kedokteran EGC; 2015

Varney. 2012. Asuhan Kebidanan. Jakarta: ECG Warianto,M, 2014. Akupresur


pada Riwayat epilepsi. Jakarta: ECG Wiknjosastro, H. 2015. Ilmu
kebidanan. Jakarta : Yayasan Bina Pustaka
https://akper-sandikarsa.e-journal.id/JIKSH/article/view/347/264

https://hellosehat.com/kehamilan/kandungan/masalah-kehamilan/kek-pada-ibu-hamil/

http://repository.poltekkes-denpasar.ac.id/2829/3/BAB%202.pdf

57

Anda mungkin juga menyukai