Anda di halaman 1dari 42

ASUHAN KEBIDANAN PRA KONSEPSI

MEMPERSIAPKAN KEHAMILAN SEHAT DI UPTD PUSKESMAS


SAMBOJA

Disusun oleh:
Yuni Ikawati
NIM. P07224422239

KEMENTERIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA


POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES KALIMANTAN TIMUR
PROGRAM STUDI PROFESI KEBIDANAN
TAHUN 2023
LEMBAR PENGESAHAN

Asuhan kebidanan pada pasangan usia subur merencanakan kehamilan sehat telah
diperiksa dan disetujui oleh pembimbing ruangan dan pembimbing institusi di
Puskesmas Samboja

Samboja, Februari 2023


Mahasiswa,

Yuni Ikawati
NIM. P07224422239

Pembimbing Institusi Pembimbing Lahan

Hj. Rahmawati Wahyuni,M.Keb Herlina, A.Md.Keb


NIP. NIP.
PERNYATAAN KEASLIAN TULISAN

Saya yang bertanda tangan dibawah ini:

Nama : Yuni Ikawati

Nim : P07224422239

Program Studi : Pendidikan Profesi Bidan Jurusan kebidanan Poltekes


Kemenkes Kaltim

Menyatakan dengan sebenarnya bahwa Laporan Komprehensif yang


saya tulis ini benar - benar hasil karya sendiri, bukan merupakan tulisan atau
pikiran orang lain yang saya akui sebagai tulisan atau pikiran saya sendiri.
Apabila dikemudian hari dapat dibuktikan bahwa laporan ini adalah
hasil plagiat atau mengcopy hasil orang lain, maka saya bersedia menerima
sanksi sesuai aturan yang sudah ditentukan dalam buku panduan atas
perbuatan tersebut.

Samarinda, Mahasiswa

Yuni Ikawati
NIM. P07224422239
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur kami panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa, karena atas
berkat dan rahmat-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan laporan Asuhan
Kebidanan Pasangan Usia Subur dengan Perencanaan kehamilan sehat di Poli
KIA UPTD Puskesmas Puskesmas Samboja. Penyusunan laporan ini terwujud
atas bimbingan, pengarahan dan bantuan dari berbagai pihak yang tidak bisa
penulis sebutkan satu persatu, dan pada kesempatan ini penulis menyampaikan
ucapan terimakasih kepada:

1. H. Supriadi B, S.Kep., M.Kep selaku Direktur Politeknik Kesehatan


Kementerian Kesehatan KalimantanTimur.
2. Inda Corniawati,M.Keb selaku Ketua Jurusan Kebidanan Politeknik
Kesehatan Kementerian Kesehatan KalimantanTimur.
3. Nursari Abdul Syukur, M.Keb selaku Ketua Program Studi Pendidikan
Profesi bidan Jurusan Kebidanan Politeknik Kesehatan Kementerian
Kesehatan KalimantanTimur.
4. Hj. Rahmawati Wahyuni, M.Keb, selaku Pembimbing Institusi yang
telah memberikan bimbingan dan masukan dalam penyusunan laporan
ini.
5. Su’ud, S.Kep, selaku Kepala UPTD Puskesmas Samboja.
6. Herlina,A.Md.Keb, selaku Preceptor Lahan Praktik UPTD Puskesmas
Samboja yang telah memberikan bimbingan dan masukan dalam
penyusunan laporan ini.
7. Seluruh dosen dan staf Program Studi Pendidikan profesi bidan jurusan
Kebidanan Politeknik Kesehatan Kementerian Kesehatan
KalimantanTimur.
8. Keluarga yang telah memberikan bantuan baik dukungan material dan
moral.
9. Rekan mahasiswi Profesi kebidanan atas motivasi serta saran
dan kritik sehingga penulis dapat menyelesaikan laporan ini.
Akhir kata, saya berharap Tuhan Yang Maha Esa berkenan membalas
segala kebaikan semua pihak yang telah membantu. semoga laporan
komprehensif ini membawa manfaat bagi pengembangan ilmu.

Samboja, Februari 2023

Penyusun

DAFTAR ISI
ASUHAN KEBIDANAN PRA KONSEPSI.......................................................................................
LEMBAR PENGESAHAN.................................................................................................................
KATA PENGANTAR.........................................................................................................................
DAFTAR ISI........................................................................................................................................
BAB I....................................................................................................................................................
A. Latar Belakang........................................................................................................................
B. Tujuan......................................................................................................................................
BAB II..................................................................................................................................................
A. Konsep Dasar Teori Asuhan Kebidanan Pra Konsepsi Mempersiapkan
Kehamilan Sehat..............................................................................................................................
1. Persiapan Fisik........................................................................................................................
2. Persiapan Gizi.........................................................................................................................
3. lmunisasi Tetanus.................................................................................................................
4. Menjaga Kesehatan Organ Reproduksi...............................................................................
5. Menjaga Kesehatan Jiwa dan Harmonisasi Pasangan Suami lstri....................................
B. Konsep Dasar Manajemen Asuhan Kebidanan Pra Konsepsi
Mempersiapkan Kehamilan Sehat...............................................................................................
BAB III...............................................................................................................................................
BAB V.................................................................................................................................................
A. Kesimpulan............................................................................................................................
B. Saran.......................................................................................................................................
DAFTAR PUSTAKA........................................................................................................................

BAB I

PENDAHULUAN
A. Latar Belakang

Data angka kematian ibu (AKI) dan angka kematian bayi (AKB)

adalah salah satu indicator untuk melihat derajat kesehatan dinegara

berkembang. Data menunjukan bahwa AKI dan AKB di Indonesia masih

tinggi meskipun sebelumnya mengalami penurunan. Hal ini masih jauh dari

target Sustainable Development Goals (SDGs) 2015-2030 yaitu dengan target

menurunkan AKI menjadi 70 per 100.000 kelahiran hidup. (Direktorat

Kesehatan Keluarga, 2016)

Angka Kematian Ibu masih menjadi permasalahan yang penting

dalam bidang kesehatan ibu dan anak, mengingat lebih dari 90% angka

kematian ibu disebabkan oleh komplikasi obstetrik yaitu pada masa

kehamilan, persalinan dan nifas. Komplikasi dapat juga terjadi pada ibu hamil

yang tidak memiliki resiko dan akan meningkat pada ibu hamil yang memiliki

faktor resiko. Diperkirakan sekitar 15% kehamilan akan mengalami resiko

tinggi yang membahayakan keadaan ibu maupun janin apabila tidak ditangani

secara dini dan memadai (Saiffudin, 2007).

Kementerian Kesehatan (Kemenkes) mencatat, sebanyak 7.389 ibu di

Indonesia meninggal pada 2021. Jumlah tersebut meningkat 59,69%

dibandingkan tahun sebelumnya yang sebanyak 4.627 orang. Sebagian besar

kematian ibu pada 2021 disebabkan oleh Covid-19, yakni 2.982 orang.

Sebanyak 1.320 ibu meninggal akibat pendarahan,  1.077 ibu yang meninggal

akibat hipertensi dalam kehamilan. Penyakit jantung menjadi penyebab

kematian dari 335 ibu .  Ibu yang meninggal dunia akibat infeksi dan
gangguan metabolik masing-masing sebanyak 207 orang dan 80 orang, 65

ibu meninggal akibat gangguan sistem peredaran darah, 14 ibu lainnya

meninggal akibat abortus serta terdapat penyebab lainnya yang merenggut

nyawa 1.309 ibu.

Dimana penyebab tersebut dapat dicegah jauh-jauh hari dengan cara

mempersiapkan kehamilan baik untuk calon ayah maupun calon ibu yaitu

melalui konseling pra konsepsi atau sebelum terjadinya kehamilan. Calon

suami juga mempunyai peran penting dalam mempersiapkan kehamilan, guna

mendukung calon istri dan memenuhi segala kebutuhan istri saat hamil.

Namun, pada kenyataannya suami sering kali kurang memperhatikan

kesehatan istri sebelum hamil dan selama hamil (Muryani, 2015).

Konseling pra konsepsi merupakan suatu konseling yang diberikan

sebelum terjadinya kehamilan untuk pasangan usia subur. Konseling pra

konsepsi berisi tentang saran dan anjuran mengenai segala sesuatu yang perlu

diupayakan untuk persiapan menuju terjadinya proses konsepsi atau

pembuahan. (Muryani, 2015)

Persiapan kehamilan merupakan segala persiapan pemeliharaan hidup

sehat sebelum terjadinya kehamilan diperkirakan 3-6 bulan sebelum terjadi

kehamilan. (Triyana, 2013).Pelayanan kesehatan masa sebelum hamil

menurut permenkes no 97 tahun 2014 meliputi pemeriksaan fisik,

pemeriksaan penunjang pemberian imunisasi TT, suplementasi gizi,

pelayanan kesehatan dan konsultasi gizi lainya.


Persiapan fisik dan mental merupakan suatu hal yang penting yang harus

dipersiapkan sebelum terjadinya kehamilan, untuk mencegah terjadinya

komplikasi-komplikasi obstetrik yang membahayakan keadaan ibu maupun

janin, persiapan fisik yang harus dipersiapkan adalah menentukan usia

reproduksi yang sehat, melakukan imunisasi TT, mengkonsumsi tablet

penambah darah dan asam folat, serta menjaga pola nutrisi yaitu

mengkonsumsi makan-makanan yang mengandung gizi tinggi. (Marmi, 2011)

Calon suami juga mempunyai peran penting dalam mempersiapkan

kehamilan, guna mendukung calon istri dan memenuhi segala kebutuhan istri

saat hamil, bersalin dan nifas, karena suami sebagai kepala keluarga

mempunyai banyak peran penting dalam keluarga terutama dalam tindakan

dan pengambilan keputusan yang sangat berpengaruh terhadap kesehatan dan

kesejahteraan ibu hamil, bersalin, dan nifas. Namun, pada kenyataannya

suami sering kali kurang memperhatikan kesehatan istri selama hamil dan

tidak mengetahui apakah kehamilan istrinya termasuk resiko tinggi atau tidak.

Langkah awal yang dapat dilakukan laki-laki untuk menyelamatkan

kesehatan ibu adalah merencanakan keluarganya. (Sudarma, 2012).

Kesehatan ibu penting untuk untuk perawatan prakonsepsi, kesehatan ayah

sebagai faktor penting untuk kehamilan yang sehat (Kasman,2020)

Oleh karena itu, program persiapan pra konsepsi menjadi penting dalam

perencanaan kehamilan yang sehat. Dengan demikan, bidan sebagai ujung

tombak kesehatan ibu dan anak memiliki peran penting dalam memberikan
konseling tetang perencanaan kehamilan yang sehat pada pasangan usia

subur.

B. Tujuan

1. Tujuan Umum

Penulis mampu melaksanakan asuhan kebidanan pra konsepsi

merencanakan kehamilan sehat menggunakan pola pikir ilmiah melalui

pendekatan manajemen kebidanan menurut Varney.

2. Tujuan Khusus

Dalam memberikan asuhan kebidanan pra konsepsi merencanakan

kehamilan sehat penulis mampu:

a. Menjelaskan konsep dasar teori kehamilan sehat

b. Membantu pasien dalam merencanakan kehamilan sehat

c. Melaksanakan asuhan kebidanan pra konsepsi merencanakan

kehamilan sehat dengan pendekatan varney yang terdiri dari :

1) Melakukan pengkajian

2) Mengidentifikasi diagnosa atau masalah

3) Identifikasi masalah potensial

4) Identifikasi kebutuhan segera

5) Mengembangkan rencana asuhan/intervensi

6) Implementasi

7) Evaluasi

d. Mendokumentasikan asuhan kebidanan pra konsepsi merencanakan

kehamilan sehat dalam bentuk catatan SOAP.


e. Melakukan pembahasan dengan menggunakan 7 langkah Varney.
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Konsep Dasar Teori Asuhan Kebidanan Pra Konsepsi Mempersiapkan

Kehamilan Sehat

1. Pengertian Prakonsepsi

Persiapan prakehamilan (prakonsepsi) adalah istilah luas yang

mengacu pada proses identifikasi berbagai risiko, seperti risiko sosial,

perilaku, lingkungan, dan biomedis terhadap kesuburan dan hasil

kehamilan seorang wanita, yang bertujuan untuk mengurangi risiko ini

(bila mungkin) melalui pendidikan, konseling, dan intervensi yang tepat,

sebelum kehamilan (Krisnadi S., 2017) .

Perencanaan kehamilan merupakan perencanaan berkeluarga yang

optimal melalui perencanaan kehamilan yang aman, sehat dan diinginkan

merupakan salah satu faktor penting dalam upaya menurunkan angka

kematian maternal. Menjaga jarak kehamilan tidak hanya

menyelamatkan ibu dan bayi dari sisi kesehatan, namun juga

memperbaiki kualitas hubungan psikologi keluarga (Mirza, 2018).

Merencanakan kehamilan merupakan perencanaan kehamilan untuk

mempersiapkan kehamilan guna mendukung terciptanya kehamilan yang

sehat dan menghasilkan keturunan yang berkualitas yang diinginkan oleh

keluarga (Nurul, 2013).


Perencanaan kehamilan sehat yang dimulai dengan gaya hidup

sehat,yang ditandai dengan berat badan sebelum hamil yang sehat, diet

berkualitas timggi diawal kehamilan dan mengelola stress dapat

menurunkan resiko kelahiran bayi premature (Hedderson,2021)

Perencanaan kehamilan bertujuan untuk mencegah kondisi:

a. Terlalu muda yaitu kehamilan usia < 20 tahun

b. Terlalu tua yaitu kehamilan usia >35 tahun

c. Terlalu dekat yaitu jarak kehamilan < 2 tahun

d. Terlalu sering yaitu hamil > 3 anak

Bila terjadi kehamilan dengan 4 terlalu akan berdampak tidak baik untuk

kesehatan ibu dan anak. Kehamilan perlu direncanakan karena tiap calon

pengantin / calon orang tua diharapkan memiliki kesehatan yang baik dan

terhindar dari penyakit (Kemenkes RI,2018)

2. Persiapan Fisik

Secara umum, seorang individu dikatakan siap secara fisik apabila

telah selesai fase pertumbuhan tubuh yaitu sekitar usia 20 tahun.

Persiapan fisik pranikah meliputi pemeriksaan status kesehatan, status

gizi, dan laboratorium (darah rutin dan yang dianjurkan).

a. Pemeriksaan tanda-tanda vital: suhu, nadi, frekuensi nafas, tekanan

darah

b. Pemeriksaan status gizi:

1) Berat badan

2) Tinggi badan
3) Lingkar lengan atas (LiLA)

4) Tanda-tanda Anemia

Menurut penelitian Annisa, dkk (2019) kadar Hb pada wanita

prakonsepsi dipengaruhi oleh asupan energi, protein, zat besi

dan status gizi. Namun, faktor yang paling berpengaruh adalah

asupan energi dan status gizi.

c. Pemeriksaan darah rutin: Hb, golongan darah dan rhesus

d. Pemeriksaan urin rutin

e. Pemeriksaan lain atas indikasi seperti: Gula darah, IMS, HIV,

Malaria, Thalassemia, Hepatitis B, TORCH (toksoplasmosis,

rubella, citomegalovirus dan herpes simpleks)

3. Persiapan Gizi

Penilaian status gizi seseorang dapat ditentukan dengan menghitung

Indeks Masa Tubuh (IMT) berdasarkan PMK RI Nomor 41 Tahun 2014

tentang Pedoman Gizi Seimbang, sebagai berikut:

BB( kg)
IMT= 2 2
TB (m )

Keterangan:

BB = Berat Badan (kg)

TB = Tinggi Badan (m)

Dari hasil perhitungan tersebut dapat diklasifikasikan status gizinya

sebagai berikut:

Tabel 2.1 Status gizi berdasarkan IMT


Kategori IMT
Kurus Kekurangan berat badan tingkat berat < 17,0
Kekurangan berat badan tingkat ringan 17,0 – 18,4
Normal 18,5 – 25,0
Gemuk Kelebihan berat badan tingkat ringan 25,1 – 27,0
Kelebihan berat badan tingkat berat > 27,0
Sumber: Depkes, 2011; Supariasa, dkk, 2014.

Jika seseorang termasuk kategori :

a. IMT < 17,0: keadaan orang tersebut disebut kurus dengan

kekurangan berat badan tingkat berat atau Kurang Energi Kronis

(KEK) berat.

b. IMT 17,0 – 18,4: keadaan orang tersebut disebut kurus dengan

kekurangan berat badan tingkat ringan atau KEK ringan (Pedoman

Gizi Seimbang, 2014)

c. Menurut Supariasa, dkk (2014), pengukuran LLA pada kelompok

Wanita Usia Subur (usia 15 – 45 tahun) adalah salah satu deteksi

dini yang mudah untuk mengetahui kelompok berisiko Kekurangan

Energi Kronis (KEK). Ambang batas LLA WUS dengan risiko KEK

di Indonesia adalah 23,5 cm. Apabila LLA < 23,5 cm atau dibagian

merah pita LLA, artinya wanita tersebut mempunyai risiko KEK,

dan diperkirakan akan melahirkan berat bayi lahir rendah (BBLR),

BBLR mempunyai risiko kematian, gizi kurang, gangguan

pertumbuhan, dan perkembangan anak (Supariasa, dkk, 2014).

Menurut penelitian Contance (2021) bahwa IMT dan status gizi ibu

dapat mempengaruhi berat lahir anak. Pola konsumsi makanan dan gaya
hidup mempengaruhi IMT dan kenaikan berat badan ibu serta

pertumbuhan janin

Selain melalui pengukuran IMT, status gizi juga diukur

menggunakan lingkar lengan atas (LiLA), yang bertujuan untuk

mengetahui adanya risiko Kurang Energi Kronik (KEK). Ambang

batas LiLA pada WUS dengan KEK di Indonedia adalah 23,5 cm.

Apabila LiLA kurang dari 23,5 cm (bagian merah pita LiLA), artinya

perempuan tersebut mengalami KEK. Persiapan gizi lainnya yang harus

dilakukan antara lain:

a. Setiap pasangan dianjurkan memakan makanan bergizi seimbang.

b. Wanita dianjurkan mengkonsumsi tablet tambah darah yang

mengandung zat besi dan asam folat satu kali dalam seminggu.

c. Apabila wanita mengalami kekurangan energi kronis (KEK) dan

anemia, maka perlu ditentukan penyebabnya dan ditatalaksana sesuai

dengan penyebab tersebut.

d. Untuk mendapatkan masukan gizi yang seimbang ke dalam tubuh

perlu mengkonsumsi 5 kelompok pangan yang beraneka ragam

setiap hari atau setiap kali makan. Kelima kelompok pangan tersebut

adalah makanan pokok, lauk pauk, sayuran, buah-buahan, dan

minuman proporsinya dalam setiap kali makan dapat digambarkan

dalam ISI PIRINGKU yaitu:

1) sepertiga piring berisi makanan pokok

2) sepertiga piring berisi sayuran


3) sepertiga piring berisi lauk pauk dan buah-buahan dalam

proporsi yang sama

Gambar 2.1 ISI PIRINGKU


e. Beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam menjaga agar

tubuh tetap sehat:

1) Biasakan minum air putih 8 gelas per hari

2) Hindari minum teh atau kopi setelah makan

3) Batasi mengonsumsi garam, gula, dan lemak/minyak

f. Berikut adalah 4 pilar gizi seimbang yang dapat dijadikan pedoman

untuk gaya hidup sehat.


Gambar 2.2 4 Pilar gizi seimbang
4. lmunisasi Tetanus

lmunisasi Td untuk WUS (Wanita Usia Subur) termasuk ibu

hamil dan catin, merupakan imunisasi lanjutan yang terdiri dari imunisasi

terhadap penyakit Tetanus dan Difteri. Catin perempuan perlu

mendapat imunisasi Tetanus agar memiliki kekebalan sehingga bila

hamil dan melahirkan, ibu dan bayi akan terlindungi dari

penyakit Tetanus. Tiap WUS (15-49 tahun) diharapkan sudah

mendapat 5 kali imunisasi Tetanus lengkap (T5). Sebelum

lmunisasi, dilakukan penentuan status imunisasi Tetanus

(status T) melalui skrining. Jika status T belum lengkap, maka

catin perempuan harus melengkapinya di Puskesmas. Pemberian

imunisasi Tetanus tidak perlu diberikan, apabila status T sudah


mencapai T5, yang harus dibuktikan dengan catatan yang tercantum

antara lain pada Kartu lmunisasi, buku Kesehatan lbu dan Anak,

buku Rapor Kesehatanku, kohort dan/atau rekam medis catin

yang bersangkutan.

Tabel 2.2 Perlindungan Status Imunisasi TT


Status TT Interval Pemberian Lama Perlindungan
Langkah awal pembentukan
TT 1 kekebalan tubuh terhadap
penyakit Tetanus
TT II 4 minggu setelah TT 1 3 tahun
TT III 6 bulan setelah TT II 5 tahun
TT IV 1 tahun setelah TT III 10 tahun
TT V 1 tahun setelah TT IV > 25 tahun *)
Sumber: Kemenkes, 2017.

5. Menjaga Kesehatan Organ Reproduksi

Organ reproduksi perlu dijaga kesehatannya agar dapat berfungsi

dengan baik. Beberapa tips untuk menjaga kesehatan organ reproduksi

antara lain:

a. Sebaiknya pakaian dalam diganti minimal 2 kali sehari.

b. Gunakan pakaian dalam berbahan sintetis (katun)

c. yang dapat menyerap keringat dan tidak terlalu ketat.

d. Membersihkan organ reproduksi luar dari depan ke belakang dengan

menggunakan air bersih dan dikeringkan menggunakan handuk atau

tisu.

e. Pakailah handuk yang bersih, kering, tidak lembab/bau.


f. Khusus untuk perempuan:

1) Tidak boleh terlalu sering menggunakan cairan pembilas

vagina.

2) Jangan memakai pembalut tipis dalam waktu lama.

3) Pergunakan pembalut ketika menstruasi dan diganti paling

lama setiap 4 jam sekali atau setelah buang air.

4) Bagi perempuan yang sering keputihan, berbau dan

berwarna harap memeriksakan diri ke petugas kesehatan.

g. Bagi laki-laki dianjurkan untuk disunat.

6. Menjaga Kesehatan Jiwa dan Harmonisasi Pasangan Suami lstri

Sehat jiwa adalah kondisi dimana seorang individu dapat

berkembang secara fisik, mental, spiritual, dan sosial sehingga individu

tersebut menyadari kemampuan sendiri, dapat mengatasi tekanan, dapat

bekerja secara produktif, dan mampu memberikan kontribusi untuk

komunitasnya.

Ciri-ciri sehat jiwa:

a. Perasaan sehat dan bahagia

b. Menyadari kemampuan diri

c. Merasa nyaman terhadap diri sendiri

d. Dapat menerima orang lain apa adanya

e. Merasa nyaman berinteraksi dengan orang lain

f. Mampu memenuhi kebutuhan hidup

g. Mampu menghadapi tantangan hidup


h. Mempunyai sikap positif terhadap diri dan orang lain

B. Konsep Dasar Manajemen Asuhan Kebidanan Pra Konsepsi

Mempersiapkan Kehamilan Sehat

I. Pengkajian

Data Subjektif

1. Biodata / Identitas

Hal utama yang penting dikaji pada pasangan prakonsepsi antara

lain;

a. Umur

Umur reproduksi sehat dan aman adalah umur 20-35 tahun

(Prawirohardjo, dkk, 2016). Pada umur < 20 tahun, fisiologis alat

reproduksi belum sepenuhnya matang dan psikologis masih belum

stabil akibatnya meningkatkan risiko mengalami penyulit saat hamil.

Sedangkan pada umur > 35 tahun, fungsi alat reproduksi dan organ

lainnya sudah menurun, apalagi wanita yang hamil pertama pada

usia ini, memiliki risiko lebih tinggi untuk mengalami preeklampsia.

b. Alamat

Kondisi lingkungan tempat tinggal ikut memberikan pengaruh

terhadap kesehatan istri dan suami pada masa prakonsepsi.Beberapa

penelitian menyebutkan bahwa perempuan yg bekerja di lingkungan

pertanian lebih sering mengalami abortus spontan dan kasus

Stillbirth (lahir mati) lebih sering dijumpai diantara perempuan yang


bertempat tinggal dekat tempat aplikasi karbamat pada trimester II

(Winardi, 2016).

c. Pekerjaan

Pekerjaan merupakan jembatan untuk memperoleh uang dalam

rangka memenuhi kebutuhan hidup dan untuk mendapatkan tempat

pelayanan kesehatan yang diinginkan. Pendapatan seseorang

berpengaruh terhadap kemampuannya dalam memenuhi kebutuhan

hidup, salah satunya adalah kebutuhan nutrisi. Kondisi nutrisi yang

kurang baik dapat menyebabkan terjadinya anemia pada ibu hamil,

gangguan pertumbuhan janin dalam uterus, BBLR, dan premature.

2. Riwayat menstruasi

Hal utama yang perlu dikaji adalah menarche, siklus menstruasi

dan gangguan menstruasi. Menarche adalah menstruasi pertama kali

yang merupakan tahap kematangan organ-organ seksual perempuan

dan tanda siklus masa subur telah mulai, Siklus menstruasi dan

gangguan mentruasi dapat mempengaruhi masa subur(Yusuf, dkk,

2014).

a. Usia menarche: umumnya remaja wanita mengalami menarche

usia 12-16 tahun

b. Siklus menstruasi: siklus menstruasi merupakan waktu sejak

hari pertama menstruasi sampai datangnya menstruasi periode

berikutnya. Siklus menstruasi pada wanita normal berkisar


antara 21-35 hari yang ditandai dengan keluarnya darah

sebanyak 10 hingga 80 ml perhari (Nuraini,, 2018)

c. Lama menstruasi: normalnya menstruasi biasanya antara 3-5

hari. Ada yang 1-2 hari diikuti darah sedikit-sedikit, kemudian

ada yang 7-8 hari. Pada setiap wanita biasanya lama menstruasi

itu menetap (N Panggih, 2015)

d. Keluhan saat haid: umumnya mengeluh nyeri haid/ dismenorea

e. Pengeluaran sekret: keputihan normal adalah tidak berbau,

berwarna putih, dan tidak gatal apabila berbau, berwarna, dan

gatal dicurigai adanya kemungkinan infeksi alat genital.

(Saifuddin, 2014)

3. Riwayat imunisasi

Skrining status imunisasi perlu dilakukan pada calon ibu

terutama imuniasai TT. Indonesia merupakan salah satu negara yang

belum dapat mengeliminasi tetanus 100% sehingga status imunisasi

ibu/calon ibu harus selalu diskrining (Kemenkes RI, 2017).

4. Riwayat kontrasepsi

Penggunaan kontrasepsi berhubungan dengan masa kembalinya

kesuburan pada perempuan. Organ reproduksi memerlukan waktu

untuk pemulihan setelah lepas/berhenti dari pemakaian kontrasepsi.

Hal ini seperti diungkapkan oleh Handayani, dkk (2015), bahwa

lama kembalinya kesuburan dari wanita pasca menggunakan KB

suntik 3 bulan adalah 6 bulan dan yang paling lama adalah 13 bulan.
5. Riwayat obstetri yang lalu

Riwayat kehamilan, persalinan, dan nifas terdahulu yang

berkaitan dengan morbiditas dan masalah-masalah lain adalah

signifikan dan perlu digali dengan cermat untuk menghasilkan

riwayat yang akurat sebelum memberikan nasihat tentang konsepsi.

a. Paritas

Ibu pernah hamil atau melahirkan 4 kali atau lebih akan banyak

mempengaruhi keadaan kesehatan ibu dan kekendoran pada

dinding Rahim. Bahaya yang dapat terjadi yaitu kelainan letak,

persalinan letak lintang: robekan rahim pada kelainan letak

lintang; persalinan lama; perdarahan pasca persalinan. Grande

multipara juga dapat menyebabkan solusio plasenta dan plasenta

previa (widatiningsih dan dewi ,2017)

b. Jumlah anak

Persalinan yang pertama sekali (primipara) biasanya mempunyai

risiko relatif tinggi terhadap ibu dan anak, kemudian risiko ini

menurun pada paritas kedua dan ketiga, dan akan meningkat lagi

pada paritas keempat dan seterusnya.

c. Jarak kehamilan

Jarak kelahiran optimal adalah antara 2 tahun sampai dengan 5

tahun. Menurut anjuran yang dikeluarkan oleh badan koordinasi

keluarga berencana (BKKBN) jarak kelahiran yang ideal adalah

2 tahun (BKKBN, 2017).


d. Riwayat komplikasi

Riwayat kehamilan dan persalinan yang buruk sebelumnya

merupakan salah satu penyebab komplikasi obstetrik yang tidak

langsung. Termasuk riwayat obstetrik sebelumnya yang buruk

meliputi abortus, partus prematur, IUFD, perdarahan

postpartum, riwayat pre eklamsia, riwayat kehamilan mola

hidatidosa, perdarahan antepartum, gemeli, hidramnion, riwayat

persalinan dengan tindakan. Seorang ibu yang pernah

mengalami komplikasi pada kehamilan atau persalinan yang

sebelumnya berisiko akan mengalami komplikasi pada

kehamilan atau persalinan berikkutnya (Widatiningsih & Dewi,

2017).

6. Riwayat kesehatan klien

a. Hipertensi

Penyakit hipertensi diakaitkan dengan peningkatan persalinan

prematur dan retardasi pertumbuhan intrauterin serta insiden

mortalitas perinatal yang lenih tinggi. Penyakit ini juga

merupakan salah satu penyebab kematian ibu yang paling

sering. Tekanan darah harus distabilkan sebelum konsepsi dan

kemudian dipantau ketat selama masa kehamilan. Sebagian

besar wanita dengan hipertensi kronis dapat mengharapkan

kelahiran seorang bayi yang normal dan sehat. Sasaran utama

pada periode prakonsepsi ialah menghindarai penggunaan


penghambat ACE dan antogonis reseptor angiotensin. Wanita

harus diberi pendidikan kesehatan tentang risiko pereeklampsia

dan hambatan pertumbuhan janin (Varney, 2009). Pada laki-laki

tekanan darah tinggi dapat menyebabkan masalah gangguan

ereksi baik secara langsung maupun karena efek samping obat.

b. Diabetes Melitus (DM)

Telah terbukti adanya suatu hubungan antara hiperglikemia pada

sekitar waktu konsepsi dengan kelainan pembentukan organ,

terutama tuba nueral, jantung, dan ginjal. Komplikasi yang dapat

timbul selama masa kehamilan meliputi preeklamsia,

polihidramnion, dan persalinan prematur. Oleh karena itu,

wanita yang menderita diabetes melitus perlu mendapat

konseling dan memantau disbetesnya dengan cermat, baik

sebelum masa prakonsepsi maupun sepanjang masa usia subur

(Varney, 2009; Prawirhardjo, 2018).

c. Penyakit ginjal

Pada perempuan sebelum konsepsi, terdapat perubahan adaptif

ginjal untuk mempersiapkan kehamilan. Pada fase luteal setiap

siklus menstruasi, aliran darah ke ginjal dan laju filtrasi

glomerulus (LFG) meningkat hingga 10-20%. Jika kehamilan

terjadi, perubahan hemodinamik ini terus berlanjut. Pada

pertengahan trimester kedua, aliran darah ke ginjal meningkat

hingga 70-80% jika dibandingkan wanita tidak hamil,


menyebabkan peningkatan LFG hingga 55%. (Wicaksono, dkk,

2017). Pada laki-laki gagal ginjal kronis, terjadi kegagalan

dalam pembuangan limbah tubuh. Hal ini dapat mempengaruhi

kualitas sperma dan kesuburan.

d. Asma

Wanita dengan riwayat asma saat hamil dapat berkurang

gejalanya atau bertambah keparahannya. Untuk menghindari

bertambah parahnya penyakit, hindarilah kemungkinan

terjadinya infeksi pernapasan dan upayakan tekanan emosional

tetap stabil (Agustina, 2015). Asma juga merupakan salah satu

penyakit yang dapat diturunkan secara genetik.

e. Anemia dan thalassemia

Pada perempuan dengan riwayat penyakit anemia atau

thalassemia akan bertambah buruk saat kehamilan. Pada

kehamilan kebutuhan oksigen lebih tinggi sehingga memicu

peningkatan produksi eritropoetin. Akibatnya, volume plasma

bertambah dan sel darah merah (eritrosit) meningkat. Namun,

peningkatan volume plasma terjadi dalam proporsi yang lebih

besar jika dibandingkan dengan peningkatan eritrosit sehingga

terjadi penurunan konsentrasi haemoglobin (Hb) akibat

hemodilusi. (Prawirohardjo, 2010). Pada lak-laki terapi

androgen pada anemia dapat meningkatkan produksi


eritropoetin namun dapat menimbulkan gejala prostatisme atau

pertumbuhan yang cepat dari ca prostat.

f. Hemofilia

Hemofilia A (defisiensi faktor VIII) dan Hemofilia B (defisiensi

faktor IX) diwariskan secara X-linked recessive. Perempuan dari

keluarga penderita hemofilia umumnya adalah pembawa

(carrier) yang asimptomatik. Namun 10-20% perempuan

pembawa dapat beresiko terhadap komplikasi perdarahan yang

bermakna karena penurunan faktor VIII atau IX di bawah

jumlah minimal untuk mempertahankan keseimbangan

hemostatik. Hemofilia dapat menyebabkan infertilitas, namun

sejumlah kecil penderita mungkin mempunyai cukup folikel-

folikel untuk hamil. (Prawirohardjo, 2010) Pada laki-laki dengan

Hemofilia lebih sering terjadi, gejala perdarahan dalam waktu

terus menerus dan lebih cepat karena darah tidak dapat

menggumpal tanpa pengobatan. Hal tersebut dapat mengganggu

saat berhubungan seksual dan dapat menurunkan penyakit

hemofilia pada keturunannya

g. Jantung

Penyakit jantung pada kehamilan akan mempengaruhi

pertumbuhan dan perkembangan janin dalam kandungan.

Kehamilan dapat memperberat penyakit jantung. Kemungkinan

timbulnya payah jantung (dekompensasi cordis) pun dapat


terjadi. Pada ibu hamil yang rentan terhadap gangguan jantung,

stres pada perubahan fisiologis normal dapat mencetuskan

dekompensasi jantung. Tanda dan gejala penyakit jantung

(palpitasii, frekuensi jantung sangat cepat, sesak napas ketika

beraktivitas, dispnea, dan nyeri dada) harus dapat diketahui agar

dapat dilakukan penatalaksaan yang tepat. Pada laki-laki

penyakit arteri koroner dapat menyebabkan masalah dengan

ereksi. Hal ini bisa disebabkan karena terjadinya pengerasan

pembuluh darah penis dan jantung.

h. Hepatitis

Hepatitis dapat terjadi pada setiap wanita atau pasangan dan

mempunyai pengaruh buruk bagi janin dan ibu saat terjadi

kehamilan. Pengaruhnya dalam kehamilan dapat dalam bentuk

keguguran atau persalinan prematuritas dan kematian janin

dalam rahim. (Prawiroharjo, 2016)

i. IMS

Infeksi menular seksual adalah infeksi yang disebabkan oleg

bakteri, virus, parasit, atau jamur yang penularannya terutama

melalui hubungan seksual dari seseorang yang terinfeksi kepada

mitra seksualnya. Infeksi menular sekusual merupakan salah

satu penyebab Infeksi Saluran Reproduksi (ISR). IMS seperti

gonore, klamidiasis, sifilis, trikomoniasis, herpes genitalis,

kondiloma akuminata, bacterial vaginosis, dan infeksi HIV.


j. TORCH

Toksoplasmosis, Rubella, Cytomegalovirus, dan Herpes

Simpleks. Kelima jenis penyakit yang disebutkan di atas

merupakan penyakit yang dapat menjangkiti pria maupun wanita

dan dapat berpengaruh burukpada janin yang dikandung.

Toksoplasmosis merupakan infeksi yang disebabkan oleh parasit

yang disebut Toxoplasma gondii. Penyakit ini sering diperoleh

dari tanah atau kotoran kucing yang terinfeksi toksoplasma, atau

memakan daging dari hewan terinfeksi yang belum matang

sempurna. Gejala yang sering muncul meliputi: demam, nyeri

otot, kelelahan, dan pembengkakan kelenjar limfe.

Wanita yang dalam usia reproduksinya bila terkena

toxoplasmosis dapat menimbulkan aborsi dan gangguan

fertilitas. Janin bisa terinfeksi melalui saluran plasenta. Infeksi

parasit ini bisa menyebabkan keguguran atau cacat bawaan

seperti kerusakan pada otak dan fungsi mata (Prawirohardjo,

2016).

7. Riwayat kesehatan keluarga

Riwayat penyakit pada keluarga dapat menurun karena faktor

genetik, dan bisa menular kepada klien. Riwayat penyakit keluarga

memegang peran penting dalam mengkaji kondisi medis yang

diwariskan dan kelainan gen tunggal. Beberapa jenis kanker,

penyakit arteri koroner, diabetes melitus tipe 2, depresi, dan


trombofilia merupakan penyakit yang memiliki tendensi familial dan

dapat berpengaruh pada kesehatan reproduksi wanita dan laki-laki

(Varney, 2009).

8. Pola fungsional kesehatan

a. Nutrisi

Widyakarya Nasional Pangan Gizi VI (WKNPG VI)

menganjurkan angka kecukupan gizi (AKG) energi untuk

remaja dan dewasa muda perempuan 2000-2200 kkal,

sedangkan untuk laki-laki antara 2400-2800 kkal setiap hari.

Kekurangan nutrisi akan berdampak pada penurunan fungsi

reproduksi.

b. Aktivitas

Apa saja aktivitas yang dilakukan ibu, kelelahan dapat

mempengaruhi sistem hormonal. Aktivitas fisik dapat memicu

penurunan sirkulasi hormone seksual.

c. Personal hygiene

Personal hygiene yang buruk dapat menimbulkan infeksi

pada organ reproduksi (Kemenkes, 2015). Mengganti pakaian

dalam 2 kali sehari, tidak menggunakan pakaian dalam yang

ketat dan berbahan non sintetik. Saat menstruasi normalnya

ganti pembalut maksimal 4 jam sekali atau sesering mungkin

(Kemenkes RI, 2015). Menggunakan air bersih saat mencuci

vagina dari arah depan ke belakang dan tidak perlu sering


menggunakan sabun khusus pembersih vagina ataupun obat

semprot pewangi vagina (Fitriyah, 2014).

d. Istirahat

Otak dan sistem tubuh dapat bekerja dalam tingkat berbeda

dalam melakukan suatu aktivitas. Tubuh memerlukan istirahat

yang cukup, artinya tidak kurang dan lebih. Ketidakseimbangan

istirahat/tidur, misalnya kurang istirahat, dapat menyebabkan

tubuh mudah terserang penyakit. Tidur/istirahat pada malam

hari sangat baik dilakukan sekitar 7- 8 jam dan istirahat siang

sekitar 2 jam (Latifah, dkk, 2002; Varnney, 2009).

e. Pola kebiasaan

Seorang perokok pasif akan memiliki risiko yang sama

dengan perokok aktif. Hampir semua komplikasi pada plasenta

dapat ditimbulkan oleh rokok, seperti abortus, solusio plasenta,

infusiensi plasenta, plasenta previa dan BBLR. Selain itu dapat

menyebabkan dampak buruk bagi janin antara lain SIDS

(sindroma kematian bayi mendadak), penyakit paru kronis,

asma, otitis media (Prawirohardjo, 2016). Konsumsi jamu-

jamuan yang belum jelas komposisinya dapat membahayakan

janin dan ibu. Satu hal yang menjadi perhatian medis adalah

kemungkinan mengendapnya material jamu pada air ketuban.

Air ketuban yang tercampur dengan residu jamu membuat air

ketuban menjadi keruh dan menyebabkan bayi hipoksia


sehingga mengganggu saluran napas janin. Memiliki binatang

peliharaan seperti kucing dapat menyebabkan penyakit

toxoplasmosis.

f. Seksualitas

Infertilitas adalah gangguan dari sistem reproduksi yang

ditandai dengan kegagalan mengalami kehamilan setelah 12

bulan atau lebih dan telah melakukan hubungan sanggama tanpa

kontrasepsi secara teratur (Cavallini & Beretta, 2015).

9. Riwayat pernikahan

Mengetahui riwayat pernikahan dulu dan berapa lama usia

pernikahan, alasan berpisah. Tujuannya mengetahui jumlah

pasangan sebelumnya dan hubungan dengan pasangan sebelumnya

yang dapat mempengaruhi hubungannya dengan pasangan sekarang.

10. Riwayat psikososial budaya dan spiritual

Kondisi psikologis individu yang perlu di kaji saat premarital

psychological screening antara lain : kepercayaan diri kedua pihak

sebelum membangun sebuah keluarga, kemandirian masing-masing

calon dalam memenuhi kebutuhan hidup sahari-hari misal bekerja

atau kendaraan dan tempat tinggal pribadi, tidak lagi selalu

bergantung pada orang tua, kemampuan komunikasi antara kedua

belah pihak yang dapat membantu menyelesaikan persoalan dalam

rumah tangga serta penentuan pengambil keputusan dalam keluarga,

efek masa lalu yang belum terselesaikan harus dapat


dikomunikasikan secara terbuka antara kedua pihak. Selain itu

hubungan antara kedua pihak keluarga, seberapa jauh keluarga besar

dapat menerima atas pernikahan tersebut (Kemenkes, 2015).

Keadaan budaya dan spiritual kedua pihak, perkawainan antar

budaya atau ras akan menimbulkan masalah-masalah dan isu-isu

yang spesifik, misalnya tentang perbedaan dalam mengekspresikan

cinta dan keintiman, cara berkomunikasi, keyakinan beragama,

komitmen dan sikap yang mengarah pada perkawinan itu sendiri,

nilai-nilai kultural yang disampaikan oleh orangtua sejak kecil dan

pola pengasuhan anak (Imanda, 2016).

Data Objektif

1. Pemeriksaan umum

a. Tanda-tanda vital, normal jika:

1) Tekanan Darah

Bertujuan untuk menilai adaya gangguan pada sistem

kardiiovaskuler. Normal 100/60-140/90 mmHg

2) Nadi

Pemeriksaan nadi disertai pemeriksaan jantung untuk

mengetahui pulsus defisit (denyut jantung yang tidak cukup

kuat untuk menimbulkan denyut nadi sehingga denyut

jantung lebih tinggi dari denyut nadi). Dilakukan pula

pemeriksaan frekuensi nadi. Kondisi takikardi (denyut

jantung lebih cepat dari kecepatan normal), dapat dijumpai


pada keadaan hipertermia, aktivitas tinggi, kecemasan, gagal

jantung, dehidrasi, dll. Normal antara 80-110 x/menit.

3) Suhu

Digunakan untuk menilai keseimbangan suhu tubuh serta

membantu menentukan diagnosis penyakit. Normal antara

36,0°C-37,0°C.

4) Respirasi

Bertujuan untuk menilai frekuensi pernapasan, irama,

kedalaman, dan tipe/ pola pernapasan. Pernafasan normal

antara 18-24 kali per menit.

b. Antropometri

1) Berat badan

Apabila klien yang datang untuk mendapat konseling

prakonsepsi mengalami amenore dan berat badannya

dibawah normal, ia harus diindikasikan untuk meningkatkan

asupan kalori. Sebaliknya, apabila ia mengalami obesitas, ia

harus dianjurkan untuk mengurangi asupan kalori supaya

berat badannya turun sampai rentang normal pada saat

konsepsi, karena obesitas dalam masa kehamilan

meningkatkan resiko preeklampsia dan gangguan

tromboembolisme. Wanita juga harus dianjurkan untuk

meningkatkan asupan asam folat sebesar 400 mg per hari

(Kemenkes, 2015; Varney, 2009). Mempertahankan status


nutrisi yang baik, mencapai berat badan ideal, mengontrol

gangguan makan, dan mengembangkan kebiasaan diet

nutrisi yang seimbang, dapat membantu mempertahankan

kesehatan sistem reproduksi.

2) Tinggi badan

TB yang normal yaitu >145cm. Pada calon ibu yang

memiliki TB <145cm (low high) akan meningkatkan resiko

panggul sempit.

Ukuran BB dan TB digunakan juga untuk menghitung

Indeks Massa Tubuh (IMT) dengan rumus :

Berat Badan
Indeks Massa Tubuh =
Tinggi Badan2

Dengan klasifikasi:
Kategori IMT (kg/m2)
Kekurangan berat badan tingkat berat < 17,0
Kurus
Kekurangan berat badan tingkat ringan 17,0 – 18,4
Normal 18,5 – 25,0
Kelebihan berat badan tingkat ringan 25,1 – 27,0
Gemuk
Kelebihan berat badan tingkat berat > 27,0
Obesitas Kelas 1 30-34,9
Obesitas kelas 2 35-39,9
Obesitas ekstrem (kelas 3) > 40
(sumber : Pedoman gizi seimbang,2014))

3) Lingkar lengan atas (LiLA)


Ukuran LiLA normal yaitu >23,5cm. Jika < 23,5 cm

merupakan indikator Ibu kurang gizi sehingga beresiko

untuk melahirkan BBLR (Maryam, 2016).

2. Pemeriksaan fisik

a. Wajah

Keadaan muka pucat merupakan salah satu tanda anemia

(Mariana, dkk, 2013). Sedangkan oedem pada muka bisa

menunjukkan adanya masalah serius jika muncul dan tidak

hilang setelah beristirahat dan diikuti dengan keluhan fisik yang

lain (Prawirohadjo, 2016).

b. Leher

Pembengkakan kelenjar getah bening merupakan tanda adanya

infeksi pada klien. Pembengkakan vena jugularis untuk

mengetahui adanya kelainan jantung, dan kelenjar tiroid untuk

menyingkirkan penyakit Graves dan mencegah tirotoksikosis.

c. Payudara

Tidak terdapat benjolan/masa yang abnormal.

d. Abdomen

Menilai ada tidaknya massa abnormal dan ada tidaknya nyeri

tekan.

e. Genitalia
Tidak terdapat tanda-tanda IMS seperti bintil-bintil berisi cairan,

lecet, kutil seperti jengger ayam pada daerah vulva dan vagina.

Tidak terdapat tanda-tanda keputihan patologis

f. Ekstremtas

Tidak ada odema, CRT < 2 detik, akral hangat, pergerakan

bebas (Sugiarto, dkk, 2017).

3. Pemeriksaan Penunjang

a. Pemeriksaan laboratorium

1) Albumin

Untuk menyngkirkan proteinuria (yang dapat

mengindikasikan pielonefritis atau penyakit ginjal kronis)

2) Reduksi urin

Untuk menyingkirkan glikosuria (yang dapat dikaitkan

dengan diabetes melitus).

3) Hemoglobin

Apabila kadar Hb rendah, penyebabnya harus dipastikan

dan diberikan terapi yang tepat. Hb juga dapat dideteksi dari

sampel darah.

4) Golongan darah dan rhesus

5) HbsAg

6) HIV/AIDS

7) IMS (Sifilis)
b. Pemeriksaan tambahan jika diperlukan: TORCH, USG,

pemeriksaan gigi, tes sperma, tes tuberculosis.

II. Perumusan diagnosis dan masalah

Diagnosis

Pasangan usia subur ... dengan perencanaan kehamilan

Keluhan dan masalah

Masalah yang sering muncul pada klien prakonsepsi adalah kurang

pengetahuan mengenai persiapan kehamilan (prakonsepsi).

Kebutuhan

Konseling persiapan kesehatan prakonsepsi untuk pasangan.

III. Diagnosa dan masalah potensial

Tidak ada.

IV. Kebutuhan tindakan segera

Tidak ada

V. Perencanaan

Rencana asuhan dibuat sesuai dengan masalah yang ditemukan

dalam pengkajian, meliputi:

a. Jelaskan hasil pemeriksaan

R/ menjelaskan hasil pemeriksaan dengan bahasa yang mudah

dimengerti sangat penting agar calon ayah dan ibu memahami

kondisinya dan dapat mengambil keputusan terkait dengan masalah

yang dihadapi
b. Berikan KIE tentang persiapan kehamilan sesuai panduan konseling

calon pengantin yang telah ditentukan oleh Kemenkes (2018)

R/ meningkatkan pengetahuan pasangan tentang kesehatan

reproduksi dan prakonsepsi.

c. Anjuran untuk banyak mengkonsumsi makanan atau suplemen asam

folat untuk prakonsepsi.

R/ Disarankan mengkonsumsi asam folat minimal 1 bulan sebelum

hamil agar indung telur yang dihasilkan berkualitas. Selain itu asam

folat mampu menurunkan resiko gangguan metabolisme DNA yang

bisa saja terjadi (CDC, 2006).

VI. Implementasi

Pelaksanaan asuhan kebidanan dilakukan berdasarkan perencanaan

yang telah disusun sebelumnya dengan harapan mencapai tujuan sesuai

kriteria yang telah ditetapkan.

VII. Evaluasi

Evaluasi merupakan pengukuran keberhasilan dari tujuan asuhan

yang diberikan dapat berupa evaluasi tindakan dan evaluasi proses.


DAFTAR PUSTAKA

Annisa, dkk. (2019). Asupan Zat Gizi dan Kadar Hemoglobin Wanita Prakonsepsi
di Kabupaten Semarang. Indonesian Journal of Human Nutrition, 6(2), 70-
83.
Direktorat Kesehatan Keluarga. (2016). Laporan Tahunan Direktorat Kesehatan
Keluarga tahun 2016. Jakarta: Direktorat Kesehatan Keluarga.
Feny & Dewi. (2017). Hubungan Anemia Pada Saat Kehamilan Dengan Kejadian
Perdarahan Postpartum Di Rsud Panembahan Senopati Bantul.
Marmi. (2011). Asuhan Kebidanan Pada Masa Antenatal. Yogyakarta: Pustaka
Belajar.
Muryani, A. (2015). Buku Praktis Kehamilan dan Persalinan Patologis (resiko
tinggi. Jakarta: Trans Info Media.
Rosita, dkk. (2019). Hubungan Kebiasaan Minum Teh Setelah Makan dengan
Kejadian Anemia pada Ibu Hamil di Puskesmas Pallangga. Universitas
Indonesia Timur.
Saiffudin, A. B. (2007). Buku Acuan Nasional Pelayanan Kesehatan Maternal
dan. Jakarta: Yayasan Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo.
Siti & Iseu. (2018). Hubungan Anemia Pada Ibu Hamil Dan BBLR. Jurnal
Siliwangi, 4(1), 6-8.
Sudarma, M. (2012). Sosiologi Untuk Kesehatan. Jakarta : Salemba Medika.
Triyana. (2013). Panduan Klinis Kehamilan dan Persalinan. Yogyakarta: D-
Medika.
Yuanita, dkk. (2016). Pengaruh Penggunaan Kontrasepsi Oral Terhadap Kejadian
Fibrodenoma Mammae Di Rumah sakit Angkatan Darat Brawijaya
Surabaya Periode 1 Januari – 31 Desember 2014. Jurnal Ilmu Kesehatan
dan Kedokteran Keluarga, 12(2), 75-82.
Artikel ini telah tayang di Dataindonesia.id dengan judul
"Jumlah Kematian Ibu di Indonesia Meningkat 59,69% pada 2021".,

https://dataindonesia.id/ragam/detail/jumlah-kematian-ibu-di-indonesia-

meningkat-5969-pada-2021.

Anda mungkin juga menyukai