Disusun oleh :
Eva Cahyati
H522099
Laporan Persentasi Kasus Asuhan Kebidanan Pada Ny. M Dengan Perawatan Pemasangan
Infuse Pasien Dehidrasi Pada Kasus Hiperemesis Gravidarum D Klinik Perdana Global
Medika, telah disahkan oleh Tim Pembimbing pada:
Hari :
Tanggal :
Mengetahui,
Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT karena atas rahmat-Nya penulis
dapat menyelesaikan laporan ini dengan baik. Asuhan Kebidanan Pada Ny. M Dengan
Perawatan Pemasangan Infuse Pasien Dehidrasi Pada Kasus Hiperemesis Gravidarum Di
Klinik Perdana Global Medika ini disusun untuk memenuhi salah satu syarat hasil
pelaksanaan praktik KDK program studi Pendidikan Profesi Bidan Fakultas Kebidanan
Institut Kesehatan Rajawali.
Dalam penyusunan laporan ini penulis mendapat bantuan dari berbagai pihak, untuk itu
tak lupa penulis mengucapkan terima kasih kepada:
1. Tonika Tohri, S. Kp., M. Kes selaku Rektor Institut Kesehatan Rajawali.
2. Fathia Rizki, S.ST., M.Tr. Keb selaku Ketua Program Studi Pendidikan Profesi Bidan
Fakultas Keperawatan dan Kebidanan Institut Kesehatan Rajawali
3. Yuliana Ayu Lestari, S.ST selaku pembimbing praktik klinik BPM Bidan Ayu telah
membimbing dan membantu dalam penyusunan laporan selama pelaksanaan praktik
klinik
4. Mira Mirraturofi’ah, S.S.T.,M.Kes selaku Dosen Pembimbing yang telah berkenan memberikan
bimbingan dan membantu dalam penyusunan laporan
Penulis menyadari bahwa laporan ini masih jauh dari kesempurnaan, untuk itu penulis
mengharapkan kritik dan saran yang membangun agar dapat menulis dengan lebih baik.
Semoga laporan ini dapat memberikn manfaat. Aamiin.
Cianjur, 2022
Penulis
Eva Cahyati
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR............................................................................................................... I
DAFTAR ISI.............................................................................................................................. II
BAB I PENDAHULUAN...........................................................................................................1
B. Dehidrasi…………………………………………………………………………………………………..6
BAB V PENUTUP......................................................................................................................23
DAFTAR PUSTAKA...............................................................................................................................25
II
BAB I
PENDAHULUAN
Mual dan muntah atau dikenal dengan emesis gravidarum merupakan salah satu tanda awal
kehamilan bagi orang awam dikarenakan siklus menstruasi yang panjang sehingga sebagian
ibu hamil baru menyadari bahwa dirinya hamil setelah mengalami mual muntah. Mual dan
muntah merupakan salah satu tanda dan gejala kehamilan yang umum terjadi pada ibu hamil
pada awal kehamilan trimester I namun pada beberapa kasus dapat berlanjut sampai kehamilan
trimester kedua dan ketiga tapi itu jarang terjadi (Pudiastuti, 2012).
Emesis gravidarum menyebabkan rasa tidak nyaman karena adanya perasaan pusing, perut
kembung dan badan terasa lemas disertai keluarnya isi perut melalui mulut dengan frekuensi
kurang dari 5 kali sehari pada ibu hamil trimester 1. Emesis gravidarum jika tidak segera diatasi
dapat menjadi hal yang patologis (Kesehatan RI, 2013). Keluhan muntah kadang-kadang begitu
hebat di mana segala apa yang di makan dan di minum dimuntahkan yang disebut Hiperemesis
Gravidarum sehingga dapat mempengaruhi keadaan umum dan mengganggu pekerjaan sehari-
hari, berat badan menurun, dehidrasi, terdapat aseton dalam urin bahkan seperti gejala penyakit
apendisitis, pielititis dan sebagainya (Saifuddin, 2012). Menurut Wiknjoastro (2012) Emesis
Gravidarum merupakan hal yang fisiologis. Dalam Permenkes No 28 Tahun 2017 pasal 19 ayat
2 bahwa bidan dapat memberikan pelayanan antenatal care pada kehamilan normal yang
bertujuan untuk mengenali secara dini penyimpangan dari normal dan memberikan
penatalaksanaan yang diperlukan (Prawirohardjo, 2014).
Berdasarkan latar belakang diatas penulis tertarik untuk mengambil kasus Asuhan Kebidanan
Pada Ny. M Dengan Perawatan Pemasangan Infuse Pasien Dehidrasi Pada Kasus Hiperemesis
Gravidarum Di UOBK RSUD Al Mulk Kota Sukabumi.
1.2 Tujuan
a. Tujuan Umum
Mampu melakukan kasus asuhan kebidanan pada Ny. M dengan perawatan
pemasangan infuse pasien dehidrasi pada kasus hiperemesis gravidarum di Klinik
BPM Bd Yuliana.
1
b. Tujuan Khusus
a. Mahasiswa mampu melakukan pengkajian data subjektif secara sistematis pada ibu
dengan perawatan pemasangan infuse pasien dehidrasi pada kasus hyperemesis
gravidarum di di Klinik BPM Bd Yuliana.
b. Mahasiswa mampu melakukan pemeriksaan fisik dan penunjang pada ibu dengan
perawatan pemasangan infuse pasien dehidrasi pada kasus hyperemesis gravidarum
di di Klinik BPM Bd Yuliana.
c. Mahasiswa mampu menganalisa data pada ibu dengan perawatan pemasangan infuse
pasien dehidrasi pada kasus hyperemesis gravidarum di di Klinik BPM Bd Yuliana.
1.3 Manfaat
a. Bagi Institusi
Dapat digunakan sebagai informasi bagi institusi pendidikan dalam pengembangan da
n peningkatan mutu pendidikan dimasa yang akan datang.
b. Bagi Petugas Kesehatan
Dapat menambah wawasan ilmu pengetahuan, keterampilan dan mutu pelayanan yang
profesional oleh tenaga kesehatan untuk memberikan asuhan kebidanan pada ibu
dengan perawatan pemasangan infuse pasien dehidrasi pada kasus hyperemesis
gravidarum.
c. Bagi Mahasiswa
Menambah wawasan keilmuan dan pengalaman serta keterampilan dalam melakukan
asuhan kebidanan pada ibu dengan perawatan pemasangan infuse pasien dehidrasi pada
kasus hyperemesis gravidarum.
d. Bagi Pasien
Dapat mengetahui dan mengerti asuhan yang diberikan pada ibu dengan perawatan
pemasangan infuse pasien dehidrasi pada kasus hyperemesis gravidarum.
2
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2. Tujuan
3
3. Indikasi
Pada pemberian tetesan infus dengan mesin otomatis, perawat tinggal melakukan input
jumlah cairan yang harus masuk ke tubuh, dan waktu yang diperlukan untuk
memasukkannya ke dalam tubuh.
Sementara itu, jika cairan infus dimasukkan secara manual, maka cara menghitung
tetesan infus dilakukan dengan mengetahui jumlah tetesan per menit (TPM).
Rumus perhitungan TPM sendiri adalah:
(faktor tetes x volume cairan) / (60 x lama pemberian dalam jam)
Faktor tetes merupakan salah satu elemen yang penting dalam cara menghitung tetesan
infus yang perlu diketahui oleh tenaga medis. Seperti dijelaskan di atas, perawat Anda
bisa memilih set makro atau mikro.
Sebagai contoh, dokter menginstruksikan agar pasien menerima 500 mL cairan infus
dalam kurun 8 jam, sementara faktor tetes yang ditetapkan ialah 20. Dengan data ini,
cara menghitung tetesan infus yang harus diberikan pada pasien adalah:
(500 x 20) / (60 x 8) = 20,83
Artinya, kita akan mendapat sekitar 20-21 tetes cairan infus dalam 1 menit sebelum
cairan di kantung infus habis dan diganti dengan yang baru. Tujuannya adalah
mencegah terjadinya kolaps kardiovaskular dan sirkulasi pada klien dehidrasi dan syok,
serta mencegah kelebihan cairan pada pasien.
Dalam mempelajari cara menghitung tetesan infus ini, kita harus menyiapkan peralatan
dasar seperti jarum dan alat suntik untuk mengeluarkan obat atau cairan dari botol.
Selain itu, flush juga dibutuhkan untuk mendorong obat ke dalam tubing intravena atau
kantong cairan.
4
Ada 2 metode pemberian cairan infus, yang dikenal juga dengan sebutan faktor tetes,
yaitu set makro dan set mikro.
Set makro:
Untuk memberikan 1 mL cairan infus, dalam proses pemasangan infus, perawat akan
membuka lubang tetesan infus dengan diameter yang lebih besar, sehingga tetesan
yang keluar juga berjumlah lebih sedikit, yakni hanya 10-20 tetes.
Set mikro:
Untuk memberikan 1 ml cairan infus, lubang tetesan infus hanya dibuka sedikit,
sehingga jumlah tetesan yang keluar juga lebih banyak, yakni 45-60 tetes.
Penentuan set makro atau mikro akan tergantung preferensi dan kebutuhan sesuai
instruksi dokter. Meski demikian, standar yang biasanya digunakan tergantung dari
jenis cairan yang harus dimasukkan ke dalam tubuh.
Jika cairan tersebut bening dan encer, perawat mungkin memasang infus dengan
jumlah 20 tetes/1 mL. Sementara itu, bila cairan infus lebih kental seperti darah,
mungkin akan mendapat 15 tetes/1 mL.
Setelah mengetahui cara menghitung tetesan infus, penting juga bagi kita untuk
mengenali jenis cairan infus itu sendiri. Berdasarkan kegunaannya, jenis cairan infus
sendiri dibagi menjadi 4 kelompok, yaitu cairan pemeliharaan, cairan pengganti,
cairan khusus, dan cairan nutrisi.
1. Cairan pemeliharaan
Cairan infus ini biasanya diberikan untuk pasien yang tidak bisa memenuhi
kebutuhan elektrolit, tapi belum berada pada tahap kritis atau kronis.
Tujuan pemberian cairan ini adalah menyediakan cukup cairan dan elektrolit untuk
memenuhi insensible losses (500-1000 mL), mempertahankan status normal tubuh,
dan memungkinkan ekskresi ginjal dari produk-produk limbah (500-1500 mL).
Jenis cairan infus yang dapat digunakan adalah NaCl 0,9%, glukosa 5%, glukosa
salin, dan ringer laktat atau asetat. Pemberian cairan infus ini tetap harus dengan
rekomendasi dokter atau tenaga kesehatan yang kompeten.
2. Cairan pengganti
Cairan infus ini diberikan kepada pasien dengan kekurangan elektrolit serta
permasalahan redistribusi cairan internal.
5
Cairan ini biasanya diperlukan pasien yang mengalami masalah saluran pencernaan
(ileostomy, fistula, drainase nasogastrium, dan drainase bedah) atau saluran kencing
(misalnya saat pemulihan dari gagal ginjal akut).
3. Cairan khusus
Yang dimaksud cairan khusus adalah kristaloid semisal natrium bikarbonat 7,5%
atau kalsium glukonas. Tujuan pemberian cairan infus ini adalah meredakan
gangguan keseimbangan elektrolit yang terjadi pada tubuh.
4. Cairan nutrisi
Ketika pasien tidak mau makan, tidak boleh makan, atau tidak dapat makan melalui
mulut, cairan infus berisi nutrisi inilah yang akan dimasukkan ke dalam tubuh.
Cairan nutrisi ini diberikan jika pasien mengalami:
Gangguan penyerapan makanan, seperti pada fistula enterokunateus, atresia
intestinal, kolitis infektiosa, maupun penyumbatan usus halus. Kondisi yang
mengharuskan usus beristirahat, seperti pada pankreatitis berat, status preoperatif
dengan malnutrisi berat, angina intestinal, stenosis arteri mesenterika, dan diare
berulang.
Gangguan motilitas usus, seperti pada ileus yang berkepanjangan, pseudo-obstruksi,
dan skleroderma.
Gangguan makan, muntah terus-menerus, gangguan hemodinamik, dan hiperemesis
gravidarum.
B. Dehidrasi
1. Pengertian
Dehidrasi adalah kondisi ketika tubuh kehilangan lebih banyak cairan daripada yang
didapatkan, sehingga keseimbangan zat gula dan garam menjadi terganggu, akibatnya
tubuh tidak dapat berfungsi secara normal. Dehidrasi yang parah atau berkepanjangan dan
tidak diobati sering kali dapat menyebabkan kondisi yang disebut hipovolemia. Pada pasien
dehidrasi berat yang sulit makan dan minum atau koma, pemberian cairan melalui infus
atau secara parenteral biasanya akan diperlukan. Jika tidak tertangani, dehidrasi bisa
menyebabkan kejang, kerusakan otak, dan bahkan kematian.
Macam macam dehidrasi dikategorikan berdasarkan tingkat keparahannya dan penyebab
tubuh kekurangan cairan. Selain karena suhu panas, penurunan cairan tubuh juga dapat
disebabkan karena kondisi tubuh saat terserang penyakit tertentu. Kondisi dehidrasi
6
menyebabkan tubuh kehilangan cairan dan membuat beberapa fungsi tubuh tidak bekerja
dengan maksimal. Cairan tubuh ini keluar dari berbagai bentuk mulai dari keringat, air
mata, urine atau muntah. Dehidrasi juga biasa dirasakan oleh orang berpuasa dimana cairan
tubuh berkurang akibat tidak adanya asupan makanan dan minuman yang masuk. Pada
umumnya, seseorang yang terserang dehidrasi merasakan lemas pada tubuh, kulit serta
mulut kering, bau mulut hingga kram otot. Seseorang yang mengalami dehidrasi harus
segera mendapat pertolongan, melalui pemberian infus.
Berikut ini adalah macam macam dehidrasi berdasarkan tingkat keparahannya:
Dehidrasi Ringan
Untuk dehidrasi jenis ini memiliki ciri-ciri antara lain rasa haus luar biasa, tenggorokan
terasa agak perih, kulit menjadi kering dan bibir pecah-pecah. Macam macam dehidrasi
yang tergolong ringan akan kehilangan cairan tubuh sekitar 5% dari total berat badan.
Dehidrasi Sedang
Ciri-ciri dehidrasi yang sudah cukup parah atau termasuk dehidrasi sedang adalah detak
jantung meningkat dan terasa berdebar kencang. Tidak hanya itu, tubuh juga akan terasa
lemas serta air seni kuning/coklat pekat dengan jumlah yang sedikit. Hal tersebut
diakibatkan adanya peningkatan pada tekanan darah.
Macam macam dehidrasi yang tergolong sedang biasanya akan kehilangan cairan tubuh
sekitar 5-10% dari berat badan.
Dehidrasi Berat
Dehidrasi berat adalah tingkat terparah dari macam macam dehidrasi yang ada.
Dehidrasi berat menyebabkan seseorang kehilangan cairan diatas 10% dari total berat
badan. Ciri-ciri dehidrasi berat adalah kram otot, lidah membengkak, tubuh menjadi
tidak berdaya dan kehilangan kesadaran atau pingsan.
Kondisi ini memerlukan tindakan lebih lanjut karena organ ginjal akan kehilangan
fungsi utamanya bahkan kematian jika dibiarkan terus-menerus.
Cairan tubuh didapatkan dari berbagai macam makanan, minuman dan
metabolisme/oksidasi makanan.
Asupan tersebut dibutuhkan karena cairan yang keluar setiap hari sekitar 2.600 ml.
Sedangkan, kebutuhan air harian untuk orang dewasa tanpa aktivitas fisik setidaknya
1.500–2.000 ml.
Setiap macam macam dehidrasi membutuhkan asupan cairan yang berbeda-beda.
Ada tiga jenis dehidrasi yang biasa dialami oleh manusia berdasarkan komposisi kadar
mineral elektrolit dari tubuh, antara lain:
7
Dehidrasi hipertonik
Salah satu jenis dari macam macam dehidrasi ini terjadi karena tubuh kehilangan
banyak air sehingga kadar elektrolit natrium (sodium) tubuh meningkat, yaitu lebih dari
145 mmol/liter. Kondisi ini biasanya dialami oleh bayi dan anak-anak yang
kurang minum air, sedang diare atau sakit dengan muntah bertekstur encer. Cairan
rehidrasi yang dianjurkan untuk masalah ini adalah air putih/mineral atau minuman
rendah natrium seperti jus jeruk atau apel (buah segar).
Dehidrasi Isotonik
Dehidrasi isotonik adalah kadar air dan natrium yang berkurang dalam jumlah sama.
Salah satu dari macam macam dehidrasi yang terjadi saat sakit diare. Cairan rehidrasi
yang harus dikonsumsi adalah air dan minuman isotonik dengan banyak kandungan
elektrolit.
Dehidrasi Hipotonik atau Hiponatremia
Salah satu dari macam macam dehidrasi ini disebabkan oleh kadar natrium dalam tubuh
berkurang lebih banyak dari air kurang dari 135 mmol/liter).
Penyebabnya adalah minum air terlalu banyak sehingga jumlah natrium lebih rendah.
Kehilangan cairan tubuh bisa terjadi melalui pernapasan (paru-paru), penguapan (kulit),
kemih (ginjal), dan tinja.
Pemasangan infus termasuk salah satu prosedur medis yang paling sering dilakukan
sebagai tindakan terapeutik. Pemasangan infus dilakukan untuk memasukkan bahan-
bahan larutan ke dalam tubuh secara kontinyu atau sesaat untuk mendapatkan efek
pengobatan secara cepat. Bahan yang dimasukkan dapat berupa darah, cairan atau obat-
obatan. Istilah khusus untuk infus darah adalah transfusi darah. Indikasi infus adalah
menggantikan cairan yang hilang akibat perdarahan, dehidrasi karena panas atau akibat
suatu penyakit, kehilangan plasma akibat luka bakar yang luas. Hal-hal yang perlu
diperhatikan pada tindakan pemasangan infus adalah:
a. Sterilitas : Tindakan sterilitas dimaksudkan supaya mikroba tidak menyebabkan infeksi
lokal pada daerah tusukan dan supaya mikroba tidak masuk ke dalam pembuluh darah
mengakibatkan bakteremia dan sepsis. Beberapa hal perlu diperhatikan untuk
mempertahankan standard sterilitas tindakan, yaitu :
1) Tempat tusukan harus disucihamakan dengan pemakaian desinfektan (golongan
iodium, alkohol 70%).
8
2) Cairan, jarum dan infus set harus steril.
3) Pelaku tindakan harus mencuci tangan sesuai teknik aseptik dan antiseptik yang benar
dan memakai sarung tangan steril yang pas di tangan.
4) Tempat penusukan dan arah tusukan harus benar. Pemilihan tempat juga
mempertimbangkan besarnya vena. Pada orang dewasa biasanya vena yang dipilih
adalah vena superficial di lengan dan tungkai, sedangkan anak-anak dapat juga
dilakukan di daerah frontal kepala.
b. Fiksasi : Fiksasi bertujuan agar kanula atau jarum tidak mudah tergeser atau tercabut.
Apabila kanula mudah bergerak maka ujungnya akan menusuk dinding vena bagian
dalam sehingga terjadi hematom atau trombosis.
c. Pemilihan cairan infus : Jenis cairan infus yang dipilih disesuaikan dengan tujuan
pemberian cairan.
d. Kecepatan tetesan cairan, memlilih Lokasi Pemasangan Infus untuk memasukkan cairan
ke dalam tubuh maka tekanan dari luar ditinggikan atau menempatkan posisi cairan lebih
tinggi dari tubuh. Kantung infus dipasang ± 90 cm di atas permukaan tubuh, agar gaya
gravitasi aliran cukup dan tekanan cairan cukup kuat sehingga cairan masuk ke dalam
pembuluh darah. Kecepatan tetesan cairan dapat diatur sesuai dengan kebutuhan. Yang
perlu diperhatikan adalah bahwa volume tetesan tiap set infus satu dengan yang lain tidak
selalu sama dan perlu dibaca petunjuknya.
e. Selang infus dipasang dengan benar, lurus, tidak melengkung, tidak terlipat atau terlepas
sambungannya.
f. Hindari sumbatan pada bevel jarum/kateter intravena. Hati-hati pada penggunaan kateter
intravena berukuran kecil karena lebih mudah tersumbat.
g. Jangan memasang infus dekat persendian, pada vena yang berkelok atau mengalami
spasme.
h. Lakukan evaluasi secara periodik terhadap jalur intravena yang sudah terpasang.
Infus adalah perawatan medis yang dilakukan dengan memberikan cairan dan obat
langsung melalui pembuluh darah. Jenis cairan infus yang diberikan dapat berfungsi
sebagai cairan pemeliharaan atau pun cairan resusitasi saat pasien kritis. Umumnya,
cairan infus diberikan oleh petugas rumah sakit kepada pasien yang kehilangan cairan
dan zat-zat makanan dalam tubuh. Perawatan medis ini dilakukan dengan cara mengaliri
tubuh melalui selang dan jarum infus ke dalam pembuluh darah.
Pemberian terapi infus pada pasien tidak terbatas pada kondisi dehidrasi saja. Sejumlah
kondisi medis lainnya juga mungkin memerlukan perawatan infus, misalnya cedera
9
berat, luka bakar yang parah, atau persiapan sebelum operasi besar. Dosis dan pilihan
cairan pada terapi infus ditentukan oleh dokter, dan biasanya akan dibantu
pemasangannya oleh perawat. Terapi infus yang dilakukan oleh dokter atau perawat di
klinik atau rumah sakit umumnya aman, meski tetap ada kemungkinan efek samping.
Beberapa efek samping yang mungkin terjadi akibat terapi infus adalah infeksi, reaksi
alergi, penggumpalan darah, dan emboli udara. Segeralah beri tahu perawat atau dokter
jika melihat tanda-tanda infeksi pada lokasi infusan, seperti bengkak, kemerahan, dan
nyeri, atau jika ada gelembung-gelembung udara di dalam selang infus.
C. Hiperemesis Gravidarum
1. Definisi
Hiperemesis gravidarum adalah suatu penyakit dimana wanita hamil memuntahkan
segala apa yang dimakan dan diminum hingga berat badannya sangat turun, turgor kulit
berkurang, diuresis berkurang dan timbul asetonuria. Sedangkan dari literatur lain
menyebutkan bahwa hyperemesis gravidarum adalah muntah yang cukup parah
sehingga menyebabkan kehilangan berat badan, dehidrasi, asidosis dari kelaparan,
alkalosis dari kehilangan asam hidrokloridsaat muntah dan hipokalemia (Yasa, 2012).
Sebagian besar emesis gravidarum (mual-muntah) saat hamil dapat diatasi dengan
berobat jalan, serta pemberian obat penenang dan antimuntah, namun sebagian kecil
wanita hamil tidak dapat mengatasi mual muntah yang berkelanjutan sehingga
mengganggu kegiatan sehari-hari dan
menimbulkan kekurangan cairan serta terganggunya keseimbangan elektrolit
(Manuaba, dkk, 2009).
2. Diagnosis
Pada diagnosis harus ditentukan adanya kehamilan dan muntah yang terus menerus,
sehingga mempengaruhi keadaan umum. Pemeriksaan fisik pada pasien hiperemesis
gravidarum biasanya tidak memberikan tandatanda yang khusus. Lakukan pemeriksaan
tanda vital, keadaan membrane mukosa, turgor kulit, nutrisi dan berat badan. Pada
pemeriksaan fisik dapat dijumpai dehidrasi, turgor kulit yang menurun, perubahan
tekanan darah dan nadi. Pemeriksaan laboratorium yang perlu dilakukan antara lain,
pemeriksaan darah lengkap, pemeriksaan kadar elektrolit, keton urin, tes fungsi hati,
dan urinalisa untuk menyingkirkan penyebab lain. Bila hyperthyroidism dicurigai,
10
dilakukanpemeriksaan T3 dan T4. Lakukan pemeriksaan ultrasonografi untuk
menyingkirkan kehamilan mola. (Yasa,
2012).
3. Gejala Hiperemesis Gravidarum
Gambaran gejala hiperemesis gravidarum secara klinis dapat dibagi menjadi tiga
tingkat berikut ini (Manuaba, dkk, 2009).
1. Hiperemesis gravidarum tingkat pertama.
a. Muntah berlangsung terus.
b. Makan berkurang.
c. Berat badan menurun.
d. Kulit dehidrasi sehingga tonusnya lemah.
e. Nyeri di daerah epigastrum.
f. Tekanan darah turun dan nadi meningkat.
g. Lidah kering.
h. Mata tampak cekung.
2. Hiperemesis gravidarum tingkat kedua.
a. Penderita tampak lebih lemah.
b. Gejala dehidrasi makin tampak, mata cekung, tugor kulit makin kurang, lidah kering
dan kotor.
c. Tekanan darah turun, nadi meningkat.
d. Berat badan makin menurun.
e. Mata ikterus.
f. Gejala hemokonsentrasi makin tampak; urine berkurang dan badan aseton dalam
urine meningkat.
g. Terjadinya gangguan buang air besar.
h. Mulai tampak gejala gangguan kesadaran, menjadi apati.
i. Napas berbau aseton.
3. Hiperemesis gravidarum tingkat ketiga.
a. Muntah berkurang.
b. Keadaan umum ibu hamil makin menurun; tekanan darah turun, nadi meningkat, dan
suhu naik; keadaan dehidrasi makin jelas.
c. Gangguan faal hati terjadi dengan manifestasi ikterus.
11
d. Gangguan kesadaran dalam bentuk somnolen sampai koma; komplikasi susunan
saraf pusat (ensefalopati Wernicke): nistagmus (perubahan arah bola mata), diplopia
(gambar tampak ganda), dan perubahan mental.
4. Faktor Resiko
Beberapa faktor resiko penyakit hiperemesis gravidarum antara lain adalah usia ibu,
usia gestasi, jumlah gravida, tingkat sosial ekonomi, kehamilan ganda, kehamilan mola,
kodisi psikologis ibu dan adanya infeksi H.pilory. Usia ibu merupakan faktor resikodari
hiperemesis gravidarum yang berhubungan dengan kondisi psikologis ibu hamil.
Literatur menyebutkan bahwa ibu dengan usia kurang dari 20 tahun atau lebih dari 35
tahun lebih
sering mengalami hiperemesis gravidarum. Usia gestasi atau usia kehamilan juga
merupakan faktor resiko hiperemesis gravidarum, hal tersebut berhubungan dengan
kadar hormon korionik gonadotropin, estrogen dan progesteron di dalam darah ibu.
Kadar hormone korionik gonadotropin merupakan salah satu etiologi yang dapat
menyebabkan hyperemesis gravidarum. Kadar hormon gonadotropin dalam darah
mencapai puncaknya
pada trimester pertama, tepatnya sekitar mingu ke 14-16. Oleh karena itu, mual dan
muntah lebih sering terjadi pada trimester pertama. Faktor resiko lain adalah jumlah
gravida. Hal tersebut berhubungan dengan kondisi psikologis ibu hamil dimana ibu
hamil yang baru pertama kali hamil akan mengalami stress yang lebih besar dari ibu
yang sudah pernah melahirkan dan dapat menyebabkan hiperemesis gravidarum, ibu
primigravida juga belum mampu beradaptasi terhadap perubahan korionik
gonadotropin, hal tersebut menyebabkan ibu yang baru pertama kali hamil lebih sering
mengalami hiperemesis gravidarum. Pekerjaan juga merupakan faktor resiko penyakit
hiperemesis gravidarum. Pekerjaan berhubungan dengan kondisi sosial ekonomi yang
juga mempengaruhi pola makan, aktifitas dan stress pada ibu hamil. (Yasa, 2012)
5. Penatalaksanaan Hiperemesis Gravidarum
Penatalaksaan pada ibu dengan hiperemesis gravidarum dapat dilakukan dimulai
dengan (Yasa, 2012). :
a. Informasi
Informasi yang diberikan pada ibu hamil adalah informasi bahwa mual dan muntah
dapat menjadi gejala kehamilan yang fisiologis dan dapat hilang sendiri setelah
kehamilan berlangsung beberapa bulan. Namun tidak ketinggalan diberikan informasi,
12
bahwa apabila mual dan muntah yang terjadisudah mengganggu dan menyebabkan
dehidrasi, maka ibu
tersebut harus segera melaporkannya ke fasilitas kesehatan terdekat.
b. Obat-obatan
Yang dapat diberikan kepada ibu hamil yang mengalami hyperemesis gravidarum
akibat stress psikologis adalah obat sedatif seperti phenobarbital. Dapat juga diberikan
vitamin seperti vitamin B yang berfungsi mempertahankan kesehatan syaraf jantung
dan otot serta
meningkatkan perbaikan dan pertumbuhan sel. Lalu diberikan pula antihistamin atau
antimimetik seperti disiklomin hidrokloride pada keadaan yang lebih berat untuk
kondisi mualnya. Lalu untuk mual dan muntahnya dapat diberikan vitamin B6.
c. Isolasi
Isolasi dilakukan di ruangan yang tenang, cerah dan ventilasi udara yang baik. Lalu
dicatat pula cairan yang masuk dan keluar dan tidak diberikan makan dan minum
selama 24 jam, karena kadang-kadang dengan isolasi saja gejala-gejala akan berkurang
atau hilang tanpa pengobatan.
d. Terapi psikologik
Pada terapi psikologik, perlu diyakinkan pada pasien bahwa penyakit dapat
disembuhkan,hilangkan rasa takut oleh kehamilan, dan mengurangi masalah yang
dipikirkan.
e. Diet (Almatsier, 2010)
- Tujuan Diet
1) Mengganti persediaan glikogen tubuh dan mengontrol asidosis.
2) Secara berangsur memberikan makanan berenergi dan zat gizi
yang cukup.
- Syarat Diet
1) Karbohidrat tinggi, yitu 75-80% dari kebutuhan energy total.
2) Lemak rendah, yaitu ≤10% dari kebutuhan energy total.
3) Protein sedang, yaitu 10-15% dari kebutuhan energy total.
4) Makanan diberikan dalam bentuk kering; pemberian cairan disesuaikan dengan
keadaan pasien, yaitu 7-10 gelas per hari.
5) Makanan mudah cerna, tidak merangsang saluran cerna, dan diberikan dalam porsi
kecil.
13
6) Bila makan pagi dan siang sulit diterima, dioptimalkan makan malam selingan
malam.
7) Makanan secara berangsur ditingkatkan dalam porsi dan nilai gizi sesuai keadaan
dan kebutuhan gizi pasien.
- Macam diet dan indikasi pemberian
1) Diet Hiperemesis I
Diet Hiperemesis I diberikan kepada pasien dengan hyperemesis berat. Makanan hanya
terdiri dari roti kering, singkong bakar atau rebus, ubi bakar atau rebus, dan buah-
buahan. Cairan tidak diberikan bersama makanan, tetapi 1-2 jam sesudahnya. Semua
zat gizi pada makanan ini kurang kecuali vitamin C, sehingga hanya diberikan selama
beberapa hari.
2) Diet Hiperemesis II
Diet Hiperemesis II diberikan bila rasa mual dan muntah sudah berkurang. Secara
berangsur mulai diberika bahan makanan yang bernilai gizi tinggi. Minuman tidak
diberikan bersama makanan. Pemilihan bahan makanan yang tepat pada tahap ini dapat
memenuhi kebutuhan gizi, kecuali kebutuhan energy.
3) Diet Hiperemesis III
Diet Hiperemesis III diberikan kepada pasien dengan hyperemesis ringan. Sesuai
dengan kesanggupan pasien, minuman boleh diberikan bersama makanan. Makanan ini
cukup energy dan semua zat gizi.
14
BAB III
TINJAUAN KASUS
A. DATA SUBJEKTIF
1. Identitas pasien
Istri Suami
Pendidikan SI SI
Cianjur
2. Keluhan Utama
Ibu mengeluh nyeri ulu hati, mual – mual disertai muntah ketika makan dan lemas sejak
Hpht : 16-7-2022
15
3. Riwayat Perkawinan
Kawin 1 kali, kawin pertama umur 24 tahun dengan suami sekarang sudah 25 tahun.
4. Riwayat Obstetri
GIP0A0
Hamil
1.
ini
Tidak ada
Tidak ada
7. Riwayat kesehatan
Ibu mengatakan tidak pernah menderita penyakit keturunan seperti Asma, Diabetes
Mellitus dan penyakit menular seperti TBC, HIV/AIDS serta tidak ada riwayat kembar.
Ibu mengatakan dari pihak keluarga tidak pernah menderita penyakit keturunan seperti
Asma, jantung, Diabetes Mellitus dan penyakit menular seperti TBC, HIV/AIDS serta tidak
16
8. Pola Kebutuhan
a. Nutrisi
Selama menjalani perawatan ibu diberikan nutrisi melalui cairan infus RL dan D5%,
obat-obatan suntik.
b. Eliminasi
2) BAK : Sering
c. Personal Hygiene
B. DATA OBJEKTIF
1. Pemeriksaan umum
b. Kesadaran : Composmentis
c. Berat badan : 58 kg
Suhu : 37 ºC
Respirasi : 21 x/menit
Nadi : 84 x/menit
17
2. Pemeriksaan Khusus
Inspeksi
2. Masalah : Ibu mengeluh nyeri ulu hati, mual – mual disertai muntah ketika
D. PENATALAKSANAAN
1. Memberitahu ibu hasil pemeriksaan bahwa keadaan umum ibu baik, TD: 110/70 mmHg, N:
84 x/menit, R: 21 x/menit, T: 37,0 oC, konjungtiva ibu pucat, terlihat dehidrasi TFU: 2 jari di
3. Menyarankan ibu untuk makan dan minum, makan sedikit tetapi sering
ibu
tetes/menit
20
3. Membantu memenuhi kebutuhan nutrisi makan dan minum ibu
PEMBAHASAN
Pada tanggal 21 Oktober 2022 ibu datang ke BPM Bd Yuliana bersama dengan
suaminya mengeluh nyeri ulu hati, mual disertai muntah ketika makan, lemas sejak hari kamis
yang lalu. Setelah dilakukan anamnesa, pemeriksaan fisik dan penunjang didapatkan bahwa ibu
menderita hyperemesis gravidarum. Dari hasil anamnesa ibu berumur 25 tahun, ini adalah
kehamilan pertama. Menurut Yasa, 2012 bahwa hyperemesis gravidarum adalah muntah yang
cukup parah sehingga menyebabkan kehilangan berat badan, dehidrasi, asidosis dari
kelaparan, alkalosis dari kehilangan asam hidrokloridsaat muntah dan hypokalemia. Pada
dengan protab hyperemesis gravidarum dan langsung memindahkan ibu ke ruang perawatan
untuk di observasi dan menjalani perawatan. Di ruang keperawatan ibu dilanjutkan observasi
pemeriksaan dan pencatatan tanda – tanda vital, diberikan therapy sesuai advice dpjp yaitu
pemberian cairan melalui intra vena dan obat yang di suntikkan ke dalam intra vena.
Setelah dirawat selama 2 hari, keadaan ibu mulai membaik keluhan mual masih ada
namun sedikit, kemudian dilakukan konsul dpjp kembali dan memberi advice ibu di izinkan
pulang, tetapi sebelumnya dilakukan pelepasan infus. Sebelum ibu pulang, bidan memberikan
konseling tentang pemberian nutrisi seimbang, seperti makan sedikit tapi sering serta
22
BAB V
PENUTUP
A. Kesimpulan
Laporan kasus asuhan kebidanan yang diberikan kepada Ny. M mulai dari anamnesa,
pemeriksaan fisik, pemeriksaan penunjang dan penatalaksanaan sesuai dengan teori yang ada
bahwa Ny.M sedang hamil dengan keadaan dehidrasi pada hyperemesis gravidarum sehingga
harus dilakukan rawat inap dengan penatalaksanaan sesuai protab hyperemesis gravidarum di
ruang Sumayah sesuai dengan teori yang ada dan advice dpjp. Penatalaksanaan perawatan
medis dan kebidanan yaitu observasi tanda-tanda vital, pemberian cairan melalui intra vena
dan obat yang di suntikkan ke dalam intra vena. Serta ibu tidak mengalami komplikasi sehingga
B. Saran
Rumah sakit diharapkan agar dapat meningkatkan pelayanan sehingga dapat meningkatkan
Diharapkan hasil laporan presentasi kasus ini dapat digunakan untuk menambah referensi di
perpustakaan dan bisa digunakan sebagai bahan kepustakaan bagi yang membutuhkan asuhan
Di harapkan ibu untuk melakukan pemeriksaan kehamilan atau ANC secara teratur untuk
mengetahui kondisi kesehatan ibu dan janin serta mengetahui secara dini komplikasi yang
23
terjadi selama kehamilan. Diharapkan ibu dan keluarga dapat segera memeriksakan dirinya
Diharapkan dapat menambah wawasan ilmu pengetahuan, keterampilan dan mutu pelayanan
yang profesional oleh tenaga kesehatan untuk memberikan asuhan kebidanan khususnya ibu
24
DAFTAR PUSTAKA
25