Anda di halaman 1dari 54

LAPORAN KASUS KELOLAAN

MANAJEMEN ASUHAN KEBIDANAN PADA IBU HAMIL DENGAN


HYPEREMESIS GRAVIDARUM DI RUANGAN PONED
PUSKESMAS KUMANIS

Disusun Oleh

FITRI SURYANI HADI


Nim : 2015901108

PROGRAM PROFESI PENDIDIKAN BIDAN FAKULTAS KESEHATAN


UNIVERSITAS FORT DE KOCK BUKITTINGGI
2021/2022
LEMBAR PENGESAHAN

MANAJEMEN ASUHAN KEBIDANAN PADA IBU HAMIL DENGAN


HYPEREMESIS GRAVIDARUM DI RUANGAN PONED PUSKESMAS KUMANIS

Disusun oleh :
Nama : Fitri Suryani Hadi
Nim : 2015901108

Telah diseminarkan di depan penguji


Pada tanggal … Desember 2021

Mengetahui,
Pembimbing Lapangan Pembimbing Akademik

( Dian Afraida, SST. MKM ) (Detty Afriyenti SST.M.Keb )

Ketua Prodi Kebidanan


Universitas Fort De Kock

( Febriniwati Rifdi ,SSiT. M. Biomed )

2
KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT, yang telah melimpahkan
hidayahNya hingga penulis dapat menyusun dan menyelesaikan Laporan “Manajemen
Asuhan Kebidanan Pada Ibu Hamil dengan Hyperemesis Gravidarum di Ruangan Poned
Puskesmas Kumanis”.
Laporan kasus ini merupakan salah satu persyaratan menyelesaikan Praktik Klinik
Kebidanan Kegawatdaruratan Maternal Dan Neonatal pada Program Profesi Kebidanan
Fakultas Kesehatan Universitas Ford De Kock Bukitttinggi Tahun ajaran 2021/2022.
Pada kesempatan ini penulis menyampaikan ucapan terima kasih kepada Ibu Detty
Afriyenti,SST.M.keb selaku pemimbing akademik dan Ibu Dian Afraida SST.Mkes selaku
pembimbing lapangan. Yang telah memberikan bimbingan dan pengarahan dalam penulisan
laporan kasus ini.Mudah-mudahan laporan kasus ini dapat bermanfaat dan menjadi acuan
untuk pengembangan inovasi dalam bidang pendidikan kususnya di bidang kebidanan.

Kumanis , Desember 2021

Fitri Suryani Hadi

3
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ............................................................................................ vii


DAFTAR ISI............................................................................................................. ix
BAB I PENDAHULUAN ...................................................................................... 1
A. Latar Belakang Masalah ............................................................................. 4
B. Rumusan Masalah ........................................................................................ 7
C. Tujuan............................................................................................................. 7
1. Tujuan Umum ........................................................................................ 7
2. Tujuan Khusus ....................................................................................... 7

BAB II TINJAUAN TEORI ................................................................................ 8


A. Konsep Dasar Kehamilan........................................................................... 8
a. Pengertian Kehamilan ................................................................ 10
b. Perubahan fisiologis pada saat kehamilan .................................. 12
c. Perubahan Psikologi Wanita Hamil............................................ 15

B. Konsep Dasar Hiperemesis Gravidarum ................................................. 19


a. Pengertian Hiperemesis Gravidarum..............................................19
b. Etiologi Hiperemesis Gravidarum..................................................21

c. Patofisiologi Hiperemesis Gravidarum..........................................22

d. Tingkatan dan gejala......................................................................24

e. Diagnosis Hiperemesis Gravidarum..............................................26

f. Penatalaksanaan.............................................................................26

C. Kewenangan Bidan Dalam Asuhan Hiperemesis Gravidarum……. 27

BAB III TINJAUAN KASUS .............................................................................. 29


A. Data Subjektif ............................................................................................... 30
B. Data Objektif................................................................................................. 33
C. Analisa............................................................................................................ 34
D. Penatalaksanaan ........................................................................................... 34
E. Catatan Perkembangan ............................................................................... 35
BAB IV PEMBAHASAN...................................................................................... 40

4
A. Data subjektif................................................................................................ 41
B. Data Objektif................................................................................................. 42
C. Analisa............................................................................................................ 43
D. Penatalaksanaan ........................................................................................... 43
BAB V PENUTUP .................................................................................................. 46
A. Kesimpulan ................................................................................................... 46
B. Saran ............................................................................................................... 47
DAFTAR PUSTAKA

5
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar belakang

Kehamilan merupakan suatu keadaan fisiologis yang menjadi dambaan

setiap pasangan suami istri. Setiap kehamilan diharapkan adalah lahirnya bayi

yang sehat dan sempurna secara jasmaniah dengan berat badan yang cukup.

Salah satu komplikasi kehamilan yang mempengaruhi status kesehatan ibu dan

tumbuh kembang janin adalah hiperemesis gravidarum dimana kejadian ini

dapat dideteksi dan dicegah pada masa kehamilan, mual, dan muntah

merupakan gangguan yang paling sering dijumpai pada kehamilan trimester I

sekitar 60%-80% pada primigravida dan 40%-60% pada

multigravida(Purwanti,2019).

Menurut World Health Organiztion (WHO) pada tahun 2015 jumlah

kejadian emesis gravidarum mencapai 12,5 % dari jumlah kehamilan di dunia,

Kunjungan pemeriksaan kehamilan ibu hamil di Indonesia diperoleh data ibu

dengan hiperemesis gravidarum mencapai 14,8% dari seluruh kehamilan.

Untuk prevalensi hiperemesis gravidarum terjadi diantara 0,8% dan 3,2%.

Studi lain mendapatkan bahwa prevalensi hiperemesis gravidarum di

Norwegia 1,1% pada 814 pasien dari 71.468 pasien Dan prevalensi

hiperemesis gravidarum di Amerika Serikat 0,5% sampai 2% dengan variasi

insiden yang didapatkan dari berbagai kriteria diagnostik dan variasi suku

(Purwanti,2019)

Insiden yang menggambarkan mual dan muntah sebagai ganguan

medis yang sering terjadi selama kehamilan. angka mual antara 70% dan 85%

dengan sekitar setengah dari presentase ini mengalami muntah. Keadaan

6
Hiperemesis Gravidarum yang sangat fatologis jauh lebih jarang terjadi

dibandingkan mual muntah secara logis. (Kemenkes RI, 2016).

Mual dan muntah merupakan hal normal yang sering terjadi pada

usia kehamilan muda dan terbanyak pada usia kehamilan 6-12 minggu dan

akan berakhir dalam 20 minggu pertama kehamilan. Keluhan ini terjadi

70% - 80% dari seluruh wanita yang hamil (Cathy, 2015).

Keluhan mual dan muntah terkadang begitu hebat sehingga segala

apa yang dimakan dan diminum dimuntahkan oleh ibu hamil yang dapat

mempengaruhi keadaan umum serta menggangu kehidupan sehari-hari,

atau lebih dikenal dengan hiperemesis gravidarum (Prawirohardjo, 2016).

Hiperemesis gravidarum adalah mual dan muntah berlebihan yang

terjadi selama masa hamil. Muntah yang membahayakan ini dibedakan

dari mual dan muntah normal yang umum dialami wanita hamil karena

intensitasnya melebihi muntah normal dan berlangsung selama trimester

pertama kehamilan (American,2018).

Muntah yang berlebihan dan tidak terkendali selama masa

kehamilan dapat menyebabkan kehilangan berat badan 5% dari berat

badan awal sebelum hamil, dehidrasi, ketidak seimbangan elektrolit,

defisiensi nutrisi, serta ketonuria (Lowdermilk, 2012).

Dalam penelitian yang dilakukan Herrell (2013) didapatkan bahwa

sekitar 80% dari ibu hamil yang dirawat dengan hiperemsesis gravidarum

melaporkan bahwa gejala yang dialaminya berlangsung sepanjang hari,

dan hanya 1,8% yang melaporkan gejalanya terjadi di pagi hari.

Gejala mual dan muntah yang dirasakan ini terjadi dalam waktu 6

minggu setelah hari pertama haid terakhir dan dapat berlangsung selama

kurang lebih 10 minggu dan akan berakhir dalam 20 minggu kehamilan.

Hiperemesis gravidarum merupakan indikasi paling umum untuk ibu hamil

7
pada usia kehamilan muda dirawat di rumah sakit. Angka kejadian

hiperemesis gravidarum yang dirawat adalah 11.4% dari seluruh ibu hamil

yang dirawat pada usia kehamilan muda. Lama rawat pasien hiperemesis

gravidarum normalnya 2 hingga 3 hari dengan perawatan yang adekuat.

Lama rawat hiperemesis gravidarum dipengaruhi oleh beberapa faktor,

seperti keadaan klinis ibu, tindakan medis, serta pengelolaan selama di

rumah sakit (Topcu,2015).

Penelitian sebelumnya menyebutkan bahwa 25% dari ibu hamil

yang mengalami hiperemesis gravidarum dirawat inap lebih dari sekali dan

terkadang kondisi hiperemesis gravidarum yang terus-menerus dan sulit

sembuh membuat ibu hamil merasa ingin melakukan terminasi kehamilan

(Gunawan, 2011).

Pada ibu hamil yang pernah dirawat inap karena hiperemesis

gravidarum pada kehamilan sebelumnya, maka juga akan memerlukan

rawat inap pada kehamilan selanjutnya dengan persentase sebesar 20%

(Cunnningham, 2016).

Hiperemesis gravidarum jarang menyebabkan kematian, tetapi

angka kejadiannya masih cukup tinggi. Kejadian hiperemesis gravidarum

adalah 4 per 1000 kehamilan. Menurut WHO hiperemesis gravidarum

terjadi diseluruh dunia dengan angka kejadian mencapai 12.5 % dari

seluruh kehamilan. Angka kejadian hiperemesis gravidarum yang terjadi di

dunia sangat beragam yaitu 10.8% di China, 2.2% di Pakistan, 1-3% di

Indonesia, 1.9% di Turki, 0.9% di Norwegia, 0.8% di Canada, 0.5% di

California, 0,5%-2% di Amerika, dan 0.3% di Swedia (Zhang Y, 2011).

Angka kejadian hiperemesis gravidarum di Indonesia 1-3% dari seluruh

kehamilan. Departemen Kesehatan Republik Indonesia menjelaskan

bahwa lebih dari 80% ibu hamil di Indonesia mengalami mual dan muntah

8
yang berlebihan, yang dapat menyebabkan ibu hamil menghindari jenis

makanan tertentu dan akan dapat menyebabkan risiko bagi dirinya maupun

janin yang sedang dikandungnya (Oktavia, 2016).

Penyebab hiperemesis gravidarum tidak diketahui dengan pasti,

namun sering dihubungkan dengan perubahan-perubahan hormon selama

kehamilan dan berbagai faktor risiko lainnya. Beberapa faktor risiko yang

dapat menyebabkan hiperemesis gravidarum adalah ibu dengan usia muda,

ibu dengan kehamilan pertama (primipara), namun pada kasus dapat

terjadi dalam beberapa kehamilan, dan ibu yang sering mengkonsumsi

minuman beralkohol (London, 2014).

Selain itu faktor lain yang juga berhubungan dengan kejadian

hiperemesis gravidarum termasuk pendidikan ibu yang rendah, jarak

kehamilan yang terlalu dekat, ibu dengan status perokok aktif, dan obesitas

(Creasy, 2014).

B. Rumusan Masalah

Melakukan Kajian Asuhan Kebidanan Pada Ny.I G6P5A0H5 Usia

Kehamilan 12-13 Minggu Dengan Hiperemesis Gravidarum di Ruangan

Poned Puskesmas Kumanis.

C. Tujuan Penulisan

1. Tujuan umum

Untuk mengkaji asuhan Kebidanan Pada Ny.I G6 P5A0H5 Usia Kehamilan

12-13 Minggu Dengan Hiperemesis Gravidarum Di Ruangan Poned

Puskesmas Kumanis.

2. Tujuan khusus.

a. Untuk memahami konsep dasar asuhan Kebidanan Pada Ny.I

G6P5A0H5 Usia Kehamilan 12-13 Minggu Dengan Hiperemesis

Gravidarum Di Ruangan Poned Puskesmas Kumanis.

9
b. Untuk mengumpulkan data asuhan Kebidanan Pada Ny.I G6P5A0H5

Usia Kehamilan 12-13 Minggu Dengan Hiperemesis Gravidarum

Di Ruangan Poned Puskesmas Kumanis.

c. Untuk menganalisis kasus asuhan Kebidanan Pada Ny.I G6P5A0H5

Usia Kehamilan 12-13 Minggu Dengan Hiperemesis Gravidarum

Di Ruangan Poned Puskesmas Kumanis.

10
BAB II

TINJAUAN TEORI

A. Konsep Dasar Kehamilan

1. Pengertian Kehamilan

Kehamilan didefinisikan sebagai fertilisasi atau penyatuan

dari spermatozoa dan ovum dan dilanjutkan dengan nidasi atau

implantasi.( Prawirohardjo,2016)

Kehamilan dan persalinan merupakan proses alamiah (normal)

dan bukan proses patologi tetapi kondisi normal dapat menjadi

patologi/abnormal. Menyadari hal tersebut dalam melakukan

asuhan tidak perlu melakukan intervensi yang tidak perlu kecuali ada

indikasi. Dan setiap perempuan berkpribadian unik,dimana

terdiri dari bio,psiko,dan sosial yang berbeda sehingga dalam

memperlakukan pasien satu dengan yang lainnya juga berbeda dan

tidak boleh disamakan (Prawirohardjo,2016)

Kehamilan merupakan proses yang alamiah. Perubahan-

perubahan yang terjadi pada wanita selama kehamilan normal adalah

bersifat fisiologis bukan patologis. Kehamilan juga merupakan proses

alamiah untuk menjaga kelangsungan peradaban manusia. Kehamilan

baru bisa terjadi jika seorang wanita sudah mengalami pubertas yang

ditandai dengan terjadinya menstruasi. Banyak hal dan banyak organ

yang terlibat selama proses kehamilan(Prawirohardjo,2016).

Proses kehamilan merupakan mata rantai yang bersinambung

dan terdiri dari: ovulasi, migrasi spermatozoa dan ovum, konsepsi dan

pertumbuhan zigot, nidasi (implantasi) pada uterus, pembentukan

11
plasenta, dan tumbuh kembang hasil konsepsi sampai aterm.

(Prawirohardjo,2016)

Dari beberapa pengertian diatas jadi dapat disimpulkan bahwa

kehamilan merupakan proses alamiah dimana hasil dari fertilisasi

spermatozoa dan ovum dan dilanjutkan dengan nidasi.

2. Perubahan fisiologis pada saat kehamilan

Proses terjadinya kehamilan adalah ketika bersatunya sel telur

(ovum) dan sperma atau disebut dengan fertilisasi. Ovum yang telah

dibuahi ini segera membelah diri sampai stadium morula selama 3 hari dan

bergerak kea rah rongga rahim oleh rambut getar tuba dan kontraksi tuba,

hasil konsepsi tiba pada kavum uteri pada tingkat blastula. Hasil konsepsi

akan menamakan dirinya dalam endometrium (nidasi). Ketika blastula

mencapai rongga rahim, endometrium berada dalam masa sekresi sehingga

blastula dengan bagian yang berisi masa sel dalam akan mudah masuk

kedalam desi dua, menyebabkan luka kecil yang kemudian sembuh dan

menutup lagi. Apabila nidasi telah terjadi, maka dimulailah diferensiasi

sel-sel bistula. Kemudian bistula akan berkembang menjadi janin. Untuk

mencukupi kebutuhan janin maka dibentuklah plasenta. Plasenta terbentuk

lengkap pada kehmilan kurng lebih 16 minggu, dan berfungsi untuk

memberikan makanan kepada janin. Respirasi janin untuk tempat sekresi

bagi janin, dan tempat pembentukan hormon dan juga tempat menyalurkan

segala kebutuhan janin.di dalam rahim janin juga diproteksi oleh air

ketuban,volume air ketuban pada kehamilan cukup bulan kira-kira 1000-

1500 cc, air ketuban berwarna putih keruh, berbau amis.( Manuaba,2010)

Penentuan dan dugaan terhadap kehamilan sangat terkait dengan

pengetahuan tentang fisiologis awal kehamilan. Pengenalan ini juga

12
penting bagi penapisan terhadap kelainan yang mungkin terjadi selama

kehamilan.

Beberapa perubahan fisiologis yang terjadi saat kehamilan yaitu :

a. Sistem Reproduksi

1) Uterus

Ukuran uterus terus membesar pada bulan-bulan pertama dibawah

pengaruh estrogen dan progesterone yang kadarnya meningkat.

Pembesaran ini pada dasarnya disebabkan hypertrofi dan hyperplasia

otot polos rahim, serabut-serabut kolagennya menjadi higroskopik

akibat meningkatnya kadar estrogen sehingga uterus dapat mengikuti

pertumbuhan rahim. Pada minggu-minggu pertama ismus uteri

mengadakan hipertrofi seperti korpus uteri. Hipertrofi ismus pada

triwulan pertama membuat ismus menjadi panjang dan lebih lunak. Hal

ini dikenal dalam obstetric sebagai tanda hegar. ( Manuaba,2010)

Tabel 2.1 Tinggi Fundus Uteri Berdasarkan Perabaan Jari


Usia Kehamilan (minggu) Tinggi Fundus Uteri (TFU)
12 3 jari di atas simfisis
16 Pertengahan pusat simfisis
20 3 jari di bawah pusat
24 Setinggi pusat
28 3 jari di atas pusat
32 Pertengahan pusat PX
36 3 jari di bawah PX
40 Pertengahan pusat PX

(Pantikawati,2010)

2). Serviks uteri

Serviks uteri pada kehamilan juga mengalami perubahan karena

hormon estrogen. Jika korpus uteri lebih banyak mengandung jaringan

otot, maka serviks lebih banyak mengandung jaringan ikat, hanya 10%

13
jaringan otot jaringan ikat pada serviks ini banyak mendandung

kolagen. Akibat kadar estrogen meningkat, dan dengan adanya

hipervaskularisasi maka konsistensi serviks menjadi lunak.

( Manuaba,2010)

2) Vagina dan Vulva

Vagina dan vulva akibat hormon estrogen mengalami perubahan pula.

Adanya hipervaskularisasi .( Manuaba,2010)

3) Ovarium

Pada permulaan kehamilan masih terdapat korpus graviditatis sampai

terbentuknya plasenta pada kira-kira kehamilan 16 minggu. Korpus

luteum graviditatis berdiameter kira-kira 3 cm. kemudian, ia mengecil

setelah plasenta terbentuk. Seperti telah di kemukakan, korpus luteum

ini mengeluarkan hormon estrogen dan progesteron. .( Manuaba,2010)

4) Mammae

Mammae akan membesar dan tegang akibat hormon somatomam

motropiun, estrogen dan progesterone, akan tetapi belum

mengeluarkan air susu. Estrogen menimbulkan hipertropi system

saluran payudara, progesterone menambah sel-sel asinus sedangkan

somatoma motropin mempengaruhi pertumbuhan sel-sel asinus dan

menimbulkan perubahan dalam sel-sel sehingga perubahan kasein,

laktal bumin dan lactabumin. Dengan demikian mammae dipersiapkan

untuk laktasi.

b. Sistem sirkulasi darah

1) Volume darah

Volume darah total dan volume darah naik pesat sejak akhir

trisemester pertama. Volume darah akan bertambah banyak kira-kira

14
25% dengan puncaknya pada kehamilan 32 minggu, diikuti curah

janjung (cardiac output) yang meningkat sebanyak ± 30%.

2) Protein darah

Protein dalam serum berubah. Jumlah protein, albumin dan

gamamglobulin menurun dalam triwulan pertama dan akan meningkat

secara bertahap pada ahkir kehamilan.Beta globulin dan fibrinogen

terus menigkat ( Prawirohardjo,2016)

3) Hemoglobin

Meskipun terjadi peningkatan volume eritrosit secara keseluruhan,

tetapi penambahan volume plasma jauh lebih besar, sehingga

konsentrasi haemoglobin dalam darah menjadi lebih rendah. Hal ini

tidak boleh dinamakan anemia fisiologik dalam kehamilan, oleh karena

jumlah hemoglobin pada wanita hamil dalam keseluruhan lebih besar

dari pada sewaktu belum hamil.

c. Sistem pernapasan

Seorang wanita hamil pada kelanjutan kehamilannya tidak jarang

mengeluh tentang rasa sesak dan pendek napas. Hal ini ditemukan

pada kehamilan 32 minggu ke atas oleh karena usus-usus tertekan oleh

karena uterus yang membesar kearah diafragma, sehingga diagragma

kurang leluasa bergerak.

d. Sistem Pencernaan

Pada bulan-bulan pertama kehamilan terdapat perasaan enek mual

akibat kadar hormon estrogen yang meningkat. Tonus-tonus traktus

digestivus menurun. Sehingga motilitas (daya gerak) seluruh traktus

digestivus juga berkurang. Makanan lebih lama berada di dalam

lambung dan apa yang telah dicernakan lebih lama berada dalam usus-

15
usus. Gejala muntah (emesis), biasanya terjadi pada pagi hari yang

biasa dikenal dengan morming sicknes. (Nurnaningsih. 2012)

Estrogen dan HCG meningkat, dengan efek samping mual dan

muntah-muntah. Selain itu terjadi juga perubahan peristaltik dengan

gejala sering kembung, konstipasi, lebih sering lapar atau perasaan

ingin makan terus, juga akibat peningkatan asam lambung. (Royal

College,2016)

Pada keadaan patologik tertentu, terjadi muntah-muntah banyak

sampai lebih dari 10 kali per hari Saliva meningkat dan pada trimester

pertama, dan megeluh mual dan muntah. Tonus otot-otot saluran

pencernaan melemah sehingga motilitas dan makanan akan lebih lama

berada dalam saluran makanan.

Bulan-bulan pertama kehamilan, hormon estrogen meningkat

yang dapat menyebabkan nausea (mual), ada yang mengalami muntah

terus menerus sampai menganggu aktivitasnya, dikatakan mengalami

hiperemesis gravidarum (muntah-muntah yang banyak ini merupakan

keadaan patologik), mual dan muntah tersebut merupakan efek

samping dari peningkatan kadar estrogen dan HCG, reabsorbsi

makanan baik, namun akan menimbulkan obstipasi, rahim yang

semakin membesar akan akan menekan rektum dan usus bagian bawah

sehingga terjadi sembelit (konstipasi), sembelit semakin berat karena

gerakan otot di dalam usus di perlambat oleh tinginya kadar

progesteron.( Royal College,2016)

Seiring dengan kemajuan kehamilan lambung dan usus tergeser

oleh uterus yang membesar seiring dengan kemajuan usia kehamilan.

Biasanya terjadi mual, kadang-kadang terjadi muntah disebabkan oleh

refluks secret-sekret asam ke esophagus bagian bawah. gusi dapat

16
terjadi hiperemis dan melunak, dapat berdarah serta cidera ringan.

Haemorroid sering terjadi ini disebabkan oleh konstipasi dan

peningkatan tekanan pada vena-vena di bawah uterus yang membesar.

Sistem Perkemihan Pada bulan pertama kehamilan kandung kencing

tertekan oleh uterus yang mulai membesar dan akhir kehamilan bila

kepala janin mulai turun pintu atas panggul tertekan kembali sehingga

timbul sering BAK.

e. Kulit

Pada kulit terdapat deposit pigmen dan huperpigmentasi alat-alat

tertentu. Pegmentasi ini disebabkan oleh pengaruh melanoprhore

stimulating hormon yang meningkat. MSH ini adalah salah satu

hormon yang juga dikeluarkan oleh lobus anterior hipofisis. Kadang-

kadang terdapat deposit pigmen pada dahi, pipi, dan hidung, dikenal

sebagai kloasma gravidarum.

f. Perubahan metabolisme.

Dengan terjadinya kehamilan metabolisme tubuh mengalami

perubahan yang mandasar dimana kebutuhan nutrisi makin tinggi

untuk pertumbuhan janin dan persiapan memberikan ASI. Adapun

perubahan metabolisme adalah :

a. Metabolisme basal naik 15 – 20 % terutama pada trimester ke tiga.

b. Keseimbangan asam alkali sedikit mengalami perubahan; pada

wanita tidak hamil kadar sebesar 155 mEq perliter menurun sampai

145 – 147 mEq perliter.

c. Kebutuhan protein wanita hamil makin tinggi untuk pertumbuhan

dan perkembangan janin; protein harus di simpan pula untuk kelak

dapat di keluarkan pada laktasi. Maka dari itu, perlu di perhatikan

agar wanita hamil memperoleh cukup prot ein selama hamil. Di

17
perkirakan satu gram protein setiap kilogram berat badan dapat

memenuhi kebutuhan sehari – hari.

d. Kebutuhan kalori di dapat dari karbohidrat, lemak, dan protein.

e. Kebutuhan mineral untuk ibu hamil

i. Kalsium 1,5 – 2,5 gram setiap hari

ii. Zat besi 800 mg atau 30 – 50 mg perhari

iii. Air, ibu hamil memerlukan air cukup banyak

iv. Berat badan ibu hamil bertambah antara 6,6 – 16,5 selama hamil.

3. Perubahan Psikologi Wanita Hamil

Masalah psikologis dapat menjadi faktor ibu hamil mengalami mual

muntah dalam kehamilan, atau memperburuk dalam gejala yang sudah

ada. Kehamilan yang tidak direncanakan, tidak nyaman atau tidak

diinginkan, atau karena beban pekerjaan atau finansial akan menyebabkan

penderitaan batin dan konflik. Kecemasan berdasarkan pengalaman

melahirkan sebelumnya terutama kecemasan akan datangnya mual dan

muntah dapat memperburuk rasa mual muntah.

Perasaan bersalah, marah, mengasihani diri sendiri atau ketakutan

dapat menambah gejala mual muntah. Ibu hamil dapat merasa bersalah

tentang dampak kehamilan pada keadaan keunganan keluarga, terutama

jika kehamilan tidak direncanakan. Rasa marah dapat diarahkan pada

pasangannya turut andil dalam menyebabkan konsepsi sehingga dianggap

bertanggung jawab atas rasa tidak nyaman.

Pada saat wanita menginginkan janin didalam kandungannya

berjenis kelamin tertentu juga dapat mengalami respon positif atau

negative secara ekstrem, hal ini pada akhirnya dapat memunculkan gejala

fisik seperti mual dan muntah. faktor psikis, kematangan jiwa, dan

18
penerimaan ibu tersebut terhadap kehamilannya sangat berpengaruh

dengan berat ringannya gejala yang timbul. (Royal College,2016)

a. Trimester pertama (1-12 minggu)

Trimester pertama merupakan periode penyusaian diri terhadap

kenyataan bahwa ibu hamil, juga merupakan waktu penungguan yang

mencemaskan agar menjadi ibu yang baik. Ini terutama berlaku pada ibu

hamil pertama yang merupakan pengalaman baru pada hidupnya.

b. Trimester kedua (13-28 minggu)

Trimester kedua disebut sebagai periode pancaran kesehatan karena

selama trimester ini umumnya wanita merasa sehat dan terbesar dari masa

kecemasan dan rasa tidak nyaman yang dirasakan pada trimester pertama.

Pada trimester ini pula ibu mulai merasakan gerakan bayinya sehingga ia

merasakan kehadiran bayinya sebagai seseorang diluardari dirinya.

c. Trimester ketiga (29-40 minggu)

Trimester ketiga sering disebut periode menunggu dengan hati-hati,

wanita tidak sabar menunggu kelahiran bayinya. Trimester ketiga saat

persiapan aktif kelahiran bayi dan menjadi orang tua. Wanita tersebut

mungkin takut akan rasa sakit dan bahaya fisik yang timbul saat

melahirkan.

d. Diagnosis kehamilan

1) Tanda Kehamilan

a) Adapun tanda-tanda tidak pasti hamil sebagai berikut :

(1) Mual dan muntah

(2) Gangguan berkemih

(3) Persepsi adanya gerakan janin

(4) Terhentinya menstruasi/amenore

(5) Perubahan pada payudara

19
(6) Perubahan warna mukosa vagina

(7) Meningkatnya pigmentsi kulit dan timbulnya striae

b) Adapun tanda-tanda mungkin hamil :

(1) Pembesaran abdomen,

(2) Perubahan anatomi pada serviks

(3) Kontraksi Braxton hiks

(4) Ballottement

(5) Kontraksi fisik janin

(6) Adanya gonadotropin korionik di urin atau serum.

c) Adapun tanda-tanda pasti hamil

(1) Identifikasi kerja jantung janin yang tersendiri dari kerja jantung

wanita hamil

(2) Persepsi gerakan janin aktif oleh pemeriksa

(3) Pengenalan mudigah dan janin setiap saat selama kehamilan

dengan tekhnik sonogravik atau pengenalan janin yang lebih tua

secara radiografis pada paruh kedua kehamilan.

e. Tanda dan bahaya kehamilan


Selama kehamilan ada beberapa tanda-tanda bahaya atau

Komplikasi pada ibu hamil yaitu :

1. Perdarahan pervaginam adalah perdarahan yang terjadi pada masa

kehamilan kurang dari 22 minggu.

2. Sakit kepala yang hebat adalah ketidaknyamanan yang normal dalam

kehamilan.

3. Gerakan janin berkurang adalah ibu sudah tidak merasakan gerakan

janin sesudah usia kehamilan 22 minggu atau selama kehamilan.

4. Demam tinggi merupakan suatu masalah,demam tinggi dapat

merupakan adanya gejala infeksi dalam kehmilan.

20
5. Mual muntah yang merupakan gejala yang wajar yang sering di alami

oleh ibu hamil trimester 1. Tetapi jika tidak cepat ditangani secara

dini akan menyebabkan komplikasi yaitu hiperemesis gravidarum

adapun Komplikasi yang dapat terjadi pada hyperemesis gravidarum

adalah :

a. Maternal

Akibat defisiensi B1 akan menyebabkan diplopia,palsi nervus ke-6,

nistagmus,ataksia dan kejang, jika hal ini tidak segera ditangani

akan terjadi psikosis korsakoff adalah amnesia menurunnya

kemampuan untuk beraktifitas, ataupun kematian karena itu

hiperemesis gravidarum tingkat 3 perlu dipertimbangkan terminasi

kehamilan. Akibat dari hiperemesis gravidarum juga yaitu

dehidrasi yang menyebabkan terjadinya hemokonsentrasi, dapat

mempengaruhi tekanan darah ibu sehingga terjadi hipertendsi pada

ibu

b. Fetal

Penurunan berat badan yang kronis akan meningkatkan kejadian

gangguan pertumbuhan janin dalam (IUGR).

B. Konsep Dasar Hiperemesis Gravidarum

1. Pengertian Hiperemesis Gravidarum

Hiperemesis gravidarum adalah mual muntah yang terjadi pada

kehamilan trimester pertama, muntah begitu hebat dimana apa yang segala

dimakan dan diminum dimuntahkan sehingga mempengaruhi keadaan

umum dan pekerjaan sehari-hari, berat badan menurun, mengalami

dehidrasi dan terdapat aseton dalam urin bukan karena penyakit seperti

apendisitis, pielititis dan sebagainya(Cathy,2015)

21
Biasanya hiperemesis garvidarum terjadi pada kehamilan pertama

dan umumnya mengenai ibu hamil dengan keadaan yang mengakibakan

kadar HCG yang tinggi seperti pada penyakit trofoblastik kehamilan atau

kehamilan kembar .Hiperemesis gravidarum merupakan mual dan muntah

berlebihan selama kehamilan dengan intensitas lebih sering dan durasi

lebih lama daripada mual dan muntah yang biasa dialami pada trimester

pertama. Terkait dengan ketonemia, penurunan berat badan, dehidrasi dan

abnormalitas kimia darah. Dapat terjadi pada trimester berapapun,

biasanya dimulai pada trimester pertama dan menetap dengan derajat yang

bervariasi sepanjang masa kehamilan(Cathy,2015)

Sedangkan Hiperemesis Gravidarum adalah mual muntah yang

berlebihan sehingga menimbulkan gangguan aktivitas sehari – hari dan

bahkan membahayakan hidupnya.Berdasarkan beberapa pengertian diatas

penulis dapat menimpulkan bahwa Hiperemesis gravidarum adalah mual

muntah yang terjadi pada kehamilan trimester pertama, muntah begitu

hebat dimana apa yang segala dimakan dan diminum dimuntahkan

sehingga mempengaruhi keadaan umum dan pekerjaan sehari-

hari(Cathy,2015)

2. Etiologi Hiperemesis Gravidarum

Penyebab hiperemesis gravidarum belum diketahui secara pasti.

Frekuensi kejadian adalah 2 per 1000 kehamilan. Faktor-faktor

predisposisi yang dikemukakan adalah sebagai berikut:

a. Umumnya terjadi pada Primigravida karena primigravida belum

mampu beradaptasi terhadap hormone estrogen dan gonadotropin

korionik, mola hidatidosa karena jumlah hormone yang di keluarkan

cukup tinggi maka bisa menyebabkan terjadinya hiperemesis

gravidarum, dan kehamilan ganda akibat peningkatan kadar HCG.

22
b. Faktor organik

yaitu karena masuknya vili khoriales dalam sirkulasi maternal dan

perubahan metabollik akibat kehamilan serta resitensi yang menurun

dari pihak ibu terhadap perubahan-perubahan ini serta adanya alergi

yaitu merupakan salah satu respon dari jaringan ibu terhadap janin.

c. Faktor Psikologis

Rumah tangga yang retak, kehilangan pekerjaan, takut terhadap

kehamilan dan persalinan, takut terhadap tanggungan sebagai ibu dapat

menyebabkan konflik mental yang dapat memperberat mual dan

muntah sebagai ekspresi tidak sadar terhadap keengganan menjadi

hamil atau sebagai pelarian kesukaran hidup.

d. Faktor endokrin lainnya : hipertyroid, diabetes dan lain-lain.

(Cathy,2015)

3. Patofisiologi Hiperemesis Gravidarum

Patofisiologi hiperemesis gravidarum dapat disebabkan karena

peningkatan Hormone Chorionic Gonodhotropin (HCG). HCG adalah

hormone glikoprotein dari keluarga gonadotropin yang awalnya disintesin

oleh embrio manusia, dan kemudian dilanjutkan oleh syncytiotrophoblast.

bagian dari plasenta selama masa kehamilan. dapat menjadi faktor mual

dan muntah. Khusus nya karena periode mual dan muntah gestasional

yang paling umum adalah 12-16 minggu pertama, yang pada saat itu

HCG mencapai kadar tertingginya HCG sama dengan LH dan

disekresikan oleh sel-sel tropoblas blastosit. Peningkatan kadar hormon

progesteron menyebabkan otot polos pada sistem gastrointestinal

mengalami relaksasi sehingga motilitas menurun dan lambung menjadi

kosong.Patofisiologi hiperemesis gravidarum diawali dengan mual

muntah yang berlebihan dapat menyebabkan cadangan karbohidrat dan

23
lemak habis terpakai untuk keperluan energi. Karena oksidasi lemak yang

tidak sempurna, maka terjadilah ketosis atau keton dengan tertimbunnya

asam aseton asetik dan aseton darah. (Cathy,2015)

Sehingga dapat menimbulkan dehidrasi, mata cekung, tekanan darah

turun, dan diuresis menurun. Hal ini menimbulkan perfusi kejaringan

menurun untuk memberikan nutrisi dan mengkonsumsi O2. Oleh karena

itu dapat terjadi perubahan metabolisme menuju kearah anaerobik yang

menimbulkan benda keton dan asam laktat. Muntah yang berlebihan

dapat menimbulkan perubahan elektrolit sehingga Ph darah menjadi lebih

tinggi. (Cathy,2015)

Dampak dari semua masalah tersebut menimbulkan komplikasi

gangguan fungsi alat vital sebagai berikut:

a. Hepar

1) Pada tingkat ringan hanya ditemukan degenerasi lemak sentrilobuler

tanpa nekrosis.

2) Gangguan fungsi liver dan terjadi ikterus.

3) Terjadi perdarahan pada parenkim liver sehingga menyebabkan

gangguan fungsi menurun.

b. Ginjal

1) Dehidrasi penurunan diuresis sehingga sisa metabolisme tertimbun.

2) Terjadi perdarahan dan nekrosis dan perdarahan di otak.

3) Sistem saraf pusat terjadi nekrosis dan perdarahan diotak

diantaranya perdarahan ventrikel.

24
4. Tingkatan dan Gejala

Batas mual muntah berapa banyak yang disebut hiperemesis

gravidarum tidak ada kesepakatan. Ada yang mengatakan, bisa lebih

dari 10 kali muntah akan tetapi apabila keadaan umum itu terpengaruh

dianggap sebagai hiperemesis. Menurut berat ringannya gejala dapat

dibagi dalam tiga tingkatan yaitu :

a. Tingkat 1 = Ringan

Mual muntah terus menerus menyebabkan penderita lemah, tidak

mau makan, berat badan turun dan rasa nyeri di epigastrium, nadi

sekitar 100 kali per menit, tekanan darah turun, turgor kulit kurang,

lidah kering, dan mata cekung.( Abanoub. 2018)

b. Tingkat II = Sedang

Mual dan muntah hebat menyebabkan keadaan umum penderita

lebih parah, lemah apatis, turgor kulit mulai jelek, lidah kering dan

kotor, nadi kecil dan cepat, suhu badan naik (dehidrasi), ikterus

ringan, berat badan turun, mata cekung, tensi turun,

hemokonsentrasi, oliguri dan konstipasi. Dapat pula terjadi

asetonuria dan dari nafas keluar bau aseton. (Abanoub. 2018)

c. Tingkat III = Berat

Keadaan umum buruk, kesadaran sangat menurun, somnolen

sampai koma, nadi kecil, halus dan cepat, dehidrasi hebat, suhu

badan naik, dan tensi turun sekali, ikterus. Komplikasi yang dapat

berakibat fatal terjadi pada susunan syaraf pusat dengan adanya

nigtagmus, diplopia, perubahan mental. (Abanoub. 2018)

25
5. Diagnosis Hiperemesis Gravidarum

Diagnosis hiperemis gravidarum biasanya tidak sukar. Harus

ditentukan adanya kehamilan muda dan muntah yang terus menerus,

sehingga mempengaruhi keadaan umum. Hiperemesis gravidarum

yang terus menerus dapat menyebabkan kekurangan makanan yang

dapat mempengaruhi perkembangan janin, sehingga pengobatan

perlu segera diberikan. Diagnosis dapat ditegakkan jika ditemui

tanda berikut. (Abanoub. 2018)

a. Amenore disertai muntah hebat, pekerjaan sehari-hari terganggu.

b. Fungsi vital : nadi meningkat 100x/menit, Tekanan darah

menurun pada keadaan berat, subfebril, dan gangguan kesadaran

(apatis-koma).

c. Fisik : Dehidrasi, kulit pucat, ikterus, sianosis, berat badan

menurun, pada vaginal toucher uterus besarnya sesuai usia

kehamilan, konsistensi lunak, pada pemeriksaan inspekulo

serviks berwarna biru.

d. Pemeriksaan USG : untuk mengetahui adanya kehamilan kembar,

molahidatidosa dan kondisi kesehatan janin.

e. Laboratorium : kenaikan relative hemoglobin dan hematokrit,

benda keton, dan proteinuria.

f. Pada keluhan hiperemesis yang berat atau berulang pikirkan

untuk konsultasi psikologi.

6. Penatalaksanaan

Penyakit ini biasanya dapat membatasi diri, namun demikian pada

tingkatan yang berat, penyakit ini dapat mengancam jiwa ibu dan janin.

Adapun tingkatan hiperemesis gravidarum yang harus dirawat dirumah

sakit adalah hiperemesis gravidarum tingkat II dan III. Dan tidak semua

26
grade harus di rawat di RS. Adapun tatalaksana hiperemesis gravidarum

secara umum : (Abanoub. 2018)

a. Tatalaksana Umum

1) Memberikan penjelasan tentang kehamilan dan persalinan sebagai

suatu proses yang fisiologis.

2) Memberikan keyakinan bahwa mual dan kadang-kadang muntah

merupakan gejala fisiologis pada kehamilan muda dan akan hilang

setelah kehamilan 4 bulan.

3) Menganjurkan mengubah makan sehari-hari dengan makanan dalam

jumlah kecil tetapi sering.

4) Menganjurkan pada waktu bangun pagi jangan segera turun dari

tempat tidur, terlebih dahulu makan roti kering atau biscuit dengan teh

hangat.

5) Makanan yang berminyak dan berbau lemak sebaikya dihindarkan.

6) Makanan sebaiknya disajikan dalam keadaan panas atau sangat dingin.

7) Defekasi yang teratur.

8) Menghindari kekurangan karbohidrat merupakan faktor yang penting,

dianjurkan makanan yang banyak mengandung gula.

9) Obat-obatan

Sedative yang sering digunakan adalah phenobarbital. Vitamin

yang dianjurkan vitamin B1 dan B6. Anti histaminika juga dianjurkan

juga seperti dramamin, avomin. Pada keadaan lebih berat diberikan

antiemetic seperti disiklomin hidrokhonae atau khlorpromasin.

Penanganan hiperemesis gravidarum yang berat perlu dikelola

dirumah sakit.

27
Adapun prosedur tetap penatalaksaan hiperemesis gravidarum

di Puskesmas Kumanis :

1) Beri penjelasan pada pasien dan keluarga tindakan yang akan di

lakukan.

2) Isi formulir persetujuan tindakan medis.

3) Dekatkan alat-alat yang akan di gunakan

4) Tempatkan pasien pada tempat tidur yang aman.

5) Mencuci tangan dengan dengan sabun di bawah air mengalir

lalu mengeringkan dengan handuk.

6) Melakukan pemeriksaan fisik dan tanda-tanda vital.

7) Melakukan pemeriksaan obstetri,palpasi dan DJJ.

8) Memasang infuse sesuai dengan sop pemasangan infuse.

9) Melakukan kolaborasi dengan dokter untuk pemberian therapy

10) Setelah melakukan tindakan cuci tangan dengan sabun di air

yang mengalir lalu keringkan dengan handuk kering.

11) Catat hasil pemeriksaan pada status dan asuhan kebidanan.

Adapun tingkatan hyperemesis gravidarum yang harus

dirawat dirumah sakit adalah hyperemesis gravidarum tingkat II dan

III. Penatalaksanaan Hyperemesis Gravidarum Tingkat I, Tingkat II,

dan Tingkat III yaitu :

a) Tingkat I adalah pemberian cairan infuse D5%. Karena tubuh ibu harus

mendapatkan cairan yang cukup. Dokter biasanya akan memberikan

cairan infuse D5% untuk membantu mengembalikan cairan.dan

pemberian obat oral beberapa jenis obat oral juga bisa diberikan

kepada ibu seperti Ranitidine 150 Mg 3 x 1 secara oral. Untuk

menurunkan Asam Lambung metoklopermid atau Ondansetron 8 Mg 1

x 1 secara oral. Untuk mencegah serta mengobati mual dan muntah.

28
b) Tingkat II adalah :

(1) Beri penjelasan pada pasien dan keluarga tindakan yang akan di

lakukan.

(2) Isi formulir persetujuan tindakan medis.

(3) Dekatkan alat-alat yang akan di gunakan

(4) Tempatkan pasien pada tempat tidur yang aman.

(5) Mencuci tangan dengan dengan sabun di bawah air mengalir lalu

mengeringkan dengan handuk.

(6) Melakukan pemeriksaan fisik dan tanda-tanda vital.

(7) Melakukan pemeriksaan obstetri,papasi dan DJJ.

(8) Memasang infuse sesuai dengan sop pemasangan infuse.

(9) Melakukan kolaborasi dengan dokter untuk pemberian therapy.

(10) Setelah melakukan tindakan cuci tangan dengan sabun di air yang

mengalir lalu keringkan dengan handuk kering.

(11) Catat hasil pemeriksaan pada status dan asuhan kebidanan.

c) Tingkat III adalah :

(1) Memberikan cairan infuse D5 %

(2) Melakukan kolaborasi dengan dokter untuk pemberian therapy

neurobion dan primperan 1 ampul dalam cairan Dex 5-10 % Atau

tindex 27A,tetesan sesuai KU pasien.

(3) Diet hiperemesis I. Diet ini diberikan pada hiperemesis tingkat III.

Makanan hanya terdiri dari roti kering, singkong bakar atau rebus,

ubi bakar atau rebus, dan buah-buahan. Cairan tidak diberikan bersama

dengan makanan tetapi 1-2 jam setelahnya. Karena pada diet ini zat gizi

yang terkandung didalamnya kurang, maka tidak diberikan dalam waktu

lama. (Sesarina,2017).

29
C. Kewenangan Bidan Dalam Asuhan Hiperemesis Gravidarum

Dalam melaksanakan tugasnya sebagai bidan pelaksana, bidan

memiliki kewenangan yang menjadi pedoman dalam memberikan asuhan

kebidanan khususnya dalam kasus hyperemesis gravidarum. Pedoman yang

dimaksud adalah sebagai berikut : (IBI,2006)

1. Standar kompetensi

Berdasarkan Kepmenkes nomor 369 tahun 2007 tentang standar

profesi bidan bahwa terdapat 9 kompetensi yang harus dimiliki oleh

seorang bidan dalam memeberikan pelayanannya,diantaranya yaitu pada

kompetensi ke-3 tentang memberi asuhan antenatal untuk megoptimalkan

kesehatan selama kehamilan yang meliputi : Deteksi dini, pengobatan

maupun rujukan dari komplikasi tertentu. Untuk penanganan dari

hyperemesis gravidarum yang dapat dilakukan oleh bidan terdapat pada

standar pelayanan kebidanan yaitu :

a. Standar 3 : pemeriksaan dan pemantauan antenatal

Mengenal tanda dan gejala anemia ringan, berat, hyperemesis

gravidarum, kehamilan ektopik terganggu, abortus imminen dan

komplikasinya.

b. Standar 4 : pemeriksaan dan pemantauan antenatal.

Bidan memberikan pelayanan antenatal dan deteksi dini komplikasi

kehamilan, bidan memberikan sedikitnya 4 kali pelayanan antenatal

dan bidan harus mengenal kehamilan dengan resiko tinggi.

2. UU No. 28 tahun 2017

Berdasarkan UU No. 28 tahun 2017 tentang Izin dan

Penyelenggaraan Praktik Bidan pada pasal 19 ayat (2). Pada ayat

(2)bahwa dalam memberikan pelayanan kesehatan ibu, bidan

berwenang melakukan.

30
a. Konseling pada masa sebelum hamil,

b. Antenatal pada kehamilan normal,

c. Persalinan normal,

d. Ibu nifas normal,

e. Ibu menyusui normal, dan

f. Konseling pada masa dua kehamilan.

31
BAB III
TINJAUAN KASUS

Hari/Tanggal :18 Desember 2021


Waktu : 14.00 WIB
Tempat : Ruang UGD Poned Puskesmas Kumanis

A.DATA SUBJEKTIF
1.Identitas Istri Suami
Nama Ny.I Tn.S
Umur 41 tahun 43 tahun
Suku Minang Minang
Agama Islam Islam
Pendidikan - -
Pekerjaan IRT Tani
Alamat Sabiluru Sabiluru

2.Riwayat Masuk

Sejak seminggu yang lalu Ibu di rumah mengalami mual dan muntah

sehari 10-15kali,( isi apa yang di makan ). Tanggal 18 Desember 2021 ibu

pun ke BPM Dian Afraida SST.MKM bersama suami untuk memeriksaan

kehamilannya. Karena keluhan ibu tersebut bidan pun menyarankan ibu

untuk ke Puskemas Kumanis.

Ibu dan suami datang ke IGD Puskesmas sampai pada pukul 14.10

WIB. di IGD PONEK kebidanan ibu dilakukan pemeriksaan TTV TD:

100/70 mmHg, Nadi: 86 X/Mnt, Pernafasan :21 X/Mnt, Suhu: 36,8, Cek

keton urin, PP test.

32
Serta darah ibu di ambil untuk mengetahui hasil HB ibu, Ibu di pasang Infus

di tangan kanan dengan cairan infus D5% dengan tetesan 20 tts /mnt.dengan

Kaen Mg3 Pan amin :1:1:1:1

Pada pukul 14.15 Wib terapi yang ibu dapatkan di IGD Poned di

berikan Metokloperamid 3x 1 ampul (bolus) dan Ranitidin 2 x 50 gram

(IV) Antacid 3x1 tablet dan asam folat 1x1 tablet.

Setelah selesai di tindak lanjut ibu akan di pindah kan ke ruang

Kebidanan tetapi ibu beristirahat dahulu di Ruang PONEK IGD.

Pada pukul 14.30 Wib ibu pun di pindahkan ke ruangan rawatan

kebidanan untuk di observasi lebih lanjut.

3.Riwayat Kehamilan Saat ini

Ini merupakan kehamilan ke enam, tidak pernah keguguran. HPHT

15-10-2021. Ibu baru 2 kali periksa ke Bidan. Periksa pertama pada saat

usia kehamilan ibu 7 minggu dan periksa ke2 pada saat usia kehamilan

ibu 10 minggu dengan keluhan mual muntah sudah 15 kali selama 1

minggu. Ibu sudah diperiksa pemeriksaan laboraturium di puskesmas

dengan hasil HB 12,8grm%

4.Riwayat Persalinan

No Usia Tempat Usia Jenis Penolong BBL Jenis Keada-


Anak Bersa- Kehamilan Persalinan Kelamin an
lin Anak Anak
Saat
Ini
1 26 bidan aterem Normal Bidan 2800 Gr Laki-laki Hidup

2 21 bidan aterem normal bidan 3000 grm Laki laki hidup


3 15 bidan aterem normal bidan 2500 gram Laki laki hidup
4 12 bidan aterem normal bidan 2500 gram Laki laki hidup
5 9 bidan aterem normal bidan 3000 gram Laki laki hidup
6 ini - -

33
6.Riwayat Penyakit

Ibu tidak memiliki penyakit gastritis (magh)

7.Riwayat Psikososial

Ini pernikahan pertama, Ibu mengatakan sangat menginginkan anak perempun

karena ibu belum memiliki anak perempuan.

8.Riwayat Pola nutrisi sehari-hari

1) Nutrisi dan Hidrasi

Sebelum hamil ibu mengatakan makan dan minum seperti kala normalnya

2) Eliminasi : Normal

3) Istirahat

Sebelum hamil ibu tidur 6-7 jam sehari, saat hamil ibu tidur 6-7 jam

sehari. Tiap malam dan siang hari tidur 1-2 jam. Saat hamil ibu tidak bisa

tidur siang karena terganggu dengan mual dan muntah nya.

4) Seksual

Sebelum hamil ibu melakukan hubungan seksual 1 minggu 3 kali. Setelah

hamil ibu tidak pernah melakukan hubungan seksual karena terganggu

dengan keluhan mual dan muntahnya.

9. Riwayat Kontrasepsi

Ibu menggunakan kontrasepsi Suntik 3 bulan selama ± 2 tahun. Selama

menggunakan kontrasepsi suntik tersebut, ibu tidak mendapatkan haid. Ibu berhenti

menggunakan kontrasepsi suntik dengan tujuan agar mendapatkan anak.

34
B. DATA OBJEKTIF

1. Pemeriksaan Umum

Keadaan Umum : Lemah


Kesadaran : Composmentis
Antropometri
1) BB Sebelum hamil : 57 Kg
2) BB Saat hamil : 52 Kg
Tanda Vital
1) TD : 100/70mmHg
2) Nadi : 80x/m
3) Pernafasan : 21x/m
4) Suhu : 36,9C
2. Pemeriksaan Fisik
a. Mata : konjungtiva tidak anemis, sclera putih, mata tampak
cekung.
b. Mulut : bibir tampak pucat, Lidah tampak kotor.
c. Leher : tidak ada kelenjar tyroid dan limfe
d. Abdomen : Tidak ada luka bekas operasi, adanya
kandung kemih kosong
e. Genitalia : Bersih, vulva vagina tidak ada kelainan

f. Ekstremitas : tidak oedema, tidak ada varices, tampak terlihat pucat,


turgor kulit berkurang elastis, kulit teraba dingin.
Terdapat Infus di tangan kanan ibu dengan cairan infuse D5 %+ Kaen Mg
3 Pan amin :RL (1:1:1:1) dengan 20gtt/i.

3. Pemeriksaan Penunjang
a. Keton Urine : Positive (II)
b. Test Kehamilan : Positive (+)
c. HB :12,8 grm %
d. HT : 40%

35
e. Leukosit : 16.000/mm3
f. Trombosit : 318.000/mm3
g. GDS :769/dl
3. ASSASSMENT
NY.I Usia 41 tahun G6P5A0H5 hamil 12- 13 minggu dengan Hiperemesis
Gravidarum.
4. PENATALAKSANAAN

1. Memberitahu hasil pemeriksaan kepada ibu dan keluarga.

2. Memberikan dukungan dan motivasi dengan meyakinkan ibu bahwa mual

dan muntah merupakan adaptasi yang terjadi pada kehamilan muda. Serta

meyakinkan ibu bahwa sakit yang dialami ibu dapat disembuhkan dengan

cara menghilangkan rasa takut, cemas karena kehamilan.

3. Memberitahu ibu agar Ibu tetap sering makan namun sedikit-sedikit dan

mengkonsumsi makanan lunak seperti bubur.

4. Melakukan kolaborasi dengan dokter tentang pengobatan :

1) Cairan Infus D5% + Kaen MG3 dan Pan amin : RL (1:1:1:1).

2) Observasi tetesan cairan infuse.

Hasil data rekamedic pasien :

a. Observasi keadaan umum ibu

b. Observasi tanda-tanda vital ibu dengan hasil TD : 100/90

mmHg, nadi : 89x/mnt, pernafasan : 20x/mnt, suhu : 37ºC

c. Metokloperamid 3x 1 ampul grm

d. Injek Ranitidine di berikan 2x50 grm (IV)

e. Antacid 3x1 tablet

f. Asam Folat 1x1 tablet.

36
g. Memberikan ibu pot urine dan memberitahu agar air pipis ibu di

tampung ke dalam pot untuk dilakukan pengecekan pada

keton urine Positive ( ++).

37
Catatan Perkembangan
Hari/Tanggal : Minggu / 19 Desember 2021

Waktu : 08.00 WIB

Tempat : Ruang rawatan puskesmas kumanis

A. DATA SUBJEKTIF
Ibu mengatakan pusing mual serta muntah nya berkurang, Tetapi ibu masih sedikit
lemas. Ibu sudah mau makan dengan 6 sendok bubur ayam, 3 potong buah apel dan
1 gelas air putih.
B. DATA OBJEKTIF

a. KU : Baik

b. Kesadaran : CM

c. TTV

TD : 110/80 mmHg

N : 86 X/Mnt

RR : 21 X/Mnt

S : 36,7C

d. Mata : konjungtiva tidak anemis, sclera putih, mata tampak cekung

e. Mulut : bibir tampak sedikit pucat, lidah tampak sedikit kotor.

f. Abdomen : Adanya nyeri sedikit pada epigastrium, ballotement (-),


kandung kemih kosong

g. Ekstremitas : Tidak ada Oedema dan varises, tampak sedikit pucat, turgor
kulit sedikit berkurang, kulit teraba agak dingin. Di tangan
kanan ibu terpasang Infus.

C. ASSASSMENT

Ny.I Usia 41 tahun G6P5A0H5 Hamil 12 -13 minggu dengan Hiperemesis


Gravidarum

38
D. PLANNING

1. Memberitahu hasil pemeriksaan bahwa keadaan ibu sudah membaik.

2. Memantau TTV ibu : dengan hasil TD : 110/80 mmHg,N : 89x/mnt, Rr :


20x/mnt dan S:37C.

3. Memberitahu ibu agar istirahat yang cukup.

4. Memberitahu ibu agar memenuhi kebutuhan Nutrisi dan Elimnasi.

5. Memberitahu ibu agar memenuhi kebutuhan istirahat yang cukup.

6. Memotivasi ibu agar ibu tetap makan sedikit-sedikit tapi sering.

7. Menganjurkan ibu untuk minum sari buah agar mengurangi rasa mual
yang ibu rasakan seperti air jeruk manis yang hangat dan minum yang
manis supaya lebih berenergi tapi setelah makan.

8. Memberikan semangat kepada ibu agar ibu cepat sembuh

9. Memberikan pemahaman kepada ibu bahwa semua anak itu sama baik itu
laki laki atau perempuan yang penting kita dapat mendidik kearah yang
baik .

10. Terapi ada di lanjutkan sesuai dengan advis dokter.

39
Catatan Perkembangan ( rekam medik )
Hari/Tanggal : 20 / Desember 2021
Waktu : 09.00 WIB
Tempat : Ruang rawatan kebidanan puskesmas Kumanis

A. DATA SUBJEKTIF
Ibu mengatakan mual serta muntah berkurang , hari ini ibu sudah tidak mual
dan muntah. Ibu sudah tidak lemas. Ibu sudah mau makan dengan satu porsi
bubur ayam, 6 potong buah pepaya dan 1 gelas air putih.
B. DATA OBJEKTIF
a. KU : Baik
b. Kesadaran : CM
c. TTV
TD : 120/80 mmHg
N : 80 X/Mnt
RR : 20 X/Mnt
S : 36,6C
d. Mata : konjungtiva tidak anemis, sclera putih, konjung tiva merah
muda.
e. Mulut : bibir sudah tidak pucat merah muda, lidah sudah tidak
kering .
f. Abdomen : Tidak nyeri pada epigastrium, Ballotement (-), kandung
kemih kosong
g. Ekstremitas : Tidak ada oedema dan varises, tidak pucat, kulit teraba sudah
tidak dingin.

40
A. ASSASSMENT
Ny.I Usia 41 tahun G6P5A0H5 Hamil 12- 13 minggu dengan Riwayat
Hiperemesis Gravidarum
B. PLANNING

1. Memberitahu hasil pemeriksaan bahwa keadaan ibu sudah membaik.


2. Memberitahu ibu dan keluarga ibu sudah boleh pulang.
3. Memberitahu ibu agar memenuhi kebutuhan Nutrisi,Elimnasi dan Istirahat.
4. Memberitahu ibu agar tetap menjaga pola nutrisi.
5. Memberitahu ibu jika ada mual muntah segera ke tenaga kesehatan
terdekat.
6. Memberikan obat untuk pulang sesuai Advice dokter
.

41
BAB IV

PEMBAHASAN

Dalam bab ini, penulis akan membahas mengenai kegiatan yang


dilakukan selama melaksanakan asuhan kebidanan antenatal pada Ny.I umur
41 tahun dengan hiperemesis Gravidarum di Ruangan Poned dan rawatan
kebidanan puskesmas Kumanis.
A. Data Subjektif
Dari data yang diperoleh Ny.I usia 41 tahun didapatkan data klien Ibu
hamil 12- 13 minggu HPHT 15-10-2021 mengatakan hamil ke enam, belum
pernah keguguran. Ibu mengeluh mual dan muntah sejak 2 minggu yang lalu,
muntah 15 kali sehari. Hal ini sesuai dengan teori bahwa mual muntah yang
berlebihan pada usia kehamilan kurang dari 12 minggu,dengan frekuensi ≥ 10
kali dalam 24 jam dan menganggu aktifitas merupakan tanda hiperemesis
gravidarum.
Pada riwayat psikososial didapatkan bahwa ibu sangat mengharapkan
kehamilan ini, dikarenakan ibu belum memiliki anak perempuan. Hal ini sesuai
dengan teori yang mengatakan bahwa kondisi psikosomantik dapat
menyebabkan kejadian hiperemesis gravidarum. Kondisi psikosomantika
adalah gangguan psikologis yang berubah menjadi bentuk gangguan fisik.
Gangguan psikologis yang terinpilasi pada gejala fisik ini dapat berupa mual
dan muntah, kelelahan yang berat dan sebagainya.hiperemesis gravidarum
merupakan salah satu keadaan gangguan psikologis yang diubah dalam gejala
fisik. Kondisi psikologis ibu yang menjalani proses kehamilan dapat
menyebabkan terjadinya stress. Ibu yang dalam keadaan stress ini dapat
meningkatkan tekanan darah dan peningkatan denyut jantung sehingga dapat
meningkatkan hormone HCG. HCG adalah hormon yang dihasilkan selama
kehamilan, yang dapat di deteksi dari darah atau air seni wanita hamil ± 10 hari
sesudah pembuahan. HCG ini dapat menstimulasi terjadinya mual

42
dan muntah pada ibu hamil.

Teori lain juga mengemukakan bahwa saat wanita mengetahui jenis kelamin

janinnya, ia dapat mengalami emosi positif atau negative secara ekstrem yang

mungkin berhubungan dengan keinginannya untuk memperoleh bayi berjenis

kelamin tertentu, hal ini pada akhirnya dapat menyebabkan stress yang

menyebabkan timbulnya gejala fisiknya seperti mual dan muntah.

B. Data Objektif

Pada pengkajian data objektif yang didapatkan dari hasil pemeriksaan fisik

kepada Ny.I usia 41 tahun yang meliputi pemeriksaan umum, pemeriksaan

tanda-tanda vital, pemeriksaan fisik dan pemeriksaan penunjang.

Hasil pemeriksaan umum didapatkan keadaan umum tampak lemah,

kesadaran compos mentis, tekanan darah 100/60 mmHg, nadi 88 kali permenit,

suhu 36.7°, pernafasan 20 kali permenit, terjadi penurunan berat badan selama

hamil 2 Kg. Mata cekung, pada mulut terlihat lidah kering dan kotor,turgor

kulit kurang elastis. Hal ini sesuai dengan teori bahwa tanda gejala

hipermemesis gravidarum adalah penderita tampak lebih lemah, turgor kulit

lebih mengurang, dan mata sedikit ikterik. Berat badan turun dan mata menjadi

cekung, tensi turun, hemokonsentrasi, oliguria, dan konstipasi.

Terjadi penurunan berat badan dari 57 kg menjadi 55 kg.Hal ini sesuai

dengan teori bahwa pada kasus hiperemesis gravidarum yang ekstrem, vomitus

yang persisten menyebabkan penurunan berat badan dan dehidrasi, yang

menyebabkan ketidak seimbangan elektrolit dan cairan. Dehidrasi

menyebabkan hipovolemia, yang dimanifestasikan sebagai hipotensi dan taki

kardi.

43
Pada pemeriksaan penunjang didapatkan data yaitu pemeriksaan pp test

hasil (+) dan pemeriksaan urin didapatkan hasil keton positif(++). Hal ini

sesuai dengan teori bahwa Mual muntah yang berlebihan dapat menyebabkan

cadangan karbohidrat dan lemak habis terpakai untuk keperluan energi. Karena

oksidasi lemak yang tidak sempurna, maka terjadilah ketosis atau keton dengan

tertimbunnya asam aseton asetik dan aseton darah. Sehingga dapat

menimbulkan dehidrasi, mata cekung, tekanan darah menurun, dan diuresis.Hal

ini menimbulkan perfusi kejaringan menurun untuk memberikan nutrisi dan

O2. Oleh karena itu dapat terjadi perubahan metabolism menuju kearah

anaerobik yang menimbulkan benda keton dan asam laktat.

C. Analisa
Berdasarkan data yang diperoleh dari data subjektif dan data objektif

Penegakkan hiperemesis gravidarum pada kasus ini berdasarkan teori bahwa

tanda gejala hiperemesis gravidarum adalah penderita tampak lemah, turgor

kulit mengurang, lidah terlihat kotor dan kering, nadi cepat, berat badan turun,

dan mata menjadi cekung, tensi turun, hemokonsentrasi, oliguria, dan

konstipasi. Pada pemeriksaan laboratorium ditemukan bahwa Keton (++) yang

dapat penegakkan diagnosa dari hiperemesis gravidarum. Maka analisa yang

dapat ditegakan pada Ny.I umur 41 tahun, G6P5A0H5, hamil 12-13 minggu

dengan hiperemesis gravidarum.

D. Penatalaksanaan
Setelah dilakukan pemeriksaan dan pengkajian untuk memperoleh data
subjektif dan objektif serta menyusun sebuah analisa agar diperoleh diagnosa
untuk menetukan masalah dan kebutuhan potensial Ny.I maka penatalaksanaan
yang diberikan yaitu :

44
1. Melakukan kolaborasi dengan dokter Puskesmas tentang pengobatan Karena
bidan tidak memempunyai wewenang untuk pemberian obat pada kasus
hyperemesis gravidarum sesuai dengan standar pelayanan kebidanan dengan
hasil kolaborasi yaitu :
a. Memperbaiki keadaan umum dengan memberikan cairan infus D 5%
denagn Kaen MG3+ Pan amin : RL (1:1:1:1) dengan tetesan 20x/i
Hal ini sesuai dengan teori bahwa pemberian cairan parenteral yang cukup
elektrolit, karbohidrat dan protein dengan Glukosa 5-10 % dengan
keuntungan dapat mengganti cairan yang hilang dan berfungsi sebagai
sumber energi, sehingga terjadi perubahan metabolism dari lemak dan
protein menjadi pemecahan glukosa.
Dalam cairan dapat ditambahkan vitamin C, B komplek atau kalium
yang diperlukan untuk kelancaran metabolisme. Pemberian neurobion
dalam cairan untuk mencegah gangguan metabolik karena kekurangan zat
makanan.
Hal ini sesuai dengan teori bahwa multivitamin, pirodiksin dan atau
tiamin diberikan IV untuk menyeimbangkan elektrolit sampai wanita
mampu menoleransi cairan melalui mulut dan urin menunjukan sedikit atau
tidak ada keton dan enselopati Wernicke merupakan salah satu komplikasi
yang berkaitan dengan kurangknya vitamin B1 (thiamin).
Setelah diberikan cairan ini selama 2 hari keadaan umum ibu semakin
membaik dan sudah boleh di pulangkan
Memberikan suntikan secara intravena Ranitidin 2x50 mg sehari.Yang
bekerja mempengaruhi sistem sekresi asam lambung untuk mengurangi
rasa perih dilambung.Setelah dilakukan asuhan selama 2 hari asam
lambung ibu menurun, ibu tidak lagi merasakan nyeri pada epigastrium.
Memberikan Antiemetic metokloperamid 3x 1 ampul ( IV). Hal ini sudah

sesuai dengna teori bahwa pada keadaan yang lebih berat diberikan

antimetic. Antiemetik berupa Antagonis serotonin selektif. Obat – Obatan

tersebut diharapkan dapat merangsang motilitas lambung tanpa

merangsang pengeluaran asam lambung, kandung empedu, atau pancreas,

45
tetapi bekerja secara sentral sebagai antagonis terhadap reseptor dopamine.

Sehingga mual muntah ibu selama dirawat di Puskesmas semakin hari

semakin membaik dan berkurang frekuensi muntahnya sebelum masuk

Puskesmas kurang lebih 15 kali atau hari setelah diberikan asuhan di

Puskesmas pada hari ke2 dan ke 3 sudak tidak muntah namun hanya mual

saja.

2. Periksa laboraturium darah lengkap dan urine lengkap.

Pada kasus ini sudah di lakukan tindakan pemeriksaan labor sesuai

dengan teori. Pada pemeriksaan laboraturium menurut teori bahwa

pemeriksaan penunjang pada kasus hipermemesis gravidarumm adalah

pemeriksaan darah lengkap, pemeriksaan urine lengkap, dan tes fungsi hati.

Pemeriksaan darah lengkap terdiri dari yaitu hemoglobin, hematokrit,

trombosit, dan leukosit. Peningkatan hematocrit, perubahan kadar elektrolit

dan ketonuria berkaitan dengan dehidrasi. Tanda dan gejala hyperemesis

gravidarum adalah pada peredaran darah terjadi hemokonsentrasi hasil

pemeriksaan labor terhadap ibu ini adalah Hb 13,9 gram % HT 40 %

,Leukosit 16.000/mm3 ,Trombosit 318.000/mm3 dan GDS 769/dl.dan Pada

pemeriksaan urine didapatkan hasil urin ibu mengandung keton positif (++),

pemeriksaan urine plano test

Pemeriksaan keton urine dilakukan mengetahui perkembangan tingkat

derajat hyperemesis gravidarum.

3. Memberikan motivasi kepada ibu agar ibu tetap bersemangat dan selalu

berfikiran positif agar psikologi ibu tidak terganggu.

Menurut penelitian dari Mailinda Purwanti tahun 2019 yang

berjudul Faktor resiko umur, Gravida,Status gizi dan kehamilan ganda denagn

46
kejadian Hiperemesis gravidarum menyatakan dalam ulasanya bahwa Faktor

gravida merupakan faktor yang paling mempengaruhi kejadian hiperemesis

gravidarum, hal ini disebabkan hiperemesis gravidarum lebih sering dialami oleh

primigravida dari pada multigravida, hal ini berhubungan dengan tingkat

kestresan dan usia ibu saat mengalami kehamilan pertama. Pada ibu dengan

primigravida, faktor psikologik memegang peranan penting pada penyakit ini,

takut terhadap kehamilan dan persalinan, takut terhadap tanggung jawab sebagai

seorang ibu dapat menyebabkan konflik mental yang dapat memperberat mual dan

muntah sebagai ekspresi tidak sadar terhadap keengganan menjadi hamil atau

sebagai pelarian kesukaran hidup.dan pada kasus ini terjadi pada kasus kehamilan

ke dua dan di sinilah peran sebagai seorang bidan dalam memberikan pengetahuan

kesehatan dan pemahaman yang baik yang berkaitan dengan masalah psikologis

yang dialami oleh ibu kususnya dengan kasus hyperemesis gravidarum ini .

Setelah diberkan asuhan kepada klien selama dirawat 2 hari klien pun

diperbolehkan pulang karena kondisi klien sudah membaik. Terlihat pada

intensitas mual muntah yang berkurang Awal masuk Puskesmas klien

mengeluh mual muntah kurang lebih 15 kali/hari setelah dilakukan asuhan di

berikan terapi sesuai advis dokter dan pada hari ke 2 klien mengatakan sudah

tidak terlalu mual dan sudah tidak muntah.Pada hari ke 2 di puskesmas klien

mengatakan mual muntah berkurang menjadi 2 kali sehari dan nafsu makan

bertambah, pada hari ke 3 di Puskesmas klien mengatakan mual muntah

berkurang menjadi 1 kali, nafsu makan sudah meningkat setelah dilakukan

asuhan dan Setelah berkolaborasi dengan dokter ibu diperbolehkan pulang.

47
BAB V
PENUTUP

A. Kesimpulan
Setelah melakukan asuhan kebidanan pada Ny.I dengan hiperemesis
gravidarum berupa pengumpulan data subjektif, pemeriksaan fisik dan data
penunjang untuk memperoleh data objektif, menentukan analisa untuk
mengetahui masalah yang terjadi pada pasien serta penatalaksanaan yang telah
diberikan, maka dapat disimpulkan sebagai berikut :
1. Data Subjektif
Ny.I yang datang dengan keluhan mual muntah sejak 2 minggu yang lalu,
muntah sehari kurang lebih 15 kali, tidak ada nafsu makan, lemas, nyeri
pada ulu hati.
2. Data Objektif
Hasil pemeriksaan mulut didapatkan bibir kering, lidah kering, mata
cekung, abdomen terasa nyeri pada epigastrium, pada pemeriksaan
penunjang didapatkan urinalisa tes HCG positif, ketonurina positif (++).
3. Analisa
Berdasarkan data subjektif dan data objektif yang telah didapatkan
ditegakkan Ny.I dengan hiperemesis gravidarum.
4. Penatalaksanaan
Penanganan hiperemesis gravidarum dilakukan sesuai Protap
penatalaksanaan HEG teori dan kompetensi kewenangan bidan meliputi
memperbaiki keadaan umum, menurunkan asam lambung, mengurangi
mual muntah, dan menghilangkan benda keton dalam tubuh serta
mengurangi resiko kesakitan pada ibu dan janin.

48
B. Saran
Berdasarkan kesimpulan diatas maka dapat diajukan saran-saran guna
perbaikan asuhan kebidanan pada kasus hiperemesis gravidarum sebagai
berikut :
1. Untuk Puskesmas
Diharapkan dapat mempertahankan dan meningkatkan mutu pelayanan
kesehatan dengan cara memberikan asuhan kebidanan khususnya pada
klien dengan hiperemesis gravidarum kususnya dalam system pencatatan
dan pelaporan/ rekaman medik pasien
2. Untuk Klien dan Keluarga
Diharapkan bisa menjadi bahan informasi dan wawasan untuk klien dan
keluarga mengenai tanda-tanda, komplikasi, dan penanganan pada kasus
hiperemesis gravidarum.
3. Untuk Profesi
Dapat mengaplikasikan teori yang didapat pada masa pendidikan kedalam
praktek lapangan dalam berbagai asuhan sesuai dengan wewenang yang
telah diterapkan sehingga asuhan yang diberikan sesuai dengan standar
pelayan kebidanan dan bermanfaat bagi klien dan keluarga.

49
DAFTAR PUSTAKA

American Pregnancy Asociation. 2018. Hyperemesis Gravidarum: Signs, Symptoms,


and Treatment. diakses pada tanggal 26 oktober 2020 ( 18:00) melalui
website https://americanpregnancy.org/pregnancy complications/hyperemesis
gravidarum/

Cathy, Cassata. 2015. What is Hyperemesis Gravidarum. Rosalyn Carson-DeWitt,


MD diakses tanggal 26 oktober 2020 (17:05) melalui
https://www.everydayhealth.com/

Creasy, Robert K, Robert Resnik, Jay D Iams, Charles J Lockwood, dan Michael
Greene. 2014. Creasy and Resnik’s Maternal-Fetal Medicine Principle and
Practice. Philadelphia : Elsevier.

Cunningham, Leveno, Bloom, Hauth, Rouse, dan Spong. 2016. Obstetri Williams.
Edisi 23. Jakarta: EGC.

Departemen Kesehatan Republik Indonesia. 2001. Buletin Kesehatan Reproduksi


diakses tanggal 27 oktober 2020 ( 13.33) melalui
http://www.depkes.go.id/download.php?file=download/pusdatin/buletin-
kespro.pdf.

Pantikawati, Ika & Saryono. Asuhan Kebidanan I (Kehamilan). Yogyakarta:


Muha Medika; 2010.

Departemen Kesehatan Republik Indonesia. 2013. Program Perencanaan Persalinan


dan Komplikasi dan Pencegahan Komplikasi (P4K) dalam rangka
mempercepat penurunan AKI dan AKB. Jakarta

Gabra, Abanoub. 2018. Updates in Management of Hyperemesis Gravidarum.Critical


Care Obstetrics and Gynecology 4(3:9): 1-4.

Gunawan, Kevin. Paul Samuel Kris Manengkei. Dwiana Ocviyanti. 2011. Diagnosis
dan Tatalaksana Hiperemesis Gravidarum. Jakarta. Artikel Pengembangan
Pendidikan Keprofesian Berkelanjutan (P2kKB). J Indon Med Assoc 61(11) :
458-464.

Jueckstock, Kaestner, Mylonas. 2010. Managing Hypermesis Gravidarum: a


Multimodal Challenge. BMC Madicine 8(46)

Kejela, Gamecu, Shimelis Getu, Tadla Gebretsdik, Tesfaye Wendimagegu. 2018.


Prevalence of Hyperemesis Gravidarum and Asociated Factors in Arba Minch
General Hospital, Gamo Gofa Zone, Southern Ethiopia. Clinics Mother Child
Health. 15(1):1-5.

50
Kemenkes RI,2016.Hiperemesis Gravidarum .Dinkes Jakarta ( diakses tgl 11 -11-
2020)
Layuza. 2014. Hubungan Paritas, Umur terhadap Kejadian Hiperemesis Gravidarum
pada Ibu Hamil di Puskesmas Pakan Rabaa dan Halaban Kecamatan Lareh
Sago Halaban Tahun 2014. Stikes Prima Nusantara Bukittinggi.
Lindsey J, Wegrznyiak DO, John T Repke, Serdar H Ural. 2012. Treatment Of
Hyperemesis Gravidarum. Reviews in Obstetrics and Gynecology 5(2):78-84.

London, Victoriya, Stepanhie Grube, David M Sharer, Ovadia Abulavia. 2014.

Hyperemesis Gravidarum: A Review of Recent Literature. Pharmacology.

(100):161-171.

Lowdermilk. Perry. Cashion.Alden. 2012. Maternity and Womens Health Care.

Elsevier.

Mc Charty, Fergus P, Jennifer E Lutomski, dan Richard A Greene. 2014.


Hyperemesis Gravidarum : Current Perspective. International Journal of
Aesculapis.

Manuaba, Ida Ayu Chandradinata. 2010. Ilmu Kebidanan, Penyakit Kandungan dan
KB Edisi Ketiga. Jakarta: Media Aesculapius.
Maulida, Rahmi. 2013. Faktor-Faktor Risiko yang Berhubungan dengan Kejadian
Hiperemesis Gravidarum pada Ibu Hamil di Bangsal Kebidanan RSUD
Pasaman Barat tahun 2012. Universitas Andalas. Skripsi.

Meigina, Sundari. 2011. Gambaran Kejadian HEG di Bangsal Kebidanan RSUP


Dr.M.Djamil Padang. Padang: Poltekkes Padang.
Notoatmodjo, Soekidjo. 2007. Promosi Kesehatan dan Ilmu Perilaku. Jakarta :
Rineka Cipta.

_____________. 2012. Metodologi Penelitian Kesehatan Edisi Revisi. Jakarta:

Rineka Cipta.

51
Nurnaningsih. 2012. Faktor-Faktor Kejadian Hiperemesis Gravidarum pada Ibu
Hamil Trimester Pertama di RSKDIA Siti Fatimah Tahun 2012. Fakultas Ilmu
Kesehatan UIN Alauddin Makassar.Skripsi.

Oktavia, Lina. 2016. Kejadian Hiperemesis gravidarum ditinjau dari jarak kehamilan
dan paritas. Jurnal Ilmu kesehatan Aisyah 1(2) : 41-45.

Prawirohardjo, Sarwono. 2016. Ilmu Kebidanan. Jakarta : PT Bina Pustaka Sarwono


Prawirohardjo.
Puriati Ruri dan Nurul Misbah .2014. Hubungan Paritas dan Umur Ibu dengan
Kejadian Hiperemesis Gravidarum di RSUD Adjidarmo Rangkasbitung
Tahun 2011. Jurnal Obstetrika Scientia 2(1) : 180-191

Royal College of Obstetricians & Gynaecologists. 2016. The Management of Nausea


and Vomiting of Pregnancy and Hyperemesis Gravidarum. RCOG Green Top
Guideline(69).

Safari, Fifi Ria Ningsih. 2017. Hubungan Karakterisik dan Psikologis Ibu Hamil
dengan Hiperemesis Gravidarum di RSUD H.ABD.Manan Situpang Kisaran.
Jurnal Wahana Inovasi 6 (1) : 202-212.

Sesarina, Okky Rizka, Nyayu Fitriani, Siti Hildani Thaib. 2017. Gambaran Pasien
Hiperemesis Gravidarum di Bagian Obstetri dan Ginekologi Rumah Sakit
Umum Daerah Bari Palembang Periode Januari 2010- Desember 2012. 5(2).

Survey Demografi dan Kesehatan Indonesia. 2012. Laporan Pendahuluan SDKI


2012.(http://www.bkkbn.go.id/ Diakses 2 Februari 2019).
Tan, PC, Jacob R, K F Quek, SZ Omar.2006. Indicators of Prolonged Hospital Stay
in Hyperemesis Gravidarum. International Journal of Gynecology and
Obstetrics. 93: 246-247
Topcu, Hasan Onur, Can Tekin Iskender, Asli Oskovi, Hakan Timur, Korkut

Deglar, Nuri Danisman. Risk Factors of Prolonged Hospitalization in

Patients with Hyperemesis Gravidarum. Cukurova Medical Journal.

40(1):113-118

52
IBI. 2006. Bidan Menyongsong Masa Depan. Cetakan ke VII. Jakarta.

Umboh, Hertje Salome, Telly Mamuaya, Freike S N Lumy. 2014. Faktor-Faktor

yang berhubungan dengan kejadian Hiperemesis Gravidarum di

Puskesmas Tompaso Kabupaten Minahasa. Jurnal Ilmiah Bidan 2(2): 24-

33.

Yasa, Aril Cikal. 2012. Hubungan Antara Karakteristik Ibu Hamil dengan

Kejadian Hiperemesis Gravidarum di RSUD Ujung Berung pada Periode

2010-2011. Fakultas Kedokteran Universitas Islam Bandung. Skripsi.

Zhang Y, Cantor, R M MacGibbon K, Romero R., Goodwin, T M., Mullin P M.,

dan Fejzo M S. 2011. Familial aggregation of hyperemesis gravidarum.

American journal of obstetrics and gynecology, 204(3):230-237.

53
DOKUMENTASI

54

Anda mungkin juga menyukai