Disusun Oleh :
Aninda Afrilia Aryani, S.Ked.
NIM : 71 2021 099
Pembimbing Klinik:
Dr. dr. Hj. Aryani Aziz, Sp.OG (K)., MARS.
LAPORAN KASUS
HIPEREMESIS GRAVIDARUM PADA KEHAMILAN 10-11 MINGGU
Oleh:
Aninda Afrilia Aryani, S.Ked.
71 2021 099
Telah dilaksanakan pada bulan September 2022 sebagai salah satu syarat
dalam mengikuti Kepaniteraan Klinik Senior di SMF/ Departemen Obstetri dan
Ginekologi Rumah Sakit Muhammadiyah Palembang Fakultas Kedokteran
Universitas Muhammadiyah Palembang.
ii
KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis panjatkan kepada Allah SWT atas segala rahmat dan
karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan laporan kasus yang berjudul
“HIPEREMESIS GRAVIDARUM” sebagai syarat mengikuti Kepaniteraan Klinik
Senior (KKS) di Departemen Obstetri dan Ginekologi Rumah Sakit
Muhammadiyah Palembang. Salawat beriring salam selalu tercurah kepada
junjungan kita, nabi besar Muhammad SAW beserta para keluarga, sahabat, dan
pengikut-pengikutnya sampai akhir zaman.
Pada kesempatan ini penulis ingin menyampaikan rasa hormat dan terima
kasih kepada:
1. Dr. dr. Hj. Aryani Aziz, Sp.OG (K)., MARS., selaku pembimbing
Kepaniteraan Klinik Senior di SMF/ Departemen Obstetri dan Ginekologi
Fakultas Kedokteran Universitas Muhammadiyah Palembang yang telah
memberikan masukan, arahan, serta bimbingan dalam penyelesaian
laporan kasus ini
2. Rekan-rekan co-assistant atas bantuan dan kerjasamanya.
Penulis menyadari sepenuhnya bahwa dalam penyusunan laporan kasus ini
masih terdapat banyak kekurangan. Oleh karena itu, segala saran dan kritik yang
bersifat membangun sangat penulis harapkan.
Penulis
iii
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL
HALAMAN PENGESAHAN........................................................................................ ii
KATA PENGANTAR..................................................................................................... iii
DAFTAR ISI................................................................................................................... iv
BAB I. PENDAHULUAN
1.1 Latar belakang ........................................................................................ 1
1.2 Maksud dan Tujuan ................................................................................ 2
1.3 Manfaat ................................................................................................... 2
BAB IV PEMBAHASAN
4.1 Apakah Penegakan Diagnosis pada Pasien ini Sudah Benar?............... 27
4.2 Apakah Penatalaksanaan pada Pasien ini Sudah Adekuat? .................. 28
iv
BAB I
PENDAHULUAN
1
2
1.1. Manfaat
1.1.1. Manfaat Teoritis
Bagi institusi, diharapkan laporan kasus ini dapat menambah bahan
referensi dan studi kepustakaan dalam bidang ilmu obstetrik dan
ginekologi terutama tentang kasus hiperemesis gravidarum.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1.2. Epidemiologi
Hingga 90% wanita mengalami mual selama kehamilan. Studi
menunjukkan bahwa sekitar 27 hingga 30 persen wanita hanya
mengalami mual, sedangkan muntah dapat terlihat pada 28 hingga 52
persen dari semua kehamilan. Insiden hiperemesis gravidarum berkisar
antara 0,3 sampai 3 persen, tergantung pada sumber literatur. Secara
geografis, hiperemesis tampaknya lebih umum di negara bagian barat.3
Penelitian-penelitian memperkirakan bahwa mual dan muntah
terjadi pada 50-90% dari kehamilan. Mual dan muntah terjadi pada 60-
80% primi gravida dan 40-60% multi gravida. Dari seluruh kehamilan
yang terjadi di Amerika Serikat 0,3-2% diantaranya mengalami
hiperemesis gravidarum atau kurang lebih lima dari 1000 kehamilan.
Mual dan muntah yang berkaitan dengan kehamilan biasanya dimulai
pada usia kehamilan 9-10 minggu, puncaknya pada usia kehamilan 11-
13 minggu, dan sembuh pada kebanyakan kasus pada umur kehamilan
12-14 minggu. Dalam 1-10% dari kehamilan, gejala-gejala dapat
berlanjut melampaui 20-22 minggu. Kejadian hiperemesis dapat
berulang pada wanita hamil.2
2.1.3. Etiologi
3
4
2.1.4. Patofisiologi
Muntah adalah suatu cara dimana saluran cerna bagian atas
membuang isinya bila terjadi iritasi, rangsangan atau tegangan yang
berlebihan pada usus. Muntah merupakan refleks terintegrasi yang
kompleks terdiri atas tiga komponen utama yaitu detektor muntah,
mekanisme integratif dan efektor yang bersifat otonom somatik.
Rangsangan pada saluran cerna dihantarkan melalui saraf vagus dan
aferen simpatis menuju pusat muntah. Pusat muntah juga menerima
rangsangan dari pusat-pusat yang lebih tinggi pada sereberal, dari
chemoreceptor trigger zone (CTZ) pada area postrema dan dari
aparatus vestibular via serebelum. Beberapa signal perifer mem-
bypass trigger zone mencapai pusat muntah melalui nukleus traktus
solitarius. Pusat muntah sendiri berada pada dorsolateral daerah
formasi retikularis dari medula oblongata. Pusat muntah ini
berdekatan dengan pusat pernapasan dan pusat vasomotor. Rangsang
aferen dari pusat muntah dihantarkan melalui saraf kranial V, VII, X,
XII ke saluran cerna bagian atas dan melalui saraf spinal ke
diapragma, otot iga dan otot abdomen.2
Patofisiologi dasar hiperemesis gravidarum hingga saat ini
masih kontroversial. Hiperemesis gravidarum dapat menyebabkan
cadangan karbohidrat dan lemak habis terpakai untuk keperluan
energi. Karena oksidasi lemak yang tidak sempurna, maka terjadilah
6
2.1.6. Diagnosis
a. Anamnesis
Dari anamnesis didapatkan amenorea, tanda kehamilan muda,
mual, dan muntah.Kemudian diperdalam lagi apakah mual dan
muntah terjadi terus menerus, dirangsang oleh jenis makanan tertentu,
dan mengganggu aktivitas pasien seharihari. Selain itu dari anamnesis
juga dapat diperoleh informasi mengenai hal-hal yang berhubungan
dengan terjadinya hiperemesis gravidarum seperti stres, lingkungan
sosial pasien, asupan nutrisi dan riwayat penyakit sebelumnya
(hipertiroid, gastritis, penyakit hati, diabetes mellitus, dan tumor
serebri).2
Anamnesis yang cermat pada wanita yang dicurigai atau
dikonfirmasi hiperemesis gravidarum harus mencakup status
kehamilan mereka, perkiraan usia kehamilan, riwayat komplikasi
selama kehamilan sebelumnya, frekuensi dan keparahan mual dan
muntah, intervensi yang dilakukan untuk mengobati gejalanya, dan
hasil dari intervensi yang dicoba. Rata-rata timbulnya gejala terjadi
sekitar 5 sampai 6 minggu setelah kehamilan.3
9
b. Pemeriksaan Fisik
Pada pemeriksaan fisik perhatikan keadaan umum pasien, tanda-
tanda vital, tanda dehidrasi, dan besarnya kehamilan. Selain itu perlu
juga dilakukan pemeriksaan tiroid dan abdominal untuk
menyingkirkan diagnosis banding.2
Pemeriksaan fisik harus mencakup denyut jantung janin
(tergantung pada usia kehamilan) dan pemeriksaan status cairan,
termasuk pemeriksaan tekanan darah, denyut jantung, kekeringan
membran mukosa, capilary refill time, dan turgor kulit. Berat badan
pasien harus diperoleh untuk perbandingan dengan berat badan
sebelumnya dan yang akan datang. Jika diindikasikan, pemeriksaan
abdomen dan pemeriksaan panggul harus dilakukan untuk
menentukan ada tidaknya nyeri tekan pada palpasi.3
c. Pemeriksaan Penunjang
Pemeriksaan penunjang dilakukan untuk membantu
menegakkan diagnosis dan menyingkirkan diagnosis banding.
Pemeriksaan yang dilakukan adalah darah lengkap, urinalisis, gula
darah, elektrolit, USG (pemeriksaan penunjang dasar), analisis gas
darah, tes fungsi hati dan ginjal. Pada keadaan tertentu, jika pasien
dicurigai menderita hipertiroid dapat dilakukan pemeriksaan fungsi
tiroid dengan parameter TSH dan T4. Pada kasus hiperemesis
gravidarum dengan hipertiroid 50-60% terjadi penurunan kadar TSH.
Jika dicurigai terjadi infeksi gastrointestinal dapat dilakukan
pemeriksaan antibodi Helicobacter pylori. Pemeriksaan laboratorium
umumnya menunjukan tanda-tanda dehidrasi dan pemeriksaan berat
jenis urin, ketonuria, peningkatan blood urea nitrogen, kreatinin dan
hematokrit.2
Evaluasi harus mencakup urinalisis untuk memeriksa ketonuria
dan berat jenis, selain hitung darah lengkap dan evaluasi elektrolit.
Peningkatan hemoglobin atau hematokrit mungkin karena
hemokonsentrasi dalam pengaturan dehidrasi. Dehidrasi yang
signifikan dapat menyebabkan cedera ginjal akut yang dibuktikan
10
2.1.7. Tatalaksana
Perawatan berdasarkan American College of Obstetrics and
Gynecology (ACOG) dalam pedoman Nausea and Vomiting in
Pregnancy. Perawatan awal harus dimulai dengan intervensi
nonfarmakologis seperti mengganti vitamin prenatal pasien dengan
suplemen asam folat saja, menggunakan suplemen jahe (250 mg per
oral 4 kali sehari) sesuai kebutuhan, dan memasang gelang akupresur.
Jika pasien terus mengalami gejala yang signifikan, terapi
farmakologis lini pertama harus mencakup kombinasi vitamin B6
(piridoksin) dan doksilamin. Tiga resimen dosis didukung oleh
ACOG, termasuk pyridoxine 10 sampai 25 mg secara oral dengan
12,5 mg doxylamine tiga atau empat kali per hari, 10 mg pyridoxine
dan 10 mg doxylamine hingga 4 kali per hari, atau 20 mg pyridoxine
dan 20 mg doxylamine hingga 2 kali sehari. Obat lini kedua termasuk
antihistamin dan antagonis dopamin seperti dimenhidrinat 25 hingga
50 mg setiap 4 hingga 6 jam secara oral, difenhidramin 25 hingga 50
12
Catat cairan yang keluar dan masuk. Pasien tidak diberikan makan
ataupun minum selama 24 jam. Biasanya dengan isolasi saja gejala-
gejala akan berkurang atau hilang tanpa pengobatan.2
4. Terapi psikologik
Perlu diyakinkan kepada pasien bahwa penyakitnya dapat
disembuhkan. Hilangkan rasa takut oleh karena kehamilan dan
persalinan karena itu merupakan proses fisiologis, kurangi pekerjaan
serta menghilangkan masalah dan konflik lainnya yang
melatarbelakangi penyakit ini. Jelaskan juga bahwa mual dan muntah
adalah gejala yang normal terjadi pada kehamilan muda, dan akan
menghilang setelah usia kehamilan 4 bulan.2
5. Cairan parenteral
Resusitasi cairan merupakan prioritas utama, untuk mencegah
mekanisme kompensasi yaitu vasokonstriksi dan gangguan perfusi
uterus. Selama terjadi gangguan hemodinamik, uterus termasuk organ
non vital sehingga pasokan darah berkurang. Pada kasus hiperemesis
gravidarum, jenis dehidrasi yang terjadi termasuk dalam dehidrasi
karena kehilangan cairan (pure dehidration). Maka tindakan yang
dilakukan adalah rehidrasi yaitu mengganti cairan tubuh yang hilang
ke volume normal, osmolaritas yang efektif dan komposisi cairan
yang tepat untuk keseimbangan asam basa. Pemberian cairan untuk
dehidrasi harus memperhitungkan secara cermat berdasarkan: berapa
jumlah cairan yang diperlukan, defisit natrium, defisit kalium dan ada
tidaknya asidosis.2
Berikan cairan parenteral yang cukup elektrolit, karbohidrat, dan
protein dengan glukosa 5% dalam cairan garam fisiologis sebanyak 2-
3 liter sehari. Bila perlu dapat ditambahkan kalium dan vitamin,
terutama vitamin B kompleks dan vitamin C, dapat diberikan pula
asam amino secara intravena apabila terjadi kekurangan protein.
Dibuat daftar kontrol cairan yang masuk dan yang dikeluarkan. Urin
perlu diperiksa setiap hari terhadap protein, aseton, klorida, dan
bilirubin. Suhu tubuh dan nadi diperiksa setiap 4 jam dan tekanan
15
2.1.9. Komplikasi
A. Komplikasi Ibu
Pada kasus hiperemesis yang parah, komplikasinya meliputi
kekurangan vitamin, dehidrasi, dan malnutrisi, jika tidak ditangani
dengan tepat. Ensefalopati Wernicke, yang disebabkan oleh
kekurangan vitamin B1, dapat menyebabkan kematian dan cacat
permanen jika tidak diobati Selain itu, ada laporan kasus cedera
sekunder akibat muntah yang kuat dan sering, termasuk ruptur
esofagus dan pneumotoraks. Kelainan elektrolit seperti hipokalemia
juga dapat menyebabkan morbiditas dan mortalitas yang signifikan.
Selain itu, pasien dengan hiperemesis mungkin memiliki tingkat
depresi dan kecemasan yang lebih tinggi selama kehamilan.3
B. Komplikasi Janin
Studi melaporkan informasi yang bertentangan mengenai
kejadian berat badan lahir rendah dan bayi prematur dalam pengaturan
mual dan muntah pada kehamilan. Namun, penelitian belum
menunjukkan hubungan antara hiperemesis dan kematian perinatal
atau neonatal. Frekuensi anomali kongenital tampaknya tidak
meningkat pada pasien dengan hiperemesis.3
2.1.10. Prognosis
18
3.1 Identifikasi
A. Identitas Pasien
Nama : Ny. L
Tanggal lahir : 23 Agustus 1994
Usia : 26 Tahun
Pendidikan : SMA
Pekerjaan : Ibu Rumah Tangga
Agama : Islam
Alamat : Jl. Alang – Alang (dalam kota)
MRS : 24 September 2022, Pukul 08.16
No.RM : 62.72.95
B. Identitas Suami
Nama : Tn. M.
Usia : 29 Tahun
Pendidikan : SMA
Pekerjaan : pegawai swasta
Agama : Islam
Alamat : Jl. Alang-alang (dalam kota)
3.2 Anamnesis
Autoanamnesis dilakukan pada tanggal 24 September 2022
A. Keluhan Utama
Mual muntah sejak 20 jam SMRS
19
20
lama muntah keluar warna hijau, keluhan di sertai pusing dan badan
lemas. Terdapat penurunan berat badan. Pasien mengatakan hamil anak ke
2 dengan usia kehamilan 9-10 minggu.
E. Riwayat Menstruasi
Usia menarche : 14 Tahun
Siklus haid : 28 Hari, teratur
Lama haid : 7 hari dan 2-3x ganti pembalut/ hari
Keluhan saat haid : Nyeri haid (-)
HPHT : 06/07/2022
TP : 13/4/2023
F. Riwayat Perkawinan
Menikah : 1 kali, tahun 2018
Lama pernikahan : 4 tahun
Usia menikah : 24 tahun
G. Riwayat Kontrasepsi
KB Suntik 1 Bulan
21
H. Riwayat ANC
- Trimester I : 1x ke dokter
B. Pemeriksaan Spesifik
Kepala : Normocephali
Mata : Konjungtiva anemis (-/-), sklera ikterik (-/-) edema
periorbital (-/-), mata cekung (-/-), pupil isokor, reflek
cahaya (+/+)
Telinga : Nyeri tekan (-/-), Massa (-/-), Serumen (-/-)
Hidung : Deviasi septum (-), sekret (-)
Mulut : Bibir pucat (-), mukosa bibir kering (+), lidah kotor
(-)
Leher : Pembesaran KGB (-), pembesaran kelenjar thyroid (-)
Thorax : Inspeksi : simetris, retraksi (-)
Palpasi : Stem fremitus (+/+) normal kanan dan kiri
Perkusi: Sonor (+/+) di kedua lapang paru
22
C. Status Ginekologi
Pemeriksaan genitalia eksterna:
Inspeksi : pendarahan (-), gumpalan darah (-), massa (-), hiperemis (-),
fluor albus (-)
Palpasi : nyeri tekan (-), tumor (-)
Pemeriksaan genitalia interna:
Inspekulo: tidak dilakukan
Bimanual: Tidak dilakukan
Darah Rutin
440.000/ul
Hitung Jenis
Eosinofil 0.7 1 – 3%
Basofil 0,3 0 – 1%
Monosit 5.9 2 – 8%
Golongan Darah+Rhesus
Golongan Darah A
Rhesus Positif
Kimia Klinik
Imunologi
Urin Rutin
Makroskopis
Ph 6,0 4.5–7,5
Sedimen
Epitel 4 1 - 15
TES
Kehamilan
Urin Rutin
3.6 Penatalaksanaan
- Observasi Keadaan Umum, Tanda Vital Ibu
- IVFD Asering: Futrolit:RL, 1:1:1 gtt 30x/m
- Cek Laboratorium Darah Rutin dan Urin Rutin, antigen SARS COV-2
- Inj. Ondansetron 2x4 mg/iv
- Inj. Ranitidine 2x50 mg/iv
26
3.7. Follow up
Tanggal Catatan Tindakan
27
kekurangan vitamin, dehidrasi, dan malnutrisi, jika tidak ditangani dengan
tepat.3
Pada pemeriksaan fisik TFU belum teraba, pemeriksaan ginekologi
genitalia eksterna tidak terdapat kelainan. Pada pemeriksaan USG didapatkan
interpretasi janin tunggal hidup dengan usia kehamilan 11 minggu 5 hari.
Penyebab hiperemesis gravidarum belum diketahui secara pasti. Beberapa hal
yang menjadi faktor risiko terjadinya hiperemesis gravidarum diantaranya
komplikasi dari kelainan hipertiroid, gangguan psikiatri, kelainan
gastrointestinal, dan diabetes pregestasional. Primigravida, mola hidatidosa,
dan kehamilan ganda. Pada mola hidatidosa dan kehamilan ganda, faktor
hormon memegang peranan dimana hormon khorionik gonadotropin dibentuk
berlebihan. Masuknya vili khorialis dalam sirkulasi maternal dan perubahan
metabolik akibat hamil serta resistensi yang menurun dari pihak ibu terhadap
perubahan tersebut. Alergi, sebagai salah satu respons dari jaringan ibu
terhadap anak. Faktor psikologis, seperti depresi, gangguan psikiatri, rumah
tangga yang retak, kehilangan pekerjaan, takut terhadap kehamilan dan
persalinan, takut terhadap tanggung jawab sebagai ibu, tidak siap untuk
menerima kehamilan memegang peranan yang cukup penting dalam
menimbulkan hiperemesis gravidarum.2 Hal ini dapat menyingkirkan
kemungkinan penyebab hiperemesis gravidarum yaitu kehamilan ganda dan
molahidatidosa.
Secara keseluruhan, diagnosis pada pasien ini sudah tepat.
28
jahe (250 mg per oral 4 kali sehari) sesuai kebutuhan, dan memasang gelang
akupresur. Jika pasien terus mengalami gejala yang signifikan, terapi
farmakologis lini pertama harus mencakup kombinasi vitamin B6 (piridoksin)
dan doksilamin. Obat lini kedua termasuk antihistamin dan antagonis
dopamin. Jika pasien terus mengalami gejala yang signifikan tanpa
menunjukkan tanda-tanda dehidrasi, metoklopramid, ondansetron, atau
prometazin dapat diberikan secara oral. Dalam kasus dehidrasi, bolus cairan
intravena atau infus kontinu saline normal harus diberikan selain
metoklopramid, ondansetron, atau prometazin intravena. Elektrolit harus
diganti sesuai kebutuhan.3
Pemberian IVFD Asering: Futrolit: RL, 1:1:1 gtt 30x/m, ditujukan
untuk terapi cairan parenteral. Menurut teori, resusitasi cairan merupakan
prioritas utama, untuk mencegah mekanisme kompensasi yaitu vasokonstriksi
dan gangguan perfusi uterus. Berikan cairan parenteral yang cukup elektrolit,
karbohidrat, dan protein dengan glukosa 5% dalam cairan garam fisiologis
sebanyak 2-3 liter sehari.2 Infus asering dan RL sebagai cairan isotonis untuk
mengatasi dehidrasi dan hipovolemia pada pasien. Sedangkan infus futrolit
digunakan untuk membantu mengatasi kebutuhan karbohidrat, cairan dan
elektrolit. Futrolit juga digunakan untuk membantu mengatasi dehidrasi
isotonik. Kandungan nya berupa Sodium Chloride 1.812 gram, Potassium
Chloride 0.671 gram, Calcium Chloride dihidroksida 0.147 gram, Magnesium
Chloride 0.305 gram, Sodium acetate 2.586 gram, Sorbitol 25 gram, Air
injeksi hingga 500 mL.
Pemberian Inj. Ondansetron 2x4 mg/i dan Inj. Ranitidine 2x50 mg/iv
bertujuan sebagai antiemetik. Menurut teori, Obat-obatan yang dapat
diberikan diantaranya suplemen multivitamin, antihistamin, dopamin
antagonis, serotonin antagonis, dan kortikosteroid. Vitamin yang dianjurkan
adalah vitamin B1 dan B6 seperti pyridoxine (vitamin B6). Pemberian
pyridoxin cukup efektif dalam mengatasi keluhan mual dan muntah. Anti
histamin yang dianjurkan adalah doxylamine dan dipendyramine. Pemberian
antihistamin bertujuan untuk menghambat secara langsung kerja histamin
pada reseptor H1 dan secara tidak langsung mempengaruhi sistem vestibular,
29
menurunkan rangsangan di pusat muntah.2 Ondansetron merupakan golongan
antagonis reseptor 5-HT3 (serotonin) selektif pertama, dimana efek
antiemetiknya melalui antagonis reseptor 5-HT3 yang terdapat di viseral
aferen vagus dan area postrema. Ranitidine merupakan golongan H2 blocker,
mekanisme kerja ranitidine yang menghambat sekresi asam lambung dengan
cara menghambat histamin pada reseptor H2 sel parietal sehingga sel parietal
tidak terangsang mengeluarkan asam lambung.
Pemberian Asam folat 1x1 tab/oral sebagai suplementasi vitamin.
Meurut teori, Perawatan awal harus dimulai dengan intervensi
nonfarmakologis seperti mengganti vitamin prenatal pasien dengan suplemen
asam folat.3 Asam folat atau vitamin B9, sangat penting untuk berbagai fungsi
tubuh mulai dari sintesis nukleotid ke remetilasi homoSistein. Vitamin ini
terutama penting pada period pembelahan dan pertumbuhan sel. Asam folat
sangat penting bagi wanita hamil. Asupan asam folat yang cukup sebelum
dan selama kehamilan akan mencegah timbulnya kecacatan tabung saraf
(Neural Tube Defects, NTDs) pada bayi, yaitu spina bifida (kelainan pada
tulang belakang) dan anencephaly (kelainan di mana otak tidak terbentuk).
Pemberian antibiotik Ceftriaxone 2x1 gram iv karena terdapat
leukositosis pada pemeriksaan lab pasien. Ceftriaxone merupakan antibiotik
yang berguna untuk pengobatan sejumlah infeksi bakteri. Antibiotik ini
termasuk golongan sefalosporin generasi tiga. Ceftriaxon mempunyai
spectrum luas dan waktu paruh eliminasi 8 jam. Ceftriaxon efektif terhadap
mikroorganisme gram positif dan gram negatif. Ceftriaxon juga sangat stabil
terhadap enzim beta laktamase yang dihasilkan oleh bakteri. Sediaan
ceftriaxone yaitu vial. Dosis dewasa yaitu 1–2 g per hari.
Secara keseluruhan penatalaksanaan pada kasus sudah adekuat.
30
BAB V
SIMPULAN DAN SARAN
5.1. Simpulan
Berdasarkan anamnesis, pemeriksaan fisik, pemeriksaan penunjang dan
terapi yang diberikan dapat disimpulkan bahwa:
1. Diagnosis pada kasus ini sudah tepat.
2. Penatalaksanaan kasus ini sudah adekuat.
5.2 Saran
Berdasarkan uraian tersebut, dapat disimpulkan bahwa:
1. Dalam mendiagnosis haruslah tepat agar penatalaksanaan yang diberikan
susuai dengan penyakit yang diderita dan agar kondisi pasien tidak lebih
memburuk hingga dapat menimbulkan komplikasi.
2. Lakukan edukasi kepada ibu hamil mengenai hiperemesis gravidarum,
cara pencegahannya dan komplikasi yang dapat terjadi akibatnya.
31
DAFTAR PUSTAKA
32