Anda di halaman 1dari 28

CASE

G2P1A0 GRAVIDA 9 MINGGU DENGAN ABORTUS IMMINENS

Disusun oleh:
dr Rio Mandala Putra

Pembimbing:
dr. Helmy, Sp.OG

Program Dokter Internsip Kementerian Kesehatan RI


Rumah Sakit Umum Adhyaksa
Desember 2018
KATA PENGANTAR

Segala puji dan syukur penulis panjatkan kepada Allah SWT yang telah melimpahkan
rahmat dan karuniaNya sehingga dapat terselesaikannya case dengan judul “Abortus
imminens”.Penulisan case ini dibuat dengan tujuan untuk memenuhi salah satu tugas dokter
internsip di RSU Adhyaksa periode oktober 2018 - januari 2019.
Penulis menyadari bahwa tanpa bantuan dan bimbingan dari berbagai pihak sangatlah
sulit untuk menyelesaikan makalah ini.Oleh karena itu penulis mengucapkan terima kasih
yang sebesar-besarnya kepada dr Helmy, Sp.OG selaku pembimbing yang telah membantu
dan memberikan bimbingan dalam penyusunan makalah ini, dan kepada semua pihak yang
turun serta membantu penyusunan makalah ini.
Akhir kata dengan segala kekurangan yang penulis miliki, segala saran dan kritik
yang bersifat membangun akan penulis terima untuk perbaikan selanjutnya. Semoga
makalah ini dapat bermanfaat bagi semua pihak yang mempergunakannya selama proses
kemajuan pendidikan selanjutnya.

Jakarta , Desember 2018

Penulis

i
LEMBAR PERSETUJUAN

Presentasi case dengan judul


“ABORTUS IMMINENS”

Telah diterima dan disetujui oleh pembimbing, sebagai syarat untuk menyelesaikan
program dokter internsip di RSU Adhyaksa periode 6 Oktober 2018 - 6 Januari 2019.

Jakarta, Desember 2018

dr. Helmy, Sp.OG

ii
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ............................................................................................................i


LEMBAR PERSETUJUAN ................................................................................................. ii
DAFTAR ISI ........................................................................................................................ iii
BAB I PENDAHULUAN ................................................................................................... 1
BAB II LAPORAN KASUS.................................................................................................. 2
BAB III TINJAUAN PUSTAKA ........................................................................................... 8
Definisi .................................................................................................................... 8
Etiologi .................................................................................................................... 8
Epidemiologi............................................................................................................. 9
Patogenesis .............................................................................................................. 9
Klasifikasi .............................................................................................................. 10
Manifestasi klinis .................................................................................................... 13
Pemeriksaan Ginekologis ...................................................................................... 13
Pemeriksaan Penunjang ......................................................................................... 13
Diagnosis ................................................................................................................ 14
Penatalaksanaan ...................................................................................................... 17
Pencegahan ............................................................................................................. 20
Komplikasi Abortus ................................................................................................ 20
Prognosis ................................................................................................................ 21
BAB IV KESIMPULAN ..................................................................................................... 22
DAFTAR PUSTAKA .......................................................................................................... 23

iii
BAB I
PENDAHULUAN

Abortus adalah pengeluaran hasil konsepsi sebelum janin berkembang sepenuhnya


dan dapat hidup di luar kandungan dan sebagai ukuran digunakan kehamilan kurang dari
(1,2,3,4)
20 minggu. Abortus merupakan salah satu dari lima penyebab kematian ibu
terbesar yaitu perdarahan, hipertensi dalam kehamilan (HDK), infeksi, partus
lama/macet, dan abortus. (5)

Abortus merupakan penyumbang penyebab Angka Kematian Ibu (AKI) sebesar


5%. Capaian MDG’s tahun 2011 adalah 1.043 per 100.000 kelahiran hidup. Angka
masih relatif lebih tinggi jika dibandingkan dengan negara-negara anggota ASEAN.
Risiko kematian ibu karena melahirkan di Indonesia adalah 1 dari 65, dibandingkan
dengan 1 dari 1.100 di Thailand. (6)

Abortus dapat dibagi atas dua golongan yaitu abortus spontan yang terjadi tanpa
tindakan mekanis atau medis untuk mengosongkan uterus semata-mata disebabkan
oleh faktor-faktor alamiah serta abortus provakatus (induced abortion) yang merupakan
abortus yang disengaja, baik dengan mengunakan obat-obatan ataupun alat-alat.
Abortus spontan secara klinis dapat dibedakan antara abortus imminens, abortus
insipiens, abortus inkompletus, abortus kompletus. (1) Selanjutnya, dikenal pula missed
abortion, abortus habitualis, abortus infeksiosus dan abortus septik sedangkan, abortus
provokatus terdiri dari medisinalis, kriminalis dan tidak aman. (1)

Manifestasi klinis yang terdapat pada pasien abortus ialah perdarahan yang
terjadi pada kehamilan sebelum 20 minggu dimana sekitar 20% wanita hamil akan
mengalami pendarahan sebelum kehamilan 20 minggu, dan sekitar satu setengah dari
kehamilan ini akan berakhir dengan aborsi spontan. Sampai 20% kehamilan akan
berakhir dengan keguguran. (7)

Abortus yang hasil konsepsinya masih dapat dipertahankan biasanya tergolong


dalam abortus imminens yang merupakan abortus tingkat permulaan dan merupakan
ancaman terjadinya abortus.

1
BAB II

LAPORAN KASUS

I. IDENTITAS PASIEN
Nama : Ny.L
Umur : 28 th
Jenis Kelamin : Perempuan
Alamat : Cipayung
Agama : Islam
Pekerjaan : Ibu rumah tangga
Suku/Bangsa : Jawa/Indonesia
Masuk RS : 12 November 2018

II. ANAMNESIS
Autoanamnesis pada tanggal 12 November 2018 pukul 10.55 WIB.

Keluhan Utama :
G2P1A0 datang ke ugd dengan keluhan keluar darah dari jalan lahir

Riwayat Penyakit Sekarang :


Pasien G2P1A0 mengaku hamil 2 bulan. Datang ke UGD RSU Adhyaksa
dengan keluhan keluar darah dari jalan lahir sejak 1 hari sebelum masuk rumah
sakit. Darah yang keluar dari jalan lahir berwarna merah segar, tidak disertai
gumpalan seperti daging. Keluhan disertai dengan nyeri perut dibagian bawah
disangkal. Pasien mengaku pernah tes kehamilan di bidan dan hasilnya positif.
Keluhan mual, muntah, pusing disangkal pasien. Riwayat adanya trauma
sebelumnya disangkal oleh pasien. Riwayat berhubungan bersama suami 1 hari
sebelum keluar darah dari kemaluan. BAB normal dan BAK normal.

2
Riwayat Haid :
Menarche : 12 tahun
Siklus haid : Tidak teratur
Lama haid : 7 hari
Banyaknya : 2 pembalut/hari
Dismenorea : (-)
HPHT : 08 September 2018
HPL : 12 Juli 2019
UK : 9 minggu

Riwayat Perkawinan :
Status : Menikah 1x
Usia saat menikah : 24 tahun
Lama perkawinan : 5 tahun
Jumlah anak :1

Riwayat Kehamilan, Persalinan dan Nifas Yang Lalu :


Anak ke I : perempuan, lahir tahun 2014 secara spontan tanpa adanya penyulit,
berat badan lahir 3200g
Hamil ini

Riwayat Penyakit Dahulu :


Hipertensi, DM, Hepatitis, Penyakit Jantung, Maag, Penyakit Paru, Alergi,
Asma, Kista, Keganasan, TBC disangkal

Riwayat Penyakit Keluarga :


Hipertensi, DM, Hepatitis, Penyakit Jantung, Maag, Penyakit Paru, Alergi,
Asma, Kista, Keganasan, TBC disangkal

Riwayat Operasi :
Tidak ada

Riwayat Keluarga Berencana:

3
Tidak pernah

Riwayat Antenatal dan Imunisasi :


Periksa kehamilan di Bidan praktek mandiri oleh bidan.
Imunisasi TT (-)

Riwayat Kebiasaan :
Merokok, minum alkohol, minum jamu, penggunaan narkoba disangkal pasien.

III. PEMERIKSAAN FISIK


3.1 Pemeriksaan umum
Keadaan umum : Tampak sakit ringan
Kesadaran : Compos Mentis
Tanda Vital : TD : 120/80 mmHg
HR : 95 x/mnt, kuat, reguler
RR : 20 x/mnt
S : 36,8°C
Kepala : Normocephali
Rambut : Hitam, distribusi merata, tidak mudah dicabut
Mata : Pupil bulat isokor, conjungtiva anemis -/-, sklera
ikterik -/-, refleks cahaya langsung/tak langsung +/+
THT : Telinga normotia, konka eutrofi, tonsil-faring tidak
hiperemis
Leher : Trakea lurus ditengah, KGB dan tiroid tidak teraba
Membesar
Thoraks :
Mammae : Simetris, membesar, areola mammae hiperpigmentasi
Jantung : BJ 1-2 reguler, murmur (-), gallop (-)
Pulmo : SN vesikuler +/+, ronkhi -/-, wheezing (-)
Abdomen :
Inspeksi : simetris, membesar, striae gravidarum (-)
Palpasi : TFU 3 jari dibawah pusat
Auskultasi : DJJ 156 x/menit
Genitalia : Lihat status ginekologis

4
Ekstremitas : Akral hangat, oedem
3.2 Pemeriksaan Ginekologis
Genitalia :
Inspeksi : PPV (+), fl/ flx (-/-), oedem (-)
Inspekulo : OUE tertutup, jaringan (-) fluxus +
Vaginal Toucher
Vulva : oedem (-)
Vagina : rugae (+), massa (-)
Uterus : ukuran sebesar kepalan tangan orang dewasa
Portio : lunak, teraba jaringan (+), OUE menutup.
Cavum douglasi : Tidak menonjol

IV. PEMERIKSAAN PENUNJANG


Laboratorium
Hematologi
1. Hemoglobin : 12 g/dL (N : 11.7 – 15.5)
2. Hematokrit : 36.10 % (N : 32 – 47 %)
3. Lekosit : 11.110 /ul (N : 3.600 – 10.600)
4. Trombosit : 376.000 /ul (N : 150rb – 440rb)
Kimia klinik
1. Glukosa darah sewaktu : 101 mg/dL (N : 70 - 115)

5
USG

Ditemukan gestasional sacc (+), fetal plate (+), fetal movement (+), fetal heart
movement (+).

V. RESUME
Pasien perempuan G2P1A0, 28 tahun,usia kehamilan 9 minggu datang ke
UGD dengan keluhan keluar darah dari jalan lahir sejak 1 hari SMRS, nyeri perut
dibagian bawah (+), 2 hari SMRS riwayat coitus (+). Pada pemeriksaan fisik
keadaan umum compos mentis, TD 120/80, Nadi 100 x /menit, RR 20 x menit..
Pemeriksaan ginekologi didapatkan inspeksi : PPV (+), fl/ flx (-/+), vaginal
toucher didapatkan vulva dan vagina dalam batas normal, uterus berukuran sebesar
kepalan tangan orang dewasa, portio lunak, ostium uteri menutup , cavum douglasi
tidak menonjol, sarung tangan darah.
Pemeriksaan laboratorium Hb 13.0 g/dL, Ht 39.10 %, Leukosit 12.700,
trombosit 319ribu. Pemeriksaan USG ditemukan gestasional sacc (+), fetal plate
(+), fetal movement (+), fetal heart movement (+).

6
VI. DIAGNOSIS KERJA
G2P1A0, U 28th, H 9mg , Abortus Imminens

VII. PROGNOSIS
Ibu :
- Ad vitam : dubia ad bonam
- Ad fungsionam : dubia ad bonam
- Ad sanationam : dubia ad malam
Janin :
Dubia ad bonam

VIII. TERAPI
9.1 Non Farmakologis
Edukasi
Bedrest
Observasi
9.2 Farmakologis
IVFD D5% + bricasma 2 amp drip 20 tpm
Utrogestan 1x1
Asam folat 1x1

7
BAB III

TINJAUAN PUSTAKA

I. DEFINISI
Abortus adalah pengeluaran hasil konsepsi sebelum janin berkembang sepenuhnya
dan dapat hidup di luar kandungan dan sebagai ukuran digunakan kehamilan kurang dari
20 minggu.(1,2,3,4) Abortus imminens ialah peristiwa terjadinya perdarahan dari uterus
pada kehamilan sebelum 20 minggu, dengan hasil konsepsi masih dalam uterus dan
viabel, dan serviks tertutup dimana abortus ini merupakan abortus tingkat permulaan dan
merupakan ancaman terjadinya abortus. (8,9)

II. ETIOLOGI

1. Kelainan pertumbuhan hasil konsepsi, menyebabkan kematian janin atau cacat,


penyebabnya antara lain: (10)
A. Kelainan kromosom, misalnya lain trisomi, poliploidi dan kelainan kromosom
seks. (10)
B. Endometrium kurang sempurna, biasanya terjadi pada ibu hamil saat usia tua,
dimana kondisi abnormal uterus dan endokrin atau sindroma ovarium
polikistik. (10)
C. Pengaruh eksternal, misalnya radiasi, virus, obat-obat, dan sebagainya dapat
mempengaruhi baik hasil konsepsi maupun lingkungan hidupnya dalam uterus,
disebut teratogen. (10)
2. Kelainan plasenta, misalnya endarteritis terjadi dalam vili koriales dan
menyebabkan oksigenasi plasenta terganggu, sehingga mengganggu pertumbuhan
dan kematian janin. Keadaan ini dapat terjadi sejak kehamilan muda misalnya
karena hipertensi menahun. (10)
3. Penyakit ibu, baik yang akut seperti pneumonia, tifus abdominalis, pielonefritis,
malaria, dan lain-lain, maupun kronik seperti, anemia berat, keracunan, laparotomi,
peritonitis umum, dan penyakit menahun seperti brusellosis, mononukleosis
infeksiosa, toksoplasmosis. (10)
4. Kelainan traktus genitalis, misalnya retroversio uteri, mioma uteri, atau kelainan
bawaan uterus. Terutama retroversio uteri gravidi inkarserata atau mioma

8
submukosa yang memegang peranan penting. Sebab lain keguguran dalam trimester
dua ialah serviks inkompeten yang dapat disebabkan oleh kelemahan bawaan pada
serviks, dilatasi serviks berlebihan, konisasi, amputasi, atau robekan serviks yang
luas yang tidak dijahit. (10)
5. Penyakit bapak : Umur lanjut, penyakit kronis seperti TBC, anemi, dekompensasi
cordis, malnutrisi, nefritis, sifilis, keracunan (alkohol, nikotin, Pb, dll) sinar rontgen,
avitaminosis. (10)

III. EPIDEMIOLOGI

Abortus merupakan salah satu dari lima penyebab kematian ibu terbesar yaitu
perdarahan, hipertensi dalam kehamilan (HDK), infeksi, partus lama/macet, dan
(5)
abortus. Abortus merupakan penyumbang penyebab Angka Kematian Ibu (AKI)
sebesar 5%. Capaian MDG’s tahun 2011 adalah 1.043 per 100.000 kelahiran hidup.
Angka masih relatif lebih tinggi jika dibandingkan dengan negara-negara anggota
ASEAN. Risiko kematian ibu karena melahirkan di Indonesia adalah 1 dari 65,
dibandingkan dengan 1 dari 1.100 di Thailand. (6)

Manifestasi klinis yang terdapat pada pasien abortus ialah perdarahan yang
terjadi pada kehamilan sebelum 20 minggu dimana sekitar 20% wanita hamil akan
mengalami pendarahan sebelum kehamilan 20 minggu, dan sekitar satu setengah dari
kehamilan ini akan berakhir dengan aborsi spontan. Sampai 20% kehamilan akan
berakhir dengan keguguran. (7)

IV. PATOGENESIS
Pada permulaan, terjadi perdarahan dalam desidua basalis, diikuti oleh
nekrosis jaringan sekitar, jika terjadi lebih awal, maka ovum akan tertinggal dan
mengakibatkan kontraksi uterin yang akan berakir dengan ekpulsi karena dianggap
sebagai benda asing oleh tubuh.1 Apabila kandung gestasi dibuka, biasanya ditemukan
fetus maserasi yang kecil atau tidak adanya fetus sama sekali dan hal ini disebut
blighted ovum. (1)
Pada kehamilan dibawah 8 minggu hasil konsepsi dikeluarkan seluruhnya,
karena vili korealis belum menembus desidua terlalu dalam sedangkan pada kehamilan

9
8-14 minggu telah masuk agak dalam sehingga sebagian keluar dan sebagian lagi akan
tertingga karena itu akan terjadi banyak perdarahan.(11)
Pada abortus yang terjadi lama, beberapa kemungkinan boleh terjadi. Jika fetus
yang tertinggal mengalami maserasi, yang mana tulang kranial kolaps, abdomen
dipenuhi dengan cairan yang mengandung darah, dan degenarasi organ internal. (1) Kulit
akan tertanggal di dalam uterus atau dengan sentuhan yang sangat minimal. (1) Bisa juga
apabila cairan amniotik diserap, fetus akan dikompres dan mengalami desikasi, yang
akan membentuk fetus compressus.1 Kadang-kadang, fetus boleh juga menjadi sangat
kering dan dikompres sehingga menyerupai kertas yang disebut fetus papyraceous. (1)

V. KLASIFIKASI
Abortus dapat dibagi atas dua golongan :
1. Abortus Spontan
Abortus yang terjadi tanpa tindakan mekanis atau medis untuk
mengosongkan uterus semata-mata disebabkan oleh faktor-faktor alamiah,
maka abortus tersebut dinamai abortus spontan. Kata lain yang luas digunakan
adalah keguguran (Miscarriage). Abortus spontan secara klinis dapat dibedakan
antara abortus imminens, abortus insipiens, abortus inkompletus, abortus
kompletus. Selanjutnya, dikenal pula missed abortion, abortus habitualis,
abortus infeksiosus dan aborrtus septik. (1)

a) Abortus Imminens (keguguran mengancam)

Peristiwa terjadinya perdarahan dari uterus pada kehamilan sebelum 20


minggu, dimana hasil konsepsi masih dalam uterus,dan tanpa adanya dilatasi
serviks. (1)

Diagnosis abortus imminens ditentukan karena pada wanita hamil terjadi


perdarahan melalui ostium uteri eksternum, disertai mules sedikit atau tidak
sama sekali, uterus membesar sebesar tuanya kehamilan, serviks belum
membuka, dan tes kehamilan positif. Pada beberapa wanita hamil dapat terjadip
erdarahan sedikit pada saat haid yang semestinya datang jika tidak terjadi
pembuahan. Hal ini disebabkan oleh penembusan villi koreales ke dalam
desidua, pada saat implantasi ovum. Perdarahan implantasi biasanya sedikit,
warnanya merah, cepat berhenti, dan tidak disertai mules-mules. (1)

10
b) Abortus Incipiens (keguguran berlangsung)

Peristiwa perdarahan uterus pada kehamilan sebelum 20 minggu dengan


adanya dilatasi serviks uteri yang meningkat,tetapi hasil konsepsi masih dalam
uterus. Dalam hal ini rasamules menjadi lebih sering dan kuat, perdarahan
bertambah. (1)

c) Abortus inkomplit (keguguran tidak lengkap)

Pengeluaran sebagian hasil konsepsi pada kehamilan sebelum 20minggu


dengan masih ada sisa tertinggal dalam uterus. Pada pemeriksaan vaginal,
kanalis servikalis terbukadan jaringan dapat diraba dalam kavum uteri atau
kadangkadangsudah menonjol dari ostium uteri eksternum. (1)

d) Abortus komplit (keguguran lengkap)

Perdarahan pada kehamilan muda di mana seluruh hasil konsepsi telah di


keluarkan dari kavum uteri. Seluruh buah kehamilan telah dilahirkan dengan
lengkap. Pada penderita ditemukan perdarahan sedikit, ostium uteri telah
menutup, dan uterus sudah banyak mengecil. Diagnosis dapat di permudah
apabila hasil konsepsi dapat diperiksa dan dapat dinyatakan bahwa semuanya
sudah keluar dengan lengkap.

e) Abortus Infeksiosa dan Abortus Septik

Abortus infeksiosa adalah abortus yang disertai infeksi pada genitalia,


sedangkan abortus septik adalah abortus infeksiosa berat dengan penyebaran
kuman atau toksinnya ke dalam peredaran darah atau peritoneum. Infeksi dalam
uterus atau sekitarnya dapat terjadi pada tiap abortus, tetapi biasanya ditemukan
pada abortus inkompletus dan lebih sering ditemukan pada abortus buatan yang
dikerjakan tanpa memperhatikan asepsis dan antisepsis. (1)

f) Missed Abortion

Kematian janin sebelum berusia 20 minggu, tetapi janin yang mati


tertahan di dalam kavum uteri tidak dikeluarkkan selama 8 minggu atau lebih.

11
Missed abortion biasanya didahului oleh tanda-tanda abortus imminens yang
kemudian menghilang secara spontan atau setelah pengobatan. Gejala subyektif
kehamilan menghilang, mammae agak mengendor lagi, uterus tidak membesar
lagi malah mengecil, dan tes kehamilan menjadi negatif. Dengan ultrasonografi
dapat ditentukan segera apakah janin sudah mati dan besarnya sesuai dengan
usia kehamilan. (1)

g) Abortus Habitualis

Keadaan dimana penderita mengalami keguguran berturut turut tiga kali


atau lebih. Pada umumnya penderita tidak sukar menjadi hamil, tetapi
kehamilannya berakhir sebelum 28 minggu. (1)

2. Abortus Provakatus (induced abortion)


Adalah abortus yang disengaja, baik dengan mengunakan obat-obatan ataupun
alat-alat. (1) Abortus ini terbagi lagi menjadi :

a) Abortus Medisinalis
Merupakan abortus yang dilakukan karena tindakan kita sendiri, dengan
alasan bila kehamilan dilanjutkan dapat membahayakan jiwa ibu (berdasarkan
indikasi medis). Biasanya perlu mendapat persetujuan 2 sampai 3 tim dokter
ahli. (1)

b) Abortus Kriminalis atau tidak aman

Adalah abortus yang terjadi oleh karena tindakan-tindakan yang tidak


legal atau tidak berdasarkan indikasi medis. (1)

c) Abortus tidak aman (Unsafe abortion)

Upaya untuk terminasi kehamilan muda dimana pelaksana tindakan


tersebut tidak mempunyai cukup keahlian dan prosedur standar yang aman
sehingga dapat membahayakan keselamatan jiwa pasien. (1)

12
VI. MANIFESTASI KLINIS
Abortus imminens ditandai dengan :

a) Perdarahan pervaginam yang terjadi pada kehamilan kurang dari 20 minggu. (10,11,12)
b) Perdarahan biasanya sedikit, hal ini dapat terjadi beberapa hari. (10,11,12)
c) Kadang terasa nyeri, terasa nyeri tumpul pada perut bagian bawah menyertai
perdarahan. (10,11,12)

VII. PEMERIKSAAN GINEKOLOGIS


Pemeriksaan obstetri pada Pemeriksaan ginekologis yang didapat pada pasien
dengan abortus imminens yaitu : Pada vulva, terdapat perdarahan pervaginam tanpa
disertai jaringan janin sedangkan pada pemeriksaan dalam vagina ditemukan ostium
uteri externum menutup serta tidak terdapat nyeri goyang porsio.

VIII. PEMERIKSAAN PENUNJANG


Pemeriksaan penunjang ini diperlukan dalam keadaan abortus imminens:
1. USG
Pemeriksaan ultrasonografi atau Doppler untuk menentukan apakah janin
masih hidup atau tidak, mengetahui keadaan plasenta apakah sudah terjadi
pelepasan atau belum, ukuran biometri janin/kantong gestasi apakah sesuai dengan
umur kehamilan berdasarkan HPHT, denyut jantung janin dan gerakan janin,
menentukan prognosis, membedakan antara kehamilan intrauteri, ekstrauteri, mola,
atau missed abortion. (10,12)
Jika perdarahan berlanjut, ulangi pemeriksaan USG dalam tujuh hari
kemudian untuk mengetahui viabilitas janin. Jika hasil pemeriksaan meragukan,
pemeriksaan dapat diulang 1-2 minggu kemudian.
 Pada umur kehamilan tujuh
minggu, fetal pole dan aktifitas jantung janin dapat terlihat. Aktivitas jantung
seharusnya tampak dengan USG saat panjang fetal pole minimal lima millimeter.
(10,12)

Pemeriksaan USG pada abortus imminens didapatkan kondisi janin masih


bnaik, ada gerakan janin maupun gerakan jantung janin.

2. Tes kehamilan.
Evaluasi harus mencakup pemeriksaan hCG serial kecuali pasien mengalami

13
kehamilan intauterin yang terdokumentasi dengan USG, untuk mengeliminasi
kemungkinan kehamilan ektopik. Kadar hCG kuantitatif serial diulang setelah 48
jam digunakan untuk mendiagnosis kehamilan ektopik, mola, abortus imminens,
dan missed abortion. Kadar hCG serum wanita hamil yang mengalami keguguran
diawali dengan gejala abortus imminens pada rimester pertama, lebih rendah
dibandingkan wanita hamil dengan gejala abortus imminens yang kehamilannya
berlanjut atau dengan wanita hamil tanpa gejala abortus imminens. (10,12)
Sebuah penelitian prospektif menunjukkan bahwa nilai batas β hCG bebas
20 ng/ml dapat digunakan untuk membedakan antara normal (kontrol dan abortus
imminens namun kehamilan berlanjut) dan abnormal (abortus imminens yang
mengalami keguguran dan kehamilan tuba), dengan sensitifitas angka prediksi
positif 88,3% dan 82,6%. Rasio bioaktif serum imunoreaktif hCG, pada wanita
yang mengalami abortus imminens namun kehamilannya berlanjut, lebih tinggi
dibandingkan pada wanita yang akhirnya mengalami keguguran. USG: untuk
mengetahui pertumbuhan janin yang ada dan mengetahui keadaan plasenta apakah
sudah terjadi pelepasan atau belum. (10,12)

3. Pemeriksaan darah perifer lengkap


Kadar hemoglobin diperiksa untuk menilai adanya anemia, sedangkan
leukosit dan laju endap darah untuk menilai adanya abortus septik.

4. Pemeriksaan kadar progesteron


Kadar hormon progesteron relatif stabil pada trimester pertama, sehingga
pemeriksaan tunggal dapat digunakan untuk menentukan apakah kehamilan viable.
Kadar kurang dari 5 ng/mL menunjukkan prognosis kegagalan kehamilan dengan
sensitivitas 60%, sedangkan nilai 20 ng/mL menunjukkan kehamilan yang viabel
dengan sensitivitas 100%. (10)

IX. DIAGNOSIS
Abortus adalah pengeluaran hasil konsepsi sebelum janin berkembang
sepenuhnya dan dapat hidup di luar kandungan dan sebagai ukuran digunakan
kehamilan kurang dari 20 minggu dimana gejalanya terdapat perdarahan pervaginam.
Perdarahan pervaginam pada kehamilan trimester pertama memiliki diagnosis banding
kelainan serviks (misalnya, kerapuhan berlebihan, keganasan, polip, trauma), kehamilan

14
ektopik, perdarahan idiopatik dalam kehamilan yang disebabkan Infeksi pada vagina
atau leher rahim, kehamilan mola, abortus spontan, trauma vagina. Pada pemeriksaan
vaginal toucher abortus imminens didapatkan OUE menutup dengan TFU sesuai
kehamilan yang kemudian dilakukan USG gestasional sacc intrauterine (+), terdapatnya
fetal plate (+), fetal heart movement (+), dan fetal movement (+) dapat ditegakkan
diagnosis abortus imminens.

Ultrasonografi sangat penting dalam mengidentifikasi status kehamilan dan


memverifikasi bahwa kehamilan bersifat intrauterine atau ekstrauterine. Ketika USG
menunjukkan rahim kosong atau tidak adanya kehamilan intrauterine (gestasional sacc
terdapat diekstrauterine) ditambah dengan kadar hCG yang tinggi (>200mIU/mL)
kemungkinan pasien mengalami kehamilan ektopik. Sedangkan, jika pada pemeriksaan
USG ditemukan kehamilan intrauterine (gestasional sacc terdapat diintrauterine) maka
kemungkinan diagnosis abortus imminens, abortus insipient, missed abortion, atau
blighted. (12,13)

Kehamilan intrauterine atau terdapatnya gestasional sacc intrauterine yang


ditemukan pada USG tanpa disertai fetal plate yang dideteksi pada kehamilan usia >8
(12,13)
minggu menunjukan diagnosis blighted ovum. Gestasional sacc intrauterine dan
fetal plate yang ditemukan pada USG dapat menunjukan diagnosis missed abortion,
abortus imminens, atau abortus insipiens yang kemudian dibedakan dari ada atau
tidaknya fetal movement serta ada atau tidaknya denyut jantung janin.

Fetal movement dan denyut jantung janin tidak ditemukan pada USG merujuk
pada diagnosis missed abortion. Risiko aborsi spontan menurun dari 50 menjadi 3
persen ketika detak jantung janin terdengar dan uterus yang sesuai dengan kehamilan
dapat merujuk pada diagnosis abortus imminens atau abortus insipiens dimana
perbedaan keduanya terdapat dari hasil vaginal toucher. Pada vaginal toucher abortus
imminens ditemukan serviks yang menutup sedangkan pada abortus insipiens
ditemukan servix yang membuka. (12,13)

Tidak ditemukannnya gestasional sacc pada intra maupun ekstrauterine tetapi


terdapat gambaran massa echoic intrauterine kemungkinan diagnosis abortus
incomplete. (12,13)

Pemeriksaan ultrasonografi transvaginal harus dilakukan pada pasien dengan


keluhan perdarahan pada kehamilan yang memiliki sensitivitas 90% - 100 % dan

15
spesifisitas 80% - 92%. (12,13)

Gambar 1. Algoritma diagnosis abortus spontan. (7)

16
Gambar 2. Algoritma management abortus spontan. (7)

X. PENATALAKSANAAN
Tatalaksana Umum

 Lakukan penilaian secara cepat mengenai keadaan umum ibu termasuk tanda-
tanda vital (nadi, tekanan darah, pernapasan, suhu).
 Periksa tanda-tanda syok (akral dingin, pucat, takikardi, tekanan sistolik 90
mmHg). Jika terdapat syok, lakukan tatalaksana awal syok. Jika tidak terlihat
tanda-tanda syok, tetap pikirkan kemungkinan tersebut saat penolong melakukan
evaluasi mengenai kondisi ibu karena kondisinya dapat memburuk dengan cepat.
 Bila terdapat tanda-tanda sepsis, terdapat dugaan abortus dengan komplikasi, atau
jika terdapat tanda infeksi berikan kombinasi antibiotika sampai ibu bebas demam
untuk 48 jam: Ampicillin 2 g I /IM kemudian 1 g diberikan setiap 6 jam,
Gentamicin 5 mg/kgBB I setiap 24 jam, Metronidazol 500 mg I setiap 8 jam.
Penelitian retrospektif pada 23 wanita dengan abortus imminens pada usia awal
trimester kehamilan, mendapatkan 15 orang (65%) memiliki flora abnormal
vagina. Tujuh dari 16 orang mendapatkan amoksisilin ditambah klindamisin dan

17
tiga dari tujuh wanita tersebut mengalami perbaikan, tidak mengalami nyeri
abdomen dan perdarahan aginal tanpa kambuh. Disimpulkan bahwa antibiotik
dapat digunakan sebagai terapi dan tidak menimbulkan anomali bayi. (10)
 Berikan dukungan emosional dan konseling kontrasepsi pasca keguguran.
 Tablet penambah darah
Apabila terdapat anemia sedang berikan tablet Sulfas Ferosus 600 mg / hari
selama 2 minggu, bila anemia berat maka berikan transfusi darah.
 Lakukan tatalaksana selanjutnya sesuai jenis abortus.

Tatalaksana abortus imminens

 Tirah baring
Tirah baring merupakan unsur penting dalam pengobatan abortus imminens
karena cara ini menyebabkan bertambahnya aliran darah ke uterus dan
berkurangnya rangsang mekanik. (10)
Dalam penelitian wanita dengan abortus imminens yang direkomendasikan
tirah baring menunjukkan bahwa 9,9% mengalami keguguran dan 23,3% baik-baik
saja. Meskipun tidak ada bukti pasti bahwa istirahat dapat mempengaruhi jalannya
kehamilan, membatasi aktivitas selama beberapa hari dapat membantu wanita
merasa lebih aman, sehingga memberikan pengaruh emosional. Dosisnya 24-48
jam diikuti dengan tidak melakukan aktivitas berat, namun tidak perlu membatasi
aktivitas ringan sehari-hari. (10,12)
 Progestogen
Progestogen merupakan substansi yang memiliki aktivitas progestasional
atau memiliki efek progesteron, diresepkan pada 13-40% wanita dengan abortus
imminens. Progesteron merupakan produk utama korpus luteum dan berperan
penting pada persiapan uterus untuk implantasi, mempertahankan serta
memelihara kehamilan. Sekresi progesteron yang tidak adekuat pada awal
kehamilan diduga sebagai salah satu penyebab keguguran sehingga suplementasi
progesteron sebagai terapi abortus imminens diduga dapat mencegah keguguran,
karena fungsinya yang diharapkan dapat menyokong defisiensi korpus luteum
gravidarum dan membuat uterus relaksasi. Sebagian besar ahli tidak setuju namun
mereka yang setuju menyatakan bahwa harus ditentukan dahulu adanya
kekurangan hormon progesteron. Berdasarkan pemikiran bahwa sebagian besar

18
keguguran didahului oleh kematian hasil konsepsi dan kematian ini dapat
disebabkan oleh banyak faktor, maka pemberian hormon progesteron memang
tidak banyak manfaatnya. Penelitian pada wanita abortus imminens menunjukkan
bahwa progestogen efektif diberikan pada penatalaksanaan abortus imminens
sebagai upaya mempertahankan kehamilan. (10)
Salah satu preparat progestogen adalah dydrogesteron dimana pada
penelitian yang dilakukan pada wanita yang mengalami perdarahan vaginal saat
usia kehamilan kurang dari 13 minggu persentase keberhasilan mempertahankan
kehamilan lebih tinggi (95,9%) pada kelompok yang mendapatkan dosis awal
dydrogesterone 40 mg dilanjutkan 10 mg dua kali sehari selama satu minggu
dibandingkan kelompok yang mendapatkan terapi konservatif 86,3%. Meskipun
tidak ada bukti kuat tentang manfaatnya namun progestogen disebutkan dapat
menurunkan kontraksi uterus lebih cepat daripada tirah baring, terlepas dari
kemungkinan bahwa pemakaiannya pada abortus imminens mungkin dapat
menyebabkan missed abortion, progestogen pada penatalaksanaan abortus
imminens tidak terbukti memicu timbulnya hipertensi kehamilan atau perdarahan
antepartum yang merupakan efek berbahaya bagi ibu. Selain itu, penggunaan
progestogen juga tidak terbukti menimbulkan kelainan kongenital. (10)
 Anjurkan untuk tidak melakukan aktifitas fisik secara berlebihan atau melakukan
hubungan seksual. (10)
 Kuretase, sebaiknya uterus dikosongkan (kuret) apabila reaksi kehamilan 2x
berturut-turut negatif (10)
 Relaksan otot uterus
Buphenine hydrochloride merupakan vasodilator yang juga digunakan
sebagai relaksan otot uterus, pada penelitian RCT menunjukkan hasil yang lebih
baik dibandingkan penggunaan plasebo, namun metode penelitian ini tidak jelas,
dan tidak ada penelitian lain yang mendukung pemberian tokolisis pada awal
terjadinya abortus imminens. Cochrane Library menyebutkan tidak ada cukup
bukti yang menunjukkan efektivitas penggunaan relaksan otot uterus dalam
mencegah abortus imminens. (10)

19
XI. PENCEGAHAN
Pencegahan terhadap abortus dapat diawali dengan melihat faktor-faktor yang
dapat menyebabkan terjadinya abortus.
 Pemeriksaan rutin antenatal care (ANC) disebut juga prenatal care
Merupakan intervensi lengkap pada wanita hamil yang bertujuan untuk
mencegah atau mengidenti kasi dan mengobati kondisi yang mengancam kesehatan
fetus/bayi baru lahir dan/atau ibu, dan membantu wanita dalam menghadapi
kehamilan dan kelahiran sebagai pengalaman yang menyenangkan. (10,14)
 Vitamin
Diduga mengonsumsi vitamin sebelum atau selama awal kehamilan dapat
mengurangi risiko keguguran. (10)
 Penyakit
Pengontrolan penyakit seperti hipertensi dan diabetes melitus yang dapat
menyebabkan kelainan plasenta. (10)
 Kebersihan diri
Menjaga kebersihan diri, terutama daerah kewanitaan dengan tujuan
mencegah infeksi yang bisa mengganggu proses implantasi janin. (14)
 Hindari rokok
Hal ini dilakukan karena nikotin mempunyai efek vasoaktif sehingga
menghambat sirkulasi uteroplasenta. (14)

XIII. KOMPLIKASI
1) Perdarahan.
Perdarahan tidak bisa diperkirakan dan terjadi secara mendadak,
(6)
bertanggung jawab atas 28% kematian ibu. Perdarahan dapat diatasi dengan
pengosongan uterus dari sisa-sisa hasil konsepsi dan jika perlu pemberian
transfusi darah. Kematian karena perdarahan dapat terjadi apabila pertolongan
tidak diberikan.Perdarahan yang berlebihan sewaktu atau sesudah abortus bisa
disebabkan oleh atoni uterus, laserasi cervikal, perforasi uterus, kehamilan
serviks, dan juga koagulopati. (6)

20
2) Syok.
Syok pada abortus bisa terjadi karena perdarahan (syok hemoragik) dan karena
infeksi berat. Vasovagal syncope yang diakibatkan stimulasi canalis sevikalis
sewaktu dilatasi juga boleh terjadi namum pasien sembuh dengan segera. (6)

3) Infeksi.
Sebenarnya pada genitalia eksterna dan vagina dihuni oleh bakteri yang
merupakan flora normal. Khususnya pada genitalia eksterna yaitu staphylococci,
streptococci, Gram negatif enteric bacilli, Mycoplasma, Treponema (selain T.
paliidum), Leptospira, jamur, Trichomonas vaginalis, sedangkan pada vagina ada
lactobacili,streptococci, staphylococci, Gram negatif enteric bacilli, Clostridium
sp., Bacteroides sp, Listeria dan jamur. Umumnya pada abortus infeksiosa,
infeksi terbatas padsa desidua .Pada abortus septik virulensi bakteri tinggi dan
infeksi menyebar ke perimetrium, tuba, parametrium, dan peritonium. (6)
Organisme-organisme yang paling sering bertanggung jawab terhadap infeksi
paska abortus adalah E.coli, Streptococcus non hemolitikus, Streptococci
anaerob, Staphylococcus aureus, Streptococcus hemolitikus, dan Clostridium
perfringens. Bakteri lain yang kadang dijumpai adalah Neisseria gonorrhoeae,
Pneumococcus dan Clostridium tetani. Streptococcus pyogenes potensial
berbahaya oleh karena dapat membentuk gas. (6)

XIV. PROGNOSIS
Prognosis keberhasilan kehamilan tergantung dari etiologi aborsi spontan
sebelumnya. Perbaikan endokrin yang abnormal pada wanita dengan abortus yang rekuren
mempunyai prognosis yang baik sekitar >90 %.Pada wanita keguguran dengan etiologi
yang tidak diketahui, kemungkinan keberhasilan kehamilan sekitar 40-80 %. Sekitar 77 %
angka kelahiran hidup setelah pemeriksaan aktivitas jantung janin pada kehamilan 5 sampai
6 minggu pada wanita dengan 2 atau lebih aborsi spontan yang tidak jelas. (10)
Abortus imminens merupakan salah satu faktor risiko keguguran, kelahiran prematur,
BBLR, perdarahan antepartum, KPD dan kematian perinatal. Namun, tidak ditemukan
kenaikan risiko bayi lahir cacat. Macam dan lamanya perdarahan menentukan prognosis
kehamilan. Prognosis menjadi kurang baik bila perdarahan berlangsung lama, nyeri perut
yang disertai pendataran serta pembukaan serviks. (10)

21
Gambar 4. Faktor yang berpengaruh pada prognosis abortus. (10)

22
BAB IV
KESIMPULAN

Abortus imminens sering terjadi dan merupakan beban emosional yang serius,
meningkatkan risiko keguguran, kelahiran prematur, bayi dengan berat badan lahir rendah,
kematian perinatal, perdarahan antepartum, dan ketuban pecah dini, namun tidak
ditemukan kenaikan risiko bayi lahir cacat. Pemeriksaan USG transvaginal penting
dilakukan untuk meningkatkan ketepatan diagnosis dan penatalaksanaan, menentukan
apakah janin viabel atau non viabel, kehamilan intrauteri, ekstrauteri, mola, atau missed
abortionserta menggambarkan prognosis ibu hamil yang mengalami gejala abortus
imminens. Gambaran aktivitas jantung janin umumnya dikaitkan dengan 85-97% tingkat
keberhasilan kehamilan, sedangkan kantung kehamilan besar yang kosong atau perbedaan
antara perhitungan HPHT dan USG lebih dari seminggu menunjukkan prognosis buruk,
semakin tua usia ibu pada saat hamil dan tingginya riwayat keguguran sebelumnya
memperburuk prognosis. Pemeriksaan kadar serum β-hCG, progesteron, namun tes ini
mungkin tidak berguna dalam penanganan primer. Belum ada cukup bukti yang
menjelaskan tentang upaya pencegahan abortus imminens baik melalui pemberian asupan
vitamin dan ANC rutin.

23
DAFTAR PUSTAKA

1. Hadijanto B. Perdarahan pada kehamilan muda. Dalam: Sarwono Prawirohardjo.


Ilmu Kandungan. Edisi ke-4. Jakarta: PT Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo;
2009 : 460-73.
2. Mochtar R, Lutan D. Sinopsis Obstetri. Penerbit Buku Kedokteran EGC. Jakarta,
1998.
3. F. G Cunningham, KJ. Leveno, SL. Bloom. Abortion in William Obstetrics, 22nd
edition. Mc-Graw Hill, 2005
4. McPhee S, Obsterics and obstretrics disoders,Current medical diagnosis and
treatment, 2009 edition, Mc Graw Hill, 2008
5. Kemenkes Indonesia. Profil Kesehatan Indonesia. 2016
6. Rohmawati A, Wibowo A. Hubungan Kejadian Abortus dengan Toxoplasmosis di
Puskesmas Mentaras Kabupaten Gresik. Jurnal Biometrika dan Kependudukan, Vol.
2, No. 2 Desember 2013: 173–181

7. Griebel RP, Halvorsen J, Golemon TB, Day AA. Management of Spontaneous
Abortion. American Family Physician. October 1, 2005. Volume 72, Number 7.
8. Winkjosastro, H. 2005. Ilmu Kebidanan. Jakarta : Yayasan Bina Pustaka Sarwono
Prawirohardjo. hal 305-306
9. Perkumpulan Obstetri dan Ginekologi Indonesia. 2006. Standar Pelayanan Medik
Obstetri dan Ginekologi. Jakarta . hal 23-25
10. Sucipto, N. 2013. Abortus Imminens: Upaya Pencegahan, Pemeriksaan, dan
Penatalaksanaan. CDK-206/ vol. 40 no. 7, hal 492-496
11. Bagian Obstetri & Ginekologi Fakultas Kedokteran Universitas Padjadjaran
Bandung. Obstetri Patologi. Bandung: Elstar, 1982.
12. William Manual of Pregnancy Complications. Kenneth J. Leveno, MD, editor. 23 rd
ed. McGraw-Hill; 2013.hal 2-3.
13. Kementrikan kesehatan Republik Indonesia. Pelayanan kesehatan ibu di fasilitas
kesehatan dasar dan rujukan. Ed1. 2013
14. Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor
HK.02.02/MENKES/514/2015 tentang Panduan Praktik Klinis Bagi Dokter di
Fasilitas Pelayanan Kesehatan Tingkat Pertama. 2015

24

Anda mungkin juga menyukai