Disusun oleh:
dr Rio Mandala Putra
Pembimbing:
dr. Helmy, Sp.OG
Segala puji dan syukur penulis panjatkan kepada Allah SWT yang telah melimpahkan
rahmat dan karuniaNya sehingga dapat terselesaikannya case dengan judul “Abortus
imminens”.Penulisan case ini dibuat dengan tujuan untuk memenuhi salah satu tugas dokter
internsip di RSU Adhyaksa periode oktober 2018 - januari 2019.
Penulis menyadari bahwa tanpa bantuan dan bimbingan dari berbagai pihak sangatlah
sulit untuk menyelesaikan makalah ini.Oleh karena itu penulis mengucapkan terima kasih
yang sebesar-besarnya kepada dr Helmy, Sp.OG selaku pembimbing yang telah membantu
dan memberikan bimbingan dalam penyusunan makalah ini, dan kepada semua pihak yang
turun serta membantu penyusunan makalah ini.
Akhir kata dengan segala kekurangan yang penulis miliki, segala saran dan kritik
yang bersifat membangun akan penulis terima untuk perbaikan selanjutnya. Semoga
makalah ini dapat bermanfaat bagi semua pihak yang mempergunakannya selama proses
kemajuan pendidikan selanjutnya.
Penulis
i
LEMBAR PERSETUJUAN
Telah diterima dan disetujui oleh pembimbing, sebagai syarat untuk menyelesaikan
program dokter internsip di RSU Adhyaksa periode 6 Oktober 2018 - 6 Januari 2019.
ii
DAFTAR ISI
iii
BAB I
PENDAHULUAN
Abortus dapat dibagi atas dua golongan yaitu abortus spontan yang terjadi tanpa
tindakan mekanis atau medis untuk mengosongkan uterus semata-mata disebabkan
oleh faktor-faktor alamiah serta abortus provakatus (induced abortion) yang merupakan
abortus yang disengaja, baik dengan mengunakan obat-obatan ataupun alat-alat.
Abortus spontan secara klinis dapat dibedakan antara abortus imminens, abortus
insipiens, abortus inkompletus, abortus kompletus. (1) Selanjutnya, dikenal pula missed
abortion, abortus habitualis, abortus infeksiosus dan abortus septik sedangkan, abortus
provokatus terdiri dari medisinalis, kriminalis dan tidak aman. (1)
Manifestasi klinis yang terdapat pada pasien abortus ialah perdarahan yang
terjadi pada kehamilan sebelum 20 minggu dimana sekitar 20% wanita hamil akan
mengalami pendarahan sebelum kehamilan 20 minggu, dan sekitar satu setengah dari
kehamilan ini akan berakhir dengan aborsi spontan. Sampai 20% kehamilan akan
berakhir dengan keguguran. (7)
1
BAB II
LAPORAN KASUS
I. IDENTITAS PASIEN
Nama : Ny.L
Umur : 28 th
Jenis Kelamin : Perempuan
Alamat : Cipayung
Agama : Islam
Pekerjaan : Ibu rumah tangga
Suku/Bangsa : Jawa/Indonesia
Masuk RS : 12 November 2018
II. ANAMNESIS
Autoanamnesis pada tanggal 12 November 2018 pukul 10.55 WIB.
Keluhan Utama :
G2P1A0 datang ke ugd dengan keluhan keluar darah dari jalan lahir
2
Riwayat Haid :
Menarche : 12 tahun
Siklus haid : Tidak teratur
Lama haid : 7 hari
Banyaknya : 2 pembalut/hari
Dismenorea : (-)
HPHT : 08 September 2018
HPL : 12 Juli 2019
UK : 9 minggu
Riwayat Perkawinan :
Status : Menikah 1x
Usia saat menikah : 24 tahun
Lama perkawinan : 5 tahun
Jumlah anak :1
Riwayat Operasi :
Tidak ada
3
Tidak pernah
Riwayat Kebiasaan :
Merokok, minum alkohol, minum jamu, penggunaan narkoba disangkal pasien.
4
Ekstremitas : Akral hangat, oedem
3.2 Pemeriksaan Ginekologis
Genitalia :
Inspeksi : PPV (+), fl/ flx (-/-), oedem (-)
Inspekulo : OUE tertutup, jaringan (-) fluxus +
Vaginal Toucher
Vulva : oedem (-)
Vagina : rugae (+), massa (-)
Uterus : ukuran sebesar kepalan tangan orang dewasa
Portio : lunak, teraba jaringan (+), OUE menutup.
Cavum douglasi : Tidak menonjol
5
USG
Ditemukan gestasional sacc (+), fetal plate (+), fetal movement (+), fetal heart
movement (+).
V. RESUME
Pasien perempuan G2P1A0, 28 tahun,usia kehamilan 9 minggu datang ke
UGD dengan keluhan keluar darah dari jalan lahir sejak 1 hari SMRS, nyeri perut
dibagian bawah (+), 2 hari SMRS riwayat coitus (+). Pada pemeriksaan fisik
keadaan umum compos mentis, TD 120/80, Nadi 100 x /menit, RR 20 x menit..
Pemeriksaan ginekologi didapatkan inspeksi : PPV (+), fl/ flx (-/+), vaginal
toucher didapatkan vulva dan vagina dalam batas normal, uterus berukuran sebesar
kepalan tangan orang dewasa, portio lunak, ostium uteri menutup , cavum douglasi
tidak menonjol, sarung tangan darah.
Pemeriksaan laboratorium Hb 13.0 g/dL, Ht 39.10 %, Leukosit 12.700,
trombosit 319ribu. Pemeriksaan USG ditemukan gestasional sacc (+), fetal plate
(+), fetal movement (+), fetal heart movement (+).
6
VI. DIAGNOSIS KERJA
G2P1A0, U 28th, H 9mg , Abortus Imminens
VII. PROGNOSIS
Ibu :
- Ad vitam : dubia ad bonam
- Ad fungsionam : dubia ad bonam
- Ad sanationam : dubia ad malam
Janin :
Dubia ad bonam
VIII. TERAPI
9.1 Non Farmakologis
Edukasi
Bedrest
Observasi
9.2 Farmakologis
IVFD D5% + bricasma 2 amp drip 20 tpm
Utrogestan 1x1
Asam folat 1x1
7
BAB III
TINJAUAN PUSTAKA
I. DEFINISI
Abortus adalah pengeluaran hasil konsepsi sebelum janin berkembang sepenuhnya
dan dapat hidup di luar kandungan dan sebagai ukuran digunakan kehamilan kurang dari
20 minggu.(1,2,3,4) Abortus imminens ialah peristiwa terjadinya perdarahan dari uterus
pada kehamilan sebelum 20 minggu, dengan hasil konsepsi masih dalam uterus dan
viabel, dan serviks tertutup dimana abortus ini merupakan abortus tingkat permulaan dan
merupakan ancaman terjadinya abortus. (8,9)
II. ETIOLOGI
8
submukosa yang memegang peranan penting. Sebab lain keguguran dalam trimester
dua ialah serviks inkompeten yang dapat disebabkan oleh kelemahan bawaan pada
serviks, dilatasi serviks berlebihan, konisasi, amputasi, atau robekan serviks yang
luas yang tidak dijahit. (10)
5. Penyakit bapak : Umur lanjut, penyakit kronis seperti TBC, anemi, dekompensasi
cordis, malnutrisi, nefritis, sifilis, keracunan (alkohol, nikotin, Pb, dll) sinar rontgen,
avitaminosis. (10)
III. EPIDEMIOLOGI
Abortus merupakan salah satu dari lima penyebab kematian ibu terbesar yaitu
perdarahan, hipertensi dalam kehamilan (HDK), infeksi, partus lama/macet, dan
(5)
abortus. Abortus merupakan penyumbang penyebab Angka Kematian Ibu (AKI)
sebesar 5%. Capaian MDG’s tahun 2011 adalah 1.043 per 100.000 kelahiran hidup.
Angka masih relatif lebih tinggi jika dibandingkan dengan negara-negara anggota
ASEAN. Risiko kematian ibu karena melahirkan di Indonesia adalah 1 dari 65,
dibandingkan dengan 1 dari 1.100 di Thailand. (6)
Manifestasi klinis yang terdapat pada pasien abortus ialah perdarahan yang
terjadi pada kehamilan sebelum 20 minggu dimana sekitar 20% wanita hamil akan
mengalami pendarahan sebelum kehamilan 20 minggu, dan sekitar satu setengah dari
kehamilan ini akan berakhir dengan aborsi spontan. Sampai 20% kehamilan akan
berakhir dengan keguguran. (7)
IV. PATOGENESIS
Pada permulaan, terjadi perdarahan dalam desidua basalis, diikuti oleh
nekrosis jaringan sekitar, jika terjadi lebih awal, maka ovum akan tertinggal dan
mengakibatkan kontraksi uterin yang akan berakir dengan ekpulsi karena dianggap
sebagai benda asing oleh tubuh.1 Apabila kandung gestasi dibuka, biasanya ditemukan
fetus maserasi yang kecil atau tidak adanya fetus sama sekali dan hal ini disebut
blighted ovum. (1)
Pada kehamilan dibawah 8 minggu hasil konsepsi dikeluarkan seluruhnya,
karena vili korealis belum menembus desidua terlalu dalam sedangkan pada kehamilan
9
8-14 minggu telah masuk agak dalam sehingga sebagian keluar dan sebagian lagi akan
tertingga karena itu akan terjadi banyak perdarahan.(11)
Pada abortus yang terjadi lama, beberapa kemungkinan boleh terjadi. Jika fetus
yang tertinggal mengalami maserasi, yang mana tulang kranial kolaps, abdomen
dipenuhi dengan cairan yang mengandung darah, dan degenarasi organ internal. (1) Kulit
akan tertanggal di dalam uterus atau dengan sentuhan yang sangat minimal. (1) Bisa juga
apabila cairan amniotik diserap, fetus akan dikompres dan mengalami desikasi, yang
akan membentuk fetus compressus.1 Kadang-kadang, fetus boleh juga menjadi sangat
kering dan dikompres sehingga menyerupai kertas yang disebut fetus papyraceous. (1)
V. KLASIFIKASI
Abortus dapat dibagi atas dua golongan :
1. Abortus Spontan
Abortus yang terjadi tanpa tindakan mekanis atau medis untuk
mengosongkan uterus semata-mata disebabkan oleh faktor-faktor alamiah,
maka abortus tersebut dinamai abortus spontan. Kata lain yang luas digunakan
adalah keguguran (Miscarriage). Abortus spontan secara klinis dapat dibedakan
antara abortus imminens, abortus insipiens, abortus inkompletus, abortus
kompletus. Selanjutnya, dikenal pula missed abortion, abortus habitualis,
abortus infeksiosus dan aborrtus septik. (1)
10
b) Abortus Incipiens (keguguran berlangsung)
f) Missed Abortion
11
Missed abortion biasanya didahului oleh tanda-tanda abortus imminens yang
kemudian menghilang secara spontan atau setelah pengobatan. Gejala subyektif
kehamilan menghilang, mammae agak mengendor lagi, uterus tidak membesar
lagi malah mengecil, dan tes kehamilan menjadi negatif. Dengan ultrasonografi
dapat ditentukan segera apakah janin sudah mati dan besarnya sesuai dengan
usia kehamilan. (1)
g) Abortus Habitualis
a) Abortus Medisinalis
Merupakan abortus yang dilakukan karena tindakan kita sendiri, dengan
alasan bila kehamilan dilanjutkan dapat membahayakan jiwa ibu (berdasarkan
indikasi medis). Biasanya perlu mendapat persetujuan 2 sampai 3 tim dokter
ahli. (1)
12
VI. MANIFESTASI KLINIS
Abortus imminens ditandai dengan :
a) Perdarahan pervaginam yang terjadi pada kehamilan kurang dari 20 minggu. (10,11,12)
b) Perdarahan biasanya sedikit, hal ini dapat terjadi beberapa hari. (10,11,12)
c) Kadang terasa nyeri, terasa nyeri tumpul pada perut bagian bawah menyertai
perdarahan. (10,11,12)
2. Tes kehamilan.
Evaluasi harus mencakup pemeriksaan hCG serial kecuali pasien mengalami
13
kehamilan intauterin yang terdokumentasi dengan USG, untuk mengeliminasi
kemungkinan kehamilan ektopik. Kadar hCG kuantitatif serial diulang setelah 48
jam digunakan untuk mendiagnosis kehamilan ektopik, mola, abortus imminens,
dan missed abortion. Kadar hCG serum wanita hamil yang mengalami keguguran
diawali dengan gejala abortus imminens pada rimester pertama, lebih rendah
dibandingkan wanita hamil dengan gejala abortus imminens yang kehamilannya
berlanjut atau dengan wanita hamil tanpa gejala abortus imminens. (10,12)
Sebuah penelitian prospektif menunjukkan bahwa nilai batas β hCG bebas
20 ng/ml dapat digunakan untuk membedakan antara normal (kontrol dan abortus
imminens namun kehamilan berlanjut) dan abnormal (abortus imminens yang
mengalami keguguran dan kehamilan tuba), dengan sensitifitas angka prediksi
positif 88,3% dan 82,6%. Rasio bioaktif serum imunoreaktif hCG, pada wanita
yang mengalami abortus imminens namun kehamilannya berlanjut, lebih tinggi
dibandingkan pada wanita yang akhirnya mengalami keguguran. USG: untuk
mengetahui pertumbuhan janin yang ada dan mengetahui keadaan plasenta apakah
sudah terjadi pelepasan atau belum. (10,12)
IX. DIAGNOSIS
Abortus adalah pengeluaran hasil konsepsi sebelum janin berkembang
sepenuhnya dan dapat hidup di luar kandungan dan sebagai ukuran digunakan
kehamilan kurang dari 20 minggu dimana gejalanya terdapat perdarahan pervaginam.
Perdarahan pervaginam pada kehamilan trimester pertama memiliki diagnosis banding
kelainan serviks (misalnya, kerapuhan berlebihan, keganasan, polip, trauma), kehamilan
14
ektopik, perdarahan idiopatik dalam kehamilan yang disebabkan Infeksi pada vagina
atau leher rahim, kehamilan mola, abortus spontan, trauma vagina. Pada pemeriksaan
vaginal toucher abortus imminens didapatkan OUE menutup dengan TFU sesuai
kehamilan yang kemudian dilakukan USG gestasional sacc intrauterine (+), terdapatnya
fetal plate (+), fetal heart movement (+), dan fetal movement (+) dapat ditegakkan
diagnosis abortus imminens.
Fetal movement dan denyut jantung janin tidak ditemukan pada USG merujuk
pada diagnosis missed abortion. Risiko aborsi spontan menurun dari 50 menjadi 3
persen ketika detak jantung janin terdengar dan uterus yang sesuai dengan kehamilan
dapat merujuk pada diagnosis abortus imminens atau abortus insipiens dimana
perbedaan keduanya terdapat dari hasil vaginal toucher. Pada vaginal toucher abortus
imminens ditemukan serviks yang menutup sedangkan pada abortus insipiens
ditemukan servix yang membuka. (12,13)
15
spesifisitas 80% - 92%. (12,13)
16
Gambar 2. Algoritma management abortus spontan. (7)
X. PENATALAKSANAAN
Tatalaksana Umum
Lakukan penilaian secara cepat mengenai keadaan umum ibu termasuk tanda-
tanda vital (nadi, tekanan darah, pernapasan, suhu).
Periksa tanda-tanda syok (akral dingin, pucat, takikardi, tekanan sistolik 90
mmHg). Jika terdapat syok, lakukan tatalaksana awal syok. Jika tidak terlihat
tanda-tanda syok, tetap pikirkan kemungkinan tersebut saat penolong melakukan
evaluasi mengenai kondisi ibu karena kondisinya dapat memburuk dengan cepat.
Bila terdapat tanda-tanda sepsis, terdapat dugaan abortus dengan komplikasi, atau
jika terdapat tanda infeksi berikan kombinasi antibiotika sampai ibu bebas demam
untuk 48 jam: Ampicillin 2 g I /IM kemudian 1 g diberikan setiap 6 jam,
Gentamicin 5 mg/kgBB I setiap 24 jam, Metronidazol 500 mg I setiap 8 jam.
Penelitian retrospektif pada 23 wanita dengan abortus imminens pada usia awal
trimester kehamilan, mendapatkan 15 orang (65%) memiliki flora abnormal
vagina. Tujuh dari 16 orang mendapatkan amoksisilin ditambah klindamisin dan
17
tiga dari tujuh wanita tersebut mengalami perbaikan, tidak mengalami nyeri
abdomen dan perdarahan aginal tanpa kambuh. Disimpulkan bahwa antibiotik
dapat digunakan sebagai terapi dan tidak menimbulkan anomali bayi. (10)
Berikan dukungan emosional dan konseling kontrasepsi pasca keguguran.
Tablet penambah darah
Apabila terdapat anemia sedang berikan tablet Sulfas Ferosus 600 mg / hari
selama 2 minggu, bila anemia berat maka berikan transfusi darah.
Lakukan tatalaksana selanjutnya sesuai jenis abortus.
Tirah baring
Tirah baring merupakan unsur penting dalam pengobatan abortus imminens
karena cara ini menyebabkan bertambahnya aliran darah ke uterus dan
berkurangnya rangsang mekanik. (10)
Dalam penelitian wanita dengan abortus imminens yang direkomendasikan
tirah baring menunjukkan bahwa 9,9% mengalami keguguran dan 23,3% baik-baik
saja. Meskipun tidak ada bukti pasti bahwa istirahat dapat mempengaruhi jalannya
kehamilan, membatasi aktivitas selama beberapa hari dapat membantu wanita
merasa lebih aman, sehingga memberikan pengaruh emosional. Dosisnya 24-48
jam diikuti dengan tidak melakukan aktivitas berat, namun tidak perlu membatasi
aktivitas ringan sehari-hari. (10,12)
Progestogen
Progestogen merupakan substansi yang memiliki aktivitas progestasional
atau memiliki efek progesteron, diresepkan pada 13-40% wanita dengan abortus
imminens. Progesteron merupakan produk utama korpus luteum dan berperan
penting pada persiapan uterus untuk implantasi, mempertahankan serta
memelihara kehamilan. Sekresi progesteron yang tidak adekuat pada awal
kehamilan diduga sebagai salah satu penyebab keguguran sehingga suplementasi
progesteron sebagai terapi abortus imminens diduga dapat mencegah keguguran,
karena fungsinya yang diharapkan dapat menyokong defisiensi korpus luteum
gravidarum dan membuat uterus relaksasi. Sebagian besar ahli tidak setuju namun
mereka yang setuju menyatakan bahwa harus ditentukan dahulu adanya
kekurangan hormon progesteron. Berdasarkan pemikiran bahwa sebagian besar
18
keguguran didahului oleh kematian hasil konsepsi dan kematian ini dapat
disebabkan oleh banyak faktor, maka pemberian hormon progesteron memang
tidak banyak manfaatnya. Penelitian pada wanita abortus imminens menunjukkan
bahwa progestogen efektif diberikan pada penatalaksanaan abortus imminens
sebagai upaya mempertahankan kehamilan. (10)
Salah satu preparat progestogen adalah dydrogesteron dimana pada
penelitian yang dilakukan pada wanita yang mengalami perdarahan vaginal saat
usia kehamilan kurang dari 13 minggu persentase keberhasilan mempertahankan
kehamilan lebih tinggi (95,9%) pada kelompok yang mendapatkan dosis awal
dydrogesterone 40 mg dilanjutkan 10 mg dua kali sehari selama satu minggu
dibandingkan kelompok yang mendapatkan terapi konservatif 86,3%. Meskipun
tidak ada bukti kuat tentang manfaatnya namun progestogen disebutkan dapat
menurunkan kontraksi uterus lebih cepat daripada tirah baring, terlepas dari
kemungkinan bahwa pemakaiannya pada abortus imminens mungkin dapat
menyebabkan missed abortion, progestogen pada penatalaksanaan abortus
imminens tidak terbukti memicu timbulnya hipertensi kehamilan atau perdarahan
antepartum yang merupakan efek berbahaya bagi ibu. Selain itu, penggunaan
progestogen juga tidak terbukti menimbulkan kelainan kongenital. (10)
Anjurkan untuk tidak melakukan aktifitas fisik secara berlebihan atau melakukan
hubungan seksual. (10)
Kuretase, sebaiknya uterus dikosongkan (kuret) apabila reaksi kehamilan 2x
berturut-turut negatif (10)
Relaksan otot uterus
Buphenine hydrochloride merupakan vasodilator yang juga digunakan
sebagai relaksan otot uterus, pada penelitian RCT menunjukkan hasil yang lebih
baik dibandingkan penggunaan plasebo, namun metode penelitian ini tidak jelas,
dan tidak ada penelitian lain yang mendukung pemberian tokolisis pada awal
terjadinya abortus imminens. Cochrane Library menyebutkan tidak ada cukup
bukti yang menunjukkan efektivitas penggunaan relaksan otot uterus dalam
mencegah abortus imminens. (10)
19
XI. PENCEGAHAN
Pencegahan terhadap abortus dapat diawali dengan melihat faktor-faktor yang
dapat menyebabkan terjadinya abortus.
Pemeriksaan rutin antenatal care (ANC) disebut juga prenatal care
Merupakan intervensi lengkap pada wanita hamil yang bertujuan untuk
mencegah atau mengidenti kasi dan mengobati kondisi yang mengancam kesehatan
fetus/bayi baru lahir dan/atau ibu, dan membantu wanita dalam menghadapi
kehamilan dan kelahiran sebagai pengalaman yang menyenangkan. (10,14)
Vitamin
Diduga mengonsumsi vitamin sebelum atau selama awal kehamilan dapat
mengurangi risiko keguguran. (10)
Penyakit
Pengontrolan penyakit seperti hipertensi dan diabetes melitus yang dapat
menyebabkan kelainan plasenta. (10)
Kebersihan diri
Menjaga kebersihan diri, terutama daerah kewanitaan dengan tujuan
mencegah infeksi yang bisa mengganggu proses implantasi janin. (14)
Hindari rokok
Hal ini dilakukan karena nikotin mempunyai efek vasoaktif sehingga
menghambat sirkulasi uteroplasenta. (14)
XIII. KOMPLIKASI
1) Perdarahan.
Perdarahan tidak bisa diperkirakan dan terjadi secara mendadak,
(6)
bertanggung jawab atas 28% kematian ibu. Perdarahan dapat diatasi dengan
pengosongan uterus dari sisa-sisa hasil konsepsi dan jika perlu pemberian
transfusi darah. Kematian karena perdarahan dapat terjadi apabila pertolongan
tidak diberikan.Perdarahan yang berlebihan sewaktu atau sesudah abortus bisa
disebabkan oleh atoni uterus, laserasi cervikal, perforasi uterus, kehamilan
serviks, dan juga koagulopati. (6)
20
2) Syok.
Syok pada abortus bisa terjadi karena perdarahan (syok hemoragik) dan karena
infeksi berat. Vasovagal syncope yang diakibatkan stimulasi canalis sevikalis
sewaktu dilatasi juga boleh terjadi namum pasien sembuh dengan segera. (6)
3) Infeksi.
Sebenarnya pada genitalia eksterna dan vagina dihuni oleh bakteri yang
merupakan flora normal. Khususnya pada genitalia eksterna yaitu staphylococci,
streptococci, Gram negatif enteric bacilli, Mycoplasma, Treponema (selain T.
paliidum), Leptospira, jamur, Trichomonas vaginalis, sedangkan pada vagina ada
lactobacili,streptococci, staphylococci, Gram negatif enteric bacilli, Clostridium
sp., Bacteroides sp, Listeria dan jamur. Umumnya pada abortus infeksiosa,
infeksi terbatas padsa desidua .Pada abortus septik virulensi bakteri tinggi dan
infeksi menyebar ke perimetrium, tuba, parametrium, dan peritonium. (6)
Organisme-organisme yang paling sering bertanggung jawab terhadap infeksi
paska abortus adalah E.coli, Streptococcus non hemolitikus, Streptococci
anaerob, Staphylococcus aureus, Streptococcus hemolitikus, dan Clostridium
perfringens. Bakteri lain yang kadang dijumpai adalah Neisseria gonorrhoeae,
Pneumococcus dan Clostridium tetani. Streptococcus pyogenes potensial
berbahaya oleh karena dapat membentuk gas. (6)
XIV. PROGNOSIS
Prognosis keberhasilan kehamilan tergantung dari etiologi aborsi spontan
sebelumnya. Perbaikan endokrin yang abnormal pada wanita dengan abortus yang rekuren
mempunyai prognosis yang baik sekitar >90 %.Pada wanita keguguran dengan etiologi
yang tidak diketahui, kemungkinan keberhasilan kehamilan sekitar 40-80 %. Sekitar 77 %
angka kelahiran hidup setelah pemeriksaan aktivitas jantung janin pada kehamilan 5 sampai
6 minggu pada wanita dengan 2 atau lebih aborsi spontan yang tidak jelas. (10)
Abortus imminens merupakan salah satu faktor risiko keguguran, kelahiran prematur,
BBLR, perdarahan antepartum, KPD dan kematian perinatal. Namun, tidak ditemukan
kenaikan risiko bayi lahir cacat. Macam dan lamanya perdarahan menentukan prognosis
kehamilan. Prognosis menjadi kurang baik bila perdarahan berlangsung lama, nyeri perut
yang disertai pendataran serta pembukaan serviks. (10)
21
Gambar 4. Faktor yang berpengaruh pada prognosis abortus. (10)
22
BAB IV
KESIMPULAN
Abortus imminens sering terjadi dan merupakan beban emosional yang serius,
meningkatkan risiko keguguran, kelahiran prematur, bayi dengan berat badan lahir rendah,
kematian perinatal, perdarahan antepartum, dan ketuban pecah dini, namun tidak
ditemukan kenaikan risiko bayi lahir cacat. Pemeriksaan USG transvaginal penting
dilakukan untuk meningkatkan ketepatan diagnosis dan penatalaksanaan, menentukan
apakah janin viabel atau non viabel, kehamilan intrauteri, ekstrauteri, mola, atau missed
abortionserta menggambarkan prognosis ibu hamil yang mengalami gejala abortus
imminens. Gambaran aktivitas jantung janin umumnya dikaitkan dengan 85-97% tingkat
keberhasilan kehamilan, sedangkan kantung kehamilan besar yang kosong atau perbedaan
antara perhitungan HPHT dan USG lebih dari seminggu menunjukkan prognosis buruk,
semakin tua usia ibu pada saat hamil dan tingginya riwayat keguguran sebelumnya
memperburuk prognosis. Pemeriksaan kadar serum β-hCG, progesteron, namun tes ini
mungkin tidak berguna dalam penanganan primer. Belum ada cukup bukti yang
menjelaskan tentang upaya pencegahan abortus imminens baik melalui pemberian asupan
vitamin dan ANC rutin.
23
DAFTAR PUSTAKA
24