Anda di halaman 1dari 25

Laboratorium / SMF Obstetri dan Ginekologi Tutorial Klinik

Fakultas Kedokteran

Universitas Mulawarma

PLASENTA PREVIA

Disusun Oleh:

Aulia Alfiani Paramitha 1710029014


Claudia Purnamatika 1710029068
Pahroni 1710029080
Bobby Reyner 1810029002

Pembimbing:

dr. Yasmin Sabina Sa’diah, Sp. OG

Dibawakan Dalam Rangka Tugas Kepaniteraan Klinik Pada Laboratorium


Obstetri dan Ginekologi
Program Studi Profesi Dokter
Fakultas Kedokteran – Universitas Mulawarman
2018
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT, karena hanya
berkat limpahan rahmat dan hidayah-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan
tutorial klinik dengan judul “Plasenta Previa”. Dalam kesempatan ini, kami ingin
menyampaikan rasa terima kasih dan penghargaan yang sebesar-besarnya kepada
berbagai pihak yang telah banyak membantu penulis dalam pelaksanaan hingga
terselesaikannya tutorial klinik ini, diantaranya:

1. dr. Ika Fikriah, M. Kes., selaku Dekan Fakultas Kedokteran Universitas


Mulawarman.
2. dr. Soehartono, Sp. THT-KL, selaku Ketua Program Studi Profesi Dokter
Fakultas Kedokteran Universitas Mulawarman.
3. Dr. dr. Novia Fransiska Ngo, Sp. OG, selaku Kepala Laboratorium Obstetri dan
Ginekologi Fakultas Kedokteran Universitas Mulawarman.
4. Dr. Yasmin Sabina Sa’diah, Sp. OG, selaku dosen pembimbing yang telah
memberikan bimbingan dan saran selama penulis menjalani pendidikan doker
mudadi Laboratorium Obtetri dan Ginekologi.
5. Dosen-dosen klinik dan preklinik FK UNMUL khususnya staf pengajar
Lab/SMF Obstetri dan Ginekologi, terima kasih atas ilmu yang telah diajarkan
kepada penulis.
6. Rekan-rekan dokter muda di Lab/SMF Obstetri dan Ginekologi RSUD
AWS/FK UNMUL dan semua pihak yang telah membantu, baik secara
langsung maupun tidak langsung yang tidak dapat disebutkan satu persatu.

Akhir kata penulis menyadari bahwa penulisan ini masih jauh dari sempurna,
oleh karena itu penulis sangat mengharapkan saran dan kritik yang membangun
dari para pembaca untuk perbaikan kepenulisan di masa mendatang.

Samarinda, September 2018

Penulis

2
3
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL.............................................................................................1
KATA PENGANTAR ...........................................................................................2
DAFTAR ISI .........................................................................................................3
BAB 1 PENDAHULUAN.....................................................................................4
BAB 2 LAPORAN KASUS..................................................................................6
BAB 3 TINJAUAN PUSTAKA............................................................................14
BAB 4 PEMBAHASAN ......................................................................................27
BAB 5 KESIMPULAN ........................................................................................31
DAFTAR PUSTAKA ............................................................................................32

4
BAB 1
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Kematian ibu masih menjadi masalah kesehatan di Indonesia, hal ini
merupakan salah satu indikator derajat kesehatan masyarakat pada suatu negara.
Angka kematian ibu menggambarkan jumlah wanita yang meninggal dari suatu
penyebab kematian terkait dengan gangguan kehamilan atau penanganannya
selama kehamilan, melahirkan dan dalam masa nifas tanpa memperhitungkan
lama kehamilan. Angka kematian ibu di seluruh dunia pada tahun 2015 sebanyak
303.000 jiwa. Setiap hari terjadi kematian ibu sebanyak 830 akibat kehamilan dan
persalinan. Sekitar 99% angka kematian ibu terjadi di negara berkembang,
sedangkan angka kematian ibu di negara maju sebesar 1%. Penanganan yang baik
dari tenaga medis dalam penatalaksanaan selama dan setelah persalinan dapat
menyelamatkan ibu dan bayi, sehingga dapat menurunkan angka kematian ibu dan
bayi. Hal ini dibuktikan dengan terjadinya penurunan AKI hingga 44% antara
tahun 1990 sampai 2015 (WHO, 2015).

Angka kematian ibu di Indonesia pada tahun 2015 sebanyak 6.400 kematian
atau 126 per 100.000 kelahiran. Angka tersebut lebih rendah dari tahun 2012 yaitu
sebesar 359 per 100.000 kelahiran hidup. Angka ini masih terbilang tinggi bila
dibandingkan dengan negara-negara tetangga di kawasan ASEAN. Pada tahun
2007, ketika angka kematian ibu di Indonesia mencapai 228, angka kematian ibu
di Singapura hanya 6 per 100.000 kelahiran hidup, Brunei 33 per 100.000
kelahiranhidup, Filipina 112 per 100.000 kelahiran hidup, Malaysia dan Vietnam
sama-sama 160 per 100.000 kelahiran hidup (Departemen Kementerian Kesehatan
RI, 2015).

Perdarahan obstetri merupakan penyebab kematian ibu terbanyak di


Indonesia. Berdasarkan sumber Ditjen Bina Gizi dan KIA, Kemenkes RI 2014
mencatat penyebab kematian ibu yang disebabkan oleh perdarahan (30,3%),
hipertensi dalam kehamilan (27,1%), infeksi (7,3%), partus lama (0%) dan abortus
(0%). Selain penyebab obstetrik, kematian ibu juga disebabkan oleh penyebab

5
lainlain (non obstetrik) sebesar 40,8%. Perdarahan dalam obstetri dapat terjadi
pada setiap usia kehamilan. Perdarahan obstetri dapat dibagi menjadi perdarahan
antepartum dan perdarahan postpartum. Perdarahan antepartum merupakan kasus
gawat darurat yang kejadiannya berkisar 3% dari semua persalinan, penyebabnya
antara lain plasenta previa, solusio plasenta dan perdarahan yang belum jelas
sumbernya (Chalik, 2010 ; Departemen Kementerian Kesehatan RI, 2015).

Plasenta previa adalah plasenta yang melekat pada bagian segmen bawah
rahim, sehingga dapat menutupi sebagian atau seluruh jalan lahir yang ditandai
dengan perdarahan diatas usia 28 minggu kehamilan tanpa ada nyeri. Prevalensi
plasenta previa dari penelitian cohort oleh Lena Kim, Aaron Caughey dan Gabriel
Escobar pada tahun 2008 di San Fransisco didapatkan 0,4 % terjadi plasenta
previa dari 394.083 kelahiran. Prevalensi plasenta previa di berbagai suku bangsa
didapatkan pada Africa-Amerika 0,44%, Asia 0,64%, Eropa 0,36%, Hispanic
0,34%, Amerika latin 0,6%, dan lainya 0,31%. Dilihat dari data tersebut Asia
menduduki peringkat pertama prevalensi terbanyak plasenta previa. Di Indonesia,
prevalensi plasenta previa pada tahun 2009 terdapat total 4.726 kasus plasenta
previa yang didapati 40 orang ibu meninggal akibat plasenta previa. Pada tahun
2010 dari total 4.409 kasus plasenta previa didapati 36 orang ibu meninggal
(Kimet al., 2008 ; Chalik, 2010). Berdasarkan latar belakang di atas, penulis
tertarik untuk mengangkat kasus tentang plasenta previa yang ada di Rumah Sakit
Umum Daerah Abdul Wahab Sjahranie, Samarinda.

1.2 Tujuan
Mengetahui tentang spektrum kejadian perdarahan post partum terutama
plasenta previa, serta membandingan antara teori dengan kasus nyata pasien
plasenta previa yang datang ke RSUD A.W. Sjahranie.

6
BAB 2
LAPORAN KASUS
2.1 Anamnesa
a. Identitas Pasien
Nama : Ny. JW
Usia : 34 tahun
Agama : Islam
Pendidikan : S1
Pekerjaan : PNS
Alamat : Jl. Biawan Samarinda
Masuk Rumah Sakit pada tanggal 22 September 2018, pukul 14.20 WITA

b. Keluhan Utama:
Keluar darah dari jalan lahir sejak kurang lebih 1 jam sebelum masuk
RS.
c. Riwayat Penyakit Sekarang
Pasien datang dibawa oleh keluarga ke RS AWS dengan keluhan
keluar darah dari jalan lahir sejak kurang lebih 1 jam yang lalu. Perdarahan
yang keluar dirasakan banyak kurang lebih 1 pembalut penuh dan tidak
disertai nyeri , perdarahan berwarna merah segar dengan ada gumpalan
darah berwarna kehitaman. Pasien mengatakan perdarahan terjadi tiba-tiba
dan disertai kencang di perut bagian bawah saat darah keluar. Sebelumnya
pasien memang mengalami perdarahan sejak usia kehamilan 7 bulan
namun hanya berupa flek. Tidak ada riwayat berhubungan seksual
sebelumnya dan riwayat trauma disangkal oleh pasien.

d. Riwayat Penyakit Dahulu


Pasien pernah dirawat sebelumnya oleh karena perdarahan saat usia
kehamilan 7 bulan.
Pasien tidak memiliki riwayat tekanan darah tinggi, DM dan asma.
e. Riwayat Penyakit Keluarga
Riwayat tekanan darah tinggi dan DM dalam keluarga disangkal.

7
f. Riwayat Haid
Menarche pada usia 15 tahun, lama haid 7 hari, jumlah darah haid
sebanyak 5 kali ganti pembalut per hari.
Hari Pertama Haid Terakhir: 31 Desember 2017
Taksiran Persalinan: 7 Oktober 2018
g. Riwayat Pernikahan
Menikah satu kali sejak usia 28 tahun. Lama pernikahan dengan suami
sekarang adalah 5 tahun.
h. Riwayat Obstetri
G3P1001A1001
Tahun Tempat Umur Jenis Keadaan
No Penolong Penyulit JK/ BB
Partus Partus Kehamilan Partus Anak
Rumah
1 2014 Aterm Spontan Bidan - L/2550 Hidup
Sakit
2 2017 Abortus
3 2018 Hamil ini

i. Riwayat Antenatal Care


Pasien kontrol kehamilan di bidan klinik dan melakukan pemeriksaan
USG dengan bidan. Pasien 1 kali kontrol ke dokter kandungan dan
didapatkan hasil USG janin tunggal hidup dengan plasenta letak rendah.
j. Riwayat Penggunaan Kontrasepsi
Pasien menggunakan KB jenis pil selama 2 tahun

3.2 Pemeriksaan Fisik


 Keadaan umum : Pasien tampak sakit sedang
 Kesadaran : GCS E4V5M6
 Berat badan : 58 kg
 Tinggi badan : 150 cm
 Tanda vital
Tekanan darah : 130/80 mmHg
Frekuensi nadi : 86 kali/menit
Frekuensi nafas : 20 kali/menit

8
Suhu : 36,7oC
 Status generalisata
Kepala / leher : Konjungtiva anemis (-/-), Sklera kterik (-/-),
Pembesaran KGB (-), Pembesaran tiroid (-)
Thorax
- Pulmo
Inspeksi : Bentuk dan pergerakan simetris
Palpasi : Fremitus raba paru dextra sama dengan sinistra
Perkusi : Sonor di seluruh lapangan paru
Auskultasi : Vesikuler, ronki (-/-), wheezing (-/-)
- Cor
Inspeksi : Iktus kordis tidak tampak
Palpasi : Iktus kordis tidak teraba
Perkusi : Batas kanan ICS II parasternal line dextra
Batas kiri ICS V midclavicular line sinistra
Auskultasi : S1S2 tunggal, reguler, murmur (-), gallop (-)
Abdomen : Linea nigra (+), striae (+), bising usus (+)
Ekstremitas : Edema -/-, akral hangat, CRT < 2detik
Status Neurologi : Meningeal sign (-)

 Status obstetrik
TFU : 31 cm
Leopold I : Bokong
Leopold II : Punggung kanan
Leopold III : Letak Kepala
Leopold IV : Sudah masuk PAP
His :-
DJJ : 129x/menit
Vaginal Touche : Tidak dilakukan

9
3.4Pemeriksaan Penunjang
Pemeriksaan Laboratorium

Darah Lengkap Kimia Darah Pemeriksaan Serologi

Hb : 11,3 g/dL GDS : 93 mg/dL HbsAg = NR

Hct : 33.3 % Ur : 20.0 mg/dL AbHIV = NR

Leu : 6.840 /mm3 Cr : 0,5 mg/dL

PLT: 206.000/mm3

CT : 11’

BT : 3’

Pemeriksaan USG Abdomen


Hasil USG:
 Uterus : Janin tunggal hidup,presentasi kepala. Plasenta previa marginalis.
EFW: 2714 gram

3.4 Diagnosis Kerja


G3P1001A1001Gravid 38-39 minggu belum inpartu + Hemorrhage Ante Partum et
causa Plasenta Previa

3.5 Penatalaksanaan
 IVFD RL 20tpm
 Observasi KU, DJJ, TTV, Perdarahan
 Injeksi Asam traneksamat 500 mg/8 jam IV
 Pro USG
 Pro SC

10
3.6 Laporan Operasi
Laporan Operasi
Tanggal 23-09-2018 jam operasi dimulai pukul 11.15 WITA. Selesai pukul 12.15
WITA

- Diagnosis Pre Operatif : G3P1001A1001 gr 38-39 minggu + HAP e.c Plasenta


Previa
- Diagnosis Post Operatif : Post Sectio Caesarea P2002A1001 Partus Aterm +
Plasenta Previa Marginalis
- Nama Tindakan : Sectio Caesarea Transperitonealis Profunda
- Dilakukan insisi Midline
- Dilakukan Sectio Caesarea Transperitonealis Profunda
- Kontrol perdarahan aktif

3.6 Follow up
Tanggal Observasi
22-9-2018 S : Keluar darah dari jalan lahir sejak pukul 13.30
17.20 O : Keadaan Umum sakit sedang, Kesadaran komposmentis
VK Airway: clear; Breathing: Pernafasan 21x/menit, SpO2: 98%;
Circulation: Tekanan Darah 130/80 mmHg, Nadi 81x/menit, akral
hangat, Disability: GCS E4V5M6. TFU : 31 cm, Leopold : Presentasi
kepala, punggung kanan, sudah masuk PAP, DJJ 129x/menit, His (-),
VT tidak dilakukan, perdarahan sudah berhenti
A : G3P1001A1001Gravid 38-39 minggubelum inpartu + Hemorrhage Ante
Partum et causa suspect Plasenta Letak Rendah
P:
Obervasi
IVFD RL 20 tpm
Inj. Asam Traneksamat 500 mg/8jam IV
Pro USG besok pagi
Pro SC
23-9-2018 S:-
07.00 O : Tekanan Darah 90/60 mmHg, Nadi 88x/menit, akral hangat,
VK Disability: GCS E4V5M6. TFU : 31 cm, Leopold : Presentasi kepala,
punggung kanan, sudah masuk PAP, DJJ 129x/menit, His (-),
perdarahan sudah berhenti. Hasil USG : Janin tunggal hidup, EFW :
2714 gr, Plasenta Previa Marginalis
A : G3P1001A1001Gravid 38-39 minggubelum inpartu + Hemorrhage Ante
Partum et causa Plasenta Previa
P:
SC Cito di IGD jam 10.00

11
23-9-2018 S :nyeri post op
13.00 O : Tekanan Darah 100/70 mmHg, Nadi80x/menit,
Mawar Pernafasan19x/menit, Suhu 36,6oC, DC : 700 cc kuning jernih
A : P2002A1001post SC h.0 a.i Plasenta Previa
P:
Cek DL post op
Infus RL 20 tpm
Inj. Ceftriaxone 1 ampul/8jam IV
Inj. Ketorolac 1 ampul/8jam IV
Inj. Ranitidin 1 ampul/8 jam IV
Inj. Asam Mefenamat 500 mg/8jam IV
24-9-2018 S :nyeri post op
13.00 O : Tekanan Darah 120/80 mmHg, Nadi75x/menit,
Mawar Pernafasan19x/menit, Suhu 36,6oC
DL post op Hb: 10,6 Leukosit : 12.500 Hct : 32% Trombosit: 190.000
A : P2002A1001post SC h.1 a.i Plasenta Previa
P:
Aff DC
Aff Infus
Cefadroxil 500mg/8jam p.o
Asam Mefenamat 500mg/8jam p.o
Biosanbe 1 tablet sehari
25-9-2018 S : nyeri post op
10.00 O : Tekanan Darah 110/70 mmHg, Nadi76x/menit,
Mawar Pernafasan19x/menit, Suhu 36,6oC
A : P2002A1001post SC h.2 a.i Plasenta Previa
P:
Pasien boleh pulang
Obat pulang :
Cefadroxil 500mg/8jam p.o
Asam Mefenamat 500mg/8jam p.o
Biosanbe 1 tablet sehari

12
BAB 3
TINJAUN PUSTAKA

2.1 Definisi
Plasenta previa adalah keadaan dimana plasenta berimplantasi pada tempat
abnormal, yaitu pada segmen bawah rahim sehingga menutup sebagian atau
seluruh pembukaaan jalan lahir (ostium uteri internum). Angka kejadian plasenta
previa adalah 0,4-0,6 % dari keseluruhan persalinan (Berghella V., 2017).
Pada awal kehamilan, plasenta mulai terbentuk, berbentuk bundar, berupa
organ datar yang bertanggung jawab menyediakan oksigen dan nutrisi untuk
pertumbuhan bayi dan membuang produk sampah dari darah bayi. Plasenta
melekat pada dinding uterus dan pada tali pusat bayi yang membentuk hubungan
penting antara ibu dan bayi (Berghella V., 2017).

2.2 Etiologi
Etiologi plasenta previa belum jelas. Vaskularisasi yang berkurang atau
perubahan atrofi pada desidua akibat persalinan yang lampau dapat menyebabkan
plasenta previa tidaklah selalu benar, karena tidak nyata dengan jelas bahwa
plasenta previa didapati untuk sebagian besar pada penderita dengan paritas yang
tinggi. Perdarahan tanpa alasan dan tanpa rasa nyeri merupakan gejala utama dan
pertama dari plasenta previa. Pada setiap perdarahan antepartum, pertama kali
harus dicurigai bahwa penyebabnya ialah plasenta previa sampai kemudian
dugaan itu salah. Beberapa faktor predisposisi terjadinya plasenta previa adalah
sebagai berikut (Tanto .C & Kayika .I, 2014):
a. Multiparitas dan umur lanjut (> 35 tahun).
b. Defek vaskularisasi desidua yang kemungkinan terjadi akibat perubahan
atrofik dan inflamatorotik.
c. Cacat atau jaringan parut pada endometrium oleh bekas pembedahan (SC,
Kuret, dll).
d. Chorion leave persisten.
e. Korpus luteum bereaksi lambat, dimana endometrium belum siap menerima
hasil konsepsi.

13
f. Konsepsi dan nidasi terlambat.
g. Plasenta besar pada hamil ganda dan eritoblastosis atau hidrops fetalis.
Pada suatu penelitian didapatkan bahwa, riwayat persalinan dengan sectio
cessarian meningkatkan kejadian plasenta previa pada kehamilan berikut nya.

2.3 Klasifikasi
Klasifikasi plasenta previa tidak didasarkan pada keadaan anatomik
melainkan fisiologik. Seiring dengan perkembangan kehamilan, pendataran serta
pembukaan servix, klasifikasi plasenta previa dapat berubah. Secara umum
plasenta previa diklasifikasikan menjadi (Prawinohardjo S., 2010):
1. Plasenta previa totalis atau komplit, yaitu bila plasenta menutupi seluruh
ostium uteri internum.
2. Plasenta previa parsialis, bila plasenta menutupi sebagian ostium uteri
internum.
3. Plasenta previa marginalis, bila tepi plasenta berada pada pinggir ostium uteri
internum.
4. Plasenta letak rendah, bila tepi bawah plasenta berada pada jarak lebih kurang
2 cm dari ostium uteri internum.

Klasifikasi plasenta previa menurut Browne adalah:


Tingkat 1
Lateral plasenta previa: Pinggir bawah plasenta berinsersi sampai ke segmen
bawah rahim, namun tidak sampai ke pinggir pembukaan.
Tingkat 2
Marginal plasenta previa: Plasenta mencapai pinggir pembukaan (Ostium).
Tingkat 3
Complete placenta previa: plasenta menutupi ostium waktu tertutup dan tidak
menutupi bila pembukaan hampir lengkap.
Tingkat 4
Central placenta previa: plasenta menutupi seluruh ostium pada pembukaan
hampir lengkap.

14
2.4 Tanda dan Gejala
Kejadian yang paling khas pada plasenta previa adalah perdarahan tanpa
nyeri yang biasanya baru terlihat setelah kehamilan mendekati akhir trimester
kedua atau sesudahnya. Namun demikian, banyak peristiwa abortus mungkin
terjadi akibat lokasi abnormal plasenta yang sedang tumbuh. Sering perdarahan
akibat plasenta previa terjadi tanpa tanda-tanda peringatan pada wanita hamil
yang sebelumnya tampak sehat-sehat saja. Tidak nyeri dan perdarahan
pervaginam berwarna merah terang pada umur kehamilan trimester kedua atau
awal trimester ketiga merupakan tanda utama plasenta previa. Ciri-ciri plasenta
previa (Tanto .C & Kayika .I, 2014; Berghella V., 2017):
1. Perdarahan tanpa nyeri
2. Perdarahan berulang
3. Warna perdarahan merah segar
4. Adanya anemia dan renjatan yang sesuai dengan keluarnya darah
5. Timbulnya perlahan-lahan
6. Waktu terjadinya saat hamil
7. His biasanya tidak ada
8. Rasa tidak tegang (biasa) saat palpasi
9. Denyut jantung janin ada

2.5 Penegakkan Diagnosis


Diagnosis ditegakkan dengan adanya gejala-gejala klinis dan beberapa
pemeriksaan,antara lain:
 Anamnesis
Gejala pertama yang membawa pasien ke dokter atau rumah sakit ialah
perdarahan pada kehamilan setelah 28 minggu atau pada kehamilan lanjut
(trimester III), puncak insidens pada kehamilan 34 minggu. Sifat perdarahannya
tanpa sebab (causeless), tanpa nyeri (painless), dan berulang (recurrent).
Perdarahan timbul tanpa sebab apapun. Kadang-kadang perdarahan terjadi
sewaktu bangun tidur ; pagi hari tanpa disadari tempat tidur sudah penuh darah.
Perdarahan cenderung berulang dengan volume yang lebih banyak sebelumnya.

15
 Pemeriksaan fisik
Inspeksi
Dapat dilihat perdarahan yang keluar pervaginam: banyak atau sedikit,
darah beku dan sebagainya, jika telah berdarah banyak maka ibu akan kelihatan
anemis.
Palpasi
Janin sering belum cukup bulan, jadi fundus uteri masih rendah, Sering
dijupai kesalahan letak janin, Bagian terbawah janin belum turun , apabila letak
kepala, biasanya kepala masih goyang atau terapung (floating) atau mengolak di
atas pintu atas panggul- Bila cukup pengalaman, dapat dirasakan suatu bantalan
pada segmen bawah rahim terutama pada ibu yang kurus. Pemeriksaan dalam
sangat berbahaya sehingga kontraindikasi untuk dilakukan kecuali fasilitas operasi
segera tersedia.

 Pemeriksaan dengan Alat


 Pemeriksaan inspekulo, adanya darah dari ostium uteri eksernum.
 Pemeriksaan USG: Transvaginal Ultrasonografi dengan keakuratan dapat
mencapai 100 % identifikasi plasenta previa; Transabdominal ultrasonografi
dengan keakuratan berkisar 95 %.

2.6 Diagnosis Banding


Diagnosis banding plasenta previa antara lain solusio plasenta, vasa previa,
laserasi serviks atau vagina. Perdarahan karena laserasi serviks atau vagina dapat
dilihat dengan inspekulo.Vasa previa, dimana tali pusat berkembang pada tempat
abnormal selain di tengah plasenta, yang menyebabkan pembuluh darah fetus
menyilang servix. Vasa previa merupakan keadaan dimana pembuluh darah
umbilikalis janin berinsersi dengan vilamentosa yakni pada selaput ketuban. Hal
ini dapat menyebabkan ruptur pembuluh darah yang mengancam janin. Pada
pemeriksaan dalam vagina diraba pembuluh darah pada selaput ketuban.
Pemeriksaan juga dapat dilakukan dengan inspekulo atau amnioskopi. Bila sudah
terjadi perdarahan maka akan diikuti dengan denyut jantung janin yang tidak

16
beraturan, deselerasi atau bradikardi, khususnya bila perdahan terjadi ketika atau
beberapa saat setelah selaput ketuban pecah.

2.7 Penatalaksanaan
Prinsip penanganan awal pada semua pasien dengan perdarahan
antepartum adalah mencegah keadaan syok karena pendarahan yang banyak,
untuk itu harus segera diperbaiki keadaan umumnya dengan pemberian cairan
atau tranfusi darah. Selanjutnya dapat dilakukan penanganan lanjutan yang
disesuaikan dengan keadaan umum, usia kehamilan, jumlah perdarahan, maupun
jenis plasenta previa.

a. Penanganan pasif/ penanganan ekspektatif


Tujuan ekspektatif ialah supaya janin tidak terlahir prematur, penderita
dirawat tanpa melakukan pemeriksaan dalam melalui kanalis servisis. Upaya
diagnosis dilakukan secara non invasif. Pemantauan klinis dilakukan secara ketat
dan baik.Kriteria : Umur kehamilan < 37 minggu, perdarahan sedikit, belum ada
tanda-tanda persalinan, keadaan umum baik, kadar Hb 8 gr% atau lebih.
Penanganan berupa :
1. Rawat inap, tirah baring mutlak, berikan antibiotik profilaksis.
2. Lakukan pemeriksaan USG untuk mengetahui implantasi plasenta, usia
kehamilan, profil biofisik, letak dan presentasi janin
3. Infus D 5% dan elektrolit
4. Spasmolitik. Tokolitik (bila ada kontraksi: MgSO4 4 g IV dosis awal
dilanjutkan 4 g setiap 6 jamNifedipin 3×20 mg/hariBetamethason 24 mg IV
dosis tunggal untuk pematangan paru janin), plasentotrofik, roboransia.
5. Pematangan paru pada janin 28-34 minggu
6. Persiapan transfusi autologus bila Hb ibu < 11g%
7. Awasi perdarahan terus-menerus, tekanan darah, nadi dan denyut jantung
janin.
8. Bila setelah usia kehamilan di atas 34 minggu, plasenta masih berada
disekitar ostium uteri internum, maka dugaan plasenta previa menjadi jelas,

17
sehingga perlu dilakukan observasi dan konseling untuk menghadapi
kemungkinan keadaan gawat darurat.
9. Bila perdarahan berhenti dan waktu untuk mencapai 37 minggu masih lama,
pasien dapat dipulangkan untuk rawat jalan (kecuali apabila rumah pasien di
luar kota dan jarak untuk mencapai rumah sakit lebih dari 2 jam).

b. Penanganan aktif
Kriteria: umur kehamilan 37 minggu, BB janin 2500 gram, perdarahan
banyak 500 cc atau lebih, ada tanda-tanda persalinan, keadaan umum pasien tidak
baik, ibu anemis (Hb < 8 gr%).
Persalinan spontan pervaginam
Dilakukan pada plasenta previa marginalis atau lateralis pada multipara
dan anak sudah meninggal atau prematur. Jika pembukaan serviks sudah agak
besar (4-5 cm), ketuban dipecah (amniotomi) jika his lemah, diberikan oksitosin
drips. Bila perdarahan masih terus berlangsung, dilakukan SC. Tindakan versi
Braxton-Hicks dengan pemberat untuk menghentikan perdarahan (kompresi atau
tamponade bokong dan kepala janin terhadap plasenta) hanya dilakukan pada
keadaan darurat, anak masih kecil atausudah mati, dan tidak ada fasilitas untuk
melakukan operasi.
Seksio Cesaria
Prinsip utama dalam melakukan seksio cesarea adalah untuk
menyelamatkan ibu, sehingga walaupun janin meninggal atau tak punya harapan
untuk hidup, tindakan ini tetap dilakukan. Persiapan darah pengganti untuk
stabilisasi dan pemulihan kondisi ibu dan perawatan lanjut pasca bedah termasuk
pemantauan perdarahan, infeksi, dan keseimbangan cairan masuk-keluar.

Tujuan seksio sesarea :


1. Melahirkan janin dengan segera sehingga uterus
dapat segera berkontraksi dan menghentikan perdarahan. Tempat implantasi
plasenta previa terdapat banyak vaskularisasi sehingga serviks uteri dan
segmen bawah rahim menjadi tipis dan mudah robek. Selain itu, bekas tempat

18
implantasi plasenta sering menjadi sumber perdarahan karena adanya
vaskularisasi dan susunan serabut otot dengan korpus uteri.
2. Menghindarkan kemungkinan terjadinya robekan
pada serviks uteri, jika janin dilahirkan pervaginam.

Indikasi Seksio cesarea :


 Plasenta previa totalis.
 Plasenta previa pada primigravida.
 Plasenta previa janin letak lintang atau letak sungsang
 Anak berharga dan fetal distress
 Plasenta previa lateralis jika :
1. Pembukaan masih kecil dan perdarahan banyak.
2. Sebagian besar OUI ditutupi plasenta.
3. Plasenta terletak di sebelah belakang (posterior).
 Profuse bleeding, perdarahan sangat banyak dan mengalir dengan cepat.

2.8 Komplikasi
Beberapa komplikasi dari plasenta previa adalah:
 Perdarahan dan syok.
 Infeksi.
 Laserasi serviks.
 Plasenta akreta.
 Prematuritas atau lahir mati.
 Prolaps tali pusat.
 Prolaps plasenta.

2.9 Prognosis
Karena dahulu penanganan relatif bersifat konservatif, maka mortalitas
dan morbiditas ibu dan bayi tinggi, mortalitas ibu mencapai 8-10 % dan mortalitas
janin 50-80 %. Sekarang penanganan relatif bersifat operatif dini, maka angka
kematian dan kesakitan ibu dan perinatal jauh menurun. Kematian maternal

19
menjadi 0,2-5% terutama disebabkan perdarahan, infeksi, emboli udara, dan
trauma karena tindakan. Kematian perinatal juga turun menjadi 7-25 %, terutama
disebabkan oleh prematuritas, asfiksia, prolaps funikuli, dan persalinan buatan.
Dengan penanggulangan yang baik seharusnya kematian ibu karena plasenta
rendah sekali atau tak ada sama sekali.

20
BAB 4
PEMBAHASAN

4.1 Anamnesa
Teori Kasus
-Multiparitas dan umur lanjut (> 35 - G3P1001A1001 dan usia pasien 34 tahun
tahun) -Perdarahan yang keluar dirasakan
-Tidak nyeri dan perdarahan banyak kurang lebih 1 pembalut penuh
pervaginam berwarna merah terang dan tidak disertai nyeri , perdarahan
pada umur kehamilan trimester kedua berwarna merah segar dengan ada
atau awal trimester ketiga gumpalan darah berwarna kehitaman.
-Perdarahan pada kehamilan setelah 28 -Perdarahan terjadi tiba-tiba dan
minggu atau pada kehamilan lanjut disertai kencang di perut bagian bawah
(trimester III), puncak insidens pada saat darah keluar.
kehamilan 34 minggu. Sifat -Pasien mengalami perdarahan sejak
perdarahannya tanpa sebab (causeless), usia kehamilan 7 bulan berupa flek.
tanpa nyeri (painless), dan berulang Tidak ada riwayat berhubungan
seksual sebelumnya dan riwayat
trauma disangkal oleh pasien.

4.2. Pemeriksaan Fisik & Manifestasi Klinis


Teori Kasus
- Adanya anemia dan renjatan yang Konjungtiva anemis (-/-), Sklera
sesuai dengan keluarnya darah kterik (-/-), Pembesaran KGB (-),
Timbulnya perlahan-lahan, Waktu Pembesaran tiroid (-)
terjadinya saat hamil, His biasanya  Status obstetrik
tidak ada, Rasa tidak tegang (biasa) TFU : 31 cm
saat palpasi dan Denyut jantung Leopold I : Bokong
janin ada Leopold II : Punggung kanan
Leopold III : Letak Kepala
Leopold IV : Sudah masuk PAP
His :-

21
DJJ : 129x/menit

4.3 Pemeriksaan Penunjang


Teori Kasus
 Pemeriksaan USG: Transvaginal
Ultrasonografi dengan keakuratan Hb : 11,3 g/dL

dapat mencapai 100 % identifikasi


plasenta previa; Transabdominal Pemeriksaan USG Abdomen
ultrasonografi dengan keakuratan Hasil USG:
berkisar 95 %.  Uterus : Janin tunggal
hidup,presentasi kepala.
Plasenta previa marginalis.
EFW: 2714 gram

4.4 Penatalaksanaan
Teori kasus
 Infus D 5% dan elektrolit  IVFD RL 20tpm
 Spasmolitik. Tokolitik (bila ada  Observasi KU, DJJ, TTV, Perdarahan
kontraksi: MgSO4 4 g IV dosis  Injeksi Asam traneksamat 500 mg/8
awal dilanjutkan 4 g setiap 6 jam IV
jamNifedipin 3×20  Pro USG
mg/hariBetamethason 24 mg IV  Pro SC
dosis tunggal untuk pematangan
paru janin), plasentotrofik,
roboransia.
 Persiapan transfusi autologus
bila Hb ibu < 11g%
 Awasi perdarahan terus-menerus,

22
tekanan darah, nadi dan denyut
jantung janin.
 Bila setelah usia kehamilan di
atas 34 minggu, plasenta masih
berada disekitar ostium uteri
internum, maka dugaan plasenta
previa menjadi jelas, sehingga
perlu dilakukan observasi dan
konseling untuk menghadapi
kemungkinan keadaan gawat
darurat.
Seksio sesarea :
1. Melahirkan janin dengan segera
sehingga uterus dapat segera
berkontraksi dan menghentikan
perdarahan. Tempat implantasi
plasenta previa terdapat banyak
vaskularisasi sehingga serviks uteri
dan segmen bawah rahim menjadi
tipis dan mudah robek. Selain itu,
bekas tempat implantasi plasenta
sering menjadi sumber perdarahan
karena adanya vaskularisasi dan
susunan serabut otot dengan korpus
uteri.
2.Menghindarkan kemungkinan
terjadinya robekan pada serviks
uteri, jika janin dilahirkan
pervaginam.

BAB 5
PENUTUP

23
5.1. Kesimpulan
Berdasarkan anamnesa, pemeriksaan fisik, dan pemeriksaan penunjang,
pasien Ny. S, 36 tahun didiagnosis dengan GIVP5000H5 gravid 37-38 minggu + Janin
Tunggal Hidup Intra Uteri + Belum inpartu + PEB. Pasien dilakukan terminasi
kehamilan secara seksio sesaria cito. Saat ini pasien masih menjalani rawat inap di
ruang nifas.

5.2. Saran
Sebaiknya dokter umum memahami tentang gejala-gejala preeklamsia dan
dapat mendiagnosis secara dini preeklamsia. Penanganan preeklamsia harus
dilakukan secara adekuat sehingga dapat mencegah perkembangan buruk kearah
eklampsia.

24
DAFTAR PUSTAKA

Cunningham, G. F., Leveno, K. J., Bloom, S. L., Hauth, J. C., Rouse, D. J., &
Spong, C. Y. (2010). Williams Obstetrics (23 ed.). United States: The
McGraw-Hills Company.
Kemenkes RI. 2013. Buku Saku Pelayanan Kesehatan di Fasilitas Kesehatan
Dasar dan Rujukan. Jakarta: WHO
Berghella, Vincenzo. 2017. Obstetric Evidence Based Guidelines, 3rd Edition.
London, New York : CRC Press

Tanto, Chris & Kayika, I Putu Gede. 2014. Kapita Selekta Kedokteran:
Perdarahan Pada Kehamilan Tua. Jakarta: Media Aesculapius

Prawinohardjo, Sarwono. 2010. Ilmu Kebidanan. Jakarta: Bina Pustaka Sarwono


Prawinohardjo

25

Anda mungkin juga menyukai