Fakultas Kedokteran
Universitas Mulawarma
PLASENTA PREVIA
Disusun Oleh:
Pembimbing:
Akhir kata penulis menyadari bahwa penulisan ini masih jauh dari sempurna,
oleh karena itu penulis sangat mengharapkan saran dan kritik yang membangun
dari para pembaca untuk perbaikan kepenulisan di masa mendatang.
Penulis
2
3
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL.............................................................................................1
KATA PENGANTAR ...........................................................................................2
DAFTAR ISI .........................................................................................................3
BAB 1 PENDAHULUAN.....................................................................................4
BAB 2 LAPORAN KASUS..................................................................................6
BAB 3 TINJAUAN PUSTAKA............................................................................14
BAB 4 PEMBAHASAN ......................................................................................27
BAB 5 KESIMPULAN ........................................................................................31
DAFTAR PUSTAKA ............................................................................................32
4
BAB 1
PENDAHULUAN
Angka kematian ibu di Indonesia pada tahun 2015 sebanyak 6.400 kematian
atau 126 per 100.000 kelahiran. Angka tersebut lebih rendah dari tahun 2012 yaitu
sebesar 359 per 100.000 kelahiran hidup. Angka ini masih terbilang tinggi bila
dibandingkan dengan negara-negara tetangga di kawasan ASEAN. Pada tahun
2007, ketika angka kematian ibu di Indonesia mencapai 228, angka kematian ibu
di Singapura hanya 6 per 100.000 kelahiran hidup, Brunei 33 per 100.000
kelahiranhidup, Filipina 112 per 100.000 kelahiran hidup, Malaysia dan Vietnam
sama-sama 160 per 100.000 kelahiran hidup (Departemen Kementerian Kesehatan
RI, 2015).
5
lainlain (non obstetrik) sebesar 40,8%. Perdarahan dalam obstetri dapat terjadi
pada setiap usia kehamilan. Perdarahan obstetri dapat dibagi menjadi perdarahan
antepartum dan perdarahan postpartum. Perdarahan antepartum merupakan kasus
gawat darurat yang kejadiannya berkisar 3% dari semua persalinan, penyebabnya
antara lain plasenta previa, solusio plasenta dan perdarahan yang belum jelas
sumbernya (Chalik, 2010 ; Departemen Kementerian Kesehatan RI, 2015).
Plasenta previa adalah plasenta yang melekat pada bagian segmen bawah
rahim, sehingga dapat menutupi sebagian atau seluruh jalan lahir yang ditandai
dengan perdarahan diatas usia 28 minggu kehamilan tanpa ada nyeri. Prevalensi
plasenta previa dari penelitian cohort oleh Lena Kim, Aaron Caughey dan Gabriel
Escobar pada tahun 2008 di San Fransisco didapatkan 0,4 % terjadi plasenta
previa dari 394.083 kelahiran. Prevalensi plasenta previa di berbagai suku bangsa
didapatkan pada Africa-Amerika 0,44%, Asia 0,64%, Eropa 0,36%, Hispanic
0,34%, Amerika latin 0,6%, dan lainya 0,31%. Dilihat dari data tersebut Asia
menduduki peringkat pertama prevalensi terbanyak plasenta previa. Di Indonesia,
prevalensi plasenta previa pada tahun 2009 terdapat total 4.726 kasus plasenta
previa yang didapati 40 orang ibu meninggal akibat plasenta previa. Pada tahun
2010 dari total 4.409 kasus plasenta previa didapati 36 orang ibu meninggal
(Kimet al., 2008 ; Chalik, 2010). Berdasarkan latar belakang di atas, penulis
tertarik untuk mengangkat kasus tentang plasenta previa yang ada di Rumah Sakit
Umum Daerah Abdul Wahab Sjahranie, Samarinda.
1.2 Tujuan
Mengetahui tentang spektrum kejadian perdarahan post partum terutama
plasenta previa, serta membandingan antara teori dengan kasus nyata pasien
plasenta previa yang datang ke RSUD A.W. Sjahranie.
6
BAB 2
LAPORAN KASUS
2.1 Anamnesa
a. Identitas Pasien
Nama : Ny. JW
Usia : 34 tahun
Agama : Islam
Pendidikan : S1
Pekerjaan : PNS
Alamat : Jl. Biawan Samarinda
Masuk Rumah Sakit pada tanggal 22 September 2018, pukul 14.20 WITA
b. Keluhan Utama:
Keluar darah dari jalan lahir sejak kurang lebih 1 jam sebelum masuk
RS.
c. Riwayat Penyakit Sekarang
Pasien datang dibawa oleh keluarga ke RS AWS dengan keluhan
keluar darah dari jalan lahir sejak kurang lebih 1 jam yang lalu. Perdarahan
yang keluar dirasakan banyak kurang lebih 1 pembalut penuh dan tidak
disertai nyeri , perdarahan berwarna merah segar dengan ada gumpalan
darah berwarna kehitaman. Pasien mengatakan perdarahan terjadi tiba-tiba
dan disertai kencang di perut bagian bawah saat darah keluar. Sebelumnya
pasien memang mengalami perdarahan sejak usia kehamilan 7 bulan
namun hanya berupa flek. Tidak ada riwayat berhubungan seksual
sebelumnya dan riwayat trauma disangkal oleh pasien.
7
f. Riwayat Haid
Menarche pada usia 15 tahun, lama haid 7 hari, jumlah darah haid
sebanyak 5 kali ganti pembalut per hari.
Hari Pertama Haid Terakhir: 31 Desember 2017
Taksiran Persalinan: 7 Oktober 2018
g. Riwayat Pernikahan
Menikah satu kali sejak usia 28 tahun. Lama pernikahan dengan suami
sekarang adalah 5 tahun.
h. Riwayat Obstetri
G3P1001A1001
Tahun Tempat Umur Jenis Keadaan
No Penolong Penyulit JK/ BB
Partus Partus Kehamilan Partus Anak
Rumah
1 2014 Aterm Spontan Bidan - L/2550 Hidup
Sakit
2 2017 Abortus
3 2018 Hamil ini
8
Suhu : 36,7oC
Status generalisata
Kepala / leher : Konjungtiva anemis (-/-), Sklera kterik (-/-),
Pembesaran KGB (-), Pembesaran tiroid (-)
Thorax
- Pulmo
Inspeksi : Bentuk dan pergerakan simetris
Palpasi : Fremitus raba paru dextra sama dengan sinistra
Perkusi : Sonor di seluruh lapangan paru
Auskultasi : Vesikuler, ronki (-/-), wheezing (-/-)
- Cor
Inspeksi : Iktus kordis tidak tampak
Palpasi : Iktus kordis tidak teraba
Perkusi : Batas kanan ICS II parasternal line dextra
Batas kiri ICS V midclavicular line sinistra
Auskultasi : S1S2 tunggal, reguler, murmur (-), gallop (-)
Abdomen : Linea nigra (+), striae (+), bising usus (+)
Ekstremitas : Edema -/-, akral hangat, CRT < 2detik
Status Neurologi : Meningeal sign (-)
Status obstetrik
TFU : 31 cm
Leopold I : Bokong
Leopold II : Punggung kanan
Leopold III : Letak Kepala
Leopold IV : Sudah masuk PAP
His :-
DJJ : 129x/menit
Vaginal Touche : Tidak dilakukan
9
3.4Pemeriksaan Penunjang
Pemeriksaan Laboratorium
PLT: 206.000/mm3
CT : 11’
BT : 3’
3.5 Penatalaksanaan
IVFD RL 20tpm
Observasi KU, DJJ, TTV, Perdarahan
Injeksi Asam traneksamat 500 mg/8 jam IV
Pro USG
Pro SC
10
3.6 Laporan Operasi
Laporan Operasi
Tanggal 23-09-2018 jam operasi dimulai pukul 11.15 WITA. Selesai pukul 12.15
WITA
3.6 Follow up
Tanggal Observasi
22-9-2018 S : Keluar darah dari jalan lahir sejak pukul 13.30
17.20 O : Keadaan Umum sakit sedang, Kesadaran komposmentis
VK Airway: clear; Breathing: Pernafasan 21x/menit, SpO2: 98%;
Circulation: Tekanan Darah 130/80 mmHg, Nadi 81x/menit, akral
hangat, Disability: GCS E4V5M6. TFU : 31 cm, Leopold : Presentasi
kepala, punggung kanan, sudah masuk PAP, DJJ 129x/menit, His (-),
VT tidak dilakukan, perdarahan sudah berhenti
A : G3P1001A1001Gravid 38-39 minggubelum inpartu + Hemorrhage Ante
Partum et causa suspect Plasenta Letak Rendah
P:
Obervasi
IVFD RL 20 tpm
Inj. Asam Traneksamat 500 mg/8jam IV
Pro USG besok pagi
Pro SC
23-9-2018 S:-
07.00 O : Tekanan Darah 90/60 mmHg, Nadi 88x/menit, akral hangat,
VK Disability: GCS E4V5M6. TFU : 31 cm, Leopold : Presentasi kepala,
punggung kanan, sudah masuk PAP, DJJ 129x/menit, His (-),
perdarahan sudah berhenti. Hasil USG : Janin tunggal hidup, EFW :
2714 gr, Plasenta Previa Marginalis
A : G3P1001A1001Gravid 38-39 minggubelum inpartu + Hemorrhage Ante
Partum et causa Plasenta Previa
P:
SC Cito di IGD jam 10.00
11
23-9-2018 S :nyeri post op
13.00 O : Tekanan Darah 100/70 mmHg, Nadi80x/menit,
Mawar Pernafasan19x/menit, Suhu 36,6oC, DC : 700 cc kuning jernih
A : P2002A1001post SC h.0 a.i Plasenta Previa
P:
Cek DL post op
Infus RL 20 tpm
Inj. Ceftriaxone 1 ampul/8jam IV
Inj. Ketorolac 1 ampul/8jam IV
Inj. Ranitidin 1 ampul/8 jam IV
Inj. Asam Mefenamat 500 mg/8jam IV
24-9-2018 S :nyeri post op
13.00 O : Tekanan Darah 120/80 mmHg, Nadi75x/menit,
Mawar Pernafasan19x/menit, Suhu 36,6oC
DL post op Hb: 10,6 Leukosit : 12.500 Hct : 32% Trombosit: 190.000
A : P2002A1001post SC h.1 a.i Plasenta Previa
P:
Aff DC
Aff Infus
Cefadroxil 500mg/8jam p.o
Asam Mefenamat 500mg/8jam p.o
Biosanbe 1 tablet sehari
25-9-2018 S : nyeri post op
10.00 O : Tekanan Darah 110/70 mmHg, Nadi76x/menit,
Mawar Pernafasan19x/menit, Suhu 36,6oC
A : P2002A1001post SC h.2 a.i Plasenta Previa
P:
Pasien boleh pulang
Obat pulang :
Cefadroxil 500mg/8jam p.o
Asam Mefenamat 500mg/8jam p.o
Biosanbe 1 tablet sehari
12
BAB 3
TINJAUN PUSTAKA
2.1 Definisi
Plasenta previa adalah keadaan dimana plasenta berimplantasi pada tempat
abnormal, yaitu pada segmen bawah rahim sehingga menutup sebagian atau
seluruh pembukaaan jalan lahir (ostium uteri internum). Angka kejadian plasenta
previa adalah 0,4-0,6 % dari keseluruhan persalinan (Berghella V., 2017).
Pada awal kehamilan, plasenta mulai terbentuk, berbentuk bundar, berupa
organ datar yang bertanggung jawab menyediakan oksigen dan nutrisi untuk
pertumbuhan bayi dan membuang produk sampah dari darah bayi. Plasenta
melekat pada dinding uterus dan pada tali pusat bayi yang membentuk hubungan
penting antara ibu dan bayi (Berghella V., 2017).
2.2 Etiologi
Etiologi plasenta previa belum jelas. Vaskularisasi yang berkurang atau
perubahan atrofi pada desidua akibat persalinan yang lampau dapat menyebabkan
plasenta previa tidaklah selalu benar, karena tidak nyata dengan jelas bahwa
plasenta previa didapati untuk sebagian besar pada penderita dengan paritas yang
tinggi. Perdarahan tanpa alasan dan tanpa rasa nyeri merupakan gejala utama dan
pertama dari plasenta previa. Pada setiap perdarahan antepartum, pertama kali
harus dicurigai bahwa penyebabnya ialah plasenta previa sampai kemudian
dugaan itu salah. Beberapa faktor predisposisi terjadinya plasenta previa adalah
sebagai berikut (Tanto .C & Kayika .I, 2014):
a. Multiparitas dan umur lanjut (> 35 tahun).
b. Defek vaskularisasi desidua yang kemungkinan terjadi akibat perubahan
atrofik dan inflamatorotik.
c. Cacat atau jaringan parut pada endometrium oleh bekas pembedahan (SC,
Kuret, dll).
d. Chorion leave persisten.
e. Korpus luteum bereaksi lambat, dimana endometrium belum siap menerima
hasil konsepsi.
13
f. Konsepsi dan nidasi terlambat.
g. Plasenta besar pada hamil ganda dan eritoblastosis atau hidrops fetalis.
Pada suatu penelitian didapatkan bahwa, riwayat persalinan dengan sectio
cessarian meningkatkan kejadian plasenta previa pada kehamilan berikut nya.
2.3 Klasifikasi
Klasifikasi plasenta previa tidak didasarkan pada keadaan anatomik
melainkan fisiologik. Seiring dengan perkembangan kehamilan, pendataran serta
pembukaan servix, klasifikasi plasenta previa dapat berubah. Secara umum
plasenta previa diklasifikasikan menjadi (Prawinohardjo S., 2010):
1. Plasenta previa totalis atau komplit, yaitu bila plasenta menutupi seluruh
ostium uteri internum.
2. Plasenta previa parsialis, bila plasenta menutupi sebagian ostium uteri
internum.
3. Plasenta previa marginalis, bila tepi plasenta berada pada pinggir ostium uteri
internum.
4. Plasenta letak rendah, bila tepi bawah plasenta berada pada jarak lebih kurang
2 cm dari ostium uteri internum.
14
2.4 Tanda dan Gejala
Kejadian yang paling khas pada plasenta previa adalah perdarahan tanpa
nyeri yang biasanya baru terlihat setelah kehamilan mendekati akhir trimester
kedua atau sesudahnya. Namun demikian, banyak peristiwa abortus mungkin
terjadi akibat lokasi abnormal plasenta yang sedang tumbuh. Sering perdarahan
akibat plasenta previa terjadi tanpa tanda-tanda peringatan pada wanita hamil
yang sebelumnya tampak sehat-sehat saja. Tidak nyeri dan perdarahan
pervaginam berwarna merah terang pada umur kehamilan trimester kedua atau
awal trimester ketiga merupakan tanda utama plasenta previa. Ciri-ciri plasenta
previa (Tanto .C & Kayika .I, 2014; Berghella V., 2017):
1. Perdarahan tanpa nyeri
2. Perdarahan berulang
3. Warna perdarahan merah segar
4. Adanya anemia dan renjatan yang sesuai dengan keluarnya darah
5. Timbulnya perlahan-lahan
6. Waktu terjadinya saat hamil
7. His biasanya tidak ada
8. Rasa tidak tegang (biasa) saat palpasi
9. Denyut jantung janin ada
15
Pemeriksaan fisik
Inspeksi
Dapat dilihat perdarahan yang keluar pervaginam: banyak atau sedikit,
darah beku dan sebagainya, jika telah berdarah banyak maka ibu akan kelihatan
anemis.
Palpasi
Janin sering belum cukup bulan, jadi fundus uteri masih rendah, Sering
dijupai kesalahan letak janin, Bagian terbawah janin belum turun , apabila letak
kepala, biasanya kepala masih goyang atau terapung (floating) atau mengolak di
atas pintu atas panggul- Bila cukup pengalaman, dapat dirasakan suatu bantalan
pada segmen bawah rahim terutama pada ibu yang kurus. Pemeriksaan dalam
sangat berbahaya sehingga kontraindikasi untuk dilakukan kecuali fasilitas operasi
segera tersedia.
16
beraturan, deselerasi atau bradikardi, khususnya bila perdahan terjadi ketika atau
beberapa saat setelah selaput ketuban pecah.
2.7 Penatalaksanaan
Prinsip penanganan awal pada semua pasien dengan perdarahan
antepartum adalah mencegah keadaan syok karena pendarahan yang banyak,
untuk itu harus segera diperbaiki keadaan umumnya dengan pemberian cairan
atau tranfusi darah. Selanjutnya dapat dilakukan penanganan lanjutan yang
disesuaikan dengan keadaan umum, usia kehamilan, jumlah perdarahan, maupun
jenis plasenta previa.
17
sehingga perlu dilakukan observasi dan konseling untuk menghadapi
kemungkinan keadaan gawat darurat.
9. Bila perdarahan berhenti dan waktu untuk mencapai 37 minggu masih lama,
pasien dapat dipulangkan untuk rawat jalan (kecuali apabila rumah pasien di
luar kota dan jarak untuk mencapai rumah sakit lebih dari 2 jam).
b. Penanganan aktif
Kriteria: umur kehamilan 37 minggu, BB janin 2500 gram, perdarahan
banyak 500 cc atau lebih, ada tanda-tanda persalinan, keadaan umum pasien tidak
baik, ibu anemis (Hb < 8 gr%).
Persalinan spontan pervaginam
Dilakukan pada plasenta previa marginalis atau lateralis pada multipara
dan anak sudah meninggal atau prematur. Jika pembukaan serviks sudah agak
besar (4-5 cm), ketuban dipecah (amniotomi) jika his lemah, diberikan oksitosin
drips. Bila perdarahan masih terus berlangsung, dilakukan SC. Tindakan versi
Braxton-Hicks dengan pemberat untuk menghentikan perdarahan (kompresi atau
tamponade bokong dan kepala janin terhadap plasenta) hanya dilakukan pada
keadaan darurat, anak masih kecil atausudah mati, dan tidak ada fasilitas untuk
melakukan operasi.
Seksio Cesaria
Prinsip utama dalam melakukan seksio cesarea adalah untuk
menyelamatkan ibu, sehingga walaupun janin meninggal atau tak punya harapan
untuk hidup, tindakan ini tetap dilakukan. Persiapan darah pengganti untuk
stabilisasi dan pemulihan kondisi ibu dan perawatan lanjut pasca bedah termasuk
pemantauan perdarahan, infeksi, dan keseimbangan cairan masuk-keluar.
18
implantasi plasenta sering menjadi sumber perdarahan karena adanya
vaskularisasi dan susunan serabut otot dengan korpus uteri.
2. Menghindarkan kemungkinan terjadinya robekan
pada serviks uteri, jika janin dilahirkan pervaginam.
2.8 Komplikasi
Beberapa komplikasi dari plasenta previa adalah:
Perdarahan dan syok.
Infeksi.
Laserasi serviks.
Plasenta akreta.
Prematuritas atau lahir mati.
Prolaps tali pusat.
Prolaps plasenta.
2.9 Prognosis
Karena dahulu penanganan relatif bersifat konservatif, maka mortalitas
dan morbiditas ibu dan bayi tinggi, mortalitas ibu mencapai 8-10 % dan mortalitas
janin 50-80 %. Sekarang penanganan relatif bersifat operatif dini, maka angka
kematian dan kesakitan ibu dan perinatal jauh menurun. Kematian maternal
19
menjadi 0,2-5% terutama disebabkan perdarahan, infeksi, emboli udara, dan
trauma karena tindakan. Kematian perinatal juga turun menjadi 7-25 %, terutama
disebabkan oleh prematuritas, asfiksia, prolaps funikuli, dan persalinan buatan.
Dengan penanggulangan yang baik seharusnya kematian ibu karena plasenta
rendah sekali atau tak ada sama sekali.
20
BAB 4
PEMBAHASAN
4.1 Anamnesa
Teori Kasus
-Multiparitas dan umur lanjut (> 35 - G3P1001A1001 dan usia pasien 34 tahun
tahun) -Perdarahan yang keluar dirasakan
-Tidak nyeri dan perdarahan banyak kurang lebih 1 pembalut penuh
pervaginam berwarna merah terang dan tidak disertai nyeri , perdarahan
pada umur kehamilan trimester kedua berwarna merah segar dengan ada
atau awal trimester ketiga gumpalan darah berwarna kehitaman.
-Perdarahan pada kehamilan setelah 28 -Perdarahan terjadi tiba-tiba dan
minggu atau pada kehamilan lanjut disertai kencang di perut bagian bawah
(trimester III), puncak insidens pada saat darah keluar.
kehamilan 34 minggu. Sifat -Pasien mengalami perdarahan sejak
perdarahannya tanpa sebab (causeless), usia kehamilan 7 bulan berupa flek.
tanpa nyeri (painless), dan berulang Tidak ada riwayat berhubungan
seksual sebelumnya dan riwayat
trauma disangkal oleh pasien.
21
DJJ : 129x/menit
4.4 Penatalaksanaan
Teori kasus
Infus D 5% dan elektrolit IVFD RL 20tpm
Spasmolitik. Tokolitik (bila ada Observasi KU, DJJ, TTV, Perdarahan
kontraksi: MgSO4 4 g IV dosis Injeksi Asam traneksamat 500 mg/8
awal dilanjutkan 4 g setiap 6 jam IV
jamNifedipin 3×20 Pro USG
mg/hariBetamethason 24 mg IV Pro SC
dosis tunggal untuk pematangan
paru janin), plasentotrofik,
roboransia.
Persiapan transfusi autologus
bila Hb ibu < 11g%
Awasi perdarahan terus-menerus,
22
tekanan darah, nadi dan denyut
jantung janin.
Bila setelah usia kehamilan di
atas 34 minggu, plasenta masih
berada disekitar ostium uteri
internum, maka dugaan plasenta
previa menjadi jelas, sehingga
perlu dilakukan observasi dan
konseling untuk menghadapi
kemungkinan keadaan gawat
darurat.
Seksio sesarea :
1. Melahirkan janin dengan segera
sehingga uterus dapat segera
berkontraksi dan menghentikan
perdarahan. Tempat implantasi
plasenta previa terdapat banyak
vaskularisasi sehingga serviks uteri
dan segmen bawah rahim menjadi
tipis dan mudah robek. Selain itu,
bekas tempat implantasi plasenta
sering menjadi sumber perdarahan
karena adanya vaskularisasi dan
susunan serabut otot dengan korpus
uteri.
2.Menghindarkan kemungkinan
terjadinya robekan pada serviks
uteri, jika janin dilahirkan
pervaginam.
BAB 5
PENUTUP
23
5.1. Kesimpulan
Berdasarkan anamnesa, pemeriksaan fisik, dan pemeriksaan penunjang,
pasien Ny. S, 36 tahun didiagnosis dengan GIVP5000H5 gravid 37-38 minggu + Janin
Tunggal Hidup Intra Uteri + Belum inpartu + PEB. Pasien dilakukan terminasi
kehamilan secara seksio sesaria cito. Saat ini pasien masih menjalani rawat inap di
ruang nifas.
5.2. Saran
Sebaiknya dokter umum memahami tentang gejala-gejala preeklamsia dan
dapat mendiagnosis secara dini preeklamsia. Penanganan preeklamsia harus
dilakukan secara adekuat sehingga dapat mencegah perkembangan buruk kearah
eklampsia.
24
DAFTAR PUSTAKA
Cunningham, G. F., Leveno, K. J., Bloom, S. L., Hauth, J. C., Rouse, D. J., &
Spong, C. Y. (2010). Williams Obstetrics (23 ed.). United States: The
McGraw-Hills Company.
Kemenkes RI. 2013. Buku Saku Pelayanan Kesehatan di Fasilitas Kesehatan
Dasar dan Rujukan. Jakarta: WHO
Berghella, Vincenzo. 2017. Obstetric Evidence Based Guidelines, 3rd Edition.
London, New York : CRC Press
Tanto, Chris & Kayika, I Putu Gede. 2014. Kapita Selekta Kedokteran:
Perdarahan Pada Kehamilan Tua. Jakarta: Media Aesculapius
25