Fakultas Kedokteran
Universitas Mulawarman
Disusun Oleh:
Afifah Roselina Khairunnisa
1810029007
Pembimbing:
dr. Yasmin Sabina Sa’diah, Sp.OG
Puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT, karena hanya
berkat limpahan rahmat dan hidayah-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan
laporan kasus dengan judul “Plasenta Previa dan Atonia Uteri”. Dalam
kesempatan ini, kami ingin menyampaikan rasa terima kasih yang sebesar-
besarnya kepada berbagai pihak yang telah banyak membantu penulis dalam
pelaksanaan hingga terselesaikannya laporan kasus ini, diantaranya:
3. Dr. dr. Novia Fransiska Ngo, Sp.OG, selaku Kepala Laboratorium Obstetri
dan Ginekologi Fakultas Kedokteran Universitas Mulawarman.
4. dr. Yasmin Sabina Sa’diah, Sp.OG, selaku dosen pembimbing klinik yang
telah memberikan bimbingan dan saran selama penulis menjalani
pendidikan doker muda di Laboratorium Obstetri dan Ginekologi.
Akhir kata penulis menyadari bahwa penulisan ini masih jauh dari
sempurna, oleh karena itu penulis sangat mengharapkan saran dan kritik yang
membangun dari para pembaca untuk perbaikan kepenulisan di masa mendatang.
Penulis
2
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR..............................................................................................ii
BAB I PENDAHULUAN........................................................................................1
3.1 Definisi.........................................................................................................18
3.2 Etiologi.........................................................................................................18
3.3 Klasifikasi....................................................................................................19
3.4 Patofisiologi.................................................................................................19
3.5 Tanda dan Gejala..........................................................................................21
3.6 Penegakan Diagnosis...................................................................................22
3.7 Diagnosis Banding.......................................................................................23
3.8 Penatalaksanaan...........................................................................................23
3.9 Komplikasi...................................................................................................26
3.10 Prognosis....................................................................................................27
3.11 Perdarahan Pasca Persalinan et causa Atonia Uteri...................................27
BAB 4 PEMBAHASAN........................................................................................36
4.1 Anamnesis....................................................................................................36
4.2 Pemeriksaan Fisik........................................................................................36
4.3 Pemeriksaan Penunjang...............................................................................37
4.4 Penatalaksanaan...........................................................................................37
BAB 5 PENUTUP.................................................................................................40
DAFTAR PUSTAKA.............................................................................................41
3
BAB 1
PENDAHULUAN
Mengetahui tentang kejadian perdarahan ante partum oleh plasenta previa dan
post partum terutama oleh atonia uteri, serta membandingkan antara teori dengan
kasus nyata pasien plasenta previa dan atonia uteri yang datang ke RSUD A.W.
Sjahranie.
2
BAB 2
LAPORAN KASUS
2.1 Anamnesis
- Identitas Pasien
Nama : Ny. NH
Usia : 33tahun
Agama : Islam
Pendidikan : D3
Pekerjaan : Guru honorer
Alamat : Pemuda
Masuk rumah sakit : Minggu, 17 Februari 2019 pukul 14.45
- Keluhan Utama
Perdarahan dari jalan lahir sejak 5 hari SMRS
3
Pasien pernah dirawat di RS sebelumnya karena SC 1 tahun yang lalu atas
indikasi kehamilan post mature.
- Riwayat Haid
Menarche pada usia 14 tahun, lama haid 7 hari, jumlah darah haid sebanyak
3-4 kali ganti pembalut per hari. Siklus haid selama 28 hari dan teratur.
Hari Pertama Haid Terakhir: 03-06-2018
Taksiran Persalinan: 10-03-2019
- Riwayat Pernikahan
Menikah dua kali sejak usia 20 tahun. Lama pernikahan dengan suami
sekarang adalah 4 tahun.
- Riwayat Obstetri
G4P3003A000
4
Pasien 7 kali kontrol kehamilan (2 kali di Puskesmas Remaja, 3 kali di klinik,
2 kali di dokter kandungan). Saat kontrol terakhir di praktik dokter spesialis
obstetri dan ginekologi didapatkan hasil USG janin tunggal hidup dengan
plasenta letak rendah.
5
- Status obstetrik
TFU : 36 cm
TBJ : 3875 gram
Leopold I : Teraba bagian lunak, bokong
Leopold II : Punggung kanan
Leopold III : Kepala belum masuk PAP
Leopold IV :-
His :-
DJJ : 144x/menit
Vaginal Touche : Tidak dilakukan
Pemeriksaan
Darah Lengkap Kimia Darah
Serologi
Leukosit :
GDS : 140 mg/dL HbsAg = NR
10.560/mm3
Trombosit :
168.000/mm3
CT : 10’
BT : 3’
6
Hasil USG:
Uterus: Janin tunggal hidup, presentasi kepala. Plasenta previa letak rendah.
2.5 Penatalaksanaan
IVFD RL 20 tpm
Observasi KU, DJJ, TTV, perdarahan
Pronalges 2x1 supp per rectal
Pro SC
Laporan Operasi
Tanggal 17-02-2019. Jam operasi dimulai pukul 21.30 WITA. Selesai pukul
22.30 WITA
Operator: dr. Sp.OG
Anestesi: dr. Sp.An
7
Diagnosis Pre Operatif: G4P3003A000 gravid 37-38 minggu + HAP e.c plasenta
previa
Diagnosis Post Operatif: Post sectio caesarea P4004A000 partus aterm + plasenta
previa totalis
Nama Tindakan: Sectio Caesarea Transperitonealis Profunda
Langkah-langkah operasi:
1. Pasien disiapkan diatas meja operasi
2. Dilakukan anestesi spinal pada pasien.
3. Pasien diposisikan berbaring.
4. Dilakukan desinfeksi pada dinding perut dan lapangan
operasi dipersempit dengan duk steril.
5. Dibuat insisi vertikal sepanjang 15 cm, secara tumpul dibuka
lapis demi lapis (kulit – subkutis - lemak - fasia tranversa dibuka secara
tajam - m.oblique eksternus - m.rectus abdominis - m.piramidalis -
m.obliqus interna - m.transversus-peritoneum)
6. Dilakukan insisi pada segmen bawah rahim 1 cm di bawah
plika vesikouterina, dibuka perlahan-lahan (diperlebar dengan kedua jari
operator)
7. Bagian terbawah anak didorong dari arah vagina kearah
abdomen.
8. Anak dilahirkan mulai dari kepala, badan dan bokong.
Dilakukan suction kemudian dilakukan pemotongan tali pusat.
Disuntikkan oksitosin 10 IU pada uterus, lalu plasenta dikeluarkan secara
manual. Membersihkan sisa-sisa darah dan jaringan plasenta pada kavum
uteri.
9. Plasenta previa totalis menutupi ostium uteri internum
sampai pada korpus depan. Dilakukan pembersihan kavum uteri dengan
kassa betadin dan pastikan tidak ada plasenta yang tertinggal.
10. Menjahit luka irisan pada segmen bawah rahim dengan
monocryl no.1
11. Membersihkan kavum abdomen degan cairan NaCl dan
kemudian dilakukan suction.
12. Menjahit lapisan dinding abdomen lapis demi lapis:
a. Peritoneum dengan
plain catgut 2.0
8
b. Otot dengan plain
catgut 2.0
c. Fasia dengan vycril
1.0
d. Lemak dengan plain
catgut 2.0
e. Subcutan dan cutis
dengan vycril 3.0
13. Permukaan abdomen dibersihkan dengan NaCl 0.9%
14. Luka ditutup dengan sofratulle, kasa, dan plester.
15. Eksplorasi ke dalam vagina untuk mengeluarkan sisa darah
2.7 Follow Up
Tanggal Observasi
17-02-2019 S : Keluar darah dari jalan lahir sejak ±5 hari, nyeri perut bagian
14.45
bawah. Keluhan keluar darah dari jalan lahir sering dialami sejak 2
IGD
bulan lalu. Gumpalan darah (+). Pasien sedang hamil ke-4. USG di
dr.Sp.OG: plasenta menutup jalan lahir. Riwayat SC November 2017
a/i lewat bulan.
O : Keadaan umum: Sakit sedang, Kesadaran: Composmentis
Airway: Clear; Breathing: Pernapasan 20x/menit, SpO2: 98%;
Circulation: Tekanan darah 130/80 mmHg, nadi 89x/menit, akral
hangat, Disability: GCS E4V5M6. TFU 36 cm. Leopold: Presentasi
kepala, punggung kanan, belum masuk PAP. DJJ 144x/menit. His (-),
VT tidak dilakukan. Inspeksi: flek-flek (+)
A : G4P3003A000 gravid 37-38 minggu belum inpartu + hemorrhage ante
partum et causa suspect plasenta letak rendah
P:
Observasi TTV
O2 nasal kanul 3 lpm
IVFD RL 20 tpm
Mengambil sampel darah & urine
16.17
Pemeriksaan DJJ
Memberi pronalges 2x1 supp per rectal
Observasi di VK
9
Konsul dr. Sp.OG
Kaltrofen 2x1 supp per rectal
IVFD RL 20 tpm
Observasi di VK
23-09-2018 S : Keluar darah dari jalan lahir sejak ±5 hari dan nyeri perut bawah
17.00 O : Tekanan darah 130/80 mmHg, nadi 82x/menit, akral hangat, GCS
VK
E4V5M6. TFU 36 cm. Leopold: Presentasi kepala, punggung kanan,
belum masuk PAP. DJJ 144x/menit. His (-). Hasil USG: Janin tunggal
hidup, plasenta previa letak rendah. Lab Hb 10,4. VT tidak dilakukan
A : G4P3003A000 gravid 37-38 minggu belum inpartu + hemorrhage ante
partum et causa plasenta previa letak rendah + BSC 1x
P:
SC CITO di IGD jam 21.30
10
Lapor dr. Sp.OG
Guyur RL 2 kolf
Methergin 1 amp IV
00.05 Masukkan darah 2 kolf
Observasi TTV
02.45 TD 90/60; N 92x/mnit; SpO2 100%; RR 21; T 36
11
Observasi perdarahan
08.30 Gastrul 3 buah per rectral
Histerektomi di OK IGD
Laporan operasi
Operator: dr. Sp.OG
Anestesi: dr. Sp.An
1. Pasien tidur terlentang dalam anestesi umum
2. Dilakukan tindakan asepsis dan antiseptik pada daerah abdomen
dan sekitarnya.
3. Daerah operasi diperkecil dengan menutupkan duk steril.
4. Dibuat insisi linea mediana ±10 cm, insisi dilanjutkan sampai
menembus peritoneum.
5. Setelah peritoneum dibuka dilakukan eksplorasi.
6. Diputuskan melakukan histerektomi subtotal.
7. Dilakukan penjepitan dan pengikatan ligamentum Rotundum kiri
dan kanan dengan benang “Side” no.1. Dilakukan pemotongan,
kemudian dilakukan penjahitan dengan “Chromic Cat gut” no.2.
8. Dilakukan penjepitan dan pengikatan pangkal tuba kiri dan kanan
dengan benang “Side” no.1. Dilakukan pemotongan pada pangkal
tuba, kemudian dilakukan penjahitan dengan “Chromic Cat gut”
no.2.
9. Plika vesikouterina dibuka secara tajam ke kiri dan ke kanan,
disisihkan ke arah bawah.
10. Dilakukan pemotongan uterus hingga 1/3 proksimal serviks.
11. Dilakukan penutupan dengan jahitan jelujur dengan benang
“Vicryl” no.1. ligamentum rotundum diikat pada 1/3 proksimal
serviks.
12. Dilakukan eksplorasi untuk meyakinkan sudah tidak ada
perdarahan
13. Memeriksa ada tidaknya perdarahan, lapisan abdomen dijahit lapis
demi lapis.
14. Operasi selesai.
12.00
VK S: Perdarahan per vaginam
O: KU Lemah
12
A: Post sectio caesarea P4004A000 partus aterm hari ke 0 a/i plasenta
previa totalis+Post HISTEREKTOMI SUBTOTAL hari ke 0 a/i
Hemorrhage post partum
P: IVFD RL 20tpm
Injeksi Cefotaxim 3x1 g IV
Injeksi Natrium Metamizole 3x1 g IV
Injeksi Asam Traneksamat 3x1 g IV
Injeksi Ranitidin 2x1 g IV
12.15
S: Menjemput pasien dari OK IGD
O: KU sedang; kesadaran composmentis; TD 90/60; N:106x/menit;
12.45 RR 22x/menit; T 36◦C; SpO2 99%; Infus terpasang tangan kiri RL;
tangan kanan NaCl; kaki kiri NaCl; DC ±500cc, kuning jernih,
pasang O2NRM
13.00 A: Post sectio caesarea P4004A000 partus aterm hari ke 0 a/i plasenta
previa totalis+Post histerektomi subtotal hari ke 0 a/i Hemorrhage post
13.50 partum
P: Observasi TTV, KU, perdarahan, lanjut terapi dokter.
Observasi TTV
TD 90/70; N 118x/menit; RR 21x/menit; T 36◦C; SpO2 99%
Observasi TTV
16.00 TD 80/60; N 133x/menit; RR 21x/menit; T 36◦C; SpO2 99%
13
O: KU sedang; kesadaran composmentis; TD 110/80; N 96x/menit;
RR 20x/menit; T 37◦C; SpO2 99%; DC (+)
A: Post sectio caesarea P4004A000 partus aterm hari ke 0 a/i plasenta
previa totalis+Post Histerektomi Subtotal hari ke 0 a/i Hemorrhage
post partum
P: Observasi KU, TTV, perdarahan
Lanjutkan terapi dokter
S: -
14
O: KU sedang; CRT <2detik; TD 110/70;
RR 24x/menit; T 37◦C; N 104x/menit
A: Post sectio caesarea P4004A000 partus aterm hari ke 2 a/i plasenta
previa totalis+Post histerektomi subtotal hari ke 2 a/i Hemorrhage post
partum
P: Cek albumin
Infus RL 20tpm
19.15 Transfusi albumin 20% 1fls
Injeksi Cefotaxim 3x1 g IV
21.15 Injeksi Natrium Metamizole 3x1 g IV
S: -
O: KU sedang; CRT <2detik; TD 110/70;
RR 24x/menit; T 37◦C; N 104x/menit; Hb 5,1; Albumin 2,7;
Leukosit 10.500; HT 15%; Trombosit 218.000
A: P4004A000 + post histerektomi subtotal H1 a/i HPP +Post SC
22-02-2019 P: Transfusi PRC II Kolf
Infus RL 20tpm
Inj Cefotaxim 3x1 g IV
S: -
O: KU sedang; CRT <2detik; TD 100/70;
RR 22x/menit; T 36,5◦C; N 88x/menit; Hb 7,3;
Leukosit 13.270; HT 22,8%; Trombosit 285.000
A: Post sectio caesarea P4004A000 partus aterm hari ke 3 a/i plasenta
previa totalis+Post histerektomi subtotal hari ke 3 a/i Hemorrhage post
partum P: Cek albumin
23-02-2019 P: Inj Cefotaxim 3x1 g IV
Asam mefenamat 500 mg/8 jam per oral
Biosanbe 1 tablet sehari per oral
Lepas DC & infus
Pasien pulang
Obat pulang:
Asam mefenamat 500 mg/8 jam per oral
Biosanbe 1 tablet sehari
15
16
BAB 3
TINJAUAN PUSTAKA
3.1 Definisi
3.2 Etiologi
17
- Cacat atau jaringan parut pada endometrium oleh bekas pembedahan (SC,
Kuret, Miomektomi, dll).
- Plasenta besar pada hamil ganda dan eritoblastosis atau hidrops fetalis bisa
menyebabkan pertumbuhan plasenta melebar ke segmen bawah rahim
sehingga menutupi seluruh atau sebagian ostium uteri internum.
3.3 Klasifikasi
3.4 Patofisiologi
Pada usia kehamilan yang lanjut, umumnya pada trimester ketiga dan
mungkin juga lebih awal, oleh karena mulai terbentuknya segmen bawah rahim,
18
plasenta akan mulai mengalami pelepasan. Sebagaimana diketahui, plasenta
terbentuk dari jaringan maternal, yaitu bagian desidua basalis yang tumbuh
menjadi bagian dari uri. Dengan melebarnya isthmus uteri menjadi segmen bawah
rahim, maka plasenta yang berimplantasi di situ sedikit banyak akan mengalami
laserasi akibat pelepasan pada desidua [ CITATION Cun09 \l 1057 ].
Demikian pula pada waktu serviks mendatar dan membuka (dilatasi), ada
bagian plasenta terlepas. Pada tempat laserasi itu akan terjadi perdarahan yang
berasal dari sirkulasi maternal yaitu dari ruangan intervilus plasenta. Oleh karena
fenomena pembentukan segmen bawah rahim itu, perdarahan pada plasenta previa
berapapun pasti akan terjadi (unavoidable bleeding), perdarahan di tempat itu
relatif dipermudah dan diperbanyak oleh karena segmen bawah rahim dan serviks
tidak mampu berkontraksi dengan kuat karena elemen otot yang dimilikinya
sangat minimal, dengan akibatnya pembuluh darah pada tempat itu tidak akan
terttutup dengan sempurna. Perdarahan akan berhenti karena terjadi pembekuan,
kecuali jika ada laserasi mengenai sinus yang besar dari plasenta, maka masa
perdarahan akan berlangsung lebih banyak dan lama. Oleh karena pembentukan
segmen bawah rahim itu berlangsung progresif dan bertahap, maka laserasi baru
akan mengulang kejadian perdarahan. Demikianlah terjadi perdarahan berulang
tanpa suatu sebab lainnya [ CITATION Cun09 \l 1057 ].
Darah yang keluar berwarna merah segar, tanpa rasa nyeri (painless). Pada
plasenta yang menutupi seluruh ostium uteri internum, perdarahan terjadi lebih
awal dalam kehamilan oleh karena segmen bawah rahim terbentuk lebih dahulu
pada bagian terbawah, yaitu pada ostium uteri internum. Sebaliknya, pada
plasenta previa parsialis atau letak rendah, perdarahan baru terjadi pada waktu
mendekati atau waktu persalinan dimulai (Prawinohardjo S., 2010).
Perdarahan pertama biasanya sedikit, tetapi cenderung lebih banyak pada
perdarahan berikutnya. Untuk berjaga-jaga mnecegah syok, hal tersebut perlu
dipertimbangkan. Perdarahan pertama sudah bisa terjadi pada kehamilan di bawah
30 minggu, tetapi lebih dari separuh kejadiannya terjadi pada usia kehamilan 34
minggu ke atas. Berhubung tempat perdarahan terletak dekat dengan ostium uteri
internum, maka perdarahan lebih mudah mengalir keluar rahim dan tidak
membentuk hematoma retroplasenta yang mampu merusak jaringan yang lebih
luas dan melepaskan tromboplastin ke dalam sirkulasi maternal. Dengan
19
demikian, sangat jarang terjadi koagulopati pada plasenta previa (Prawinohardjo
S., 2010).
Hal lain yang perlu dipertimbangkan adalah dinding segmen bawah rahim
yang tipis mudah diinvasi oleh pertumbuhan vili dari trofoblas, akibatnya plasenta
melekat lebih kuat pada dinding uterus. Lebih sering terjadi plasenta akreta dan
inkreta, bahkan perkreta yang pertumbuhan vilinya bisa sampai menembus ke
buli-buli den rektum bersamaan dengan terjadinya plasenta previa. Plasenta akreta
dan inkreta lebih sering terjadi pada uterus yang sebelumnya pernah menjalani
bedah sesar. Segmen bawah rahim dan serviks yang rapuh mudah robek dan oleh
sebab kurangnya elemen otot yang terdapat di sana, kedua kondisi ini berpotensi
meningkatkan kejadian perdarahan paska persalinan pada plasenta previa,
misalnya dalam kala tiga persalinan plasenta akan sukar melepas dengan
sempurna (terjadi retensi plasenta), atau setelah uri lepas, karena segmen bawah
rahim tidak mampu berkontraksi dengan baik, maka terjadi perdarahan
[ CITATION Cun09 \l 1057 ].
Kejadian yang paling khas pada plasenta previa adalah perdarahan tanpa
nyeri yang biasanya baru terlihat setelah kehamilan mendekati akhir trimester
kedua atau sesudahnya. Perdarahan pertama berlangsung tidak banyak dan
berhenti sendiri. Perdarahan kembali terjadi tanpa sebab yang jelas setelah
beberapa waktu kemudian. Tidak nyeri dan perdarahan pervaginam berwarna
merah terang pada umur kehamilan trimester kedua atau awal trimester ketiga
merupakan tanda utama plasenta previa. Ciri-ciri plasenta previa (Tanto .C &
Kayika .I, 2014; Berghella V., 2017):
- Perdarahan tanpa nyeri
- Perdarahan berulang terjadi dengan perdarahan yang lebih banyak bahkan
seperti mengalir. Pada plasenta letak rendah, perdarahan terjadi waktu mulai
persalinan. Perdarahan diperberat seiring segmen bawah rahim yang tidak
mampu berkontraksi sekuat segmen atas rahim. Dengan demikian perdarahan
bisa berlangsung sampai pasca persalinan. Perdarahan bisa bertambah oleh
20
serviks dan segmen bawah rahim pada plasenta previa lebih rapuh dan mudah
robek.
- Warna perdarahan merah segar
- Adanya anemia dan renjatan yang sesuai dengan keluarnya darah
- Timbulnya perlahan-lahan
- Waktu terjadinya saat hamil
- His biasanya tidak ada
- Rasa tidak tegang (biasa) saat palpasi
- Denyut jantung janin ada
21
sehingga kontraindikasi untuk dilakukan kecuali fasilitas operasi segera
tersedia.
- Pemeriksaan dengan Alat
1) Pemeriksaan inspekulo, adanya darah dari ostium uteri eksernum.
2) Pemeriksaan USG: Transvaginal Ultrasonografi dengan keakuratan
dapat mencapai 98% namun dapat menyebabkan perdarahan lebih
banyak dalam identifikasi plasenta previa; Transabdominal
ultrasonografi dengan keakuratan berkisar 96-98 %.
3) MRI juga dapat digunakan untuk diagnosis plasenta previa, tetapi
penggunaannya tidak praktis.
3.8 Penatalaksanaan
22
disesuaikan dengan keadaan umum, usia kehamilan, jumlah perdarahan, maupun
jenis plasenta previa [ CITATION Deh07 \l 1057 ].
- Penanganan pasif/ penanganan ekspektatif
1. Tatalaksana Umum
2. Tatalaksana Khusus
- Terapi Konservatif
Agar janin tidak terlahir prematur dan upaya diagnosis dilakukan
secara non-invasif.
Terapi ekspektatif
Perdarahan pada plasenta previa dapat terjadi sebelum paru-paru
janin matang. Dalam kasus ini, kelangsungan hidup janin di intrauterine
dapat tetap dipertahankan dengan terapi ekspektatif. Pada awal kehamilan,
diperlukan transfusi untuk menggantikan kehilangan darah serta terapi
tokolitik untuk mencegah terjadinya persalinan prematur, hingga
kehamilan mencapai usia 32-34 minggu. Setelah 34 minggu, manfaat
pematangan harus dipertimbangkan terhadap terjadinya resiko perdarahan
yang lebih besar. Selain itu penting juga untuk dipertimbangkan resiko
terjadinya perdarahan kembali yang disertai dengan retardasi pertumbuhan
janin intrauterine. Sebagian besar kasus plasenta previa sekitar 75%
dilakukan terminasi kehamilan pada usia 36-40 minggu.
23
Syarat terapi ekspektatif:
- Terapi Aktif
24
· Janin mati atau menderita anomali atau keadaan yang mengurangi
kelangsungan hidupnya (misalnya anensefali); dan
· Pada perdarahan aktif dan banyak, segera dilakukan terapi aktif tanpa
memandang usia kehamilan.
- Penanganan aktif
25
banyak vaskularisasi sehingga serviks uteri dan segmen bawah rahim
menjadi tipis dan mudah robek. Selain itu, bekas tempat implantasi
plasenta sering menjadi sumber perdarahan karena adanya vaskularisasi
dan susunan serabut otot dengan korpus uteri.
2) Menghindarkan kemungkinan terjadinya robekan pada serviks uteri, jika
janin dilahirkan pervaginam.
3.9 Komplikasi
3.10 Prognosis
26
menjadi 0,2-5% terutama disebabkan perdarahan, infeksi, emboli udara, dan
trauma karena tindakan. Kematian perinatal juga turun menjadi 7-25 %, terutama
disebabkan oleh prematuritas, asfiksia, prolaps funikuli, dan persalinan buatan.
Dengan penanggulangan yang baik seharusnya kematian ibu karena plasenta
rendah sekali atau tak ada sama sekali [ CITATION Kem13 \l 1057 ].
27
Diagnosis atonia uteri ditegakkan ketika terdapat perdarahan masih banyak
dan aktif, bergumpal dan pada palpasi didapatkan fundus uteri masih setinggi
pusat atau lebih dengan kontraksi yang lembek setelah bayi dan plasenta lahir.
Ketika terjadi atonia uteri, masih ada darah sebanyak 500-1000cc yang
terperangkap dalam uterus. Tanda dan gejala atonia uteri adalah:
1) Perdarahan pervaginam
Perdarahan yang terjadi pada kasus atonia uteri sangat banyak dan
darah tidak merembes. Yang sering terjadi adalah darah keluar disertai
gumpalan, hal ini terjadi karena tromboplastin sudah tidak mampu lagi
menggumpal
28
Penanganan perdarahan pasca persalinan oleh karena atonia uteri yaitu:
1. Resusitasi
3. Uterotonika
29
diberikan lewat infus dengan ringer laktat 20 IU perliter, jika sirkulasi
diberikan secara IM 0,25 mg, dapat diulang setiap 5 menit sampai dosis
maksimum 1,25 mg, dapat juga diberikan langsung pada miometrium jika
diperlukan (IMM) atau IV bolus 0,125 mg. obat ini dikenal dapat
nausea dan vomitus. Obat ini tidak boleh diberikan pada pasien dengan
hipertensi.
Pemberian secara IM atau IMM 0,25 mg, yang dapat diulang setiap 15
30
disebabkan peningkatan basal temperatur, hal ini menyebabkan penurunan
saturasi oksigen. Uterotonika ini tidak boleh diberikan pada pasien dengan
uterus.
31
ini dan antibiotika broad-spectrum harus diberikan. Uterine packing
operasi
5. Operatif
angka keberhasilan 80-90%. Pada teknik ini dilakukan ligasi arteri uterina
yang berjalan disamping uterus setinggi batas atas segmen bawah rahim.
Jika dilakukan SC, ligasi dilakukan 2-3 cm dibawah irisan segmen bawah
rahim. Untuk melakukan ini diperlukan jarum atraumatik yang besar dan
benang absorbable yang sesuai. Arteri dan vena uterina diligasi dengan
melakukan ligasi hindari rusaknya vasa uterina dan ligasi harus mengenai
tidak efektif dan jika terjadi perdarahan pada segmen bawah rahim.
vasa uterina bagian bawah, 3-4 cm dibawah ligasi vasa uterina atas. Ligasi
ini harus mengenai sebagian besar cabang arteri uterina pada segmen
bawah rahim dan cabang arteri uterina yang menuju ke servik, jika
32
perdarahan masih terus berlangsung perlu dilakukan bilateral atau
ligasi bebas berjarak 1,5-2 cm. Hindari trauma pada vena iliaka interna.
sebelum dan sesudah ligasi. Risiko ligasi arteri iliaka adalah trauma vena
uteri.
dibandingkan vaginal.
33
Langkah-Langkah Rinci Penatalaksanaan Atonia Uteri Pasca Persalinan
2. Bersihkan kavum uteri dari selaput ketuban dan gumpalan darah : selaput
keluarkan tangan setelah 1-2 menit. Jika uterus tetap tidak berkontraksi
atonia uteri akan teratasi dengan tindakan ini. Jika kompresi bimannual
selanjutnya.
34
6. Berikan infuse cairan larutan ringer laktat dan oksitoksin 20 IU/500 ml :
jika atonia uteri tidak teratasi setelah 7 langkah pertama, mungkin ibu
35
BAB 4
PEMBAHASAN
4.1 Anamnesis
36
4.2 Pemeriksaan Fisik
37
4.4 Penatalaksanaan
Seksio sesarea :
1.Melahirkan janin dengan segera
sehingga uterus dapat segera
berkontraksi dan menghentikan
perdarahan. Tempat implantasi
plasenta previa terdapat banyak
vaskularisasi sehingga serviks uteri
dan segmen bawah rahim menjadi
tipis dan mudah robek. Selain itu,
38
bekas tempat implantasi plasenta
sering menjadi sumber perdarahan
karena adanya vaskularisasi dan
susunan serabut otot dengan korpus
uteri.
2.Menghindarkan kemungkinan
terjadinya robekan pada serviks
uteri, jika janin dilahirkan
pervaginam.
39
BAB 5
PENUTUP
5.1 Kesimpulan
Berdasarkan anamnesis, pemeriksaan fisik, dan pemeriksaan penunjang,
pasien Ny. NH, 33 tahun didiagnosis dengan G4P3003A000 gravid 37-38 minggu +
Hemorraghia antepartum ec plasenta previa. Pasien dilakukan terminasi
kehamilan secara sectio caesarea CITO. Setelah dilakukan sectio caesaria pasien
mengalami perdarahan ±1underpad stolsel banyak dan didiagnosis Hemorraghia
postpartum. Kemudian pasien dilakukan histerektomi.
40
DAFTAR PUSTAKA
Cunningham, G. F., Leveno, K. J., Bloom, S. L., Hauth, J. C., Rouse, D. J., &
Spong, C. Y. (2010). Williams Obstetrics (23 ed.). United States: The
McGraw-Hills Company.
41