Anda di halaman 1dari 42

Laboratorium Obstetri & Ginekologi Laporan Kasus

Fakultas Kedokteran
Universitas Mulawarman

Kista Ovarium

Oleh :
Della Oktavia Setyorni
NIM 1810029005

Pembimbing
Dr. dr. Novia Fransiska Ngo., Sp. OG

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN PROFESI DOKTER


FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS MULAWARMAN
SAMARINDA
MARET 2019

1
Laporan Kasus

Kista Ovarium

Sebagai salah satu tugas kepaniteraan klinik di Laboratorium


Obstetri & Ginekologi

DELLA OKTAVIA SETYORINI


NIM 1810029005

Menyetujui,
Dr. dr. Novia Fransiska Ngo., Sp. OG

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN PROFESI DOKTER


FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS MULAWARMAN
SAMARINDA
MARET 2019

2
KATA PENGANTAR

Segala puji bagi Allah SWT karena atas limpahan rahmat dan kasih sayang-
Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan penulisan Laporan Kasus tentang
“Kista Ovarium”. Laporan kasus ini disusun dalam rangka tugas kepaniteraan
klinik di Laboratorium Obstetri dan Ginekologi Fakultas Kedokteran Universitas
Mulawarman Samarinda.
Pada kesempatan ini penulis menyampaikan ucapan terima kasih sebesar-
besarnya kepada:
1. dr. Ika Fikriah, M. Kes., selaku Dekan Fakultas Kedokteran Universitas
Mulawarman.
2. dr. Soehartono, Sp. THT-KL, selaku Ketua Program Studi Profesi Dokter
Fakultas Kedokteran Universitas Mulawarman.
3. Dr. dr. Novia Fransiska Ngo, M. Kes., Sp. OG selaku Kepala Laboratorium
Obstetri dan Ginekologi Fakultas Kedokteran Universitas Mulawarman dan
selaku Dosen Pembimbing Klinik dan pembimbing laporan kasus.
4. dr. I. G. A. A. Sri M. Montessori, Sp. OG selaku Kepala SMF Obstetri dan
Ginekologi RSUD Abdul Wahab Sjahranie Samarinda.
5. Seluruh dokter spesialis Obstetri dan Ginekologi RSUD Abdul Wahab
Sjahranie Samarinda selaku dosen pembimbing dan pengajar selama di stase
Obstetri dan Ginekologi.
6. Rekan sejawat dokter muda stase Obstetri dan Ginekologi.
7. Seluruh pihak yang tidak dapat disebutkan satu persatu oleh penulis.
Penulis menyadari masih terdapat banyak kekurangan dalam penulisan
laporan kasus ini. Namun, penulis berharap semoga penulisan laporan kasus ini
dapat bermanfaat sebagai proses pembelajaran pada bidang obstetri dan
ginekologi.
Samarinda, Maret 2019

Penulis

3
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDL..................................................................................................1
LEMBAR PENGESAHAN.....................................................................................2
KATA PENGANTAR.............................................................................................3
DAFTAR ISI............................................................................................................4
BAB I PENDAHULUAN........................................................................................6
1.1 Latar Belakang...............................................................................................6
1.2 Tujuan.............................................................................................................7
1.3 Manfaat...........................................................................................................7
BAB 2 LAPORAN KASUS....................................................................................8
2.1 Anamnesa.......................................................................................................8
2.2 Pemeriksaan Fisik.........................................................................................9
2.3 Pemeriksaan Penunjang...............................................................................11
2.4 Diagnosis.....................................................................................................12
2.5 Penatalaksanaan...........................................................................................12
BAB 3 TINJAUAN PUSTAKA............................................................................16
3.1 Definisi Tumor Ovarium..............................................................................16
3.2 Epidemiologi................................................................................................16
3.3 Sifat Kista.....................................................................................................17
3.4 Klasifikasi Kista...........................................................................................18
3.5 Etiologi.........................................................................................................33
3.6 Patofisiologi..................................................................................................33
3.7 Tanda dan Gejala..........................................................................................34
3.8 Diagnosis......................................................................................................35
3.9 Penatalaksanaan............................................................................................36
3.10 Prognosis....................................................................................................37
BAB 4 PEMBAHASAN........................................................................................38
4.1 Anamnesis....................................................................................................38
4.2 Pemeriksaan Fisik.........................................................................................38
4.3 Pemeriksaan Penunjang................................................................................39
4.4 Penatalaksanaan............................................................................................40
BAB 5 PENUTUP.................................................................................................42
5.1 Kesimpulan...................................................................................................42
DAFTAR PUSTAKA............................................................................................43

4
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Ovarium merupakan sumber hormonal wanita yang paling utama,
sehingga mempunyai dampak kewanitaan dalam pengatur proses menstruasi.
Gangguan pada ovarium dapat menyebabkan terhambatnya pertumbuhan,
perkembangan dan kematangan sel telur. Gangguan yang paling sering terjadi
adalah kista ovarium, sindrom ovarium polikistik, dan kanker ovarium. Kista
ovarium merupakan salah satu bentuk penyakit reproduksi yang banyak
menyerang wanita.
The American Cancer Society memperkirakan pada tahun 2018 sekitar
22.240 wanita akan terdiagnosis kanker ovarium dan sekitar 14,070 wanita akan
meninggal karena kanker ovarium di Amerika Serikat (WHO, 2018). Di Indonesia
sekitar 25-50% kematian wanita usia subur disebabkan oleh masalah yang
berkaitan dengan kehamilan dan persalinan serta penyakit sistem reproduksi
misalnya kista ovarium.
Kelainan ini dapat ditemukan hampir di semua kelompok usia dan dapat
berupa kista fisiologis atau patologis [ CITATION Kan16 \l 1033 ]. Secara histologis,
kista ovarium sering dibagi menjadi yang berasal dari pertumbuhan neoplastic
(atau neoplasma ovarium kistik), dan yang berasal dari gangguan ovulasi normal
(atau kista ovarium fungsional) [ CITATION Hof16 \l 1033 ].
Penatalaksanaan kista ovarium didasarkan pada jenis kista tersebut. Jadi
tidak semua kista ovarium ditangani melalui pembedahan, apalagi ternyata kista
tersebut dapat resolusi spontan. Namun, sebagian besar memerlukan pembedahan
untuk mengangkat kista tersebut. Penanganannya melibatkan keputusan yang
sukar dan dapat mempengaruhi status hormonal dan fertilitas seorang wanita.
Berdasarkan hal tersebut diatas, maka dalam menegakkan suatu kista
ovarium diperlukan anamnesa, pemeriksaan fisik dan pemeriksaan penunjang
yang tepat sehingga penanganan kista ovarium dapat tertangani secara tepat.

5
1.2 Tujuan
1.2.1. Tujuan Umum
Mengetahui tentang Kista Ovarium dan perbandingan antara teori dengan
kasus nyata Kista Ovarium.
1.2.2. Tujuan Khusus
1. Mengetahui teori tentang neoplasma ovarium kistik yang mencakup definisi,
epidemiologi, etiologi, klasifikasi, tanda dan gejala, diagnosis,
penatalaksanaan, dan prognosis.
2. Mengetahui perbandingan antara teori dengan kasus nyata Kista Ovarium
yang terjadi di Ruang Nifas- Mawar RSUD Abdul Wahab Syahranie
Samarinda.

1.3 Manfaat
1.3.1. Manfaat Ilmiah
Memperkaya khasanah ilmu pengetahuan dalam bidang kedokteran
terutama bidang Obstetri dan Ginekologi, khususnya tentang Kista Ovarium.
1.3.2. Manfaat bagi Pembaca
Laporan ini diharapkan menjadi sumber pengetahuan bagi pembaca
mengenai Kista Ovarium.

6
BAB 2
LAPORAN KASUS

2.1 Anamnesa
a) Identitas Pasien
Nama : Ny. M
Usia : 70 tahun.
Alamat : Muara Kelawit RT 02, Kutai Barat
Pekerjaan : Ibu Rumah tangga
Pendidikan :-
Agama : Islam
MRS : 18 Oktober 2018 pukul 16.00 WITA
b) Identitas Suami
Nama : Tn. M
Usia : 73 Tahun
Alamat : Muara Kelawit RT 02, Kutai Barat
Pekerjaan : Tukang
Pendidikan : SD
Agama : Islam

c) Keluhan Utama:
Perut terasa kembung dan sesak nafas

d) Riwayat Penyakit Sekarang


Pasien datang datang ke Poli Kandungan RSUD AWS. Samarinda
dengan keluhan perut terasa kembung dan sesak nafas. Keluhan dirasakan
sejak 1 tahun yang lalu. Keluhan lain juga dirasakan berupa benjolan pada
perut yang semakin membesar sejak setahun terakhir. Sebelumnya pasien
merupakan rujukan dari RSUD Harapan Insan Sendawar, Kutai Barat
dengan diagnosis Kista Ovarium. Pasien mengatakan sudah dilakukan
pemeriksaan USG Abdomen di RSUD. Harapan Insan Sendawar ,Kutai
Barat dan ditemukan kista berukuran 16 x 16 cm. Keluhan lain, pasien
mengeluhkan nyeri perut sudah 2 tahun, dan memberat 1 tahun terakhir,
namun tidak dihiraukan oleh pasien. Rasa nyeri tersebut bersifat hilang

7
timbul dan terkadang nyeri menjalar hingga ke pinggang dan lutut hingga
mengganggu aktifitasnya. Selain itu pasien juga mengeluh perutnya terasa
penuh, kadang pasein juga mengatakan sempat mual muntah dan ada
gangguan BAB dan BAK namun jarang. Pasien mengatakan sewaktu haid
selalu merasa nyeri di bagian perut, pinggul sampai ke kaki, hingga
mengganggu aktifitasnya.

e) Riwayat Haid
Menarche pada usia 14 tahun, lama haid ± 5 hari, jumlah darah haid 3 kali
ganti pembalut dalam sehari. Haid Terakhir : Tahun 2000
f) Status Pernikahan
Pasien menikah 2 kali sejak usia 22 tahun. Lama usia pernikahan sekarang
adalah 34 tahun.
g) Riwayat Kontrasepsi
Pasien tidak pernah menggunakan kontrasepsi

h) Riwayat Obstetri
Jenis
Tahun Tempat Umur Jenis Penolong
No Kelamin Ket.
Partus Partus kehamilan Persalinan Persalinan
Anak/ BB
1 1971 Rumah Aterm Spontan Dukun L / 3000 gr Hidup
2 1975 Rumah Aterm Spontan Dukun L / 3500 gr Hidup
3 1977 Rumah Aterm Spontan Dukun P / 4000 gr Hidup
4 1979 Rumah Aterm Spontan Dukun P / 3500 gr Hidup
5 1982 Rumah Aterm Spontan Dukun L / 4000 gr Mati

i) Riwayat Penyakit Dahulu


DM (-), Hipertensi (-), Jantung (-)
j) Riwayat Penyakit Keluarga
- DM (-), Hipertensi (-), Jantung (-)

2.2 Pemeriksaan Fisik


a) Berat badan : 37 kg
b) Tinggi badan : 127 cm
c) Keadaan umum : Baik
d) Kesadaran : Composmentis (E4V5M6)

8
e) Tanda vital
Tekanan darah : 130/90 mmHg
Frekuensi nadi : 78 kali/menit
Frekuensi nafas : 24 kali/menit
Suhu : 36.5 0C
f) Status generalisata
Kepala / leher : konjunctiva anemis (-/-), sklera ikterik (-)
Thorax
- Pulmo
Inspeksi : bentuk dan pergerakan simetris
Palpasi : fremitus raba dextra=sinistra
Perkusi : sonor di seluruh lapangan paru
Auskultasi : vesikuler, ronki (-/-), wheezing (-/-)
- Cor
Inspeksi : ictus cordis tidak tampak
Palpasi : ictus cordis tidak teraba
Perkusi : batas kanan ICS 2 parasternal line dextra
batas kiri ICS V midclavicular line sinistra
Auskultasi : S1S2 tunggal, reguler, murmur (-), gallop (-)
Ekstremitas : edema -/-, akral hangat +/+
g) Status ginekologi :
 Inspeksi : Abdomen distensi (+), bentuk abdomen cembung (+), bekas
operasi (-), striae (-), linea nigra (-), massa regio infraumbilikal (+)
 Palpasi : Teraba massa di perut regio infraumbilikal kira-kira sebesar
jeruk bali, massa dapat digerakkan, permukaan teraba halus dan ada
nyeri tekan.
 Inspekulo : V/V tidak ada kista, kondiloma. Rugae vagina (+), tidak
ada inflamasi atau laserasi. Tidak ada sekret yang keluar.
 Vaginal Toucher : Tidak dilakukan.

2.3 Pemeriksaan Penunjang


1. Laboratorium:
a) Hematologi (15/03/2019)

9
Hasil Nilai rujukan
Leukosit 6.49 4.800-10.800
Eritrosit 4.440.000 4.200.000 – 5.400.000
Hematokrit 39,2% 37,0%-54,0%
Trombosit 227.000 150.000-450.000
Hemoglobin 13.4 12.0-16.0
BT 2 1-6
CT 9 1-15
b) Kimia Klinik (15/03/2019)
Hasil Nilai rujukan
Creatinin 0.8 0,5-1,1 mg/dL
Ureum 20.1 19.3-49.2 mg/dL
Glukosa puasa 104 70-100 mg/dL
G2PP 113 70-150
c) Urinalisis (15/03/19)
Hasil Nilai rujukan
Berat jenis 1.010 1.003-1.300
Sel epitel + Sedikit
Leukosit 0-1 0-1
Eritrosit 0-1 0-1
pH 6.5 4.8-7.8
d) Imuno-Serologi (15/03/2019)
Hasil Nilai rujukan
Ab HIV Non Reaktif -
HbsAg Non Reaktif <0.90
Ca 125 14.45 <35.00

2.4 Diagnosis
Kista ovarium

2.5 Penatalaksanaan
- Rencana operasi Laparotomy + HTSOB 20/03/2018
- Profilaksis Cefotaxim 1gr/ IV
- Observasi keluhan dan tanda vital

2.6 Follow Up
Rencana tindakan dan
Tanggal Follow up
Penatalaksanaan
18/03/2019 Menerima pasien dari Poli kandungan P:
16.00 WITA S : Perut terasa kembung dan nafas agak sesak  Rencana operasi
NIFAS O : KU sedang, Kesadaran composmentis Laparotomy tanggal

10
TD: 130/80 mmHg, HR: 78x/mnt 20/03/2019
RR: 24x/mnt, Temp: 36,6ºC  Observasi KU dan Tanda
A : Kista Ovarium vital.
 Diet bubur kecap
 Dulcolax tab 3x1
 Profilaxis Cefotaxim
1gr/IV
19/03/2019 S : Perut terasa kembung P:
22.00 WITA O : KU sedang, Kesadaran kompos mentis  Rencana operasi
NIFAS TD: 140/90 mmHg, HR: 79x/mnt Laparotomy tanggal
RR: 22x/mnt, Temp: 36,5ºC 20/03/2019
A : Kista Ovarium  Observasi KU dan Tanda
vital.
 Diet bubur kecap
 Dulcolax sup II
 Profilaxis Cefotaxim
1gr/IV
 Amplodipin 10 mg
20/03/2018 S : Pukul 11.20 pagi pasien dilakukan P:
10.00 WITA Laparotomy + HTSOB di OK IBS  IVFD RL 20 tpm
OK IBS O : TD: 160/85 mmHg, HR: 86x/mnt  Inj ketorolax 3x30
RR: 16x/mnt, Temp: 36,5ºC  Inj tramadol 3x1 g
A : Kista Ovarium  Inj metoklopramid 3x1
 Inj Cefotaxim 1gr/IV
Laporan Operasi
Tanggal operasi: 20/03/2019
Waktu operasi: 11.25-12.30
Diagnosis pre-operatif : Kista Ovarium Diagnosis post-operatif : Kista
Ovarium
Jenis operasi: HTSOB (Histerectomy Totalis Salfingo Oofofektomi Bilateral)

Langkah-langkah operasi:

11
1. Pasien disiapkan diatas meja operasi
2. Dilakukan anastesi spinal pada pasien.
3. Pasien diposisikan berbaring.
4. Dilakukan desinfeksi pada dinding perut dan lapangan
operasi dipersempit dengan duk steril.
5. Dibuat insisi mediana inferior
6. Tampak kista berukuran 15x15x10cm
7. Dilakukan HTSOB
8. Menjahit luka irisan pada segmen bawah rahim dengan
monocryl no.1
9. Membersihkan kavum abdomen dengan cairan NaCl dan
kemudian dilakukan suction.
10. Menjahit lapisan dinding abdomen lapis demi lapis:
a) Peritoneum dengan plain catgut 2.0
b) Otot dengan plain catgut 2.0
c) Fasia dengan vycril 1.0
d) Lemak dengan plain catgut 2.0
e) Subcutan dan cutis dengan vycril 3.0
11. Permukaan abdomen dibersihkan dengan NaCl 0.9%
12. Luka ditutup dengan sofratulle, kasa, dan plester
13. Operasi selesai
 Hasil PA tanggal 7-04-2019
20/03/2019 S: Ibu mengatakan nyeri bekas operasi P:
Jam 14.30 O: TD 130/70, Nadi 81x/menit, RR 25x/menit, IVFD RL 20 tpm
NIFAS T 36oC Inj. Kaltrofen 3x1 amp
A: Post Laparotomy HTSOB a/i Kista Ovarium inj. Cefotaxim 3x1 gr
inj. Ranitidine 2x1amp
Inj. Kalnex 3x1amp
Cek DL
20/03/2019 S: Ibu mengatakan nyeri bekas operasi P:
Jam 21.30 O: TD 130/70, Nadi 81x/menit, RR 25x/menit, IVFD RL 20 tpm
NIFAS T 36oC Inj. Kaltrofen 3x1 amp
Hasil Lab post op inj. Cefotaxim 3x1 gr

12
Leukosit: 21.100 inj. Ranitidine 2x1amp
Haemoglobin: 13,1 Inj. Kalnex 3x1amp
Hematrocrit : 38
Trombosit: 265.000
A: Post Laparotomy HTSOB a/i Kista Ovarium
21/03/2019 S : Ibu mengatakan nyeri bekas operasi P:
08.40 WITA O : KU sedang, Kesadaran kompos mentis IVFD RL 20 tpm
NIFAS TD: 130/80 mmHg, HR: 80x/mnt inj. Cefotaxim 3x1 gr
RR: 21x/mnt, Temp: 36,0ºC inj. Ranitidine 2x1amp
A : Post Laparotomy HTSOB a/i Kista Inj. Kalnex 3x1amp
Ovarium H-1 Kaltrofen supp
Menganjurkan pasien
mobilisasi
22/03/2019 S : Ibu mengatakan nyeri bekas operasi P:
08.00 WITA O : KU sedang, Kesadaran kompos mentis Aff infus
NIFAS TD: 130/80 mmHg, HR: 80x/mnt Ganti terapi oral
RR: 21x/mnt, Temp: 36,0ºC Mobilisasi aktif
A : Post Laparotomy HTSOB a/i Kista R/ pulang besok
Ovarium H-2
23/03/2019 S:- P : Advice dokter Obgyn
08.00 WITA O : KU sedang, Kesadaran kompos mentis Pasien boleh pulang. Obat
NIFAS TD: 120/80 mmHg, HR: 79x/mnt pulang :
RR: 18x/mnt, Temp: 36,0ºC  Cefadroxil 3 x 500mg/Oral
A : Post Laparotomy HTSOB a/i Kista  Asam Mefenamat 3x500mg/
Ovarium H-3 Oral
 Biosanbe 1 x 1 Tab/ Oral
 Diet TKTP
Kontrol kembali ke Poli
Kandungan : 29/03/2018

13
Gambar Kista Ovarium

14
BAB 3
TINJAUAN PUSTAKA

3.1 Definisi Tumor Ovarium


Secara harfiah, tumor adalah jaringan baru (neoplasma) yang timbul dalam
tubuh akibat pengaruh berbagai faktor penyebab dan menyebabkan jaringan
setempat pada tingkat gen kehilangan kendali normal atas pertumbuhannya.
Istilah neoplasma pada dasarnya memiliki makna sama dengan tumor. Keganasan
merujuk kepada segala penyakit yang ditandai hiperplasia sel ganas.
Tumor ovarium adalah sebuah proses penumbuhan jaringan baru yang
berasal dari ovarium baik yang bersifat jinak maupun ganas. Beberapa literatur
menggolongkan kista sebagai tumor namun beberapa literatur lain memisahkan
antara tumor dengan kista. Perlu diketahui bahwa definisi kista adalah suatu jenis
tumor berupa kantong abnormal yang berisi cairan.Karena secara definisi tumor
adalah jaringan, oleh karena itu beberapa literatur membedakan antara kista
dengan tumor ovarium.

Gambar 3 Ilustrasi Tumor Ovarium

3.2 Epidemiologi
Berdasarkan data penilitian di Amerika Serikat, umumnya kista ovarium
ditemukan saat pasien melakukan pemeriksaan USG baik abdominal maupun
transvaginal dan transrektal. Kista ovarium terdapat disekitar 18% yang sudah
postmenopause. Sebagian besar kista yang ditemukan merupakan kista jinak, dan
10% sisanya adalah kista yang mengarah ke keganasan. Kista ovarium fungsional

15
umumnya terjadi pada usia produktif dan relatif jarang pada wanita
postmenopause. Secara umum, tidak ada persebaran umur yang spesifik mengenai
usia terjadinya kista ovarium.5
Di Indonesia sekitar 25-50% kematian wanita usia subur disebabkan oleh
masalah yang berkaitan dengan kehamilan dan persalinan serta penyakit sistem
reproduksi misalnya kista ovarium. Sejak tahun 2001 diperkirakan jumlah
penderita kista ovarium di Indonesia sebanyak 23.400 orang dan diperkirakan
yang meninggal sebanyak 13.900 orang (59,4%). Sulitnya mendeteksi penyakit ini
menyebabkan 60-70% pasien datang pada stadium 1, berdasarkan pertimbangan
dan faktor tersebut karsinoma ovarium disebut silent killer karena baru diketahui
stadium lanjut. Sedangkan pada tahun 2008 terdapat 428 kasus penderita kista
ovarium , dimana terdapat 20% meninggal dunia dan 60% diantaranya wanita
karier yang telah berumah tangga. Sedangkan pada tahun 2009 terdata 768 kasus
penderita kista dan 25% diantaranya meninggal dunia dan 70% diantaranya
wanita karier yang telah berumah tangga 1,8.

3.3 Sifat Kista


3.3.1 Kista Fisiologis
Sesuai siklus menstruasi, di ovarium timbul folikel dan folikelnya
berkembang, dan gambaranya seperti kista. Biasanya kista tersebut berukuran
dibawah 4 cm, dapat dideteksi dengan menggunakan pemeriksaan USG, dan
dalam 3 bulan akan hilang. Jadi ,kista yang bersifat fisiologis tidak perlu operasi,
karena tidak berbahaya dan tidak menyebabkan keganasan, tetapi perlu diamati
apakah kista tersebut mengalami pembesaran atau tidak. Kista yang bersifat
fisiologis ini dialami oleh orang di usia reproduksi karena masih mengalami
menstruasi. Biasanya kista fisiologis tidak menimbuklkan nyeri pada saat haid.
Beberapa jenis kista fisiologis diantaranya adalah kista korpus luteal, kista
folikular, kista teka-lutein.4

3.3.2 Kista Patologis


Kista ovarium yang bersifat ganas disebut juga kanker ovarium.Kanker
ovarium merupakan penyebab kematian terbanyak dari semua kanker ginekologi.
Angka kematian yang tinggi karena penyakit ini pada awalnya bersifat tanpa

16
gejala dan tanpa menimbulkan keluhan apabila sudah terjadi metastasis, sehingga
60-70% pasien datang pada stadium lanjut, penyakit ini disebut juga sebagai silent
killer. Angka kematian penyakit ini di Indonesia belum diketahui dengan pasti.1
Pada kista patologis, pembesaran bisa terjadi relatif cepat, yang kadang
tidak disadari penderita.Karena, kista tersebut sering muncul tanpa gejala seperti
penyakit umumnya.Itu sebabnya diagnosa agak sulit dilakukan.Gejala gejala
seperti perut yang agak membuncit serta bagian bawah perut yang terasa tidak
enak biasanya baru dirasakan saat ukuranya sudah cukup besar. Jika sudah
demikian biasanya perlu dilakukan tindakan pengangkatan melalui proses
laparoskopi.1,2
Ada lagi jenis kista abnormal pada ovarium.Jenis ini ada yang bersifat
jinak dan ganas. Bersifat jinak jika bisa berupa spot dan benjolan yang tidak
menyebar. Meski jinak kista ini dapat berubah menjadi ganas.Tetapi sampai saat
ini, belum diketahui dengan pasti penyebab perubahan sifat tersebut. Kista ganas
yang mengarah ke kanker biasanya bersekat sekat dan dinding sel tebal dan tidak
teratur.Tidak seperti kista fisiologis yang hanya berisi cairan, kista abnormal
memperlihatkan campuran cairan dan jaringan solid dan dapat bersifat ganas.1,2,3

3.4 Klasifikasi Kista


Diantara tumor-tumor ovarium ada yang bersifat neoplastik dan non
neoplastik. Tumor neoplastik dibagi atas tumor jinak dan ganas, dan tumor jinak
dibagi dalam tumor kistik dan solid

1. Tumor Non Neoplastik


a. Tumor akibat radang
i. Abses ovarial
ii. Abses tubo-ovarial
iii. Kista tubo-ovarial
b. Tumor lain
i. Kista folikel
ii. Kista korpus lutein
iii. Kista teka-lutein
iv. Kista inklusi germinal

17
v. Kista endometrium
2. Tumor Neoplastik Jinak
a. Kistik
i. Kistoma ovarii simpleks
ii. Kistadenoma ovarii musinosum
iii. Kistadenoma ovarii serosum
iv. Kista endometroid
v. Kista dermoid
b. Solid
i. Fibroma, leiomioma, fibroadenoma, papiloma, angioma,
limfangioma
ii. Tumor Brenner
iii. Tumor sisi aderenal (makulinovo-blastoma).1

1. Kista Ovarium Non-Neoplastik


a. Tumor Akibat Radang
Tumor ini biasanya disebabkan oleh proses infeksi yang terjadi pada
adneksa. Tumor ini cukup jarang. Proses pembentukan tumor ini didahului
oleh masuknya bakteri kedalam uterus yang berlanjut ke bagian salfing
dan menuju ke adneksa. Kemudian terjadilah infeksi dan terjadi proses
imunologis sehingga terbentuk abses.1

b. Kista Folikel
Kista ini berasal dari folikel de graff yang tidak sampai berovulasi,
namun tumbuh terus menjadi kista folikel, atau dari beberapa folikel
primer yang setelah bertumbuh di bawah pengaruh estrogen tidak
mengalami proses atresia yang lazim, melainkan membesar menjadi kista.
bisa di dapati satu kista atau beberapa dan besarnya biasanya berdiameter
1-1 ½cm. Dalam menangani tumor ovarium timbul persoalan apakah
tumor yang dihadapi itu neoplasma atau kista folikel. Umumnya jika
diameter tumor tidak lebih dari 5 cm, dapat di tunggu dahulu karena kista
folikel dalam 2 bulan akan hilang sendiri.1,3

18
Kista folikuler secara tipikal kecil dan timbul dari folikel yang
tidak sampai saat menopause, sekresinya akan terlalu banyak mengandung
estrogen sebagai respon terhadap hipersekresi FSH (folikel stimulating
hormon) dan LH (luteinizing hormone) normalnya ditemui saat menopause
berdiameter 1 -10 cm (folikel normal berukuran limit 2,5 cm); berasal dari
folikel ovarium yang gagal mengalami involusi atau gagal meresorpsi
cairan. Dapat multipel dan bilateral. Biasanya asimtomatik.1

Gambar 4 : Kista Folikel

c. Kista Korpus Lutein


Dalam keadaan normal korpus luteum lambat laun mengecil dan
menjadi korpus albikans. Kadang-kadang korpus luteum akan
mempertahankan diri (korpus luteum persisten); perdarahan yang terjadi di
dalamnya akan menyebabkan kista, berisi cairan berwarna merah coklat
karena darah tua. Pada pembelahan ovarium kista korpus luteum memberi
gambaran yang khas.Dinding kista terdiri atas lapisan berwarna kuning,
terdiri atas sel-sel luteum yang berasal dari sel-sel teka.Penanganan kista
luteum ini menunggu sampai kista hilang sendiri. Dalam hal ini dilakukan
operasi atas dugaan kehamilan ektopik terganggu,kista korpus luteum
diangkat tanpa mengorbankan ovarium.1,3

19
Gambar 5 : Kista Korpus Luteal

d. Kista Teka Lutein


Kista biasanya bilateral dan sebesar tinju. Pada pemeriksaan
mikroskopik terlihat luteinisasi sel-sel teka.Tumbuhnya kista ini ialah
akibat pengaruh hormone koriogonadrotropin yang berlebihan.1,3
Kista granulosa lutein yang terjadi di dalam korpus luteum indung
telur yang fungsional dan membesar bukan karena tumor, disebabkan oleh
penimbunan darah yang berlebihan saat fase pendarahan dari siklus
menstruasi.
Kista teka-lutein biasanya berisi cairan bening, berwarna seperti
jerami; biasanya berhubungan dengan tipe lain dari growth indung telur,
serta terapi hormon.

Gambar 6 : Kista Teka Lutein

20
e. Kista Inklusi Germinal
Terjadi karena invaginasi dan isolasi bagian-bagian terkecil dari
epitel germinativum pada permukaan ovarium. Biasanya terjadi pada
wanita usia lanjut dan besarnya jarang melebihi 1 cm. Kista terletak di
bawah permukaan ovarium, dindingnya terdiri atas satu lapisan epitel
kubik atau torak rendah, dan isinya cairan jernih dan serous.1,3

Gambar 7 : Kista Inklusi Germinal

f. Kista Endometrium
Kista ini endometriosis yang berlokasi di ovarium. Akibat
proliferasi dari sel yang mirip dinding endometrium, umumnya berisi
darah yang merupakan hasil peluruhan dinding saat menstruasi.
Endometriosis adalah gangguan ginekologi yang sering terjadi yakni
adalah kelenjar endometrial dan stroma diluar tempat yang normal. 1
Menurut urutannya yang tersering, endometriosis di temukan di
tempat-tempat berikut: ovarium, peritoneum, dan ligamentum
sacrouterina, kavum douglasi, dinding belakang uterus, tuba falopii, plika
vesikouterina, ligamentum rotundum dan sigmoid, septum rectovaginal,
kanalis inguinalis, apendiks, umbilicus, serviks uteri, vagina, kandung
kencing, vulva, perineum, parut laparatomi, kelenjar limfe dan lain-lain. 6
Endometrioma adalah kista endometrial pada ovarium. Gambaran
endometrioma yakni berdinding halus, kista berisi cairan berwarna coklat.
Massa ovarium ini unilocular, tetapi sering multilokular berdiameter > 3

21
cm. endometrioma ovarium adalah endometriosis yang tersering. Ovarian
endometrioma terbentuk melalui invaginasi kortks ovarium dan selanjunya
berbentuk debris menstrual yang melekat pada permukaan ovarium. Teori
lain mengatakan bahwa endometrioma berkembang akibat dari metaplasia
coelomic dari inklusi invaginasi epithelial. 1

2. Neoplasia Jinak
a. Kistik:
o Kistoma Ovari Simpleks
Kista ini mempunyai permukaan yang rata dan halus, biasanya
bertangkai, seringkali bilateral dan dapat menjadi besar. Dinding kista tipis
dan cairan di dalam kista jernih, serous dan berwarna kuning. Pada
dinding kista tampak lapisan epitel kubik. Terapi terdiri atas pengangkatan
kista dengan reseksi ovarium, akan tetapi jarinngan yang dikeluarkan
harus segera diperiksa secara histologik untuk mengetahui apakah ada
keganasan.1,3
o Kistadenoma Ovarii Serosum
Kista ini ditemukan dalam frekwensi yang hampir sama dengan
kistadenoma musinosum dan dijumpai pada golongan umur yang
sama. Kista ini sering ditemukan bilateral (10-20%) daripada kistadenoma
musinosum. Tumor serosa dapat membesar sehingga memenuhi ruang
abnomen, tetapi lebih kecil dibanding dengan ukuran kistadenoma
musinosum. Permukaan tumor biasanya licin, tetapi dapat
juga lobulated karena kista serosum pun dapat berbentuk multikolur,
meskipun lazimnya berongga satu. Warna kista putih keabuan.
Ciri khas dari kista ini adalah potensi pertumbuhan papiler ke
dalam rongga kista sebesar 50% dan keluar pada permukaan kista sebesar
5%. Isi kista cair, kuning dan kadang-kadang coklat karena bercampur
darah. Tidak jarang, kistanya sendiri kecil, tetapi permukaannya penuh
dengan pertumbuhan papiler (solid papiloma)
Pada umumnya dapat dikatakan bahwa sulit membedakan
gambaran makroskopis kistadenoma serosum papileferum yang ganas

22
dari yang jinak, bahkan pemeriksaan rnikroskopis pun tidak selalu
mernberikan kepastian.
Pada pemeriksaan mikroskopis terdapat dinding kista yang dilapisi
epitel kubik atau torak yang rendah, dengan sitoplasma eosinofil dan inti
sel yang besar dan gelap warnanya. Karena tumor ini berasal dari epitel
permukaan ovarium (germinal epithelum), maka bentuk epitel pada papil
dapat beraneka ragam, tetapi sebagian besar terdiri atas epitel bulu getar
seperti epitel tuba. Pada jaringan papiler dapat ditemukan pengendapan
kalsium dalam stromanya yang dinamakan psamoma. Adanya psamoma
menunjukkan bahwa kista adalah kistadenoma ovarium serosum
papiliferum, tetapi bukan ganas.
Tidak ada gejala klasik yang menyertai tumor serosa
proliferatif. Kebanyakan ditemukan pada pemeriksaan rutin dari
pelvis. Kadang-kadang pasien mengeluh rasa ketidaknyamanan daerah
pelvis dan pada pemeriksaan ditemukan massa abdomen atau pun ascites.
Kelainan ekstra abdomen jarang ditemukan pada keganasan ovarium
kecuali pada stadium terminal. 1,2,6
Apabila ditemukan pertumbuhan papiler, proliterasi dan stratifikasi
epitel, serta anaplasia dan mitosis pada sel-sel, kistadenoma serosum
secara makroskopik digolongkan ke dalam kelompok tumor ganas. 30-
35% dari kistadenoma serosum mengalami perubahan keganasan. Bila
terdapat implantasi pada peritoneum disertai dengan ascites, prognosis
penyakit adalah kurang baik.
Meskipun diagnosis  histopatologis pertumbuhan tumor tersebut
mungkin jinak (histopathologically benign), tetapi secara klinis harus
dianggap sebagai neoplasma ovarium ganas (clinicaly malignant).
Terapi pada umumnya adalah pengangkatan tumor. Tetapi oleh
karena berhubung dengan besarnya kemungkinan keganasan perlu
dilakukan pemeriksaan yang teliti terhadap tumor yang dikeluarkan.
Bahkan kadang-kadang perlu diperiksa sediaan yang dibekukan (frozen
section) pada saat operasi, untuk menentukan tindakan selanjutnya pada
waktu operasi.1,3

23
o Kistadenoma Ovarii Musinosum
Asal tumor ini belum diketahui dengan pasti. Tumor ini mungkin
muncul sebagai tumor unilateral kista teratoma atau sebagai metaplasia
mucinosum dari mesothelium. Tumor mucinous yang berasal dari
teratoid ditemukan pada penderia yang muda. Paling sering pada wanita
berusia antara 20-50 tahun dan jarang sekali pada masa prapubertas.
Tumor evarium ini terbanyak ditemukan bersama-sama dengan
kistadenoma ovarii serosum. Kedua  tumor ini merupakan kira-kira 60%
dari seluruh ovarium, sedang kistadenoma ovarii musinosum nerupakan
40% dari seluruh kelompok neoplasma ovarium.
Kista ini biasanya mempunyai dinding yang licin, permukaan
berbagala (lobulated) dan umumnya multitokular dan odematosa; lokular
yang mengandung niukosa ini kelihatan biru dari peregangan kapsulnya.
Kira-kira 10% dapat mencapai ukuran yang amat besar dan pada tumor
ini tidak dapat ditemukan jaringan yang normal lagi. Tumor biasanya
unilateral, akan tetapi dapat juga dijumpai yang bilateral (8-10%).
Dinding kista agak tebal dan berwarna putih keabuan terutama
apabila terjadi perdarahan atau perubahan degeneratif di dalam kista.
Pada permukaan terdapat cairan lendir yang khas, kental seperti gelatin,
melekat dan berwarna kuning sampai coklat tergantung dari
percampurannya dengan darah.
Pemeriksaan mikroskopik: tampak dinding kista dilapisi oleh epital
torak tinggi dan sel-sel goblet yang terisi lendir. Sel-sel epitel yang
terdapat dalam satu lapisan bersifat odernatus dan mempunyai potensi
untuk tumbuh seperti struktur kelenjar, kelenjar-kelenjar menjadi kista-
kista baru, yang menyebabkan kista menjadi multilokuler. Jika terjadi
suatu sobekan pada dinding kista (spontan ataupun pada saat operasi),
maka sel-sel epitel dapat tersebar pada permukaan peritoneum rongga
perut, dan sekresinya menyebabkan pseudomiksoma peritonei. Akibat
pseudorniksoma peritonei timbul penyakit menahun dengan musin terus
bertambah dan menyebabkan banyak perlengketan. Akhirnya penderita

24
meninggal karena ileus. Pada kista kadang-kadang ditemukan daerah
padat dan pertumbuhan papiler.1,3

o Kista Endometroid
Terjadi karena lapisan didalam rahim (yang biasanya terlepas
sewaktu haid dan terlihat keluar dari kemaluan seperti darah); tidak
terletak dalam rahim tetapi melekat pada dinding luar ovarium. Akibat
peristiwa ini setiap kali haid, lapisan tersebut menghasilkan darah haid
yang akan terus menerus tertimbun dan menjadi kista. Kista ini bisa 1
pada dua indung telur. Timbul gejala utama yaitu rasa sakit terutama
sewaktu haid/ sexual intercourse.1,3

Gambar 9:Kista Endometroid

o Kista Dermoid
Tumor ini merupakan 10% dan seluruh neoplasma ovarium yang
kistik,  dan paling sering ditemukan pada wanita yang masih muda. 25%
dari  semua kista dermoid bilateral, lazimnya dijumpai pada masa
reproduksi walaupun dapat ditemukan pada anak kecil. Tumor ini dapat
mencapai ukuran sangat besar, sehingga beratnya mencapai beberapa
kilogram.
Kista ini tumbuh akibat proses yang kurang sempurna saat
pembentukan lapisan embrional. Lapisan ektoderm yang saat dewasa
akan menjadi sel sel folikel rambut, tulang, serta gigi secara tidak
sempurna tumbuh di sekitar ovarium. Kista ini mempunyai ciri yang
khas. Dinding kista kelihatan putih keabuan dan agak tipis. Konsistensi
tumor sebagian kistik kenyal, di bagian lain padat. Dapat ditemukan

25
kulit, rambut kelenjer sebasea, gigi (ektodermal), tulang rawan, serat otot
jaringan ikat (mesodemal) dan mukosa traktus gasttrointotinelis, epitel
saluran kista terdapat produk kelenjer sebasea berupa massa lembek
seperti lemak, bercampur dengan rambut
Pada kista dermoid dapat terjadi torsio tangkai dengan gejala nyeri
mendadak di perut bagian bawah. Ada kemungkinan terjadinya sobekan
dinding kista dengan akibat pengeluaran isi kista dalam rongga  
peritoneum. Perubahan keganasan dari kista sangat jarang, hanya 1,5%
dari semua kista dermoid dan biasanya pada wanita lewat menopause.1,3

Gambar 10 : Kista Dermoid


Epidemiologi

Tumor ini merupakan 10-25% dari semua neoplasma ovarium dan


60% dari semua neoplasma ovarium jinak. Kista dermoid merupakan tumor
terbanyak (10% dari total tumor ovarium) yang berasal dari sel germinativum
[ CITATION Hof16 \l 1033 ] . Tumor ini merupakan tumor jinak sel germinativum
dan paling banyak diderita oleh gadis yang berusia di bawah 20 tahun
[ CITATION Adr14 \l 1033 ].

Patologi

Dinding kista dermoid yang kuat memberikan bentukan bulat yang


halus atau bentuk ovoid, dengan bentuk lobulasi yang jarang. Tumor kistik ini
biasanya tumbuh dengan lambat dan paling sering berukuran 5-10cm.
Ditemukan bilateral pada sekitar 10% kasus. [ CITATION Hof16 \l 1033 ]

26
Gambar 3.11 Kista Dermoid [ CITATION Hof16 \l 1033 ].

Apabila dibelah, kebanyakan kista berbentuk unilokular dan terdapat


satu area dimana terdapat pertumbuhan terlokalisasi yang menonjol ke dalam
kavitas kista. Pertumbuhan terlokalisasi ini disebutan protuberansi
Rokitansky, plug dermoid, proses dermoid, mamilla dermoid, atau rudiment
embrional, protuberansi ini dapat tidak ada atau berjumlah multipel. [ CITATION
Hof16 \l 1033 ]

Secara mikroskopik, derivative endodermal atau mesodermal dapat


ditemukan, tetapi element ectodermal biasanya mendominasi Kista dilapisi
dengan epitel skuamos berkeratinisasi dan mengandung banyak kelenjar
sebasea dan keringat. Sekresi rambut dan lemak juga sering ditemukan.
Banyak variasi jaringan ditemukan pada protuberansi Rokitansky, yang juga
merupakan tempat paling sering untuk transformasi menjadi keganasan.
[ CITATION Hof16 \l 1033 ]

Transformasi menjadi keganasan hanya terjadi pada 1-3% kasus,


biasanya pada wanita dengan umur lebih dari 40 tahun, dan keganasan karena
kista dermoid hanya sekitar 1% dari seluruh keganasan ovarium. Karena
epitel skuamosa adalah epitel yang melapisi dari kista ini, maka karsinoma sel
skuamos merupakan 80% dari keseluruhan kasus keganasan. [ CITATION
Hof16 \l 1033 ]

27
Gambaran Klinik

Walaupun terdapat beberapa jaringan penyusun tumor, tetapi


ectodermal merupakan komponen tertentu, yang kemudian diikuti dengan
mesodermal dan entodermal. Semakin lengkap unsur penyusun, akan semakin
solid konsistensi tumor ini. Kista dermoid jarang mencapai ukuran yang
besar, tetapi kadang-kadang bercampur dengan kistadenoma ovarii
musinosum sehingga diameternya akan semakin besar. Unsur penyusun
tumor terdiri dari sel-sel yang telah matur sehingga kista ini juga disebut
sebagai teratoma matur. Dalam ukuran kecil, kista dermoid tidak
menimbulkan keluhan apapun dan penemuan tumor pada umumnya hanya
melalui pemeriksaan ginekologi rutin. Rasa penuh dan berat pada perut hanya
dirasakan apabila ukuran tumor cukup besar. [ CITATION Adr14 \l 1033 ] . Kista
dermoid biasanya bersifat asimptomatik dan tumbuh dengan lambat . Resiko
malignansi diasosiasikan dengan ukuran yang besar (>10cm) dan usia
postmenopause. [ CITATION Kin \l 1033 ]

Pemeriksaan Penunjang
1. USG
Gambaran berupa massa kistik dan unilokular pada kebanyakan
kasus, dengan ekogenitas beragam mewakili komponen lemak, tulang,
dan cairan yang berbeda. Patognomonik dari kista dermoid adalah nodul
Rokitansky, sebuah nodul hiperekoik yang sangat jelas, merupakan
gambaran rambut yang mengambang dalam cairan berdensitas rendah.
Kadang dapat ditemukan bayangan terang dan acoustic shadows yang
merupakan gambaran rambut, atau bahkan gigi di dalam kista [ CITATION
Say15 \l 1033 ].

28
Gambar 3.12 USG pada Kista Dermoid [ CITATION Hof16 \l 1033 ]

Gambar 3.13 Nodul Rotiansky dengan acoustic shadow


[ CITATION Say15 \l 1033 ]

29
Gambar 3.14 Acoustic shadow disertai dengan bright echo
menunjukkan rambut [ CITATION Say15 \l 1033 ]

Gambar 3.15 “Floating Balls” yang menunjukkan massa lipid


intrakistik [ CITATION Say15 \l 1033 ].
2. CT Scan
Identifikasi jaringan lemak di antara massa kistik adalah sebuah
tanda patoknomonik untuk sebuah kista dermoid. Fitur tipikal lainnya
yang dapat ditemukan pada CT adalah adanya kalsifikasi pada dinding
kista atau plug dermoid [ CITATION Kin \l 1033 ].

30
3. MRI
Temuan pada MRI yang sering ditemukan adalah bentuk bulat atau
oval, dengan batas lesi yang tajam dan adanya gambaran lemak. Gambaran
lemak ini dapat muncul dengan berbagai macam bentuk, seperti kavitas
berisi lemak atau fokus-fokus lemak, Apabila kista dermoid muncul
bersamaan dengan kistadenoma musinosum menunjukkan massa kistik
multilokulus dengan gambaran area murni lemak [ CITATION Kin \l 1033 ].

Komplikasi

Hampir 15% dari teratoma kistik matur mengalami torsi, tetapi


rupture kista jarang ditemukan. Hal ini disebabkan karena dinding kistanya
yang tebal mencegah rupture dibanding dengan neoplasma ovarium yang lain.
Apabila rupture kista terjadi, peritonitis akut sering ditemukan. Fielder
menghubungkan peritonitis dengan adanya konten sebum dan rambut dalam
kista dermoid. Mereka menemukan keuntungan lavage untuk mencegah
peritonitis dan pembentukan adesi. Kebocoran kronik dari isi kista dermoid
yang menyebabkan peritonitis granulomatous dapat salah diinterpretasikan
sebagai malignansi luas. [ CITATION Hof16 \l 1033 ]

Terapi

Laparotomi dan kistektomi. [ CITATION Adr14 \l 1033 ]

b. Solid
Semua tumor ovarium yang padat adalah neoplasma.Akan tetapi, ini tidak
berarti bahwa termasuk suatu neoplasma yang ganas, meskipun semuanya
berpotensi maligna. Potensi menjadi ganas sangat berbeda pada berbagai jenis,
umpamanya sangat rendah pada fibroma ovarium dan sangat tinggi pada teratoma
embrional yang padat.1,6
 Fibroma ovarii
Potensi menjadi ganas sangat rendah pada fibroma ovarium, kurang dari 1%.
Fibroma ovarii berasal dari elemen fibroblastik stroma ovarium atau sel
mesenkim yang multipoten. Tumor ini merupakan 5% dari semua neoplasma
ovarium dan paling sering ditemukan pada penderita menopause.

31
Tumor ini mencapai diameter 2 sampai 30 cm; dan beratnya 20 kg, dengan
90% uniteral. Permukaan tidak rata, konsistensi keras, warnanya merah jambu
keabuan. Apabila konsistensi sangat padat disebut fibroma durum, dan apabila
lunak disebut fibroma molle. Neoplasma ini terdiri atas jaringan ikat dengan sel-
sel di tengah jaringan kolagen. Apabila terdiri atas kelenjar-kelenjar kistik, maka
disebut kistadenofroma ovarii. Fibroma ovarii yang besar biasanya mempunyai
tangkai dan dapat terjadi torsi. Pada tumor ini  sering  ditemukan sindroma Meigs
(tumor ovarii, ascites, hidrotoraks). 1,2,6

3.5 Etiologi

Penyebab terjadinya kista ovarium yaitu terjadinya gangguan


pembentukan hormon pada hipotalamus, hipofise, atau ovarium itu sendiri. Kista
ovarium timbul dari folikel yang tidak berfungsi selama siklus menstruasi.1
Faktor resiko terjadinya kista ovarium.4

a. Riwayat kista ovarium sebelumnya


b. Siklus menstruasi yang tidak teratur
c. Meningkatnya distribusi lemak tubuh bagian atas
d. Menstruasi dini
e. Tingkat kesuburan
f. Hipotiroid atau hormon yang tidak seimbang
g. Terapi tamosifen pada kanker mamma
Sedangkan pada tumor padat, etiologi pasti belum diketahui, diduga
akibat abnormalitas pertumbuhan sel embrional, atau sifat genetis kanker
yang tercetus oleh radikal bebas atau bahan bahan karsinogenik.

3.6 Patofisiologi

Setiap hari, ovarium normal akan membentuk beberapa kista kecil yang
disebut Folikel de Graff. Pada pertengahan siklus, folikel dominan dengan
diameter lebih dari 2.8 cm akan melepaskan oosit mature. Folikel yang ruptur
akan menjadi korpus luteum, yang pada saat matang memiliki struktur 1,5-2 cm
dengan kista ditengah-tengah. Bila tidak terjadi fertilisasi pada oosit, korpus
luteum akan mengalami fibrosis dan pengerutan secara progresif. Namun bila

32
terjadi fertilisasi, korpus luteum mula-mula akan membesar kemudian secara
gradual akan mengecil selama kehamilan.1,6
Kista ovari yang berasal dari proses ovulasi normal disebut kista
fungsional dan selalu jinak. Kista dapat berupa folikular dan luteal yang kadang-
kadang disebut kista theca-lutein. Kista tersebut dapat distimulasi oleh
gonadotropin, termasuk FSH dan HCG.1,2
Kista fungsional multiple dapat terbentuk karena stimulasi gonadotropin
atau sensitivitas terhadap gonadotropin yang berlebih. Pada neoplasia tropoblastik
gestasional (hydatidiform mole dan choriocarcinoma) dan kadang-kadang pada
kehamilan multiple dengan diabetes, hcg menyebabkan kondisi yang disebut
hiperreaktif lutein. Pasien dalam terapi infertilitas, induksi ovulasi dengan
menggunakan gonadotropin (FSH dan LH) atau terkadang clomiphene citrate,
dapat menyebabkan sindrom hiperstimulasi ovari, terutama bila disertai dengan
pemberian HCG.1,2
Kista neoplasia dapat tumbuh dari proliferasi sel yang berlebih dan tidak
terkontrol dalam ovarium serta dapat bersifat ganas atau jinak. Neoplasia yang
ganas dapat berasal dari semua jenis sel dan jaringan ovarium. Sejauh ini,
keganasan paling sering berasal dari epitel permukaan (mesotelium) dan sebagian
besar lesi kistik parsial. Jenis kista jinak yang serupa dengan keganasan ini adalah
kistadenoma serosa dan mucinous. Tumor ovari ganas yang lain dapat terdiri dari
area kistik, termasuk jenis ini adalah tumor sel granulosa dari sex cord sel dan
germ cel tumor dari germ sel primordial. Teratoma berasal dari tumor germ sel
yang berisi elemen dari 3 lapisan germinal embrional; ektodermal, endodermal,
dan mesodermal.Endometrioma adalah kista berisi darah dari endometrium
ektopik. Pada sindroma ovari pilokistik, ovarium biasanya terdiri folikel-folikel
dengan multipel kistik berdiameter 2-5 mm, seperti terlihat dalam sonogram.1,2

3.7 Tanda dan Gejala

Kebanyakan wanita dengan kanker ovarium tidak menimbulkan gejala


dalam waktu yang lama. Gejala umumnya sangat bervariasi dan tidak spesifik.4,6
Pada stadium awal gejalanya dapat berupa:
a. Gangguan haid

33
b. Jika sudah menekan rectum atau VU mungkin terjadi konstipasi atau sering
berkemih.
c. Dapat terjadi peregangan atau penekanan daerah panggul yang menyebabkan
nyeri spontan dan sakit diperut.
d. Nyeri saat bersenggama.

Pada stadium lanjut:


a. Asites
b. Penyebaran ke omentum (lemak perut) serta organ di dalam rongga perut
c. Perut membuncit, kembung, mual, gangguan nafsu makan
d. Gangguan buang air besar dan kecil.
e. Sesak nafas akibat penumpukan cairan di rongga dada.4

3.8 Diagnosis

Diagnosis kista ovarium dapat ditegakkan melalui anamnesis dan


pemeriksaan fisik. Namun biasanya sangat sulit untuk menemukan kista melalui
pemeriksaan fisik. Maka kemudian dilakukan pemeriksaan penunjang untuk
mendiagnosis kista ovarium. Pemeriksaan yang umum digunakan adalah :
1. Ultrasonografi (USG)
Alat peraba (transducer) digunakan untuk memastikan keberadaan
kista, membantu mengenali lokasinya dan menentukan apakah isi kista cairan
atau padat. Kista berisi cairan cenderung lebih jinak, kista berisi material
padat memerlukan pemeriksaan lebih lanjut.5,6
Dari gambaran USG dapat terlihat:
a. Akan terlihat sebagai struktur kistik yang bulat
(kadang-kadang oval) dan terlihat sangat echolucent dengan dinding
yang tipis/tegas/licin, dan di tepi belakang kista nampak bayangan
echo yang lebih putih dari dinding depannya.
b. Kista ini dapat bersifat unillokuler (tidak bersepta) atau
multilokuler (bersepta-septa).
c. Kadang-kadang terlihat bintik-bintik echo yang halus-
halus (internal echoes) di dalam kista yang berasal dari elemen-
elemen darah di dalam kista.

34
2. Pemeriksaan Lab
Pemeriksaan lab dapat berguna sebagai screening maupun diagnosis
apakah tumor tersebut bersifat jinak atau ganas.Berikut pemeriksaan yang
umum dilakukan untuk mendiagnosis kista ovarium.

 Pemeriksaan Beta-HCG Pemeriksaan ini digunakan untuk


screening awal apakah wanita tersebut hamil atau tidak. Pemeriksaan
ini dapat menyingkirkan kemungkinan kehamilan ektopik.
 Pemeriksaan Darah Lengkap Untuk sebuah penyakit keganasan,
dapat diperkirakan melalui LED. Parameter lain seperti leukosit, HB,
HT juga dapat membantu pemeriksa menilai keadaan pasien.
 Urinalisis Urinalisis penting untuk mencari apakah ada
kemungkinan lain, baik batu saluran kemih, atau infeksi dan untuk
menyingkirkan diagnosis banding.
 Pemeriksaan Tumor Marker Tumor marker spesifik pada
keganasan ovarium adalah CA125. CEA juga dapat diperiksa, namun
CEA kurang spesifik karena marker ini juga mewakili keganasan
kolorektal, uterus dan ovarium.

3. Pemeriksaan Patologi Anatomi


Merupakan pemeriksaan untuk memastikan tingkat keganasan dari
tumor ovarium. Pemeriksaan ini biasanya dilakukan bersama dengan
proses operasi, kemudian sampel difiksasi dan diperiksa dibawah
mikroskop.6

3.9 Penatalaksanaan
1. Observasi dan Manajemen Gejala
Jika kista tidak menimbulkan gejala, maka cukup dimonitor (dipantau)
selama 1-2 bulan, karena kista fungsional akan menghilang dengan sendirinya
setelah satu atau dua siklus haid. Tindakan ini diambil jika tidak curiga ganas.
Apabila terdapat nyeri, maka dapat diberikan obat-obatan simptomatik seperti
penghilang nyeri NSAID1,2,4
2. Operasi

35
Jika kista membesar, maka dilakukan tindakan pembedahan, yakni
dilakukan pengambilan kista dengan tindakan laparoskopi atau laparotomi.
Biasanya kista yang ganas tumbuh dengan cepat dan pasien mengalami
penurunan berat badan yang signifikan. Akan tetapi kepastian suatu kista itu
bersifat jinak atau ganas jika telah dilakukan pemeriksaan Patologi Anatomi
setelah dilakukan pengangkatan kista itu sendiri melalui operasi. Biasanya
untuk laparoskopidiperbolehkan pulang pada hari ke-2 atau ke-3, sedangkan
untuk laparotomidiperbolehkan pulang pada hari ke-3 atau ke-4.1,2,4
Indikasi umum operasi pada tumor ovarium melalui screening USG
umumnya dilakukan apabila besar tumor melebihi 5cm baik dengan gejala
maupun tanpa gejala. Hal tersebut diikuti dengan pemeriksaan patologi
anatomi untuk memastikan keganasan sel dari tumor tersebut.1,2,4,6

3.10 Prognosis

Prognosis dari kista jinak sangat baik. Kista jinak tersebut dapat tumbuh di
jaringan sisa ovarium atau di ovarium kontralateral.Apabila sudah dilakukan
operasi, angka kejadian kista berulang cukup kecil yaitu 13%.
Kematian disebabkan karena karsinoma ovari ganas berhubungan dengan
stadium saat terdiagnosis pertama kali dan pasien dengan keganasan ini
sering ditemukan sudah dalam stadium akhir.1
Angka harapan hidup dalam 5 tahun rata-rata 41.6%. Tumor sel granuloma
memiliki angka bertahan hidup 82% sedangkan karsinoma sel skuamosa yang
berasal dari kista dermoid berkaitan dengan prognosis yang buruk.1,6

36
BAB 4
PEMBAHASAN

4.1 Anamnesis
Teori Kasus
Kista Ovarium secara umum : - Perut terasa kembung dan terasa
- Nyeri perut jika terjadi peregangan sesak
atau penekanan daerah panggul - Benjolan di bagian perut kanan
- Gangguan haid bawah sejak ± 1 tahun, semakin lama
- Konstipasi atau sering berkemih jika semakin membesar
sudah menekan rectum atau VU - Nyeri perut hilang timbul, menjalar
- Gangguan nafsu makan ke pinggang dan kaki
- Kembung, perut terasa penuh - Nyeri saat haid
- Perut membuncit, kembung, mual, - Haid pasien tidak teratur.
gangguan nafsu makan - Kadang mual dan muntah
- Gangguan buang air besar dan kecil. - Kadang ada gangguan BAK dan BAB
- Sesak nafas akibat penumpukan
cairan di rongga dada.

4.2 Pemeriksaan Fisik


Teori Kasus
Kista ovarium secara umum : Tekanan darah : 130/90 mmHg
- Asites Frekuensi nadi : 78 kali/menit
- Perut membuncit, kembung Frekuensi nafas : 24 kali/menit
- Sesak napas akibat penumpukan Suhu : 36.5 0C
cairan di rongga dada  Inspeksi : Abdomen distensi (+),
- Pada kista dermoid didapati gejala bentuk abdomen cembung (+), bekas
nyeri mendadak di perut bagian operasi (-), striae (-), linea nigra (-),
bawah. massa regio infraumbilikal (+)
- Ada kemungkinan terjadinya sobekan  Palpasi : Teraba massa di perut regio
dinding kista dengan akibat infraumbilikal kira-kira sebesar jeruk

37
pengeluaran isi kista dalam rongga   bali, massa dapat digerakkan,
peritoneum. permukaan teraba halus dan ada nyeri
tekan.
 Inspekulo : V/V tidak ada kista,
kondiloma. Rugae vagina (+), tidak
ada inflamasi atau laserasi. Tidak ada
sekret yang keluar.
 Vaginal Toucher : Tidak dilakukan.

4.3 Pemeriksaan Penunjang


Teori Kasus
1. Laboratorium 1. Laboratorium
- Beta-HCG: untuk menyingkirkan a. Darah Lengkap
kemungkinan kehamilan ektopik. - Leu: 6.490 sel/mm3
- Darah Lengkap: untuk penyakit - Hb : 13,4 mg/dl
keganasan, dapat diperkirakan - Hct : 39.2 %
melalui LED. Parameter lain - Trombosit : 227.000
seperti leukosit, HB, HT juga dapat b. Urinalisis
membantu pemeriksa menilai - Berat jenis : 1.010
keadaan pasien. - Protein : -
- Urinalisis: untuk mencari apakah - Sel epitel: +
ada kemungkinan lain, baik batu - Bakteri: -
saluran kemih atau infeksi. - Leukosit : 0-1
- Tumor Marker: Tumor marker - Eritrosit : 0-1
spesifik pada keganasan ovarium - pH : 6.5
adalah CA125. CEA juga dapat c. Tumor Marker
diperiksa, namun kurang spesifik - Ca 125: 14.45
karena dapat mewakili keganasan
kolorektal, uterus dan ovarium.
2. USG
- Struktur kistik bulat dan terlihat
sangat echolucent dengan dinding

38
yang tipis / tegas / licin, dan di tepi
belakang kista nampak bayangan
lebih putih dari dinding depannya.
- Dapat bersifat unilokuler (tidak
bersepta) atau multilokuler
(bersepta).
- Kadang terlihat bintik-bintik echo
halus (internal echoes) di dalam
kista yang berasal dari elemen-
elemen darah di dalam kista.
3. Patologi Anatomi
Untuk memastikan tingkat keganasan
dari tumor ovarium.

4.4 Penatalaksanaan
Teori Kasus
Operasi Pada tanggal 20 Maret 2019 dilakukan
Jika kista membesar, maka operasi Laparotomy + HTSOB
dilakukan tindakan pembedahan,
yakni laparoskopi atau laparotomi.
Indikasi operasi melalui screening
USG umumnya dilakukan apabila
besar tumor melebihi 5 cm baik
dengan gejala maupun tanpa gejala.

39
BAB 5
PENUTUP

5.1 Kesimpulan
Telah dilaporkan sebuah kasus atas pasien Ny. M yang berusia 70 tahun
yang datang ke Poli Kandungan RSUD AWS Samarinda melalui rujukan dari
RSUD Harapan Insan Sendawar Kutai Barat, dengan diagnosis kista ovarium.
Setelah melakukan anamnesis, pemeriksaan fisik dan pemeriksaan penunjang
maka didapatkan diagnosis sebagai Kista Ovarium. Pada pasien ini dilakukan
tindakan operatif yakni tindakan laparotomy + HTSOB. Diagnosis post operasi
pada pasien ini adalah Kista Ovarium. Secara umum penegakan diagnosis maupun
penatalaksanaan pada pasien tersebut sudah tepat dan sesuai dengan teori yang
ada.

40
DAFTAR PUSTAKA

1. Wiknjosastro H. Buku Ilmu Kandungan Edisi 2., editor: Saifuddin A.B,dkk.


Jakarta: Yayasan Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo.1999: 13-14
2. Sjamsuhidayat, Buku Ajar Ilmu Bedah, Edisi Revisi, EGC, l 1027; Jakarta,
1998
3. Mansjoer, Arif dkk. Kapita Selekta Kedokteran. Edisi 3. Jilid 2. Jakarta:
Media Aesculapius. 2000.
4. Medscape Reference, Ovarium Anatomy, Available at
http://emedicine.medscape.com/article/1949171-overview#aw2aab6b3, Last
Update October 3, 2017.
5. Medscape Reference, Ovarian Cyst
http://emedicine.medscape.com/article/255865-overview#a0101, Last Update
August 19, 2017.
6. Schorge et al. William’s Gynecology [Digital E-Book] Gynecologic Oncology
Section. Ovarian Tumors and Cancer. McGraw-Hills. 2008
7. Tambayong, 2002. Patofisiologi untuk keperawatan, Penerbit buku
Kedokteran. EGC, Jakarta
8. Depkes. (2011). Angka kejadian kista ovarium [internet]. Available from:
netLibrary http://www.depkes.go.id/resources/download/pusdatin/profil-
kesehatanindonesia/profil-kesehatan-indonesia-2011.pdf
9. Carr BR. Endometriosis. In: Schorge JO, et al, editors . Williams Gynecology.
New York; McGraw-Hill:2008
10. Bulletti C, Coccia ME, Battistoni S, Borini A. Endometriosis and infertility. J
Assist Reprod Genet (2010) 27:441–447.
11. DeCherney AH, Nathan L, Goodwin TM, Laufer N. Current Diagnosis &
Treatment Obstetrics & Gynecology. 10th ed. New York: McGraw-Hill; 2007.
12. Katz VL. Benign Gynecologic Lesions : Vulva, Vagina, Cervix, Uterus,
Oviduct, Ovary. In: Katz VL, Lentz GM, Lobo RA, Gershenson DM, editors.
Comprehensive Gynecology. 5th ed. Philadelphia; Elsevier: 2007.
13. Giudice LC. Endometriosis. N Engl J Med 2010;362:2389-98

41
14. Prabowo RP. Endometriosis. Dalam, Wiknjosastro H, Saifuddin AB,
Rachimhadhi T. Edisi ke II. Jakarta; Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo:
2009. H. 316.
15. Hill JA, D'Hooghe TM. Endometriosis. Berek JS, editor. Berek & Novak's
Gynecology. 14th Edition. New York; Lippincott Williams & Wilkins: 2007.
16. Schenken RS. Endometriosis. In: Gibbs RS, et al, editors. Danforth's
Obstetrics and Gynecology. 10th Edition. New York; Lippincott Williams &
Wilkins: 2008.
17. Perkumpulan Obstetri dan Ginekologi Indonesia. 2016. Konsesnsus
Endometriosis. Available at : http://pogi.or.id/publish

42

Anda mungkin juga menyukai