Anda di halaman 1dari 20

Laporan Kasus

Post Laparatomi Ec Mioma Uteri

Diajukan Sebagai Salah Satu Tugas Dalam Menjalani


Kepaniteraan Klinik Senior Pada Bagian/SMF OBGYN
Fakultas Kedokteran Universitas Malikussaleh
Rumah Sakit Umum Cut Meutia

Oleh :
Siti Sapura
2106111064

Preseptor :
dr. Jeri Indrawan, Sp.OG

BAGIAN SMF OBSTETRI DAN GINEKOLOGI


FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS MALIKUSSALEH
RUMAH SAKIT UMUM CUT MEUTIA
ACEH UTARA
2021
KATA PENGANTAR
Puji syukur saya ucapkan kehadirat Allah SWT atas rahmat, hidayah, dan
kesempatan-Nya sehingga saya dapat menyelesaikan laporan kasus ini dengan
judul " Post Laparatomi ec Mioma Uteri ". Penyusunan laporan kasus ini
merupakan pemenuhan syarat untuk menyelesaikan tugas Kepaniteraan Klinik
Senior pada Bagian SMF OBGYN Fakultas Kedokeran Universitas Malikussaleh
Rumah Sakit Umum Cut Meutia Aceh Utara.
Seiring rasa syukur atas terselesaikannya refarat ini, dengan rasa hormat
dan rendah hati saya sampaikan terimakasih kepada:
1. Pembimbing, dr. Jeri Indrawan, Sp.OG atas arahan dan bimbingannya
dalam penyusunan referat ini.
2. Sahabat-sahabat kepaniteraan klinik senior di Bagian SMF OBGYN
Fakultas Kedokeran Universitas Malikussaleh Rumah Sakit Umum Cut
Meutia Aceh Utara, yang telah membantu dalam bentuk motivasi dan
dukungan semangat.
Sebagai manusia yang tidak lepas dari kekurangan, saya menyadari bahwa
dalam penyusunan referat ini masih jauh dari sempurna. Saya sangat
mengharapkan banyak kritik dan saran yang membangun dalam penyempurnaan
referat ini. Semoga referat ini dapat bermanfaat bagi kita semua. Amin.

Aceh Utara, Oktober 2021

Penulis

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR..............................................................................................i
DAFTAR ISI............................................................................................................ii
BAB 1 PENDAHULUAN......................................................................................1
BAB 2 LAPORAN KASUS....................................................................................3
2.1 Identitas Pasien..........................................................................................3
2.2 Anamnesis.................................................................................................3
2.2.1 Keluhan Utama..................................................................................3
2.2.2 Keluhan Tambahan............................................................................3
2.2.3 Riwayat Penyakit Sekarang...............................................................3
2.2.4 Riwayat Obstetri................................................................................3
2.2.5 Riwayat Kontrasepsi..........................................................................4
2.2.6 Riwayat Penyakit Dahulu...................................................................4
2.2.5 Riwayat Penyakit Keluarga................................................................4
2.2.6 Riwayat ANC.....................................................................................4
2.2.7 Riwayat Sosial Ekonomi....................................................................4
2.2.9 Riwayat Penggunaan Obat.................................................................4
2.3 Pemeriksaan Fisik......................................................................................5
2.5 Pemeriksaan Penunjang.............................................................................6
2.6 Diagnosis...................................................................................................8
2.7 Penatalaksanaan.........................................................................................8
2.8 Prognosis........................................................................................................8
2.9 Follow Up Pasien......................................................................................8
BAB 3 TINJAUAN PUSTAKA............................................................................10
3.1 Mioma Uteri............................................................................................10
3.1.1 Definisi.............................................................................................10
3.1.2 Epidemiologi....................................................................................10
3.1.3 Etiologi.............................................................................................10
3.1.4 Patogenesis.......................................................................................11
3.1.5 Diagnosis.............................................................................................12
3.1.6 Gejala Klinik.........................................................................................12
3.1.7 Tatalaksana.......................................................................................13

ii
3.1.8 Komplikasi.......................................................................................13
BAB 4 PEMBAHASAN........................................................................................14
BAB 5 KESIMPULAN..........................................................................................15
DAFTAR PUSTAKA............................................................................................16

iii
BAB 1
PENDAHULUAN
Kesehatan reproduksi wanita merupakan salah satu aspek penting dalam
mencapai derajat kesehatan yang optimal. Masalah kesehatan yang terjadi pada
kesehatan reproduksi wanita dapat memberikan pengaruh yang besar dalam
kelanjutan generasi penerus suatu Negara, salah satu masalah yang sering
dijumpai adalah mioma uteri. Mioma uteri yang dikenal juga dengan fibromioma ,
fibroid, ataupun leimyoma adalah tumor jinak gynecology yang struktur utamanya
berasal dari otot polos uterus dan jaringan ikat yang menumpangnya. Menurut
letaknya mioma uteri dibagi menjadi mioma submukosum, mioma intramural dan
mioma subserosum (1).
Mioma uteri terjadi pada 20-25% perempuan di usia reproduktif.
Insidensinya 3-9 kali lebih banyak pada ras kulit berwarna disbanding ras kulit
putih. Pravalensi mioma uteri di Nigeria ditemukan sekitar 17,9 – 26 %
dibandingkan dengan Eropa atau Amerika Serikat yaiu 5-11%. Mioma uteri
merupakan tumor jinak terbanyak pada wanita dan merupakan indikasi
histerektomi tersering di Amerika Serikat. Tercatat sebanyak 39% dari 600.000
histerektomi yang dilakukan di Amerika Serikat setiap tahunnya. Di Indonesia,
mioma uteri ditemukan 2,39-11,7% dari semua penderita ginekologi yang dirawat
serta kelompok usia tersering adalah 41-50 tahun sebesar 56,7%.(2)
Kejadian mioma uteri lebih tinggi pada usia diatas 35 tahun, yaitu
mendekati angka 40%. Tingginya kejadian mioma uteri antara 35-50 tahun dan
jarang terjadi di bawah usia 25 tahun dan wanita post menopause, menunjukan
adanya hubungan mioma uteri dengan estrogen. Mioma uteri dilaporkan belum
pernah terjadi sebelum menarke dan menopause. Wanita yang sering melahirkan
akan lebih sedikit kemungkinan untuk berkembangnya mioma uteri dibandingkan
dengan wanita yang tak pernah hamil dan 1 kali hamil. Statistik menunjukan 60%
mioma uteri berkembang pada wanita yang tak pernah hamilatau hanya hamil 1
kali. Pravalensi meningkat apabila ditemukan riwayat keluarga, ras, kegemukan
dan nulipara.(2)

1
Penanganan mioma uteri adalah berdasarkan gejala, ukuran dan lokasi
tumor, usia penderita, fungsi reproduksi dan fertilisasi dari penderita, serta terapi
yang tersedia. Mioma uteri yang bergejala dapat ditangani dengan obat-abatan,
operasi, atau keduanya. Pengobatan mioma uteri dengan gejala klinik di Indonesia
pada umumnya adalah tindakan oprasi yaitu histerektomi (pengangktan rahim)
atau pada wanita yang ingin mempertahankan kesuburannya, miomektomi
(pengangkatan mioma) dapat menjadi pilihan.(3)
Di Indonesia angka kejadian mioma uteri ditemukan 2,39% - 11,87 % dari
semua penderita ginekologi yang dirawat. Hingga saat ini penyebab pasti dari
mioma uteri masih belum diketahui dan diduga merupakan penyakit multifaktorial
selain itu terdapat juga korelasi antara pertumbuhan tumor dengan peningkatan
reseptor estrogen-progesteron pada jaringan mioma uteri. Mioma uteri kaya akan
reseptor estrogen. Meyer dan De Snoo mengajukan teori Cell nest atau teori
genitoblast, teori ini menyatakan bahwa untuk terjadinya mioma uteri harus
terdapat dua komponen penting yaitu sel nest (sel muda yang terangsang) dan
estrogen (perangsang sel nest secara terus menerus). Mioma uteri dijumpai setelah
menarche. Seringkali terdapat pertumbuhan tumor yang cepat selama kehamilan
dan terapi estrogen eksogen. Mioma uteri akan mengecil pada saat menopause dan
pengangkatan ovarium. Berdasarkan lokasi tumbuhnya mioma di miometrium,
mioma uteri dapat dibagi menjadi mioma submukosa, mioma intramural, dan
mioma subserosa. Gejala yang timbul akibat mioma uteri sangat tergantung dari
lokasi, arah pertumbuhan, jenis, besar, dan jumlah mioma. Hanya dijumpai pada
35% – 50% saja mioma uteri yang menimbulkan keluhan sedangkan sisanya tidak
mengeluh apapun. Hipermenore dan menometroragia merupakan gejala klasik
dari mioma uteri, selain itu gejala lain yang dapat timbul ialah terasa adanya
massa di perut bawah, perdarahan abnormal, nyeri perut, efek penekanan,
penurunan kesuburan, serta abortus spontan. (2)

2
BAB 2
LAPORAN KASUS

2.1 Identitas Pasien

Nama : Maryani
Jenis Kelamin : Perempuan
No. Rekam Medis : 40.22.71
Tanggal Masuk : 14 Desember 2021
Tanggal Lahir : 05 Mei 1973
Usia : 48 Tahun
Agama : Islam
Status Perkawinan : Menikah (Istri)
Suku :
Pekerjaan : Ibu rumah tangga
Alamat : Putoh Sa, Kecamatan Pante Bidadari, Kabupaten
Aceh Timur
Golongan Darah :B

2.2 Anamnesis

2.2.1 Keluhan Utama

Perdarahan dari jalan lahir

2.2.2 Keluhan Tambahan

Nyeri perut berat, sakit kepala, mual dan mutah serta fisik lemah.

2.2.3 Riwayat Penyakit Sekarang

Pasien perempuan berusia 48 tahun dirujuk ke RSUD Cut Meutia dengan


keluhan perdarahan dari jalan lahir serta nyeri perut berat dan lemas.

2.2.4 Riwayat Obstetri

Menarche : Usia 14 tahun


Siklus haid : Teratur 30 hari sekali
Lama haid : Normal 6-8 hari

3
Banyaknya : Normal 2-3 pembalut perhari
Nyeri Haid : Nyeri biasa di hari pertama haid

2.2.5 Riwayat Kontrasepsi

Pasien menggunakan kontrasepsi suntik 3 bulan.

2.2.6 Riwayat Penyakit Dahulu

1. Hal yang serupa : (-)


2. Riwayat darah tinggi : (-)
3. Riwayat kejang di kehamilan sebelumnya : (-)
4. Riwayat asma : (-)
5. Riwayat kencing manis (DM) : (-)
6. Riwayat penyakit jantung : (-)
7. Riwayat operasi : (-)
8. Riwayat HIV : (-)
9. Riwayat perdarahan ante-post partum : (-)
2.2.5 Riwayat Penyakit Keluarga

Pasien adalah seorang ibu rumah tangga. Tidak terdapat anggota keluarga
yang mengalami keluhan dan gejala yang sama dengan pasien.

2.2.6 Riwayat ANC

Selama kehamilan, pasien melakukan pemeriksaan kehamilan di Posyandu


pada usia kehamilan 7 bulan , dan kembali melakukan pemeriksaan saat ada
keluhan saja.

2.2.7 Riwayat Sosial Ekonomi

Pasien adalah seorang ibu rumah tangga dan tidak memiliki pekerjaan.
Sumber penghasilan keluarga berasal dari suami pasien yang bekerja sebagai
wiraswasta dengan penghasilan Rp 1.000.000,00. – Rp 3.000.000,00. per bulan.
Biaya pengobatan ditanggung oleh BPJS.
Kesan : Sosial Ekonomi Cukup

2.2.9 Riwayat Penggunaan Obat

Pasien pernah mengonsumsi obat – obatan tertentu. Pasien membeli obat


pereda nyeri dirumah sakit.

4
2.3 Pemeriksaan Fisik

1. Tanda-tanda fisik :
GCS : E4V5M6
Kesadaran : Compos mentis
Keadaan Umum : Baik
Heart Rate : 84 kali per menit
Respiratory rate : 20 kali per menit
Tekanan darah : 150/100 mmHg
Suhu : 37oC
SpO2 :
98%

2. Status gizi :
Berat badan : 66 kg
Tinggi badan : 155 cm
Indeks masa tubuh : 27 kg/m2

3. Status Generalis
Kulit
1. Warna : Sawo matang
2. Turgor : Normal
3. Sianosis : Tidak ada
4. Ikterus : Tidak ada
5. Oedema : Tidak ada
6. Anemia : Tidak ada
Kepala
1. kepala : Normochepali, tidak ada deformitas
2. Rambut : Hitam, distribusi merata
3. Wajah : Simetris, tidak dijumpai deformitas dan oedema
4. Mata : Konjungtiva anemis (-/-), sklera ikterik (-/-), refleks
cahaya langsung (+/+), refleks cahaya tidak langsung (+/+).
5. Telinga : Sekret (-/-), darah (-/-)

5
5. Hidung : Deviasi septum (-/-), sekret (-/-)
6. Mulut : Bibir pucat (-)
Leher
1. Inspeksi : Simetris
2. Palpasi : Pembesaran KGB (-), distensi vena jugularis (-)
Thoraks
1. Paru
a. Inspeksi : Bentuk dada normal, gerak dada simetris kiri-kanan, tidak
ada retraksi
b. Palpasi : Tidak ada benjolan, nyeri tekan (-), massa (-)
c. Perkusi : Sonor pada kedua lapang paru
d. Auskultasi : Vesikuler (+/+), ronkhi (-/-), wheezing (-/-)

2. Jantung
a. Inspeksi : Bentuk dada normal, gerak simestris, ictus cordis tidak
terlihat
b. Palpasi : Ictus cordis tidak teraba
c. Perkusi : Batas jantung normal
d. Auskultasi : Bunyi jantung I/II normal, murmur (-), gallop (-)
Abdomen
a. Inspeksi : Bentuk abdomen membesar
b. Palpasi : Hepar tidak teraba, lien tidak teraba
c. Perkusi : Timpani
d. Auskultasi : Peristaltik usus normal
Ekstremitas : Akral hangat

2.5 Pemeriksaan Penunjang

Laboratorium tanggal 14 Desember 2021


Nama Test Hasil Test Nilai Normal
Hematologi
Darah Lengkap
Hemoglobin (HGB) 12.58 13.0-18.0 g/dl

6
Eritrosit (RBC) 4.96 4.5-6.5 juta/uL
Hematokrit (HCT) 36.75 37.0-47.0 %
MCV 74.02 79-99 fL
MCH 25.34 27.0-31.2 pg
MCHC 34.24 33.0-37.0 g/dl
Leukosit (WBC) 22.63 4.0-11.0 ribu/uL
Thrombosit (PLT) 286 150-450 ribu/uL
RDW-CV 11.07 11.5-14.5%
Hitung Jenis Leukosit
Basofil 1.24 0-1.7%
Eosinofil 3.96 0.60-7.30%
Nitrofil Segmen 66.34 39.3-73.7%
Limfosit 23.27 18.0-48.3%
Monosit 5.18 4.40-12.7%
NLR 2.85 0-3.13 Cutoff
ALC 2436.37 0-1500 juta/L
Golongan Darah B -
Bleeding Time 2’ 1-3 menit
Clothing Time 8’ 9-15 menit
Serologi/Imunologi
Hepatitis
HBsAg kualitatif Negatif Negatif
Anti HIV Non Reaktif Non Reaktif
VDRL Non Reaktif Non Reaktif
Kimia Darah
Glukosa Darah
Gula Stik 78 70-125 mg/dl

Laboratorium tanggal 15 Oktober 2021


Nama Test Hasil Test Nilai Normal
Hematologi
Darah Lengkap
Hemoglobin (HGB) 12.58 12.0-16.0 g/dl
Eritrosit (RBC) 4.96 3.8-5.8 juta/uL
Hematokrit (HCT) 36.75 37.0-47.0 %
MCV 74.02 79-99 fL
MCH 25.34 27.0-31.2 pg
MCHC 34.24 33.0-37.0 g/dl

7
Leukosit (WBC) 22.63 4.0-11.0 ribu/uL
Thrombosit (PLT) 286 150-450 ribu/uL
RDW-CV 11.07 11.5-14.5%
2.6 Diagnosis
Post Laparatomi ec Mioma Uteri

2.7 Penatalaksanaan
Tata Laksana di IGD :
IVFD RL 20 tetes/menit

Tata Laksana di ruang nifas sebelum operatif:


Inj. Ketorolac 1 amp/12 jam
Inj. Ranitidine 1 amp/12 jam
Inj. Ondansetrone 1 amp/12 jam

Tata laksana Post Operatif :


IVFD RL 20 tetes / menit
Inj. Ceftriaxone 1 gr/12 jam
Inj. Ranitidine 1 Amp/12 jam
Inj. Kalnek 1 Amp/8 jam
Inj. Ketorolac 1 Amp/8 jam

2.8 Prognosis

Ad vitam : dubia ad bonam


Ad sanationam : dubia ad bonam
Ad functionam : dubia ad bonam

2.9 Follow Up Pasien

Tanggal SOAP Terapi


14/12/2021 S/ Nyeri pada luka oprasi (+) lemas Isrirahat yang cukup, personal
(+), pendarahan di jalan lahir (-) haygine,
Inj. Ceftriaxone 1 gr/12 jam
O/
GCS : E4M6V5 Inj. Ranitidine 1 Amp/12 jam

8
TD : 120/80 mmHg Inj. Kalnek 1 Amp/8 jam
HR : 57x/menit Inj. Ketorolac 1 Amp/8 jam
RR : 19x/menit
T : 36oC
SpO2 : 99%
15/12/2021 S/ Nyeri pada luka post op, KU Inj. Ceftriaxone 1 gr/12 jam
lemah. Inj. Ranitidine 1 Amp/12 jam
O/
Inj. Ketorolac 1 Amp/8 jam
TD : 130/80 mmHg
HR : 82x/menit
RR : 22x/menit
T : 36oC
SpO2 : 96%
A/ Post Laparatomi ec Mioma
Uteri
P/ Mobilisasi ringan
16/12/2021 S/ Nyeri bekas operasi (-) IVFD RL 20 tetes/menit
O/ Inj. Ceftriaxone 1 gr/12 jam
TD : 100/70 mmHg Inj. Ranitidine 1Amp/12 jam
HR : 62x/menit Inj. Ketorolac 1Amp/8 jam
RR : 19x/menit
T : 36.5oC
SpO2 : 98%
A/ Post Laparatomi ec Mioma
Uteri
P/ Observasi KU pasien, makan-
makanan yang bergizi, mobilisasi.

9
BAB 3
TINJAUAN PUSTAKA

3.1 Mioma Uteri

3.1.1 Definisi

Mioma uteri adalah tumor jinak otot polos uterus yang dilipat oleh pseudo
kapsul, yang berasal dari sel otot polos yang imatur. Dengan nama lain
leiomioma, fibroid dan fibromioma. Mioma uteri adalah salah satu tumor jinak
otot rahim, disertai jaringan ikatnya. Mioma uteri berbatas tegas, tidak berkapsul,
dan berasal dari otot polos jaringan fibrous, sehingga mioma uteri dapat
berkonsistensi padat jika jaringan ikatnya dominan, dan berkonsistensi lunak jika
otot rahimnya yang dominan.(1)

3.1.2 Epidemiologi

Mioma uteri sering ditemukan pada wanita usia reproduksi ( 20 – 25 %),


kejadiannya lebih tinggi pada usia diatas 35 tahun, yaitu mendekati angka 40 %.
Tingginya kejadian mioma uteri antara usia 35 - 50 tahun, menunjukkan adanya
hubungan mioma uteri dengan estrogen. Mioma uteri belum pernah dilaporkan
terjadi sebelum menarche dan menopause angka kejadian sekitar 10 %. Di
Indonesia angka kejadian mioma uteri ditemukan 2,39 % - 11,87 % dari semua
penderita ginekologi yang dirawat. Di USA wanita kulit hitam 3-9 kali lebih
tinggi menderita mioma uteri dibandingkan wanita berkulit putih.Sedangkan di
Afrika,wanita kulit hitam sedikit sekali menderita mioma uteri.
Sebagian besar kasus mioma uteri adalah tanpa gejala, sehingga
kebanyakan penderita tidak menyadari adanya kelainan pada uterusnya. Hanya
10-20% yang membutuhkan penanganan. Gejala klinik yang ditimbulkan
terutama perdarahan menstruasi yang berlebihan, infertilitas, abortus berulang,
dan nyeri akibat penekanan massa tumor.(2)

3.1.3 Etiologi

Etiologi yang pasti terjadinya mioma uteri saat ini belum diketahui.
Mioma uteri banyak ditemukan pada usia reproduktif dan angka kejadiannya

10
rendah pada usia menopause, dan belum pernah dilaporkan terjadi sebelum
menarche. Diduga penyebab timbulnya mioma uteri paling banyak oleh stimulasi
hormon estrogen. Hal yang mendasari tentang penyebab mioma uteri belum
diketahui secara pasti, diduga merupakan penyakit multifaktorial. Dipercayai
bahwa mioma merupakan sebuah tumor monoklonal yang dihasilkan dari mutasi
somatik dari sebuah sel neoplastik tunggal yang berada di antara otot polos
miometrium. Sel-sel mioma mempunyai abnormalitas kromosom. Faktor-faktor
yang mempengaruhi pertumbuhan mioma, disamping faktor predisposisi genetik,
adalah beberapa hormon seperti estrogen, progesterone dan human growth
hormone. (4)
Dengan adanya stimulasi estrogen, menyebabkan terjadinya proliferasi sel
di uterus, sehingga menyebabkan perkembangan yang berlebihan dari garis
endometrium, sehingga terjadilah pertumbuhan mioma.Meskipun belum ada
penemuan yang mendasari bahwa estrogen menyebabkan mioma, tetapi
pertumbuhan mioma berkaitan dengan estrogen. Mioma terdiri dari reseptor
estrogen dalam jumlah yang lebih banyak daripada otot rahim normal. Kejadian
meningkat jika terdapat riwayat keluarga, ras, nulipara.(4)

3.1.4 Patogenesis

Mioma uteri mulai tumbuh sebagai bibit yang kecil di dalam miometrium
dan lambat laun membesar karena pertumbuhan itu miometrium terdesak
menyusun semacam pseudekapsula atau simpai semu yang mengelilingi tumor di
dalam uterus mungkin terdapat satu mioma, akan tetapi mioma biasanya banyak.
Jika ada satu mioma yang tumbuh intramural dalam korpus uteri maka korpus ini
tampak bundar dan konstipasi padat. Bila terletak pada dinding depan uterus,
uterus mioma dapat menonjol ke depan sehingga menekan dan mendorong
kandung kencing ke atas sehingga sering menimbulkan keluhan miksi.(5)
Tetapi masalah akan timbul jika terjadi yaitu berkurangnya pemberian
darah pada mioma uteri yang menyebabkan tumor membesar, sehingga
menimbulkan rasa nyeri dan mual. Selain itu masalah dapat timbul lagi jika terjadi
perdarahan abnormal pada uterus yang berlebihan sehingga terjadi anemia.

11
Anemia ini bisa mengakibatkan kelemahan fisik, kondisi tubuh lemah, sehingga
kebutuhan perawatan diri tidak dapat terpenuhi. Selain itu dengan perdarahan
yang banyak bisa mengakibatkan seseorang mengalami kekurangan volume
cairan.(5)

3.1.5 Diagnosis

1. Gangguan rasa nyaman nyeri berhubungan dengan efek sekunder dari


mioma uteri
2. Resiko defisit volume cairan berhubungan dengan perdarahan pervaginam,
perdarahan uterus yang berlebihan atau abnormal.
3. Gangguan eliminasi : BAK berhubungan dengan adanya penekanan pada
mioma uteri terhadap kandung kemih.
4. Defisit perawatan diri berhubungan dengan kelemahan fisik, keterbatasan
pergerakan. (3)

3.1.6 Gejala Klinik

Gejala-gejala tergantung dari lokasi mioma uteri (cervikal, intramural,


submucous) digolongkan sebagai berikut :
1. Perdarahan tidak normal Perdarahan ini serng bersifat hipermenore;
mekanisme perdarahan ini tidak diketahui benar, akan tetapi faktor-faktor
yang kiranya memegang peranan dalam hal ini adalah telah meluasnya
permukaan endometrium dan gangguan dalam kontraktibilitas
miometrium.
2. Rasa nyeri pada pinggang dan perut bagian bawah Dapat terjadi jika :
a. Mioma menyempitkan kanalis servikalis
b. Mioma submukosum sedang dikeluarkan dari rongga rahim
c. Adanya penyakit adneks, seperti adneksitis, salpingitis, ooforitis
d. Terjadi degenerasi merah
3. Tanda-tanda penekanan Terdapat tanda-tanda penekanan tergantung dari
besar dan lokasi mioma uteri. Tekanan bisa terjadi pada traktus urinarius,
pada usus, dan pada pembuluh-pembuluh darah. Akibat tekanan terhadap
kandung kencing ialah distorsi dengan gangguan miksi dan terhadap uretes
bisa menyebabkan hidro ureter. (1)

12
3.1.7 Tatalaksana

1. Pada mioma kecil dan tidak menimbulkan keluhan, tidak diberikan terapi
hanya diobservasi tiap 3 – 6 bulan untuk menilai pembesarannya. Mioma
akan lisut setelah menopause
2. Radioterapi
3. Pemberian GnRH agonis selama 6 minggu
4. Miomektomi dengan atau tanpa histerektomi bila uterus melebihi seperti
kehamilan 12 – 14 minggu
5. Estrogen untuk pasien setelah menopause dan observasi setiap 6 minggu.
(3)

Pemeriksaan penunjang
1. Laporoskopi : untuk mengetahui ukuran dan lokasi tumor
2. USG abdominal dan transvaginal
3. Biopsi : untuk mengetahui adanya keganasan
4. Dilatasi serviks dan kuretase akan mendeteksi adanya fibroid subserous.

3.1.8 Komplikasi

1. Pertumbuhan Leiomiosarkoma
Yaitu tumor yang tumbuh dari miometrium, dan merupakan 50 – 70 %
dari semua sarkoma uteri. Ini timbul apabila suatu mioma uteri yang selama
beberapa tahun tidak membesar, sekonyong-konyong menjadi besar, apalagi jika
hal itu terjadi sesudah menopause.
2. Torsi (putaran tungkai)
Ada kalanya tungkai pada mioma uteri subserosum mengalami putaran.
Kalau proses ini terjadi mendadak, tumor akan mengalami gangguan sirkulasi
akut dengan nekrosis jaringan, dan akan nampak gambaran klinik dari abdomen
akut.
3. Nekrosis dan Infeksi
Pada mioma submukosum, yang menjadi polip, ujung tumor kadang-
kadang dapat melalui kanalis servikalis dan dilahirkan di vagina. Dalam hal ini
ada ada kemungkinan gangguan sirkulasi dengan akibat nekrosis dan infeksi
sekunder.(4)

13
BAB 4
PEMBAHASAN
Berdasarkan hasil anamnesis diketahui pasien perempuan usia 48 tahun
datang dengan keluhan perdarahan dari jalan lahir sejak 3 hari sebelum masuk
rumah sakit. juga mengeluh nyeri perut bawah. Pasien datang ke RS ditemani
suami dan anak nya ke bagian Ponek. Setelah melakukan anamnesis, pemeriksaan
fisik dan pemeriksaan penunjang maka didapatkan diagnosis sebagai mioma uteri.
Mioma uteri lebih sering didiagnosis pada usia wanita >40 sekitar 25-30% dan
lebih sering terjadi pada nulipara, usia menarche yang lebih awal, dismenore.
Pada pasien ini dilakukan tindakan operatif histerektomi. Histerektomi
adalah pengangkatan uterus yang umumnya merupakan tindakan terpilih.
Histerektomi dapat dilaksanakan perabdomen atau pervaginam. Histerektomi total
umumnya dilakukan dengan alasan mencegah akan timbulnya karsinoma serviks
uteri. Tindakan ini terbaik untuk wanita berumur 40 tahun keatas dan tidak
mengingikan anak lagi atau tumor yang lebih besar dari kehamilan 12 minggu
disertai adanya gangguan penekanan atau tumor yang cepat membesar. Adapun
tatalaksana yang diberikan kepada pasien yaitu tata laksana di ruang nifas
sebelum operatif: IVFD RL 20 tetes/menitInj. Ketorolac 1 amp/12 jam, Inj.
Ranitidine 1 amp/12 jam, Inj. Ondansetrone 1 amp/12 jam. Lalu Tata laksana
Post Operatif berupa IVFD RL 20 tetes / menit, Inj. Ceftriaxone 1 gr/12 jam, Inj.
Ranitidine 1 Amp/12 jam, Inj. Kalnek 1 Amp/8 jam, Inj. Ketorolac 1 Amp/8 jam.
Dokter juga menyarankan pasien untuk meningkatkan kebersihan diri dan
lingkungan.
Melakukan perawatan luka post operatif, mobilisasi segera tahap demi
tahap sangat berguna untuk penyembuhan penderita. Kemajuan mobilisasi
tergantung pada jenis operasi yang dilakukan dan komplikasi yang mungkin
dijumpai. Mobilisasi sudah dapat dilakukan 6-10 jam setelah penderita sadar.
Mobilisasi berguna untuk mencegah terjadinya trombosit dan emboli.

14
BAB 5
KESIMPULAN
Mioma uteri yang juga dikenal sebagai leiomioma uteri atau fibromioma
uteri merupakan neoplasma otot polos jinak yang berasal dari miometrium.
Mioma uteri sering ditemukan pada wanita usia reproduksi sekitar 20% – 25%,
angka kejadian ini lebih tinggi pada usia diatas 35 tahun, yaitu sekitar 40%.
Tingginya kejadian mioma uteri antara usia 35 – 50 tahun menunjukkan adanya
hubungan antara mioma uteri dengan hormon estrogen. Di Indonesia angka
kejadian mioma uteri ditemukan 2,39% - 11,87 % dari semua penderita
ginekologi yang dirawat.
Hingga saat ini penyebab pasti dari mioma uteri masih belum diketahui
dan diduga merupakan penyakit multifaktorial selain itu terdapat juga korelasi
antara pertumbuhan tumor dengan peningkatan reseptor estrogen-progesteron
pada jaringan mioma uteri. Mioma uteri kaya akan reseptor estrogen. Meyer dan
De Snoo mengajukan teori Cell nest atau teori genitoblast, teori ini menyatakan
bahwa untuk terjadinya mioma uteri harus terdapat dua komponen penting yaitu
sel nest (sel muda yang terangsang) dan estrogen (perangsang sel nest secara terus
menerus). Mioma uteri dijumpai setelah menarche. Seringkali terdapat
pertumbuhan tumor yang cepat selama kehamilan dan terapi estrogen eksogen.
Mioma uteri akan mengecil pada saat menopause dan pengangkatan ovarium.

15
DAFTAR PUSTAKA
1. Anwar M. Ilmu Kandungan Edisi Ke Tiga. PT Bina pustaka Sarwono.
2011;
2. Stewart E. Epidemiology, clinical manifestasion, diagnosis, and natural
history of uterine leiomyomas. 2016;
3. Novriani P, Lubis. Diagnosis dan Tatalaksana Mioma Uteri. 2020;47.no3.
4. muhammad anwar. ahmad prabowo. Tumor jinak organ genitalia. PT Bina
pustaka Sarwono. 2011;
5. Estes Bulun. Uterine Fibroid. J Med. 2013;Vol.1 No.1.

16

Anda mungkin juga menyukai