Anda di halaman 1dari 24

BAB 1

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Pandemi COVID-19 ialah krisis kesehatan yang terjadi mendunia, aneka

macam sektor terdampak akan adanya pandemi ini termasuk sektor pendidikan.

dampak akibat tersebut kebijakan yang diambil oleh banyak Negara termasuk

Indonesia ialah dengan meliburkan semua aktivitas pendidikan yang akhirnya

membuat pemerintah serta lembaga terkait wajib menghadirkan alternatif proses

pendidikan bagi peserta didik juga mahasiswa yang tidak mampu melaksanakan

proses pendidikan di forum pendidikan. untuk dapat mengurangi penyebaran virus

corona, pemerintah meminta seluruh peserta didik juga mahasiswa melakukan

pembelajaran dari tempat tinggal . Hal ini sesuai dengan aturan Menteri Pendidikan

dan Kebudayaan Republik Indonesia terkait surat edaran nomor 4 Tahun 2020

perihal pelaksanaan kebijakan pendidikan pada masa darurat penyebaran corona virus

disease (COVID-19) (Agustina and Kurniawan, 2020)

Pandemi covid-19 banyak merubah kegiatan pembelajaran mahasiswa.

Pandemi covid-19 yang sudah berlangsung lebih kurang satu tahun sudah membawa

perubahan pada aktivitas pembelajaran. Pandemi COVID-19 sudah membuat

gangguan berskala besar pada kehidupan pelajar pada seluruh dunia. di Amerika

Serikat, sebagian besar instruksi postsecondary langsung dilarang di pertengahan

Maret di tahun 2020, serta instruktur bergegas agar mengalihkan aktivitas belajar
mereka ke metode pembelajaran dari jarak jauh, sebagian besar melalui

pembelajaran online (Usher et al., 2021).

Sejauh ini, pandemi ini sebagian besar dicermati menjadi masalah kesehatan

masyarakat. di 3 April tahun 2020, terdapat lebih dari 1 juta perkara yang

dikonfirmasi secara dunia, serta hampir 60.000 kematian terdaftar. Jumlah ini

diperkirakan akan semakin tinggi pada waktu dekat. sementara beberapa negara

sepertinya menerima kendali atas situasi (contohnya Cina), yang lain masih berjuang

agar memperlambat penyebaran penyakit (contohnya Italia serta Spanyol) atau berada

di tahap awal, yang umumnya ditandai menggunakan pertumbuhan eksponensial pada

kasus (misalnya Amerika serikat serta Polandia. (gruszczynski, 2020)

Indonesia termasuk salah satu negara yang terkena akibat dari adanya endemi

Covid-19 ini. pada upaya agar meminimalisir penyebaran virus Covid-19 lebih luas,

pemerintah Indonesia membentuk peraturan serta kebijakan supaya setiap orang

melakukan physical distancing yang merupakan setiap orang wajib menghindari

keramaian, pertemuan massal dan menjaga jarak antar orang lain. pada sisi lain,

physical distancing yang diterapkan akan berdampak di banyak sekali bidang, akibat

yang terutama di bidang pendidikan. Sekolah ataupun perguruan tinggi terpaksa

dilarang sesuai dengan surat ederan yang sudah tetapkan Menteri Pendidikan. akibat

dari pembatasan hubungan sosial ini menghasilkan perubahan di metode

pembelajaran . Metode pembelajaran yang seharusnya berlangsung secara tatap muka

pada kampus terpaksa dilakukan menggunakan alternatif lain yaitu menggunakan


metode pembelajaran secara daring. Perubahan metode pembelajaran ini

dikhawatirkan akan berdampak terhadap motivasi belajar para pelajar.

Akibat yang langsung bisa dirasakan oleh pelajar ialah penggunaan metode

pembelajaran daring dimana metode ini memakai jaringan internet yang bisa

menyebabkan biaya pengeluaran yang besar dari sebelumnya, sulitnya berinteraksi

dengan dosen ketika terdapat meteri yang belum dipahami, serta juga pada saat

pembelajaran daring tak jarang terjadi komunikasi satu arah (Suni Astini, 2020).

Perubahan metode belajar yang ditimbulkan karena adanya pandemi Covid-

19, yaitu yang semula berupa metode tatap muka berubah menjadi metode

pembelajaran secara daring sangat berpengaruh terhadap proses belajar pelajar, tak

terkecuali bagi pelajar kedokteran. Bagi kurikulum FK yang menghendaki tidak

hanya kuliah, tetapi juga praktikum serta keterampilan klinis yang wajib hands-on,

maka perubahan metode belajar yang dilakukan secara daring ini harusnya akan

berpengaruh terhadap motivasi belajar pelajar.

Peranan motivasi internal menjadi lebih banyak didominasi pada metode

pembelajaran secara daring dikarenakan tidak terdapat pertemuan dengan dosen serta

aneka macam bentuk evaluasi hasil belajar seperti tes serta ujian juga menjadi

minimal. Selain itu, tinggi rendahnya motivasi belajar bisa ditentukan oleh kondisi

pelajar, yaitu kesiapan pelajar terhadap perubahan metode pembelajaran secara

daring.
Sesuai pemaparan di atas, penulis tertarik untuk mengangkat persoalan ini

sebagai rumusan masalah pada penelitian, terutama tentang Hubungan Persepsi

Terhadap Metode Pembelajaran Daring dengan Motivasi Belajar Mahasiswa Fakultas

Kedokteran dan Ilmu Kesehatan Universitas Warmadewa Selama Wabah Pandemi

Covid-19.

1.2 Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang diatas, maka dapat disimpulkan rumusan masalah

sebagai berikut

1. Bagaimana hubungan persepsi terhadap metode pembelajaran daring dengan

motivasi belajar mahapelajar Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan

Universitas Warmadewa selama wabah pandemi Covid19 ?

1.3 Tujuan Penelitian

1.3.1 Tujuan Umum

Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui Hubungan persepsi

terhadap metode pembelajaran daring dengan motivasi belajar Mahasiswa Fakultas

Kedokteran dan Ilmu Kesehatan Universitas Warmadewa selama wabah pandemi

Covid-19.

1.3.2 Tujuan Khusus

Tujuan khusus dari penelitian yang ingin diteliti ini adalah untuk mengetahui :

1. Mengetahui gambaran karakteristik mahasiswa.

2. Mengetahui gambaran persepsi mahasiswa terhadap metode daring.

3. Mengetahui gambaran motivasi belajar mahasiswa.


4. Mengetahui hubungan persepsi terhadap metode daring dengan motivasi belajar.

1.4 Manfaat Penelitian

Hasil dari penelitian diharapkan bisa memberikan informasi serta pemahaman

pada mahasiswa mengenai hubungan persepsi terhadap metode pembelajaran daring

dengan motivasi belajar sehingga bisa menaikkan motivasi serta prestasi belajar yang

lebih baik lagi.


BAB 2

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Persepsi

2.1.1 Definisi

Berdasarkan terminologi secara umum, persepsi diartikan sebagai cara

seseorang berpikir tentang sesuatu dan ide seseorang meliputi cara memperhatikan

sesuatu dengan indra pendengaran, penglihatan, dll. Persepsi juga didefinisikan

sebagain kemampuan alami untuk memahami atau perhatikan hal-hal dengan cepat.

Dalam ilmu filsafat, psikologi, dan ilmu kognitif, persepsi didefinisikan sebagai

proses mencapai kesadaran atau pemahaman informasi sensorik. Kata “persepsi”

berasal dari kata Latin perceptio, percipio, dan berarti "menerima, mengumpulkan,

tindakan" mengambil kepemilikan, dan ketakutan dengan pikiran atau indra (Démuth,

2013). Berdasarkan beberapa definisi tersebut, dapat disimpulkan bahwa persepsi

adalah suatu proses diterimanya stimulus oleh individu melalui alat indra yang

kemudian akan diwujudkan dalam bentuk tindakan.

2.1.2 Proses Persepsi

Proses persepsi terdiri dari tiga tahap, yaitu (Qiong, 2017) :

a. Seleksi

Seleksi adalah tahap pertama dalam proses persepsi, di mana individu

mengubah rangsangan lingkungan menjadi pengalaman yang berarti.


b. Organisasi

Tahap kedua dalam proses persepsi adalah organisasi. Setelah memilih

informasi dari dunia luar, individu perlu mengaturnya dengan cara tertentu

dengan menemukan pola yang bermakna. Tahap organisasi ini dicapai

dengan menempatkan objek ke dalam suatu kategori. Dalam tahap persepsi

ini, sosial dan

peristiwa fisik atau benda yang ditemui akan segera memiliki bentuk, warna,

tekstur, ukuran, dll.

c. Interpretasi

Tahap ketiga dalam persepsi adalah interpretasi, yang mengacu pada proses

memberikan makna pada rangsangan yang dipilih. Setelah rangsangan yang

dipilih telah dikategorikan ke dalam pola yang terstruktur dan stabil, maka

akan timbullah interpretasi. Namun, setiap orang yang berbeda dapat

memberikan interpretasi yang berbeda pula tentang rangsangan yang sama.

Karena itulah, persepsi juga dipengaruhi oleh faktor-faktor yang berasal dari

dalam individu.

2.1.2 Faktor yang Mempengaruhi Persepsi

Terdapat beberapa faktor yang membentuk dan terkadang mendistorsi

persepsi. Faktor-faktor ini dapat berasal dari proses persepsi, objek yang menjadi

sumber rangsangan atau dalam konteks situasi di mana persepsi itu dibuat. Faktor-

faktor tersebut diantaranya (Démuth, 2013) :


a. Faktor situasi yang terdiri atas waktu, pengaturan Kerja dan pengaturan Sosial

b. Faktor yang berasal dari dalam diri individu berupa sikap, motif, minat,

pengalaman dan ekspektasi.

c. Faktor yang berasal dari target atau objek terdiri atas, kebaruan, gerakan,

suara, ukuran, latar belakang, kedekatan dan kesamaan.

2.2 Motivasi Belajar

2.2.1 Definisi

Motivasi belajar ialah perilaku yg dimiliki atau sikap dan kekuatan bawaan

dari seseorang pelajar. sebagai sebuah konsep, motivasi belajar diartikan menjadi

faktor internal yang memilki empat komponen, yaitu peluang agar sukses, rasa

khawatir akan gagal, menaikkan minat, serta tantangan (Imhof and Spaeth-Hilbert,

2013)

Motivasi belajar juga diartikan sebagai salah satu faktor yang bisa

membedakan antara pelajar yang lebih memaksimalkan potensi belajarnya dengan

pelajar yang kurang berprestasi secara akademik. Selain sebagai salah satu faktor

yang memilih arah sikap, besarnya cita-cita, serta ketekunan sikap pelajar. Motivasi

belajar juga menunjuk kepada asa serta nilai, dimana harapan menunjukkan bahwa

pelajar bisa untuk menuntaskan tugas yang diberikan serta nilai menunjukkan

keyakinan pelajar secara kuat untuk berhasil pada aktivitas belajar (Riconscente,

2014; Keller, 2016).

Sesuai definisi motivasi belajar pada pemaparan di atas, bisa disimpulkan

bahwa motivasi belajar merupakan daya pada diri pelajar yang mendorongnya untuk
menaikkan kemauan serta ketekunan belajar, melakukan segala usaha dan upaya

yang terbaik serta terarah pada proses pembelajaran untuk menerima hasil terbaik

yang adalah tujuan yang dimiliki selama proses pembelajaran berlangsung.

2.2.2 Indikator Motivasi Belajar

Menurut para pakar terdapat 8 indikator krusial untuk menilai motivasi

belajar, yaitu frekuensi belajar , durasi belajar, persistensi di aktivitas belajar,

ketabahan, keuletan, kemampuan dalam menghadapi rintangan serta kesulitan, devosi

serta pengorbanan untuk mencapai tujuan, taraf kualifikasi prestasi/produk (output)

yang dicapai dari aktivitas yang dilakukan, taraf aspirasi yang hendak dicapai dengan

aktivitas yang dilakukan serta arah sikap terhadap target aktivitas („-psikologi-

pendidikan-remaja-arsyad-azhar-media-pembelajaran-jakartapt-raja-grafindo-

persada‟, no date).

Pakar lain mangatakan bahwa memilikk keyakinan, nilai-nilai, serta tujuan

yang ingin digapai pada proses belajar, pilihan aktivitas untuk mengenyam

pendidikan yang lebih tinggi, serta ketekunan di aktivitas belajar ialah beberapa dari

indikator asal motivasi belajar bagi pelajar. motivasi belajar bisa dievaluasi dari segi

keterlibatan, fokus, persistensi serta partisipasi. untuk melihat sejauh mana motivasi

pelajar pada belajar, yang wajib ditinjau ialah perilaku terpendam yang dimiliki

pelajar, intensitas pelajar dalam aktivitas belajar, arah sikap ketika belajar, serta

persistensi atau kegigihan pelajar untuk belajar (Allan Wigfield, 2013; Reeve, 2016).

Sesuai indikator motivasi belajar di atas, bisa disimpulkan bahwa ada beragam

indikator yang bisa dipakai untuk menilai motivasi belajar bagi pelajar. pelajar yang
memiliki motivasi untuk belajar cenderung akan memperhatikan durasi dari aktivitas

belajar adanya taraf aspirasi, taraf kualifikasi prestasi/produk (output), serta arah

perilaku belajar, frekuensi aktivitas, persistensi, ketabahan, keuletan, serta

kemampuan pada menghadapi rintangan serta kesulitan. Pelajar yang memiliki

motivasi belajar yang tinggi cenderung tekun selama proses pembelajaran serta

terlibat dalam seluruh aktivitas belajar secara fokus, serta intensif.

Pada proses pembelajaran, seseorang guru disarankan untuk memakai

beragam alat multimedia yang bisa menaikkan partisipasi dan perhatian para pelajar

serta berpengaruh di motivasi belajar setiap pelajar. Selain itu, pada proses tersebut,

siswa bisa diberi otonomi/hak untuk dapat mengontrol atau mengatur kecepatan

belajar mereka sendiri dan diberikan imbalan atas setiap prestasi yang mereka

ciptakan, baik materi (hadiah) juga non-materi (seperti pujian dan kebanggaan)

(Ahmad et al., 2014; K. Ann Renninger, Suzanne Hidi, Andreas Krapp, 2014;

Ramani, 2016).

2.2.3 Faktor Yang Mempengaruhi Motivasi Belajar

1. Cita-cita dan Aspirasi

Cita-cita serta aspirasi merupakan salah satu faktor pendukung yang bisa

memperkuat semangat dalam belajar untuk menggapai cita-cita. Sedangkan aspirasi

ialah suatu harapan atau keinginan yang dimiliki oleh seseorang individu serta selalu

menjadi tujuan dari usaha yang sudah mereka mulai.


2. Kemampuan Mahasiswa

3. Motivasi belajar ditentukan oleh setiap kemampuan yang dimiliki oleh

pelajar. Kemampuan yang dimaksud merupakan seluruh potensi yang dimiliki

baik dari Kondisi Pelajar

Kondisi secara fisiologis juga ikut mempengaruhi motivasi belajar para

pelajar. seperti faktor kesehatan serta panca indera. Saat pelajar mempunyai

kesehatan serta panca indera yang baik serta bisa bekerja secara maksimal , maka

para pelajar sudah mempunyai peluang untuk mencapai keberhasilan pada proses

pendidikannya.

4. Ada beberapa keadaan psikologis pelajar yang mempengaruhi motivasi belajar

yaitu :

Bakat, intelegensi, sikap, persepsisegi intelektual juga psikomotorik.

, minat, unsur-unsur dinamis dalam pembelajaraan (A.M, 2017).

2.3 Metode Pembelajaran Daring

Proses belajar mengajar dalam tradisional biasanya berlangsung di dalam

kelas. Namun, dalam paradigm sekarang, metode pembelajaran daring (dalam

jaringan) atau belajar online bukanlah suatu hal yang baru. Pembelajaran Online

mencakup berbagai teknologi seperti web di seluruh dunia, email, obrolan, grup dan

teks baru, konferensi audio dan video yang disampaikan melalui jaringan komputer

untuk memberikan pendidikan (Dhull and Arora, 2019; Hayati, 2020).


A. Kelebihan Metode Daring

Beberapa kelebihan metode daring terdiri atas (Dhull and Arora, 2019) :

1. Aksesibilitas, pembelajaran online menyediakan aksesibilitas karena siswa

dapat belajar dari mana. Pilihan belajar siswa tidak dibatasi oleh lokasi

geografis mereka.

2. Penyesuaian belajar sesuai kapasitas, sistem Pembelajaran online

memungkinkan siswa untuk menentukan dan memproses gaya belajar, konten,

tujuan, pengetahuan terkini, dan keterampilan individu.

3. Mengembangkan kemampuan kognitif, dimana siswa dapat lebih

mengembangkan kemampuan kognitif nya dalam hal pembelajaran. Selain itu,

banyak program online yang ditawarkan oleh beberapa universitas paling

bergengsi. sehingga siswa dapat mengambil kursus online yang dapat

membantu untuk pengembangan kemampuan kognitifnya.

4. Efektivitas biaya, pembelajaran online lebih hemat biaya karena lebih sedikit

uang yang dihabiskan untuk bepergian dan membeli buku atau menghabiskan

uang dalam konteks kuliah.

5. Keterampilan Komputer Dasar, baik mahasiswa di dalam maupun di luar

kampus yang memilih untuk belajar online memiliki kesempatan untuk

mendapatkan keterampilan teknis dalam menggunakan Teknologi

Komunikasi Informasi (TIK). Keterampilan ini mungkin berguna bagi mereka

dalam kehidupan profesional.


6. Kesempatan yang sama untuk semua. Perlu dipahami bahwa semua siswa

adalah sama, mereka tidak diperlakukan berbeda berdasarkan kasta,

keyakinan,ras, jenis kelamin, agama, dan kecacatan, dll.

B. Kekurangan Metode Pembelajaran Daring

Disamping kelebihan, metode daring juga memiliki beberapa kekurangan,

diantaranya (Dhull and Arora, 2019) :

1. Komunikasi yang buruk, dalam pembelajaran online, seseorang tidak

memiliki kesempatan untuk melakukan interaksi tatap muka dengan guru

secara signifikan untuk membangun ikatan antara murid dan guru.

Pembelajaran online dapat menciptakan kesalahpahaman antara siswa dan

guru yang dapat merugikan dan berpengaruh pada proses belajar mengajar

dan hasil belajar

2. Merasa terisolasi hal ini dikarenakan pentingnya berinteraksi dengan sesama

peserta didik.

3. Kurangnya motivasi belajar, hal ini dikarenakan belajar online kurang

motivasi saat belajar karena mereka mudah terganggu terhadap hal lain. Selain

itu siswa sering kesulitan dengan manajemen waktu dan kecenderungan

menunda-nunda.

4. Keterbatasan dana dimana pembelajaran daring atau online memerlukan

pembiayaan dari segi teknologi termasuk biaya, perangkat keras, masalah

internet, produksi materi pelajaran dan kekhawatiran tentang ketersediaan

kemampuan dana.
5. Kurangnya kualitas, pembelajaran online terkadang mengakibatkan kurangnya

kualitas dalam proses belajar mengajar.

6. Aksesibilitas yang buruk di daerah terpencil, dalam proses pembelajaran

daring fasilitas perangkat keras, perangkat lunak, dan konektivitas merupakan

prasyarat yang memungkinkan pengajaran dan pembelajaran daring. Dengan

tidak adanya salah satu dari ini, Pembelajaran online tidak dapat mencapai

tujuannya. Beberapa orang tidak memiliki akses siap ke komputer dan

koneksi internet.

2.4 Pandemi Covid-19

Coronavirus (CoV) merupakan keluarga besar virus yang menimbulkan

penyakit mulai dari indikasi ringan hingga berat. Novel coronavirus (2019-nCoV)

merupakan virus tipe baru yang belum sempat diidentifikasi pada manusia. Virus

corona merupakan zoonosis. Manifestasi klinis umumnya timbul dalam 2 hari sampai

14 hari setelah paparan seperti demam, batuk, dan sesak nafas. Permasalahan yang

berat dapat menimbulkan pneumonia, sindrom respirasi kronis, gagal ginjal, serta

kematian. World Health Organization China Country Office pada 31 Desember 2019,

melaporkan permasalahan pneumonia yang tidak dikenal etiologinya di Kota Wuhan,

Provinsi Hubei, Tiongkok. Bertepatan pada 7 Januari 2020, Tiongkok

mengidentifikasi pneumonia yang tidak dikenal etiologinya. Akumulasi permasalahan

2019-nCoV berlangsung dengan cepat serta tersebar ke luar daerah Wuhan dan

negara lain hingga 26 Januari 2020, secara global 11.320 permasalahan terkonfirmasi

di 10 negara dengan 41 kematian (CFR 3,1%) (Direktorat Jenderal Pencegahan dan


Pengendalian Penyakit, 2020). Coronavirus genus dari keluarga Coronaviridae, virus

ini adalah virus RNA dengan untai positif. RNA genomik merupakan dimensi 27–32

kb, tertutup serta polyadenylated. Virus corona sudah diidentifikasi pada tikus, hewan

pengerat, ayam, kalkun, babi, anjing, kucing, kelinci, kuda, sapi dan manusia, serta

dapat menimbulkan bermacam penyakit seperti gastroenteritis serta penyakit saluran

respirasi (van der Hoek et al., 2004)

Coronavirus Disease 2019 (Covid-19) merupakan penyakit menular dimana

kebanyakan orang yang terinfeksi virus ini akan mengalami penyakit pernapasan

ringan hingga sedang dan sembuh tanpa memerlukan perawatan khusus. Akan tetapi,

beberapa akan menjadi parah dan memerlukan perhatian medis. Orang yang lebih tua

serta yang memiliki kondisi medis mendasar seperti penyakit kardiovaskular,

diabetes, penyakit pernapasan kronis, atau kanker lebih mungkin mengembangkan

penyakit serius. Siapa pun dapat tertular covid-19 yang berujung pada morbiditas

atau mortalitas pada usia berapa pun. Cara terbaik untuk mencegah dan

memperlambat penularan adalah dengan mendapat informasi yang baik tentang

penyakit tersebut dan cara virus menyebar. Virus dapat menyebar dari mulut atau

hidung orang yang terinfeksi dalam partikel cairan kecil ketika mereka batuk, bersin,

berbicara, bernyanyi atau bernapas. Adapun hal yang dapat dilakukan dalam

melindungi diri sendiri dan lingkungan sekitar dari penularan Covid-19 adalah

dengan menjaga jarak setidaknya 1 meter dari orang lain, mengenakan masker yang

pas, dan sering mencuci tangan atau menggunakan hand sanitizer, serta mendapatkan

vaksinasi untuk lebih memperkecil kemungkinan tertular (WHO, 2021). Adapun dari

sisi pemerintah, hal yang dapat dilakukan adalah dengan penyediaan sarana dan
prasarana kesehatan serta pengoptimalan fungsi puskesmas sebagai fasilitas

kesehatan dasar yang paling dekat dengan masyarakat dalam mengupayakan preventif

dan promotif terhadap Covid-19 (Suni, 2021).


BAB 3

KERANGKA KONSEP

Pandemi Covid-19 Penerapan Protokol


Kesehatan

Menggunakan Physical Mencuci tangan


Masker Distancing dengan sabun atau
hand sanitizer

Penerapan Metode
Pembelajaran Daring

Kelebihan Kekurangan

Persepsi Motivasi Belajar


Mahasiswa
BAB 4

METODE PENELITIAN

4.1 Desain Penelitian

Penelitian ini merupakan penelitian kuantitatif dengan metode analitik.

Rancangan penelitian yang dipakai adalah cross sectional untuk menganalisis

hubungan persepsi terhadap metode pembelajaran daring dengan motivasi belajar

mahasiswa selama pandemi Covid-19.

4.2 Lokasi dan Waktu Penelitian.

4.2.1 Lokasi Penelitian

Penelitian ini dilakukan di Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan

Universitas Warmadewa.

4.2.2 Waktu Penelitian

Waktu dilakukannya penelitian ini adalah pada xxxx2022 – xxx2022.

4.3 Populasi dan Sampel

4.3.1 Populasi

Populasi dalam penelitian adalah seluruh mahasiswa Fakultas Kedokteran dan

Ilmu Kesehatan Universitas Warmadewa yang berjumlah xxxx orang.

4.3.2 Sampel

Sampel dalam penelitian ini diambil dari bagian populasi seperti yang

tersebut.
Adapun sampel yang dipilih pada penelitian ini sesuai dengan kriteria berikut :

1. Kriterian inklusi

1. Mahasiswa yang mengikuti pembelajaran daring selama pandemic.

2. Kriterian eksklusi

1. Mahasiswa yang tidak bersedia menjadi responden.

4.3.3 Besar Sampel

Sampel adalah sebagian populasi yang akan diteliti dalam penelitian, yang

memenuhi kriteria yang telah ditentukan. Sampel dihitung dengan menggunakan

rumus Slovin.

Keterangan :

n : Jumlah sampel

N : Jumlah populasi dalam penelitian

4.3.4 Teknik Pengambilan Sampel

Dalam penelitian ini, Peneliti menggunakan teknik pengambilan sampel simple

random sampling.

4.4 Prosedur Pengumpulan Data

Peneliti terlebih dahulu mengajukan permohonan izin pada institusi

terkait, kemudian peneliti menetapkan tanggal dan waktu lalu melakukan


pengambilan data dengan pembagian kuIsioner. Data yang diperoleh kemudian

dianalisis dengan analisa statistik.

4.5 Cara Pengolahan Data dan Analisis Data

4.5.1 Pengolahan Data

Data yang telah dikumpulkan akan diolah dengan tahapan berikut :

1. Editing

Langkah ini dilakukan supaya data diperoleh dengan baik, untuk mendapatkan

informasi dengan benar dan tepat. Adapun kegiatan yang dilakukan berupa

mengoreksi kesalahan dalam pengambilan dan pengisian data.

2. Coding

Yaitu pemberian kode pada data yang diperoleh untuk memudahkan

pengumpulan data.

3. Scoring

Merupakan tahapan pemberian skor atau bobot untuk setiap jawaban yang

diberikan oleh responden sehingga menghasilkan jawaban dari variabel.

4. Tabulating

Pembuatan tabel frekuensi dari variabel-variabel yang diteliti agar mudah

dipahami.

5. Cleaning

Yaitu proses mengevaluasi kembali data-data yang diperoleh untuk

menghindari kesalahan dalam pengumpulan data.


3.8.2 Analisis Data

Data dianalisis dengan tahapan sebagai berikut :

1. Analisis Univariat

Dalam penelitian ini setiap variabel akan dianalisis secara univariat untuk

menilai masing-masing variabel.

2. Analisis Bivariat

Analisis bivariat digunakan untuk menilai hubungan antar dua variabel yaitu

hubungan persepsi terhadap metode pembelajaran daring dengan motivasi

belajar mahasiswa selama pandemic Covid-19. Uji yang digunakan adalah

chi-square dengan derajat kepercayaan 95% (α=0,05). Jika p < α berarti

terdapat hubungan antara kedua variabel yang diteliti, akan tetapi bila p > 0,05

berarti kedua variabel yang diteliti tidak berhubungan.


DAFTAR PUSTAKA

„-psikologi-pendidikan-remaja-arsyad-azhar-media-pembelajaran-jakartapt-raja-

grafindo-persada‟ (no date).

A.M, S. (2017) Interaksi & motivasi belajar mengajar / Sardiman A.M. Jakarta:

RajaGrafindo Persada.

Agustina, M. and Kurniawan, D. (2020) „Motivasi Belajar Mahasiswa di Masa

Pandemi Covid-19‟, Jurnal Psikologi Perseptual, 5, p. 120. doi:

10.24176/perseptual.v5i2.5168.

Ahmad, A. et al. (2014) „Application of Multiple Intelligence Theory to Increase

Student Motivation in Learning History‟, Asian Culture and History, 7. doi:

10.5539/ach.v7n1p210.

Allan Wigfield, J. T. G. (2013) Motivation for Reading: Individual, Home, Textual,

and Classroom Perspectives. 1st Editio. New York.

Démuth, A. (2013) Perception Theories.

Dhull, I. and Arora, S. (2019) „Online Learning‟, 3, pp. 32–34.

Direktorat Jenderal Pencegahan dan Pengendalian Penyakit (2020) Pedoman

Kesiapsiagaan Menghadapi Infeksi Novel Coronavirus (2019-nCov). Jakarta:

Kementerian Kesehatan RI.


GRUSZCZYNSKI, L. (2020) „The COVID-19 Pandemic and International Trade:

Temporary Turbulence or Paradigm Shift?‟, European Journal of Risk Regulation.

2020/04/07, 11(2), pp. 337–342. doi: DOI: 10.1017/err.2020.29.

Hayati, N. (2020) „Metode Pembelajaran Daring yang Efektif‟.

van der Hoek, L. et al. (2004) „Identification of a new human coronavirus‟, Nature

medicine, 10(4), pp. 368–373. doi: 10.1038/nm1024.

Imhof, M. and Spaeth-Hilbert, T. (2013) „The Role of Motivation, Cognition, and

Conscientiousness for Academic Achievement‟, International Journal of Higher

Education, 2(3), pp. 69–80. Available at: https://www.learntechlib.org/p/161635.

K. Ann Renninger, Suzanne Hidi, Andreas Krapp, A. R. (2014) The Role of interest

in Learning and Development. 1st editio. New York: Psychology Press.

Keller, J. (2016) „Motivation, Learning, and Technology: Applying the ARCS-V

Motivation Model‟, Participatory Educational Research, 3, pp. 1–15. doi:

10.17275/per.16.06.3.2.

Qiong, O. (2017) „A Brief Introduction to Perception‟, Studies in Literature and

Language, 15(4), pp. 18–28. doi: 10.3968/10055.

Ramani, G. (2016) Handbook of social influences in school contexts: Social-

emotional, motivation, and cognitive outcomes, Handbook of Social Influences in

School Contexts: Social-Emotional, Motivation, and Cognitive Outcomes. doi:

10.4324/9781315769929.
Reeve, J. (2016) „A grand theory of motivation: Why not?‟, Motivation and Emotion,

40(1), pp. 31–35. doi: 10.1007/s11031-015-9538-2.

Riconscente, M. M. (2014) „Effects of Perceived Teacher Practices on Latino High

School Students‟ Interest, Self-Efficacy, and Achievement in Mathematics‟, The

Journal of Experimental Education, 82(1), pp. 51–73. doi:

10.1080/00220973.2013.813358.

Suni Astini, N. K. (2020) „Tantangan Dan Peluang Pemanfaatan Teknologi Informasi

Dalam Pembelajaran Online Masa Covid-19‟, Cetta: Jurnal Ilmu Pendidikan, 3(2 SE-

Articles), pp. 241–255. doi: 10.37329/cetta.v3i2.452.

Suni, N. S. P. (2021) „Tingginya Kasus Aktif dan Angka Kematian Akibat Covid-19

di Indonesia‟, Jurnal Pusat Penelitian Badan Keahlian DPR RI, 13(3), pp. 13–18.

Usher, E. L. et al. (2021) „Psychology students‟ motivation and learning in response

to the shift to remote instruction during COVID-19.‟, Scholarship of Teaching and

Learning in Psychology. doi: 10.1037/stl0000256.

WHO (2021) Coronavirus disease (COVID-19), World Health Organization (WHO).

Anda mungkin juga menyukai