Anda di halaman 1dari 30

PENGARUH SISTEM PEMBELAJARAN

DARING TERHADAP MOTIVASI


BELAJAR SISWA KELAS X SMA
KESATUAN BOGOR TAHUN AJARAN
2020-2021
BAB I
PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang Masalah

Pada Maret tahun 2020, dunia dikejutkan dengan munculnya wabah virus corona
(Covid-19) yang menginfeksi manusia di seluruh penjuru dunia, termasuk Indonesia. Hal ini
menjadikan Covid-19 sebagai pandemik dan masalah utama dunia saat ini. Di mana Covid-19
ini pertama kali diduga terdeteksi di sebuah “pasar basah” di Kota Wuhan, China pada akhir
Desember tahun 2019 dan mulai terjadi penyebaran ke seluruh penjuru dunia. Virus Covid-
19 ini mulai ditemukan di Indonesia pada pertengahan Maret 2020. Infeksi virus Corona yang
biasa disebut COVID-19 ( Corona Virus Disease 2019 ) adalah kumpulan virus yang bisa
menginfeksi sistem pernapasan, baik pernapasan ringan seperti flu maupun pernapasan berat
seperti infeksi paru-paru ( pneumonia ). Virus ini menular dengan sangat cepat dan dapat
menyerang siapa saja, seperti lansia, orang dewasa, anak-anak, dan bayi, termasuk ibu hamil
dan ibu menyusui.

Covid-19 juga merusak organ dalam tubuh, di antaranya , jaringan yang rusak
membuat paru-paru sulit melakukan tugasnya dalam mengoksidasi darah dan membuat orang
kesulitan bernapas atau terengah-engah, organ tidak mampu memompa darah sebagaimana
mestinya maka jantung juga bisa berhenti karena kekurangan oksigen sehingga dapat
menyebabkan radang otot jantung atau gagal jantung, dan dapat juga menyebabkan infeksi
parah pada otak yang diakibatkan oleh pembekuan darah. Tak heran jika Covid-19 kian
merenggut ribuan bahkan jutaan jiwa di dunia. Terhitung tanggal 9 Mei 2021 , akumulasi
kasus positif Covid-19 di seluruh Indonesia mencapai 1.713.684 kasus dengan angka
kematian sebanyak 47.012 jiwa, serta sebanyak 1.568.277 orang yang dinyatakan sembuh.

Pandemi Covid-19 ini juga turut memengaruhi beragam sektor di Indonesia. Salah
satunya adalah sektor pendidikan. Sistem pendidikan Indonesia mengalami perubahan dengan
sistem pembelajaran daring (online) yang kian menimbulkan pro dan kontra di masyarakat.
Mengacu pada Surat Edaran Kemendikbud Nomor 40 Tahun 2020 Tentang “Pelaksanaan
Kebijakan Pendidikan dalam Masa Darurat Penyebaran Corona Virus Disease (COVID-19)”,
Menteri Pendidikan dan Kebudayaan (Mendikbud), Nadiem Makarim, mengambil sejumlah
kebijakan untuk menghadapi pandemi di antaranya adalah penghapusan Ujian Nasional;
perubahan sistem Ujian Sekolah; perubahan regulasi Penerimaan Peserta Didik Baru (PPDB);
dan penetapan belajar dari rumah (pembelajaran daring).

Seperti yang kita ketahui, dengan adanya pandemi Covid-19 ini membuat
pembelajaran tatap muka secara langsung/luring kurang memungkinkan untuk dilaksanakan
mengingat bahaya dari virus Covid-19 yang dapat berujung kematian dan penyebarannya
yang cepat dan luas. Maka dari itu, pemerintah mengambil tindakan untuk meminimalisir
penyebaran Covid-19 dan beranggapan dengan menerapkan sistem Pembelajaran Jarak Jauh
(PJJ) ini merupakan cara terbaik yang dapat dilakukan untuk melindungi para siswa dari
pandemi Covid-19. Pembelajaran Jarak Jauh diterapkan sekolah-sekolah di Indonesia
termasuk SMA Kesatuan Bogor.

Pada kondisi seperti ini, para tenaga pendidik dan siswa harus beralih pada
pembelajaran e-learning dengan mengeakan beragam platform online untuk mendukung
kegiatan belajar mengajar. Para guru memberi materi pembelajaran, tugas, dan ujian dalam
beragam platform digital yang ada, Oleh karena itu, siswa diwajibkan untuk memiiliki alat
komunikasi seperti Handphone yang digunakan untuk mendukung pembelajaran daring.
Kuota internet juga dibutuhkan untuk mengakeses materi pembelajaran daring. Siswa dan
tenaga didik yang semulanya melangsungkan kegiatan belajar mengajar di dalam satu
ruangan, materi yang biasanya diberiikan saat di kelas, pertanyaan-pertanyaan yang diajukan
di dalam kelas, kini beralih menjadi daring dan jarak jauh dengan waktu kegiatan
pembelajaran yang terbilang cukup singkat. Oleh karena itu, baik siswa maupun tenaga didik
mau tidak mau harus beradaptasi dengan sistem pembelajaran jarak jauh ini dan berusaha
memaksimalkan kegiatan belajar mengajar.

1.2. Rumusan Masalah

1. Adakah perbedaan produktivitas kinerja antara pembelajaran online dan offline?


2. Apakah pembelajaran daring efektif bagi para siswa?
3. Bagaimana dampak pembelajaran daring bagi pemahaman materi para siswa?

1.3. Tujuan Penelitian


1. Mengetahui perbedaan produktivitas kinerja antara pembelajaran online dan offline
2. Mengetahui keefektifan pembelajaran daring bagi para siswa
3. Mengetahui dampak pembelajaran daring bagi pemahaman materi para siswa.

1.4. Hipotesis Penelitian


1. Kurangnya motivasi belajar siswa dalam sistem belajar online
2. Sistem pembelajaran offline cenderung lebih efektif daripada sistem belajar online

1.5. Kegunaan penelitian


a) Bagi para siswa : penelitian ini memiliki manfaat agar para siswa mengetahui
bagaimana tingkat motivasi belajar mereka ketika pembelajaran daring maupun
luring.
b) Bagi para guru : penelitian ini dapat dijadikan sebagai bahan evaluasi dalam
meningkatkan keefektifan pembelajaran daring dan motivasi belajar siswa, juga
agar dapat mengetahui kendala-kendala yang dirasakan oleh para siswa dalam
kegiatan pembelajaran daring tersebut.
c) Bagi orang tua : penelitian ini memiliki manfaat agar para orang tua dapat
mengetahui motivasi dan keefektifan belajar anak-anaknya dalam pembelajaran
daring dan juga dapat mengetahui kendala yang dapat menghambat pembelajaran
daring.
1.6. Ruang Lingkup dan Keterbatasan Penelitian

1.6.1. Ruang lingkup penelitian

Pada penelitian ini, ruang lingkupnya hanya akan dilakukan


pada siswa kelas X SMA Kesatuan Bogor tahun ajaran 2020-2021

1.6.2. Keterbatasan Penelitian

Ada beberapa keterbatasan yang mungkin dapat lebih diperhatikan bagi peneliti-
peneliti lain. Beberapa keterbatasan diantaranya :
a) Jumlah responden yang hanya 50 orang
b) Dalam proses pengambilan data dilakukan dengan menggunakan kuesioner
tertutup. Terkadang informasi yang diberikan responden kurang menunjukkan
pendapat responden yang sebenarnya. Hal ini mungkin terjadi dikarenakan opsi yang
terbatas, adanya perbedaan pemikiran, perbedaan anggapan dan pemahaman tiap-tiap
responden, dan bisa karena faktor kejujuran saat mengisi kuesioner.

1.7. Definisi Istilah atau Definisi Operasional

1.7.1. Motivasi belajar


Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia, (Depdikbud,1996:593) motivasi didefinisikan
sebagai dorongan yang timbul pada diri seseorang sadar atau tidak sadar untuk
melakukan suatu tindakan dengan tujuan tertentu. W.S Winkel (1996:53) mengatakan,
bahwa belajar adalah suatu aktivitas mental/psikis yang berlangsung dalam interaksi
aktif dengan lingkungannya, yang menghasilkan perubahan-perubahan, pengetahuan,
pemahaman, keterampilan dan nilai sikap, serta perubahan itu bersifat secara relatif
konstan dan tetap.

Motivasi belajar Menurut Djamarah (2008: 149), motivasi yang berasal dari dalam
diri pribadi seseorang disebut “motivasi intrinsik”, yaitu motif-motif yang menjadi
aktif atau berfungsinya tidak perlu dirangsang dari luar

Motivasi belajar adalah keseluruhan daya penggerak dalam diri siswa yang
menimbulkan kegiatan belajar, yang menjamin kelangsungan dari kegiatan belajar dan
memberikan arah pada kegiatan belajar, sehingga tujuan yang dikehendaki oleh
subyek belajar itu dapat tercapai (Sardiman, 1986: 75).

1.7.2. Pembelajaran online (daring)


Menurut Dabbagh, N. and Ritland. B. B. (2005), pembelajaran online (daring) adalah
sistem belajar yang terbuka dan tersebar dengan menggunakan perangkat pedagogi
(alat bantu pendidikan), yang dimungkinkan melalui internet dan teknologi berbasis
jaringan untuk memfasilitasi pembentukan proses belajar dan pengetahuan melalui
aksi dan interaksi yang berarti.

BAB II
LANDASAN TEORITIS

2.1. Definisi Penddikan

Menurut Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 20 Tahun 2003 tentang sistem


Pendidikan nasional bab 1 pasal 1, Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk
mewujudkan suasana belajar dan proses pembbelajaran agar peserta didik secara aktif
mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian
diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan dirinya,
masyarakat, bangsa dan negara. Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, Pendidikan
merupakan proses pengubahan sikap dan tata laku atau kelompok orang dalam usaha
mendewasakan manusia melalui upaya pengajaran dan pelatihan, proses,cara dan perbuatan
mendidik. Pendidikan adalah proses menuntun segala kekuatan kodrat yang ada pada anak-
anak peserta didik , agar mereka sebagai manusia dan sebbagai anggota masyarakat dapat
mencapai keselamatan dan kebahagiaan setinggi-tingginya (Ki Hajar Dewantara).
Menurut Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional
,Pasal 3 , tujuan dari Pendidikan nasional adalah mengembangkan potensi peserta didik agar
menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak
mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatiif, mandiri , dan menjadi warga negara yang demokratis
serta bertanggung jawab.

Menurut Undang-Undang Republik Nomor 20 Tahun 2003 Tentang Sistem Pendikan


Nasional menimbang bahwa pembukaan Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia
tahun 1945 mengamanatkan Pemerintah Negara Indonesia yang melindungi segenap bangsa
Indonesia dan seluruh tumpah darah Indonesia dan untuk memajukan kesejahteraan umum,
mencerdaskan kehidupan bangsa, dan ikut melaksanakan ketertiban dunia yang berdasarkan
kemerdekaan, perdamaian abadi dan keadilan sosial; bahwa Undang-Undang Dasar Negara
Republik Indonesia Tahun 1945 mengamanatkan Pemerintah mengusahakan dan
menyelenggarakan satu sistem pendidikan nasional yang meningkatkan keimanan dan
ketakwaan kepada Tuhan Yang Maha Esa serta akhlak mulia dalam rangka mencerdaskan
kehidupan bangsa yang diatur dengan undang-undang; bahwa sistem pendidikan nasional
harus mampu menjamin pemerataan kesempatan Pendidikan , peningkatan mutu serta
relevansi dan efisiensi manajemen pendidikan untuk menghadapi tantangan sesuai dengan
tuntutan perubahan kehidupan lokal, nasional, dan global sehingga perlu dilakukan
pembaharuan pendidikan secara terencana, terarah, dan berkesinambungan ; bahwa Undang-
undang Nomor 2 Tahun 1989 tentang Sistem Pendidikan Nasional tidak memadai lagi dan
perlu diganti serta perlu disempurnakan agar sesuai dengan amanat perubahan Undang-
Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945

Fungsi Pendidikan menurut para ahli :


1. Menurut Horton dan Hunt, lembaga Pendidikan berhubungan dengan guna nyata
(manifest) antara lain sebagai berikut ; mempersiapkan anggota masyarakat agar
dapat mencari nafkah, mengembangkan bakat individu demi kepuasaan individu serta
bagi kepentingan masyarakat, melestarikan budaya, menanamkan kemmapuan
keterampilan yang dibutuhkan untuk partisipasi dalam sebuah organisasi.
2. Menurut David Popenoe, ada beberapa macam fungsi dari Pendidikan yaitu ;
transmisi (pemindahan) kebudayaan, memilih dan mengajarkan peranan sosial,
menjamin integrasi sosial, sekolah corak kepribadian , dan sebagai sumber inovasi
sosial.

2.2. Pandemi virus Covid-19

COVID-19 adalah penyakit yang disebabkan oleh


virus severe acute respiratory syndrome coronavirus 2 (SARS-CoV-2). Menurut situs WHO
(World Health Organization) adalah keluarga besar virus yang dapat menyebabkan penyakit
pada hewan atau manusia. Penyakit ini diketahui dapat menyebabkan infeksi pernafasan
mulai dari gejala yang ringan seperti flu, hingga infeksi paru-paru, seperti pneumonia, dan
penyakkit serius seperti Middle East Respiratory Syndrome (MERS) dan Sindrom Pernafasan
Akut Berat/ Severe Acute Respiratory Syndrome (SARS).

Berdasarkan penyebabnya, COVID-19 diketahui merupakan jenis virus zoonosi


(ditularkan dari hewan ke manusia), artinya Virus Corona sebelum menginfeksi dan
menyebabkan penularan ke manusia, virus ini sudah bermutasi. Infeksi dan penularan virus
COVID-19 terjadi pada akhir tahun 2019 dan telah menjadi masalah serius hingga ditetapkan
sebagai pandemi yang dihadapi segala penjuru dunia. Virus ini diketahui pertama kali
ditemukan di Kota Wuhan, China. Saat ini, per tanggal 15 Mei 202 kasus positif COVID-19
di Indonesia mencapai 1.753.101 jiwa, 1.616.603 sembuh , dan 48.669 meninggal.
Sedangkan data global dari 223 negara terkonfirmasi 163.312.429 kasus positif serta
3.386.825 jiwa yang meninggal dunia.

Para ahli di Montefiore Medical Center di New York City, Hospital of the University
of Pennsylvania di Philadelphia, Massachusetts General Hospital, Harvard Medical School
dan Brigham and Women's Hospital di Boston, melihat studi yang diterbitkan sejak awal
pandemi COVID-19 berlangsung atau sekitar Januari 2020. Mereka memeriksa laporan
pemerintah untuk melihat bagaimana virus tersebut menyebar. Hasilnya, mereka hanya
menemukan sangat sedikit penelitian yang menunjukkan virus COVID-19 hidup di
permukaan selama berjam-jam. Sebaliknya, penelitian dunia tegas menegaskan bahwa
transmisi pernapasan adalah metode penularan utama , yang berarti bersin, batuk atau dihirup
oleh seseorang yang memiliki virus. (Medical Daily,2020)

2.3. Definisi Pembelajaran

Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, pengertian pembelajaran berarti proses,


cara, pembuatan , menjadi makhluk hidup belajar. Menurut Munif Chatib, pembelajaran
merupakan proses transfer ilmu dua arah, antara guru sebagai pemberi informasi dan siswa
sebagai penerima informasi. Lebih lanjut, Wina Sanjaya (2008:51) mengemukakan bahwa
pembelajaran itu merupakan kegiatan yang bertujuan membelajarkan siswa.

Menurut Pribadi (2009:10) menjelaskan bahwa, Pembelajaran adalah proses yang


sengaja dirancang untuk menciptakan terjadinya aktivitas belajar dalam individu. Sedangkan
menurut Gegne (dalam Pribadi, 2009:9) menjelaskan bahwa pembelajaran adalah serangkaian
aktivitas yang sengaja diciptakan dengan maksud untuk memudahkan terjadinya proses
belajar.

Pembelajaran adalah suatu kombinasi yang tersusun meliputi unsur-unsur manusiawi,


material fasilitas, perlengkapan dan prosedur yang saling mempengaruhi tercapainya tujuan
pembelajaran (Oemar Hamalik 239:2006). Oemar Hamalik mengemukakan 3 (tiga) rumusan
yang dianggap lebih maju, yaitu:
1. Pembelajaran adalah upaya mengorganisasikan lingkungan untuk menciptakan kondisi
belajar bagi peserta didik.
2. Pembelajaran adalah upaya mempersiapkan peserta didik untuk menjadi warga
masyarakat yang baik.
3. Pembelajaran adalah suatu proses membantu siswa menghadapi kehidupan masyarakat
sehari-hari.

Tujuan pembelajaran adalah kemampuan (kompetensi) atau keterampilan yang diharapkan


dapat dimiliki oleh siswa setelah melaksanakan proses pembelajaran tertentu (Wina Sanjaya,
2008:86). Lanjut, Wina Sanjaya (2008:88) menngutarakan bahwa rumusan tujuan
pembelajaran harus mengandung unsur ABCD , antara lain Audience (siapa yang harus
memiliki kemampuan) , Behaviour (perirlaku yang bagaimana yang diharapkan dapat
dimiliki), Condition (dalam kondisi dan situasi bagaimna subjek dapat menuunjukkan
kemampuannya sebagai hasil belajar yang telah diperolehnya), dan Degree (
kualitas/kuantitas tingkah laku yang diharapkan mencapai batas minimal)
Proses belajar bersifat individual dan kontekstual, artinya proses belajar terjadi dalam
diri peserta didik sesuai dengan perkembangan dan lingkungannya (Warsita, 2008:62).
Untuk dapat berlangsung efektif dan efisien, proses belajar perlu dirancang sedemikian rupa
menjadi sebuah kegiatan pembelajaran.

2.4. Daring

Daring merupakan singkatan dari dalam jaringan yang juga termasuk dalam bentuk
komunikasi. Arti daring menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia adalah akronim dari dalam
jaringan yang berarti terhubung melalui jejaring komputer, internet dan sebagainya.
Komunikasi dilakukan dengan memanfaatkan jaringan internet yang ada.

Menururut M.Romli (2012:34) media daring secara umum adalah segala jenis atau
format media yang hanya bisa diakses melalui internet berisiksan teks, foto, video, dan suara,
sebagai sarana komunikasi secara daring. Sedangkan pengertian khusus media daring
dimaknai sebagai sebuah media dalam konteks komunikasi massa.

Menurut Santana (2005: 137) media daring merupakan sebuah jurnalisme baru karena
memiliki fitur yang menyerupai jurnalisme tradisional dengan kemampuan untuk
menawarkan kemungkinan-kemungkinan baru yang tidak terbatas dalam memproses dan
menyebarkan berita.
ada membaca, menulis dan berkomunikasi dengan menggunkaan jaringan komputer.

2.5. Pembelajaran Daring (E-Larning) dari Rumah

Tak terlepas dari perkembangan Teknologi Informasi dan Komunikasi (TIK) dan
berbagai kemungkinan penerapannya, khususnya pada pembelajaran. Kekuatan Teknologi
Informasi dan Komunikasi akan melahirkan konsep E-Learning , manfaat E-Learning, dan
bahan-bahan pembelajaran untuk E-Learning (Budi Mutiyasa,2012)

Bahwa sistem pendidikan nasional harus mamu menjamin pemerataan kesempatan


pendidikan, peningkatan mutu serta relevansi dan efisiensi manajemen pendidikan untuk
menghadapi tantangan sesuai dengan tuntutan perubahan kehidupan lokal, naisonal, dan
global sehingga perlu dilakukan pemmbaharuan pendidikan secara terencana, terarah, dan
berkesinambungan (Undang – Undang Republik Indonesia Nomor 20 Tahun 2003 Tentang
Pendidikan Nasional)

Dapat kita lihat saat terjadinya pandemi COVID-19 sistem pendidikan di Indonesia harus
menyesuaikan dengan kondisi pandemi dengan cepat namun tetap efisien sehingga muncul
lah kebijakkan pembelajaran daring/ pembelajaran jarak jauh yang diterapkan di seluruh
sekolah di Indonesia termasuk SMA Kesatuan Bogor.

Berdasarkan Surat Edaran Mendikbud nomor 4 tahun 2020 yang diperkuat dengan Surat
Edaran Sesjen nomor 15 tahun 2020 tentang Pedoman Pelaksanaan BDR (Belajar di Rumah )
selama masa darurat Covid-19 memiliki tujuan sebagai berikut :

1. Memastikan pemenuhan hak anak untuk mendapatkan layanan Pendidikan selama


darurat COVID-19
2. Melindungi warga satuan Pendidikan dari dampak buruk COVID-19
3. Mencegah penyebaran dan penularan COVID-19 di satuan pendidikan
4. Memastikan pemenuhan dukungan psikososial bagi pendidik, peserta didik dan orang
tua/wali.

Menurut Edi Subkhan , pakar kurikulum dan teknologi pendidikan Universitas Negeri
Semarang , tujuan pembelajaran daring untuk memudahkan aktivitas belajar. Caranya
dengan menyediakan banyak sumber belajar yang mudah diakses , pembelajaran yang
fleksibel metode, tempat , dan waktunya, bisa sepenuhnya daring, bisa kombinas daring
maupun luar jaringan (luring)/ tatap muka fisik konvensional.

Tujuan dari adanya program daring menurut Kementrian Pendidikan dan Kebudayaan RI
adalah :

1. Meningkatkan ketersediaan layanan pendidikan


2. Meningkatkan keterjangkauan layanan pendidikan
3. Meningkatkan kualitas dan relevansi layanan pendidikan
4. Meningkatkan kesamaan dalam mendapatkan mutu layanan pendidikan
5. Meningkatkan keterjamininan mendapatkan mutu layanan pendidikan yang baik

Pnsip-prinsip pelaksanaan BDR sesuai dengan SE. Mendikbud No. 4 Tahun 2020 , antara
lain :

1) Keselamatan dan kesehatan lahir batin siswa, guru, kepala sekolah dan seluruh warga
sekolah menjadi pertimbangan utama dalam pelaksanaan BDR;

2) Kegiatan BDR dilaksanakan untuk memberikan pengalaman belajar yang bermakna


bagi siswa, tanpa terbebani tuntutan menuntaskan seluruh capaian kurikulum

3) BDR dapat difokuskan pada pendidikan kecakappan hiidup, antra lain mengenai
pandemic COVID-19;

4) Materi pembelajarann bersifat inklusif sesuai dengan usia dan jenjang pendidikan,
konteks budaya, karakter, dan jenis kekhususan peserta didik;

5) Aktivitas dan penugasan selama BDR dapat. Bervariasi antar daerah , sekolah dan
peserta didik sesuai minat dan kondisi masing-masing, termasuk mempertimbangkan
kesenjangan akses terhadap fasilitas BDR;

6) Hasil. Belajar peserta. Didik selama BDR diberi umpan balik yang bersifat kualitatif
dan berguna dari guru tanpa diharuskan memberi skor/nilai kuantitatif

7) Mengedepankan pola interaksi dan komunikasi yang positif antara guru dengan orang
tua/wali

Berdasarkan Surat Edaran Mendikbud nomor 4 tahun 2020, metode pembelajaran Jarak
Jauh/online (Daring) menggunakan gawai (gadget) maupun laptop melalui beberapa
portal dan aplikasi pembelajaran daring.

2.6. Motivasi belajar


Motivasi merupakan suatu proses yang dimulai dengan adanya kekurangan psikologis
atau kebutuhan yang menimbulkan suatu dorongan dengan maksud mencapai. Suatu tujuan
atau insentif (Luthans, 1992) Definisi motivasi ini dapat dipahami dengan hubungan antara
kebutuhan, dorongan, dan insentif (tujuan).

Menurut Eggen dan Kauchack (2004) adalah suatu kekuatan yang memberi energi,
dorongan, dan mengarahkan perilaku ke tujuan.

Menurut Clayton Aderfer dalam Hamdhu, 2011 Motivasi belajar adalah kecenderungan
siiswa dalam melakukan segala kegiatan belajar yang didorong oleh hasrat untuk mencapai
prestasi atau hasil belajar sebaik mungkin

Menurut Eggen dan Kauchack (2004) bahwa belajar dan motivasi saling berkaitan di
mana seseorang tiidak mampu benar-benar memahami pelajararn tanpa mempertimbangkkan
motivasi.

2.7. Efektivitas Pembelajaran

Menurut Mahmudi (2010: 143-166) efektivitas adalah sejauh mana unit yang
dikeluarkan mampu mencapai tujuan yang ditetapkan. Menurut Nana Sudjana (1990:50)
efektivitas dapat diartikan sebagai tindakan keberhasilan siswa untuk mencapai tujuan
tertentu yang dapat membawa hasil belajar secara maksimal. Keefektifan pembelajaran
berkenaan dengan jalan dan upaya teknik ataupun strategi yang digunakan dalam mencapai
tujuan secara cepat dan tepat.

Efektivitas pembelajaran menurut Supriyono (2014:1) merujuk pada berdaya dan


berhasil guna seluruh komponen pembelajaran yang diorganisir untuk mencapai tujuan
pembelajaran. Pembelajaran efektif mencakup keseluruhan tujuan pembelajaran baik yang
berdimensi mental, fisik, maupun sosial. Pembelajaran efektif memudahkan siswa belajar
sesuatu yang bermanfaat.

Menurut Nana Sudjana (1990:50) efektivitas dapat diartikan sebagai tindakan


keberhasilan siswa untuk mencapai tujuan tertentu yang dapat membawa hasil belajar secara
maksimal. Keefektifan proses pembelajaran berkenaan dengan jalan, upaya teknik dan
strategi yang digunakan dalam mencapai tujuan secara optimal, tepat dan cepat, sedangkan
menurut Sumardi Suryasubrata (1990:5) efektivitas adalah tindakan atau usaha yang
membawa hasil.

Pembelajaran dapat dikatakan efektif apabila dapat menyajikan perolehan


pengetahuan dan keterampilan belajar melalui penyajian infomasi dan aktivitas yang
dirancang untuk membantu memudahkan peserta didik dalam rangka mencapai tujuan khusus
belajar yang diharapkan.

Mengacu dari beberapa pengertian efektivitas yang telah dikemukakan oleh para
peneliti dapat ditarik kesimpulan bahwa efektivitas pembelajaran adalah tingkat keberhasilan
yang dicapai sesuai dengan tujuan dari penerapan suatu model. Pembelajaran, dalam hal ini
diukur dari hasil belajar siswa, apabila hasil belajar siswa meningkat maka dapat dikatakan
efektif dan sebaliknya.
BAB III

METODE PENELITIAN

3.1. Rancangan Penelitian

Rancangan penelitian dirumuskan dengan tujuan untuk membuat keseluruhan target


yang hendak dicapai dapat berjalan dengan baik sesuai apa yang direncanakan atau
dikehendaki, sehingga proses dan tujuan dari penelitian tersebut bisa berjalan dengan jelas
dan terstruktur.
Dalam langkah awal penelitian terdapat identifikasi masalah. Dilanjutkan dengan
penguraian latar belakang yang disertai oleh data atau fakta yang mendukung. Penguraian
latar belakang dimaksudkan untuk memberikan pemahaman kepada pembaca mengenai apa
yang ingin disampaikan. Jika latar belakang sudah diuraikan dengan baik, maka inti
permasalahan dapat dirumuskan dalam bentuk kalimat tanya serta dapat disimpulkan tujuan
dari penelitian tersebut.
Pada bentuk penelitian kuantitatif, metode pengukuran data kuantitatif dan statistika
objektif melalui perhitungan ilmiah berasal dari sampel orang-orang atau penduduk yang
diminta menjawab sejumlah pertanyaan tentang survei untuk menentukan frekuensi dan
persentase tanggapan mereka. Sehingga terbentuk hipotesis atau anggapan dasar, yang berarti
terbentuknya jawaban yang bersifat sementara dan akan diuji lagi kebenarannya dengan data
atau fakta mendukung dalam penelitian. Selanjutnya terdapat kegunaan penelitian yang
menjadi salah satu hal penting dalam penelitian ini. Kegunaan penelitian berguna untuk
memberikan gambaran kepada pembaca tentang outcome dan impact dari penelitian yang
dilakukan. Kegunaan penelitian merupakan narasi objektif yang menggambarkan hal-hal
yang diperoleh setelah suatu tujuan penelitian telah terpenuhi.
Langkah selanjutnya adalah penentuan teknik sampling. Margono ( 2004 )
mengatakan, teknik sampling adalah cara untuk menentukan sampel yang jumlahnya sesuai
dengan ukuran sampel yang akan dijadikan sumber data sebenarnya, dengan memperhatikan
sifat-sifat dan penyebaran populasi agar diperoleh sampel yang representatif. Pada penelitian
ini, para peneliti menggunakan teknik pengambilan sampel acak berstrata atau stratified
random sampling. Metode pengambilan sampel acak berstrata mengambil sampel berdasar
tingkatan tertentu. Penelitian ini mengenai motivasi belajar siswa kelas X SMA Kesatuan
Bogor.
Langkah terakhir dari proses penelitian yaitu penulisan laporan hasil penelitian. Tidak
semua laporan hasil penelitian akan dipublikasikan atau disebarluaskan, tetapi diharapkan
para peneliti dapat mempertanggungjawabkan kewajiban sebagai peneliti untuk
menyelesaikan laporan hasil penelitian dalam bentuk tertulis, kiranya laporan hasil penelitian
berhasil menyampaikan apa yang ingin disampaikan dan juga dapat bermanfaat bagi para
pembaca.

3.2. Populasi dan Sampel


Populasi dalam penelitian ini adalah siswa kelas X SMA Kesatuan Bogor tahun ajaran
2020-2021. Sedangkan sampel berjumlah 51 Yang diantaranya kelas X IPA 1, X IPA 2, X
IPA 3 , X IPS 1, dan X IPS. 2. Masing-maisng kelas diambil jumlah sampel secara acak.

3.2.1. Populasi
Populasi adalah keseluruhan subjek atau objek yang menjadi sasaran penelitian
(Sudijarwo dan Basrowi , 2009: 225). Populasi merupakan keseluruhan objek penelitian
(Arikunto Suharsimi ,1988 : 117). Menurut , Sugiyono (1997:54) Populasi merupakan
wilayah generalisasi yang terdiri atas subjek/objek yang memiliki kuantitas tertentu yang
ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari kemudian ditarik kesimpulannya. Sebagai populasi ,
kelompok tersebut haruslah memiliki ciri atau karakteristik yang membedakan dari kelompok
subjek yang lain.
Adapun populasi yang diteliti dalam penelitian ini adalah siswa kelas X SMA Kesatuan
Bogor tahun ajaran 2020-2021

3.2.2. Sampel

Sampel adalah sebagian atau wakil populasi yang diteliti (Arikunto, 2006: 131). Sampel
adalah sebagian dari populasi bisa di jangkau serta memiliki sifat yang sama dengan populasi
yang di ambil sampelnya tersebut (Nana Sudjana dan Ibrahim, 2004: 85)

Dalam pengambilan sampel penelitian ini dilakukan dengan menggunakan stratified


random sampling. Stratified random sampling merupakan proses pengambilan sampel
melalui cara pembagian populasi ke dalam strata, memilih sampel acak setiap stratum, dan
menggabungkannya untuk menaksir parameter populasi.

Sampling dalam penelitan ini sebanyak 51 responden dari kelas X SMA Kesatuan
Bogor tahun ajaran 2020-2021. Yang diantaranya kelas X IPA 1, X IPA 2, X IPA 3 , X IPS 1,
dan X IPS. 2. Masing-maisng kelas diambil jumlah sampel secara acak.

3.3. Instrumen Penelitian

Dalam penelitian ini, kami menggunakan kuesioner yang berisi daftar pertanyaan untuk
mengumpulkan data penelitian dari responden. Bila kuesioner salah, maka hasil penelitian
pun salah. Untuk itu, kuesioner harus dibentuk dan dirancang secara valid, reliabel dan tidak
palsu. Hal ini dilakukan agar data yang didapatkan bisa divalidasi.

Bila dibandingkan dengan jenis instrumen lainnya, kuesioner memiliki keunggulan.


Misalnya data pribadi responden dapat disembunyikan sehingga responden bisa anonim dan
data yang dikumpulkan dapat berjumlah besar dalam waktu relatif singkat. Hanya saja,
kuesioner juga mempunyai kelemahan. Terkadang ada beberapa pernyataan yang
membingungkan sehingga tidak dapat diklasifikasikan. Ini dikarenakan peneliti tidak ada di
tempat untuk menjelaskan pertanyaan yang sulit bagi responden.

3.4. Pengumpulan Data


3.5. Teknik Analisis Data

BAB IV
HASIL PENELITIAN
4.1. Deskripsi Data

4.2. Pengujian Hipotesis


Untuk mengetahui efektivitas pembelajaran terhadap motivasi belajar siswa
kelas X di SMA Kesatuan Bogor maka dilakukan uji hipotesis ini. menurut Hamzah
B. Uno (2007: 138) keefektifan pembelajaran diukur dengan tingkat ketercapaian
siswa pada tujuan pembelajaran yang ditentukan. Jika syarat uji asumsi anaalisis
diterima, selanjutnya dilakukan uji hipotesis menggunakan uji – t. Tetapi jika uji
asumsi analisis tidak diterima maka uji dilakukan menggunakan metode non
parametrik. Pengujian hipotesis yang dilakukan dalam penelitian adalah sebagai
berikut.

1. Uji Hipotesis Pertama


Uji hipotesis pertama adalah untuk menjawab rumusan masalah pertama
yaitu
apakah pembelajaran berbasis daring/online efektif ditinjau dari motivasi
belajar siswa. Uji hipotesis pertama dilakukan dengan menggunakan statistik
uji One Sample t-Test (1-tailed). Menurut Walpole (1992: 305), pengujian
yang dilakukan adalah sebagai berikut.

Hipotesis yang digunakan:

H0 : μ ≥ 75

Pembelajaran jarak jauh efektif dalam meningkatkan motivasi belajar siswa.


H1 : μ < 75

Pembelajaran jarak jauh tidak efektif dalam meningkatkan motivasi belajar


siswa.

Dengan taraf signifikansi α = 0,05 statistik uji yang digunakan adalah:

Keterangan:
x

BAB V

PEMBAHASAN

A. Hasil Pembahasan
Pada bab ini akan diuraikan hasil penelitian dan pembahasan dari data-data
yang diperoleh melalui penelitian yang dilakukan yaitu data responden dan data
penelitian mengenai pengaruh pembelajaran berbasis daring/online selama pandemi
COVID-19.

1. Persiapan dan Pelaksanaan Penelitian


Penelitian ini merupakan proses yang dilakukan secara bertahap, bermula
dari perencanaan dan perancangan penelitian, penentuan fokus penelitian,
penentuan waktu penelitian, pengumpulan data, analisis, dan penyajian hasil
penelitian. Dalam persiapan penelitian ini ada beberapa tahap yang telah
dilakukan oleh peneliti yaitu sebagai berikut:

a. Penentuan Variabel dan Subyek Penelitian Langkah awal dalam penelitian ini
adalah menentukan variabel penelitian. Dari hal tersebut maka dapat
dirumuskan masalah yang akan dikaji dan menemukan tujuan yang hendak
dicapai dari penelitian ini. Kemudian menentukan subyek dalam penelitian ini
dan peneliti memutuskan untuk mengambil subyek atau populasi dalam
penelitian ini adalah siswa di SMA Kesatuan Bogor yang mengalami
pembelajaran berbasis online/daring selama pandemi COVID-19.
b. Penyusunan Instrumen Penelitian
Penyusunan instrumen penelitian dimulai dengan menentukan aspek-aspek
yang akan digunakan untuk membuat skala berdasarkan konsep yang telah
ditemukan dalam teori terlebih dahulu. Kemudian peneliti membuat rancangan
kuesioner yang berisi Jumlah item variasi pernyataan dan nilai jawaban.
Dalam proses ini peneliti juga melakukan penyederhanaan bahasa sehingga
instrument penelitian yang dibuat dapat dimengerti oleh subyek penelitian.
c. Pelaksanaan Penelitian
Penelitian ini dilakukan oleh penulis secara online dengan menyebarkan
kuisioner kepada siswa Sekolah Menengah Atas(SMA) Kesatuan Bogor.
Pelaksanaan penelitian ini dilakukan pada bulan April hingga Mei 2021.
Pelaksanaan penelitan dilakukan mulai dari mengeksplorasi fenomena yang
hendak dibahas, mengkaji bahan literature penelitian, membuat instrumen
penelitiann, menghimpun data, melakukan pengolahan data, melakukan
analisis data hingga menusun laporan hasil penelitian sesuai dengan struktur
penulisan.
2. Deskripsi hasil penelitian
Pada bagian ini akan disajikan hasil penelitian pengaruh dari pembelajaran
online pada siswa SMA Kesatuan Bogor. Pengumpulan data dilakukan dengan
mendistribusikan kuesioner. Dari kuesioner yang telah diisi oleh responden didapat
data identitas responden. Penyajian data mengenai identitas responden untuk
memberikan gambaran tentang keadaan diri dari pada responden.
a. Identitas Responden
Identitas responden ini diamati berupa nama lengkap, jenis kelamin, kelas, dan
nomor absen.
1) Nama Lengkap
Nama lengkap dalam hal ini menunjukan bahwa tiap subjek yang tidak
yang mengisi instrument penelitian tidak sama dan pengisi
Gambar 4.1
Hasil Kuisioner Pengisian Nama Lengkap

Dari gambar 4.1 dapat dilihat bahwa responden berjumlah 51 siswa.


Jumlah data tersebutlah yang akan dianalisis lebih jauh.

2) Nomor absen

Gambar 4.2
Hasil Kuisioner Pengisian Nomor Absen

Dari gambar 4.2 dapat terlihat bahwa seluruh subjek merupakan siswa
dari SMA Kesatuan Bogor. Hal ini terlihat dari nomor absen yang
membuktikan status dari subjek penelitian yang memiliki nomor
absensi.

3) Kelas
Diagram 4.1
Hasil Kuisioner Pengisian Kelas

Kelas dapat berarti sekelompok murid yang menghadapi pelajaran


ataupun kuliah tertentu di perguruan tinggi, sekolah, maupun lembaga
pendidikan. Kelas juga bisa merujuk pada kegiatan belajar-mengajar
itu sendiri. Dari Diagram 4.1 terlihat bahwa penelitian ini memiliki
persebaran kelas yang beragam. X IPA 1 sebanyak 23%, X IPA 2
sebanyak 11.8%, X IPA 3 sebanyak 11.8%, X IPS 1 sebanyak 7.8%
dan X IPS 2 sebanyak 45.1%.

No Kelas Frekuensi Presentase


1 X IPA 1 12 23%
2 X IPA 2 6 11.8%
3 X IPA 3 6 11.8%
4 X IPS 1 4 7.8%

5 X IPS 2 23 45.1%

4) Jenis Kelamin
Jenis kelamin dapat memberikan perbedaan pada perilaku sesesiswa.
Dalam suatu bidang usaha, jenis kelamin seringkali dapat menjadi
pembeda yang dilakukan oleh individu. Penyajian data responden
berdasarkan jenis kelamin adalah sebagai berikut ini.
Diagram 4.2
Hasil Kuisioner Pengisian Jenis Kelamin

Dari diagram 4.2 dapat dilihat bahwa responden sebagian besar


berjenis kelamin perempuan, yaitu sebanyak 35 siswa (68.5%), dan
sisanya adalah responden yang berjenis kelamin laki-laki, yaitu
sebanyak 16 siswa (31.4%). Hal ini menunjukkan bahwa sebagian
besar subyek penelitian ini berjenis kelamin perempuan.

b. Pengaruh Pembelajaran Online Selama COVID-19


1) Inisiatif Bertanya

Diagram 4.3
Hasil Kuisioner Penelitian
Kebanyakan siswa menganggap belajar matematika adalah aktivitas
yang membosankan, tidak menyenangkan, duduk berjam-jam dengan
mencurahkan perhatian dan pikiran pada suatu materi pelajaran
matematika, baik yang sedang disampaikan guru maupun yang sedang
dihadapi di meja belajar. Kegiatan ini hampir selalu dirasakan sebagai
beban daripada upaya aktif untuk memperoleh ilmu. Sehingga dalam
hal ini instrument yang hendak dianalisis adalah inisiatif bertanya
selama proses belajar mengajar. Dari total 51 siswa, 4 siswa(7.8%)
menyatakan sangat setuju bahwa pembelajaran online dapat
meningkatkan inisiatif untuk bertanya, 30 siswa(58.8%) setuju bahwa
pengaruh pembelajaran online meningkatkan inisiatif untuk bertanya,
13 siswa(25.5%) menyatakan kurang setuju bahwa pembelajaran
online meningkatkan inisiatif untuk bertanya, dan 4 siswa(7.8%)
menyatakan tidak setuju bahwa pembelajaran online meningkatkan
inisiatif untuk bertanya.

2) Mempelajari kembali hasil pembelajaran usai kelas

Diagram 4.4
Hasil Kuisioner Penelitian
Mempelajari ulang pembelajaran merupakan upaya yang banyak
dilakukan oleh banyak siswa. Hal ini dilakukan untuk mengingat
kembali pembelajaran yang dilakukan serta menguji tingkat
pemahaman siswa. Dari hasil kuisioner yang ada ditemukan bahwa
terdapat 7 siswa(12.7%) menyatakan sangat setuju bahwa mereka
mempelajari kembali materi yang diberikan pada kelas online, 28
orang(54.9%) menyatakan setuju bahwa mereka mempelajari kembali
materi yang diberikan pada kelas online, 12 orang(23.5%) menyatakan
kurang setuju bahwa mereka mempelajari kembali materi yang
diberikan pada kelas, 4 orang(7.8%) menyatakan tidak setuju bahwa
mereka mempelajari kembali materi yang diberikan pada kelas.
3) Belajar sebelum ujian online

Diagram 4.5
Hasil Kuisioner Penelitian
Mempelajari materi yang akan dipelajari selama proses pembelajaran
menjadi penting sebagai bukti bahwa siswa telah melakukan persiapan
sebelum kelas dimulai sehingga proses pembelajaran dapat lebih
efektif dan efisien. Dari hasil kuisioner yang ada ditemukan bahwa
terdapat 11 siswa(21.6%) menyatakan sangat setuju bahwa mereka
mempelajari terlebih dahulu materi yang diujikan secara online, 28
orang(54.9%) menyatakan setuju bahwa mereka mempelajari terlebih
dahulu materi yang diujikan secara online, 8 orang(15.7%) menyatakan
kurang setuju bahwa mereka mempelajari terlebih dahulu materi yang
diujikan secara online, 4 orang(7.8%) menyatakan tidak setuju bahwa
mereka mempelajari terlebih dahulu materi yang diujikan secara
online.
4) Mengerjakan tugas tepat waktu

Diagram 4.6
Hasil Kuisioner Penelitian

Mengerjakan tugas tepat waktu menjadi salah satu indikator siswa


yang secara optimal melakukan proses pembelajaran. Dari hasil
kuisioner yang ada ditemukan bahwa terdapat 22 siswa(43.1%)
menyatakan sangat setuju bahwa mereka mengerjakan tugas tepat
waktu, 17 orang(33.3%) menyatakan setuju bahwa mereka
mengerjakan tugas tepat waktu, 12 orang(23.5%) menyatakan kurang
setuju bahwa mereka mengerjakan tugas tepat waktu, 0 orang(0%)
menyatakan tidak setuju bahwa mereka mengerjakan tugas tepat
waktu.

5) Sikap acuh tak acuh dalam memperbaiki tugas yang salah

Diagram 4.7
Hasil Kuisioner Penelitian

Memperbaiki hasil tugas yang salah adalah bagian dari pembelajaran


yang dilakukan di instansi sekolah. Dari hasil kuisioner yang ada
ditemukan bahwa terdapat 7 siswa(13,7%) menyatakan sangat setuju
bahwa mereka bersikap acuh tak acuh dalam memperbaiki tugas yang
salah, 14 siswa(27.5%) menyatakan setuju bahwa mereka bersikap
acuh tak acuh dalam memperbaiki tugas yang salah, 16 orang(31.4%)
menyatakan kurang setuju bahwa mereka bersikap acuh tak acuh
dalam memperbaiki tugas yang salah, 14 orang(27,5%) menyatakan
tidak setuju bahwa mereka bersikap acuh tak acuh dalam memperbaiki
tugas yang salah.
6) Efektivitas pembelajaran online menurut siswa
Diagram 4.8
Hasil Kuisioner Penelitian

Dari hasil kuisioner yang ada ditemukan bahwa terdapat 2 siswa(4.2%)


menyatakan sangat setuju bahwa pembelajaran online lebih efektif
dibandingkan dengan pembelajaran offline, 4 siswa(6%) menyatakan
setuju bahwa pembelajaran online lebih efektif dibandingkan dengan
pembelajaran offline, 23 siswa(45.1%) menyatakan kurang setuju
bahwa pembelajaran online lebih efektif dibandingkan dengan
pembelajaran offline, 23 siswa(45.1%) menyatakan tidak setuju bahwa
pembelajaran online lebih efektif dibandingkan dengan pembelajaran
offline.

7) Materi pembelajaran yang diberikan melalui pembelajaran daring


tersampaikan dengan baik

Diagram 4.9
Hasil Kuisioner Penelitian

Dalam aspek ini, peneliti mencoba untuk menganalisis mengenai


proses pembelajaran yang dilakukan selama online antara guru dan
siswa. Dari hasil kuisioner yang ada ditemukan bahwa terdapat 1
siswa(1.9%) menyatakan sangat setuju bahwa materi yang diberikan
pada pembelajaran online tersampaikan dengan baik, 11 siswa(21.6%)
menyatakan setuju bahwa materi yang diberikan pada pembelajaran
online tersampaikan dengan baik, 33 siswa(64.7%) menyatakan kurang
setuju bahwa materi yang diberikan pada pembelajaran online
tersampaikan dengan baik, 6 siswa(11.8%) menyatakan tidak setuju
bahwa materi yang diberikan pada pembelajaran online tersampaikan
dengan baik.

8) Media pembelajaran online sangat variatif untuk mempermudah siswa


belajar

Diagram 4.10
Hasil Kuisioner Penelitian
Dalam aspek ini, peneliti mencoba untuk menganalisis anggapan siswa
mengenai media yang digunakan dalam proses belajar mengajar. Dari
hasil kuisioner yang ada ditemukan bahwa terdapat 6 siswa(11.8%)
menyatakan sangat setuju bahwa media pembelajaran online sangat
variatif untuk mempermudah siswa belajar, 12 siswa(23.5%)
menyatakan setuju bahwa media pembelajaran online sangat variatif
untuk mempermudah siswa belajar, 30 siswa(58.8%) menyatakan
kurang setuju bahwa media pembelajaran online sangat variatif untuk
mempermudah siswa belajar, 3 siswa(6.9%) menyatakan tidak setuju
bahwa media pembelajaran online sangat variatif untuk mempermudah
siswa belajar.
9) Sering mengalami gangguan jaringan selama pembelajaran online
Diagram 4.11
Hasil Kuisioner Penelitian
Dalam aspek ini, peneliti mencoba untuk menganalisis hambatan yang
dialami oleh siswa selama melakukan pembelajaran online. Dari hasil
kuisioner yang ada ditemukan bahwa terdapat 11 siswa(21.6%)
menyatakan sangat setuju bahwa mereka sering mengalami gangguan
jaringan selama proses pembalajaran online, 27 siswa(49%)
menyatakan setuju bahwa mereka sering mengalami gangguan jaringan
selama proses pembalajaran online, 9 siswa(17.6%) menyatakan
kurang setuju bahwa mereka sering mengalami gangguan jaringan
selama proses pembalajaran online, 6 siswa(11.8%) menyatakan tidak
setuju bahwa mereka sering mengalami gangguan jaringan selama
proses pembalajaran online.
10) Tetap dapat berkonsentrasi selama belajar di rumah

Diagram 4.11
Hasil Kuisioner Penelitian

Dalam aspek ini, peneliti mencoba untuk menganalisis kenyamanan


siswa untuk belajar secara online di rumah. Dari hasil kuisioner yang
ada ditemukan bahwa terdapat 3 siswa(5.9%) menyatakan sangat
setuju bahwa mereka nyaman belajar di rumah selama pembelajaran
online, 16 siswa(31.4%) menyatakan setuju bahwa mereka nyaman
belajar di rumah selama pembelajaran online, 32 siswa(62.7%)
menyatakan kurang setuju bahwa mereka nyaman belajar di rumah
selama pembelajaran online, 0 siswa(0%) menyatakan tidak setuju
bahwa mereka nyaman belajar di rumah selama pembelajaran online.

B. Pembahasan
Realistis dunia pada saat ini dihadapkan dengan permasalahan yang cukup
kompleks. Pandemi COVID-19 memaksa kebijakan social distancing, atau di
Indonesia lebih dikenalkan sebagai physical distancing (menjaga jarak fisik) untuk
meminimalisir persebaran COVID-19. Jadi, kebijakan ini diupayakan untuk
memperlambat laju persebaran virus Corona di tengah masyarakat. Kementrian
Pendidikan dan Kebudayaan (Kemdikbud) merespon dengan kebijakan belajar dari
rumah, melalui pembelajaran daring dan disusul peniadaan Ujian Nasional untuk
tahun ini. Tantangan Pembelajaran Persebaran virus Corona yang massif di berbagai
negara, memaksa kita untuk melihat kenyataan bahwa dunia sedang berubah. Kita
bisa melihat bagaimana perubahan-perubahan di bidang teknologi, ekonomi, politik
hingga pendidikan di tengah krisis akibat COVID-19. Perubahan itu mengharuskan
kita untuk bersiap diri, merespon dengan sikap dan tindakan sekaligus selalu belajar
hal-hal baru. Indonesia tidak sendiri dalam mencari solusi bagi peserta didik agar
tetap belajar dan terpenuhi hak pendidikannya.
Semua negara terdampak telah berupaya membuat kebijakan terbaiknya dalam
menjaga kelanggengan layanan pendidkan. Indonesia juga menghadapi beberapa
tantangan nyata yang harus segera dicarikan solusinya: (1) ketimpangan teknologi
antara sekolah di kota besar dan daerah, (2) keterbatasan kompetensi guru dalam
pemanfaatan aplikasi pembelajaran, (3) keterbatasan sumberdaya untuk pemanfaatan
teknologi Pendidikan seperti internet dan kuota, (4) relasi guru- murid-orang tua
dalam pembelajaran daring yang belum integral. Pemberlakuan kebijakan physical
distancing yang kemudian menjadi dasar pelaksanaan belajar dari rumah, dengan
pemanfaatan teknologi informasi yang berlaku secara tiba- tiba, tidak jarang membuat
pendidik dan siswa kaget termasuk orang tua bahkan semua orang yang berada dalam
rumah. Pembelajaran teknologi informasi memang sudah diberlakukan dalam
beberapa tahun terakhir dalam sistem pendidikan di Indonesia. Namun, pembelajaran
daringyang berlangsung sebagai kejutan dari pandemi COVID-19, membuat kaget
hampir di semua lini, dari kabupaten/kota, provinsi, pusat bahkan dunia internasional.
Di Indonesia, pembelajaran jarak jauh atau daring ini dimulai pada tanggal 16
maret 2020, dimana anak mulai belajar dari rumahnya masingmasing tanpa perlu
pergi ke sekolah. Berbicara mengenai pembelajaran jarak jauh atau daring maka
pentingnya penguasaan ilmu teknologi bagi seorang guru agar pembelajaran jarak
jauh tetap berjalan dengan efektif disaat pandemi seperti ini. Konsekuensi dari
penutupan Lembaga Pendidikan secara fisik dan mengganti dengan belajar di/dari
rumah sebagaimana kebijakan pemerintah adalah adanya perubahan sistem belajar
mengajar. Pengelola sekolah, siswa, orangtua, dan tentu saja guru harus bermigrasi ke
sistem pembelajaran digital atau online, yang lebih dikenal dengan istilah e-learning
atau dikenal dengan istilah pembelajaran dalam jaringan atau “pembelajaran daring”
di Indonesia. Negara Indonesia juga relatif tidak berbeda dengan negara lain.
Meskipun menyadari bahwa ada disparitas terhadap akses teknologi pembelajaran dan
beragamnya latar belakang orang tua, Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan
Republik Indonesia dengan tegas memberlakukan kebijakan pembelajaran daring. Hal
ini tentu mempengaruhi minat belajar siswa.
Dalam penelitian ini ditemukan walaupun pembelajaran online telah dilakukan
cukup lama namun beberapa hal masih perlu untuk diperbaiki. Misalnya mengenai
inisiatif bertanya, siswa yang masih enggan untuk bertanya tergolong cukup tinggi
yaitu 66,1%. Walaupun begitu siswa yang berinisiatif bertanya cukup besar. Dari segi
mempelajari materi yang diberikan ketika ujian dilakukan sudah cukup baik karena
mayoritas siswa yaitu 68,6% telah memiliki kebiasaan untuk mempelajari materi yang
telah diberikan. Sedangkan sisanya masih belum beradaptasi dengan melakukan
kebiasaan tersebut. Dari data tersebut menunjukan bahwa pembelajaran daring
mempuyai banyak manfaat, yang pertama dapat membangun komunikasi dan diskusi
yang sangat efisien antara guru dengan murid, kedua siswa saling berinteraksi dan
berdiskusi antara siswa yang satu dengan yang lainnya tanpa melalui guru, ketiga
dapat memudahkan interaksi antara siswa guru dengan orang tua.
Namun penelitian ini juga menemukan bahwa minat belajar siswa menjelang
ujian cukup tinggi. Hal ini dapat terlihat dalam data yang ditemukan bahwa sekitar
76,6% siswa belajar sebelum melakukan ujian. Dari segi kepatuhan dalam
mengerjakan tugas sesuai dengan tenggat waktu juga telah cukup baik walaupun
angka masih banyaknya siswa yang enggan untuk memperbaiki kesalahan pada tugas
yang diberikan juga masih cukup tinggi. Dari keseluruhan hasil, pembelajaran online
menurut siswa masih kurang efektif. Sikap tidak nyaman belajar di rumah menjadi
salah satu angka yang cukup tinggi ditemukan pada penelitian ini sebagai
pertimbangan bahwa pembelajaran online tidak cukup baik bagi siswa.

BAB VI

PENUTUP

6.1. Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian sosial yang telah dilaksanakan terhadap para siswa kelas
X di SMA Kesatuan Bogor, Pandemi Covid-19 ini membawa perubahan dengan sistem
pembelejaran online (daring). Pembelajaran online ini mempunyai beberapa dampak positif,
namun juga memberikan dampak negatif, contohnya hilangnya motivasi belajar. Akan tetapi
karena keadaan pandemi Covid-19 ini membuat pembelajaran tatap muka secara langsung /
luring kurang memungkinkan yang membuat motivasi belajar siswa juga terpengaruh.
Berdasarkan hasil penelitian ini diharapkan siswa bisa menumbuhkan motivasi belajar
mereka.

6.2. Saran

a. Siswa

Motivasi belajar bagi siswa harus dilakukan bukan hanya dari guru dan keluarga
tetapi motivasi yang lebih penting adalah yang berasal dari diri sendiri. Karena, dorongan
dari guru dan keluarga akan sia-sia jika tidak ada kesadaran diri sendiri.

b. Sekolah

Pihak terkait dalam hal ini SMA Kesatuan Bogor diharapkan bisa menjadikan hasil
penelitian ini sebagai bahan evaluasi dalam pembelajaran jarak jauh (daring), dan
mengingkatkan efektivitas pembelajaran bagi para siswa.

Anda mungkin juga menyukai