Anda di halaman 1dari 44

1

BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Pada awal tahun 2020, dunia sedang waspada dengan sebuah virus

yang disebut dengan sebuah corona virus yang menyebabkan penyakit

COVID-19. COVID-19 diakibatkan oleh jenis corona virus yang baru

sehingga penyakit ini belum dikenal hingga terjadinya wabah COVID-19 di

Wuhan, China pada bulan Desember 2019. Kasus penyakit COVID-19

muncul dan menginfeksi manusia pertama kali di provinsi Wuhan, China.

Pada awal kemunculan COVID-19. Awalnya diduga adalah penyakit

pneumonia, yang memiliki gejala seperti flu pada umumnya. Gejalanya

adalah demam,batuk,letih,tidak nafsu makan dan sesak nafas. Namun ternyata

COVID-19 berbeda dengan flu biasa dan bahkan COVID-19 dapat

berkembang dengan amat cepat sampai dapat mengakibatkan infeksi lebih

parah dan gagal organ. Kondisi darurat ini terutama terjadi pada pasien

dengan masalah sebelumnya. COVID-19 adalah penyakit yang menular,

COVID-19 dapat menular dengan mudah melalui batuk atau nafas yang

dikeluarkan oleh penderita COVID-19. Percikan batuk dan nafas oleh

penderita COVID-19 yang jatuh ke permukaan benda akan dapat menularkan

penyakitnya melalui benda tersebut. Apabila seseorang menyentuh benda atau

menghirup percikan tersebut kemudian menyentuh hidung mata atau

1
2

mulutnya maka dapat tertular COVID-19. Oleh karena itu, organisasi

Kesehatan dunia yaitu World Health Organization (WHO) menghimbau

untuk menjaga jarak lebih dari 1 meter dari orang lain agar meminimalisir

penularan COVID-19.

Penularan COVID-19 sangatlah cepat sehingga Organisasi Kesehatan

Dunia (WHO) menetapkan virus corona atau COVID-19 ini sebagai pandemi

pada tanggal 11 Maret 2020. Status epidemi global atau pandemi ini

menandakan penyebaran COVID-19 berlangsung sangat cepat hingga hampir

taka da negara di dunia yang dapat terhindar dari virus corona.

COVID-19 telah menjadi pandemi sehingga pemerintah di berbagai

negara telah menerapkan lockdown dan karantina. Pengertian karantina

menurut UU Republik Indonesia Nomor 6 Tahun 2018 tentang Kekarantinaan

Kesehatan adalah pembatasan kegiatan atau pemisahan seseorang yang

terpapar penyakit menular sebagaimana ditetapkan dalam peraturan

perundang-undangan meskipun belum menunjukan gejala apapun untuk

mencegah kemungkinan penyebaran ke orang disekitarnya (UU No 6 tahun

2018).

Pemerintah Indonesia telah menghimbau untuk tetap di dalam rumah

dan mengisolasi diri dalam usaha pembatasan sosial. Pemerintah Indonesia

telah membatasi kegiatan Pendidikan yang dilakukan secara online melalui

pembelajaran online. Pembelajaran online dilakukan dengan memanfaatkan

teknologi khususnya internet. Pembelajaran online dilakukan dengan sistem


3

belajar jarak jauh, dimana kegiatan belajar dan mengajar (KBM) tidak

dilakukan secara tatap muka Pembelajaran dilakukan dengan menggunakan

media yang memanfaatkan teknologi.

Pada pembelajaran online, siswa dapat menjadi kurang aktif dalam

menyampaikan aspirasi dan pemikirannya, sehingga dapat mengakibatkan

pembelajaran yang menjenuhkan. Khususnya untuk mata pelajaran

Pendidikan Jasmani, Olahraga dan Kesehatan yang sangat bergantung pada

praktek gerak dan kegiatan luar lapangan sangat terdampak dengan

pembelajaran secara daring.

Karena secara khusus, tujuan Pendidikan Jasmani, Olahraga dan

Kesehatan adalah untuk:1)Mengembangkan keterampilan pengelolaan diri

dalam upaya pengembangan dan pemeliharaan kebugaran jasmani dan

olahraga serta pola hidup berbagai aktivitas jasmani dan olaharaga terpilih,2)

Meningkatkan pertumbuhan fisik dan pengembangan psikis yang lebih

baik,3)Meningkatkan kemampuan dan keterampilan gerak

dasar,4)Meletakkan landasan karakter moral yang kuat melaui internalisasi

nilai-nilai yang terkandung dalam pendidikan jasmani olahraga dan

kesehatan,5)Mengembangkan sikap sportif, jujur, disiplin, bertanggung

jawab, kerja sama, percaya diri dan demokratis,6)Mengembangkan

keterampilan untuk menjaga kesehatan diri sendiri, orang lain dan

lingkunangan,7)Memahami konsep aktivitas jasmani dan olahraga

dilingkungan yang bersih sebagai informasi untuk mencapai pertumbuhan


4

fisik yang sempurna, pola hidup sehat dan kebugaran, terampil serta memiliki

sifat yang positif. (Depdiknas 2006:1).

Selama masa pandemic COVID-19 proses belajar mengajar mata

pelajaran Pendidikan Jasmani, Olahraga dan Kesehatan di SMP N 15 Padang

sudah di lakukan secara daring. Akan tetapi dalam penerapannya materi

pembelajaran penjasorkes belum terlaksana sebagaimana mestinya, Banyak

faktor yang mempengaruhi pembelajaran penjasorkes secara daring

diantaranya adalah sarana dan prasarana seperti hp,laptop, sebagaimana untuk

berkomunikasi antara guru dengan siswa, jaringan internet yang terbatas atau

kuota internet yang tidak mencukupi. Di samping itu kemampuan guru

memotivasi siswa lingkungan belajar,media pembelajaran dan peranan orang

tua dalam mengawasinya dalam belajar. Berdasarkan uraian di atas, maka

belum banyak factor mendukung atau mempengaruhi pembelajaran

penjasorkes secara daring pada masa covid-19. Oleh sebab itu, pada

kesempatan ini peneliti ingin melakukan penelitian yang berkaitan dengan

pembelajaran penjasorkes secara daring pada masa covid-19 di SMPN 15

Padang.

B. Identifikasi Masalah

Berdasarkan latar belakang di atas maka permasalahan yang akan di

angkat dalam penelitian ini adalah:

1. Motivasi siswa dalam belajar pengaruh secara daring.

2. Kemampuan guru dalam mengajar secara daring.


5

3. Sarana dan prasarana pembelajaran

4. Media pembelajaran.

5. Metode yang digunakan dalam mengajar secara daring.

6. Lingkungan belajar secara daring.

7. Peranan orang tua.

C. Pembatasan Masalah

Agar penelitian ini terarah, maka perlu dilakukan pembatasan masalah

yaitu; tentang motivasi siswa dalam pembelajaran Pendidikan Jasmani

Olahraga Kesehatan secara daring pada masa covid-19 pada kelas VII di

SMPN 15 Padang.

D. Rumusan Masalah

Setelah permasalahan dibatasi, maka rumusan masalah yang di ajukan

dalam penelitian ini adalah:

1. Bagaimana motivasi siswa dalam mengetahui pembelajaran Pendidikan

jasmani,olahraga dan Kesehatan yang dilaksanakan secara daring di

SMPN 15 Padang?

E. Tujuan Penelitian

Atas dasar Latar Belakang, Pembatasan Masalah dan Rumusan

Masalah, Tujuan yang ingin dicapai dalam penelitian ini adalah:

1. Untuk mengetahui motivasi siswa mengikuti Pendidikan jasmani,olahraga

dan Kesehatan yang dilaksanakan secara daring di SMPN 15 Padang.


6

F. Manfaat Penelitian

Hasil penelitian ini di harapkan memberi manfaat bagi:

1. Bagi peneliti, untuk mengetahui apakah terdapat motivasi siswa dalam

pembelajaran penjasorkes secara daring pada masa pandemi covid-19

pada kelas VII di SMPN 15 Padang. Tidak hanya itu penelitian ini juga

sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar S1 di FIK UNP.

2. Bagi sekolah, sebagai sumber informasi dalam pelaksanaan pembelajaran

penjasorkes di SMPN 15 Padang, sehingga dapat mengembangkan,

memperbaiki dan mempertahankan strategi penyelenggaran pembelajaran

Pendidikan yang lebih baik.

3. Bagi guru penjasorkes, dapat mengetahui dan memahami dukungan orang

tua dengan motivasi belajar siswa dalam pembelajaran penjasorkes secara

daring.

4. Bagi siswa, sebagai motivasi siswa dalam mengikuti pembelajaran

penjasorkes secara daring

5. Bagi peneliti berikutnya, sebagai acuan dalam Menyusun penelitian

berikutnya, jadi peneliti berikutnya dalam menjadikan penilitian ini

sebagai referensi untuk penelitiannya.


7

BAB II

KAJIAN PUSTAKA

A. Kajian Teori

1. Motivasi

a. Pengertian Motivasi

Tingkah laku seseorang pada hakekatnya ditentukan oleh suatu

kebutuhan untuk mencapai tujuan. Seseorang melakukan perbuatan

atau tindakan, selalu didasarkan dan ditentukan oleh faktor-faktor

yang datang dari dalam dan dipengaruhi oleh apa yang dipikirkannya.

Faktor dalam dirinya ikut menentukan perbuatannya, sedangkan faktor

dari luar dapat memperkuat atau memperkecil motif seseorang. Istilah

motivasi mengacu kepada faktor dan proses yang mendorong

seseorang untuk bereaksi dalam berbagai situasi. Motif diartikan

sebagai suatu kekuatan yang terdapat dalam diri organism, yang

menyebabkan organism itu bertindak, maka kebutuhan dan keinginan

itu dikatakan motif. Dikatakan oleh Komarudin (2015: 23),

Motivasi menurut Sardiman (2010: 75) adalah serangkaian

usaha untuk menyediakan kondisi-kondisi tertentu, sehingga

seseorang mau dan ingin melakukan sesuatu, dan bila ia tidak suka,
8

maka akan berusaha untuk meniadakan atau mengelakkan perasaan

tidak suka itu. Jadi, motivasi dapat dirangsang dari luar tetapi motivasi

itu tetap tumbuh di dalam diri seseorang.

Menurut Mc. Donald yang dikutip oleh Sardiman A.M

(2007:73), motivasi adalah perubahan energi dalam diri seseorang

yang ditandai dengan munculnya “feeling” dan didahului dengan

tanggapan terhadap adanya tujuan. Dari pengertian yang dikemukakan

oleh Mc. Donald ini mengandung tiga element penting, yaitu : Bahwa

motivasi itu mengawali terjadinya perubahan energi pada diri setiap

individu manusia. Perkembangan motivasi akan membawa beberapa

perubahan energi dalam sistem “neurophysiological’’ yang ada pada

organisme manusia.

Motivasi ditandai dengan munculnya, rasa/”feeling”, afeksi

seseorang dalam hal ini motivasi relevan dengan persoalan-persoalan

kejiwaan, afeksi dan emosi yang dapat menentukan tingkah laku

manusia.

Motivasi akan dirangsang karena adanya tujuan.Motivasi

memang muncul dari dalam diri manusia,tetapi kemunculannya

terangsang/terdorong oleh adanya unsur lain, dalam hal ini adalah

tujuan.Tujuan ini akan menyangkut soal kebutuhan.

Dapat disimpulkan bahwa motivasi adalah sesuatu dalam diri

manusia yang mendorong untuk melakukan perbuatan untuk mencapai


9

tujuan yang diinginkan. Motivasi juga dapat diartikan sebagai energi

penggerak, karena tanpa adanya motivasi dalam diri seseorang, maka

ia tidak dapat melakukan kegiatan dengan bersungguh-sungguh.

Motivasi bertambah besar jika tujuan yang akan dicapai itu jelas.

Motivasi adalah proses psikologi, yang timbulnya diarahkan

pada tindakan-tindakan sadar yang diarahkan pada suatu tujuan. Baik

yang bersifat internal maupun eksternal. Dari semua itu, keinginan,

kemauan, keyakinan dan kesungguhan motivasi berasal dari dua faktor

yaitu fakor instrinsik (dari dalam diri), contohnya kondisi fisik, Rasa

ingin tau Minat dan motif sedangkan faktor ekstrinsik (dari luar diri),

contohnya lingkungan dan segala sesuatu yang ada disekitar individu

dan berpengaruh terhadap motivasinya.

Motivasi mendorong timbulnya kelakuan dan mempengaruhi

serta mengubah kelakuan. Jadi, fungsi motivasi itu ialah:

1) Mendorong timbulnya kelakuan atau suatu perbuatan.Tanpa

motivasi tidak akan timbul perbuatan seperti belajar.

2) Sebagai pengarah,artinya mengarahkan perbuatan kepada

pencapaian tujuan yang diinginkan.

3) Sebagai penggerak, berfungsi sebagai mesin bagi mobil.Besar

kecilnya motivasi akan menentukan cepat atau lambatnya suatu

pekerjaan (Oemar Hamalik 2002: 175).


10

b. Jenis - jenis Motivasi

Motivasi terbagi menjadi 2 yaitu motivasi instrinsik dan

motivasi ekstrinsik. Menurut Singgih D. Gunarsa (2004: 50), motivasi

untuk melakukan sesuatu dapat datang dari diri sendiri (intrinsik),

serta dapat pula datang dari luar diri atau lingkungan (ekstrinsik).

Sehingga dapat disimpulkan munculnya motivasi pada seseorang

sehingga ia mau bergerak dipengaruhi oleh faktor dari dalam diri

(motivasi intrinsik) maupun faktor dari luar diri (motivasi ekstrinsik).

Menurut E. Mulyasa (2002: 120), motivasi intrinsik adalah

motivasi yang datang dari dalam diri seseorang. Motivasi dalam

pembahasan ini akan sangat erat dikaitkan dengan kegiatan belajar

siswa. Muhibbin Syah (2012: 153) dalam kaitannya dengan kegiatan

belajar, mengartikan motivasi intrinsik sebagai hal dan keadaan yang

berasal dari dalam diri siswa sendiri yang dapat mendorongnya

melakukan tindakan belajar.

Berdasarkan pengertian diatas disimpulkan bahwa motivasi

intrinsik adalah suatu bentuk motivasi yang timbul dan dipengaruhi

hal-hal dari dalam diri individu tersebut. Secara spesifik beberapa

tokoh menjabarkan hal-hal yang dapat mempengaruhi motivasi

intrinsik dalam diri seseorang atau siswa yang belajar.


11

Indicator yang dapat mempengaruhi motivasi intriksik dalam

penelitian motivasi siswa dalam mengikuti proses belajar mata

pelajaran Pendidikan Jasmani, Olahraga dan Kesehatan yang di

laksanakan secara daring di SMPN 15 Padang antara lain Rasa Ingin

Tau, Ketekunan Belajar, Disiplin, Rasa Senang dan Kemandirian.

1) Rasa Ingin Tau

Rasa ingin tahu siswa perlu ditumbuhkan dalam

pembelajaran. Dengan adanya rasa ingin tahu tersebut, siswa akan

lebih mudah memahami materi pelajaran. Gaffar (Kesuma, et al.,

2011: 7) mengatakan bahwa apabila rasa ingin tahu siswa tidak

ditumbuhkan atau tidak dikembangkan, maka akan berdampak

pada siswa ke depannya. siswa akan cenderung pasif dalam

menerima pelajaran, tidak berani mengemukakan pendapat, dan

akhirnya siswa hanya belajar di sekolah. Sebaliknya, jika rasa

ingin tahu siswa ditumbuhkan dan dikembangkan, maka siswa

akan menjadi pribadi yang kritis, berani mengemukakan pendapat,

belajar dari berbagai sumber, dan akan berusaha mencari tahu

sendiri pengetahuannya. Dengan demikian, adanya rasa ingin tahu

akan mendorong siswa untuk melakukan perbuatan belajar dalam

usaha pencapaian prestasi belajar yang baik. Maka dari itu,

pembelajaran yang didukung oleh siswa yang memiliki rasa ingin

tahu yang kuat dapat berperan untuk mempengaruhi pencapaian


12

prestasi belajar siswa dalam mata pelajaran Pendidikan Jasmani,

Olahraga dan Kesehatan sehingga tujuan pembelajaran dapat

tercapai. Begitu pun sebaliknya, jika siswa tidak memiliki motivasi

belajar dan rasa ingin tahu, maka prestasi belajar Pendidikan

Jasmani, Olahraga dan Kesehatan yang baik tidak akan tercapai

dan tujuan pembelajaran yang direncanakan pun tidak tercapai.

2) Ketekunan Belajar

Pada dasarnya nilai ketekunan belajar adalah sesuatu

prinsip untuk terus berusaha dalam berbagai hal dan kemampuan

untuk bangkit dari sesuatu kegagalan dengan belajar dari

pengalaman tersebut untuk mencari sebuah solusi.

Ketekunan berpegang teguh dan tidak mudah menyerah

atau menjaga tujuan dalam pikiran, mengidentifikasi masalah atau

hambatan untuk mencapai tujuan dan mencari jalan yang efektif

untuk menyelesaikannya. Ketekunan hampir sama dengan

kegigihan dengan tidak mudah menyerah terhadap tujuan dan

mencari solusi untuk menghadapinya sehingga dari ketekunan itu

akan timbul perkembangan.

Bila ditelaah lebih dalam ketekunan secara terminologi

tekun/ketekunan dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia adalah

rajin, keras hati, bersungguh-sungguh, dan kesungguhan.

Ketekunan adalah kemampuan seseorang untuk tetap bertahan di


13

tengah tekanan dan kesulitan yang di alami. Sifat tekun

diwujudkan dalam semangat yang berkesinambungan dan tidak

mudah kendur saat banyak tantangan, rintangan ataupun hambatan

yang ada. Sehingga dapat memperoleh kepintaran, kecerdasan,

keterampilan dan kemampuan diri pengalaman yang didasari oleh

perilaku ketekunan.

3) Disiplin

Disiplin berasal dari kata yang sama dengan ”disciple”

dimanaseorang belajar secara suka rela mengikuti seorang

pemimpin.Diumpamakan orang tua dan guru sebagaipemimpin

dan anak sebagai murid yang belajar cara hidup menuju kehidupan

yang berguna dan bahagia. Jadi disiplin merupakan cara

masyarakat mengajarkananak berperilaku moral yang di setujui

oleh kelompok (Hurlock1978:37).

Menurut beberapa pendapat para ahli tentang disiplin yang

telah di paparkan dapat disimpulkan bahwa disiplin adalah cara

bagaimana seorang anak dapat menerima peraturan yang telah di

berikan oleh orang tua, guru, dan lingkungan sekitarnya, dan

mematuhi norma-norma yang telah ditentukan oleh masyarakat

tempat dia tinggal dengan cara pembiasan-pembiasaan sejak dini

mengikuti peraturan yang telah di tetapkan dengan konsisten.

4) Rasa Senang
14

Rasa senang dalam belajar erat kaitannya dengan minat

seseorang dalam pelajaran tersebut, apabila seorang siswa

memiliki minat dari suatu kegiatan atau mata pelajaran makan

akan timbul rasa senang untuk mengikuti mata pelajaran.

Menurut Sumardi Suryabrata (2012: 152) minat (interes)

berarti kecenderngan dan kegairahan yang tinggi atau keinginan

yang besar terhadap sesuatu. Menurut Ngalim Purwanto (2002:

56), menyatakan bahwa minat mengarahkan kepada suatu tujuan

dan merupakan dorongan bagi perbuatan itu, selanjutnya apa yang

menarik minat seseorang mendorongnya untuk berbuat lebih giat

dan baik. Minat dapat diartikan perasaan suka seseorang terhadap

obyek tertentu, yang mendorong orang tersebut untuk berbuat

sesuatu terhadap obyek tersebut.

Minat sangat besar pengaruhnya terhadap motivasi belajar,

karena bila bahan pelajaran yang dipelajari tidak sesuai dengan

minat siswa, siswa tidak akan belajar dengan sebaik-baiknya,

karena tidak ada daya tarik yang memotivasinya.

5) Kemandirian

Salah satu dari nilai karakter bangsa yang harus dimiliki

sebagai bekal kehidupan berbangsa dan bernegara adalah sikap

mandiri Untuk terwujudnya hal tersebut, sekolah memiliki peran

yang sangat penting. Sikap kemandirian dalam belajar mempunyai


15

peranan penting terhadap hasil belajar siswa. Kemandirian belajar

siswa merupakan salah satu faktor internal yang mempengaruhi

hasil belajar.

Dalam sintesis kemandirian belajar terdapatd imensi

pengelolaan belajar, tanggung jawab, dan pemanfaatan berbagai

sumber belajar (Tahar&Enceng:2006). Dimensi pemanfaatan

berbagai sumber belajar berarti siswa dapat menggunakan

berbagai sumber belajar seperti modul, majalah, kaset audio,

Video Compact Disc(VCD), lingkungan, internet, tutor ataupun

sumber belajar lainnya. Siswa secara leluasa menentukan pilihan

sumber belajar yang diinginkan. Kebebasan siswa dalam memilih

berbagai sumber belajar diharapkan dapat memperkaya

pemahaman terhadap bahan ajar.

Menurut Muhibbin Syah (2012: 151) motifasi ekstrinsik

adalah hal dan keadaan yang datang dari luar individu yang juga

mendorongnya melakukan kegiatan belajar. Menurut Sardiman

A.M. (2001: 88), motivasi ekstrinsik adalah motif-motif yang aktif

dan berfungsi karena adanya perangsang dari luar.

Menurut Sugihartono (2007: 76) faktor eksternal adalah

faktor yang berasal dari luar individu. “Faktor eksternal dapat

mempengaruhi penampilan atau tingkahlaku seseorang, yaitu

menentukan apakah seseorang akan menampilkan sikap gigih dan


16

tidak cepat putus asa dalam mencapai tujuannya” (Singgih D.

Gunarsa, 2004: 51).

Berdasarkan teori dari beberapa tokoh diatas, maka

indikator yang mempengaruhi faktor motivasi ekstrinsik dalam

penelitian motivasi siswa dalam mengikuti kegiatan belajar secara

daring di SMPN 15 Padang antara lain: Lingkungan, Teman

Sebaya, Sarana Prasarana dan Guru.

6) Lingkungan

Lingkungan merupakan segala sesuatu yang berada di luar

individu yang meliputi fisik dan budaya/masyarakat. Menurut

Sugihartono, dkk (2007: 30), lingkungan merujuk pada segala

sesuatu yang berada di luar diri individu.

Lingkungan Belajar juga berpengaruh terhadap

kelansungan belajar siswa, Pengaruh tersebut terjadi karena

keberadaan siswa dalam suatu lingkungan yang melansungkan

proses belajar. Misalkan jika lingkungan belajar siswa banyak

yang kurang termotivasi atas pembelajaran secara daring maka

akan sangat berpengaruh terhadap motivasi siswa itu sendiri.

Dengan keadaan lingkungan belajar yang mendukung juga

akan meningkatkan hasil yang baik pula, sehingga tujuan yang

direncanakan akan dapat tercapai dengan baik, begitu pula

sebaiknya.
17

7) Teman Sebaya

Siswa yang belajar akan menerima pengaruh dari teman

sebayanya berupa cara mengikuti proses belajar, karena akan

banyak di jumpai oleh siswa berbagai macam tingkah laku baik itu

yang memotivasi atau pun yang kurang termotivasi dalam

mengikuti pelajaran secara daring. Dalam hal ini pengaruh teman

dalam proses belajar secara daring sangat di rasakan dampak nya.

8) Sarana dan Prasarana

Sarana dan prasarana merupakan alat dan fasilitas yang

mendukung terciptanya sebuah kelancaran dalam proses belajar.

Fasilitas adalah sesuatu yang diperlukan dalam pembelajaran

secara daring, Sarana dan prasarana yang memadai akan

menentukan tujuan dari proses belajar itu akan tercapai.

Tanpa ada fasilitas yang memadai, jalannya proses belajar

akan tersendat-sendat. Apabila sarana dan prasarana yang

diperlukan cukup baik dan sesuai kebutuhan, maka akan lebih

mendorong siswa untuk semakin giat mengikuti proses belajar

secara daring.

9) Guru

Kecakapan guru dalam tugas mengajar di sekolah dapat

diartikan sebagai kemampuan atau keahliannya melaksanakan

kompetensi mengajar.
18

Keberhasilan pencapaian tujuan belajar didapat tentu tidak

lepas dari peran Guru yang profesional, berpengalaman dan

memiliki ilmu yang tinggi. Sehingga Guru harus juga di tuntut

memperkaya wawasannya mengenai pembelajaran daring.

2. Pembelajaran Penjasorkes

a. Pengertian Pembelajaran

Menurut undang-undang No. 20 tahun 2003 “pembelajaran

adalah proses interaksi siswa dengan pendidik dan sumber belajar

pada suatu lingkungan belajar”. Sejalan dengan pendapat Azhar

(2011) “menjelaskan bahwa pembelajaran adalah interaksi yang

berlangsung antara guru dan siswa yang di dalamnya membawa

informasi dan pengetahuan”. Sejalan dengan pernyataan Sagala (2010)

“pembelajaran adalah mengajarkan siswa menggunakan prinsip-

prinsip pendidikan dan teori-teori belajar yang merupakan penentu

utama keberhasilan pendidikan”.

Berdasarkan pemaparan yang telah diuraikan penulis dapat

menyimpulkan bahwa pembelajaran adalah internalisasi ilmu

pengetahuan ke dalam diri siswa, melalui proses interaksi antar siswa

dengan pendidik. dalam pembelajaran terdapat aktivitas siswa sebagai

pelajar dan guru sebagai pendidik. Pembelajaran dilakukan dengan

tahap perencanaan, pelaksanaan dan evaluasi oleh guru selaku


19

pendidik yang kemudian diterapkan melalui pertemuan klasikal

dengan didukung fasilitas yang memadai.

Tahapan pembelajaran ada tiga fase yaitu perencanaan

pembelajaran, pelaksanaan pembelajaran dan evaluasi pembelajaran.

1) Perencanaan Pembelajaran

Menurut Rahmawati (2009:14) “perencanaan merupakan

tahap paling awal dan penentu dari seluruh kegiatan pembelajaran

oleh karena itu, perencanaan memiliki peran utama dalam suatu

kegiatan yang akan dilaksanakan”. Menurut Hamzah (2006: 2)

“pembelajaran memiliki hakekat perencanaan atau perancangan

desain sebagai upaya untuk membelajarkan siswa”. Itulah

sebabnya siswa dalam belajar, siswa tidak hanya berinteraksi

dengan guru sebagai salah satu sumber belajar, tetapi mungkin

berinteraksi dengan keseluruhan sumber belajar yang dipakai

untuk mencapai tujuan pembelajaran yang diinginkan.

Upaya perbaikan pembelajaran dilakukan dengan asumsi,

untuk perbaikan kualitas pembelajaran diawali dengan

perencanaan pembelajaran yang diwujudkan dengan adanya desain

pembelajaran. Dasar dari program kegiatan pembelajaran adalah

satuan pelajaran yang diambil dari kurikulum. Menurut Harjanto

(1997: 222) “materi pelajaran berada dalam ruang lingkup isi

kurikulum, karena itu pemilihan isi pelajaran tentu saja harus


20

sejalan dengan ukuran atau kriteria-kriteria yang digunakan untuk

isi kurikulum bidang studi bersangkutan”. Dalam hal ini perlu

dirumuskan pokok materi pembelajaran yang akan diberikan

kepada siswa sesuai dengan jenis-jenis kegiatan belajar yang telah

ditetapkan.

Berdasarkan dua pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa

perencanaan sebenarnya mengandung aspek-aspek seperti siswa

sebagai individu yang memiliki tingkat kesiapan yang memadai,

langkah pengambilan keputusan, sasaran tujuan tertentu yang akan

dicapai, cara atau tindakan yang diambil, bagaimana menilai hasil

belajar siswa, serta apa saja yang harus diperlukan dalam upaya

pencapaian tujuan. Perencanaan pengajaran dibuat untuk antisipasi

dan perkiraan tentang apa yang akan dilakukan dalam pengajaran,

sehingga tercipta situasi yang memungkinkan terjadinya proses

pembelajaran yang inovatif dalam upaya pencapaian tujuan yang

diharapkan.

Berdasarkan dua pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa

perencanaan sebenarnya mengandung aspek-aspek seperti siswa

sebagai individu yang memiliki tingkat kesiapan yang memadai,

langkah pengambilan keputusan, sasaran tujuan tertentu yang akan

dicapai, cara atau tindakan yang diambil, bagaimana menilai hasil

belajar siswa, serta apa saja yang harus diperlukan dalam upaya
21

pencapaian tujuan. Perencanaan pengajaran dibuat untuk antisipasi

dan perkiraan tentang apa yang akan dilakukan dalam pengajaran,

sehingga tercipta situasi yang memungkinkan terjadinya proses

pembelajaran yang inovatif dalam upaya pencapaian tujuan yang

diharapkan.

2) Proses Pembelajaran

Pelaksanaan pembelajaran adalah proses realisasi dari

perencanaan pengajaran untuk mencapai tujuan pembelajaran yang

telah direncanakan, atau dengan kata lain pelaksanaan pengajaran

selayaknya berpegang pada apa yang tertuang dalam perencanaan.

Proses pengajaran itu dilandasi oleh prinsip-prinsip yang

fundamental yang akan menentukan apakah pengajaran itu

berjalan secara wajar dan berhasil. Sedangkan Rahmawati

(2009:17) “menjelaskan proses pengajaran merupakan interaksi

antara row input, instrumental input dan pengaruh lingkungan”.

Dari kedua pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa

pembelajaran diselenggarakan sesuai dengan apa yang tertuang

dalam perencanaan pembelajaran. Situasi pengajaran itu sendiri

dipengaruhi oleh beberapa faktor, ada faktor internal atau dari

siswa sendiri dan faktor eksternal atau dari lingkungan

pembelajaran.

3) Evaluasi Pembelajaran
22

Evaluasi pembelajaran merupakan bagian integral dari

proses pembelajaran, artinya dalam pembelajaran akan melibatkan

tiga aktifitas yaitu perencanaan, pelaksanaan dan evaluasi.

Pengukuran dalam bahasa inggris diartikan measurement, dapat

diartikan sebagai kegiatan untuk “mengukur” sesuatu. Mengukur

adalah membandingkan sesuatu dengan atau atas dasar ukuran

tertentu. Penilaian berarti, menilai sesuatu, sedangkan menilai itu

mengandung arti: mengambil keputusan terhadap sesuatu dengan

mendasarkan diri atau berpegang pada ukuran tertentu.

Menurut Sugandi (2006: 109) “evaluasi pengajaran

merupakan suatu komponen dalam sistem pengajaran, sedang

sistem pengajaran itu sendiri merupakan implementasi kurikulum,

sebagai upaya untuk menciptakan belajar di kelas”. Sedangkan

menurut Hamalik (2001: 145) “proses evaluasi umumnya berpusat

pada siswa, ini berarti evaluasi dimaksudkan untuk menngamati

hasil belajar siswa dan berupaya menentukan bagaimana

kesempatan belajar”. Dari dua pendapat di atas evaluasi

dimaksudkan untuk mengamati suatu proses pengajaran, di

dalamnya meliputi peranan guru, strategi pengajaran, materi

kurikulum, dan prinsip-prinsip belajar yang diterapkan pada

pengajaran. Itu sebabnya evaluasi menempati kedudukan penting

dalam rancangan kurikulum dan rancangan pengajaran. Dalam


23

melakukan evaluasi hasil belajar dituntut mengevaluasi secara

menyeluruh terhadap siswa, baik dari segi pemahamannya

terhadap materi yang telah diberikan (aspek kognitif), maupun dari

segi penghayatan (segi afektif) dan pengalamannya (aspek

psikomotorik).

b. Pengertian Penjasorkes

Salah satu mata pelajaran yang diajarkan di sekolah yaitu

Pendidikan Jasmani Olahraga dan Kesehatan. Menurut Agus S.

Suryobroto (2004: 16), pendidikan jasmani adalah suatu proses

pembelajaran yang didesain untuk meningkatkan kebugaran jasmani,

mengembangkan keterampilan motorik, pengetahuan dan perilaku

hidup aktif, dan sikap sportif melalui kegiatan jasmani. Menurut Rusli

Lutan (2000: 1) pendidikan jasmani adalah wahana untuk mendidik

anak. Selain itu pendidikan jasmani merupakan alat untuk membina

anak muda agar kelak mereka mampu membuat keputusan terbaik

tentang aktivitas jasmani yang dilakukan dan menjalani pola hidup

sehat di sepanjang hayatnya. Menurut Achmad Paturusi (2012: 4-

5),pendidikan jasmani merupakan suatu kegiatan mendidik anak

dengan proses pendidikan melalui aktivitas pendidikan jasmani dan

olahraga untuk membantu anak agar tumbuh dan berkembang secara

wajar sesuai dengan tujuan pendidikan nasional. Pengertian di

atasmempunyai arti bahwapendidikan jasmani merupakan proses


24

pendidikan yang bertujuan untuk meningkatkan dan mengembangkan

manusia melalui aktivitas jasmani yang dipilih. Proses dalam

pembelajaran pendidikan jasmani memiliki bebarapafaktor. Pada

tingkat mikro adaempat unsur utama yaitu tujuan, subtansi (tugas

ajar), metode dan strategi, dan asesmen, serta evaluasi. Keempat unsur

ini tidak dapat dipisahkan satu sama lain.

Tugas utama guru pendidikan jasmani ialah mengelola

persiapan dan keterkaitan keempat unsur tersebut dalam sebuah mata

rantai, berawal pada perencanaan tujuan dan berakhir pada gambaran

tentang pencapaian tujuan (Adang Suherman, 2000: 7).

Menurut Aip Syarifuddin dan Muhadi (1991: 4), pendidikan

jasmani adalah suatu proses melalui aktivitas jasmani, yang dirancang

dan disusun secara sistematis, untuk merangsang pertumbuhan dan

perkembangan, meningkatkan kemampuan dan keterampilan jasmani,

kecerdasan pembentukan watak, serta nilai dan sikap yang positif bagi

setiap warga negara dalam rangka mencapai tujuan pendidikan.

Pendapat lainmenurut Sukintaka (2004: 5) bahwa pendidikan jasmani

merupakan proses interaksi antara siswa dengan lingkungan, melalui

aktivitas jasmani yang dikelola secara sistematik untuk menuju

manusia seutuhnya.

Sukintaka (2004: 55), menambahkan bahwa pendidikan

jasmani adalah proses pendidikan melalui aktivitas jasmani untuk


25

mencapai tujuan pendidikan. Melalui proses pembelajaran jasmani

diharapkan akan terjadi perubahan pada siswa. Proses belajar tersebut

terjadi karena ada rangsang yang dilakukan oleh guru. Guru

memberikan rangsang dengan aneka pengalaman belajar gerak, di sisi

lain siswa akan membalas respon melalui aktivitas fisik yang

terbimbing. Melalui respon itulah akan terjadi perubahan perilaku.

Pelaksanaan pembelajaran praktek pendidikan jasmani olahraga dan

kesehatan secara garis besar dilakukan dalam tiga tahapan yaitu

kegiatan pendahuluan, kegiatan inti, dan kegiatan penutup (Adang

Suherman, 2000: 34).

Dari pendapat para ahli diatas dapat disimpulkan bahwa

Pendidikan jasmani olahraga dan kesehatan adalah suatu wadah untuk

mendidik anak atau siswa melalui aktivitas jasmani agar dapat tumbuh

dan berkembang secara baik dan mempunyai kepribadian yang baik

pula.

3. Pembelajaran Secara Daring

a. Pengertian Pembelajaran Secara Daring

Menurut Thome “pembelajaran daring merupakan

pembelajaran yang dalam pelaksanaanya memanfaatkan teknologi

multimedia, kelas virtual, video, teks online animasi, email, pesan

suara, telepon konferensi, dan video steraming online” (Kuntarto,

2017:101). Menurut Bilfaqih & Qomarudin (2015:1) “Pembelajaran


26

daring merupakan program pelaksana kelas belajar untuk mencapai

kelompok yang kuat dan luas melalui jaringan internet dengan jumlah

peserta yang tidak terbatas pembelajaran dapat dilaksanakan secara

kuat dan dapat dilakukan secara gratis maupun berbayar”. Menurut

Moore dkk, (2011) “pembelajaran daring adalah pembelajaran yang

memanfaatkan jaringan internet dengan aksesibilitas, fleksibilitas,

konektivitas, dan kemampuan untuk menciptakan beragam jenis

interaksi pembelajaran”.

Menurut Bilfaqih (2015:4) “dalam pembelajaran daring siswa

diberikan materi berupa rekaman video atau slideshow, dengan tugas

mingguan yang harus diselesaikan siswa dengan batas waktu yang

telah ditentukan”. Pembelajaran daring memilki kelebihan mampu

menumbuhkan sikap mandiri pada siswa saat belajar (self regulated

learning).

Bedasarkan pemaparan yang telah uraikan penulis dapat

menyimpulkan pembelajaran daring atau dalam jaringan adalah

pembelajaran yang dalam penerapannya memanfaatkan jaringan

internet, intranet dan ekstranet atau komputer yang terhubung

langsung dan cakupannya luas. Dalam pembelajaran secara daring

siswa belajar menggunakan aplikasi online sehingga mampu

meningkatkan kemandirian siswa saat belajar.


27

Pembelajaan daring dapat menggunakan teknologi digital

seperti google classroom, rumah belajar, video converence, telepon

dan live chat, zoom,whatsapp group dan lainnya (Dewi, 2020: 58).

defenisi umum dari e-learning atau pembelajaran daring menurut

Gilbert & Jones (2001) yaitu: pengeriman materi pemebelajaran

melalui suatu media elektronik seperti internet,

internet/extranet,satellite broadcast, audio/video tape, interactive TV,

CD-ROM, dan computer-based training (CBT). The ILRT of Bristol

University (2005) mendefinisikan e-learning sebagai pengguna

teknologi elektronik untuk mrngirim mendukung dan meningkatkan

pengajaran dan penilaian.

Menurut Khan (2005), e-learning menunjukan pada

pengiriman materi pembelajaran kepada siapapun,dimanapun dan

kapanpun.E-learning dilakukan menggunakan berbagai teknologi

dalam lingkungan pembelajaran yang terbuka, fleksibel dan

terdistribusi.Lebih jauh, istilah pembelajaran terbuka dan fleksibel

merujuk pada kebebasan siswa dalam hal waktu, tempat, kecepatan, isi

materi, gaya belajar, jenis evaluasi, belajar kolaborasi atau mandiri.

Tujuan pembelajaran daring secara umum, pembelajaran

daring bertujuan memberikan layanan pembelajaran bermutu secara

daring yang bersifat masif dan terbuka untuk menjangkau audiens


28

yang lebih banyak dan lebih luas (Bilfaqih, Yusuf dan M. Nur

Qomarudin, 2015: 4).

Manfaat pembelajaran daring menurut Bilfaqih, Yusuf dan M.

Nur Qomarudin (2015: 4).

1) Meningkatkan mutu pendidikan dan pelatihan dengan


memanfaatkan multimedia secara efektif dalam pembelajaran.
2) Meningkatkan keterjangkauaanpendidikan dan pelatihan yang
bermutu melalui penyelenggaraan pembelajaran dalam jaringan.
3) Menekan biaya penyelenggaraan pendidikan dan pelatihan yang
bermutu melalui penmanfaatan sumber daya bersama.

Pembelajaran dalam jaringan atau daring pada dasarnya adalah

pembelajaran yang dilaksanakan secara virtual melalui aplikasi virtual

yang tersedia, meski demikian, pembelajaran secara daring harus tetap

memperhatikan kompetensi yang hendak disampaikan dan diajarkan

kepada siswa. Menurut Mulyana (2013:100) “Guru harus memahami

bahwa pembelajaran merupakan suatu hal yang sangat kompleks

karena melibatkan aspek pedagogis, psikologis, dan didaktis secara

bersamaan”. Oleh karena itu, pembelajaran daring bukan hanya

pembelajaran yang memindahkan materi melalui media internet, dan

guru bukan hanya sekedar memberikan tugas dan soal-soal yang

dikirimkan melalui aplikasi sosial media (online), pembelajaran daring

harus tetap dipersiapkan, dilaksanakan, serta dievaluasi sama halnya

dengan pembelajaran tatap muka.


29

Bahan belajar harus dijamin sampai pada sasaran siswa

sebelum waktu digunakan. Pelayanan dukungan belajar (student

support service) perlu dikembangkan, mengingat dalam pendidikan

jarak jauh atau daring siswa perlu lebih banyak bantuan belajar.

Penilaian siswa dapat dilihat dari keberhasilan pendidikan jarak jauh

atau daring yang diukur dari seberapa baik produk dari sistem

tersebut. Untuk itu penilaian yang teratur hendaknya dilakukan

sepanjang proses pembelajaran dan di akhir satu satuan waktu

pendidikan. Penilaian yang dimaksud hendaklah beracuan patokan

(Criterian Reference Evaluation) adil dan tidak kompromis.

Menurut Tafonao (2018:105) “media adalah alat bantu dalam

proses pembelajaran yang mana dengan adanya media dapat

merangsang siswa melakukan sesuatu, memotivasi pola pikir,

kemampuan dalam diri, serta keterampilan yang dimiliki sehingga

dapat mendorong proses belajar”. Menurut Yohana dkk, (2020) “salah

satu media yang bisa digunakan dalam pembelajaran adalah media

daring, pembelajaran daring (online learning) merupakan model

pembelajaran yang berbasis ICT (Information Communication

Technology)”. Pembelajaran daring termasuk model pembelajaran

yang berpusat pada siswa. Dengan demikian, siswa dituntut mandiri

dan bertanggung jawab terhadap proses pembelajarannya.


30

Dengan demikian, jelas bahwa keaktifan siswa dalam belajar

daring sangat menentukan hasil belajar yang mereka peroleh. Semakin

ia aktif, semakin banyak pengetahuan atau kecakapan yang akan

diperoleh. Biasanya media yang banyak digunakan dalam belajar

daring adalah menggunakan media Smartphone berbasis Android,

Laptop ataupun komputer.

Media dapat diartikan sebagai perantara yang menghubungkan

suatu hal dari satu sisi ke sisi lainnya. Hal ini dijelakan lebih lanjut

oleh Gerlach dan Ely (Azhar Arsyad, 2011: 3) bahwa secara garis

besar media meliputi manusia, materi, atau kejadian yang membangun

kondisi yang membuat siswa mampu memperoleh kemampuan,

keterampilan atau sikap. Media pembelajaran adalah alat yang

membawa pesan-pesan atau informasi yang bertujuan instruksional

atau mengandung maksud-maksud pengajaran (Azhar Arsyad, 2003:

4).Menurut Arief S .Sudiman dalam Sunaryo Soenarto (2008: 2),

media pembelajaran adalah segala sesuatau yang dapat digunakan

untuk menyalurkan pesan dari pengirim ke penerima sehingga dapat

merangsang pikiran, perasaan, perhatiandan minat siswa sehingga

proses belajar terjadi. Media pembelajaran menurut Yudhi Munadi

(2003: 7) adalah sesuatu yang dapat menyampaikandan menyalurkan

pesan dari sumber secara terencana sehingga tercipta lingkungan

belajar yang kondusif dimana penerimanya dapat melakukan proses


31

belajar secara efisien dan efektif. Menurut sumber di atas, dapat

disimpulakan bahwa media pembelajaran merupakan alat yang

digunakan untuk menyalurkan pesan dari sumber belajar kepada

penerima yaitu siswa agar tercipta lingkungan belajar yang kondusif,

efisien dan menyenangkan.

b. Pandemi Covid-19

Coronavirus adalah keluarga besar virus yang menyebabkan

penyakit mulai dari gejala ringan smpai berat. Ada setidaknya dua

jenis viruscorona yang diketaui menyebabkan penyakit yang dapat

menimbulkan gejara berat seperti Middle East Respiratory Syndrome

(MERS) dan Severe A cute Respiratory syndrome (SARS).

Coronavirus Diseases 2019 (COVID-19) adalah penyakit jenis

baru yang belum diidentifikasi sebelumnya pada manusia. Tanda ada

gejala umum infeksi COVID-19 antara lain gangguan pernafasan akut

seperti demam,batuk dan sesak nafas. Masa inkubasi rata-rata 56 hari

dengan masa inkubasi terpanjang 14 hari. (Yurianto, Ahmad, 2020).

Menurut WHO (2020) COVID-19 adalah penyakit menular yang

disebabkan oleh jenis coronavirus yang baru ditemukan. Virus baru

dan penyakit yang disebabkannya ini tidak dikenal sebelum mulainya

wabah di Wuhan, Tiongkok, bulan Desember 2019. COVID-19 ini

sekarang menjadi sebuah pandemi yang terjadi di banyak negara di

seluruh dunia.
32

Penyebab virus corona ini berdampak pada berbagai aspek

termasuk ekonomi dan pendidikan. Untuk menekan jumlah pasien

yang terpapar COVID-19 pemerintahan membatasi aktivitas yang

menimbulkan perkumpulan masa dalam jumlah yang banyak termasuk

bersekolah dan bekerja. Keadaan ini mengakibatkan pemerintahan

mengambil kebijakan untuk meliburkan seluruh aktivitas pendidikan

dan menghadirkan alternatif proses pembelajaran lain. Melalui Surat

Edaran nomor 3 tahun 2020 pada Satuan Pendidikan dan Nomor

36962/MPK.A/HK/2020 tentang Pelaksanaan Pendidikan dalam Masa

Darurat COVID-19 maka pemerintahan memberlakukan kegiatan

belajar secara daring dalam rangka pencegahan penyebaran COVID-

19 (Menteri Pendidikan, 2020).

B. Kerangka Konseptual

Berdasarkan kajian teori dan tujuan peneliti yang telah dijelaskan pada

bagian tindakan pada bagian ini dijelaskan tentang motivasi siswa dalam

pembelajaran penjasorkes secara daring pada masa pandemi covid-19 di

SMPN 15 Padang.

Pembelajaran penjasorkes secara


daring pada masa pandemi covid-
19

Motivasi belajar siswa


33

Gambar 1. Kerangka Konseptual

Pandemi Covid-19 memberikan dampak yang cukup besar dalam

dunia pendidikan, dengan adanya pandemi mengharuskan pemerintah untuk

mengeluarkan kebijakan agar pembelajaran tetap dapat berlangsung dengan

baik karena pembelajaran harus tetap dilakukan. Oleh karena itu pemerintah

mengeluarkan Surat Edaran nomor 4 yang menyatakan bahwa pembelajaran

harus dilaksanakan secara daring untuk mencegah penyebaran Covid-19.

Pembelajaran harus tetap berlangsung dengan baik meskipun dilakukan secara

daring. Agar pembelajaran daring dapat berlangsung dengan baik maka

pembelajaran harus tetap direncanakan, dilaksanakan dan dievaluasi oleh guru

atau siswa sehingga tujuan pembelajaran tetap tercapai meskipun

pembelajaran dilakukan secara daring.

C. Pertanyaan Peneliti

Berperan pada kerangka konseptual peneliti di atas, maka dapat dibuat

pertanyaan peneliti yaitu: seberapa banyak motivasi siswadalam pembelajaran

penjasorkes secara daring pasa masa pandemi covid-19?


34

BAB III
METODE PENELITIAN

A. Jenis Penelitian

Penelitian ini bertujuan untuk melihat masalah motivasi siswa kelas VII

terhadap pembelajaran penjasorkes di SMPN 15 Padang pada masa Pandemi

Covid-19. Dengan demikian maka penelitian ini berbentuk deskriptif. Metode

yang digunakan adalah metode survey, menurut S. Margono yang dikutip dalam

Nurul Zuriah (2005: 26) metode survey adalah pengematan dan penyelidkan yang

kritis untuk mendapatkan keterangan yang jelas dan baik terhdapa suatu persoalan

tertentu dalam suatu daerah tertentu. Serta pengambilan data menggunakan

angket.Kemudian data yang di peroleh diolah dengan menggunakan teknik

deskriptif.

B. Tempat dan Waktu Penelitian

Tempat penelitian adalah tempat yang digunakan untuk pengambilan data

tentang motivasi siswa dalam pembelajaran penjasorkes pada masa pandemi

covid-19. Tempat penelitian ini adalah SMPN 15 Padang. Waktu penelitian

januari sampai waktu di tentukan.

C. Populasi dan Sampel

1. Populasi

Menurut Sugiyono (2016: 80) populasi adalah wilayah generalisasi

yang terdiri atas obyek/subjek yang mempunyai kualitas dan karakteristik

tertentu yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari dan kemudian ditarik

34
35

kesimpulannya. Populasi pada penelitian ini adalah semua kelas VII di SMPN

15 Padang yang berjumlah 5 kelas.

Tabel 1 Populasi Penelitian


Jenis Kelamin
No. Kelas Jumlah
Putra Putri
1 VII.1 12 20 32
2 VII.2 14 18 32
3 VII.3 16 14 30
4 VII.4 18 14 32
5 VII.5 18 16 34
Jumlah 78 82 160

Sumber: Tata Usaha SMP Negeri 15 padang Tahun Ajaran 2021/2022

2. Sampel

Sampel adalah sebagian atau wakil populasi yang diteliti (Suharsimi

Arikunto, 2006:131). Sampel dalam penelitian ini adalah bagian dari populasi

yang diambil dengan menggunakan cara-cara tertentu. Sehubungan dengan

pengambilan sampel menurut Arikunto (2006:131), adakalanya banyaknya

subjek yang terdapat pada strata atau wilayah tidak sama. Oleh karena itu,

untuk memperoleh sampel yang representatif pengambilan subjek dari setiap

strata atau wilayah ditentukan seimbang atau sebanding dengan banyaknya

subjek dalam masing-masing strata atau wilayah.

Sejalan dengan maksud kutipan tersebut, Furchan dalam Arikunto

(2006:130) menyatakan bahwa penelitian deskriptif biasanya menggunakan

sampel yang besar, jika jumlah sampelnya besar maka dapat diambil antara

10-15%, 20-25% atau lebih.


36

Jadi dalam penelitian ini, teknik pengambilan sampel yang digunakan

adalah Random Sampling, yaitu masing-masing kelas sebesar 50%. Jadi

jumlah sampel keseluruhan adalah 80 orang. Untuk lebih jelasnya, dapat

dilihat pada tabel berikut.

Tabel 2
Sampel Penelitian

Kelas Laki-laki Perempuan Jumlah


VII 1 12 X 50% = 6 20 X 50% = 10 16
VII 2 14 X 50% = 7 18 X 50% = 9 15
VII 3 16 X 50% = 8 14 X 50% = 7 15
VII 4 18 X 50% = 9 14 X 50% = 7 16
VII 5 18 X 50% = 9 16 X 50% = 8 17
JUMLAH 39 41 80

D. Defenisi Operasional

1. Tinjauan adalah pemeriksaan yang diteliti, penyelidikan, kegiatan pengumpulan

data, pengolahan, analisa dan penyajian data yang dilakukan secara sistematis

dan objektif untuk memecahkan suatu masalah/persoalan (Kamus Bahasa

Indonesia, 2002:43)

2. Motivasi adalah kesatuan keinginan dan tujuan yang menjadi pendorong dalam

mengikuti proses belajarseperti hasrat dan keinginan dalam belajar, dorongan

dan kebutuhan dalam belajar dan harapan dan cita-cita masa depan Uno (2008:

23).
37

3. Pendidikan jasmani adalah suatu proses pendidikan melalui aktifitas jasmani

yang dirancang dan disusun secara sistematis (Muhadi, 1991) dalam penelitian

ini pendidikan jasmani pada SMPN 15 Padang.

E. Jenis dan Sumber Data

Dalam penelitian ini yang digunakan adalah data primer dan data skunder,

data primer dalam penelitian ini adalah hasil dari angket yang desebarkan.

Sedangkan data skunder adalah berupa dokumen-dokumen dari sekolah, berupa

data tentang jumlah peserta didik.

F. Instrumen dan Teknik Pengumpulan Data

Instrumen pengumpulan data dalam penelitian ini menggunakan angket

(kuesioner).Menurut Nasehudin (2012:113) angket (kuesioner) merupakan suatu

instumen dalam penelitian untuk mengumpulkan data penelitian yang berbentuk

pertanyaan atau pernyataan dalam untuk memperoleh data/informasi dari

responden yang akan diteliti. Sejalan dengan itu Sugiono (2011:142)

mengemukakan bahwa “angket merupakan teknik pengumpulan data yang

dilakukan dengan memberikan seperangkat pertanyaan atau pernyataan tertulis

kepada responden untuk dijawab”.

Instrumen dalam penelitian ini di ambil dari penelitian Jonti Horen (2016).

Tujuan penyebaran angket ialah mencari informasi yang lengkap mengenai suatu

masalah dan responden tanpa merasa khawatir bila responden memberikan

jawaban yang tidak sesuai dengan kenyataan dalam pengisian daftar pertanyaan.

Penyusunan angket dalam penelitian ini menggunakan skala Likert.


38

Berdasarkan pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa angket adalah

seperangkat pernyataan yang harus dijawab responden dan digunakan untuk

memperoleh keterangan yang diperlukan yang digunakan untuk memperoleh data

sesuai hal yang hendak diteliti melalui pertanyaan yang disusun secara sistematis,

logis dan objektif serta dapat dikatakan yaitu berupa angket.

Angket dalam penelitian ini digunakan untuk memperoleh gambaran

terkait motivasi siswa terhadap pembelajaran pendidikan jasmani.Angket yang

digunakan dalam penelitian ini berbentuk angket isian tertutup. Riduwan (2012:

72) menyatakan “Angket tertutup adalah angket yang disajikan dalam bentuk

sedemikian rupa sehingga responden diminta untuk memilih satu jawaban yang

sesuai dengan karakteristik dirinya dengan cara memberikan tanda silang (X) atau

tanda checklist (√)”.

Pengisian jawaban dari pertanyanan yang diajukan telah disediakan,

responden tinggal memilih salah satu alternatif jawaban, berupa pernyataan

positif dan negatif. Masing-masing skor item jawaban positif responden adalah

5,4,3,2,1 dan untuk skor item negatif jawaban responden adalah 1,2,3,4,5. Adapun

pilihan jawaban yang disediakan sebagai berikut:


39

Tabel 3. Alternatif Jawaban

Pernyataan
Alternatif Jawaban
Positif (+) Negatif (-)
Selalu (SL) 5 1
Sering (SR) 4 2
Kadang-kadang (KD) 3 3
Jarang (JR) 2 4
Tidak Pernah (TP) 1 5

1. Pembuatan Angket

Langkah-langkah dalam pembuatan angket menurut Nazir (2014:297)

sebagai berikut :

a. Setiap pertanyaan harus ada skala pengukuran dan jumlah itemnya

mencukupi untuk mengukur variabel yang diteliti.

b. Bahasa yang digunakan harus sesuai dengan kemampuan responden.

c. Tipe dan bentuk pertanyaan harus ada tipe pertanyaan positif dan negatif.

d. Pertanyaan tidak mendua.

e. Tidak menanyakan hal yang sudah lupa.

f. Pertanyaan tidak menggiring.

g. Penampilan fisik angket akan mempengaruhi keseriusan responden

mengisi angket.
40

G. Teknik Analisis Data

1. Seleksi

Seleksi data ini dilakukan untuk mengetahui apakah data tersebut

memenuhi syarat atau tidak, penyelesaian ini khusus data yang berasal dari

angket.

2. Penskoran Data

Data yang ditetapkan dari angket untuk diolah diberi skor pada setiap

jawaban sesuai dengan sistem yang telah ditetapkan dengan langkah-langkah

sebagai berikut

a. Memeriksa kelengkapan dan kesesuaian isi instrumen angket yang telah

diterima dari sampel responden.

b. Membuat tabel pengolahan data berdasarkan item pertanyaan angket yang

telah dijawab responden.

c. Mencari dan menghitung jumlah skor serta memasukan data tabel

pengolahan.

d. Setelah didapat hasil dari pengolahan data dicari iterval skor. Menurut

Sturges Mangkuatmodjo (2004:37) sebagai berikut:

Interval = Skor Ideal Maksimal - Skor Ideal Minimal


Alternatif Jawaban

e. Setelah diterika interval skor dicari pengkategorian sebagai berikut:


41

Tabel 4 . Kategori Hasil Penelitian


Motivasi belajar Kriteria
Selalu (SL) 81-100
Sering (SR) 61-80
Kadang-Kadang (KD) 41-60
Jarang (JR) 21-40
Tidak Pernah (TP) 0-20

Setelah angket terkumpul disusun datanya, lalu dilakukan pengolahan

data dengan analisis statistik deskriptif dengan menggunakan teknik tabulasi

frekuensi atau teknik persentase, menurut Arikunto (2013), dengan rumus

sebagai berikut :

f
p= x 100%
n

Keterangan :

P = Jumlah persentase jawaban


F = Frekuensi dari masing-masing jawaban
N = Jumlah responden
42

DAFTAR PUSTAKA

Agus S. Suryobroto (2004) Sarana dan Prasarana Pendidikan Jasmani. Yogyakarta:


FIK UNY

Arsyad, A. (2011). Media Pembelajaran. Jakarta: PT Raja Grafindo Persada

Amrin, T.M. (2013). Manajemen Pendidikan. Yogyakarta: UNY Press.

Arsyad, A. (2011). Media Pembelajaran. Jakarta: PT Raja Grafindo Persada

Kurniawan, A., & Kibadra, K. (2020). Motivasi Peserta Didik dalam Pembelajaran
Pendidikan Jasmani Olahraga dan Kesehatan di SMP Negeri 22 Padang. Jurnal
JPDO, 3(10), 1-8.

Bilfaqih, Yusuf dan M. Nur Qomarudin. (2015: 1). Pembelajaran Daring Panduan
Berstandar Pengembangan Pembelajaran Daring untuk pendidikan dan
pelatihan. Yogyakarta: Deepublish.

Depdiknas. (2003). Undang-undang Dasar Republik Indonesia No. 20 Tahun 2003


Tentang Sistem Pendidikan Nasional. Jakarta: Depdiknas.

Depdiknas. (2005), Kamus Besar Bahasa Indonesia Edisi Ke 3. Jakarta: Balai


Pustaka.

Djoko Pekik Irianto (2002) Dasar Kepelatihan. Yogyakarta: FIK UNY

Dewi, W. A. F. (2020). Dampak covid-19 terhadap Implementasi Pembelajaran


Daring di Sekolah Dasar. Edukatif : Jurnal Ilmu Pendidikan, 2(1), 55-61.

Daryanto, (2014). Pendekatan Pembelajaran Saintifik Kurikulum 2013. Yogyakarta:


Gava Media.

E. Mulyasa (2002). Manajemen Berbasis Sekolah

Eva Latipah (2012). Pengantar Psikologi Pendidikan. Yogyakarta: PT. Pustaka Intan
Madani

Gilbert, & Jones, M, G. (2001). E-learning is e-normous. Electric Perspectives, 26(3),


66-82.

Hamalik, O. (2017). Kurikulum Pembelajaran . Jakarta: Bumi Aksara.


43

Komarudin (2015) Psikologi Olahraga. Bandung: PT. Remaja Rosdakarya

Khan, Badrul. (2005). Managing E-learning: Design, Delivery, Implementation and


Evaluation. Hershey, PA: Information Science Publishing.

Kemendikbud. (2013). Permendikbud Nomor 81a Tahun 2013 tentang Implementasi


Kurikulum. Jakarta: Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia.

Kemendikbud. (2016). Permendikbud Nomor 22 Tahun 2016 tentang Standard


Proses Pendidikan Dasar dan Menengah. Jakarta: Menteri Pendidikan dan
Kebudayaan Republik Indonesia

M.Komarudin (2015) Psikologi Olahraga. Bandung: PT Remaja Rosdakarya

Munadi, Yudhi. (2013). Media Pembelajaran, Sebuah Pendekatan Baru. Jakarta:


Gaung Persada Press

Menteri Pendidikan. (2020). Surat Edaran Nomor 3 Tahun 2020 Tentang


Pelaksanaan Pendidikan dalam Masa Darurat CoronaVirus (COVID-19).

Majid, A dan Rochman, C. (2014). Pendekatan Ilmiah dalam Implementasi


Kurikulum 2013. Bandung: PT Remaja Rosdakarya.

Majid, A. (2014). Implementasi Kurikulum 2013. Bandung: Interes Media.

Munadi, Yudhi. (2013). Media Pembelajaran, Sebuah Pendekatan Baru. Jakarta:


Gaung Persada Press.

S. C Utami Munandar (1985) Mengembangkan Bakat dan Kreatifitas Anaka Sekolah.


Jakarta: Gramedia

Mulyasa, E. (2002). Kurikulum Berbasis Kompetensi. Bandung: Rosda Karya.

Nasution, S. (2008). Asas-Asas Kurikulum. Jarkarta: Bumi Aksara, Edisi Kedua.

Oemar Hamalik (2002). Proses Belajar Mengajar. Jakarta: Bumi Aksara.

Sugiyono. (2017). Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif, dan R&D. Bandung:


Alfabeta.

Suharni, Purwanti. 2019. “Upaya Meningkatkan Motivasi Belajar Siswa.” G-Couns:


Jurnal Bimbingan Dan Konseling .
44

Suharsimi Arikunto. (2006). Pengantar Penelitian Suatu Pendekatan Praktik.


Jakarta: Rineka Cipta.
Tri Indriono. (2014). Motivasi Mengikuti Pembelajaran Pendidikan Jasmani dan
Tingkat Kesegaran JasmaniSiswa Kelas VIII SMP Negeri 4 Depok Kabupaten
Sleman. Skripsi. Yogyakarta: FIK UNY.

Anda mungkin juga menyukai