Oleh :
NIM :
Preseptor :
dr.
DAFTAR ISI.................................................................................................................1
KATA PENGANTAR...................................................................................................2
BAB 1............................................................................................................................3
PENDAHULUAN.........................................................................................................3
BAB 2............................................................................................................................5
TINJAUAN PUSTAKA................................................................................................5
2.1 Eklampsia.............................................................................................................5
DAFTAR PUSTAKA..................................................................................................14
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena
hanya dengan rahmat, karunia dan izin-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan
referat yang berjudul “Eklampsia Gravidarum” sebagai salah satu tugas dalam
menjalani Kepanitraan Klinik Senior (KKS) di bagian Ilmu Obstetry dan Gynecology
Rumah Sakit Umum Daerah Cut Meutia Kabupaten Aceh Utara.
Penulis juga mengucapkan terima kasih yang tak terhingga kepada dr. sebagai
pembimbing yang telah meluangkan waktunya memberi arahan kepada penulis
selama mengikuti KKS di bagian/SMF Ilmu Obstetry dan Gynecology Rumah Sakit
Umum Daerah Cut Meutia Kabupaten Aceh Utara.
Penulis menyadari bahwa dalam penyusunan referat ini masih jauh dari
kesempurnaan. Oleh karena itu, penulis mengharapkan saran dan masukan yang
membangun demi kesempurnaan referat ini. Semoga referat ini dapat berguna dan
bermanfaat bagi banyak pihak.
Penulis
BAB 1
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Penyakit hipertensi dalam kehamilan merupakan kelainan vaskuler yang
terjadi sebelum kehamilan atau timbul dalam kehamilan atau pada permulaan nifas.
Golongan penyakit ini ditandai dengan hypertensi dan kadang – kadang disertai
proteinuria, odema, convulsi coma atau gejala – gejala lainnya. Penyakit ini cukup
sering dijumpai dan masih merupakan salah satu sebab dari kematian ibu. Di USA
misalnya 1/3 dari kematian ibu disebabkan penyakit ini. Hypertensi dalam kehamilan
juga menjadi penyebab yang penting dari kelahiran mati dan kematian neonatal.
Hypertensi biasa akan berakhir dengan Eklampsia (1).
Eklampsia adalah kelainan pada masa kehamilan, dalam persalinan atau masa
nifas yang di tandai dengan kejang ( bukan timbul akibat kelainan saraf ) dan atau
koma dimana sebelumnya sudah menimbulkan gejala pre eklampsia. (Ong Tjandra &
John 2008 ). Eklampsia merupakan penyebab dengan peningkatan risiko morbiditas
dan mortalitas maternal dan perinatal.kejadian eklampsia di Negara berkembang
berkisar 1 dari 100 hingga 1 dari 700 kelahiran. Di Indonesia pre eklampsia dan
eklampsia berkisar 1,5 % sampai 25 %. Komplikasi signifikan yang mengancam jiwa
ibu akibat eklampsia adalah edema pulmonal, gagal hati dan ginjal, DIC, sindrom
HELLP dan perdarahan otak (1).
Menurut data analisis sekunder oleh World Health Organization (WHO),
dilaporkan bahwa angka prevalensi eklamsia secara global adalah sebesar 0.3%. Data
dari masing-masing negara menunjukkan bahwa prevalensi penyakit ini bervariasi
dan berkaitan dengan status sosio-ekonomi masing-masing daerah. Di Eropa,
ditemukan sekitar 2–3 kasus eklamsia per 10.000 kehamilan, sedangkan di negara
berkembang ditemukan 16–69 kasus eklamsia per 10.000 kehamilan. Menurut sebuah
data di Inggris, dilaporkan ada sebanyak 2,7 kasus eklamsia per 10.000 kehamilan. Di
Australia, ditemukan sebanyak 8,6 kasus preeklamsia per 10.000 kehamilan atau
setara dengan 2,6% dari seluruh kasus preeklamsia. Indonesia sendiri masih menjadi
salah satu negara dengan Angka Kematian Ibu (AKI) yang tinggi dan menduduki
peringkat ketiga di ASEAN (Association of Southeast Asian Nations). Preeklamsia
dan eklamsia merupakan salah satu penyebab kematian utama pada ibu, selain
perdarahan dan infeksi. Di Jawa Timur, penyebab utama kematian pada ibu adalah
preeklamsia dan eklamsia dan prevalensinya meningkat di tahun 2010–2012 (2) .
Eklampsia disebut dengan antepartum, intrapartum, atau pascapartum.
Bergantung pada apakah kejang muncul sebelum, selama atau sesudah persalinan.
Eklampsia paling sering terjadi pada trimester terakhir dan menjadi semakin sering
menjelang aterm. Masalah utama dalam mencegah dan mengobati eklampsia adalah
penyebab kondisi yang tidak diketahui. Terdapat hubungan yang kuat antara
hipertensi dan penyakit serebral yang mengidentifikasi persamaan klinis antara
eklampsia dan ensefalopati hipertensif. Namun demikian hasil signifikan yang
diperoleh menunjukkan bahwa hipertensi tidak selalu menjadi perkursor awitan
eklampsia tetapi hampir selalu terjadi setelah kejang (1).
BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Eklampsia
2.1.1 Definisi Eklampsia
Eklampsia adalah penyakit akut dengan kejang dan coma pada wanita hamil
dan dalam masa nifas disertai dengan hypertensi oedema dan proteinuria.
Eklampsia adalah kelainan akut pada wanita hamil, dalam persalinan atau masa
nifas yang ditandai dengan timbulnya kejang (bukan timbul akibat kelianan
neurologik) dan atau koma dimana sebeblumnya sudah menunjukkan gejala – gejala
pre eklampsia (3).
Eklampsia merupakan kasus akut pada penderita preeclampsia, yang disertai
dengan kejang menyeluruh dan koma. Eklampsia lebih sering terjadi pada
primagravidae dari pada multiparae. Eklampsia juga sering terjadi pada: kehamilan
kembar, hydramnion, mola hidatidosa. Eklampsia post partum umumnya hanya
terjadi dalam waktu 24 jam pertama setelah persalinan (3).
2.1.2 Jenis-Jenis Eklampsia
Pada pemeriksaan darah kehamilan normal terdapat peningkatan angiontensin,
renin dan aldosteron sebagai kompensasi sehingga peredaran darah dan metabolisme
dapat berlangsung. Pada eklampsia maka terjadi penurunan angiotensin, renin dan
aldosteron tetapi dapat dijumpai edema, hipertensi dan proteinuria (4).
Menurut saat terjadinya eklampsia kita mengenal istilah :
1. Eklampsia antepartum ialah eklampsia yang terjadi sebelum persalinan
2. Eklampsia intrapartum ialah eklampsia sewaktu persalinan
3. Eklampsia postpartum ialah eklampsia setalah persalinan
Berdasarkan waktu terjadinya eklampsia dapat di bagi (4) :
1. Eklampsia gravidarum
· Kejadian 50% sampai 60 %
· Serangan terjadi dalam keadaan hamil
2. Eklampsia parturientum
· Kejadian sekitar 30 % sampai 50 %
· Saat sedang inpartu
· Batas dengan eklampsia gravidarum sukar di tentukan terutama saat mulai
inpartu
3. Eklampsia puerperium
· Kejadian jarang 10 %
· Terjadi serangan kejang atau koma seletah persalinan berakhir (4).
2.1.3 Gejala Eklampsia
Eklampsia selalu didahului oleh gejala – gejala preeklampsia yang berat
seperti (3) :
1. Sakit kepala yang keras
2. Penglihatan kabur
3. Nyeri diulu hati
4. Kegelisahan dan hyperrefleksi sering mendahuli serangan kejang
Kejang – kejang pada eklampsia terdiri dari 4 tingkat :
1. Tingkat awal atau aura
· Berlangsung 30 – 35 detik
· Tangan dan kelopak mata gemetar
· Mata terbuka dengan pandangan kosong
· Kepala di putar ke kanan atau ke kiri
2. Tingkat kejang tonik
· Berlangsung sekitar 30 detik
· Seluruh tubuh kaku : wajah kaku, pernafasan berhenti, dapat diikuti
sianosis, tangan menggenggam, kaki di putar kedalam, lidah dapat tergigit.
3. Tingkat kejang klonik
· Berlangsung 1 sampai 2 menit
· Kejang tonik berubah menjadi kejang klonik
· Konsentrasi otot berlangsung cepat
· Mulut terbuka tertutup dan lidah dapat tergigit sampai putus
· Mata melotot
· Mulut berbuih
· Muka terjadi kongesti dan tampak sianosis
· Penderita dapat jatuh, menimbulkan trauma tambahan
4. Tingkat koma
· Setelah kejang klonik berhenti penderita menarik nafas
· Diikuti,yang lamanya bervariasi
A. Gejala klinis :
1. Kehamilan lebih 20 minggu atau persalinan atau masa nifas
2. Tanda – tanda pre eklampsia (hipertensi, edema dan proteinuria)
3. Kejang dan atau koma
4. Kadang – kadang disertai gangguan fungsi organ.
Setelah beberapa waktu, terjadi serangan baru dan kejadian yang digambarkan
diatas berulang lagi kadang –kadang 10 – 20 kali. Sebab kematian eklampsia adalah
odema paru –paru, apoplexy dan acidosis. Atau pasien mati setelah beberapa hari
karena pneumoni aspirasi, kerusakan hati atau gangguan faal ginjal. Kadang–kadang
terjadi eklampsia tanpa kejang ; gejala yang menonjol ialah coma. Eklampsia
semacam ini disebut eklampsia sine eklampsia dan terjadi pada kerusakan hati yang
berat. Karena kejang merupakan gejala yang khas dari eklampsia maka eklampsia
sine eklampsia sering dimasukkan preeklampsia yang berat. Pada eklampsia tekanan
darah biasanya tinggi sekitar 180/110 mmHg (5).
2.1.4 Etiologi Eklampsia
Dengan penyebab kematian ibu adalah perdarahan otak, payah jantung atau
payah ginjal, dan aspirasi cairan lambung atau edema paru – paru. Sedangkan
penyebab kematian bayi adalah asfiksia intrauterine dan persalinan prematuritas (6).
a) Mekanisme kematian janin dalam rahim pada penderita eklampsia :
1. Akibat kekurangan O2 menyebabkan perubahan metabolisme ke arah lemak
dan protein dapat menimbulkan badan keton
2. Meransang dan mengubah keseimbangan nervus simfatis dan nervus vagus
yang menyebabkan :
· Perubahan denyut jantung janin menjadi takikardi dan dilanjutkan
menjadi bradikardi serta irama yang tidak teratur
· Peristaltis usus bertambah dan sfingter ani terbuka sehingga di
keluarkannya mekonium yang akan masuk ke dalam paru – paru pada saat
pertama kalinya neonatus aspirasi.
3. Sehingga bila kekurangan O2 dapat terus berlangsung keadaan akan
bertambah gawat sampai terjadinya kematian dalam rahim maupun di luar
rahim .
Oleh sebab itu perlu memperhatikan komplikasi dan tingginya angka
kematian ibu dan bayi. Maka usaha utama adalah mencegah pre eklampsia menjadi
eklampsia perlu diketahui tenaga kesehatan dan selanjutnya melakukan rujukan ke
rumah sakit (6).