Anda di halaman 1dari 25

ASUHAN KEBIDANAN PADA NY.

S DENGAN

EKLAMPSIA DI DESA KROYA KECAMATAN KROYA

DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS KROYA

Disusun oleh
RATNA SAIRAH, SST
NIP. 19778920 200080 2 007

UPTD PUSKESMAS KROYA

i
KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjarkan kehadiran Allah SWT, karena atas


berikut rahmat dan hidayah-Nya pula penulis dapat menyelesaikan
makala yang berjudul “Asuhan Kebidanan pada Ny. S dengan Eklampsi”.

Makala ini disusun sebagai persayaratakn dalam kenaikan


golongan III A ke golongan III B dalam kebidanan.

Penulis harapakan makala ini dapat bermanfaat untuk semuanya,


saran dan kritik untuk makalah ini penulis terima dengan tangan terbuka
untuk kesempurnaan makalah selanjutnya.

Indramayu, Mei 2017


Penulis

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR...............................................................................................................i
DAFTAR ISI..........................................................................................................................ii
BAB I...................................................................................................................................1
PENDAHULUAN..................................................................................................................1
A. Latar Belakang.......................................................................................................1
B. Tujuan....................................................................................................................2
C. Manfaat.................................................................................................................2
BAB II..................................................................................................................................3
TINJAUAN TEORITIS............................................................................................................3
A. Pengertian Eklampsia............................................................................................3
B. Jenis – jenis Eklampsia...........................................................................................3
C. Gejala Eklampsia....................................................................................................3
D. Patologi Eklampsia................................................................................................6
E. Etiologi Eklampsia..................................................................................................6
F. Diagnosa Eklampsia...............................................................................................6
G. Prognosis Eklampsia..............................................................................................6
H. Perawatan Eklampsia............................................................................................7
I. Penanganan Kejang.............................................................................................10
BAB III...............................................................................................................................11
ASUHAN KEBIDANAN PADA NY. “S” DENGAN EKLAMSIA.................................................11
BAB IV..............................................................................................................................20
PENUTUP..........................................................................................................................20
A. Kesimpulan..........................................................................................................20
B. Sasaran.................................................................................................................20
DAFTAR PUSTAKA.............................................................................................................21

ii
iii
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Penyakit hipertensi dalam kehamilan merupakan kelainan
veskuler yang terjadi sebelum kehamilan atau timbul dalam
kehamilan atau pada permulaan nifas. Golongan penyakit ini ditandai
dengan hipertesi dan kadang – kadang disertai proteinuria, odema,
convulsi coma atau gejala – gejala lainnya.
Penyakit ini sering dijmpai dan masih merupakan salah satu
sebab dari kematian ibu. Di USA misalnya 1/3 dari kematian ibu
disebabkan penyakit ini. Hipertensi dalam kehamilan juga menjadi
penyebab yang penting dari kelahiran mati dan kematian neonatal.
Hipertensi bisa akan berakhir dengan EKLAMPISA.
Eklampisa merupakan penyebab dengan peningkayana resiko
moribiditas dan mortalitas maternal dan pernatal. Kejadian
EKLAMPSIA di Negara berkembang berkisar 1 dari 100 hingga 1 dari
700 Kkelahiran. Di Indonesia pre EKLAMPSIA dan EKLAMPISA
berkisar 1,5 % sampai 25 %. Koknifikan yang mengancam jiwa ibu
akibat eklampsia adalah edema pulmonalis, gejala hari dan ginjal,
DIC, Sindrom HELLP, dan perdahan otak.
EKLAMPISA disebut dengan antepartum, intrapartum, atau
pascapartum. Bergantung pada apakah kejang muncul sebelum,
selama atau sesudah persalinan. EKLAMPSIA paling sering terjadi
pada trimester terakhir dan menjadi semakin sering menjelang aterm.
Masalah utama dalam mencegah dan mengobati EKLAMPSIA
adalah penyebab kondisi yang tidak diketahui. Terhadap hubungan
yang juat antara hipertensi dan penyakit serebral yang
mengidentifikasi persamaan klinis anatara EKLAMPSIA dan
ensefalopati hipertensif (Vaughan & Delanty 2000).

1
Dengan adanya uraian diatas maka penulis akan membahas
masalh EKLAMPSIA untuk mengurangi AKI dan AKB sekaligus
menyelesaikan tugas kelompok yang diberikan.

B. Tujuan
1. Tujuan Umum
Bidan mengerti dan memahami tentang eklamsi dalam
kehamilan.
2. Tujuan Khusus
a. Bidan mengerti mengenai penyakit eklampsi dalam kehamilan
b. Bidan mampu melaksanakan pengkajian pada ibu hamil
dengan eklamsi
c. Bidan mampu menegakkan diagnosa pada ibu hamil dengan
eklampsi
d. Bidan mampu melakukan tatalaksana pada ibu hamil dengan
eklampsi

C. Manfaat
Makalah ini dapat bermanfaan untuk seluruh bidan pada
umumnya dan untuk referensi di dinas kesehatan khususnya.

2
BAB II
TINJAUAN TEORITIS

A. Pengertian Eklampsia
Eklampsia adalah penyakit akut dengan kejang dan coma pada
wanita hamil dan dalam masa nifas disertai dengan hipertensi oedema
dan proteinuria. (obstetric patologi, unpad 1984).
Eklampsia adalah kelainan akut pada wanita hamil, dalam
persalinan atau masa nifas yang ditandai dengan timbulnya kejang
( bukan timbul akibat kelainan neurologik) dan atau koma dimaana
sebelumnya sudah menunjukan gejala-gejala pre eklampsia (asuhan
patologi kebidanan, 2009).
Eklampsia merupakan kasus akut pada penderita preeclampsia,
yang disertai dengan kejang menyeluruh dan koma. (ilmu kebidanan,
2010).
Eklampsia lebih sering terjadi pada primagravidae deri multiparae.
Eklampsia jug asering terjadi pada : kehamilan kembar, hydramnion,
moal hidatidosa. Eklampsia post partum umumnya hanya terjadi dalam
waktu 24 jam pertama setelah persalinan.

B. Jenis – jenis Eklampsia


Menurut saat terjadinya eklampsia kita mengenal istilah :
1. Eklampsia antepartum ialah eklampsia yang terjadi sebelum
persalinana
2. Eklampsia antepartum ialah eklampsia sewaktu persalinan
3. Eklampsia antepartum ialah eklampsia setelah persalinan

C. Gejala Eklampsia
Eklampsia selalu didahului oleh gejala – gejala preeklampsia yang
berat seperti :
1. Sakit Kepala yang keras
2. Penglihatan Kabur

3
3. Nyeri diulu hati
4. Kegelisahan dan hyperrefleksi sering mendahului serangan kejang.
Serangan dapat dibagi dalam 4 tingkat :
a. Tingkat invasi (tingkat permulaan)
Mata terpaku, kepala dipalingkankesatu pihak, kejang –
kejang hals terlihat pada muuka. Tingkat ini berlangsung beberapa
detik.
b. Tingkat kontraksi (tingkat kejang tonis)
Seluruh badan menjadi kaku, kadang – kadang terjadi
ephidtholonus, lamanya 15 sampai 20 detik.
c. Tingkat konvulsi (tingkat kejang clonis)
Terjadinya kejang yang timbul hilang, rahang membuka dan
menutup begitu pla mata, otot – otot muka dan otot badan
berkontraksi dan berelaksasi berulang. Kejang ini sangat kuat
sehingga pasien dapat terlempar dari tempat tiduratau lidahnya
tergigit. Ludah yang berbuih bercampur darah keluar dari mulutnya
mata merah, muka biru, berangsur kejang berkurang dan akhirnya
berhenti. Lamanya ±1 Menit.
d. Tingkat coma
Setelah kejang clonis ini pasien jatuh dalam coma. Lamanya
coma ini dari beberapa meit sampai berjam – jam. Kalau pasien
sadar kembali maka ia tidak ingat sama seklai apa yang telah
terjadi.
Gejala Klinis :
1. Kehamilan lebih 20 munggu atau persalinan atau masa nifas
2. Tanda – tanda pre eklampsia (hipertensi, edema, proteinuria)
3. Kejang dan atau koma
4. Kadang – kadang disertai gangguan fungsi organ
Setelah beberapa waktu, terjadi serangan baru dan kejadian
yang dilukiskan diatas berulang lagi kadang – kadang 10 – 20 Kali.
Sebab kematian eklampsia adalah odema paru – paru,
apoplexy dam acidodid. Atau pasien mati setelah beberapa hari

4
karena pneumoni apirasi, kerusakan hati atau gangguan fall ginjal.
Kadang –kadang terjadi eklampsia tanpa kejang gejala yang
menonjol ialah coma. Eklampsia semacam ini disebut eklamsia
sine eklamsia dan terjadi pada kerusakan hati yang berat. Karena
kejang merupakan gejala yang khas dari eklampsia maka
eklampsia sine eklampsia sering dimasukkan preeklampsia yang
berat. Pada eklampsia tekanan darah biasanya tinggi sekitar
180/110 mmHg.
Nadi kat dan berisi tetapi kalau keadaan memburuk menjadi
kecil dan cepat. Demam yang tinggi memburuk prognosa. Demam
ini rupa – rupanya cerebral. Pernafsan biasanya cepat dan
berbunyi, pada eklampsia yang berat ada cyanosis.
Proteinuria hampir selalu ada malahan kadang – kadang
sangat banyak juga odema biasanya ada. Pada eklampsia
antepartum biasanya persalinan mulai setelah beberapa waktu.
Tapi kadang –kadang pasien berangsar baik tidak kejang lagi dan
sadar sedangkan kehamilan ters berlangsung.
Eklampsia yang tidak segera disusul dengan persalinan
disebut eklampsia intercurrent. Dianggap bahwa pasien yang
sedemikian bukan sembuh tapi jatuh ke tingkat yang lebih ringan
ialah dari eklampsia ke dalam keadaan preeklamsia. Jadi
kemungkinan ekalmpsia tetap mengancam pasien semacam ini
sebelum persalinan terjadi.
Setelah persalinan keadaan pasien berangsr baik, kira – kira
dalam 12 – 24 jam. Juga kalau anak mati didalam kandungan
sering kita lihat bahwa beratnya penyakit berkurang. Proteinria
hilang dalam 4 – 5 hari sedangkan tekanan darah normal kembali
dalam kira – kira 2 minggu. Ada kalanya pasien yang telah
menderita eklampsia menjadi psychotis, biasanya pada hari ke 2
atau ke 3 postpartum dan berangsung 2- 3 minggu. Prognosa
pada munya baik, penyulit lainnya ialah hemiplegic dan gangguan
penglihatan karena odema retina.

5
D. Patologi Eklampsia
Pada wanita yang mati karena eklampsia terdapat kelainan pada
hati, ginjal, otak, dan paru –paru dan jantung. Pada umumnya dapat
ditemukan necrose, haemorrhagia, odema, hyperaemia atau
ischaemia dan thrombosis. Pada placenta terdapat infakt – infarct
karena degenarasi syncytium. Perubahan lain yang terdapat ialah
retensi air dan natrium, haemokonsentrasi dan kadang – kadang
acidosis.

E. Etiologi Eklampsia
Sebab eklampsia belum diketahui bener, salah satu teori yang
dikemukakan ialah bahwa eklamsia disebabkan ischaemia rahim dan
plasenta (ischaemia uteroplacenta). Selama kehamilan uterus
memerlukan darah lebih banyak. Pda molahydatidosa, hidramnion,
kehamilan ganda, multipara, pada akhir kehamilan, pada persalinan,
juga pada penyakit pembuluh darah ibu, diabetes, pendaharan atau
decidua yang menyebabkan vasospasmus dan hipertensi.

F. Diagnosa Eklampsia
Untuk diagnosa eklampsia harus dikesmpingkan keadaan –
keadaan lain dengan kejang dan coma seperti ereami, keracunan,
epilepsy, hysteri, abcephalitis, meningitis, tumor otak, dan atrofi kuning
akut dari hati. Diagnosa eklampsia lebih 24 jam postpartum harus
dicurigai.

G. Prognosis Eklampsia
Eklamsia adalah suatu keadaan yang sangkat berbahaya maka
prognosa kurang baik untuk ibu maupaun anak. Progrosa juga
dipengaruhi oleh paritas atrinya prognosa bagi multiparae libih buruk,
dipengaruhi juga olehumur terutama kalau umur melibihi 35 tahun dan
juga oleh keadaan pada waktu pasien masuk rumah sakit. Juga
diurese dapat dipegang untuk prognosa jika diurese lebih dari 800 cc
dalam 24 jam atau 200 cc tiap 6 jam maka prognosa agak baik.

Sebaiknya oliguria dan anuri merupakan gejala yang buruk.

6
Gejala – gejala lain memberikan prognosa dikemukakan oleh Eden
ialah :
1. Coma yang lama
2. Nadi di atas 120
3. Suhu di atas 39º C
4. Tensi di atas 200 MMhG
5. Lebih dari 10 serangan
6. Proteinuria 10 gram sehari atau lebih
7. Tidak adanya odema
Odema paru –paru dan apoplexy merupakan keadaan yang
biasanya mendahului kematian.

H. Perawatan Eklampsia
Perawatan dasar eklampsia ialah terapi suportif untukstabilisasi
fungsi vital, yang harus selalu diingat airway, breathing, circulation
(ABC), mangatasi dan mencegah kejang, mengatasi hipoksemia dan
asidemia, mencegah terauma padda pasien pada waktu kejang,
mengendalikan tekanan darah, khususnya pada waktu krisis
hipertensi, melahirkan janin pada waktu yang tepat dan dengan cara
yang tepat.
Perawatan medikamentosa dan perawatan suportif eklampsia
merupakan peraatan yang sangat pensing. Tujuan utama pengobatan
medikamentosa ekalmpsia ialah mencegah dan menghentikan kejang,
mencegah dan mengatasi penyakit, khususnya hipertensi krisis,
mencapai stabilisasi ibu seoptimal mungkin sehingga dapat melahirkan
janin pada saat dan dengan cara yang tepat.
1. Pengobatan medikamentosa
a. Obat anti kejang
Obat anti kejang yang menjadi pilihan utama ialah mengnesium
sulfat. Bila dengan jenis obat ini kejang masih sukar diatasi, dapat
dipakai obat jenis lain, misalnya hiopental. Diazepam dapat dipakai
sebagai alternative pilihan, namun mengingat dodis yang
diperlukan sangat tinggi, pemberian diazepam hanya dilakukan

7
oleh mereka yang telah berpengalaman. Pemberian diuretikum
hendaknya selalu disertai dengan memonitor plasma elektrolit.
Obat kardiotinika ataupun obat-obat anti hipertensi hendaknya
selalu disiapkan dan diberikan benar-benar atas indikasi.
b. Magnesium Sulfat (MgSO4)
Pemberian magnesium sulfat pada dasarnya sama seperti
pemberian magensium sulfat pada preeclampsia berat.
Pengobatan suportif terutama ditujukan untuk gangguan fungsi
organ-organ penting, misalnya tindakan-tindakan untuk
memperbaiki asidosis, mempertahankan pentilasi pari-paru
mengatur tekanan darah, mencegah dekompensasi kordis.
Pada penderita yang mengalami kejang dan koma, nursing care
sangat penting, misalnya meliputi cara-cara perawatan penderita
dalam suatu kamar isolasi, mengcegah aspirasi, mengatur infuse
penderita, dan monitoring produksi rutin.
c. Perawatan pada waktu kejang
Pada penderita yang mengalami kejang, tujuan pertama
pertolongan ialah mencegah penderita mengalami trauma akibat
kejang-kejang tersebut.
Dirawat di kamar isolasi cukup terang, tidak di kamar gelap, agar
bila terjadi sianosis segera dapat diketahui. Penderita dibaringkan
di tempat tidur yang lebar, dengan rail tempat tidur harus dipasang
dan dikunci dengan kuat. Selanjutnya masukkan sudap lidah ke
dalam mulut penderita dan jangan mencoba melepas sudap lidah
yang sedang tergigit karena dapat mematahkan gigi. Kepala
direndahkan dan daerah orofarim diisap. Hendaknya dijaga agar
kepala dan eksremitas penerita yang kejang tidak terlalu kuat
menghentak-hentak benda keras disekitarnya. Fiksasi badan pada
tempat tidur harus cukup kendor, guna menghindari faktur. Bila
penerita selesai kejang-kejang, segera beri oksigen 45

d. Perawatan Koma

8
Perlu dingat bahwa penderita koma tidak dapat beraksi atau
mempertahankan diri terhadap suhu yang ekstrim, posisi tubuh
yang menimbulkan nyeri dan aspirasi, karena hilangny reflex
muntah. Adanya terbesar yang mengancam penderita koma, ialah
terbutuhnya jalan napas atas. Setiap penderita EKLAMPSIA yang
jatuh dalam koma harus dianggap bahwa jalan napas atas
terbuntu, kecuali dibuktikan lain.
Oleh karena itu tindakan pertama-tama pada penderita yang
jatuh, (tidak sadar), ialah menjaga dan mengusahakan agar jalan
napas atas tetap terbuka. Untuk menghindari teruntunya jalan
napas atas oleh pangkal lidah dan epiglottis dilakukan tindakan
sebagai berikut. Caranya yang sederhana dan cukup efektif dalam
menjaga terbukanya jalan napas atas, ialah dengan maneuver
head tilt-neck lift, yaitu kepala direndahkan dan leher dalam posisi
ektensi ke belakang atau head tilt- chain lift, dengan kepala
direndakhan dan dagu ditarik ke atas, atau jaw-thrust, yaitu
mandibular kiri-kanan di ekstensikan ke atas sambil mengangkat
kepala kebelakang. Tindakan ini kemudian dapat dilanjutkan
dengan pemasangan orophary haringeal airway 46. Hal penting ke
dua yang perlu diperhatikan ialah bahwa penderita, akan
kehilangan reflex muntah sehingga kemungkinan terjadinya
aspirasi bahan lambung sangat bessar. Lambung ibu hamil harus
selalu dianggap sebagi lambung penuh. Oleh karena itu, semua
berbeda yang ada dalam rongga mulut dan tenggorokan, baik
berupa lender maupaun sisa makanan, harus segera diisap secara
intermiten. Penderita di tidurkan da;am posisi stabil untuk drainase
lender.
Monitoring kesadaran dan dalamnya, memakai Glasgow,
coma escale. Pada perawatan koma perlu diperhatikan
pencegahan decubitus dan makanan penderita. Pada koma yang
lama, bila nutrisi tidak mukin dapat diberikan melalui nasograstrik
tube (NGT).

9
e. Perawatan edmen paru
Bila terjasi edmen paru sebaiknya penderita di rawat di ICU
karena membutuhkan perawatan animasi dengan respirator.
2. Pengobatan obstetric
Sikap terhadap kehamilan ialah semua kehamilan dengan
EKLAMSIA harus diakhiri, tanpa memandang kehamlan dan keadaan
jamin. Persalinan diakhiri bila sudah mencapai stabilisasi (pemulihan).
Hemodinamika dan metabolism ibu.
Pada perawatan pasca persalinan, bila persalinan terjadi
pervaginam, monitoring tanda-tanda vital dilakukan sebagaimana
lazimnya.

I. Penanganan Kejang
1. Selalu ingat ABC ( Airway, Breathing, Circulation)
2. Beri Obat anti kejang
3. Beri oksigen 1-6 liter permenit
4. Lindungi pasien dari kemungkinan trauma, tetapi jangan dikat
terlalu keras
5. Beringkan pasien pada sisi kiri untuk mengurangi resiko aspirasi
6. Setengah kejang, aspirasi mulut dan tenggorokan jika perlu

10
BAB III
ASUHAN KEBIDANAN PADA NY. “S” DENGAN EKLAMSIA

A. Identitas istri / Suami


Nama : Ny “S” / Tn “K”
Umur : 23 Tahun / 27 Tahun
Nikah / Lamanya : 1 Kali / ± 1 Tahun
Suku : Jawa
Agama : Islam
Pendidikan : SMA / SMA
Pekerjaan : Irt / Wiraswasta
Alamat : Desa Kroya

B. Riwayat Keluahan Utama


Keluarga mengatakan ibu mengalami kejang – kejang sejak 30
menit yang lalu.

C. Riwayat Menstruasi
Menarche : 15 Tahun
Siklus : 28 Hari
Lama : 6 Hari
Disminorhe : Kadang – kadang

D. Riwayat Obstetri
GIP0A0

No Kehamilan Persalinan Nifas


Tahun Umur Jenis Penol Berangs B Kead Lama
(mg) Persali ong ung BL aan nya
nan Ibu /
Bayi
1 2015 Kehamilan Sekarang

11
E. Riwayat Kehamilan Sekarang
a. HPHT : 06 November 2016
b. HTP : 13 Agustus 2016
c. Umur Kehamilan 30 Minggu
d. Kunjungan ANC
Trimester I
- Frekuensi : 2 Kali
- Keluhan : Mual Muntah
- Komplikasi : Tidak Ada
- Terapi : B6 1 x 1
Trimester II
- Freskuensi : 2 Kali
- Keluhan : Pusing, Odema Kaki dan Tangan
- Komplikasi : Tidak Ada
- Terapi : FE 1 x 1

Trimester III

- Frekuensi : 1 Kali
- Keluhan : Pusing, odema pada kaki dan tangan
- Komplikasi : Tidak ada
- Terapi : FE 1 x 1
e. Imunisasi TT 2 Kali
TT 1 : 23 Maret 2017
TT 2 : 23 April 2017
f. Pergerakan janin selama 24 jam ( dalam sehari)
Ibu mengatakan pergerakan janin lebih dari 10 kali dalam sehari

F. Riwayat Kesehatan
1. Ibu tidak mempunyai riwayat penyakit jantung , paru-paru, ginjal,
dan diabetes minitus (DM)
2. Ibu mempunyai riwayat hipertensi
3. Ibu tidak pernah dioperasi dan transfuse darah

12
4. Ibu tidak pernah merokok dan minum-minuman yang beralkohol
5. Ibu tidak ada alergi obat-obatan dan makanan

G. Pola Pemenuhan Kebutuhan Sehari –hari


a. Pola Nutrisi
o Makan
Frekuensi : 3-4 x/Hari
Porsi : 1 Piring
Jenis : Nasi, Sayur , Lauk, Roti
o Minum
Frekuensi : 5-6 x/Hari
Porsi : 1 Gelas
Jenis : Air Putih, Susu
b. Pola Eliminasi
o BAB
Frekuensi : 1 x./Hari
Konsistensi : Padat
Warna : Kuning
o BAK
Frekuensi : 3-4 x/Hari
Konsistensi : Cair
Warna : Kekuningan dan Keruh
c. Pola Istiirahat
o Tidur Siang
Lama : Lama ± 1 Jam (13.00 – 14.00)
o Tidur Malam
Lama : Lama ± 5 Jam ( 24.00 – 05.00)
d. Personal Hygiene
o Mandi : 2 x/Sehari
Ganti Baju : 2 x/Sehari
Gosok Gigi : 2 x/ Sehari
Keramas : 3 x/ Seminggu

13
e. Pola Seksualitas
o Frekuensi : 3 x/Seminggu
f. Pola Aktifitas ( terkait kegiatan fisik, olahraga)
1. Ibu mengatakan melakukan kegiatan sebagai ITR
( Menyapu, Mencucui pakaian, memasak)
2. Kebiasaaan yang mengganggu kesehatan (Merokok,
Meminum Jamu, Memimnum Beralkohol)
3. Ibu mengatakan tidak memiliki kebiasaan yang mengganggu
kesehatan seperti merokok, meminum jamu, meminum
beralkohol.
4. Data Psikososial, sepiritual dan ekonomi ( Penerimaan Ibu.
Suami/ Keluarga terhadap kehamilan, dukugan keluarga,
hubungan dengan suami/keluarga/tetangga/perawatan bayi,
kegiatan ibadah, kegitan social, keadaan ekonomi
keluaraga)
 Ibu mengatakan senang dengan kehamilannya
 Suami dan kuaraga sangat mendukung kehamilannya
 Ibu menjalani silaturahmi dengan tetangga sekitar
 Ibu rajin ibadah sholat 5 Waktu
 Ibu mengikuti kegiatan PKK di desanya
 Ibu sudah menabung sedikit demi sedikit untuk biaya
persalinan dan kemungkinan komplikasi

H. Pemeriksaan Fisik
1. Pemeriksaan Umum
a. Keadaan Umum : Tidak baik
b. Kesadaran : Stupor
c. Status Emosional : Tidak stabil
d. Tanda Vital
Tekanan Darah : 220/120 mmHg
Nadi : 12 x/Menit
Pernapasan : 26 x/Menit

14
Suhu : 38,6 °C
2. Pemeriksaan Fisik
a. Kepala : Mesochephalus, tidak ada nyeri tekan, tidak ada
massa, rambut hitam, lurus
b. Wajah : Terdapat odema,tidak ada bekas luka, ada nya
cloasma grapidarum
c. Mata : terbuka tanpa melihat, kelopak mata bergetar
d. Hidung : Terbuka ada popil, bersih, tidak ada pernapasan
Cuping Hidung
e. Mulut : Mulut membuka
f. Telinga : Simestri, tidak ada serumen, terdapat lubang telinga
g. Leher : Tidak ada pembersaran kelenjar tiroid, parotis, limfe,
dan vena jungularis
h. Dada : Simetris, tidak ada retraksi dinding dada
i. Payudara : Simetris putting susu menonjol hiperpigmentsi areola
mamae
j. Abdomen : Adanya odema, adaya linea nigra dan strie
gravidarum
k. Palpasi Leopold
Leopold I : Tfu 3 jari diatas pusat, teraba bulat, lunak dan
tidak melenting (bokong)
Leopold II : Punggung Kanan
Leopold III : Bagian terndah janin teraba bulat, (Kepala)
Leopold IV : Kepala belum masuk pinggul
Osborn Test : Tidak di lakukan
Pemeriksaaan : Mc. Donald
Tinggi Fundus : 28 cm
Lingkaran Perut : 88,5 cm
Tafsiran Berat Janin : 2480 gram
Auskulatis DJJ : 140 x/Menit
l. Ekstremitas Atas : Terdapat odema, tangan bergetar, jari
tengah menggenggam

15
m. Ekstremitas Bawah : Terdapat odema
n. Genetalin Luar : Bersih, tidak bau, tidak ada tanda –
tanda infeksi
o. Pemeriksaan Panggul : Tidak dilakukan

I. Pemeriksaaan Laboratorium
Tanggal 14 Juni 2015 pukul 08.30 WITA
- Hemoglogin : 9,2 gr/dl
- Protein urine : (++++)
- Albumin : Negative
g. Giagnosa Kebidanan
Ny. “S” umur 23 Tahun GIP0A0 usia kehamilan 30 minggu dengan
eklamsia Data Subjektif :
1. Keluarga mengatakan ibu kejang – kajang sejak 30 menit yan
lalu
2. Keluarga mengatakan ibu berusia 23 Tahun
3. Keluarga mengatakan bahwa ini kehamilan yang pertama
4. Keluarga mengatakan HPHT 06 November 2014
5. Ibu mengatakan tidak pernah keguguran
Data Objektif :
1. Keadaan Umu : Tidak Baik
2. Kesadaran : Stupor
3. Tanda – tanda Vital
 Tekanan Darah : 2010/120 mmHg
 Nadi : 120 x /Menit
 Suhu : 38,6° C
4. Pemeriksaan Fisik
 Kepala dalam posisi mesochephalus
 Terdapat odema pada wajah
 Mata terbuka tanpa melihat, kelopak mata bergetar
 Mulut membuka

16
5. Pada pemeriksaan laboratorium terdapat hasil protein urin (+
+++)
H. Masalah
Terjadi serangan kejang meningkat konvusi (Tingkat Kejang Clonis)
I. Analisa dan Interpretasi Data
EKLAMPSIA selalu didahului oleh gejala – gejala preEKLAMPSIA
berat yaitu salah satunya kegelisahan dan hyperrefleksi seringg
mendahului serangan kejang. Salah satu serangan kejang yaitu
tingkat konvulsi ditandai dengan terjadinya kejang yang timbul
hilang, rahang membuka dan menutupi begitu pla mata, otot – otot
muka dan otot badan berkontraksi dan berelaksasi berulang.
Kejang ini sangat kuat hingga pasien dapat terlempar dari tempat
tidur atau lidahnya tergigit. Ludah yang berbuih bercampur darah
keluar dari mulutnya, mata merah, muka biru, berangsur kejang
berkurang dan akhirnya berhenti. Lamanya ± 1 menit. (obstetric
potologi, unpad, 1984, hal : 99-100).

I. RENCANA TINDAKAN SEGERA/ KOLABORASI

1. Mandiri
Membaringkan pasien padaposisi miring kiri
2. Kolaborasi
Dengan rekan sejawat (bidan). Pihak transportasi (Ambulance)
3. Merujuk
Merujuk ke rumah sakit/fasilitas kesehatan yang lebih memadai

J. RENCANA ASUHAN KEBIDANAN / INTERVENSI


Tanggal 14 Juli 2016 pukul 08.00 WIB
1. Beritahu keluraga pasien bahwa akan dilakukan tindakan
Rasional : Dengan memberitahu keluarga pasien petugas
kesehatan dapat bebas dari gugatan jika terjadi sesuatu pada
pasien
2. Lindungi pasien dengan kemungkinan trauma

17
Rasional : Menghindarkan pasien dari kemungkinan trauma]
3. Beritahu keluarga pasien akan di Pasang infuse
Rasional : Dengan memesang infuse dapat memenuhi kebutuhan
cairan pasien.
4. Beritahu keluarga pasien bahwa pasien akan diberikan obat anti
kejang
Rasional : Dengan pemberian obat anti kejang, kejang depat
mengurangi terjadinya kejang susulan
5. Beritahu keluarga pasien bahwa akan dipasang oksigen
Rasional : Untuk mengurangi resiko aspirasi
6. Baringkan pasien pada sisi kiri
Rasional : Untuk mengurangi resiko aspirasi
7. Beritahu keluarga pasien bahwa akan dilakukan rujukan
Rasional : Dengan dilakukannya rujukan pasien dapat memperoleh
pelayanan kesehatan dengan fasilitas lengkap.

K. IMPLEMENTASI
Tanggal 14 Juni 2016 pukul 08.05 WIB
1. Memberitahkan keluarga pasien bahwa akan dilakukan tindakan
Hasil : Keluarga menyetujui tindakan yang akan dilakukan
2. Melindungi pasien dari kemungkinan trauma dengan meningkat
pasien terapi jangan dikat terlalu kuat
Hasil : Paien sudah dilindungi dari kemungkinan terjadi trauma
3. Memberitahu keuarga pasien bahwa akan dipasang infuse RI
(Ringer Laktat)
Hasil : Infuse RL (Ringer Laktat) sudah dipasang pada pasien
4. Memberitahu keluarga pasien bahwa pasien akan diberi obat anti
kejang berupa MgSO4 dengan syarat pemberian
a. Frekuensi pernapasan minimal 16 x/Menit
b. Reflex patella positif
c. Urun minimal 30 ml/jam dalam 4 jam terakhir atau 0.5
ml/kgBB/jam

18
d. Menyiapkan ampul Kalsium Glukonas 10 % dam 10 ml
Hasil : Obat anti kejang berupa MgSO4 sudah diberikan kepada
pasien.
5. Memberitahu keluarga pasien akan bahwa pasien akan diberi
oksigen 4-6 liter permenit
Hasil : Oksigen sidah diberikan 4-6 liter per menit
6. Membaringkan posisi pasien ke sebelah kiri
Hasil : Pasien sudah dibaringkan ke posisi kiri untuk mengurangi
resiko aspirasi
7. Memberitahu keluarga pasien akan dilakukan rujukan ke fasilitass
pelayanan kesehatan yang lebih tinggi
Hasil : Rujukan sudah dilakukan ke fasilitas kesehatan yang lebih
tinggi.

L. EVALUASI
Tanggal 14 Juni 2016 pukul 08.10 WIB
1. Paien sudah dilindungi dari kemungkinan terjadinya trauma
2. Infuse RL ( Ringer Laktat) sudah dipasang pada pasien
3. Obat anti kejang berupa MgSO4 sudah diberikan kepada pasien
4. Oksigen sudah diberikan 4-6 liter per menit
5. Pasien sudah di baringkan ke posisi kiri untuk mengurangi resiko
aspirasi
6. Tujukan sudah dilakukan ke fasilitas kesehatan yang lenih tinggi

19
BAB IV
PENUTUP

A. Kesimpulan
EKLAMPSIA Merupakan kasus akut pada penderita preeclampsia
yang disertai dengan kenjang menyeluruh dan koma. Eklampisalebih
sering terjadi pada primagravidae dari pda multiparae. Eklampsia lebih
sering terjadi pada pramagravidae dari pada multiparae. Eklampsia
juga sering terjadi pada : kehamilan kembar, hydrammnion, mola
hidatidosa.EKLAMPSIA post partum umunya hanya terjadi dalam
waktu 24 jam pertama setelah persalinan. Pemeriksaan antenatal care
sangatlah penting untuk mendeteksi secara dini dan mencegah
eklamapsia.

B. Sasaran
Setelah membaca makalah ini, diharapkan kepada para pembaca
agar menyampaikan kepada masyarakat lainnya akan pentingnya
pemeriksaan antenatar care secara rutin terutama pada para ibu hamil
dengan menjelaskan resion apa yang bisa terjadi bila tidak mengikuti
anjuran.

20
DAFTAR PUSTAKA

Prawihardjo, sarwono. (2010). Ilmu Kebidanan. Jakarta: PT. Bina Pustaka

Bagian Obstetric dan Gineknologi Fakultas Kedokteran Universitas


Pagjadjaran Bandung. 1984. Obstetric Patologi. Bandung: Elstar Offset

Sujiantini, M.Keb. dkk. 2009. Asuhan Patologi Kebidanan. Yogyakarta:


Nuha Medika

Nugroho, DR. Taufan. 2012. Patologi Kebidanan. Yogyakarta: Nuha


Medika.

21

Anda mungkin juga menyukai