Anda di halaman 1dari 22

Fadhila'S

Senin, 28 November 2011

Asuhan Keperawatan Eklamsia

LAPORAN PENDAHULUAN

EKLAMPSIA

I. PENGERTIAN EKLAMPSIA
Eklampsia merupakan serangan konvulsi yang mendadak atau suatu kondisi
yang dirumuskan penyakit hipertensi yang terjadi oleh kehamilan, menyebabkan
kejang dan koma, (kamus istilah medis : 163,2001)
Eklampsia adalah penyakit akut dengan kejang dan koma pada wanita hamil
dan wanita dalam nifas, diserta dengan hipertensi, odema, proteinurio (obstetric
patologi : 99. 1984)
Eklampsia merupakan serangan kejang yang diikuti oleh koma, yang terjadi
pada wanita hamil dan nifas (Ilmu Kebidanan : 295, 2006)
Eklampsia dalam bahasa Yunani berarti “Halilintar” karena serangan
kejang-kejang timbul tiba-tiba seperti petir. (Sinopsis obstetric : 203,1998)
Eklampsia adalah preaklampsia yang disertai kejang dan atau koma yang timbul
bukan akibat dari kelainan neurologi (Kapita Selekta Kedokteran Jilid 1 : 310 ;
1999)
Eklampsia berasal dari bahasa yunani dan berarti “Halilintar”. Kata tersebut
dipakai karena seolah- olah gejala- gejala eklampsia timbul dengan tiba – tiba
tanpa didahului oleh tanda – tanda lain. Sekarang kita ketahui bahwa eklampsia
pada umumnya timbul pada wanita hamil atau dalam nifas dengan tanda – tanda
pre eklampsia. Pada wanita yang menderita eklampsia timbul serangan kejangan
yang diikuti oleh koma. Tergantumg dari saat timbulnya eklampsia dibedakan
eklampsia gravidarum, eklampsia parturientum dan eklampsia puerperale. Perlu
dikemukakan bahwa pada eklampsia gravidarum sering kali persalinan mulai tidak
lama kemudian.
Dengan pengetahuan bahwa biasanya eklampsia didahului oleh pre
eklampsia,tampak pentingnya pengawasan antenatal yang teliti dan teratur, sebagai
usaha untuk mencegah timbulnya penyakit itu.

2. ETIOLOGI
Sebab eklampsia belum diketahui pasti, namun salah satu teori
mengemukakan bahwa eklampsia disebabkan ishaemia rahim dan plasenta
(Ischaemia Utera Placentoe). Selama kehamilan, uterus memerlukan darah lebih
banyak. Pada mola hidotidosa, hidramnian, kehamilan ganda, nultipara, akhir
kehamilan, persalinan, juga penyakit pembuluh darah ibu, diabetes peredaran darah
dalam dinding rahim kurang, maka keluarlah zat-zat dari plasenta atau desiduc
yang menyebabkan vasospesmus dan hipertensi.
Etiologi dan patogenesis preeklampsia dan eklampsia sampai saat ini masih
belum sepenuhnya difahami, masih banyak ditemukan kontroversi, itulah sebabnya
penyakit ini sering disebut “the disease of theories”. Pada saat ini hipotesis utama
yang dapat diterima untuk menerangkan terjadinya preeklampsia adalah : faktor
imunologi, genetik, penyakit pembuluh darah dan keadaan dimana jumlah
trophoblast yang berlebihan dan dapat mengakibatkan ketidakmampuan invasi
trofoblast terhadap arteri spiralis pada awal trimester satu dan trimester dua. Hal ini
akan menyebabkan arteri spiralis tidak dapat berdilatasi dengan sempurna dan
mengakibatkan turunnya aliran darah di plasenta. Berikutnya akan terjadi stress
oksidasi, peningkatan radikal bebas, disfungsi endotel, agregasi dan penumpukan
trombosit yang dapat terjadi diberbagai organ.
Faktor Predisposisi Terjadinya Preeklampsia dan Eklampsia
Primigravida, kehamilan ganda, diabetes melitus, hipertensi essensial kronik,
mola hidatidosa, hidrops fetalis, bayi besar, obesitas, riwayat pernah menderita
preeklampsia atau eklamsia, riwayat keluarga pernah menderita preeklampsia atau
eklamsia, lebih sering dijumpai pada penderita preeklampsia dan eklampsia.

3. FREKUENSI
Frekuensi eklampsia bervariasi antara satu Negara dan yang lain. Frekuensi
rendah pada umumnya merupakan petunjuk tentang adanya pengawasan antenatal
yang baik, penyediaan tempat tidur antenatal yang cukup, dan penanganan pre
eklampsia yang sempurna.
Di negara – negara sedang berkembang frekuensi di laporkan berkisar antara
0.3 % - 0.7%, sedang di negara- negara maju angka tersebut lebih kecil, yaitu 0.05
% - 0.1 %.

4. MANIFESTASI KLINIS
Diagnosis eklampsia ditegakkan berdasarkan gejala-gejala preaklampsia
disertai kejang atau koma, sedangkan bila terdapat gejala preeklampsia berat
disertai salah satu / beberapa gejala nyeri kepala hebat, gangguan virus, muntah-
muntah, nyeri epigastrium dan kenaikan tekanan darah yang progesif, dikatakan
pasien tersebut menderita impending preeklampsia. Impending preeklampsia
ditangani sebagai kasus eklampsia
Seluruh kejang eklampsia didahului dengan preeklampsia. Eklampsia
digolongkan menjadi kasus antepartum, intrapartum atau postpartum tergantung
saat kejadiannya sebelum persalinan, pada saat persalinan atau sesudah persalinan.
Tanpa memandang waktu dari onset kejang, gerakan kejang biasanya dimulai dari
daerah mulut sebagai bentuk kejang di daerah wajah. Beberapa saat kemudian
seluruh tubuh menjadi kaku karena kontraksi otot yang menyeluruh, fase ini dapat
berlangsung 10 sampai 15 detik. Pada saat yang bersamaan rahang akan terbuka
dan tertutup dengan keras, demikian juga hal ini akan terjadi pada kelopak mata,
otot – otot wajah yang lain dan akhirnya seluruh otot mengalami kontraksi dan
relaksasi secara bergantian dalam waktu yang cepat. Keadaan ini kadang – kadang
begitu hebatnya sehingga dapat mengakibatkan penderita terlempar dari tempat
tidurnya, bila tidak dijaga. Lidah penderita dapat tergigit oleh karena kejang otot –
otot rahang. Fase ini dapat berlangsung sampai 1 menit, kemudian secara
berangsur kontraksi otot menjadi semakin lemah dan jarang dan pada akhirnya
penderita tidak bergerak.
Setelah kejang diafragma menjadi kaku dan pernafasan berhenti. Selama
beberapa detik penderita sepertinya meninggal karena henti nafas, namun
kemudian penderita bernafas panjang, dalam dan selanjutnya pernafasan kembali
normal. Apabila tidak ditangani dengan baik, kejang pertama ini akan diikuti
dengan kejang – kejang berikutnya yang bervariasi dari kejang yang ringan sampai
kejang yang berkelanjutan yang disebut status epileptikus.
Setelah kejang berhenti penderita mengalami koma selama beberapa saat.
Lamanya koma setelah kejang eklampsia bervariasi. Apabila kejang yang terjadi
jarang, penderita biasanya segera pulih kesadarannya segera setelah kejang.
Namun pada kasus – kasus yang berat, keadaan koma berlangsung lama, bahkan
penderita dapat mengalami kematian tanpa sempat pulih kesadarannya. Pada kasus
yang jarang, kejang yang terjadi hanya sekali namun dapat diikuti dengan koma
yang lama bahkan kematian.
Frekuensi pernafasan biasanya meningkat setelah kejang eklampsia dan
dapat mencapai 50 kali/menit. Hal ini dapat menyebabkan hiperkarbia sampai
asidosis laktat, tergantung derajat hipoksianya. Pada kasus yang berat dapat
ditemukan sianosis. Demam tinggi merupakan keadaan yang jarang terjadi, apabila
hal tersebut terjadi maka penyebabnya adalah perdarahan pada susunan saraf pusat.

5. PATOLOGI
Pada wanita yang meninggal akibat eklampsia dikarenakan adanya komplikasi
pada hati, otak, retina, paru-paru dan jantung. Pada keadaan umum dapat
ditemukan necrose, haemoragia , aedema Hypernaema atau ishcaemia dan
trombhosis.

6. TANDA DAN GEJALA


Gejala pada eklampsia diawali dengan timbulnya tanda-tanda preeklampsia
yang semakin buruk, seperti : gejala nyeri kepada di daerah frontal gangguan
penglihatan, mual keras, nyeri di epigastrium dan hiperrefleksia.
Konvulsi eklampsia dibagi dalam 4 tingkat yakni :

a. Tingkat aura / awal keadaan ini berlangsung kira-kira 30 detik, mata


penderita terbuka tanpa melihat, kelopak mata bergetar demikian pula
tangannya dan kepada diputar ke kanan / kiri.
b. Tingkat kejangan tonik, yang berlangsung kurang lebih 30 detik dalam
tingkat ini seluruh otot menjadi kaku, wajahnya kelihatan kaku, tangan
mengggenggam dan kaki membengkok ke dalam, pernafasan berhenti, muka
mulai menjadi sianotik, lidah dapat tergigit.
c. Tingkat kejangan klonik, berlangsung antara 1-2 menit, spesimustonik tonik
menghilang, semua otot berkontraksi dan berulang-ulang dalam tempo yang
cepat, mulut membuka dan menutup dan lidah dapat tergigit kembali, bola
mata menonjol, dan mulut keluar ludah yang berbusa muka menunjukkan
kongesti dan sianosis. Penderita menjadi dapat terjadi dari tempat tidurnya
akhirnya kejangan terhenti dan penderita menarik nafas secara mendengkur.
d. Tingkat koma, lamanya ketidaksadaran tidak selalu sama secara perlahan-
lahan penderita menjadi sadar lagi, akan tetapi dapat terjadi pula bahwa
sebelum itu timbul serangan baru dan yang berulang, sehingga ia tetap
dalam koma.

7. KLASIFIKASI EKLAMPSIA
a. Eklampsia gravidarum
• kejadian 150 % sampai 60 %
• serangan terjadi dalam keadaan hamil
b. Eklampsia parturientum
• Kejadian sekitar 30 % sampai 35 %
• Saat sedang inpartu
• Batas dengan eklampsia gravidarum sukar ditentukan terutama saat mulai
inpartu.
c. Eklampsia puerperium
• Kejadian jarang
• Terjadinya serangan kejang atau koma setelah persalinan berakhir.
8. DIAGNOSIS BANDING
Diagnosis eklampsia umumnya tidak mengalami kesukaran. Dengan tanda
dan gejala preeklampsia yang disusul oleh serangan kejang, maka diagnosis
eklampsia tidak diragukan lagi.
Eklampsia harus dibedakan dengan :
1) Epilepsi
Dalam anamnesia diketahui adanya serangan sebelum hamil atau pada hamil muda
dan tanda preeklampsia tidak ada.
2) Kejang akibat obat anesthesis
Apabila obat anesthesia locak tersuntikkan ke dalam vena, dapat timbul kejang.
3) Koma karena sebab lain, seperti :
Diabetes, perdarahan otak, meningitis dan lain-lain
Diagnosis eklampsia lebih dari 24 jam harus diwaspadai.

9. KOMPLIKASI
Komplikasi yang terberat ialah kematian ibu dan janin, usaha utama ialah
melahirkan bayi hidup dari ibu yang menderita eklampsia.
Berikut adalah beberapa komplikasi yang ditimbulkan pada preeklampsia berat dan
eklampsia :

a. Solutio Plasenta
Biasanya terjadi pada ibu yang menderita hipertensi akut dan lebih sering terjadi
pada pre eklampsia.

b. Hipofibrinogemia
Kadar fibrin dalam darah yang menurun.

c. Hemolisis
Penghancuran dinding sel darah merah sehingga menyebabkan plasma darah yang
tidak berwarna menjadi merah.

d. Perdarahan Otak
Komplikasi ini merupakan penyebab utama kematian maternal penderita
eklampsia.

e. Kelainan Mata
Kehilangan penglihatan untuk sementara, yang berlangsung selama seminggu,
dapat terjadi.

f. Edema Paru
Pada kasus eklampsia, hal ini disebabkan karena penyakit jantung.

g. Nekrosis Hati
Nekrosis periportan pada preeklampsia, eklampsia merupakan akibat vasopasmus
anterior umum. Kelainan ini diduga khas untuk eklampsia,tetapi ternyata juga
ditemukan pada penyakit lain.Kerusakan sel-sel hati dapat diketahui dengan
pemeriksaan pada hati,terutama penentuan enzim-enzimnya.

h. Sindrome Hellp
Haemolisis, elevatea liver anymes dan low platelet

i. Kelainan Ginjal
Kelainan berupa endoklrosis glomerulus, yaitu pembengkakkan sitoplasma sel
endotial tubulus. Ginjal tanpa kelainan struktur lain, kelainan lain yang dapat
timbul ialah anuria sampai gagal ginjal.

j. Komplikasi lain
 Lidah tergigit, trauma dan faktur karena jatuh akibat kejang-kejang preumania
 aspirasi, dan DIC (Disseminated Intravascular Coogulation)
 Prematuritas
 Dismaturitas dan kematian janin intro uteri.

10. TERAPI
1. Tujuan Terapi Eklampsia

a. Menghentikan berulangnya serangan kejang


b. Menurunkan tensi, dengan vasosporus
c. Menawarkan hasmokonsentrasi dan memperbaiki diveres dengan pemberian
glucose 5%-10%
d. Mengusahakan supaya O2 cukup dengan mempertahankan kebebasan jalan
nafas.

2. Penanganan Kejang

a. Beri obat anti konvulsan


b. Perlengkapan untuk penanganan kejang (jalan nafas, sedeka, sedotan,
masker O2 dan tabung O2 )
c. Lindungi pasien dengan keadaan trauma
d. Aspirasi mulut dan tonggorokkan
e. Baringkan pasien pada posisi kiri, trendelenburg untuk mengurangi resiko
aspirasi
f. Beri oksigen 4-6 liter / menit

3. Penanganan Umum
a. Jika tekanan diastolic > 110 mmHg, berikan hipertensi sampai tekanan
diastolic diantara 90-100 mmHg.
b. Pasang infuse RL dengan jarum besar (16 gauge atau lebih)
c. Ukur keseimbangan cairan jangan sampai terjadi overload
d. Kateterisasi urine untuk mengeluarkan volume dan proteinuric
e. Jika jumlah urine kurang dari 30 ml / jam
f. Infus cairan dipertahankan 1 1/8 ml/jam
g. Pantau kemungkinan oedema paru
h. Jangan tinggalkan pasien sendirian. Kejang disertai aspirasi dapat
mengakibatkan kematian ibu dan janin.
i. Observasi tanda-tanda vital, refleks dan denyut jantung setiap jam
j. Auskultasi paru untuk mencari tanda-tanda oedema paru. Jika ada oedema
paru hentikan pemberian cairan dan berikan diuretic
k. Nilai pembekuan darah dengan uji pembekuan beadside
l. Dosis awal : beri MgSO4 (4 gram) per IV sebagai larutan 20%, selama 5
menit. Diikuti dengan MgSO4 (50%) 5 gr 1ml dengan 1 ml lignokain 2%
(dalam setopril yang sama) pasien akan merasa agar panas sewaktu
pemberian MgSO4
m. Dosis pemeliharaan : MgSO4 (50%) 5 gr + lignokain 2% (1ml) 1 m setiap 4
jam kemudian dilanjutkan sampai 24 jam pasca persalinan atau kejang
terakhir
n. Sebelum pemberian MgSO4 periksa : frekuensi pernafasan minimal 16 /
menit. Refleks Patella (+), urin minimal 30 ml / jam dalam 4 jam terakhir
o. Stop pemberian MgSO4, jika : frekuensi pernafasan < / >
p. Siapkan antidotlim jika terjadi henti nafas, Bantu dengan ventilator. Beri
kalsium glukonat 2 gr ( 20 ml dalam larutan 10%) IV perlahan-lahan sampai
pernafasan mulai lagi.
10. PROGNOSIS
Eklampsia di indonesia masih merupakan penyakit pada kehamilan yang
meminta korban besar dari ibu dan bayi. Dari berbagai pengumuman,diketahui
kematian ibu berkisar antara 9,8 % - 25.5% sedangkan kematian lebih tinggi
lagi,yakni 42,2 % - 48.9 %.Sebaliknya,kematian ibu dan bayi di negara maju lebih
kecil.Tingginya kematian ibu dan anak di negara-negara yang kurang maju
disebabkan oleh kurang sempurnanya pengawasan antenatal dan natal,penderita-
penderita eklampsia sering terlambat mendapat pengobatan yang tepat.Kematian
ibu biasanya disebabkan oleh perdarahan otak,dekompensasio kordis dengan
edema paru-paru,payah-ginjal,dan masuknya isi lambung ke dalam jalan
pernafasan waktu kejangan.Sebab kematian bayi terutama hipoksia intrauterin dan
prematuritas.
Berlawanan dengan yang sering diduga,preeklampsia dan eklampsia tidak
menyebabkan hipertensi menahun.Oleh penulis-penulis tersebut ditemukan bahwa
pada penderita yang mengalami eklampsia pada kehamilan pertama,frekuensi
hipertensi 15 tahun kemudian atau lebih tidak lebih tinggidari pada mereka yang
hamil tanpa eklampsia.

11. PENCEGAHAN
Pada umumnya timbulnya eklampsia dapat dicegah,atau frekuensinya
dikurangi.Usaha-usaha untuk menurunkan frekuensi eklampsia terdiri atas :

1. Meningkatkan jumlah balai pemeriksaan antenatal dan mengusahakan agar


semua wanita hamil memeriksakan diri sejak hamil muda.
2. Mencari pada tiap pemeriksaan tanda-tanda pre eklampsia dan
mengobatinya segera apabila ditemukan.
3. Mengakhiri kehamilan sedapat-dapatnya pada kehamilan 37 minggu ke atas
apabila setelah dirawat tanda-tanda pre eklampsia tidak juga dapat
dihilangkan.

ASUHAN KEPERAWATAN

PRE EKLAMPSIA- EKLAMPSIA

1. Pengkajian
Sumber (http://download-askep.blogspot.com/2010/01/pengkajian-diagnosa-
keperawatan_07.html)
Data yang dikaji pada ibu dengan pre eklampsia adalah :

a. Data subyektif :

 Identitas pasien dan penanggung jawab:Umur biasanya sering terjadi


pada primi gravida , < 20 tahun atau > 35 tahun
 Riwayat kesehatan ibu sekarang : terjadi peningkatan tensi, oedema,
pusing, nyeri epigastrium, mual muntah, penglihatan kabur.
 Riwayat kesehatan ibu sebelumnya : penyakit ginjal, anemia, vaskuler
esensial, hipertensi kronik, DM
 Riwayat kehamilan : riwayat kehamilan ganda, mola hidatidosa,
hidramnion serta riwayat kehamilan dengan pre eklampsia atau
eklampsia sebelumnya
 Pola nutrisi : jenis makanan yang dikonsumsi baik makanan pokok
maupun selingan
 Psiko sosial spiritual : Emosi yang tidak stabil dapat menyebabkan
kecemasan, oleh karenanya perlu kesiapan moril untuk menghadapi
resikonya.

b. Data Obyektif :

 Inspeksi : edema yang tidak hilang dalam kurun waktu 24 jam


 Palpasi : untuk mengetahui TFU, letak janin, lokasi edema
 Auskultasi : mendengarkan DJJ untuk mengetahui adanya fetal
distress
 Perkusi : untuk mengetahui refleks patella sebagai syarat pemberian
SM ( jika refleks + )
 Pemeriksaan penunjang :

1. Tanda vital yang diukur dalam posisi terbaring atau tidur,


diukur 2 kali dengan interval 6 jam
2. Laboratorium : protein urine dengan kateter atau midstream (
biasanya meningkat hingga 0,3 gr/lt atau +1 hingga +2 pada
skala kualitatif ), kadar hematokrit menurun, BJ urine
meningkat, serum kreatini meningkat, uric acid biasanya > 7
mg/100 ml
3. Berat badan : peningkatannya lebih dari 1 kg/minggu
4. Tingkat kesadaran ; penurunan GCS sebagai tanda adanya
kelainan pada otak
5. USG ; untuk mengetahui keadaan janin
6. NST : untuk mengetahui kesejahteraan janin.
2. Diagnosa keperawatan
Sumber (susan MT,dkk.1998 dan Marlyn doengoes,dkk.1999)

a. Perubahan perfusi uteroplasental dan jaringan ginjal b.d hipertensi


pada kehamilan
b. Nyeri akut b.d peningkatan tekanan vaskuler cerebral akibat hipertensi
c. Kelebihan volume cairan b.d peningkatan retensi urine dan edema
berkaitan dengan hipertensi pada kehamilan
d. Gangguan Penglihatan b.d peningkatan tekanan vaskular cerebral
akibat hipertensi
e. Kurang pengetahuan,kondisi dan tindakan b.d kurang terpajan pada
informasi
f. Nyeri epigastrium b.d konrtaksi organ yang tidak terkontrol
g. Resti Kejang pada ibu b.d penurunan fungsi organ
h. Resti terjadi fetal distress pada janin b.d perubahan pada plasenta

3. Intervensi keperawatan
Sumber (susan MT,dkk.1998 dan Marlyn doengoes,dkk.1999)
DP 1 : Perubahan perfusi uteroplasental dan jaringan ginjal b.d hipertensi pada
kehamilan
Tujuan : Perfusi Uteroplasental dan jaringan ginjal baik.
Kriteria hasil:

a. Tingkat kesadaran baik dan tidak berubah


b. Janin tidak menunjukkan tanda-tanda distress
c. Perfusi maksimal
d. Tekanan darah normal
Intervensi Rasional
 Letakkan pasien pada  Memberikan kenyamanan dan
lingkungan yang tenang ketenangan pada pasien
 Pantau TTV  Untuk mengetahui keadaan
 Auskultasi irama jantung janin umum pasien
 Anjurkan tirah baring  Untuk mengetahui
 Anjurkan periksa urine 24 jam perkembangan janin

 Monitor TD tiap 4 jam  Meminimal stimulasi dan


meningkatkan relaksasi
 Untuk menentukan intervensi
lebih lanjut
 Untuk mengetahui keadaan
umum klien

DP 2 : Nyeri akut b.d peningkatan tekanan vaskuler cerebral akibat hipertensi


Tujuan:Nyeri hilang atau berkurang
Kriteria hasil:

a. Nyeri hilang atau terkontrol


b. Ekspresi wajah tenang

Intervensi Rasional
 Kaji skala nyeri klien  Untuk mengetahui tingkat
 Pertahankan tirah baring nyeri yang dialami
selama fase akut  Meminimalkan stimulasi dan
 Anjurkan kompres dingin dan meningkatkan relaksasi
pijat punggung  Menurunkan tekanan
 Bantu pasien dalam aktivitas vaskuler
sesuai kebutuhan  Mengurangi nyeri

DP 3: Kelebihan volume cairan b.d peningkatan retensi urine dan edema berkaitan
dengan hipertensi pada kehamilan
Tujuan :volume cairan normal
Kriteria hasil:

a. Volume cairan sesuai kebutuhan


b. Edema minimal
c. Tanda dan gejala bukan indikasi gagal jantung

Intervensi Rasional
 
Timbang berat badan pasien Untuk menentukan
setiap hari intervensi lebih lanjut
 Pantau intake cairan  Membantu mengidentivikasi
 Periksa protein urine kebutuhan
 
Monitor intake dan output Meminimalkan komplikasi
klien  Agar dapat mengontrol
 Kolaborasi dengan tim medis keseimbangan antara intake
dalam pemberian obat. yang amsuk dan output yang
keluar
 Agar tidak tejadi kesalahan
dalam pemberian obat
DP 4 : Gangguan Penglihatan b.d peningkatan tekanan vaskular cerebral akibat
hipertensi
Tujuan : Penglihatan tidak kabur lagi dan kembali normal
Kriteria hasil :

a. Pasien dapat menunjukkan fungsi penglihatannya baik


b. Dapat menginterpretasikan benda yang dilihat dengan benar
c. Tingkat kekaburan menurun bahkan hilang

Intervensi Rasional
 Kaji tingkat kekaburan Untuk mengetahui batas
penglihatan kekaburan yang dialami pasien
 
Lakukan pengetesan dengan Mengetahui batas
menyuruh pasien untuk kemampuan dan melatih pasien
menginterpretasikan benda di untuk mengenal orang dan benda
sekitar sekitar
 Anjurkan tirah baring  Meminimalkan stimulasi dan
 Kolaborasi dengan dokter meningkatkan relaksasi
dalam pemberian 
zenjelasan Untuk menentukan intervensi
mengenai penyakit selanjutnya

DP 5: Kurang pengetahuan mengenai kondisi dan tindakan b.d kurang terpajan


pada informasi
Tujuan :Pengetahuan pasien bertambah
Kriteria hasil:

a. Pasien mengerti terhadap apa yang disampaikan


b. Mampu menerapkan informasi yang didapat
c. Mentaati pengobatan

Intervensi Rasional
 
Kaji kesiapan pasien dan Meningkatkan minat pasien
hambatan belajar untuk belajar.
 
Jelaskan tentang hipertensi Agar pasien mengerti
dan efeknya pada jantung mengenai penyakit
 Berikan 
pengertian Agar masalah dapat diatasi
pentingnya kerja sama dengan baik
 
Kolaborasi dengan dokter Agar informasi yang
dalam pemberian penjelasan disampaikan dapat lebih lengkap
mengenai penyakit dan jelas

DP 6 : Nyeri epigastrium b.d konrtaksi organ yang tidak terkontrol


Tujuan : skala nyeri berkurang bahkan hilang
Kriteria Hasil :

a. Nyeri hilang atau terkontrol


b. Ekspresi wajah tenang

Intervensi Rasional
 Kaji skala nyeri klien  Untuk mengetahui tingkat
 Pertahankan tirah baring nyeri yang dialami
selama fase akut  Meminimalkan stimulasi dan
 Anjurkan kompres dingin meningkatkan relaksasi
 
Bantu pasien dalam aktivitas Menurunkan tekanan
sesuai kebutuhan vaskuler
 Mengurangi nyeri

DP 7 : Resti Kejang pada ibu b.d penurunan fungsi organ


Tujuan : setelah dilakukan tindakan keperawatan tidak terjadi lagi kejang pada ibu
Kriteria hasil :

a. Kesadaran baik, compos mentis


b. Kejang tidak mengulang
c. TTV; TD : 110-120 mmHg/70-80 mmHg

Suhu : 36-37 °C
Intervensi Rasional
 Kaji adanya 
tanda-tanda Gejala tersebut merupakan
eklampsia manifestasi dari perubahan pada
 Catat tingkat kesadaran otak, ginjal, jantung, paru yang
pasien mendahului status kejang
 
Monitor adanya tanda-tanda Penurunan kesadaran sebagai
dan gejala persalinan atau adanya indikasi penurunan aliran darah
kontraksi uterus otak
 Monitor Tekanan darah tiap 4 Kejang akan meningkatkan
jam kepekaan uterus yang akan
 Kolaborasi dengan tim medis memungkinkan terjadinya
dalam pemberian antihipertensi persalinan
dan SM  Tekanan diastole > 110
mmHg dan sistole > 160 mmHg
merupakan indikasi dari PIH
 Anti hipertensi untuk
menurunkan tekanan darah dan
SM untuk mencegah terjadinya
kejang

DP 8 : Resti terjadi fetal distress pada janin b.d perubahan pada plasenta
Tujuan : setelah dilakukan tindakan keperawatan tidak terjadi fetal distress pada
janin
Kriteria hasil :

a. DJJ (+) : 12-12-12


b. Tidak terjadi distress
c. Hasil USG normal

Intervensi Rasional
 
Kaji respon janin pada ibu Reaksi terapi dapat
yang diberi SM menurunkan pernapasan janin
 Kaji tentang pertumbuhan dan fungsi jantung serta aktivitas
janin janin
 Monitor DJJ sesuai indikasi  Penurunan fungsi plasenta
 Jelaskan adanya tanda-tanda mungkin diakibatkan karena
solutio plasenta hipertensi

 
Kolaborasi dengan medis Peningkatan DJJ sebagai
dalam pemeriksaan USG dan indikasi terjadinya hipoksia,
NST prematur dan solutio plasenta
 Ibu dapat mengetahui tanda
dan gejala solutio plasenta dan
tahu akibat hipoksia bagi janin
 USG dan NST dilakukan
untuk mengetahui keadaan dan
kesehatan janin

4. Implementasi keperawatan
Implementasi keperawatan adalah pelaksanaan dari intervensi keperawatan
dimana awalan kata pada intervensi ditambah dengan kata kerja.misalnya jika pada
intervensi keperawatan kaji TTV maka pada implementasi keperawatan mengkaji
TTV.(Judith M.W.2007)

5. Evaluasi
Evaluasi adalah hasil asuhan keperawatan yang dilakukan (Judith M.W.
2007)

Anda mungkin juga menyukai