Anda di halaman 1dari 34

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Reproduksi adalah suatu kondisi sehat yang menyangkut sistem, fungsi
dan proses reproduksi yang dimiliki para kaum pria dan wanita. Sistem
reproduksi adalah sistem yang berfungsi untuk berkembang biak. Terdiri dari
testis,

ovarium

dan

bagian

alat

kelamin

lainnya.Reproduksi

atau

perkembangbiakan merupakan bagian dari ilmu faal(fisiologi). Reproduksi secara


fisiologis tidak vital bagi kehidupan individual dan meskipun siklus reproduksi
suatu manusia berhenti, manusia tersebut masih dapat bertahan hidup, sebagai
contoh manusia yang dilakukan vasektomi pada organ reproduksinya (testes
atau ovarium) atau mencapai menopause dan andropouse tidak akan mati. Pada
umumnya reproduksi baru dapat berlangsung setelah manusia tersebut
mencapai masa pubertas atau dewasa kelamin, dan hal ini diatur oleh kelenjarkelenjar endokrin dan hormon yang dihasilkan dalam tubuh manusia.
Eklampsia selalu menjadi masalah yang serius, bahkan merupakan salah
satu keadaan paling berbahaya dalam kehamilan. Statistik menunjukkan di
Amerika Serikat kematian akibat eklampsia mempunyai kecenderungan menurun
dalam 40 tahun terakhir, dengan persentase 10 % 15 %. Antara tahun 1991
1997 kira kira 6% dari seluruh kematian ibu di Amerika Serikat adalah akibat
eklampsia, jumlahnya mencapai 207 kematian. Berbagai pengumuman,
diketahui kematian ibu berkisar antara 9,8% - 25,5% sedangkan kematian bayi
lebih tinggi lagi, yakni 42,2%-48,9%.

B. Rumusan Masalah

Rumusan dari masalah ini adalah:


1. Bagaimana konsep dasar penyakit eklampsia ?
2. Bagaimana konsep dasar asuhan keperawatan eklampsia ?

C. Tujuan

Dari rumusan masalah yang telah dikemukakan, adapun tujuan yang kami
kemukakan dalam makalah ini, yakni :

1. Untuk mengetahu konsep dasar penyakit eklampsia


2. Untuk mengetahui konsep dasar asuhan keperawatan eklampsia

D. Manfaat

Adapun manfaat dari penulisan makalah ini adalah sebagai bahan acuan
dan pemahaman konsep dasar penyakit eklampsia dan konsep dasar asuhan
keperawatan eklampsia.

BAB II
PEMBAHASAN

A. KONSEP DASAR PENYAKIT EKLAMPSIA

1. Definisi
Eklampsia adalah keadaan dimana pre-eklampsi berat yang disertai
kejang atau koma. Menjelang kejang biasanya didahului gejala subjektif (Aura)
yaitu nyeri kepala di daerah frontal, nyeri epigastrium, penglihatan kabur
(berkunang-kunang) dan ada keluhan mual dan muntah, pemeriksaan fisik
menunjukan hiper refleksia atau mudah terangsang (Panitia S.A.K. komisi
keperawatan P.K. St.Carolus.2000).
Eklampsia adalah kelainan akut pada wanita hamil, dalam persalinan /
nifas yang ditandai dengan timbulnya kejang dan atau koma. Sebelumnya wanita
tadi menunjukkan gejala-gejala pre-eklamsia. (kejang-kejang timbul bukan akibat
kelainan neurologik).
Eklampsia adalah suatu komplikasi kehamilan yg ditandai dengan peningkatan
TD (S > 180 mmHg,D > 110 mmHg),proteinuria,oedema,kejang dan/atau penurunan
kesadaran.
Eklampsia adalah akut dengan kejang coma pada wanita hamil dan wanita dalam nifas
disertai dengan hipertensi, edema, dan proteinuria.(Obsetri Patologi;UNPAD)
Eklampsia adalah suatu keadaan dimana didiagnosis ketika preeklampsia
memburuk menjadi kejang(helen varney;2007)

Eklampsia adalah Penyakit akut dengan kejang dan coma pada wanita
hamil dan dalam nifas dengan hipertensi, oedema dan proteinuria (Obtetri
Patologi,R. Sulaeman Sastrowinata, 1981 ).
Eklampsia merupakan keadaan langka yang dapat terjadi mendadak
dengan atau tanpa didahului oleh pre-eklampsia. Keadan ini ditandai oleh
3

serangan kejang yang menyerupai kejang pada epilepsi grand mal dengan
pengecualian bahwa pada eklamsia biasanya tidak terdapat gangguan
pengendalian sfingter.Eklamsia paling sering ditemukan selama atau sesaat
sesudah persalinan.

2. Epidemiologi
Eklampsia selalu menjadi masalah yang serius, bahkan merupakan salah
satu keadaan paling berbahaya dalam kehamilan. Statistik menunjukkan di
Amerika Serikat kematian akibat eklampsia mempunyai kecenderungan menurun
dalam 40 tahun terakhir, dengan persentase 10 % 15 %. Antara tahun 1991
1997 kira kira 6% dari seluruh kematian ibu di Amerika Serikat adalah akibat
eklampsia, jumlahnya mencapai 207 kematian. Berbagai pengumuman,
diketahui kematian ibu berkisar antara 9,8% - 25,5% sedangkan kematian bayi
lebih tinggi lagi, yakni 42,2%-48,9%. Sebaliknya, kematian ibu dan bayi di negara
maju lebih kecil. Tingginya kematian ibu dan anak di negara-negara yang kurang
maju disebabkan oleh kurang sempurnanya pengawasan antenatal dan natal;
penderita-penderita eklampsia sering terlambat mendapat pengobatan yang
tepat. Kematian ibu biasanya disebabkan oleh perdarahan otak, dekompenasio
kordis dengan edema paru-paru, payah ginjal, dan masuknya isi lambung ke
dalam jalan pernapasan waktu kejangan.
3. Etiologi

Menurut Manuaba, IBG, 2001 penyebab secara pasti belum diketahui,


tetapi banyak teori yang menerangkan tentang sebab akibat dari penyakit ini,
antara lain:
a. Teori Genetik
Eklampsia merupakan penyakit keturunan dan penyakit yang lebih sering
ditemukan pada anak wanita dari ibu penderita pre eklamsia.

b. Teori Imunologik
Kehamilan sebenarnya merupakan hal yang fisiologis. Janin yang
merupakan benda asing karena ada faktor dari suami secara imunologik
dapat diterima dan ditolak oleh ibu.Adaptasi dapat diterima oleh ibu bila janin
dianggap bukan benda asing,. dan rahim tidak dipengaruhi oleh sistem
imunologi normal sehingga terjadi modifikasi respon imunologi dan terjadilah
adaptasi.Pada eklamsia terjadi penurunan atau kegagalan dalam adaptasi
imunologik yang tidak terlalu kuat sehingga konsepsi tetap berjalan.
c. Teori Iskhemia Regio Utero Placental
Kejadian eklamsia pada kehamilan dimulai dengan iskhemia utero
placenta menimbulkan bahan vaso konstriktor yang bila memakai sirkulasi,
menimbulkan bahan vaso konstriksi ginjal. Keadaan ini mengakibatkan
peningkatan produksi renin angiotensin dan aldosteron.Renin angiotensin
menimbulkan vasokonstriksi general, termasuk oedem pada arteriol.
Perubahan ini menimbulkan kekakuan anteriolar yang meningkatkan
sensitifitas

terhadap

angiotensin

vasokonstriksi

selanjutnya

akan

mengakibatkan hipoksia kapiler dan peningkatan permeabilitas

pada

membran glumerulus sehingga menyebabkan proteinuria dan oedem lebih


jauh.
d. Teori Radikal Bebas
Faktor yang dihasilkan oleh ishkemia placenta adalah radikal bebas.
Radikal bebas merupakan produk sampingan metabolisme oksigen yang
sangat labil, sangat reaktif dan berumur pendek. Ciri radikal bebas ditandai
dengan adanya satu atau dua elektron dan berpasangan. Radikal bebas akan
timbul

bila

ikatan pasangan elektron

rusak.

Sehingga elektron yang

tidak berpasangan akan mencari elektron lain dari atom lain dengan
menimbulkan kerusakan sel.Pada

eklamsia sumber radikal bebas yang

utama adalah placenta, karena placenta dalam pre eklamsia mengalami


iskhemia. Radikal bebas akan bekerja pada asam lemak tak jenuh yang
banyak dijumpai pada membran sel, sehingga radikal bebas merusak sel
Pada eklamsia kadar lemak lebih tinggi daripada kehamilan normal, dan
5

produksi radikal bebas menjadi tidak terkendali karena kadar anti oksidan
juga menurun.
e. Teori Kerusakan Endotel
Fungsi sel endotel adalah melancarkan sirkulasi darah, melindungi
pembuluh darah agar tidak banyak terjadi timbunan trombosit dan
menghindari pengaruh vasokonstriktor.
Kerusakan endotel merupakan kelanjutan dari terbentuknya radikal bebas
yaitu peroksidase lemak atau proses oksidase asam lemak tidak jenuh yang
menghasilkan peroksidase lemak asam jenuh.
Pada eklamsia diduga bahwa sel tubuh yang rusak akibat adanya
peroksidase lemak adalah sel endotel pembuluh darah.Kerusakan endotel ini
sangat spesifik dijumpai pada glumerulus ginjal yaitu berupa glumerulus
endotheliosis . Gambaran

kerusakan endotel pada ginjal yang sekarang

dijadikan diagnosa pasti adanya pre eklamsia.


f. Teori Trombosit
Placenta pada kehamilan normal membentuk derivat prostaglandin dari
asam arakidonik secara seimbang yang aliran darah menuju janin. Ishkemi
regio

utero

placenta

menimbulkan

gangguan

metabolisme

yang

menghasilkan radikal bebas asam lemak tak jenuh dan jenuh. Keadaan
ishkemi regio utero placenta yang terjadi menurunkan pembentukan derivat
prostaglandin (tromboksan dan prostasiklin), tetapi kerusakan trombosit
meningkatkan pengeluaran tromboksan sehingga berbanding 7 : 1 dengan
prostasiklin yang menyebabkan tekanan darah meningkat dan terjadi
kerusakan pembuluh darah karena gangguan sirkulasi.
g. Teori Diet Ibu Hamil
Kebutuhan kalsium ibu hamil 2 - 2 gram per hari. Bila terjadi
kekurangan-kekurangan kalsium, kalsium ibu hamil akan digunakan untuk
memenuhi

kebutuhan

janin,

kekurangan

kalsium

yang

terlalu

lama

menyebabkan dikeluarkannya kalsium otot sehingga menimbulkan sebagai


berikut : dengan dikeluarkannya kalsium dari otot dalam waktu yang lama,
maka

akan

menimbulkan

kelemahan
6

konstruksi

otot

jantung

yang

mengakibatkan menurunnya strike volume sehingga aliran darah menurun.


Apabila kalsium dikeluarkan dari otot pembuluh darah akan menyebabkan
konstriksi sehingga terjadi vasokonstriksi dan meningkatkan tekanan darah.

4. Klasifikasi

Berdasarkan waktu terjadinya, eklampsia dapat dibagi menjadi :


a.

Eklampsia gravidarum
1) Kejadian 50% sampai 60%
2) Serangan terjadi dalam keadaan hamil

b.

Eklampsia parturientum
1) Kejadian sekitar 30% sampai 35%
2) Batasan tegas dengan eklampsia gravidarum sukar ditentukan terutama
saat mulai inpartum
3) Serangan kejang terjadi saat intrapartum

c.

Eklampsia puerperium
1) Kejadian jarang yaitu 10%
2) Terjadi serangan kejang atau koma setelah persalinan berakhir

5. Tanda dan Gejala

Eklampsia terjadi pada kehamilan 20 minggu atau lebih, yaitu: kejang-kejang


atau koma. Kejang dalam eklampsia ada 4 tingkat, meliputi :
a.

Tingkat awal atau aura (invasi)


Berlangsung 30-35 detik, mata terpaku dan terbuka tanpa melihat
(pandangan kosong), kelopak mata dan tangan bergetar, kepala diputar ke
kanan dan ke kiri.

b.

Stadium kejang tonik


Seluruh otot badan menjadi kaku, wajah kaku, tangan menggenggam dan
kaki membengkok kedalm, pernafasan berhenti, muka mulai kelihatan
sianosis, lidah dapat tergigit, berlangsung kira-kira 20-30 detik.

c.

Stadium kejang klonik


Semua otot berkontraksi dan berulang-ulang dalam waktu yang cepat,
mulut terbuka dan menutup, keluar ludah berbusa, dan lidah dapat tergigit.
Mata melotot, muka kelihatan kongesti dan sianosis. Setelah berlangsung 12 menit kejang klonikberhenti dan penderita tidak sadar, menarik

nafas

seperti mendengkur.
d.

Stadium koma
Lamanya ketidaksadaran ini beberapa menit sampai berjam-jam. Kadang
antara kesadaran timbul serangan baru dan akhirnya penderita teteap dalam
keadaan koma ( Muchtar Rustam, 1998: 275).

6. Patofisiologi
Eklampsia dimulai dari iskemia uterus plasenta yang di duga berhubungan
dengan berbagai faktor. Satu diantaranya adalah peningkatan resisitensi intra
mural pada pembuluh miometrium yang berkaitan dengan peninggian tegangan
miometrium yang ditimbulkan oleh janin yang besar pada primipara, anak
kembar atau hidraminion.
Iskemia utero plasenta mengakibatkan timbulnya vasokonstriksor yang bila
memasuki sirkulasi menimbulkan vasokontriksi pada ginjal, keadaan yang
belakangan ini mengakibatkan peningkatan produksi rennin, angiostensin dan
aldosteron. Rennin angiostensin menimbulkan vasokontriksi generalisata dan
semakin memperburuk iskemia uteroplasenta. Aldosteron mengakibatkan retensi
air dan elektrolit dan udema generalisator termasuk udema intima pada arterior.
Pada eklampsia terdapat penurunan plasma dalam sirkulasi dan terjadi
peningkatan hematokrit. Perubahan ini menyebabkan penurunan perfusi ke
8

organ , termasuk ke utero plasental fatal unit. Vasospasme merupakan dasar


dari timbulnya proses eklampsia. Konstriksi vaskuler menyebabkan resistensi
aliran darah dan timbulnya hipertensi arterial. Vasospasme dapat diakibatkan
karena adanya peningkatan sensitifitas dari sirculating pressors. Eklamsi yang
berat dapat mengakibatkan kerusakan organ tubuh yang lain. Gangguan perfusi
plasenta dapat sebagai pemicu timbulnya gangguan pertumbuhan plasenta
sehinga dapat berakibat terjadinya Intra Uterin Growth Retardation.

Peredarah dinding rahim berkurang(ischaemia rahim)

Placenta atau decidua mengeluarkan zat-zat yang menyebabkan spasme (ischaemia


uteroplacenta) dan hipertensi

Eklamsi

Mata terpaku
Kepala dipalingkan ke satu sisi
Kejang-kejang halus terlihat pada muka
(Invasi)

Badan kaku
Kadang episthotonus
(Kontraksi/Kejang Tonis)

Kejang hilang timbul


Rahang membuka dan menutup
Mata membuka dan menutup
Otot-otot badan dan muka berkontraksi dan berelaksasi
Kejang kuat terjadi dan kadang lidah tergigit
Ludah berbuih bercampur darah keluar dari mulut
Mata merah, muka biru
(Konvulsi/KejangClonis)
-Tensi tinggisekitar 180/110 mmHg
-Nadi kuat berisi-keadaan buruk nadi menjadi kecildan cepat
Demam,Pernafasan cepat, sianosisProteinuria dan oedema

Coma
Amnesia retrigrad post koma

10

7. Pathway
Perdarahan dinding rahim berkurang(ischaemia rahim)

Placenta atau decidua mengeluarkan zat-zat yang menyebabkan spasme


(ischaemia uteroplacenta) dan hipertensi
|
Eklampsia

Kejang

Vasokontriksi
ginjal

Penurunan plasma
dalam sirkulasi

Lidah berbuih

Tidak efektifan
bersihan jalan nafas

Peningkatan renin
angiotensin dan
aldesteron

Peningkatan
hematokrit

Penurunan perfusi ke organ


dan ke utero plasenta
Odem

Gangguan pertumbuhan
plasenta

Kelebihan volume
cairan

Risiko cedera
pada janin

11

Resiko tinggi
terjadinya foetal
distres

8. Prognosis
Eklampsia selalu menjadi masalah yang serius, bahkan merupakan salah
satu keadaan paling berbahaya dalam kehamilan. Statistik menunjukkan di
Amerika Serikat kematian akibat eklampsia mempunyai kecenderungan menurun
dalam 40 tahun terakhir, dengan persentase 10 % 15 %. Antara tahun 1991
1997 kira kira 6% dari seluruh kematian ibu di Amerika Serikat adalah akibat
eklampsia, jumlahnya mencapai 207 kematian. Kenyataan ini mengindikasikan
bahwa eklampsia dan pre eklamsia berat harus selalu dianggap sebagai
keadaan yang mengancam jiwa ibu hamil. Eklampsia di Indonesia masih
merupakan penyakit pada kehamilan yang meminta korban besar dari ibu dan
bayi. Dari berbagai pengumuman, diketahui kematian ibu berkisar antara 9,8% 25,5% sedangkan kematian bayi lebih tinggi lagi, yakni 42,2%-48,9%.
Sebaliknya, kematian ibu dan bayi di negara maju lebih kecil. Tingginya kematian
ibu dan anak di negara-negara yang kurang maju disebabkan oleh kurang
sempurnanya pengawasan antenatal dan natal; penderita-penderita eklampsia
sering terlambat mendapat pengobatan yang tepat. Kematian ibu biasanya
disebabkan oleh perdarahan otak, dekompenasio kordis dengan edema paruparu, payah ginja, dan masuknya isi lambung ke dalam jalan pernapasan waktu
kejangan.
Sebab kematian bayi terutama oleh hipoksia intrauterin dan prematuritas.
Berlawanan dengan yang sering diduga, eklampsia tidak menyebabkan
hipertensi menahun. Ditemukan bahwa pada penderita yang mengalami
eklampsia

pada

kehamilan

pertama,

frekuensi

hipertensi

15

tahun

kemudian/lebih, tidak lebih tinggi daripada mereka yang hamil tanpa eklampsia.
-

Koma lama

Nadi diatas 120

Suhu diatas 39c

Tensi diatas 200 mmHg

Lebih dari 10 serangan

Proteinuria 10 gram sehari atau lebih


12

Tidak adanya edema

(Gejala-gejala yang memberatkan Prognosa Oleh Eden)


- Oedema paru dan apopleksi merupakan keadaan yang biasanya mendahului
kematian.
- Jika deuresi lebih dari 800 cc dalam 24 jam atau 200 cc tiap 6 jam maka
prognosa agak membaik.
- Sebaliknya oliguri dan uri merupakan gejala yang buruk.
- Multipara usia diatas 35 keadaan waktu MRS mempengaruhi prognosa lebih
buruk.

9. Komplikasi

Komplikasi yag terberat adalah kematian ibu dan janin. Usaha utama ialah
melahirkan bayi hidup dari ibu yang menderita eklampsia. Komplikasi di bawah
ini biasanya terjadi pada eklampsia :
a. Solusio plasenta
Komplikas ini biasanya terjadi pada ibu yang menderita hipertensi akut
dan lebih sering terjadi pada pre-eklampsia. Di rumah Sakit Dr. Cipto
Mangunkusumo 15,5% solusio plasenta disertai pre-eklampsia.
b. Hipofibrinogenemia
Pada eklampsia, ditemuka 23% hipofibrinogenemia. Maka perlu
dilakukan pemeriksaan kadar fibrinogen secara berkala.
c.

Hemolisis
Penderita dengan eklampsia berat kadang-kadang menunjukkan gejala
klinik hemolisis yang dikenal karea ikterus. Belum diketahui dengan pasti
apakah ini merupakan kerusakan sel-sela hati atau destruksi sel darah
13

merah. Nekrosis periportal hati yang sering ditemukan pada autopsi


penderita eklampsia dapat menerangkan ikterus tersebut.
d. Perdarahan otak
Komplikasi ini merupakan penyebab utama kematian maternal
penderita eklampsia.
e.

Kelainan mata
Kehilangan penglihatan untuk sementara, yang berlangsung sampai
seminggu, dapat terjadi. Perdarahan kadang-kadang terjadi pada retina,
hal ini merupakan tanda gawat akan terjadinya apopleksia serebri.

f.

Edema paru-paru
Zuspan (1978) menemukan hanya satu penderita dari 69 kasus
eklampsia, hal ini disebabkan karena payah jantung.

g.

Nekrosis hati
Nekrosis periportal hati pada eklampsia merupakan akibat vasopasmus
arteriol umum. Kelainan ini diduga khas untuk eklampsia, tapi ternyata
juga ditemukan pada penyakit lain. Kerusakan sel-sel hati juga dapat
diketahui dengan pemeriksaan faal hati, terutama penentuan enzimenzimnyz.

h.

Sindroma HEELP
Yaitu haemolysis, elevated liver enzymes, dan low platelet.

i.

Kegagalan Ginjal
Kelainan ini berupa endoteliosis glomerulus yaitu pembengkakan
sitoplasma sel endotelialtubulus ginjal tanpa kelainan struktur lainnya.
Kelainan lain yang dapat timbul ialah anuria sampai gagal ginjal.

j.

Komplikasi lain
Lidah tergigit, trauma dan fraktura karena jatuh akibat kejang-kejang,
pneumonia aspirasi, dan DIC (dessiminated intravaskuler coogulation)

14

k.

Prematuritas, dismaturitas, dan kematian intra-uterin

10. Penatalaksanaan
Pemeriksaan antenatal yang teratur dan teliti dapat menemukan tandatanda dini pre eklamsia. Perlu diwaspadai pada wanita hamil dengan adanya
faktor-faktor predisposisi. Walaupun timbulnya pre eklamsia tidak dapat dicegah
sepenuhnya,

namun

frekuensinya

dapat

dikurangi

dengan

pemberian

penerangan secukupnya dan pelaksanaan pengawasan yang baik pada wanita


hamil (Prawirohardjo S, 1999). Mencegah kejadian pre eklamsia ringan dan
mencegah pre eklamsia bertambah berat dengan :
a. Diet Makanan
Makan tinggi protein, tinggi karbohidrat, cukup vitamin dan rendah lemak.
Dengan makanan empat sehat lima sempurna dengan tambahan 1 telur per
hari untuk meningkatkan jumlah protein.
b. Cukup Istirahat
Dengan tirah baring 2 x 2 jam per hari miring ke kiri, untuk mengurangi
tekanan darah pada vena cava inferior, meningkatkan aliran darah vena
dengan tujuan meningkatkan peredaran darah menuju jantung dan placenta
sehingga menurunkan iskhemia placenta.
c. Pengawasan antenatal selama hamil dengan menilai adanya pre eklamsia
dan kondisi janin dalam rahim dengan ; pemantauan tinggi fundus uteri,
pemeriksaan janin dalam rahim, denyut jantung janin, dan pemantauan air
ketuban, usulkan untuk melakukan USG.
d. Penderita berobat jalan dengan nasehat : segera datang bila terdapat tandatanda : kaki bertambah berat oedem, gerakan janin terasa kurang, kepala
pusing dan mata makin kabur.

15

11. Pencegahan
Tujuan utama pengobatan eklampsia adalah menghentikan berulangnya
serangan kejang dan mengakhiri kehamilan secepatnya dengan cara yang aman
setelah keadaan ibu mengizinkan.
Pengawasan dan perawatan yang intensif sangat penting bagi penanganan
penderita eklampsia, sehingga ia harus dirawat di rumah sakit. Pada
pengangkutan ke rumah sakit diperlukan obat penenang yang cukup untuk
menghindarkan timbulnya kejangan ; penderita dalam hal ini dapat diberi
diazepam 20mg 1M. Selain itu, penderita harus disertai seseorang yang dapat
mencegah terjadinya trauma apabila terjadi serangan kejangan.
Tujuan pertama pengobatan eklampsia ialah menghentikan kejangan
mengurangi vasospasmus, dan meningkatkan dieresis. Dalam pada itu,
pertolongan yang perlu diberikan jika timbul kejangan ialah mempertahankan
jalan pernapasan bebas, menghindarkan tergigitnya lidah, pemberian oksigen,
dan menjaga agar penderita tidak mengalami trauma. Untuk menjaga jangan
sampai terjadi kejangan lagi yang selanjutnya mempengaruhi gejala-gejala lain,
dapat diberikan beberapa obat, misalnya:
a. Sodium pentotbal sangat berguna untuk menghentikan kejangan dengan
segera

bila

diberikan

secara

intravena.

Akan

tetapi,

obat

ini

mengandung bahaya yang tidak kecil. Mengingat hal ini, obat itu hanya
dapat diberikan di rumah sakit dengan pengawasan yang sempurna dan
tersedianya kemungkinan untuk intubasi dan resustitasi. Dosisi inisial
dapat diberikan sebanyak 0,2 0,3 g dan disuntikkan perlahan-lahan.

b. Sulfas magnesicus yang mengurangi kepekatan saraf pusat pada


hubungan neuromuscular tanpa mempengaruhi bagian lain dari susunan
saraf. Obat ini menyebabkan vasodilatasi, menurunkan tekanan darah,
meningkatkan dieresis, dn menambah aliran darah ke uterus. Dosis
inisial yang diberikan ialah 8g dalam larutan 40% secara intramuscular;
selanjutnya tiap 6 jam 4g, dengan syarat bahwa refleks patella masih
positif, pernapasan 16 atau lebih per menit, dieresis harus melebihi
16

600ml per hari; selain intramuskulus, sulfas magnesikus dapat diberikan


secara intravena; dosis inisial yang diberikan adalah 4g 40% MgSO 4
dalam larutan 10ml intravena secara perlahan-lahan, diikuti 8g IM dan
selalu disediakan kalsium gluakonas 1g dalam 10 ml sebagai antidotum.
c. Lytic cocktail yang terdiri atas petidin 100 mg, klorpromazin 100 mg, dan
prometazin 5o mg dilarutkan dalam glukosa 5% 500 ml dan diberikan
secara infus intravena. Jumlah tetesan disesuaikan dengan keadaan
dan tensi penderita. Maka dari itu, tensi dan nadi diukur tiap 5 menit
dalam waktu setengah jam pertama dan bila keadaan sudah stabil,
pengukuran dapat dijarangkan menurut keadaan penderita.
Sebelum diberiak obat penenang yang cukup, maka penderita eklampsia
harus dihindarkan dari semua rangsang yang dapat menimbulkan kejangan,
seperti keributan, injeksi, atau pemeriksaan dalam.

12. pemeriksaan
Involusi adalah perubahan yang merupakan proses kembalinya alat kandungan
atau uterus dan jalan lahir setelah bayi dilahirkan hingga mencapai keadaan seperti
sebelum hamil.
Proses involusi terjadi karena adanya:
Autolysis yaitu penghancuran jaringan otot-otot uterus yang tumbuh karena
adanya hiperplasi, dan jaringan otot yang membesar menjadi lebih panjang sepuluh kali
dan menjadi lima kali lebih tebal dari sewaktu masa hamil akan susut kembali mencapai
keadaan semula. Penghancuran jaringan tersebut akan diserap oleh darah kemudian
dikeluarkan oleh ginjal yang menyebabkan ibu mengalami beser kencing setelah
melahirkan.
Aktifitas otot-otot yaitu adanya kontrasi dan retraksi dari otot-otot setelah anak
lahir yang diperlukan untuk menjepit pembuluh darah yang pecah karena adanya
pelepasan plasenta dan berguna untuk mengeluarkan isi uterus yang tidak berguna.
Karena kontraksi dan retraksi menyebabkan terganggunya peredaran darah uterus
17

yang mengakibatkan jaringan otot kurang zat yang diperlukan sehingga ukuran jaringan
otot menjadi lebih kecil. Ischemia yaitu kekurangan darah pada uterus yang
menyebabkan atropi pada jaringan otot uterus.
Involusi pada alat kandungan meliputi:
Uterus
Setelah plasenta lahir uterus merupakan alat yang keras, karena kontraksi dan retraksi
otot-ototnya.
Perubahan uterus setelah melahirkan dapat dilihat pada tabel dibawah ini.
Tabel 2.1 Tabel Perubahan Uterus Setelah melahirkan
Diameter
Involusi

TFU

Bekas

Berat

Melekat

Uterus

Setealh

Plasenta

Keadaan
Cervix

Sepusat

1000 gr

12,5

Lembik

Pertengahan

500 gr

7,5 cm

Dapat dilalui

pladsenta
lahir
1 minggu

pusat symphisis
Tak teraba

2 minggu
6 minggu

Sebesar hamil 2
minggu

2 jari
350 gr

5 cm

50 gr

2,5 cm

dimasuki
jari

Normal
8 minggu

Dapat

30 gr

Sumber: Rustam muchtar, 1998

18

Involusi tempat plasenta


Pada permulaan nifas bekas plasenta mengandung banyak pembuluh darah
besar yang tersumbat oleh trombus. Luka bekas implantasi plasenta tidak
meninggalkan

parut

karena

dilepaskan

dari

dasarnya

dengan

pertumbuhan

endometrium baru dibawah permukaan luka. Endometrium ini tumbuh dari pinggir luka
dan juga sisa-sisa kelenjar pada dasar luka. (Sulaiman S, 1983l: 121)
Perubahan pembuluh darah rahim
Dalam kehamilan, uterus mempunyai banyak pembuluh darah yang besar, tetapi
karena setelah persalinan tidak diperlukan lagi peredaran darah yang banyak maka
arteri harus mengecil lagi dalam masa nifas.
Perubahan pada cervix dan vagina
Beberapa hari setelah persalinan ostium eksternum dapat dilalui oleh 2 jari, pada
akhir minggu pertama dapat dilalui oleh 1 jari saja. Karena hiperplasi ini dan karena
karena retraksi dari cervix, robekan cervix jadi sembuh. Vagina yang sangat diregang
waktu persalinan, lambat laun mencapai ukuran yang normal. Pada minggu ke 3 post
partum ruggae mulai nampak kembali.
Rasa sakit yang disebut after pains ( meriang atau mules-mules) disebabkan koktraksi
rahim biasanya berlangsung 3 4 hari pasca persalinan. Perlu diberikan pengertian
pada ibu mengenai hal ini dan bila terlalu mengganggu analgesik.( Cunningham, 430)
Lochia
Lochia adalah cairan yang dikeluarkan dari uterus melalui vagina dalam masa nifas.
Lochia bersifat alkalis, jumlahnya lebih banyak dari darah menstruasi. Lochia ini berbau
anyir dalam keadaan normal, tetapi tidak busuk.
Pengeluaran lochia dapat dibagi berdasarkan jumlah dan warnanya yaitu lokia rubra
berwarna merah dan hitam terdiri dari sel desidua, verniks kaseosa, rambut lanugo,
sisa mekonium, sisa darah dan keluar mulai hari pertama sampai hari ketiga.

19

Lochia sanginolenta berwarna putih bercampur merah , mulai hari ketiga sampai hari
ketujuh.
Lochia serosa berwarna kekuningan dari hari ketujuh sampai hari keempat belas.
Lochia alba berwarna putih setelah hari keempat belas.(Manuaba, 1998: 193)
Dinding perut dan peritonium
Setelah persalinan dinding perut longgar karena diregang begitu lama, biasanya akan
pulih dalam 6 minggu. Ligamen fascia dan diafragma pelvis yang meregang pada waktu
partus setelah bayi lahir berangsur angsur mengecil dan pulih kembali.Tidak jarang
uterus jatuh ke belakang menjadi retrofleksi karena ligamentum rotundum jadi kendor.
Untuk memulihkan kembali sebaiknya dengan latihan-latihan pasca persalinan.(
Rustam M, 1998: 130)
Sistim Kardiovasculer
Selama kehamilan secara normal volume darah untuk mengakomodasi penambahan
aliran darah yang diperlukan oleh placenta dan pembuluh darah uterus. Penurunan dari
estrogen mengakibatkan diuresis yang menyebabkan volume plasma menurun secara
cepat pada kondisi normal. Keadaan ini terjadi pada 24 sampai 48 jam pertama setelah
kelahiran. Selama ini klien mengalami sering kencing. Penurunan progesteron
membantu mengurangi retensi cairan sehubungan dengan penambahan vaskularisasi
jaringan selama kehamilan. ( V Ruth B, 1996: 230)
Ginjal
Aktifitas ginjal bertambah pada masa nifas karena reduksi dari volume darah dan
ekskresi produk sampah dari autolysis. Puncak dari aktifitas ini terjadi pada hari
pertama post partum.( V Ruth B, 1996: 230)

20

Sistim Hormonal
Oxytoxin
Oxytoxin disekresi oleh kelenjar hipofise posterior dan bereaksi pada otot uterus dan
jaringan payudara. Selama kala tiga persalinan aksi oxytoxin menyebabkan pelepasan
plasenta. Setelah itu oxytoxin beraksi untuk kestabilan kontraksi uterus, memperkecil
bekas tempat perlekatan plasenta dan mencegah perdarahan. Pada wanita yang
memilih untuk menyusui bayinya, isapan bayi menstimulasi ekskresi oxytoxin diamna
keadaan ini membantu kelanjutan involusi uterus dan pengeluaran susu. Setelah
placenta lahir, sirkulasi HCG, estrogen, progesteron dan hormon laktogen placenta
menurun cepat, keadaan ini menyebabkan perubahan fisiologis pada ibu nifas.
Prolaktin
Penurunan estrogen menyebabkan prolaktin yang disekresi oleh glandula

hipofise

anterior bereaksi pada alveolus payudara dan merangsang produksi susu. Pada wanita
yang menyusui kadar prolaktin terus tinggi dan pengeluaran FSH di ovarium ditekan.
Pada wanita yang tidak menyusui kadar prolaktin turun pada hari ke 14 sampai 21 post
partum dan penurunan ini mengakibatkan FSH disekresi kelenjar hipofise anterior
untuk bereaksi pada ovarium yang menyebabkan pengeluaran estrogen dan
progesteron dalam kadar normal, perkembangan normal folikel de graaf, ovulasi dan
menstruasi.( V Ruth B, 1996: 231)
Laktasi
Laktasi dapat diartikan dengan pembentukan dan pengeluaran air susu ibu. Air susu ibu
ini merupakan makanan pokok , makanan yang terbaik dan bersifat alamiah bagi bayi
yang disediakan oleh ibu yamg baru saja melahirkan bayi akan tersedia makanan bagi
bayinya dan ibunya sendiri.
Selama kehamilan hormon estrogen dan progestron merangsang pertumbuhan kelenjar
susu sedangkan progesteron merangsang pertumbuhan saluran kelenjar , kedua
hormon ini mengerem LTH. Setelah plasenta lahir maka LTH dengan bebas dapat
merangsang laktasi.
21

Lobus prosterior hypofise mengeluarkan oxtoxin yang merangsang pengeluaran air


susu. Pengeluaran air susu adalah reflek yang ditimbulkan oleh rangsangan
penghisapan puting susu oleh bayi. Rangsang ini

menuju ke hypofise dan

menghasilkan oxtocin yang menyebabkan buah dada mengeluarkan air susunya.


Pada hari ke 3 postpartum, buah dada menjadi besar, keras dan nyeri. Ini menandai
permulaan sekresi air susu, dan kalau areola mammae dipijat, keluarlah cairan puting
dari puting susu.
Air susu ibu kurang lebih mengandung Protein 1-2 %, lemak 3-5 %, gula 6,5-8 %,
garam 0,1 0,2 %.
Hal yang mempengaruhi susunan air susu adalah diit, gerak badan. Benyaknya air susu
sangat tergantung pada banyaknya cairan serta makanan yang dikonsumsi ibu.
(Obstetri Fisiologi UNPAD, 1983: 318 )
Tanda-tanda vital
Perubahan tanda-tanda vital pada massa nifas meliputi:
Tabel 2.2 Tabel perubahan Tanda-tanda Vital
Parameter

Penemuan normal

Tanda-tanda

Tekanan darah < 140 / 90 Tekanan darah > 140 / 90

vital

mmHg, mungkin bisa naik mmHg


dari

tingkat

Penemuan abnormal

disaat

persalinan 1 3 hari post


partum.
Suhu > 380 C

Suhu tubuh < 38 0 C

Denyut nadi: 60-100 X / Denyut nadi: > 100 X /


menit

menit

22

2. Perubahan Psikologi
Perubahan psikologi masa nifas menurut Reva- Rubin terbagi menjadi dalam 3 tahap
yaitu:
Periode Taking In
Periode ini terjadi setelah 1-2 hari dari persalinan.Dalam masa ini terjadi interaksi dan
kontak yang lama antara ayah, ibu dan bayi. Hal ini dapat dikatakan sebagai psikis
honey moon yang tidak memerlukan hal-hal yang romantis, masing-masing saling
memperhatikan bayinya dan menciptakan hubungan yang baru.
Periode Taking Hold
Berlangsung pada hari ke 3 sampai ke- 4 post partum. Ibu berusaha bertanggung
jawab terhadap bayinya dengan berusaha untuk menguasai ketrampilan perawatan
bayi. Pada periode ini ibu berkosentrasi pada pengontrolan fungsi tubuhnya, misalnya
buang air kecil atau buang air besar.
Periode Letting Go
Terjadi setelah ibu pulang ke rumah. Pada masa ini ibu mengambil tanggung jawab
terhadap bayi.( Persis Mary H, 1995)
Sedangkan stres emosional pada ibu nifas kadang-kadang dikarenakan kekecewaan
yang berkaitan dengan mudah tersinggung dan terluka sehingga nafsu makan dan pola
tidur terganggu. Manifestasi ini disebut dengan post partum blues dimana terjadi pada
hari ke 3-5 post partum.( Ibrahim C S, 1993: 50)
Perawatan Masa Nifas
Setelah melahirkan, ibu membutuhkan
kondisinya

perawatan yang intensif untuk pemulihan

setelah proses persalinan yang melelahkan. Dimana perawatan post

partum meliputi:

23

1. Mobilisasi Dini
Karena lelah sehabis melahirkan , ibu harus istirahat tidur telentang selama 8 jam
pasca persalinan. Kemudian boleh miring kekanan kekiri untuk mencegah terjadinya
trombosis dan trombo emboli. Pada hari kedua diperbolehkan duduk, hari ketiga jalanjalan dan hari keempat atau kelima sudah diperbolehkan pulang. Mobilisasi diatas
memiliki variasi tergantung pada komplikasi persalinan, nifas dan sembuhnya luka-luka.
Keuntungan dari mobilisasi dini adalah melancarkan pengeluaran lochia, mengurangi
infeksi purperium, mempercepat involusi alat kandungan, melancarkan fungsi alat
gastrointestinal dan alat perkemihan, meningkatkan kelancaran peredaran darah
sehingga mempercepat fungsi ASI dan pengeluaran sisa metabolisme.( Manuaba,
1998: 193)
2. Rawat Gabung
Perawatan ibu dan bayi dalan satu ruangan bersama-sama sehingga ibulebih banyak
memperhatikan bayinya, segera dapat memberikan ASI sehingga kelancaran
pengeluaran ASI lebih terjamin.( Manuaba, 1998: 193)
3. Pemeriksaan Umum
Pada ibu nifas pemeriksaan umum yang perlu dilakukan antara lain adalah kesadaran
penderita, keluhan yang terjadi setelah persalinan.
4. Pemeriksaan Khusus
Pemeriksaan khusus pada ibu nifas meliputi:
Fisik : tekanan darah, nadi dan suhu
Fundus uteri : tinggi fundus uteri, kontraksi uterus.
Payudara : puting susu, pembengkakan, pengeluaran ASI
Patrun lochia : Locia rubra, lochia sanginolenta, lochia serosa, lochia alba

24

Luka jahitan episiotomi

: Apakah baik atau terbuka, apakah ada tanda-tanda infeksi.

( Manuaba, 1998: 193)


5. Nasehat Yang Perlu diberikan saat pulang adalah:
Diit
Masalah diit perlu diperhatikan karena dapat berpengaruh pada pemulihan kesehatan
ibu dan pengeluaran ASI. Makanan harus mengandung gizi seimbang yaitu cukup
kalori, protein, cairan, sayuran dan buah-buahan.
Pakaian
Pakaian agak longgar terutama didaerah dada sehingga payudara tidak tertekan.
Daerah perut tidak perlu diikat terlalu kencang karena tidak akan mempengaruhi
involusi. Pakaian dalam sebaiknya yang menyerap, sehingga lochia tidak menimbulkan
iritasi pada daerah sekitarnya. Kasa pembalut sebaiknya dibuang setiap saat terasa
penuh dengan lochia,saat buang air kecil ataupun setiap buang air besar.
Perawatan vulva
Pada tiap klien masa nifas dilakukan perawatan vulva dengan tujuan untuk mencegah
terjadinya inveksi di daerah vulva, perineum maupun didalam uterus. Perawatan vulva
dilakukan pada pagi dan sore hari sebelum mandi, sesudah buang air kemih atau
buang air besar dan bila klien merasa tidak nyaman karena lochia berbau atau ada
keluhan rasa nyeri. Cara perawatan vulva adalah cuci tangan sebelum dan sesudah
melakukan perawatan luka, setelah BAK cebok ke arah depan dan setelah BAB cebok
kearah belakang, ganti pembalut stiap kali basah atau setelah BAB atau BAK , setiap
kali cebok memakai sabun dan luka bisa diberi betadin.
Miksi
Kencing secara spontan sudah harus dapat dilakukan dalam 8 jam post partum.
Kadang kadang wanita sulit kencing, karena spincter uretra mengalami tekanan oleh
kepala janin dan spasme oleh iritasi musculus spincter ani selama persalinan. Bila

25

kandung kemih penuh dan wanita sulit kencing sebaiknya dilakukan kateterisasi.
(Persis H, 1995: 288)
Defekasi
Buang air besar harus terjadi pada 2-3 hari post partum. Bila belum terjadi dapat
mengakibatkan obstipasi maka dapat diberikan obat laksans per oral atau perektal atau
bila belum berhasil lakukan klisma.( Persis H,1995: 288)
Perawatan Payudara
Perawatan payudara telah mulai sejak wanita hamil supaya puting susu lemas, tidak
keras dan kering, sebagai persiapan untuk menyusui bayinya. Dianjurkan sekali supaya
ibu mau menyusui bayinya karena sangat berguna untuk kesehatan bayi.Dan segera
setelah lahir ibu sebaiknya menyusui bayinya karena dapat membantu proses involusi
serta colostrum mengandung zat antibody yang berguna untuk kekebalan tubuh bayi.(
Mac. Donald, 1991: 430)
Kembalinya Datang Bulan atau Menstruasi
Dengan memberi ASI kembalinya menstruasi sulit diperhitungkan dan bersifat indifidu.
Sebagian besar kembalinya menstruasi setelah 4-6 bulan.
Cuti Hamil dan Bersalin
Bagi wanita pekerja menurut undang-undang berhak mengambil cuti hamil dan bersalin
selama 3 bulan yaitu 1 bulan sebelum bersalin dan 2 bulan setelah melahirkan.
Mempersiapkan untuk Metode KB
Pemeriksaan post partum merupakan waktu yang tepat untuk membicarakan metode
KB untuk menjarangkan atau menghentikan kehamilan. Oleh karena itu penggunaan
metode KB dibutuhkan sebelum haid pertama kembali untuk mencegah kehamilan
baru. Pada umumnya metode KB dapat dimulai 2 minggu setelah melahirkan.(Bari
Abdul,2000:129)

26

B. KONSEP DASAR ASUHAN KEPERAWATAN


1. Pengkajian

Data yang dikaji pada ibu bersalin dengan eklampsia adalah :


a. Data subyektif :
-

Umur biasanya sering terjadi pada primi gravida , < 20 tahun atau > 35
tahun

Riwayat kesehatan ibu sekarang : terjadi peningkatan tensi, oedema,


pusing, nyeri epigastrium, mual muntah, penglihatan kabur

Riwayat kesehatan ibu sebelumnya : penyakit ginjal, anemia, vaskuler


esensial, hipertensi kronik, DM

Riwayat kehamilan : riwayat kehamilan ganda, mola hidatidosa,


hidramnion serta riwayat kehamilan dengan eklamsia sebelumnya

Pola nutrisi : jenis makanan yang dikonsumsi baik makanan pokok


maupun selingan

Psiko sosial spiritual : Emosi yang tidak stabil dapat menyebabkan


kecemasan, oleh karenanya perlu kesiapan moril untuk menghadapi
resikonya

b. Data Obyektif :
-

Inspeksi : edema yang tidak hilang dalam kurun waktu 24 jam

Palpasi : untuk mengetahui TFU, letak janin, lokasi edema

Auskultasi : mendengarkan DJJ untuk mengetahui adanya fetal distress

Perkusi : untuk mengetahui refleks patella sebagai syarat pemberian SM (


jika refleks + )

Pemeriksaan penunjang ;

Tanda vital yang diukur dalam posisi terbaring atau tidur, diukur 2 kali
dengan interval 6 jam

Laboratorium : protein uri dengan kateter atau midstream ( biasanya


meningkat hingga 0,3 gr/lt atau +1 hingga +2 pada skala kualitatif ),
27

kadar hematokrit menurun, BJ urine meningkat, serum kreatini


meningkat, uric acid biasanya > 7 mg/100 ml

Berat badan : peningkatannya lebih dari 1 kg/minggu

Tingkat kesadaran ; penurunan GCS sebagai tanda adanya kelainan


pada otak

USG ; untuk mengetahui keadaan janin

NST : untuk mengetahui kesejahteraan janin

2. Diagnosa Keperawatan
a. kebersihan jalan nafas tidak efektifnya berhubungan dengan peningkatan
produksi saliva berlebih saat kejang
b. Resiko tinggi terjadinya foetal distress pada janin berhubungan dengan
perubahan pada plasenta
c. Risiko cedera pada janin berhubungan dengan tidak adekuatnya perfusi
darah ke placenta
d. Gangguan psikologis ( cemas ) berhubungan dengan koping yang tidak
efektif terhadap proses persalinan

3. Rencana Keperawatan
a. Diagnosa keperawatan 1
b. Bersihan jalan nafas tidak efektifnya berhubungan dengan peningkatan
produksi saliva berlebih saat kejang

Tujuan :
Setelah dilakukan tindakan keperawatan diharapkan bersihan jalan nafas
maksimal.
Kriteria Hasil :
Pasien akan mempertahankan pola pernafasan efektif dengan jalan
nafas paten
Intervensi:

28

1. Anjurkan pasien untuk mengosongkan mulut dari benda atau zat


tertentu atau alat yang lain untu menghindari rahang mengatup jika
kejang terjadi.
R/ menurunkan risiko aspirasi atau masuknya sesuatu benda asing ke
faring.
2. Letakkan pasien pada posisi miring, permukaan datar, miringkan kepala
selama serangan kejang.
R/ meningkatkan aliran secret, mencegah lidah jatuh dan menyumbat
jalan nafas
3. Tanggalkan pakaian pada daerah leher atau dada dan abdomen.
R/ untuk memfasilitasi usaha bernafas atau ekspansi dada
4. Lakukan penghisapan sesuai indikasi
R/ menurunkan risiko aspirasi atau aspiksia
5. Berikan tambahan oksigen atau ventilasi manual sesuai kebutuhan.
R/ dapat menurunkan hipoksia cerebral.

b. Diagnosa keperawatan 2
Resiko tinggi terjadinya foetal distress pada janin berhubungan dengan perubahan
pada plasenta
Tujuan :
Setelah dilakukan tindakan perawatan selama 3 x 24 jam tidak terjadi foetal distress
pada janin
Kriteria Hasil :

DJJ ( + ) : 12-12-12

Hasil NST : Normal

Hasil USG : Normal

Intervensi :
1. Monitor DJJ sesuai indikasi
R/. Peningkatan DJJ sebagai indikasi terjadinya hipoxia, prematur dan solusio
plasenta
29

2. Kaji tentang pertumbuhan janin


R/. Penurunan fungsi plasenta mungkin diakibatkan karena hipertensi sehingga
timbul IUGR
3. Jelaskan adanya tanda-tanda solutio plasenta ( nyeri perut, perdarahan, rahim
tegang, aktifitas janin turun )
R/. Ibu dapat mengetahui tanda dan gejala solutio plasenta dan tahu akibat
hipoxia bagi janin
4. Kaji respon janin pada ibu yang diberi SM
R/. Reaksi terapi dapat menurunkan pernafasan janin dan fungsi jantung serta
aktifitas janin
5. Kolaborasi dengan medis dalam pemeriksaan USG dan NST
R/. USG dan NST untuk mengetahui keadaan/kesejahteraan janin

c. Diagnosa keperawatan 3 :
Risiko cedera pada janin berhubungan dengan tidak adekuatnya perfusi
darah ke placenta, hipoksia jaringan
Tujuan : Setelah dilakukan tindakan perawatan selama x.. diharapkan agar
cedera tidak terjadi pada janin
Kriteria Hasil :
Tidak terjadinya cedera pada janin

Intervensi :
1.

Istirahatkan ibu
R/ dengan mengistirahatkan ibu diharapkan metabolism tubuh menurun
dan peredaran darah ke placenta menjadi adekuat, sehingga kebutuhan
O2 untuk janin dapat dipenuhi

2.

Anjurkan ibu agar tidur miring ke kiri


R/ dengan tidur miring ke kiri diharapkan vena cava dibagian kanan tidak
tertekan oleh uterus yang membesar sehingga aliran darah ke placenta
menjadi lancer.

30

3.

Pantau tekanan darah ibu


R/ untuk mengetahui keadaan aliran darah ke placenta seperti tekanan
darah tinggi, aliran darah ke placenta berkurang, sehingga suplai oksigen
ke janin berkurang.

4.

Memantau bunyi jantung ibu


R/ dapat mengetahui keadaan jantung janin lemah atau menurukan
menandakan

suplai

O2

ke

placenta

berkurang

sehingga

dapat

direncanakan tindakan selanjutnya.


5.

Beri obat hipertensi setelah kolaborasi dengan dokter


R/ dapat menurunkan tonus arteri dan menyebabkan penurunan after load
jantung dengn vasodilatasi pembuluh darah, sehingga tekanan darah
turun. Dengan menurunnya tekanan darah, maka aliran darah ke placenta
menjadi adekuat.

d. Diagnosa keperawatan 4
Cemas berhubungan dengan sters terhadap proses persalinan
Tujuan :
Setelah dilakukan tindakan perawatan kecemasan ibu berkurang atau hilang
Kriteria Hasil :

Ibu tampak tenang

Ibu kooperatif terhadap tindakan perawatan

Ibu dapat menerima kondisi yang dialami sekarang

Intervensi :
1. Kaji tingkat kecemasan ibu
R/. Tingkat kecemasan ringan dan sedang bisa ditoleransi dengan pemberian
pengertian sedangkan yang berat diperlukan tindakan medikamentosa
2. Jelaskan mekanisme proses persalinan

31

R/. Pengetahuan terhadap proses persalinan diharapkan dapat mengurangi


emosional ibu yang maladaptif
3. Gali dan tingkatkan mekanisme koping ibu yang efektif
R/. Kecemasan akan dapat teratasi jika mekanisme koping yang dimiliki ibu
efektif
4. Beri support system pada ibu
R/. ibu dapat mempunyai motivasi untuk menghadapi keadaan yang sekarang
secara lapang dada asehingga dapat membawa ketenangan hati

4. Implementasi

Implementasi disesuaikan dengan intervensi

5. Evaluasi

a. Dx 1: Pasien akan mempertahankan pola pernafasan efektif dengan jalan


nafas paten atau aspirasi dicegah
b. Dx 2 :
DJJ ( + ) : 12-12-12
Hasil NST : Normal
Hasil USG : Normal
c. Dx 3 : agar cedera tidak terjadi pada janin
d. Dx 4 :
Ibu tampak tenang
Ibu kooperatif terhadap tindakan perawatan
Ibu dapat menerima kondisi yang dialami sekaran
32

BAB III
PENUTUP

A.

Kesimpulan
Eklampsia adalah suatu komplikasi kehamilan yg ditandai dengan peningkatan
TD (S > 180 mmHg,D > 110 mmHg),proteinuria,oedema,kejang dan/atau penurunan
kesadaran.
Eklampsia adalah akut dengan kejang coma pada wanita hamil dan wanita dalam nifas
disertai dengan hipertensi, edema, dan proteinuria.(Obsetri Patologi;UNPAD)
Eklampsia adalah suatu keadaan dimana didiagnosis ketika preeklampsia
memburuk menjadi kejang(helen varney;2007)

Eklampsia adalah Penyakit akut dengan kejang dan coma pada wanita
hamil dan dalam nifas dengan hipertensi, oedema dan proteinuria (Obtetri
Patologi,R. Sulaeman Sastrowinata, 1981 ).

B.

Saran
Kita sebagai mahasiswa keperawatan hendaknya memahami tentang
konsep dasar penyakit eklampsia yang bertujuan untuk mengetahui pencegahan
dan penatalaksanaan agar nantinya kita mampu menerapkan konsep asuhan
keperawatan eklampsia untuk menurunkan angkah kematian ibu dan bayi.

33

DAFTAR PUSTAKA

Farrer Helen.1999. Perawatan Maternitas. Jakarta : EGC


Ida Bagus Gede Manuaba. 1998. Ilmu Kebidanan, Penyakit Kandungan &
Keluarga Berencana. Jakarta : EGC
Komisi Keperawatan P.K St. Carolus.2000. Standar Asuhan Keperawatan
Pasien Maternitas. Jakarta
Mitayani . 2009. Asuhan Keperawatan Maternitas. Jakarta : Salemba
Medika
Marilynn E. Doenges, Mary Frances Moorhouse. 2001. Rencana
Perawatan Maternal/Bayi. Edisi 2. Jakarta : EGC
NANDA. Panduan Diagnosa Keperawatan Definisi dan Klasifikasi 20052006.Jakarta : Prima Medika

34

Anda mungkin juga menyukai