BAB I PENDAHULAN
1.1 Latar Belakang
1.2 Rumusan Masalah
1.3 Tujuan
1.4 Manfaat
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Definisi
2.2 Etiologi
2.3 Tanda dan Gejala
2.4 Klasifikasi
2.5 Patofisiologi
2.6 Pathway
2.7 Pengobatan
2.8 Pemeriksaan penunjang
2.9 Komplikasi
BAB III KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN
3.1 Pengkajian
3.2 Diagnosa
3.3 Intervensi
3.4 Implementasi
3.5 Evaluasi
BAB IV PENUTUP
4.1 Kesimpulan
4.2 Saran
Daftar Pustaka
BAB I
PENDAHULUAN
Eklamsia merupakan kondisi jarang terjadi, namun harus segera ditangani apabila muncul
karena dapat membahayakan nyawa sang ibu dan bayi yang dikandungnyanya. Eklamsia bisa
terjadi pada saat ibu hamil mengalami hipertensi berat atau preeklamsia, di mana sudah muncul
kejang-kejang. Kejang dapat diikuti dengan penurunan kesadaran atau tatapan yang kosong.
Di seluruh dunia, insiden atau kejadian preeklampsia berkisar antara 2% dan 10% dari
kehamilan. Insiden dari preeklampsia awal bervariasi di seluruh dunia. WHO (World Health
Organization) mengestimasi insiden preeklampsia hingga tujuh kali lebih tinggi di negara-negara
berkembang (2,8% dari kelahiran hidup) dibandingkan dengan negara maju (0,4%) (Osungbade
dan Ige, 2011).
TINJAUAN PUSTAKA
1) Sakit kepala
2) Meningkatnya respon reflek fisiologis yang dapat dilihat dari lutut dan lengan
3) Edema generalisata atau pembengkakkan seluruh tubuh
4) Gangguan penglihatan
5) Nyeri ulu hati
6) Sesak nafas
7) Gelisah
8) Proteinuria, protein terdeteksi dalam pemeriksaan urine
2.4 Klasifikasi Eklampsia
a. Eklampsia gravidarum
kejadian 150 % sampai 60 %
serangan terjadi dalam keadaan hamil
b. Eklampsia parturientum
Kejadian sekitar 30 % sampai 35 %
Saat sedang inpartu
Batas dengan eklampsia gravidarum sukar ditentukan terutama saat mulai inpartu.
c. Eklampsia puerperium
Kejadian jarang
Terjadinya serangan kejang atau koma setelah persalinan berakhir.
2.5 Patofisiologis
Eklampsia dimulai dari iskemia uterus plasenta yang di duga berhubungan dengan berbagai
faktor. Satu diantaranya adalah peningkatan resisitensi intra mural pada pembuluh
miometrium yang berkaitan dengan peninggian tegangan miometrium yang ditimbulkan oleh
janin yang besar pada primipara, anak kembar atau hidraminion.
Untuk mengobati kejang-kejang yang terjadi selama eklamsia pada ibu hamil, dokter
kemungkinan akan memberikan obat seperti:
Setelah kejang-kejang pada ibu hamil dapat diredakan, dokter dapat mempersiapkan
persalinan bayi agar preeklamsia dan eklamsia dapat dihentikan, terutama jika janin sudah
berusia cukup untuk dilakukan persalinan. Persalinan dapat dilakukan melalui
operasi caesar ataupun persalinan normal melalui vagina. Persalinan melalui vagina, dapat
dilakukan terutama pada ibu hamil yang sudah mendekati tanggal perkiraan persalinan.
Untuk membantu persalinan vaginal, dapat diberikan oksitosin yang berfungsi untuk
menginduksi persalinan dengan merangsang kontraksi otot rahim. Jika eklamsia terjadi pada
ibu hamil dengan usia kehamilan kurang dari 34 minggu, dianjurkan untuk dilakukan
persalinan caesar. Persalinan caesar juga harus segera dilakukan jika sudah ada tanda-tanda
gawat janin pada eklamsia. Untuk membantu perkembangan paru-paru janin, dapat diberikan
obat-obatan jenis steroid seperti kortikosteroid.
2.8 Pemeriksaan Penunjang
1) Pemeriksaan darah. Preeklamsia dan eklamsia sangat terkait dengan tekanan darah pada
wanita hamil. Oleh karena itu penting untuk melakukan pemeriksaandarah pada wanita
hamil agar dapat mendiagnosisadanyapreeklamsia dan eklamsia dengan
tepat.Pemeriksaan darah ini mencakup:
2) Penghitungan sel darah lengkap (complete blood cell count). Analisis sel darah
lengkap dapat menunjukkan apakah seseorang menderita preeklamsia atau gangguan lain,
seperti trombositopenia, anemia hemolitik mikroangiopatik, atau sindrom HELLP
(gangguan pada organ hati yang merupakan salah satu bentuk preeklamsia berat).
Penghitungan sel darah lengkap juga dapat digunakan untuk melihat kadar bilirubin dan
serum haptoglobin dalam darah.
3) Analisis hematokrit. Metode ini dilakukan untuk menghitung jumlah sel darah merah
per volume darah, yang berperan dalam mengangkut oksigen agar asupan oksigen bagi
ibu hamil dan janinnya tetap dipastikan terjaga.
4) Tes fungsi ginjal. Untuk memastikan apakah seorang wanita hamil mengalami
komplikasi dari preeklamsia dan eklamsia yang merusak ginjal, dapat dilakukan tes
fungsi ginjal sebagai berikut:
5) Tes serum kreatinin. Kreatinin merupakan zat buangan dari otot yang dialirkan melalui
darah dan dibuang melalui ginjal. Akan tetapi, jika ginjal mengalami kerusakan akibat
preeklamsia dan eklamsia, kadar kreatinin akan bertambah dalam darah akibat
penyaringan kreatinin tidak berlangsung dengan baik.
6) Tes urine. Keberadaan protein dalam urine (proteinuria) merupakan salah satu tanda
penting terjadinya preeklamsia dan eklamsia pada ibu hamil. Kadar protein dalam urine
yang umumnya terdapat dalam urine ibu hamil dengan preeklamsia adalah diatas 1 g/L.
Selain itu, kadar asam urat juga bisa mengalami peningkatan.
7) Ultrasonografi (USG). Pemeriksaan USG yang dilakukan pada ibu hamil yang
mengalami preeklamsia dan eklamsia berfungsi untuk memastikan kondisi janin dalam
keadaan baik. Melalui pemeriksaan USG, kondisi janin dapat dinilai melalui pengecekan
detak jantung serta pertumbuhan janin. Metode pemindaian lain yang dapat dilakukan
selain USG adalah MRI dan CT scan, terutama untuk memastikan tidak adanya gangguan
selain preeklamsia dan eklamsia.
2.9 Komplikasi eklampsia
Beberapa komplikasi dari eklampsia yang dapat terjadi atau masih dapat terjadi
setelah melahirkan :
Kerusakan otak bagian oksipital akibat kejang yang dapat menyebabkan
kebutaan
Perdarahan intrakranial akibat kejang berulang
Gagal ginjal akut
Sindrom HELLP
Disseminated intravascular coagulation (DIC), kondisi di mana terjadi
penggumpalan darah didalam seluruh pembuluh darah bersamaan dengan
perdarahan.
BAB III
KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN
3.1 Pengkajian
1) Identitas meliputi nama pasien, jenis kelamin, agama, tanggal lahir, alamat dll
2) Riwayat kesehatan ibu sekarang : terjadi peningkatan tensi, oedema, pusing, nyeri
epigastrium, mual muntah, penglihatan kabur
3) Riwayat kesehatan ibu sebelumnya : penyakit ginjal, anemia, vaskuler esensial, hipertensi
kronik, DM
4) Riwayat kehamilan : riwayat kehamilan ganda, mola hidatidosa, hidramnion serta riwayat
kehamilan dengan eklamsia sebelumnya
5) pengkajian pola fungsi
- Pola nutrisi : jenis makanan yang dikonsumsi baik makanan pokok maupun selingan
- Psiko sosial spiritual : Emosi yang tidak stabil dapat menyebabkan kecemasan, oleh
karenanya perlu kesiapan moril untuk menghadapi resikonya.
6) Pemeriksaan fisik berfokus pada Perut
- Inspeksi : edema yang tidak hilang dalam kurun waktu 24 jam
- Auskultasi : mendengarkan DJJ (denyut jantung janin) untuk mengetahui adanya fetal
distress
- Palpasi : untuk mengetahui TFU (tinggi fundus uteri), letak janin, lokasi edema
- Perkusi : untuk mengetahui refleks patella sebagai syarat pemberian SM (jika refleks +)
7) Pemeriksaan penunjang
Laboratorium : protein uri dengan kateter atau midstream (biasanya meningkat hingga 0,3
gr/lt atau +1 hingga +2 pada skala kualitatif), kadar hematokrit menurun, berat jenis urine
meningkat, serum kreatini meningkat, uric acid biasanya > 7 mg/100 ml.
3.2 Diagnosa Keperawatan
3.3 Intervensi Keperawatan
3.4 Implementasi Keperawatan
Implementasi merupakan pelaksanaan rencana keperawatan oleh perawat terhadap pasien.
ada beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam pelaksanaan rencana keperawatan diantaranya :
intervensi dilaksanakan sesuai dengan rencana setelah dilakukan validasi : keterampilan
interpersonal, teknikal dan intelektual dilakukan dengan cermat dan efisien pada situasi yang
tepat, keamanan fisik dan psikologis klien dilindungi serta dokumentasi intervensi dan respon
pasien. pada tahap implementasi ini merupakan aplikasi secara kongkrit dari rencana intervensi
yang telah dibuat untuk mengatasi masalah kesehatan dan perawatan yang muncul pada pasien.
3.5 Evaluasi Keperawatan
Evaluasi adalah tindakan intelektual untuk melengkapi proses keperawatan yang
menandakan seberapa jauh diagnose keperawatan, rencana tindakan dan pelaksanaannya sudah
berhasil dicapai kemungkinan terjadi pada tahap evaluasi proses dan evaluasi hasil. Evaluasi
adalah suatu penilaian terhadap keberhasilan rencana keperawatan untuk memenuhi kebutuhan-
kebutuhan klien.
BAB IV
PENUTUP
4.1 Kesimpulan
Eklampsia adalah suatu serangan kejang pada wanita hamil yang merupakan komplikasi
dari preeklampsia. Ibu hamil dengan pre-eklampsia atau mengalami hipertensi berat dalam
kehamilan berisiko muncul. Eklamsia bisa terjadi pada saat ibu hamil mengalami hipertensi
berat atau preeklamsia, di mana sudah muncul kejang-kejang. Kejang dapat diikuti dengan
penurunan kesadaran atau tatapan yang kosong.
4.2 Saran
Perawat diharapkan mampu memahami tentang konsep penyakit thalasemia pada anak
dan mengaplikasikannya dalam asuhan keperawatan.
DAFTAR PUSTAKA
PPNI (2016). Standar Diagnosa Keperawatan Indonesia: Definis dan Indikator Diagnostik,
Edisi 1. Jakarta: DPP PPNI.
PPNI (2018). Standar Intervensi Keperawatan Indonesia: Definis dan Tindakan
Keperawatan, Edisi 1. Jakarta: DPP PPNI.
PPNI (2018). Standar Luaran Keperawatan Indonesia: Definis dan Kriteria Hasil
Keperawatan, Edisi 1. Jakarta: DPP PPNI.
Diakses pada tanggal 17 oktober 2019 pukul 15.00 wita,
https://www.halodoc.com/kesehatan/eklampsia