Anda di halaman 1dari 27

BAB I

PENDAHULUAN
A. Latar belakang
Kematian ibu dan angka kematian perinatal di Indonesia masih sangat
tinggi tahun 2007 AKI di Indonesia tercatat 228 per 100.000 kelahiran hidup.
Target yang diharapkan adalah 102 per 100.00 kelahiran hidup pada tahun
2015 ( Atmawirka, 2010) yang menjadi sebab-sebab utama kematian ibu di
Indonesia disamping pendarahan adalah preklamsia dan eklamsia dan
penyebab kematian perinatal yang tinggi.
Keperawatan gawat darurat obstetric merupakan pelayanan keperawatan
professional yang ditunjukan kepada wanita yang subur yang berkaitan dengan
masa diluar kehamilan, masa kehamilan, masa melahirkan,masa nifas sampai
enam minggu, dan bayi yang dilahirkan sampai berusia 40 hari beseta
keluarganya. Pelayanan berfokus pada pemenuhan kebutuhan dasar dalam
melakukan adaptasi fisik dan psikososial dengan menggunakan pendekatan
proses keperawatan ( CHS/KIKI,1993)
Asuhan keperawatan yang diberikan bersifat holistic dengan selalu
menghargai klien dan keluarganya sertaserta menyadari bahwa klien dan
keluarganya berhak menentukan perawatan yang sesuai untuk dirinya.
Kegiatan yang dilakukan meliputi kegiatan advokasi dan mendidik WUS dan
melakukan tindakan keperawatan dalam mengatasi masalah kehamilan dan
nifas, membantu dan mendeteksi penyimpangan – penyimpangan secaradini
dari keadaan normal selama kehamilan sampai persalinan.
Preklamsia dan Eklamsia merupakan salah satu komplikasi kehamilan yang
disebabkan langsung oleh kehamilan itu sendiri. Preklamsia adalah timbulnya
hipertensi disertai proteinuria akibat kehamilan, setelah umur 20 minggu atau
segera setelah persalinan, gejalah ini dapat timbul sebelum 20 minggu bila
terjadi penyakit trofoblastik (Ammiruding dkk,2007)
Preklamsia terjadi karena adanya mekanisme imulog yang kompleks, aliran
darah ke plasenta berkurang, akibatnya suplai zat makanan yang dibutuhkan
janin berkurang, penyebabnya karena penyempitan pembuluh darah yang unik,

1
yang tidak terjadi pada setiap orang selama kehamilan ( Indiarti, 2009 &
Cuningham, 2001 )
Perdarahan, infeksi, dan eklamsia, merupakan komplikasi yang tidak selalu
dapat diramalkan sebelumnya dan mungkin saja terjadi pada ibu hamil yang
telah diidentifikasi normal (Senewe & Sulistiawati, 2006)
B. Rumusan masalah
1. Jelaskan defenisi kasus tersebut ?
2. Jelaskan tanda dan gelalah dari pre-eklamsia dan eklamsia ?
3. Bagaimana patofisiologi dari pre-eklamsia dan eklamsia ?
4. Apa pemeriksaan penunjang yang paling penting untuk kasus ?
5. Bagaimana cara penatalaksanaan pada kasus pre-eklamsia dan eklamsia?
C. tujuan penulisan
a. Tujuan umum
mampu memahami masalah kegawatdaruratan yaitu preklamsia dan
eklamsia hipertensi dalam kehamilan
b. Tujuan khusus
Melakukan penatalaksanaan pre-eklamsia dan eklamsia pada ibu hamil

2
BAB II
PEMBAHASAN
A. KONSEP DASAR MEDIS
2.1 DEFENISI
A. Definisi pre-eklampsia
1. Pre-eklampsia adalah penyakit dengan tanda-tanda hipertensi,edema dan
proteinuria yang timbul karena kehamilan. Penyakit ini umumnya dalam
trimester ke-3 kehamilan,tetapi dapat terjadi sebelumnya seperti
molahidatidosa.(wiknjosastro,2002:282).
2. Pre-eklampsia adalah keadaan dimana hipertensi disertai dengan
proteinuria,edema atau kedua-duanya yang terjadi akibat kehamilan
setelah minggu ke-20 atau kadang-kadang timbul lebih awal bila terdapat
perubahan hidatiformisnyang luas pada vili ean korialis.
B. Definisi eklampsia.
1. Istilah eklamsia berasal dari bahasa yunani yang berarti halilintar kata-
kata tersebut dipergunakan kerena seolah-olah gejala eklamsia timbul
dengan tiba-tiba tanpa di dahului tanda-tanda lain.
2. Eklamsia merupakan keadaan dimana ditemukan serangan kejang tiba-
tiba yang dapat disusul dengan koma pada wanita hamil, persalinan atau
masa nifas yang menunjukan gejala preklamsia sebelumnya.
3. Eklamsia adalah kelainan akut pada wanita hamil,dalam persalinan atau
masanifas yang ditandai dengan timbulnya kejang(bukan timbul akibat
kelainan neurologik) dan atau koma dimana sebelumnya sudah
menunjukkan gejala-gejala pre-eklampsia

3
2.2. KLASIFIKASI
A. Pre- eklampsia
Pre-eklampsia dibagi dalam dua golongan yaitu :
a. Pre- eklamsia ringan, bila ditemukan tanda-tanda berikut :
 Tekanan darah 140 / 90mmHg atau lebih yang diukur pada posisi
berbaring terlentang atau kenaikan distolik 15 mmHg ataua lebih
atau kenaikan sitolik 30 mmHg atau lebih.
 Edema umum, kaki ,jari tangan, dan muka atau kenaikan berat
badan 1 kg atau lebih per minggu.
 Protein uria kuantitatif 0,3 gr atau lebih perliter, kualitatif 1+ atau
2+ pada urine keteter/mid stream.
b. Pre- eklamsia berat, bila di temukam tanda-tanda berikut :
 Tekanan darah 160 / 110 mmHg atau lebih.
 Proteinuria 5 gr atau lebih per liter.
 Olliguria , yaitu jumlah urine kurang dari 500 cc per 24 jam.
 Adanya ganguan serebral , fan rasa ntyeri pada epigastrium.
 Terdapat edema parau dann sianosis.
B. Eklamsia
Eklamsia menjadi 3 bagian berdasarkann waktu terjadinya eklamsia adalah ;
a. Eklamsia gravidarum.
 Kejadian 50 %samapai 60%
 Serangan terjadi dalam keadaan Hamill.
b. Eklamsia parturientum
 Kejadian sekitar 30% sampai 50%
 Saat sedang inpartum.
 Batas dengan eklamsia gravidarum sukar ditemukan terutama saat
mulai inpartu.
c. Eklammsia puerperium
 Kejadian kurang dari 10%.
 Terjadi serangan kejang atau koma setelah persalinan berakhir.

4
2.3. ETIOLOGI

Penyebab eklmpsia dan pre-eklampsia belum di ketahui pasti penyebab


pastinya.,namun ada beberapa faktor yang menunjang terjadinya pre- eklamsia
dan eklamsia antara lain:

a. Pre- eklamsia
 Bertambahnya frekuensi pada primigraviditas, kehamilan ganda,
hidramnion, dan mola hidatidosa.
 Bertambahnya frekuensi dengan makin tuanya kehamilan.
 Dapat terjadinya perbaikan keadaan ibu dengan kematian janin dalam
uterus.
 Timbulnya hipertensi, edema, proteinuria, kejang dan koma.
b. Eklamsia.
 Tekanan darah tinggi.
 Sering sakit kepala.
 Kehamilan pada usia di attas 35 tahun.
 Kehamilan dibawah umur 20 tahun.
 Riwayat diet yang buruk ataau malnutrisi.

2.4. PATOFISIOLOGI
Pada preeklampsia terdapat penurunan aliran darah akibat spasme pembuluh
darah yang disertai dengan retensi garam dan air.sedangkan pada eklampsia sama
dengan pre-eklampsia dengan akibat yang lebih serius pada organ-organ
hati,ginjal,otak,paru-paru dan jantung yakni terjadi nekrosis dan pendarahan pada
organ-organ tersebut.
Perubahan ini menyebabkan prostaglandin plasenta menurun dan mengakibatkan
iskemia uterus. Keadaan iskemia pada uterus, merangsang pelepasan bahan
tropoblastik yaitu akibat hiperoksidase lemak dan pelepasan renin uterus. Bahan
tropoblastik menyebabkan terjadinya endotheliosis yang menyebabkan pelepasan
tromboplastin. Tromboplastin yang dilepaskan mengakibatkan pelepasan tomboksan
dan aktivasi/agregasi trombosit deposisi fibrin. Pelepasan tromboksan akan

5
menyebabkan terjadinya vasospasme, sedangkan aktivasi/agregasi trombosit deposisi
fibrin akan menyebabkan koagulasi intravaskular yang mengakibatkan perfusi darah
menurun dan konsumtif koagulapati.
Konsumtif koagulapati mengakibatkan trombosit dan faktor pembekuan darah
menurun dan menyebabkan gangguan faal hemostasis. Renin uterus yang di
keluarkan akan mengalir bersama darah sampai organ hati dan bersama-sama
angiotensinogen menjadi angiotensi I dan selanjutnya menjadi angiotensin II.
Angiotensin II bersama tromboksan akan menyebabkan terjadinya vasospasme.
Vasospasme menyebabkan lumen arteriol menyempit. Lumen arteriol yang
menyempit menyebabkan lumen hanya dapat dilewati oleh satu sel darah merah.
Tekanan perifer akan meningkat agar oksigen mencukupi kebutuhan sehingga
menyebabkan terjadinya hipertensi.
Selain menyebabkan vasospasme, angiotensin II akan merangsang glandula
suprarenal untuk mengeluarkan aldosteron. Vasospasme bersama dengan koagulasi
intravaskular akan menyebabkan gangguan perfusi darah dan gangguan multi organ.
Gangguan multiorgan terjadi pada organ- oragan tubuh diantaranya otak, darah, paru-
paru, hati/liver, renal dan plasenta. Pada otak akan dapat menyebabkan terjadinya
edema serebri dan selanjutnya terjadi peningkatan tekanan intrakranial. Tekanan
intrakranial yang meningkat menyebabkan terjadinya gangguan perfusi serebral, nyeri
dan terjadinya kejang sehingga menimbulkan diagnosa keperawatan risiko cedera
Pada darah akan terjadi enditheliosis menyebabkan sel darah merah dan pembuluh
darah pecah. Pecahnya pembuluh darah akan menyebabkan terjadinya pendarahan,
sedangkan sel darah merah yang pecah akan menyebabkan terjadinya anemia
hemolitik. Pada paru- paru, LADEP akan meningkat menyebabkan terjadinya
kongesti vena pulmonal, perpindahan cairan sehingga akan mengakibatkan terjadinya
oedema paru. Oedema paru akan menyebabkan terjadinya kerusakan pertukaran gas.
Pada hati, vasokontriksi pembuluh darah menyebabkan akan menyebabkan gangguan
kontraktilitas miokard sehingga menyebabkan payah jantung dan memunculkan
diagnosa keperawatan penurunan curah jantung.
Pada ginjal, akibat pengaruh aldosteron, terjadi peningkatan reabsorpsi natrium
dan menyebabkan retensi cairan dan dapat menyebabkan terjadinya edema sehingga

6
dapat memunculkan diagnosa keperawatan kelebihan volume cairan. Selin itu,
vasospasme arteriol pada ginjal akan meyebabkan penurunan GFR dan permeabilitas
terrhadap protein akan meningkat. Penurunan GFR tidak diimbangi dengan
peningkatan reabsorpsi oleh tubulus sehingga menyebabkan diuresis menurun
sehingga menyebabkan terjadinya oligouri dan anuri. Oligouri atau anuri akan
memunculkan diagnosa keperawatan gangguan eliminasi urin.Permeabilitas terhadap
protein yang meningkat akan menyebabkan banyak protein akan lolos dari filtrasi
glomerulus dan menyenabkan proteinuria. Pada mata, akan terjadi spasmus arteriola
selanjutnya menyebabkan oedem diskus optikus dan retina. Keadaan ini dapat
menyebabkan terjadinya diplopia dan memunculkan diagnosa keperawatan risiko
cedera.
Pada plasenta penurunan perfusi akan menyebabkan hipoksia/anoksia sebagai
pemicu timbulnya gangguan pertumbuhan plasenta sehinga dapat berakibat
terjadinya Intra Uterin Growth Retardation serta memunculkan diagnosa keperawatan
risiko gawat janin. Hipertensi akan merangsang medula oblongata dan sistem saraf
parasimpatis akan meningkat. Peningkatan saraf simpatis mempengaruhi traktus
gastrointestinal dan ekstrimitas. Pada traktus gastrointestinal dapat menyebabkan
terjadinya hipoksia duodenal dan penumpukan ion H menyebabkan HCl meningkat
sehingga dapat menyebabkan nyeri epigastrik. Selanjutnya akan terjadi akumulasi gas
yang meningkat, merangsang mual dan timbulnya muntah sehingga muncul diagnosa
keperawatan ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh.
Pada ektrimitas dapat terjadi metabolisme anaerob menyebabkan ATP diproduksi
dalam jumlah yang sedikit yaitu 2 ATP dan pembentukan asam laktat. Terbentuknya
asam laktat dan sedikitnya ATP yang diproduksi akan menimbulkan keadaan cepat
lelah, lemah sehingga muncul diagnosa keperawatan intoleransi aktivitas. Keadaan
hipertensi akan mengakibatkan seseorang kurang terpajan informasi dan
memunculkandiagnosa keperawatan kurang pengetahuan

7
2.5. MANIFESTASI KLINIS
a. Pre - Eklamsia.
Dua gejala yang sangat penting pada pre-eklampsia yaitu hipertensi dan
proteinuria yang biasanya tidak disadarai oleh wanita hamil. Penyebab dari
kedua masalah ini sebagai berikut :
 Tekanan darah.
Peningkatan tekanan awal merupakan tanda peningkatan awal yang
pentng bagi pe-eklampsia. Tekanan diastolic merupakan tanda
prognostik yang lebih andal dibandingkan dengan tekanan sistolik.
Tekanan diastolik sebesar 90 mmHg atau lebih yang terjadi terus-
menerus menunjukkan keadaan abnormal.
 Kenaikan berat badan
Peningkatan berat badan yang tiba-tiba mendahului serangan pre-
eklampsia dan bahkan kenaikan berat badan yang berlebihan
merupakan tanda pertama pre-eklampsia pada sebagian wanita.
Peningkatan BB normal adalah 0,5 kg per minggu. Bila 1kg dalam
seminggu,maka kemungkinan terjadinya pre-eklamsia harus dicurigai.
Peningkatan berat badan terutama disebabkan karena retensi cairan dan
selalu dapat ditemukann sebelum timbul gejala edema yang terlihatb
jelas seperti kelopak mata yang bengkak atau jaringan tangan yang
membesar.
 Proteinuria
Pada pre-eklamsia ringan,proteinuria hanya minimal positif satu,positif
dua atau tidakn sama sekali. Pada kasus berat proteinuria dapat
ditemukan dan dapat dicapai 10 g/dl. Proteinuria hampir selalu timbul
kemudian dibandingkan hipertensi dan kenaikan berat badab
berlebihan.
Gejala-gejala subjektif yang dirasakan pada pre-eklamsia adalah
sebagai berikut :
 Nyeri kepala

8
Jarang ditemukan pada kasus ringan,tetapi akan sering terjadi pada
kasus-kasus yang berat. Nyeri kepala sering terjadi pada daerah frontal
dan oksipital,serta tidak sembuh dengan pemberian analgetik biasa.
 Nyeri epigastrium
Merupakan keluhan yang sering ditemukan pada pre-eklampsia
berat.keluhan ini disebabkan karena tekanan pada kapsula hepar akibat
edema atau pendarahan.
 Gangguan penglihatan
Keluhan penglihatan yang tertentu dapat disebabkan oleh spasme
arterial,iskemia,dn edema retina. Pada pre-eklamsia ringan tidak
ditemukan tanda-tanda subjektif(Cunningham,1995:767).
b. Eklamsia.
 Eklamsia ringan.
 Peningkatan tekanan darah 140 mmHg.
 Keluarnya protein melalui urine ( proteinuria)dengan hasi lab
proteinuria kuantitatif .300 mg / 24 jam.
 Kenaikan berat badan 1 kg per minggu.
 Bengak pada kaki,lengan dan kekopak mata.
 Eklamsi berat.
 Proteinuria kuantitatif > = 2 gr/24 jam
 Terdapat protein di dalam urine dalam jumlah yang signifikan
 Tekanan darah 160/110 mmHg
2.6.PEMERIKSAAN DIAGNOSTIK
a. Pre- eklamsia
 Ultrasonografi (USG).
Dalam tes ini ,aka nada pemeriksaan berat janin dan jumlah air ketuban .
 Pemeriksaan darah.
Untuk mengetahui kinerja organ hati dan ginjal serta jumlah trombosit dalam
darah.
 Analisis urine.

9
Dari sampel urine koektif selama 24 jam dapat diperiksa kandungan protein
,sementra dari ampel tunggal (sewaktu) dapat di periksa perbandingan kadar
protein dan kreatinin.
 Nonstresstest atau NST.
Pada pemeriksaan ini diukur detak jantung bayi saat bergerak didalam
kandungan.
b. Eklamsia
 Pemeriksaan darah.
Preeklamsia dan eklamsia sangat terkait dengan tekanan darah pada wanita
hamil. Oleh karena itu penting untuk melakukan pemeriksaandarah pada
wanita hamil agar dapat mendiagnosis adanya preeklamsia dan eklamsia
dengan tepat.Pemeriksaan darah ini mencakup:
 Penghitungan sel darah lengkap (complete blood cell count).
Analisis sel darah lengkap dapat menunjukkan apakah seseorang
menderita preeklamsia atau gangguan lain, seperti trombositopenia,
anemia hemolitik mikroangiopatik, atau sindrom HELLP (gangguan
pada organ hati yang merupakan salah satu bentuk preeklamsia berat).
Penghitungan sel darah lengkap juga dapat digunakan untuk melihat
kadar bilirubin dan serum haptoglobin dalam darah.
 Analisis hematokrit.
Metode ini dilakukan untuk menghitung jumlah sel darah merah
per volume darah, yang berperan dalam mengangkut oksigen agar
asupan oksigen bagi ibu hamil dan janinnya tetap dipastikan terjaga.
 Tes fungsi ginjal.
Untuk memastikan apakah seorang wanita hamil mengalami komplikasi
dari preeklamsia dan eklamsia yang merusak ginjal, dapat dilakukan tes fungsi
ginjal sebagai berikut :
 Tes serum kreatinin.
Kreatinin merupakan zat buangan dari otot yang dialirkan melalui
darah dan dibuang melalui ginjal. Akan tetapi, jika ginjal mengalami
kerusakan akibat preeklamsia dan eklamsia, kadar kreatinin akan

10
bertambah dalam darah akibat penyaringan kreatinin tidak berlangsung
dengan baik.
 Tes urine.
Keberadaan protein dalam urine (proteinuria) merupakan salah
satu tanda penting terjadinya preeklamsia dan eklamsia pada ibu
hamil. Kadar protein dalam urine yang umumnya terdapat dalam urine
ibu hamil dengan preeklamsia adalah diatas 1 g/L. Selain itu, kadar
asam urat juga bisa mengalami peningkatan.
 Ultrasonografi (USG).
Pemeriksaan USG yang dilakukan pada ibu hamil yang mengalami
preeklamsia dan eklamsia berfungsi untuk memastikan kondisi janin dalam
keadaan baik. Melalui pemeriksaan USG, kondisi janin dapat dinilai melalui
pengecekan detak jantung serta pertumbuhan janin. Metode pemindaian lain
yang dapat dilakukan selain USG adalah MRI dan CT scan, terutama untuk
memastikan tidak adanya gangguan selain preeklamsia dan eklamsia.

2.7.KOMPLIKASI
a. Pre- eklamsia.
 Sindrom HELLP (Hemolysis,Elevated Liver Enzymes and Low Platet
Coount.
Ini adalah sindrom rusaknya sel darah merah, meningkatnya enzim liver,
dan rendahnya jumlah trombosit. Sindrom HELLP bisa mengancam
keselamatan wanita hamil dan janinnya.
 Penyakit kardiovaskular.
Risiko terkena penyakit yang berhubungan dengan fungsi jantung dan
pembuluh darah akan meningkat jika seseorang pernah menderita
preeklamsia.
 Kegagalan organ.
Preeklamsia bisa menyebabkan disfungsi beberapa organ seperti, paru,
ginjal, dan hati.
 Gangguan pembekuan darah.

11
Komplikasi yang timbul dapat berupa perdarahan karena kurangnya
protein yang diperlukan untuk pembekuan darah, atau sebaliknya, terjadi
penggumpalan darah yang menyebar karena protein tersebut terlalu aktif.
 Solusio plasenta.
Lepasnya plasenta dari dinding rahim sebelum kelahiran dapat
mengakibatkan perdarahan serius dan kerusakan plasenta, yang akan
membahayakan keselamatan wanita hamil dan janin.
 Stroke hemoragic.
Kondisi ini ditandai dengan pecahnya pembuluh darah otak akibat
tingginya tekanan di dalam pembuluh tersebut. Ketika seseorang mengalami
perdarahan di otak, sel-sel otak akan mengalami kerusakan karena adanya
penekanan dari gumpalan darah, dan juga karena tidak mendapatkan pasokan
oksigen akibat terputusnya aliran darah. Kondisi inilah yang menyebabkan
kerusakan otak atau bahkan kematian.
b. Eklamsia.
 Beberapa komplikasi yang terjadi pada eklmasia adalah :
 Kerusakan sistem saraf pusat dan pendarahan inttrakraial akibat kejang
yang muncul berulang – ulang. Gejala lain yang bisa muncul adalah
kebutaan kortikal akibat kerusakan pada korteks oksipital pada otak.
 Gagal ginjal akut.
 Ganguan kehamilan pada janin.
 Ganguan dan kerusakan hati.
 Ganguan sistem peredaran darah , seperti koagulasiintravena
terdiseminasi .
 Penyakit jantung coroner dan stroke.

2.8. PENATALAKSANAAN
Tujuan utama penatalaksanaan adalah :
 Untuk mencegah terjadinya pre-eklamsi dan eklamsia.
 Hendaknya janin lahir hidup.
 Trauma pada janin seminimal mungkin.

12
a. Preeklamsi
1. Medis
1) Pre-eklamsi ringan dan sedang
 Pantau tekanan darah, proteinuria, reflex dan kondisi janin.
 Lebih banyak istirahat.
 Diet biasa.
 Tidak perlu diberi obat-obatan.
 Jika rawat jalan tidak mungkin, segera rawat di rumah sakit :
 Diet biasa.
 Pantau tekanan darah 2x sehari, proteinuria 1x sehari.
 Tidak perlu obat-obatan.
 Tidak perlu diuretic,kecuali jika terdapat edema
paru,dekompensasi kordisatau gagal ginjal akut.
 Jika tekanan diastolic turun sampai normal pasien dapat
dipulangkan :
 Berikan nasehat untuk istirahat, tidak terlalu banyak
beraktifitas dan perhatikan tanda-tanda preeclampsia
berat.
 Kontrol 2x seminggu.
 jika tekanan diastolic naik lagi rawat kembali.
 Jika tidak ada tanda-tanda perbaikan tetap dirawat.
 Jika terdapat tanda-tanda pertumbuhan janin
terhambat,pertimbangkan terminasi kehamilan. Pengobatan hanya
bersifat simtomatis dan selain rawat inap, maka penderita dapat
dirawat jalan dengan skema periksa ulang yang lebih sering.
 Jika proteinuria meningkat, tangani sebagai pre eklampsia berat.
 Misalnya 2 kali seminggu, penanganan pada penderita rawat jalan
atau rawat inap adalah dengan :
 Istirahat ditempat,
 Diit rendah garam, dan
 Berikan obat-obatan seperti :

13
 valium tablet 5 mg dosis 3 kali sehari atau fenobarbital
tablet 30 mg dengan dosis 3 kali 1 sehari.
 Diuretika dan obat antihipertensi tidak dianjurkan,
karena obat ini tidak begitu bermanfaat, bahkan bisa
menutupi tanda dan gejala pre-eklampsi berat.
 Bila gejala masih menetap, penderita tetap dirawat inap.
 Monitor keadaan janin : kadar estriol urin, lakukan aminoskopi,
dan ultrasografi, dan sebagainya.
 Bila keadaan mengizinkan, barulah dilakukan induksi partus pada
usia kehamilan minggu 37 ke atas.
2) Pre-eklamsia berat
Pre-eklamsia berat pada kehamilan kurang dari 37 minggu. Jika janin belum
menunjukan tanda-tanda maturitas paru-paru dengan uji kocok dan rasio L/S, maka
penanganannya adalah sebagai berikut :
 Berikan suntikan sulfas magnesikus dengan dosis 8 gr intramusuler kemudian
disusul dengan injeksi tambahan 4 gr intramuskuler setiap (selama tidak ada
kontraindikasi).
 Jika ada perbaikan jalannya penyakit, pemberian sulfas magnesikus dapat
diteruskan lagi selama 24 jam sampai mencapai kriteria pre-eklamsi ringan
(kecuali ada kontraindikasi).
 Selanjutnya ibu dirawat, diperiksa, dan keadaan janin dimonitor, serta berat
badan ditimbang seperti pada pre-eklamsi ringan, sambil mengawasi
timbulnya lagi gejala.
 Jika dengan terapi di atas tidak ada perbaikan, dilakukan terminasi kehamilan
dengan induksi partus atau tindakan lain tergantung keadaan.
 Jika pada pemeriksaan telah dijumpai tanda-tanda kematangan paru janin,
maka penatalaksanaan kasus sama seperti pada kehamilan diatas 37 minggu.
Pre-eklamsi berat pada kehamilan diatas 37 minggu
a. Penanganan umum :
 Jika tekananan diastolic >110 mmHg,berikan anti hipertensi,sampai tekanan
diastolic diantara 90-100 mmHg.

14
 Pasang infus ringer laktat dengan jarum besar (16 gauge atau >)
 Ukur keseimbangan cairan,jangan sampai terjadi overload.
 Kateterisasi urin untuk pengeluaran volume dan proteinuria.
 Jika jumlah urin <30 ml/jam:
 Infus cairan dipertahankan 8 jam.
 Pantau kemungkinan edema paru.
 Jangan tinggalkan pasien sendirian. Kejang disertai aspirasi dapat
mengakibatkan kematian ibu dan janin
 Observasi TTV,refleks,dan DJJ setiap jam
 Auskulatasi paru untuk mencari tanda-tanda edema paru. Krepitasi merupakan
tanda edema paru.jika ada edema paru,stop pemberian cairan,dan berikan
diuretic misalnya furosemide 40 mg IV.
 Nilai pembekuan darah dengan uji pembekuan bedside jika pembekuan tidak
terjadi sesudah 7 menit,kemungkinan terdapat koagulopati.
 Anti hipertensi obat pilihan adalah :
 hidralazin,yang diberikan 5mg IV pelan-pelan selama 5menit sampai
tekanan darah menurun
 .Jika perlu pemberian hidralazin dapat diulang setiap jam,atau 12,5mg
IM setip 2jam
 Jika hidralazin tidak tersedia,dapat diberikan:
 Nifedipine 5mg sublingual. Jika respon tidak baik setelah 10
menit,beri tambahan 5mg sublingual .
 Labetolol 10 mg IV, yang jika respon tidak baik setelah 10
menit,diberikan lagi labetolol 20 mg IV.
 Anti konvulsan magnesium sulfat (MgSO4) merupakan obat pilihan untuk
mencegah dan mengatasi kejang pada pre eklampsia dan eklampsia.
Dosis awal
 MgSO4 4g I.V. sebagai larutan 40% selama 5 menit .
 Segera dilanjutkan dengan pemberian 10g larutan MgSO4 50%,
masing-masing 5g dibokong kanan dan kiri secara IM. Ditambah 1 ml

15
lignokain 2% pada semprit yang sama. Pasien akan merasa agak panas
sewaktu pemberian MgSO4.
 Jika kejang berulang setelah 15 menit, berikan MgSO4 2g (larutn
40%) IV selama 5 menit.
Dosis pemeliharaan
 MgSO4 (50%) 5g + lignokain 2% 1ml IM setiap 4 jam.
 Lanjutkan sampai 2 jam pasca persalinan atau kejang terakhir.
 Sebelum pemberian MgSO4, periksa :
 Frekuensi perafasan minimal 16/menit.
 Refleks pattela (+) .
 Urin minimal 30 ml/jam dalam 4 jam terakhir.
 Stop pemberian MgSO4, jika :
 Frekuensi pernafasan <16/menit .
 Refleks pattela (-).
 Urin < 30 ml/jam.
 Siapkan anti dotum :
 Jika terjadi henti nafas : bantu dengan ventilator, beri kalsium glukonat
2g (20 ml dalam larutan 10%) IV perlahan-lahan sampai pernafasan
mulai lagi.
 Alternatif lain adalah diazepam, dengan resiko terjadinya depresi neonatal.
Pemberian IV:
Dosis awal
 Diazepam 10 mg IV pelan-pelan selama 2 menit
 Jika kejang berulang, ulangi dosis awal.
Dosis pemeliharaan
Diazepam 40 mg dalam 500 ml larutan RL per infuse
 Depresi pernafasan ibu mungkin akan terjadi jika dosis >30
mg/jam
 Jangan berikan >100 mg/24 jam
Pemberian melalui rektum:

16
 Jika pemberian IV tidak mungkin, diazepam dapat diberikan per
rektal, dengan dosis awal 20 mg dalam samprit 10 ml .
 Jika masih terjadi kejang, beri tambahan 10 mg/jam.
 Dapat pula diberikan melalui kateter urin yang dimasukkan kedalam
rektum.
2. Keperawatan:
a. Preeklamsia ringan dan sedang
 Bisa rawat jalan dengan anjuran untuk banyak istirahat/ tirah baring.
 Diet rendah garam dan tinggi protein.
 Pasien preeklamsia ringan yang dilakukan rawat inap, bila penyakit membaik
dapat dilakukan rawat jalan; sedangkan jika penyakit menetap atau memburuk,
kehamilan dapat diakhiri pada usia kehamilan 37 minggu.
b. Preeklamsia Berat (PEB)
 Perawatan konservatif (usia kehamilan <36 minggu) :
 Tirah baring.
 Diet rendah garam dan tinggi protein (diet preeklamsia).
 Pasang kateter tetap (bila perlu).
 Perawatan aktif (terminasi kehamilan), yaitu pada keadaan-keadaan di bawah ini :
 Umur kehamilan >36 minggu.
 Terdapat tanda-tanda impending eklamsia atau eklamsia
 Gawat janin
 Sindroma HELLP.
 Kegagalan perawatan konservatif, yakni setelah 6 jam perawatan tidak
terlihat tanda-tanda perbaikan penyakit.

b. Eklampsia
Tujuan pengobatan :
 Untuk menghentikan dan mencegah kejang.
 Mencegah dan mengatasi penyakit khususnya hipertensi krisis.
 Sebagai penunjang untuk mencapai keadaan ibu seobtimal mungkin.
 Mengakhiri kehamilan dengan trauma ibu seminimal mungkin.

17
 Pengobatan medicinal sama dengan pengobatan pre-eklamsia berat kecuali
bula timbul kejang-kejang lagi maka dapat diberikan MgSO4 gr
intervenous selama 2 menit minimal 20 menit setelah pemberian terakhir
dosis tambahan 2gr hanya di berikan satu kali saja. Bila setelah diberi
dosis tambahan masih tetap kejang maka diberikan amobarbital/thiopental
3-5 mg/kgBB/IV perlahan-lahan.
 Perawatan bersama:
 Konsul bagian saraf,penyakit dalam/jantung,mata,anestesi dan
anak.
 Perawatan pada serangan kejang, dikamar isolasi yang cukup
terang/ICU.

18
BAB III

ASUHAN KEPERAWATAN

3.1.Pengkajian
Pengkajian merupakan tahap awal dari proses keperawatan. Suatu proses
kolaborasi melibatkan perawat,ibu,dan tim kesehatan lainnya. Pengkajian dilakukan
melalui wawancara dan pemeriksaan fisik. Dalam pengkajian dibutuhkan kecermatan
dan ketelitian agar data yang terkumpul lebih akurat, sehingga dapat dikelompokkan
dan dianalisi untuk mengetahui masalah dan kebutuhan ibu terhadap perawatan.
Pengkajian yang dilakukan terhadap ibu pre-eklampsia dan eklampsia antara lain
sebagai berikut :
1. Identitas umum ibu.
2. Data riwayat bkesehatan.
a. Riwayat kesehatan dahulu.
 Kemungkinan ibu menderita penyakit hipertensi sebelum hamil.
 Kemungkinan ibu mempunyai riwayat pre-eklampsia dan
eklampsia pada kehamilan terdahulu.
 Biasanya mudah terjadi pada ibu dengan obesitas.
 Ibu mungkin pernah menderita penyakit ginjal kronis.
b. Riwayat kesehatan sekarang.
 Ibu merasa sakit kepala di daerah frontal.
 Terasa sakit diulu hati/nyeri epigastrium.
 Gangguan virus,penglihatan kabur,skomata,dan diplopia.
 Mual dan muntah,tidak ada nafsu makan.
 Gangguan serebral lainnya, terhuyung-huyung,refleksi tinggi,dan
tidak tenang.
 Edema pada ekstermitas.
 Tengkuk terasa berat.
 Kenaikan berat badan mencapai 1 kg seminggu.
c. Riwayat kesehatan keluarga.

19
Kemungkinan menpunyai riwat pre-eklampsia dan eklampsia dalam
keluarga.

d. Riwayat perkawinan.
Biasanya terjadi pada wanita yang menikah dibawah usia 20 tahun atau
diatas 35 tahun.
3. Pemeriksaan fisik biologis
Keadaan umum : lemah.
Kepala : sakit kepala,wajah edema.
Mata : konjungtiva sedikit anemis,edema pada retina.
Pencernaan abdomen : nyeri daerah epigastrium,anoreksia,mual,dan muntah.
Ekstermitas : edema pada kaki dan tangan juga pada jari-jari.
Sistem persarafan : hiper refleksia ,klonus pada kaki.
Genitourinaria : oliguria,proteinuria.
Pemerikasaan janin : bunti jantung janin tidak teratur, gerakan janin melemah.
4. Pemerikasaan penunjang
a. Pemeriksaan laboratorium
 Pemeriksaan darah lengkap dengan hapusan darah.
 Penurunan hemoglobin (nilai rujukan atau kadar normal
hemoglobin untuk wanita hamil adalah 12-14 gr%).
 Hematokrit meningkat (nilai rujukan 37-43 vol%).
 Trombosit menurun ( nilai rujukan 150-450 ribu /mm3).
 Urinalisis
Ditemukan protein dalam urine.
 Pemeriksaan fungsi hati.
 Blirubin meningkat (N=<1mg/dl ).
 LDH(laktat dehidrogenase) meningkat.
 Aspartat aminomtransferase(AST) >60 ul.
 Serum glutamate pirufat transminase (SGPT ) meningkat
(N=15-45 u/ml).

20
 Serum glutamate axaloacetic transmianse (SGOT)
meningkat (N= <31 u/l).
 Total protein serum menurun (N=6,7-8,7 g/dl).
 Tes kimia darah.
Asam uratmeningkat ( N=2,4-2,7 mg/dl ).
b. Radiologi
 Ultrasonografi
Ditemukannya retardasi pertumbuhan janin intrauterus. Pernapasan
intrauterus lambat,aktivitas janin lambat, dan volume cairan
ketuban sedikit.
 Krdiotografi
Diketahui denyut jantung bayi melemah.
c. Data sosial ekonomi.
Pre-eklampsia lebih banyak terjadi pada wanita dengan golongan ekonomi
rendah,karena mereka kurang mengomsumsi makanan yang mengandung
protein dan juga kurang melakukan perawatan antenatal yang teratur.
d. Data psikologis.
Biasanya ibu pre-eklampsia ini berada dalam kondisi yang labil dan
mudah marah,ibu merasa khawatir akan keadaan dirinya dan keadaan
janin dalam kandungannya, dia takut anaknya nanti lahir cacat atau
meninggal dunia,sehingga ia takut untuk melahirkan.
3.2.Diagnosa keperawatan
1. Gangguan perfusi jaringan b/d penurunan kardiak out put sekunder terhadap
vasospasme pembuluh darah.
2. Kelebihan volume cairan b/d peningkatan retensi urine dan edema berkaitan
dengan hipertensi dalam kehamilan.
3. Ketidakseimbanagan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh b/d kurangnya asupan
makanan.
4. Risiko kejang pada ibu b/d penunrunan fungsi organ (vasospasme dan
peningkatan tekanan darah).
5. Pola nafas tidak efektif b/d penurunan ekspansi paru.

21
3.3.Intervensi keperawatan

N Doagnosa Hasil yang Rencana keperawatan (NIC)


o keperawatan diharapkan
( NOC)
1. Gangguan perfusi Setelahdilakukan -Monitor perubahan tiba-tiba
jaringan b/d tindakan atau gangguan mental kontinyu
penurunan kardiak keperawatan (cemas,bingung,latargi,pingsan
out put sekunder selama 3x 24 jam ).
terhadap kriteria hasil yang -observasi adanya
vasospasme di harapkan : pucat,sianosis,kulit
pembuluh darah -Tekanan sistole dingin/lembab,cacat kekuatan
dan diastole dalam nadi perifer.
rentang yang -kaji tanda human (nyeri pada
diaharapkan. betis dengan posisi dorsofleksi)
-Menunjukkan eritma dan udem.
fungsi -dorong latihan kaki aktif/pasif.
sensori,motori -pantau pernafasan.
kranial yang -kaji fungsi gastro
utuh,tingkat interstitial,catat
kesadaran anoreksia,penurunan bising
membaik,tidak ada usus,muntah/mual,distensi
gerakan involunter abdomen,konstipasi.

2. Kelebihan volume Setelahdilakukan -auskultasi bunyi nafas akan


cairan b/d tindakan adanya krekels.
peningkatan retensi keperawatan -catatadanya DJV,adanya
urine dan edema selama 3x 24 jam edema dependen.
berkaitan dengan kriteria hasil yang -pertahankan pemasukan total
hipertensi dalam diharapkan : cairan 2000 cc/24 jam dalam
kehamilan. -bunyi nafas bersih toleransi kardiovaskuler.

22
tidak ada -berikan diet rendah garam atau
dispnue/ortopnue. natrium.
-terbebas dari
distensi vena
jugularis.
3. Ketidakseimbanaga Setelahdilakukan -kaji alergi makanan.
n nutrisi kurang dari tindakan -kolaborasi dengan ahli gizi
kebutuhan tubuh keperawatan untuk menetukan jumblah
b/d kurangnya selama 3x 24 jam kalori dan nutris yang
asupan makanan. kriteria hasil yang dibutuhakan pasien.
diharapkan : -ajurkan pasien untuk
-adanya meningkatkan protein dan
peningkatan berat vitamin c.
badan sesuai -berikan makanan yang terpilih
dengan kebuuhan. (sudah dikonsultasi dengan ahli
-nafsu makan gizi).
meningkat.
-tidak terjadi
malanutrisi.
4. Risiko kejang pada Setelahdilakukan -monitor tekanan darah tiap 4
ibu b/d penunrunan tindakan jam.
fungsi organ keperawatan -catat tingkat kesadaran pasien.
(vasospasme dan selama 3x 24 jam -kaji adanya tanda-tanda
peningkatan kriteria hasil yang eklampsia(hiperaktif,reflek
tekanan darah). diharapkan : patella dalam,penurunan
-kesadaran kompos nadidan respirasi,nyeri
mentis,GCS (4-5- epigastrium).
6). -monitor adanya tanda-tanda
-tekanan darah dan gejala persalinan atau
normal. adanya kontaraksi uterus.
-kolaborasi dengan tim medis

23
dalam pemberian anti
hipertensi.
5. Pola nafas tidak Setelahdilakukan -pantau tingkat pernafasan dan
efektif b/d tindakan suara nafas.
penurunan ekspansi keperawatan -atur posisi fowler atau
paru. selama 3x 24 jam semifowler.
kriteria hasil yang -sediakan perlengkapan
diharapkan : penghisap atau penanambahan
mendesmontrasika aliran udara.
n batuk efektif dan -berikan obat sesuai petunjuk.
suara nafas -sediakan oksigen tambahan.
bersih,tidak ada
sianosis dan
dispneu.
-mampu
mengeluarkan
sputum,mampu
bernafas dengan
mudah.
-tanda-tanda vital
dalam batas
normal.

24
Implementasi
Implementasi dilakukan sesuai dengan intervensi keperawatan yang telah
direncanakan.
Evaluasi
Evaluasi keperawatan merupakan kegiatan akhir dari proses keperawatan, dimana
perawat menilai hasil yang diharapkan terhadap perubahan diri ibu dan menilai sejauh
mana masalah ibu dapat di atasi. Disamping itu, perawat juga memberikan umpan
balik atau pengkajian ulang, seandainya tujuan yang ditetapkan belum tercapai, maka
dalam hal ini proses peawatan dapat di modifikasi. Hasil Evaluasi yang mungkin
didapat adala:
1. Tujuan tercapai seluruhnya, yaitu jika pasien menunjukkan tanda atau gejala
sesuai dengan kreteria hasil yang di tetapkan.
2. Tujuan sebagian yaitu jika pasien menunjukan tanda dan gejala sebagian dari
kreteria hasil yang sudah ditetapkan.
3. Tujuan tidak tercapai, jika pasien tadak menunjukan tanda dan gejala sesuai
dengan kreteria hasil yang sudah ditetapkan.

25
BAB III
PENUTUP

A. KESIMPULAN
Keperawatan gawat darurat obstetric merupakan pelayanan keperawatan
professional yang ditunjukan kepada wanita yang subur yang berkaitan dengan
masa diluar kehamilan, masa kehamilan, masa melahirkan,masa nifas sampai
enam minggu, dan bayi yang dilahirkan sampai berusia 40 hari beseta
keluarganya. Pelayanan berfokus pada pemenuhan kebutuhan dasar dalam
melakukan adaptasi fisik dan psikososial dengan menggunakan pendekatan
proses keperawatan ( CHS/KIKI,1993).
Pada preeklampsia terdapat penurunan aliran darah akibat spasme pembuluh
darah yang disertai dengan retensi garam dan air.sedangkan pada eklampsia sama
dengan pre-eklampsia dengan akibat yang lebih serius pada organ-organ
hati,ginjal,otak,paru-paru dan jantung yakni terjadi nekrosis dan pendarahan pada
organ-organ tersebut.
B. SARAN
Didalam penulisan makalah ini kelompok memohon maaf jika terdapat
kekurangan pada penulisan makalah dan sangat mengharapkan kritik dan
saran dari para pembaca. Semoga bermanfaat serta kita sebagai mahasiswa
keperawatan dapat mengetahui hal – hal mengenai obstetri (preeklamsia
dan eklamsia).

26
DAFTAR PUSTAKA
Sujiyanti, Mufdlilah, dan Hidayat Asri. 2009. Asuhan Patologi Kebidanan.
Yogjakarta.
Mitayani. 2009. Asuhan Keperawatan Maternitas.Padang.
( https://www.academia.edu/36262522/PRE_EKLAMSI )
(http://eprints.undip.ac.id/44202/3/Winda_Anggraeni_G2A009162_Bab2
KTI.pdf)

27

Anda mungkin juga menyukai