Anda di halaman 1dari 18

LAPORAN PENDAHULUAN EKLAMASI

DI SUSUN OLEH:

NURLISA HAIRUDIN TIDORE

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN


STIKES MALUKU HUSADA
AMBON 2023
0
TINJAUAN TEORITIS

1. definisi

Eklampsia adalah kelainan akut pada ibu hamil, saat hamil tua, persalinan atau
masa nifas ditandai dengan timbulnya kejang atau koma, dimana sebelumnya sudah
menunjukkan gejala-gejala preeclampsia (hipertensi, edems, proteinuri).
(Wirjoatmodjo, 2000: 49).
Eklampsia adalah suatu keadaan dimana didiagnosis ketika preeklampsia
memburuk menjadi kejang (helen varney;2017)
Eklampsia merupakan serangan konvulsi yang mendadak atau suatu kondisi
yang dirumuskan penyakit hipertensi yang terjadi oleh kehamilan, menyebabkan
kejang dan koma, (kamus istilah medis : 163,2017)
Eklampsia merupakan serangan kejang yang diikuti oleh koma, yang terjadi
pada wanita hamil dan nifas (Ilmu Kebidanan : 295, 2017)

2. Epidemiologi
Eklampsia selalu menjadi masalah yang serius, bahkan merupakan salah
satu keadaan paling berbahaya dalam kehamilan. Statistik menunjukkan di
Amerika Serikat kematian akibat eklampsia mempunyai kecenderungan menurun
dalam 40 tahun terakhir, dengan persentase 10 % ‐ 15 %. Antara tahun 2011 ‐
2017 kira-kira 6% dari seluruh kematian ibu di Amerika Serikat adalah akibat
eklampsia, jumlahnya mencapai 207 kematian. Kenyataan ini mengindikasikan
bahwa eklampsia dan pre eklamsia berat harus selalu dianggap sebagai keadaan
yang mengancam jiwa ibu hamil. Eklampsia di Indonesia masih merupakan
penyakit pada kehamilan yang meminta korban besar dari ibu dan bayi. Dari
berbagai pengumuman, diketahui kematian ibu berkisar antara 9,8% - 25,5%
sedangkan kematian bayi lebih tinggi lagi, yakni 42,2%-48,9%. Sebaliknya,
kematian ibu dan bayi di negara maju lebih kecil. Tingginya kematian ibu dan anak
di negara-negara yang kurang maju disebabkan oleh kurang sempurnanya
pengawasan antenatal dan natal. Sebab kematian bayi terutama oleh hipoksia
intrauterin dan prematuritas. Berlawanan dengan yang sering diduga, eklampsia
tidak menyebabkan hipertensi menahun. Ditemukan bahwa pada penderita yang

9
mengalami eklampsia pada kehamilan pertama, frekuensi hipertensi 15 tahun
kemudian/lebih, tidak lebih tinggi daripada mereka yang hamil tanpa eklampsia.

3. Klasifikasi Eklamsia
1.1. Eklampsia di bagi menjadi 3 golongan :
1).Eklampsia antepartum ialah eklampsia yang terjadi sebelum persalinan (ini
paling sering terjadi),
a. kejadian 15% sampai 60 %
b. serangan terjadi dalam keadaan hamil
2). Eklampsia intrapartum ialah eklampsia saat persalinan
a. Kejadian sekitar 30 % sampai 35 %
b. Saat sedang inpartu
c. Batas dengan eklampsia gravidarum sulit ditentukan
3). Eklampsia postpartum ialah eklampsia setelah persalinan
a. Kejadian jarang
b. Terjadinya serangan kejang atau koma setelah persalinan berakhir

3. Etiologi
Sampai saat ini, etiologi pasti dari eklampsia belum diketahui. Ada beberapa teori
mencoba menjelaskan perkiraan etiologi dari kelainan tersebut sehingga kelainan ini
sering dikenal sebagai the diseases of theory.
Adapun teori-teori tersebut antara lain :

1. Peran Prostasiklin dan Tromboksan


2. Peran faktor imunologis
3. Beberapa studi juga mendapatkan adanya aktivasi system komplemen
pada pre-eklampsi/eklampsi.
4. Peran faktor genetik /familial

5. Terdapatnya kecenderungan meningkatnya frekuensi preeklampsi/


eklampsi pada anak-anak dari ibu yang menderita preeklampsi/eklampsi.
6. Peran renin-angiotensin-aldosteron system (RAAS)

a. Manifestasi Klinis

5
Eklampsia terjadi pada kehamilan 20 minggu atau lebih, yaitu: kejang-kejang atau
koma. Kejang dalam eklampsia ada 4 tingkat, meliputi :
1. Tingkat awal atau aura ( invasi )
Berlangsung 30 ‐ 35 detik, mata terpaku dan terbuka tanpa melihat (
pandangan kosong ), kelopak mata dan tangan bergetar, kepala diputar ke kanan
dan ke kiri.
2. Stadium kejang tonik
Seluruh otot menjadi kaku, wajah kaku, tangan menggenggam dan kaki
membengkok kedalam, pernafasan berhenti, muka mulai kelihatan sianosis, lidah
dapat tergigit, berlangsung kira ‐ kira 20 ‐ 30 detik
3. Stadium kejang klonik
Semua otot berkontraksi dan berulang ‐ ulang dalam waktu yang cepat, mulut
terbuka dan menutup, keluar ludah berbusa, dan lidah dapat tergigit.Mata
melotot, muka kelihatan kongesti dan sianosis.Setelah berlangsung 1 -2 menit
kejang klonik berhenti dan penderita tidak sadar, menarik nafas, seperti
mendengkur.
4. Stadium koma
Lamanya ketidaksadaran ini beberapa menit sampai berjam ‐ jam.Kadang antara
kesadaran timbul serangan baru dan akhirnya penderita tetap dalam keadaan
koma.

6
b. Patofisiologi

c. Komplikasi

Komplikasi yang terberat adalah kematia ibu dan janin, usaha utama adalah
melahirkan bayi hidup dari ibu yang menderita preeclampsia dan eklampsia.
1. Terhadap janin dan bayi.
a. Solution plasenta
Karena adanya tekanan darah tinggi, maka pembuluh darah dapat mudah
pecah sehingga terjadi hematom retoplasenta yang menyebabkan sebagian
plasenta dapat terlepas.
b. Asfiksia mendadak, persalinan prematuritas, kematian janin dalam rahim.

3
c. Hemolisis
Kerusakan atau penghancuran sel darah merah karena gangguan integritas
membran sel darah merah yang menyebabkan pelepasan hemoglobin.
Menunjukkan gejala klinik hemolisis yang dikenal karena ikterus.

2. Terhadap ibu
a. Hiprofibrinogenemia
Adanya kekurangan fibrinogen yang beredar dalam darah, biasanya dibawah
100mg persen. Sehingga pemeriksaan kadar fibrinogen harus secara berkala.
b. Perdarahan otak
Komplikasi ini merupakan penyebab utama kematian maternal pada penderita
eklampsia.
c. Kelainan mata
Kehilangan penglihatan untuk sementara, yang berlangsung sampai seminggu.
Perdarahan kadang-kadang terjadi pada retina yang merupakan tanda gawat
akan terjadinya apopleksia serebri.
d. Edema paru ‐ paru
e. Nekrosis hati
Nekrosis periportal hati pada eklampsia merupakan akibat vasopasmus arteriol
umum. Kerusakan sel-sel hati dapat diketahui dengan pemeriksaan faal hati,
terutama penentuan enzim-enzimnya.
f. Sindroma HELLP
Merupakan suatu kerusakan multisistem dengan tanda-tanda : hemolisis,
peningkatan enzim hati, dan trombositopenia yang diakibatkan disfungsi
endotel sistemik. Sindroma HELLP dapat timbul pada pertengahan kehamilan
trimester dua sampai beberapa hari setelah melahirkan.
g. Kelainan ginjal
Kelainan ini berupa endoteliosis glomerulus yaitu pembengkakan sitoplasma
sel endotelial tubulus ginjal tanpa kelainan struktur lainnya. Kelainan lain yang
dapat timbul ialah anuria sampai gagal ginjal.
h.Komplikasi lain yaitu lidah tergigit, trauma dan fraktur karena jatuh akibat
kejang - kejang pneumonia aspirasi, dan DIC.
i. Prematuritas, dismaturitas, dan kematian janin intra uterin.

8
4. Pemeriksaan Penunjang
i. Pemeriksaan laboratorium
1. Darah rutin
2. Pemeriksaan darah lengkap

ii. Pemeriksaan diagnostik


1. Ultrasonografi
2. Elektrokardiograf

5. Diagnosa Banding
2.8.1 Diagnosa banding dari pre eklamsi ringan :
1) Hipertensi kronik : adanya hipertensi yang menetap oleh sebab apapun, yang
ditemukan pada kehamilan ≤ 20 minggu atau hipertensi yang menetap setelah 5
minggu pasca persalinan.
2) Transient hipertention : timbulnya hipertensi dalam kehamilan pada wanita yang
tekanan darahnya normal dan tidak menpunyai gejala lain. Gejala ini akan hilang
setelah 10 hari pasca persalinan.
3) Pemeriksaan penunjang : urine rutin / lengkap
2.8.2 Diagnosa banding dari pre eklamsi berat :
1) Hipertensi kronik dan kehamilan
2) Kehamilan dengan sindrom nefrotik
3) Kehamilan dengan payah jantung
4) Pemeriksaan penunjang Lab :
- Hb, Hct, AT
- urine lengkap
- asam urat darah
- fungsi hati
- fungsi ginjal
6. Diagnosa banding dari kehamilan yang disertai kejang- kejang :
1. Febrile convulsion ( panas + )
2. Epilepsi ( anamnesa epilepsi + )
3. Tetanus( kejang tonik atau kaku kuduk )
4. Miningitis atau ensefalitis ( fungsi lumbal )

5. Tumor otak

;
b. Penatalaksanaan umum
7. Penanganan Kejang :
1. Beri obat anti konvulsan
2. Perlengkapan untuk penanganan kejang (jalan nafas, sedeka, sedotan, masker

O2 dan tabung O2 )
3. Lindungi pasien dengan keadaan trauma
4. Aspirasi mulut dan tonggorokkan
5. Baringkan pasien pada posisi kiri, trendelenburg untuk mengurangi resiko
aspirasi
6. Beri oksigen 4-6 liter / menit
ii. Penanganan Umum :
1. Jika tekanan diastolic > 110 mmHg, berikan hipertensi sampai tekanan
diastolic diantara 90-100 mmHg.
2. Pasang infuse RL dengan jarum besar (16 gauge atau lebih)
3. Ukur keseimbangan cairan jangan sampai terjadi overload
4. Kateterisasi urine untuk mengeluarkan volume dan proteinuric
5. Jika jumlah urine kurang dari 30 ml / jam
6. Infus cairan dipertahankan 1 1/8 ml/jam
7. Pantau kemungkinan oedema paru
8. Jangan tinggalkan pasien sendirian. Kejang disertai aspirasi dapat
mengakibatkan kematian ibu dan janin.
9.Observasi tanda-tanda vital, refleks dan denyut jantung setiap jam
10. Auskultasi paru untuk mencari tanda-tanda oedema paru. Jika ada oedema
paru hentikan pemberian cairan dan berikan diuretic
11. Nilai pembekuan darah dengan uji pembekuan beadside
12. Dosis awal : beri MgSO4 (4 gram) per IV sebagai larutan 20%, selama 5
menit. Diikuti dengan MgSO4 (50%) 5 gr 1ml dengan 1 ml lignokain 2%
(dalam setopril yang sama) pasien akan merasa agar panas sewaktu pemberian
MgSO4
13. Dosis pemeliharaan : MgSO4 (50%) 5 gr + lignokain 2% (1ml) 1 m setiap 4
jam kemudian dilanjutkan sampai 24 jam pasca persalinan atau kejang
terakhir

10
14. Sebelum pemberian MgSO4 periksa : frekuensi pernafasan minimal 16 / menit.
Refleks Patella (+), urin minimal 30 ml / jam dalam 4 jam terakhir
15. Stop pemberian MgSO4, jika : frekuensi pernafasan < / >
16. Siapkan antidotlim jika terjadi henti nafas, Bantu dengan ventilator. Beri

kalsium glukonat 2 gr ( 20 ml dalam larutan 10%) IV perlahan-lahan sampai


pernafasan mulai lagi.

11
8. Pengkajian

Data yang dikaji pada ibu dengan pre eklampsia adalah :


i. Data subyektif :
1. Identitas pasien dan penanggung jawab:Umur biasanya
sering terjadi pada primi gravida , < 20 tahun atau > 35 tahun

2. Riwayat kesehatan ibu sekarang : terjadi peningkatan tensi,


oedema, pusing, nyeri epigastrium, mual muntah, penglihatan
kabur.
3. Riwayat kesehatan ibu sebelumnya : penyakit ginjal, anemia,
vaskuler esensial, hipertensi kronik, DM
4. Riwayat kehamilan : riwayat kehamilan ganda, mola hidatidosa,
hidramnion serta riwayat kehamilan dengan pre eklampsia atau
eklampsia sebelumnya
5. Pola nutrisi : jenis makanan yang dikonsumsi baik makanan
pokok maupun selingan
6. Psiko sosial spiritual : Emosi yang tidak stabil dapat
menyebabkan kecemasan, oleh karenanya perlu kesiapan moril
untuk menghadapi resikonya.

A. Data Obyektif :

7. Inspeksi : edema yang tidak hilang dalam kurun waktu 24 jam


8. Palpasi : untuk mengetahui TFU, letak janin, lokasi edema
9. Auskultasi : mendengarkan DJJ untuk mengetahui adanya fetal distress
10. Perkusi : untuk mengetahui refleks patella sebagai syarat
pemberian SM ( jika refleks + )
11. Pemeriksaan penunjang :

a. Tanda vital yang diukur dalam posisi terbaring atau


tidur, diukur 2 kali dengan interval 6 jam
b. Laboratorium : protein urine dengan kateter atau

midstream ( biasanya meningkat hingga 0,3 gr/lt atau +1

hingga +2 pada skala kualitatif ), kadar

12
hematokrit menurun, BJ urine meningkat, serum kreatini meningkat, uric
acid biasanya > 7 mg/100 ml
c. Berat badan : peningkatannya lebih dari 1 kg/minggu
d. Tingkat kesadaran ; penurunan GCS sebagai tanda adanya kelainan
pada

otak
e. USG ; untuk mengetahui keadaan janin
f. NST : untuk mengetahui kesejahteraan janin.
b. Diagnosa Keperawatan yang mungkin muncul
3.2.1 Diagnosa Pre Op :
1. Cemas berhubungan dengan prosedur invasif saat operasi SC yang akan
dilakukan.
3.2.2 Diagnosa Post Op :
1. Resiko cidera berhubungan dengan kejang berulang
2. Nyeri akut berhubungan dengan agen cidera fisik
3. Resiko infeksi berhubungan dengan prosedur invasive
c. Rencana Tindakan Keperawatan
3.3.1 Intervensi Pre Op :
Diagnosa Kriteria Hasil Intervensi Rasional
Keperawatan
Cemas berhubungan Tujuan : Setelah 1. eritahu klien 1. Klien dapat
dengan prosedur dilakukan tindakan tentang mengetahui
invasif saat operasi keperawatan prosedur prosedur
SC akan dilakukan selama 3 x 24 jam pembedahan pembedahan
2. Beri kesempatan
diharapkan 2. Dapat meringankan beban pikiran klien
masalah pada klien untuk 3. Lingkungan yang tenang dan nyaman dapat mengurangi rasa
keperawatan dapat mengungkapkan
cemas klien
teratasi rasa cemasnya
Kriteria Hasil : 3. Ciptakan suasana

a. Klien tenang dan

tidak cemas nyaman

lagi
b. Klien terlihat
tenang
c. Klien terlihat
13
rileks

9. Intervensi Post Op :

Diagnosa Keperawatan Kriteria Hasil Intervensi Rasional


Resiko cidera Tujuan: Setelah 1. Monitor tekanan 1. Tekanan diastole >
berhubungan dengan dilakukan tindakan darah tiap 4 jam 110 mmHg dan sistole
kejang berulang keperawatan selama 3 2. Kaji tingkat 160 atau lebih
x 24 jam diharapkan kesadaran pasien merupkan indikasi
masalah keperawatan 3. Kaji adanya dari PIH
dapat teratasi tanda-tanda 2. Penurunan kesadaran
Kriteria Hasil : eklampsia sebagai indikasi
a. Kesadaran Compos (hiperaktif, reflek penurunan aliran
Metis , GCS : 15 ( patella dalam, darah otak
4- 5-6 ) penurunan nadi, 3. Gejala tersebut
b. Tanda ‐ tanda dan respirasi, nyeri merupakan
vital dalam batas epigastrium dan manifestasi dari
normal TD: 120/80 oliguria ) perubahan pada otak,
mmHg Suhu: 36 ‐ 4. Kolaborasi dengan ginjal, jantung dan
37 C tim medis dalam paru yang mendahului
Nadi: 60 ‐ 80 x/mnt pemberian anti status kejang
RR: 16 ‐ 20 x/menit hipertensi dan SM 4. Anti hipertensi untuk

menurunkan tekanan
darah dan SM untuk
mencegah terjadinya
kejang

Nyeri akut berhubungan Tujuan: Setelah 1. Kaji skala nyeri 1. Setiap skala nyeri
dengan agen cidera fisik dilakukan tindakan 2. Ajarkan teknik memiliki managemen
keperawatan selama 3 relaksasi yang berbeda
x 24 jam diharapkan 3. Ajarkan teknik 2. Relaksasi dapat
masalah keperawatan nafas dalam mengalihkan persepsi

4. Berikan posisi yang nyeri

14
dapat teratasi nyaman 3. Tekhnik nafas dalam
Kriteria hasil : 5. Kolaborasi dapat mengurangi rasa
pemberian nyeri
a. Klien tidak analgetik 4. Posisi yang nyaman
meringis
dapat mengurangi
b. Skala nyeri 2 ‐ sensasi nyeri
3 ( 1 ‐ 10 ) 5. Terapi analgetik dapat
c.Pasien membantu melokalisir
melaoporkan rasa nyeri
nyeri hilang atau
berkurang
Resiko infeksi Tujuan: Setelah 1. Monitor tanda 1. Mengetahui keadaan
berhubungan dengan dilakukan tindakan ‐ tanda vital umum klien
prosedur invasif keperawatan selama 3 2. Kaji keadaan luka 2. Untuk mengetahui

x 24 jam diharapkan (kontinuitas dari tanda-tanda infeksi


masalah keperawatan kulit) terhadap 3. Meminimalkan
dapat teratasi adanya: edema, terjadinya kontaminasi
Kriteria Hasil : rubor, kalor, dolor, 4. Leukosit yang
a. Menunjukkan fungsi laesa meningkat artinya
regenerasi jaringan 3. Anjurkan pasien sudah terjadi proses
dan mencapai untuk tidak infeksi
penyembuhan tepat memegang bagian 5. Obat antibiotik dapat
waktu yang luka membantu membunuh

b. Pada area luka 4. Kolaborasi kuman


tampak bersih pemeriksaan
dan
darah : leukosit
tidak kotor
5. Kolaborasi
c. Luka tidak
pemberian obat -
menunjukkan tanda-
obatan antibiotika
tanda infeksi
sesuai indikasi

15
PENUTUP

10. Kesimpulan
Eklampsia adalah kelainan akut pada ibu hamil, saat hamil tua, persalinan atau masa

nifas ditandai dengan timbulnya kejang atau koma, dimana sebelumnya sudah
menunjukkan gejala-gejala preeclampsia (hipertensi, edems, proteinuri).
(Wirjoatmodjo, 2000: 49).
Eklampsia di bagi menjadi 3 golongan : Eklampsia antepartum ialah eklampsia
yang terjadi sebelum persalinan, kejadian 150 % sampai 60 %, serangan terjadi
dalam keadaan hamil. Eklampsia intrapartum ialah eklampsia saat persalinan,
Kejadian sekitar 30 % sampai
35 %, Saat sedang inpartu, Batas dengan eklampsia gravidarum sulit ditentukan dan
Eklampsia postpartum ialah eklampsia setelah persalinan, Kejadian jarang,
Terjadinya serangan kejang atau koma setelah persalinan berakhir

a. Saran
Dalam pembuatan asuhan keperawatan ini penulis telah menyelesaikan
semaksimal mungkin dengan hasil sesuai yang ada di hadapan para pembaca yang
budiman. Namun penulis sadar akan kata pepatah “Tiada Gading Yang Tak Retak”
yang mana tidak ada manusia yang sempurna dan penulis menyadari akan hal itu.
Sehingga penulis memohon maaf yang sebesar ‐ besarnya apabila terjadi kesalahan
baik dalam penyusunan maupun penulisan serta isi yang terkandung didalamnya.
Oleh karena itu, penulis mohon saran yang bersifat membangun sehingga dapat
terjadi perbaikan dalam penyusunan asuhan keperawatan yang akan datang.

16
DAFTAR PUSTAKA

Marilynn E, Doengoes, 2017, Rencana Asuhan Keperawatan, Edisi 3, Jakarta: EGC


Corwin Elizabeh.J.2017 Buku Saku Diagnosa Keperawatan. Edisi 9 Alih bahasa Tim

penerbit PSIK UNPAD, Jakarta: EGC


Mansjoer, Arif dkk, 2018, Kapita Selekta Kedokteran, Jilid 2, Jakarta: Media Aesculapius
Fakultas Kedoteran Universitas Indonesia
Carpenito,Lynda Juall, 2017, Buku Saku Diagnosa Keperawatan. Edisi, Jakarta : EGC
Price, Silvia A, 2016. Patofisiologi, νolume 2, Jakarta: Buku kedokteran EGC.

17
18
19

Anda mungkin juga menyukai