PENDAHULUAN
Eklampsia adalah kejang yang terjadi pada ibu hamil dengan tanda-tanda
preeklampsia. Preeklampsia sendiri merupakan kumpulan gejala yang terdiri dari
hipertensi (Tekanan darah ≥140/90 mmHg) bersamaan dengan proteinuriamasif
yang terjadi pada usia kehamilan lebih dari 20 minggu. Eklampsia dibagi menjadi
tiga yaitu, eklampsia antepartum, eklampsia intrapartum, dan eklampsia
postpartum. Eklampsia banyak terjadi pada trimester terakhir dan semakin
meningkat saat mendekati persalinan (Sarwono, 2010).
1
1.2 Rumusan Masalah
1.3 Tujuan
2
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
3
2.2 Diagnosis dan Gambaran Klinik Eklampsia
1) Tekanan sistolik 160 mmHg atau lebih, atau tekanan diastolik 110 mmHg
atau lebih
4
kadang-kadang begitu hebatnya sehingga dapat mengakibatkan penderita
terlempar dari tempat tidurnya, bila tidak dijaga.
Lidah penderita dapat tergigit oleh karena kejang otot-otot rahang. Fase ini
dapat berlangsung sampai satu menit, kemudian secara berangsur kontraksi otot
menjadi semakin lemah dan jarang dan pada akhirnya penderita tak bergerak
(Cunningham, 2003). Setelah kejang diafragma menjadi kaku dan pernapasan
berhenti. Selama beberapa detik penderita seperti meninggal karena henti napas,
namun kemudian penderita bernapas panjang dan dalam, selanjutnya pernapasan
kembali normal. Apabila tidak ditangani dengan baik, kejang pertama ini akan
diikuti dengan kejang-kejang berikutnya yang bervariasi dari kejang yang ringan
sampai kejang yang berkelanjutan yang disebut status epilepticus (Cunningham,
2003).
Demam tinggi merupakan keadaan yang jarang terjadi, apabla hal tersebut
terjadi maka penyebabnya adalah perdarahan pada susunan saraf pusat.
Proteinuria hampir selalu didapatkan, produksi urin berkurang, bahkan kadang –
kadang sampai anuria dan pada umumnya terdapat hemoglobinuria. Setelah
persalinan urin output akan meningkat dan ini merupakan tanda awal perbaikan
kondisi penderita. Proteinuria dan edema menghilang dalam waktu beberapa hari
sampai dua minggu setelah persalinan apabila keadaan hipertensi menetap setelah
persalinan maka hal ini merupakan akibat penyakit vaskuler kronis (Cunningham,
2003).
5
2.3 Faktor Resiko
a. Usia
b. Nulipara
g. Kehamilan multifetus
j. Penyakit ginjal
k. Sindrom antifosfolipid
l. Hipertensi kronik
m. Obesitas sebelum hamil dan Indeks Massa Tubuh (IMT) saat pertama kali
Antenatal Care (ANC)
n. Kondisi sosioekonomi
o. Frekuensi ANC
6
Hingga saat ini etiologi dan patogenesis dari hipertensi dalam kehamilan
masih belum diketahui dengan pasti. Telah banyak hipotesis yang diajukan untuk
mencari etiologi dan patogenesis dari hipertensi dalam kehamilan namun hingga
kini belum memuaskan sehinggan Zweifel menyebut preeklampsia dan eklampsia
sebagai “the disease of theory”. (Gallinelli, 1996) Adapun hipotesis yang diajukan
diantaranya adalah :
1) Genetik
2) Iskemia Plasenta
3) Prostasiklin-tromboksan
7
mekanisme yang mengatur interaksi antara trombosit dan dinding
pembuluh darah (Brinkman, 2001).
4) Imunologis
a) Edema serebral
b) Perdarahan serebral
c) Infark serebral
d) Vasospasme serebral
g) Ensefalopati hipertensi
8
3.4.3 Etiologi dan Patofisiologi Koma
9
BAB III
ANALISA
Eklampsia adalah kejang yang terjadi pada ibu hamil dengan tanda-tanda
preeklampsia. Preeklampsia sendiri merupakan kumpulan gejala yang terdiri dari
hipertensi (Tekanan darah ≥140/90 mmHg) bersamaan dengan proteinuria masif
yang terjadi pada usia kehamilan lebih dari 20 minggu. Eklampsia dibagi menjadi
tiga yaitu, eklampsia antepartum, eklampsia intrapartum, dan eklampsia
postpartum. Eklampsia banyak terjadi pada trimester terakhir dan semakin
meningkat saat mendekati persalinan. Sekitar 60-75% eklampsia dapat terjadi
sebelum persalinan, dan sekitar 40-50% terjadi saat persalinan dan 48 jam
pertama setelah melahirkan. Ancaman kejang dapat tetap terjadi hingga 6 minggu
pasca persalinan yang sering disebut dengan eclampsia late onset.
10
pada nullipara. Biasanya terdapat pada wanita masa subur dengan umur ekstrem
yaitu pada remaja belasan tahun atau pada wanita yang berumur lebih dari 35
tahun. Pada multipara, penyakit ini biasanya dijumpai pada keadaan-keadaan
berikut:
Tatalaksana
Tujuan pengobatan :
Sama seperti pengobatan pre eklampsia berat kecuali bila timbul kejang-
kejang lagi maka dapat diberikan obat anti kejang (MgSO4).
Pengobatan Obstetrik
1. Sikap dasar : Semua kehamilan dengan eklampsia harus diakhiri dengan atau
tanpa memandang umur kehamilan dan keadaan janin.
2. Bilamana diakhiri, maka kehamilan diakhiri bila sudah terjadi stabilisasi
(pemulihan) kondisi dan metabolisme ibu. Setelah persalinan, dilakukan
pemantauan ketat untuk melihat tanda-tanda terjadinya eklampsia. 25% kasus
eklampsia terjadi setelah persalinan, biasanya dalam waktu 2 – 4 hari pertama
setelah persalinan. Tekanan darah biasanya tetap tinggi selama 6 – 8 minggu.
11
Jika lebih dari 8 minggu tekanan darahnya tetap tinggi, kemungkinan
penyebabnya tidak berhubungan dengan preeklampsia.
12
BAB IV
PEMBAHASAN
Pada laporan kasus eklampsia antepartum yang ditulis Esfi Triana dan
Syahredi (2019) .Pasien awalnya mengeluhkan sakit kepala hebat yang diikuti
oleh kejang selama sekitar 5 menit, kejang seluruh tubuh dan pasien tidak sadar
setelah kejang. Pasien kemudian dibawa ke datang ke RS Ibnu Sina Simpang
Empat. Dari pemeriksaan didapatkan TD 200/110 mmHg. DJJ tidak ditemukan.
Pemeriksaan fisik didapatkan esadaran Sopor dan Tekanan Darah 190/140 mmHg.
Penatalaksanaan pasien pada saat datang assesment awal untuk memastikan
kondisi pasien yang datang dalam keadaan tidak sadar. Dari assesment awal
didapatkan airway patent, breathing spontan dengan pemberian oksigen 4 L/menit
via nasal kanul dan sirkulasi didapatkan adanya hipertensi emergensi dengan TD
190/140 mmHg. Pasien sudah mendapatkan regimen MgSO4 dari luar. Pada
pasien kemudian dilakukan penatalaksanaan berupa kontrol KU, VS, balans
cairan, dan refleks patella, oksigen via kanul nasal 4 l/menit, lanjut regimen
MgSO4 dosis maintenance, Informed consent, darah lengkap (faal ginjal, faal
hepar, fungsi hemostasis, AGD), EKG, USG, lapor tim PEB (mata, jantung,
P.dalam) dan direncanakan terminasi kehamilan Secara konseptual Acut Kidney
13
Injury (AKI) adalah penurunan cepat (dalam jam hingga minggu) laju filtrasi
glomerulus (LFG) yang umumnya berlangsung reversibel, diikuti kegagalan ginjal
untuk mengekskresi sisa metabolisme nitrogen, dengan/ tanpa gangguan
keseimbangan cairan dan elektrolit.
Kasus ini merupakan sebuah kasus terminal dari eklampsia yang disertai
HELLP Syndrome yang disertai kegagalan multiorgan. Kasus seperti ini
merupakan sebuah contoh kasus kegagalan dalam penanganan pasien sejak
prekonsepsi, ANC, serta penatalaksaan di pelayanan kesehatan. Morbiditas dan
mortalitas pada pasien terjadi karena adanya keterlambatan dalam penanganan
pasien, yaitu: Keterlambatan dalam melakukan deteksi dini pasien sehingga
pasien jatuh kedalam kondisi eklampsia, Keterlambatan dalam melakukan
terminasi kehamilan serta pemilihan metode terminasi, Keterlambatan dalam
pemutusan melakukan hemodialisis.
14
BAB V
PENUTUP
5.1 Kesimpulan
Eklampsia adalah kejang yang terjadi pada ibu hamil dengan tanda-tanda
preeklampsia. Preeklampsia sendiri merupakan kumpulan gejala yang terdiri dari
hipertensi (Tekanan darah ≥140/90 mmHg) bersamaan dengan proteinuria masif
yang terjadi pada usia kehamilan lebih dari 20 minggu. Pada kasus yang jarang,
kejang yang terjadi hanya sekali namun dapat diikuti dengan koma yang lama
bahkan kematian. Frekuensi pernapasan biasanya meningkat setelah kejang
eklampsia dan dapat mencapai 50 kali per menit. Hal ini dapat menyebabkan
hiperkarbia dampai asidosis laktat, tergantung derajat hipoksianya. Pada kasus
yang berat ditemukan sianosis. Pemberian MgSO4 merupakan terapi pilihan pada
tatalaksana preeclampsia berat dalam mencegah eklampsia. Kemungkinan kejang
pasca tatalaksana MgSO4 masih dapat terjadi, oleh karena itu pemantauan pasca
pemberia obat sangat penting untuk dilakukan. Keterlambatan dalam melakukan
deteksi dini pasien sehingga pasien jatuh kedalam kondisi eklampsia,
5.2 Saran
15
DAFTAR PUSTAKA
16