Anda di halaman 1dari 10

A.

Defenisi
Partus tak maju yaitu persalinan yang ditandai tidak adanya pembukaan serviks
dalam 2 jam dan tidak adanya penurunan janin dalam 1 jam.

Partus tak maju (persalinan macet) berarti meskipun kontraksi uterus kuat, janin
tidak dapat turun karena faktor mekanis. Kemacetan persalinan biasanya terjadi
pada pintu atas panggul, tetapi dapat juga terjadi pada ronga panggul atau pintu
bawah panggul.

Partus tak maju yaitu suatu persalinan dengan his yang adekuat yang tidak
menunjukan kemajuan pada pembukaan serviks, turunnya kepala dan putar
paksi selama 2 jam terakhir.

B. Etiologi
Penyebab partus tak maju yaitu :
1. Disproporsi sefalopelvik (pelvis sempit atau janin besar)
Keadaan panggul merupakan faktor penting dalam kelangsungan persalinan,
tetapi yang penting ialah hubungan antara kepala janin dengan panggul ibu.
Besarnya kepala janin dalam perbandingan luasnya panggul ibu menentukan
apakah ada disproporsi sefalopelvik atau tidak.

Disproporsi sefalopelvik adalah ketidakmampuan janin untuk melewati


panggul. Panggul yang sedikit sempit dapat diatasi dengan kontraksi uterus
yang efisien, letak, presentasi, kedudukan janin yang menguntungkan dan
kemampuan kepala janin untuk mengadakan molase. Sebaliknya kontraksi
uterus yang jelek, kedudukan abnormal, ketidakmampuan kepala untuk
mengadakan molase dapat menyebabkan persalinan normal tidak mungkin.
Kehamilan pada ibu dengan tinggi badan < 145 cm dapat terjadi disproporsi
sefalopelvik, kondisi luas panggul ibu tidak sebanding dengan kepala bayi,
sehingga pembukaannya berjalan lambat dan akan menimbulkan komplikasi
obstetri.

Disproporsi sefalopelvik terjadi jika kepala janin lebih besar dari pelvis, hal
ini akan menimbulkan kesulitan atau janin tidak mungkin melewati pelvis
dengan selamat. Bisa juga terjadi akibat pelvis sempit dengan ukuran kepala
janin normal, atau pelvis normal dengan janin besar atau kombinasi antara
bayi besar dan pelvis sempit. Disproporsi sefalopelvik tidak dapat
didiagnosis sebelum usia kehamilan 37 minggu karena sebelum usia
kehamilan tersebut kepala belum mencapai ukuran lahir normal.
Disproporsi sefalopelvik dapat terjadi :
a. Marginal (ini berarti bahwa masalah bisa diatasi selama persalinan,
relaksasi sendi-sendi pelvis dan molase kranium kepala janin dapat
memungkinkan berlangsungnya kelahiran pervaginam).
b. Moderat (sekitar setengah dari pasien-pasien pada kelompok lanjutan ini
memerlukan kelahiran dengan tindakan operasi).
c. Definit (ini berarti pelvis sempit, bentuk kepala abnormal atau janin
mempunyai ukuran besar yang abnormal, misalnya hidrosefalus, operasi
diperlukan pada kelahiran ini).
2. Presentasi yang abnormal
Hal ini bisa terjadi pada dahi, bahu, muka dengan dagu posterior dan kepala
yang sulit lahir pada presentasi bokong.
a. Presentasi Dahi
Presentasi dahi adalah keadaan dimana kepala janin ditengah antara fleksi
maksimal dan defleksi maksimal, sehingga dahi merupakan bagian
terendah. Presentasi dahi terjadi karena ketidakseimbangan kepala dengan
panggul, saat persalinan kepala janin tidak dapat turun ke dalam rongga
panggul sehingga persalinan menjadi lambat dan sulit.
Presentasi dahi tidak dapat dilahirkan dengan kondisi normal kecuali bila
bayi kecil atau pelvis luas, persalinan dilakukan dengan tindakan
caesarea. IR presentasi dahi 0,2% kelahiran pervaginam, lebih sering pada
primigravida.
b. Presentasi Bahu
Bahu merupakan bagian terbawah janin dan abdomen cenderung melebar
dari satu sisi kesisi yang lain sehingga tidak teraba bagian terbawah anak
pada pintu atas panggul menjelang persalinan. Bila pasien berada pada
persalinan lanjut setelah ketuban pecah, bahu dapat terjepit kuat di bagian
atas pelvis dengan satu tangan atau lengan keluar dari vagina.
Presentasi bahu terjadi bila poros yang panjang dari janin tegak lurus atau
pada sudut akut panjangnya poros ibu, sebagaimana yang terjadi pada
letak melintang. Presentasi bahu disebabkan paritas tinggi dengan dinding
abdomen dan otot uterus kendur, prematuritas, obstruksi panggul.
c. Presentasi Muka
Pada presentasi muka, kepala mengalami hiperekstensi sehingga oksiput
menempel pada punggung janin dan dagu merupakan bagian terendah.
Presentasi muka terjadi karena ekstensi pada kepala, bila pelvis sempit
atau janin sangat besar. Pada wanita multipara, terjadinya presentasi
muka karena abdomen yang menggantung yang menyebabkan punggung
janin menggantung ke depan atau ke lateral, seringkali mengarah kearah
oksiput. Presentasi muka tidak ada faktor penyebab yang dapat dikenal,
mungkin terkait dengan paritas tinggi tetapi 34% presentasi muka terjadi
pada primigravida.
3. Abnormalitas pada janin
Hal ini sering terjadi bila ada kelainan pada janin misalnya : Hidrosefalus,
pertumbuhan janin lebih besar dari 4.000 gram, bahu yang lebar dan
kembar siam.
4. Abnormalitas sistem reproduksi
Abnormalitas sistem reproduksi misalnya tumor pelvis, stenosis vagina
kongenital, perineum kaku dan tumor vagina.

C. Tanda dan gejala Partus tak maju


Pada kasus persalinan macet/tidak maju akan ditemukan tanda-tanda
kelelahan fisik dan mental yang dapat diobservasi dengan :
1. Dehidrasi dan Ketoasidosis (ketonuria, nadi cepat, mulut kering)
2. Demam
3. Nyeri abdomen
4. Syok (nadi cepat, anuria, ekteremitas dingin, kulit pucat, tekanan darah
rendah) syok dapat disebabkan oleh ruptur uterus atau sepsis.

D. Komplikasi Persalinan yang Terjadi Pada Partus Tak Maju


1. Ketuban pecah dini
Apabila pada panggul sempit, pintu atas panggul tidak tertutup dengan
sempurna oleh janin ketuban bisa pecah pada pembukaan kecil.27 Bila
kepala tertahan pada pintu atas panggul, seluruh tenaga dari uterus diarahkan
ke bagian membran yang menyentuh os internal, akibatnya ketuban pecah
dini lebih mudah terjadi.

2. Pembukaan serviks yang abnormal


Pembukaan serviks terjadi perlahan-lahan atau tidak sama sekali karena
kepala janin tidak dapat turun dan menekan serviks. Pada saat yang sama,
dapat terjadi edema serviks sehingga kala satu persalinan menjadi lama.
Namun demikian kala satu dapat juga normal atau singkat, jika kemacetan
persalinan terjadi hanya pada pintu bawah panggul. Dalam kasus ini hanya
kala dua yang menjadi lama. Persalinan yang lama menyebabkan ibu
mengalami ketoasidosis dan dehidrasi.
Seksio caesarea perlu dilakukan jika serviks tidak berdilatasi. Sebaliknya,
jika serviks berdilatasi secara memuaskan, maka ini biasanya menunjukan
bahwa kemacetan persalinan telah teratasi dan kelahiran pervaginam
mungkin bisa dilaksanakan (bila tidak ada kemacetan pada pintu bawah
panggul).

3. Bahaya ruptur uterus


Ruptur uterus, terjadinya disrupsi dinding uterus, merupakan salah satu dari
kedaruratan obstetrik yang berbahaya dan hasil akhir dari partus tak maju
yang tidak dilakukan intervensi. Ruptur uterus menyebabkan angka kematian
ibu berkisar 3-15% dan angka kematian bayi berkisar 50%.23

Bila membran amnion pecah dan cairan amnion mengalir keluar, janin akan
didorong ke segmen bawah rahim melalui kontraksi. Jika kontraksi berlanjut,
segmen bawah rahim akan merengang sehingga menjadi berbahaya menipis
dan mudah ruptur. Namun demikian kelelahan uterus dapat terjadi sebelum
segmen bawah rahim meregang, yang menyebabkan kontraksi menjadi
lemah atau berhenti sehingga ruptur uterus berkurang.

Ruptur uterus lebih sering terjadi pada multipara jarang terjadi, pada nulipara
terutama jika uterus melemah karena jaringan parut akibat riwayat seksio
caesarea. Ruptur uterus menyebabkan hemoragi dan syok, bila tidak
dilakukan penanganan dapat berakibat fatal.
4. Fistula
Jika kepala janin terhambat cukup lama dalam pelvis maka sebagian
kandung kemih, serviks, vagina, rektum terperangkap diantara kepala janin
dan tulang-tulang pelvis mendapat tekanan yang berlebihan. Akibat
kerusakan sirkulasi, oksigenisasi pada jaringan-jaringan ini menjadi tidak
adekuat sehingga terjadi nekrosis, yang dalam beberapa hari diikuti dengan
pembentukan fistula. Fistula dapat berubah vesiko-vaginal (diantara kandung
kemih dan vagina), vesiko-servikal (diantara kandung kemih dan serviks)
atau rekto-vaginal (berada diantara rektum dan vagina). Fistula umumnya
terbentuk setelah kala II persalinan yang sangat lama dan biasanya terjadi
pada nulipara, terutama di negara-negara yang kehamilan para wanitanya
dimulai pada usia dini.
5. Sepsis puerferalis
Sepsis puerferalis adalah infeksi pada traktus genetalia yang dapat terjadi
setiap saat antara awitan pecah ketuban (ruptur membran) atau persalinan
dan 42 hari setelah persalinan atau abortus dimana terdapat gejala-gejala :
nyeri pelvis, demam 38,50c atau lebih yang diukur melalui oral kapan saja
cairan vagina yang abnormal, berbau busuk dan keterlambatan dalam
kecepatan penurunan ukuran uterus.

Infeksi merupakan bagian serius lain bagi ibu dan janinya pada kasus partus
lama dan partu tak maju terutama karena selaput ketuban pecah dini. Bahaya
infeksi akan meningkat karena pemeriksaan vagina yang berulang-ulang.
E. Pemeriksaan Heat To Toe
1) Pemeriksaan Abdomen
Tanda-tanda partus tak maju dapat diketahui melalui pemeriksaan
abdomen sebagai berikut :
a) Kepala janin dapat diraba diatas rongga pelviss karena kepala tidak
dapat turun
b) Kontraksi uterus sering dan kuat (tetapi jika seorang ibu mengalami
kontraksi yang lama dalam persalinanya maka kontraksi dapat
berhenti karena kelelahan uterus)
c) Uterus dapat mengalami kontraksi tetanik dan bermolase (kontraksi
uterus bertumpang tindih) ketat disekeliling janin.
d) Cincin Band/Bandles ring ; cincin ini ialah nama yang diberikan pada
daerah diantara segmen atas dan segmen bawah uterus yang dapat
dilihat dan diraba selama persalinan. Dalam persalinan normal,
daerah ini disebut cincin retraksi. Secara normal daerah ini
seharusnya tidak terlihat atau teraba pada pemeriksaan abdomen,
cincin bandl adalah tanda akhir dari persalinan tidak maju. Bentuk
uterus seperti kulit kacang dan palpasi akan memastikan tanda-tanda
yang terlihat pada waktu observasi.
2) Pemeriksaan Vagina
Tanda-tandanya sebagai berikut :
a) Bau busuk dari drainase mekonium
b) Cairan amniotik sudah keluar
c) Kateterisasi akan menghasilkan urine pekat yang dapt mengandung
mekonium atau darah
d) Pemeriksaan vagina : edema vulva (terutama jika ibu telah lama
mengedan), vagina panas dan mengering karena dehidrasi,
pembukaan serviks tidak komplit. Kaput suksedaneum yang besar
dapat diraba dan penyebab persalinan macet antara lain kepala sulit
bermolase akibat terhambat di pelvis, presentasi bahu dan lengan
prolaps.
3) Pencatatan Partograf
Persalinan macet dapat juga diketahui jika pencatatan pada partograf
menunjukan :
a) Kala I persalinan lama (fase aktif) disertai kemacetan sekunder
b) Kala II yang lama
c) Gawat janin (frekuensi jantung janin < dari 120 permenit, bau busuk
dari drainase mekonium sedangkan frekuensi jantung janin normal
120-160 permenit)
d) Pembukaan serviks yang buruk walaupun kontraksi uterus yang kuat.
b. Melakukan penanganan secepat mungkin untuk mencegah terjadinya
komplikasi, partus tak maju berisiko mengalami infeksi sampai ruptur
uterus dan biasanya ditangani dengan tindakan bedah, seksio caesarea,
ekstraksi cunam atau vacum oleh sebab itu harus dirujuk kerumah sakit.
1. Pencegahan Tersier
Pencegahan tersier dilakukan dengan mencegah terjadinya komplikasi yang
lebih berat dan kematian, yaitu :
a. Rehidrasikan pasien untuk mempertahankan volume plasma normal dan
menangani dehidrasi, ketosis dengan memberikan natrium laktat 1 liter dan
dekstrosa 5% 1-2 liter dalam 6 jam.
b. Pemberiaan antibiotik untuk mencegah sepsis puerperalis dan perawatan
intensif setelah melahirkan.

F. Diagnosa Keperawatan
1. Gangguan rasa nyaman nyeri berhubungan dengan terputus kontinuitas
jaringan sekunder terhadap pembedahan
2. Intoleransi aktivitas berhubungan dengan kelemahan fisik sekunder
terhadap efek anestesi
3. Resiko infeksi berhubungan dengan luka post op sectio caesarea

I. Intervensi Keperawatan
1. Gangguan rasa nyaman nyeri berhubungan dengan terputus kontinuitas
jaringan sekunder terhadap pembedahan.
Tujuan : Setelah dilakukan tindakan perawatan selama 2 x 24 jam nyeri
berkurang.
Kriteria hasil : Klien menyatakan nyeri berkurang dengan skala nyeri 0 – 2,
klien dapat istirahat dengan tenang
 Kaji skala nyeri dan karakteristik nyeri ( lokasi, durasi)
 monitor tanda-tanda vital (TD, nadi)
 ajarkan klien tekinik relaksasi dengan tarik napas panjang dan dalam
 ciptakan lingkungan yang nyaman dan tenang dengan membatasi jumlah
pengunjung kolaborasi pemberian analgetik sesuai indikasi
2. Intoleransi aktivitas berhubungan dengan kelemahan fisik sekunder
terhadap efek anestesi.
Tujuan : Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 2 x 24 jam klien
dapat melakukan aktivitas sesuai dengan kemapuan tanpa disertai nyeri.
Kriteria hasil : Klien dapat mengidentifikasi faktor-faktor yang
menurunkan
 Kaji respon klien terhadap aktivitas,
 catat tipe anestesi,
 anjurkan klien untuk ambulasi dini dengan miring ke kanan dan ke kiri,
 anjurkan untuk melakukan gerakan ringan seperti pada tangan dan kaki,
 bantu klien dalam pemenuhan aktivitas sehari-hari sesuai kebutuhan,
 tingkatkan aktivitas secara bertahap,
 libatkan keluarga dalam aktivitas klien.
3. Resiko infeksi berhubungan dengan luka post op sectio caesarea.
Tujuan : Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 3 kali 24 jam
Kriteria hasil : Tidak terdapat tanda-tanda infeksi (dolor, rubor, color,
tumor, fungsiolaesa), tanda-tanda vital dalam batas normal terutama suhu
(36 – 37°C), luka bersih dan kering.
 Monitor tanda-tanda vital terutama suhu tiap 4 jam sekali,
 kaji luka pada abdomen dan balutan serta jumlah lochea,
 jaga kebersihan si sekitar luka dan lingkungan klien,
 Lakukan perawatan luka dengan tehnik aseptic dan steril,
 lakukan perawatan DC dan vulva,
 kolaborasi pemberian antibiotic sesuai indikasi
J. Daftar Pustaka
Situs web :
- http://farihaalthafunnisa-midwifery.blogspot.com/2011/08/partus-tak-
maju.html
- http://repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/19884/4/Chapter%20II.pdf

Anda mungkin juga menyukai