DISUSUN OLEH:
Lussy saswina 21219037
Subrayan 21219073
Rani Octhasari 21219056
Dedes Sahpitra 21219013
Lita Gustina T.B 21219035
Waode Raniati 21219084
Dian Agustina Putri 21219016
Nugroho Anis W 21219048
Ovi Maftukhatus M 21219051
Muflih Pratama 21219044
A. Identifikasi Istilah
1. Partus Preamturus Imminens
2. Dilatasi Serviks
B. Dont Know
1. Apakah Stres psikososial dapat menyebabkan partus preamturus imminens
atau PPI?
2. Apa yang dimaksud dengan partus prematurus imminens ?
3. Bagaimana terapi non farmakologi pada pasien dengan partsu preamaturus
imminens?
4. Mengapa kontraksi pada partus prematurus imminens bisa hilang timbul ?
5. Bagaimana asuhan keperawatan pada partus prematurus imminens ?
6. Tindakan apa dilakukan pada kasus partus prematurus imminens?
7. Bagaimana cara menghitung kontraksi pada ibu hamil ?
8. Apa komplikasi pada partus prematurus imminens?
9. Apa penyebab utama terjadi partus prematurus imminens pada ibu hamil ?
10. Bagaimana cara mengukur tingkat kecemasan pada kasus dengan partus
prematurus imminens ?
C. ANSWAR
D. MEKANISME
Faktor mayor & Faktor minor
Faktor ibu, factor janin dan factor plasenta
Krisissitusional
Rangsangan pada uterus Kehamilan> 37 minggu
Stress psikologis
Kontraksi uterus meningkat Psikososial
DISUSUN OLEH:
Lussy saswina 21219037
Subrayan 21219073
Rani Octhasari 21219056
Dedes Sahpitra 21219013
Lita Gustina T.B 21219035
Waode Raniati 21219084
Dian Agustina Putri 21219016
Nugroho Anis W 21219048
Ovi Maftukhatus M 21219051
Muflih Pratama 21219044
A. Definisi
Menurut Oxorn (2010), partus prematurus atau persalinan prematur dapat
diartikan sebagai dimulainya kontraksi uterus yang teratur yang disertai pendataran dan
atau dilatasi servix serta turunnya bayi pada wanita hamil yang lama kehamilannya
kurang dari 37 minggu (kurang dari 259 hari) sejak hari pertama haid terakhir.
Menurut Nugroho (2010) persalinan preterm atau partus prematur adalah persalinan
yang terjadi pada kehamilan kurang dari 37 minggu (antara 20-37 minggu) atau dengan
berat janin kurang dari 2500 gram. Partus preterm adalah kelahiran setelah 20 minggu
dan sebelum kehamilan 37 minggu dari hari pertama menstruasi terakhir (Benson,
2012). Menurut Rukiyah (2010), partus preterm adalah persalinan pada umur
kehamilan kurang dari 37 minggu atau berat badan lahir antara 500-2499 gram.
Berdasarkan beberapa teori diatas dapat diketahui bahwa Partus Prematurus
Iminens (PPI) adalah adanya suatu ancaman pada kehamilan dimana timbulnya tanda-
tanda persalinan pada usia kehamilan yang belum aterm (20 minggu-37 minggu) dan
berat badan lahir bayi kurang dari 2500 gram.
2. Genetalia Interna
a. Vagina
Merupakan saluran muskulo-membraneus yang menghubungkan
rahim dengan vulva. Jaringan muskulusnya merupakan kelanjutan dari
muskulus sfingter ani dan muskulus levator ani, oleh karena itu dapat
dikendalikan. Vagina terletak antara kandung kemih dan rektum. Panjang
bagian depan sekitar 9 cm dan dinding belakang sekitar 11 cm.
Bagian serviks yang menonjol ke dalam vagina disebut portio. Portio
uteri membagi puncak (ujung) vagina menjadi
- Fomiks anterior
- Fomikd posterior
- Fomiks dekstra
- Fomiks sisistra
Sel dinding vagina mengandung banyak glikogen yang menghasilkan
asam susu dengan pH 4,5. Keasaman vagina memberikan proteksi terhadap
infeksi. Fungsi utama vagina:
1) Saluran untuk mengeluarjan lendir uterus dan darah menstruasi
2) Alat hubungan seks
3) Jalan lahir pada waktu persalinan
b. Uterus
Merupakan jaringan otot yang kuat, terletak di pelvis minor diantara
kandung kemih dan rektum. Dinding belakang dan depan atas tertutup
peritonium, sedangkan bagian bawah berhubungan dengan kandung kemih.
Vaskularisasi uterus berasal dari arteri uterina yang merupakan cabang utama
dari arteri illiaka interna (arterihipogastrika interna).
Bentuk uterus seperti bola lampu dan gepeng
1) Korpus uteri: berbentuk segitiga
2) Serviks uteri: berbentuk silinder
3) Fundus uteri: bagian korpus uteri yang terletak diatas kedua pangkal tuba.
Untuk mempertahankan posisinya, uterus disangga beberapa ligamentum,
jaringan ikat dan parametrium. Ukuran uterus tergantung dari usia wanita da
paritas. Ukuran anak-anak 2-3 cm, nullipara 6-8 cm, multipara 8-9 cm, dan
>80 gram pada wanita hamil. Uterus dapat menahan beban hingga 5 liter.
Dinding uterus terdiri dari 3 lapisan:
1) Peritoneum
Meliputi dinding rahim bagian luar, menutupi bagian luar uterus.
Merupakan penebalan yang diisi jaringan ikat dan pembuluh darah limfe
dan urat syaraf. Peritoneum meliputi tuba dan mencapai dinding abdomen.
2) Lapisan otot
Susunan otot rahim terdiri dari lapisan yaitu lapisan luar, lapisan
tengah, dan lapisan dalam. Pada lapisan tengah membentuk lapisan tebal
anyaman serabut otot rahim. Lapisan tengah ditembus oleh pembuluh
darah arteri dan vena. Lengkungan serabut otot ini membentuk angka
delapan sehingga saat terjadi kontraksi pembuluh darah terjepit rapat,
dengan demikian perndarahan dapat terhenti. Makin kearah serviks, otot
rahim makin berkurang, dan jaringan ikatnya bertambah. Bagian rahim
yang terletak antara osteum uteri internum anatomikum, yang merupakan
batas dari kavum uteri dan kanalis servikalis dengan osteum uteri
histologikum (dimana terjadi perubahan selaput lendir kavum uteri menjadi
selaput lendir serviks) disebut isthmus. Isthmus uteri ini akan menjdi
segmen bawah rahim dan meregang saar persalinan
3) Endometrium
Pada endometrium terdapat lubang kecil yang merupakan muara dari
kelenjar endometrium. Variasi tebal, tipisnya, dan fase pengeluaran lendir
endometrium ditentukan oleh perubahan hormonal dalam siklus
menstruasi. Pada saat konsepsi endometrium mengalami perubahan
menjadi desidua, sehingga memungkinkan terjadi implantasi (nidasi).
Lapisan epitel serviks berbentuk silinder, dan bersifat mengeluarkan cairan
secara terus-menerus, sehingga dapat membasahi vagina. Kedudukan
uterus dalam tulang panggul ditentukan oleh tonus otot rahim sendiri, tonus
ligamentum yang menyangga, tonus otot-otot panggul. Ligamentum yang
menyangga uterus adalah:
a) Ligamentum latum
Ligamentum latum seolah-olah tergantung pada tuba fallopii
b) Ligamentum rotundum (teres uteri)
Terdiri dari otot polos dan jaringan ikat. Fungsinya menahan uterus
dalam posisi antefleksi.
c) Ligamentum infundibulopelvikum
Menggantung dinding uterus ke dinding panggul.
d) Ligamentum kardinale machenrod
Menghalangi pergerakan uterus ke kanan dan ke kiri. Tempat
masuknya pembuluh darah menuju uterus.
e) Ligamentum sacro-uterinum
Merupakan penebalan dari ligamentum kardinale machenrod menuju
os.sacrum
f) Ligamentum vesiko-uterinum
Merupakan jaringan ikat agak longgar sehingga dapat mengikuti
perkembangan uterus saat hamil dan persalinan.
c. Tuba Fallopii
Tuba fallopii merupakan tubulo-muskuler, dengan panjang 12 cm dan
diameternya antara 3-8 mm. Fungsi tuba sangat penting, yaitu untuk
menangkap ovum yang dilepaskan saat ovulasi, sebagai saluran dari
spermatozoa ovum dan hasil konsepsi, tempat terjadinya konsepsi, dan tempat
pertumbuhan an perkembangan hasil konsepsi sampai mencapai bentuk
blastula yang siap melakukan implantasi.
d. Ovarium
Merupakan kelenjar berbentuk buah kenari terletak kiri dan kanan
uterus di bawah tuba uterina dan terikat di sebelah belakang oleh ligamentum
latum uterus. Setiap bulan sebuah folikel berkembang dan sebuah ovum
dilepaskan pada saat kira-kira pertengahan (hari ke 14) siklus menstruasi.
Ovulasi adalah pematangan folikel de graf dan mengeluarkan ovum. Ketika
dilahirkan, wanita memiliki cadangan ovum sebanyak 100.000 buah di dalam
ovariumya, bila habis menopause.
Ovarium yang disebut juga indung telur, mempunyai 3 fungsi:
a) Memproduksi ovum
b) Memproduksi hormone estrogen
c) Memproduksi progesteron
Memasuki pubertas yaitu sekitar usia 13-16 tahun dimulai
pertumbuhan folikel primordial ovarium yang mengeluarkan hormon
estrogen. Estrogen merupakan hormon terpenting pada wanita. Pengeluaran
hormon ini menumbuhkan tanda seks sekunder pada wanita seperti
pembesaran payudara, pertumbuhan rambut pubis, pertumbuhan rambut
ketiak, dan akhirnya terjadi pengeluaran darah menstruasi pertama yang
disebut menarche.
Awal-awal menstruasi sering tidak teratur karena folikel graf belum
melepaskan ovum yang disebut ovulasi. Hal ini terjadi karena memberikan
kesempatan pada estrogen untuk menumbuhkan tanda-tanda seks sekunder.
Pada usia 17-18 tahun menstruasi sudah teratur dengan interval 28-30 hari
yang berlangsung kurang lebih 2-3 hari disertai dengan ovulasi, sebagai
kematangan organ reproduksi wanita.
D. Patofisiologi
Persalinan prematur menunjukkan adanya kegagalan mekanisme yang
bertanggung jawab untuk mempertahankan kondisi tenang uterus selama kehamilan
atau adanya gangguan yang menyebabkan singkatnya kehamilan atau membebani jalur
persalinanan normal sehingga memicu dimulainya proses persalinan secara dini. Empat
jalur terpisah, yaitu stress, infeksi, regangan dan perdarahan (Norwintz, 2007).
Enzim sitokinin dan prostaglandin, ruptur membran, ketuban pecah, aliran darah
ke plasenta yang berkurang mengakibatkan nyeri dan intoleransi aktifitas yang
menimbulkan kontraksi uterus, sehingga menyebabkan persalinan prematur.
Akibat dari persalinan prematur berdampak pada janin dan pada ibu. Pada janin,
menyebabkan kelahiran yang belum pada waktunya sehingga terjailah imaturitas
jaringan pada janin. Salah satu dampaknya terjdilah maturitas paru yang menyebabkan
resiko cidera pada janin. Sedangkan pada ibu, resiko tinggi pada kesehatan yang
menyebabkan ansietas dan kurangnya informasi tentang kehamilan mengakibatkan
kurangnya pengetahuan untuk merawat dan menjaga kesehatan saat kehamilan.
F. Komplikasi
Menurut Nugroho (2010), komplikasi partus prematurus iminens yang terjadi
pada ibu adalah terjadinya persalinan prematur yang dapat menyebabkan infeksi
endometrium sehingga mengakibatkan sepsis dan lambatnya penyembuhan luka
episiotomi. Sedangkan pada bayi prematur memiliki resiko infeksi neonatal lebih
tinggi seperti resiko distress pernafasan, sepsis neonatal, necrotizing enterocolitis dan
perdarahan intraventikuler.
Menurut Benson (2012), terdapat paling sedikit enam bahaya utama yang
mengancam neonatus prematur, yaitu gangguan respirasi, gagal jantung kongestif,
perdarahan intraventrikel dan kelainan neurologik, hiperilirubinemia, sepsis dan
kesulitan makan. Sedangkan menurut Oxorn (2010), prognosis yang dapat terjadi pada
persalinan prematuritas adalah :
1. Anoksia 12 kali lebih sering terjadi pada bayi prematur
2. Gangguan respirasi
3. Rentan terhadap kompresi kepala karena lunaknya tulang tengkorak dan
immaturitas jaringan otak
4. Perdarahan intracranial 5 kali lebih sering pada bayi prematur dibanding bayi aterm
5. Cerebral palsy
6. Terdapat insidensi kerusakan organik otak yang lebih tinggi pada bayi prematur
(meskipun banyak orang–orang jenius yang dilahirkan sebelum aterm).
G. Diagnosis
Beberapa kriteria dapat dipakai sebagai diagnosis ancaman PPI (Wiknjosastro, 2010),
yaitu:
1. Usia kehamilan antara 20 dan 37 minggu atau antara 140 dan 259 hari,
2. Kontraksi uterus (his) teratur, yaitu kontraksi yang berulang sedikitnya setiap 7-8
menit sekali, atau 2-3 kali dalam waktu 10 menit,
3. Merasakan gejala seperti rasa kaku di perut menyerupai kaku menstruasi, rasa
tekanan intrapelvik dan nyeri pada punggung bawah (low back pain),
4. Mengeluarkan lendir pervaginam, mungkin bercampur darah,
5. Pemeriksaan dalam menunjukkan bahwa serviks telah mendatar 50-80%, atau
telah terjadi pembukaan sedikitnya 2 cm,
6. Selaput amnion seringkali telah pecah,
7. Presentasi janin rendah, sampai mencapai spina isiadika.
Kriteria lain yang diusulkan oleh American Academy of Pediatrics dan The American
Collage of Obstetricians and Gynecologists (1997) untuk mendiagnosis PPI ialah
sebagai berikut:
1. Kontraksi yang terjadi dengan frekuensi empat kali dalam 20 menit atau delapan
kali dalam 60 menit plus perubahan progresif pada serviks,
2. Dilatasi serviks lebih dari 1 cm,
3. Pendataran serviks sebesar 80% atau lebih.
H. Pemeriksaan Penunjang
1. Pemeriksaan Laboratorium:
a. Pemeriksaan kultur urin
b. Pemeriksaan gas dan Ph darah janin
c. Pemeriksaan darah tepi ibu
d. Jumlah leokosit
C-reactive protein. CRP ada pada serum penderita yang menderita infeksi akut
dan dideteksi berdasarkan kemampuannya untuk mempresipitasi fraksi
polisakarida somatic nonspesifik kuman pneumococcus yang disebut fraksi C.
CRP dibentuk dihepatosit sebagai reaksi terhadap IL-I, IL-6, TNF.
2. Pemeriksaan USG untuk mengetahui usia gestasi, jumlah janin, besar janin,
kativitas biofisik, cacat kongenital, letak dan maturasi plasenta, volume cairan tuba
dan kelainan uterus.
I. Penatalaksanaan
Beberapa langkah yang dapat dilakukan pada PPI, terutama untuk mencegah
morbiditas dan mortalitas neonatus preterm ialah:
1. Menghambat proses persalinan preterm dengan pemberian tokolitik, yaitu :
a. Kalsium antagonis: nifedipin 10 mg/oral diulang 2-3 kali/jam, dilanjutkan tiap
8 jam sampai kontraksi hilang. Obat dapat diberikan lagi jika timbul kontaksi
berulang. dosis maintenance 3x10 mg.
b. Obat ß-mimetik: seperti terbutalin, ritrodin, isoksuprin, dan salbutamol dapat
digunakan, tetapi nifedipin mempunyai efek samping yang lebih kecil.
Salbutamol, dengan dosis per infus: 20-50 µg/menit, sedangkan per oral: 4 mg,
2-4 kali/hari (maintenance) atau terbutalin, dengan dosis per infus: 10-15
µg/menit, subkutan: 250 µg setiap 6 jam sedangkan dosis per oral: 5-7.5 mg
setiap 8 jam (maintenance). Efek samping dari golongan obat ini ialah:
hiperglikemia, hipokalemia, hipotensi, takikardia, iskemi miokardial, edema
paru.
c. Sulfas magnesikus: dosis perinteral sulfas magnesikus ialah 4-6 gr/iv, secara
bolus selama 20-30 menit, dan infus 2-4gr/jam (maintenance). Namun obat ini
jarang digunakan karena efek samping yang dapat ditimbulkannya pada ibu
ataupun janin. Beberapa efek sampingnya ialah edema paru, letargi, nyeri dada,
dan depresi pernafasan (pada ibu dan bayi).
d. Penghambat produksi prostaglandin: indometasin, sulindac, nimesulide dapat
menghambat produksi prostaglandin dengan menghambat cyclooxygenases
(COXs) yang dibutuhkan untuk produksi prostaglandin. Indometasin
merupakan penghambat COX yang cukup kuat, namun menimbulkan risiko
kardiovaskular pada janin. Sulindac memiliki efek samping yang lebih kecil
daripada indometasin. Sedangkan nimesulide saat ini hanya tersedia dalam
konteks percobaan klinis.
Untuk menghambat proses PPI, selain tokolisis, pasien juga perlu membatasi
aktivitas atau tirah baring serta menghindari aktivitas seksual. Kontraindikasi relatif
penggunaan tokolisis ialah ketika lingkungan intrauterine terbukti tidak baik,
seperti:
a. Oligohidramnion
b. Korioamnionitis berat pada ketuban pecah dini
c. Preeklamsia berat
d. Hasil nonstrees test tidak reaktif
e. Hasil contraction stress test positif
f. Perdarahan pervaginam dengan abrupsi plasenta, kecuali keadaan pasien stabil
dan kesejahteraan janin baik
g. Kematian janin atau anomali janin yang mematikan
h. Terjadinya efek samping yang serius selama penggunaan beta-mimetik.
DISUSUN OLEH:
Lussy saswina 21219037
Subrayan 21219073
Rani Octhasari 21219056
Dedes Sahpitra 21219013
Lita Gustina T.B 21219035
Waode Raniati 21219084
Dian Agustina Putri 21219016
Nugroho Anis W 21219048
Ovi Maftukhatus M 21219051
Muflih Pratama 21219044
A. IDENTITAS/BIODATA
Nama : Ny “A” Nama Suami : Tn “H”
Umur : 27 Thn Umur : 33 Thn
Suku/Bangsa : Indonesia Suku/Bangsa : Indonesia
Agama : Islam Agama : Islam
Pendidikan : SD Pendidikan : SMA
Pekerjaan : Ibu Rumah Tangga Pekerjaan : Swasta
Alamat : Sekip jaya Alamat : Sekip jaya
No.Register : 0001154371
B. Riwayat
1. Keluhan saat masuk Rumah Sakit :
Klien mengatakan bahwa ia mengalami mulas-mulas(kontraksi) , tetapi
klien mengatakan tidak mengalami keluar air-air dari vagina, klien merasa
cemas dengan keadaannya sekarang.
3. Riwayat Obstetri
a. Riwayat Menstruasi
Haid Pertama : Umur 12 tahun
Teratur/tidak teratur : Teratur
Siklus : 28 hari
Lamanya : 6-7 hari
Banyaknya : 3 kali ganti balutan
Keluhan : Tidak ada
c. Genogram
Keterangan :
: Laki-Laki
: Perempuan
: Klien
: Meninggal
l. Ektremitas
1) Turgor kulit : Elastis
2) Warna kulit : Kuning langsat
3) Pergerakan : Normal
4) Lainnya sebutkan : Ekstremitas tidak ada pembengkakan
6. Pemeriksaan Penunjang
Lab/diagnostik Order Indikasi Normal Hasil Analisis/in
/obat
terpretasi
IVFD RL GTT GTT Untuk
20 x/menit 20x/m mengembalikan
keseimbangan
cairan tubuh
Dexamethason 1x12 mg Untuk
e 1x2 mg pematangan
(injeksi) paru bayi
Nifedipine 4x10 mg Menurunkan
4x10 mg (oral) durasi &
frekuensi
kontraksi
Hb Untuk 12-16 10,49 g/dl
mengetahui
g/dl
kadar
hemoglobin
dalam darah
Besi 18-160 35
mcg/l
TIBC (Total 240-450 412
Iron Binding
mcg/l
Capacity)
Leukosit Untuk 4500- 14,18 %
mengetahui
10.000
kadar leukosit
dalam darah sel/mm
ANALISA DATA
DATA ETIOLOGI MASLAH
KEPERAWATAN
DS: Factor ibu,janin dan Ansietas
plasenta
- Klien mengatakan
mules (kontraksi)
padahal belum
Kehamilan <37 minggu
cukup bulan
- Klien mengatakan
klien cemas karena Partus prematurus immines
ini merupakan
kehamilan
stress fisiologis
pertamnya
DO:
- Pemeriksaan leopod
ibu tampak bingung
I-IV
TTV:
- TD : 120/80mmHg cemas
- RR: 21x/menit
- HR: 82x/menit
akral dingin
- T: 36,2oc
ANSITES
DS: Factor ibu,janin dan Ketidakefektifan
plasenta proses kehamilan
- Klien mengatakan
bahwa klien baru
hamil 35 minggu
Kehamilan <37 minggu
- Klien mengatakan
klien mengalami
kontraksi seperti Partus prematurus immines
mau lahiran pada
kehamilan 35
Psikososial
minggu
DO:
- Pemeriksaan leopod
1 pada fundus Kurang informasi
teraba lunak, dan
tinggi fundus 32 cm
Ibu mengatakan tidak
- Leopod 2 teraba
mengetahui perawtan diri
bagian punggung dan bayi setelah lahir
disebleah kanan
ekstremitas di
KETIDAKEFEKTIFAN
bagian sebelah kiri
PROSES KEHAMILAN
- Leopod 3 teraba
bagian bulat dan
melenting serta
janin belum masuk
PAP.
- TTV:
TD : 120/80mmHg
RR: 21x/menit
HR: 82x/menit
T: 36,2oc
DS: Faktor ibu,janin dan Resiko gangguan
plasenta hubungan ibu-janin
DS :
- Klien mengatakan
mules-mules
kehamilan<37 minggu
(kontraksi) dengan
usia kehamilan 35
minggu partus prematurus immines
- Klien mengatakan
cemas karena ini
rangsangan pada uterus
merupakan
kehamilan
pertamanya
kontraksi uterus meningkat
DO :
- Fundus teraba
lunak dan tinggi dilatasai serviks
fundus uteri 32 cm
- Djj 140x/menit
nyeri
- Janin belum
masuk pintu atas
panggul
RESIKO GANGGUAN
- Tidak ada dilaktasi HUBUNGAN IBU- JANIN
serviks
- Fisik Klien
Tampak Lemah
- Pemeriksaan vital
sign
TD 120/80 mmhg
HR 82 x/menit
RR 21x/menit
MASALAH KEPERAWATAN
1. Ansietas
2. Ketidakefektifan proses kehamilan-melahirkan
3. Resiko gangguan hubungan ibu-janin
DIAGNOSA KEPERAWATAN
1. Ketidakefektifan proses kehamilan-melahirkan berhubungan dengan selama
kehamilan
2. Ansietas berhubungan dengan factor penyakit
3. Resiko gangguan hubungan ibu-janin behubungan dengan
RENCANA TINDAKAN KEPERAWATAN
Nama : Ny A No Med Rec : 0001154371
Ruangan : VK Jenis kelamin : Perempuan
Diagnosa Tujuan (NOC) Intervensi (NIC)
Ketidakefektifan proses kkehamilan - Melahirkan Setelah dilakukan tindakan keperawatan 1. Ajarkan ibu dan pasangan
b.d selama kehamilan yang ditandai dengan selama x 24 jam, diharapkan klien
mengenai fisiologi persalinan
DS: mendapatkan pengetahuan tentang proses
kehamilan-melahirkan, dengan kriteria hasil 2. Ajarkan ibu dan pasangan
- Klien mengatakan bahwa klien baru hamil 35
:
mengenai tanda-tanda persalinan
minggu
No Kriteria hasil A T 3. Informasikan pada ibu mengenai
- Klien mengatakan klien mengalami kontraksi 1. Frekuensi kontraksi uterus 3 5
kapan harus datang keruamh sakit
seperti mau lahiran pada kehamilan 35 2. Durasi kontraksi uterus 3 5
3. Intensitas kontraksi uterus 3 5 dalam rangka persiapan
minggu
4. Perkembangan dilatasi 3 5
serviks
menghadapi persalinan
DO:
5. Tekanan darah 3 5 4. Diskusikan pilihan kntrol nyeri
- Pemeriksaan leopod 1 pada fundus teraba
Keterangan : bersama ibu
lunak, dan tinggi fundus 32 cm
1. Berat 5. Informasikan ibu mengenai pilihan
- Leopod 2 teraba bagian punggung disebleah 2. Cukup besar
3. Sedang persalinan jika timbul komplikasi
kanan ekstremitas di bagian sebelah kiri
4. Ringan 6. Jelaskan prosedur monitor yang
- Leopod 3 teraba bagian bulat dan melenting 5. Normal
mungkin akan dilakukan selama
serta janin belum masuk PAP.
proses persalinan
- TTV:
7. Ajarkan ibu dan pasangan
TD : 120/80mmHg
RR: 21x/menit mengenai tehnik pernapasan dan
HR: 82x/menit relaksasi yang akan digunakan
T: 36,2oc selama persalinan.
Resiko gangguan hubungan ibu-janin Setelah dilakukan tindakan keperawatan Supresi melahirkan
DS : selama x 24 jam, pengetahuan melahirkan 1. Palpasi posisi janin, lokasinya dan
- Klien mengatakan mules-mules (kontraksi) dan persalinan akan membaik dengan presentasi janinya
dengan usia kehamilan 35 minggu kriteria sebagai berikut : 2. Monitor denyut jantung janin
- Klien mengatakan cemas karena ini Kreteria A T 3. Berikan intervensi untuk
merupakan kehamilan pertamanya 1. Tanda dan gejala persalinan 3 5 mengurangi ketidaknyamanan
DO : 2. Tahapan persalinan dan 3 5 terhadap efek samping yang normal
- Fundus teraba lunak dan tinggi fundus uteri melahirkan 2 4 misalnya teknik relaksasi
3. Komplikasi potensial 3 5
32 cm 4. Tentukan pengetahuan pasien dan
persalinan 3 5
- Djj 140x/menit keluarga mengenai kelahiran
4. Teknik relaksasi yang efektif
- Janin belum masuk pintu atas panggul premature , perkembangan janin
5. Strategi untuk mengontrol
- Tidak ada dilaktasi serviks dan juga motivasi untuk
nyeri
- Fisik Klien Tampak Lemah 6. Kelahiran bayi memperpanjang kehamilan
- Pemeriksaan vital sign Skala indicator : 5. Dukung istirahat/tidur yang adekuat
TD 120/80 mmhg 1. Tidak ada pengetahuan untuk
HR 82 x/menit 6. Berkolaborasi dalam pemberian
RR 21x/menit 2. Pengetahuan terbatas obat-obatan nifedipine dan
3. Pengetahuan sedang dexametason
4. Pengetahuan banyak
5. Pengetahuan sangat banyak
Ansietas b.d factor penyakit yang ditandai dengan Tingkat kecemasan: Pengukuran kecemasan
Setelah dilakukan tindakan keperawatan
DS: 1. Gunakan pendekatan yang tenang
selama x 24 jam, diharapkan kecemasan
- Klien mengatakan mules (kontraksi) padahal klien berkurang, dengan kriteria hasil : dan menyakinkan
belum cukup bulan 2. Nyatakan dengan jelas
No Kriteria hasil A T
- Klien mengatakan klien cemas karena ini 1. Tidak dapat beristirahat 3 5 harapan,terhadap prilaku klien
merupakan kehamilan pertamnya 2. Perasaan gelisah 3 5 3. Berilah objek yang menunjukan
3. Wajah tegang 3 5
DO: 4. Otot tegang 3 5 perasaan aman
5. Meremas remas tangan 3 5
- Pemeriksaan leopod I-IV 4. Bantu klien mengidentifikasi situasi
Keterangan :
- TTV: 1. Berat yang memicu kecemasan
TD : 120/80mmHg 2. Cukup besar 5. Atur penggunaan obat obatan untuk
3. Sedang
RR: 21x/menit 4. Ringan mengurangi kecemasan secara tepat
HR: 82x/menit 5. Normal 6. Intruksikan klien untuk
T: 36,2oc menggunakan tekhnik relaksasi
IMPLEMENTASI DAN EVALUASI KEPERAWATAN