Anda di halaman 1dari 39

LAPORAN TUTORIAL STASE MATERNITAS DENGAN DIAGNOSA

PARTUS PREMATURUS IMMINENS

DISUSUN OLEH:
Lussy saswina 21219037
Subrayan 21219073
Rani Octhasari 21219056
Dedes Sahpitra 21219013
Lita Gustina T.B 21219035
Waode Raniati 21219084
Dian Agustina Putri 21219016
Nugroho Anis W 21219048
Ovi Maftukhatus M 21219051
Muflih Pratama 21219044

Dosen Pembimbing : Miskiyah Tamar, S.Kep., Ns., M.Kep

PROGRAM PROFESI NERS


SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN MUHAMMADIYAH
PALEMBANG
TAHUN AKADEMIK 2019-2020
KASUS
Pada tanggal 21 desember 2019 jam 11.00 WIB, Ny “A” datang kerumah sakit
umum pusat mohammad hoesin palembang dibawa oleh suaminya dengan
keluhan mulas-mulas (kontraksi) dengan usia kehamilan 35 minggu, klien
mengatakan bahwa ini adalah kehamilan pertamanya, ketika dilakukan pengkajian
klien mengatakan cemas dengan keadaaan janinnya. Saat dilakukan pemeriksaan
leopod I : pada fundus teraba lunak dan tinggi fundus uteri 32 cm, leopod II :
punggung janin teraba disebelah kanan dengan DJJ 140x/m, leopod III : janin
teraba belum masuk pintu atas panggul dan pada leopod IV janin belum dapat
diukur sejauh mana sudah masuk pintu atas panggul dikarenakan belum PAP,
tidak ada dilatasi serviks. Pada saat dilakukan pemeriksaan fisik vital sign TD
:120/80 mmHg, HR:82 x/m, RR:21x/m, T:36,2ᵒC. dan saat dilakukan pengkajian
klien tidak mengalami kontraksi sehingga ditegakan diagnosa medis yaitu partus
prematurus imminens.

A. Identifikasi Istilah
1. Partus Preamturus Imminens
2. Dilatasi Serviks
B. Dont Know
1. Apakah Stres psikososial dapat menyebabkan partus preamturus imminens
atau PPI?
2. Apa yang dimaksud dengan partus prematurus imminens ?
3. Bagaimana terapi non farmakologi pada pasien dengan partsu preamaturus
imminens?
4. Mengapa kontraksi pada partus prematurus imminens bisa hilang timbul ?
5. Bagaimana asuhan keperawatan pada partus prematurus imminens ?
6. Tindakan apa dilakukan pada kasus partus prematurus imminens?
7. Bagaimana cara menghitung kontraksi pada ibu hamil ?
8. Apa komplikasi pada partus prematurus imminens?
9. Apa penyebab utama terjadi partus prematurus imminens pada ibu hamil ?
10. Bagaimana cara mengukur tingkat kecemasan pada kasus dengan partus
prematurus imminens ?
C. ANSWAR
D. MEKANISME
Faktor mayor & Faktor minor
Faktor ibu, factor janin dan factor plasenta

Partus Prematur Imenens

Krisissitusional
Rangsangan pada uterus Kehamilan> 37 minggu

Stress psikologis
Kontraksi uterus meningkat Psikososial

Ibu tampak bingung


Prostaglandin meningkat
Perubahan peran dalam hidup
cemas
Dilatasi serviks
Kurang informasi
Akral dingin
nyeri
Ibu mengatakan tidak tahu cara
perawatan diri dan bayi setelah lahir Ansietas
Resiko terganggunya
ibu dan janin
Ketidakefektifan
proses kehamilan
E. LEARNING OUTCOM
LAPORAN PENDAHULUAN PARTUS PREAMATURUS IMMINENS

DISUSUN OLEH:
Lussy saswina 21219037
Subrayan 21219073
Rani Octhasari 21219056
Dedes Sahpitra 21219013
Lita Gustina T.B 21219035
Waode Raniati 21219084
Dian Agustina Putri 21219016
Nugroho Anis W 21219048
Ovi Maftukhatus M 21219051
Muflih Pratama 21219044

Dosen Pembimbing : Miskiyah Tamar, S.Kep., Ns., M.Kep

PROGRAM PROFESI NERS


SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN MUHAMMADIYAH PALEMBANG
TAHUN AKADEMIK 2019-2020
LAPORAN PENDAHULUAN
PARTUS PREMATURUS IMMINENS

A. Definisi
Menurut Oxorn (2010), partus prematurus atau persalinan prematur dapat
diartikan sebagai dimulainya kontraksi uterus yang teratur yang disertai pendataran dan
atau dilatasi servix serta turunnya bayi pada wanita hamil yang lama kehamilannya
kurang dari 37 minggu (kurang dari 259 hari) sejak hari pertama haid terakhir.
Menurut Nugroho (2010) persalinan preterm atau partus prematur adalah persalinan
yang terjadi pada kehamilan kurang dari 37 minggu (antara 20-37 minggu) atau dengan
berat janin kurang dari 2500 gram. Partus preterm adalah kelahiran setelah 20 minggu
dan sebelum kehamilan 37 minggu dari hari pertama menstruasi terakhir (Benson,
2012). Menurut Rukiyah (2010), partus preterm adalah persalinan pada umur
kehamilan kurang dari 37 minggu atau berat badan lahir antara 500-2499 gram.
Berdasarkan beberapa teori diatas dapat diketahui bahwa Partus Prematurus
Iminens (PPI) adalah adanya suatu ancaman pada kehamilan dimana timbulnya tanda-
tanda persalinan pada usia kehamilan yang belum aterm (20 minggu-37 minggu) dan
berat badan lahir bayi kurang dari 2500 gram.

B. Etiologi dan Faktor Resiko


Faktor resiko PPI menurut Wiknjosastro (2010) yaitu :
1. Janin dan plasenta : perdarahan trimester awal, perdarahan antepartum, KPD,
pertumbuhan janin terhambat, cacat bawaan janin, gemeli, polihidramnion
2. Ibu : DM, pre eklampsia, HT, ISK, infeksi dengan demam, kelainan bentuk uterus,
riwayat partus preterm atau abortus berulang, inkompetensi serviks, pemakaian
obat narkotik, trauma, perokok berat, kelainan imun/resus
Namun menurut Nugroho (2010) ada beberapa resiko yang dapat menyebabkan partus
prematurus yaitu :
1. Faktor resiko mayor : Kehamilan multiple, hidramnion, anomali uterus, serviks
terbuka lebih dari 1 cm pada kehamilan 32 minggu, serviks mendatar/memendek
kurang dari 1 cm pada kehamilan 32 minggu, riwayat abortus pada trimester II
lebih dari 1 kali, riwayat persalinan pretem sebelumnya, operasi abdominal pada
kehamilan preterm, riwayat operasi konisasi, dan iritabilitas uterus.
2. Faktor resiko minor : Penyakit yang disertai demam, perdarahan pervaginam
setelah kehamilan 12 minggu, riwayat pielonefritis, merokok lebih dari 10 batang
perhari, riwayat abortus pada trimester II, riwayat abortus pada trimester I lebih
dari 2 kali.
Sedangkan menurut Manuaba (2009), faktor predisposisi partus prematurus adalah
sebagai berikut:
1. Faktor ibu : Gizi saat hamil kurang, umur kurang dari 20 tahun atau diatas 35
tahun, jarak hamil dan bersalin terlalu dekat, penyakit menahun ibu seperti;
hipertensi, jantung, ganguan pembuluh darah (perokok), faktor pekerjaan yang
terlalu berat.
2. Faktor kehamilan : Hamil dengan hidramnion, hamil ganda, perdarahan
antepartum, komplikasi hamil seperti pre eklampsi dan eklampsi, ketuban pecah
dini.
3. Faktor janin : Cacat bawaan, infeksi dalam rahim

C. ANATOMI DAN FISIOLOGI SISTEM REPRODUKSI


Anatomi Sistem Reproduksi
1. Genetalia Eksterna (Vulva)

a. Tundun (Mons Veneris)


Bagian yang menonjol meliputi simfisis yang terdiri dari jaringan dan
lemak, area ini mulai ditumbuhi bulu (pubis hair) pada masa pubertas. Bagian
yang dilapisi lemak, terletak di atas simfisis pubis.
b. Labia Mayora
Merupakan kelanjutan dari mons veneris, berbentuk lonjong. Kedua
bibir ini bertemu di bagian bawah dan membentuk perineum. Labia mayora
bagian luar tertutup rambut, yang merupakan kelanjutan dari rambut pada
mons veneris. Labia mayora bagian dalam tanpa rambut, merupakan selaput
yang mengandung kelenjar sebasca (lemak). Ukuran labia mayora pada
wanita dewasa panjang 7-8 cm, lebar 2-3 cm, tebal 1-1,5 cm. Pada anak-anak
dan nullipara kedua labia mayora sangat berdekatan.
c. Labia Minora
Bibir kecil yang merupakan lipatan bagian dalam bibir besar (labia
mayora), tanpa rambut. Setiap lania minora terdiri dari suatu jaringan tipis
yang lembab dan berwarna kemerahan. Bagian atas labia minora akan bersatu
membentk prepetium dan frenulum clitoridis, sementara bagian di bibir kecil
ini mengelilingi orifisium vagina bawahnya akan bersatu membentuk
fourchette.
d. Klitoris
Merupakan bagian penting alat reproduksi luar yang bersifat crektil.
Glans clitoridis mengandung banyak pembuluh darah dan serat saraf sensorik
sehingga sangat sensitif. Analog dengan penis pada laki-laki. Terdiri dari
glans, corpus dan 2 buah crura, dengan panjang rata-rata tidak melebihi 2 cm.
e. Vastibulum (Serambi)
Merupakan rongga yang berada di antara bibir kecil (labia minora).
Pada vestibulus terdapat 6 buah lubang, yaitu orifisuim urethra eksterna,
intoritus vagina, 2 buah muara kelenjar bartholini, dan 2 buah muara kelenjar
paraurethral. Kelenjar bartholini berfungsi untuk mensekresikan cairan
mukoid, ketika terjadi rangsangan seksual. Kelenjar bartholini juga
menghalangi masuknya bakteri neisscria gonorhocac maupun bakteri-bakteri
patogen.
f. Himen (Selaput Dara)
Terdiri dari jaringan ikat kolagen dan elastic. Lapisan tipis ini yang
menutupi sebagian besar dari liang senggama, di tengahnya berlubnag supaya
kotoran menstruasi dapat mengalir keluar. Bentuk dari himen dari masing-
masing wanita berbeda-beda, ada yang berbentuk seperti bulan sabit,
konsistensi ada yang kaku dan ada yang lunak, lubangnya ada yang seujung
jari, ada yang dapat dilalui satu jari. Saat melakukan koitus pertama sekali
dapat terjadi robekan, biasanya pada bagian posterior.
g. Perineum (Kerampang)
Terletak diantara vulva dan anus, panjangnya kurang lebih 4 cm.
Dibatasi oleh otot-otot muskulus levator ani dan muskulus coccygeus. Otot-
otot berfungsi untuk menjaga kerja dari sphincter ani.

2. Genetalia Interna

a. Vagina
Merupakan saluran muskulo-membraneus yang menghubungkan
rahim dengan vulva. Jaringan muskulusnya merupakan kelanjutan dari
muskulus sfingter ani dan muskulus levator ani, oleh karena itu dapat
dikendalikan. Vagina terletak antara kandung kemih dan rektum. Panjang
bagian depan sekitar 9 cm dan dinding belakang sekitar 11 cm.
Bagian serviks yang menonjol ke dalam vagina disebut portio. Portio
uteri membagi puncak (ujung) vagina menjadi
- Fomiks anterior
- Fomikd posterior
- Fomiks dekstra
- Fomiks sisistra
Sel dinding vagina mengandung banyak glikogen yang menghasilkan
asam susu dengan pH 4,5. Keasaman vagina memberikan proteksi terhadap
infeksi. Fungsi utama vagina:
1) Saluran untuk mengeluarjan lendir uterus dan darah menstruasi
2) Alat hubungan seks
3) Jalan lahir pada waktu persalinan
b. Uterus
Merupakan jaringan otot yang kuat, terletak di pelvis minor diantara
kandung kemih dan rektum. Dinding belakang dan depan atas tertutup
peritonium, sedangkan bagian bawah berhubungan dengan kandung kemih.
Vaskularisasi uterus berasal dari arteri uterina yang merupakan cabang utama
dari arteri illiaka interna (arterihipogastrika interna).
Bentuk uterus seperti bola lampu dan gepeng
1) Korpus uteri: berbentuk segitiga
2) Serviks uteri: berbentuk silinder
3) Fundus uteri: bagian korpus uteri yang terletak diatas kedua pangkal tuba.
Untuk mempertahankan posisinya, uterus disangga beberapa ligamentum,
jaringan ikat dan parametrium. Ukuran uterus tergantung dari usia wanita da
paritas. Ukuran anak-anak 2-3 cm, nullipara 6-8 cm, multipara 8-9 cm, dan
>80 gram pada wanita hamil. Uterus dapat menahan beban hingga 5 liter.
Dinding uterus terdiri dari 3 lapisan:
1) Peritoneum
Meliputi dinding rahim bagian luar, menutupi bagian luar uterus.
Merupakan penebalan yang diisi jaringan ikat dan pembuluh darah limfe
dan urat syaraf. Peritoneum meliputi tuba dan mencapai dinding abdomen.
2) Lapisan otot
Susunan otot rahim terdiri dari lapisan yaitu lapisan luar, lapisan
tengah, dan lapisan dalam. Pada lapisan tengah membentuk lapisan tebal
anyaman serabut otot rahim. Lapisan tengah ditembus oleh pembuluh
darah arteri dan vena. Lengkungan serabut otot ini membentuk angka
delapan sehingga saat terjadi kontraksi pembuluh darah terjepit rapat,
dengan demikian perndarahan dapat terhenti. Makin kearah serviks, otot
rahim makin berkurang, dan jaringan ikatnya bertambah. Bagian rahim
yang terletak antara osteum uteri internum anatomikum, yang merupakan
batas dari kavum uteri dan kanalis servikalis dengan osteum uteri
histologikum (dimana terjadi perubahan selaput lendir kavum uteri menjadi
selaput lendir serviks) disebut isthmus. Isthmus uteri ini akan menjdi
segmen bawah rahim dan meregang saar persalinan
3) Endometrium
Pada endometrium terdapat lubang kecil yang merupakan muara dari
kelenjar endometrium. Variasi tebal, tipisnya, dan fase pengeluaran lendir
endometrium ditentukan oleh perubahan hormonal dalam siklus
menstruasi. Pada saat konsepsi endometrium mengalami perubahan
menjadi desidua, sehingga memungkinkan terjadi implantasi (nidasi).
Lapisan epitel serviks berbentuk silinder, dan bersifat mengeluarkan cairan
secara terus-menerus, sehingga dapat membasahi vagina. Kedudukan
uterus dalam tulang panggul ditentukan oleh tonus otot rahim sendiri, tonus
ligamentum yang menyangga, tonus otot-otot panggul. Ligamentum yang
menyangga uterus adalah:
a) Ligamentum latum
Ligamentum latum seolah-olah tergantung pada tuba fallopii
b) Ligamentum rotundum (teres uteri)
Terdiri dari otot polos dan jaringan ikat. Fungsinya menahan uterus
dalam posisi antefleksi.
c) Ligamentum infundibulopelvikum
Menggantung dinding uterus ke dinding panggul.
d) Ligamentum kardinale machenrod
Menghalangi pergerakan uterus ke kanan dan ke kiri. Tempat
masuknya pembuluh darah menuju uterus.
e) Ligamentum sacro-uterinum
Merupakan penebalan dari ligamentum kardinale machenrod menuju
os.sacrum
f) Ligamentum vesiko-uterinum
Merupakan jaringan ikat agak longgar sehingga dapat mengikuti
perkembangan uterus saat hamil dan persalinan.
c. Tuba Fallopii
Tuba fallopii merupakan tubulo-muskuler, dengan panjang 12 cm dan
diameternya antara 3-8 mm. Fungsi tuba sangat penting, yaitu untuk
menangkap ovum yang dilepaskan saat ovulasi, sebagai saluran dari
spermatozoa ovum dan hasil konsepsi, tempat terjadinya konsepsi, dan tempat
pertumbuhan an perkembangan hasil konsepsi sampai mencapai bentuk
blastula yang siap melakukan implantasi.
d. Ovarium
Merupakan kelenjar berbentuk buah kenari terletak kiri dan kanan
uterus di bawah tuba uterina dan terikat di sebelah belakang oleh ligamentum
latum uterus. Setiap bulan sebuah folikel berkembang dan sebuah ovum
dilepaskan pada saat kira-kira pertengahan (hari ke 14) siklus menstruasi.
Ovulasi adalah pematangan folikel de graf dan mengeluarkan ovum. Ketika
dilahirkan, wanita memiliki cadangan ovum sebanyak 100.000 buah di dalam
ovariumya, bila habis menopause.
Ovarium yang disebut juga indung telur, mempunyai 3 fungsi:
a) Memproduksi ovum
b) Memproduksi hormone estrogen
c) Memproduksi progesteron
Memasuki pubertas yaitu sekitar usia 13-16 tahun dimulai
pertumbuhan folikel primordial ovarium yang mengeluarkan hormon
estrogen. Estrogen merupakan hormon terpenting pada wanita. Pengeluaran
hormon ini menumbuhkan tanda seks sekunder pada wanita seperti
pembesaran payudara, pertumbuhan rambut pubis, pertumbuhan rambut
ketiak, dan akhirnya terjadi pengeluaran darah menstruasi pertama yang
disebut menarche.
Awal-awal menstruasi sering tidak teratur karena folikel graf belum
melepaskan ovum yang disebut ovulasi. Hal ini terjadi karena memberikan
kesempatan pada estrogen untuk menumbuhkan tanda-tanda seks sekunder.
Pada usia 17-18 tahun menstruasi sudah teratur dengan interval 28-30 hari
yang berlangsung kurang lebih 2-3 hari disertai dengan ovulasi, sebagai
kematangan organ reproduksi wanita.

Fisiologi Sistem Reproduksi


Hormon Reproduksi
1. Hormon FSH yang berfungsi untuk merangsang pertumbuhan sel-sel folikel
sekitar sel ovum.
2. Hormon Estrogen yang berfungsi merangsang sekresi hormon LH.
3. Hormon LH yang berfungsi merangsang terjadinya ovulasi (yaitu proses
pematangan sel ovum).
4. Hormon Progesteron yang berfungsi untuk menghambat sekresi FSH dan LH.
Perubahan dan Adaptasi Fisiologi pada Masa Kehamilan
1. Perubahan Fisik Pada Ibu Hamil
Ketika hamil, seorang wanita akan mengalami beberapa perubahan.
Menurut George Adriaanz (2008), perubahan yang terjadi ketika hamil antara lain:
a. Uterus
Pembesaran uterus merupakan perubahan anatomi yang paling nyata pada
ibu hamil. Peningkatan konsentrasi hormon estrogen dan progesteron pada awal
kehamilan akan menyebabkan hipertrofi miometrium. Hipertrofi tersebut
dibarengi dengan peningkatan yang nyata dari jaringan elastin dan akumulasi
dari jaringan fibrosa sehingga struktur dinding uterus menjadi lebih kuat
terhadap regangan dan distensi. Hipertrofi myometrium juga disertai dengan
peningkatan vaskularisasi dan pembuluh limfatik. Peningkatan vaskularisasi,
kongesti dan edema jaringan dinding uterus dan hipertrofi kelenjar serviks
menyebabkan berbagai perubahan yang dikenali sebagai tanda Chadwick,
Goodell dan Hegar.
b. Payudara
Konsentrasi tinggi estrogen dan progesteron yang dihasilkan oleh plasenta
menimbulkan perubahan pada payudara (tegang dan membesar), pigmentasi
kulit dan pembesaran uterus. Adanya chorionic gonadotropin (hCG) digunakan
sebagai dasar uji imunologik kehamilan. Chorionic somatotropin (Human
Placental Lactogen/HPL) dengan muatan laktogenik akan merangsang
pertumbuhan kelenjar susu di dalam payudara dan berbagai perubahan
metabolik yang mengiringinya.
Secara spesifik, estrogen akan merangsang pertumbuhan sistem penyaluran
air susu dan jaringan payudara. Progesteron berperan dalam perkembangan
sistem alveoli kelenjar susu. Hipertrofi alveoli yang terjadi sejak 2 bulan
pertama kehamilan menyebabkan sensasi noduler pada payudara. Chorionic
somatotropin dan kedua hormon ini menyebabkan pembesaran payudara yang
disertai dengan rasa penuh atau tegang dan sensitif terhadap sentuhan (dalam
dua bulan pertama kehamilan), pembesaran puting susu dan pengeluaran
kolostrum (mulai terlihat atau dapat diekspresikan sejak kehamilan memasuki
usia 12 minggu).
c. Kulit
Walaupun tidak diketahui secara pasti tetapi pigmentasi kulit terjadi akibat
efek stimulasi melanosit yang dipicu oleh peningkatan hormon estrogen dan
progesteron. Bagian kulit yang paling sering mengalami hiperpigmentasi adalah
puting susu dan areola disekitarnya serta umumnya pada linea mediana
abdomen, payudara, bokong dan paha. Chloasma gravidarum adalah
hiperpigmentasi pada area wajah (dahi, hidung, pipi dan leher). Area atau daerah
kulit yang mengalami hiperpigmentasi akan kembali menjadi normal setelah
kehamilan berakhir.
d. Sistem gastrointestinal
Hal lain yang terkait dengan perubahan hormonal dan dikaitkan dengan
tanda kehamilan adalah rasa mual dan muntah yang berlebihan atau hiperemesis.
Walaupun demikian, kondisi ini juga tidak dapat dikategorikan sebagai tanda
pasti kehamilan karena berbagai penyebab metabolik lain dapat pula
menimbulkan gejala yang serupa. Hiperemesis pada kehamilan digolongkan
normal apabila terjadinya tidak lebih dari trimester pertama.

D. Patofisiologi
Persalinan prematur menunjukkan adanya kegagalan mekanisme yang
bertanggung jawab untuk mempertahankan kondisi tenang uterus selama kehamilan
atau adanya gangguan yang menyebabkan singkatnya kehamilan atau membebani jalur
persalinanan normal sehingga memicu dimulainya proses persalinan secara dini. Empat
jalur terpisah, yaitu stress, infeksi, regangan dan perdarahan (Norwintz, 2007).
Enzim sitokinin dan prostaglandin, ruptur membran, ketuban pecah, aliran darah
ke plasenta yang berkurang mengakibatkan nyeri dan intoleransi aktifitas yang
menimbulkan kontraksi uterus, sehingga menyebabkan persalinan prematur.
Akibat dari persalinan prematur berdampak pada janin dan pada ibu. Pada janin,
menyebabkan kelahiran yang belum pada waktunya sehingga terjailah imaturitas
jaringan pada janin. Salah satu dampaknya terjdilah maturitas paru yang menyebabkan
resiko cidera pada janin. Sedangkan pada ibu, resiko tinggi pada kesehatan yang
menyebabkan ansietas dan kurangnya informasi tentang kehamilan mengakibatkan
kurangnya pengetahuan untuk merawat dan menjaga kesehatan saat kehamilan.

E. Tanda dan Gejala


Partus prematurus iminen ditandai dengan :
1. Kontraksi uterus dengan atau tanpa rasa sakit
2. Rasa berat dipanggul
3. Kejang uterus yang mirip dengan dismenorea
4. Keluarnya cairan pervaginam
5. Nyeri punggung
Gejala diatas sangat mirip dengan kondisi normal yang sering lolos dari kewaspadaan
tenaga medis. Menurut Manuaba (2009), jika proses persalinan berkelanjutan akan
terjadi tanda klinik sebagai berikut :
1. Kontraksi berlangsung sekitar 4 kali per 20 menit atau 8 kali dalam satu jam
2. Terjadi perubahan progresif serviks seperti pembukaan lebih dari 1 cm, perlunakan
sekitar 75-80 % bahkan terjadi penipisan serviks.

F. Komplikasi
Menurut Nugroho (2010), komplikasi partus prematurus iminens yang terjadi
pada ibu adalah terjadinya persalinan prematur yang dapat menyebabkan infeksi
endometrium sehingga mengakibatkan sepsis dan lambatnya penyembuhan luka
episiotomi. Sedangkan pada bayi prematur memiliki resiko infeksi neonatal lebih
tinggi seperti resiko distress pernafasan, sepsis neonatal, necrotizing enterocolitis dan
perdarahan intraventikuler.
Menurut Benson (2012), terdapat paling sedikit enam bahaya utama yang
mengancam neonatus prematur, yaitu gangguan respirasi, gagal jantung kongestif,
perdarahan intraventrikel dan kelainan neurologik, hiperilirubinemia, sepsis dan
kesulitan makan. Sedangkan menurut Oxorn (2010), prognosis yang dapat terjadi pada
persalinan prematuritas adalah :
1. Anoksia 12 kali lebih sering terjadi pada bayi prematur
2. Gangguan respirasi
3. Rentan terhadap kompresi kepala karena lunaknya tulang tengkorak dan
immaturitas jaringan otak
4. Perdarahan intracranial 5 kali lebih sering pada bayi prematur dibanding bayi aterm
5. Cerebral palsy
6. Terdapat insidensi kerusakan organik otak yang lebih tinggi pada bayi prematur
(meskipun banyak orang–orang jenius yang dilahirkan sebelum aterm).

G. Diagnosis
Beberapa kriteria dapat dipakai sebagai diagnosis ancaman PPI (Wiknjosastro, 2010),
yaitu:
1. Usia kehamilan antara 20 dan 37 minggu atau antara 140 dan 259 hari,
2. Kontraksi uterus (his) teratur, yaitu kontraksi yang berulang sedikitnya setiap 7-8
menit sekali, atau 2-3 kali dalam waktu 10 menit,
3. Merasakan gejala seperti rasa kaku di perut menyerupai kaku menstruasi, rasa
tekanan intrapelvik dan nyeri pada punggung bawah (low back pain),
4. Mengeluarkan lendir pervaginam, mungkin bercampur darah,
5. Pemeriksaan dalam menunjukkan bahwa serviks telah mendatar 50-80%, atau
telah terjadi pembukaan sedikitnya 2 cm,
6. Selaput amnion seringkali telah pecah,
7. Presentasi janin rendah, sampai mencapai spina isiadika.
Kriteria lain yang diusulkan oleh American Academy of Pediatrics dan The American
Collage of Obstetricians and Gynecologists (1997) untuk mendiagnosis PPI ialah
sebagai berikut:
1. Kontraksi yang terjadi dengan frekuensi empat kali dalam 20 menit atau delapan
kali dalam 60 menit plus perubahan progresif pada serviks,
2. Dilatasi serviks lebih dari 1 cm,
3. Pendataran serviks sebesar 80% atau lebih.

H. Pemeriksaan Penunjang
1. Pemeriksaan Laboratorium:
a. Pemeriksaan kultur urin
b. Pemeriksaan gas dan Ph darah janin
c. Pemeriksaan darah tepi ibu
d. Jumlah leokosit
C-reactive protein. CRP ada pada serum penderita yang menderita infeksi akut
dan dideteksi berdasarkan kemampuannya untuk mempresipitasi fraksi
polisakarida somatic nonspesifik kuman pneumococcus yang disebut fraksi C.
CRP dibentuk dihepatosit sebagai reaksi terhadap IL-I, IL-6, TNF.
2. Pemeriksaan USG untuk mengetahui usia gestasi, jumlah janin, besar janin,
kativitas biofisik, cacat kongenital, letak dan maturasi plasenta, volume cairan tuba
dan kelainan uterus.

I. Penatalaksanaan
Beberapa langkah yang dapat dilakukan pada PPI, terutama untuk mencegah
morbiditas dan mortalitas neonatus preterm ialah:
1. Menghambat proses persalinan preterm dengan pemberian tokolitik, yaitu :
a. Kalsium antagonis: nifedipin 10 mg/oral diulang 2-3 kali/jam, dilanjutkan tiap
8 jam sampai kontraksi hilang. Obat dapat diberikan lagi jika timbul kontaksi
berulang. dosis maintenance 3x10 mg.
b. Obat ß-mimetik: seperti terbutalin, ritrodin, isoksuprin, dan salbutamol dapat
digunakan, tetapi nifedipin mempunyai efek samping yang lebih kecil.
Salbutamol, dengan dosis per infus: 20-50 µg/menit, sedangkan per oral: 4 mg,
2-4 kali/hari (maintenance) atau terbutalin, dengan dosis per infus: 10-15
µg/menit, subkutan: 250 µg setiap 6 jam sedangkan dosis per oral: 5-7.5 mg
setiap 8 jam (maintenance). Efek samping dari golongan obat ini ialah:
hiperglikemia, hipokalemia, hipotensi, takikardia, iskemi miokardial, edema
paru.
c. Sulfas magnesikus: dosis perinteral sulfas magnesikus ialah 4-6 gr/iv, secara
bolus selama 20-30 menit, dan infus 2-4gr/jam (maintenance). Namun obat ini
jarang digunakan karena efek samping yang dapat ditimbulkannya pada ibu
ataupun janin. Beberapa efek sampingnya ialah edema paru, letargi, nyeri dada,
dan depresi pernafasan (pada ibu dan bayi).
d. Penghambat produksi prostaglandin: indometasin, sulindac, nimesulide dapat
menghambat produksi prostaglandin dengan menghambat cyclooxygenases
(COXs) yang dibutuhkan untuk produksi prostaglandin. Indometasin
merupakan penghambat COX yang cukup kuat, namun menimbulkan risiko
kardiovaskular pada janin. Sulindac memiliki efek samping yang lebih kecil
daripada indometasin. Sedangkan nimesulide saat ini hanya tersedia dalam
konteks percobaan klinis.
Untuk menghambat proses PPI, selain tokolisis, pasien juga perlu membatasi
aktivitas atau tirah baring serta menghindari aktivitas seksual. Kontraindikasi relatif
penggunaan tokolisis ialah ketika lingkungan intrauterine terbukti tidak baik,
seperti:
a. Oligohidramnion
b. Korioamnionitis berat pada ketuban pecah dini
c. Preeklamsia berat
d. Hasil nonstrees test tidak reaktif
e. Hasil contraction stress test positif
f. Perdarahan pervaginam dengan abrupsi plasenta, kecuali keadaan pasien stabil
dan kesejahteraan janin baik
g. Kematian janin atau anomali janin yang mematikan
h. Terjadinya efek samping yang serius selama penggunaan beta-mimetik.

2. Akselerasi pematangan fungsi paru janin dengan kortikosteroid,


Pemberian terapi kortikosteroid dimaksudkan untuk pematangan surfaktan paru
janin, menurunkan risiko respiratory distress syndrome (RDS), mencegah
perdarahan intraventrikular, necrotising enterocolitis, dan duktus arteriosus, yang
akhirnya menurunkan kematian neonatus. Kortikosteroid perlu diberikan bilamana
usia kehamilan kurang dari 35 minggu. Obat yang diberikan ialah deksametason
atau betametason. Pemberian steroid ini tidak diulang karena risiko pertumbuhan
janin terhambat. Pemberian siklus tunggal kortikosteroid ialah:
a. Betametason 2 x 12 mg i.m. dengan jarak pemberian 24 jam.
b. Deksametason 4 x 6 mg i.m. dengan jarak pemberian 12 jam.
Selain yang disebutkan di atas, juga dapat diberikan Thyrotropin releasing hormone
400 ug iv, yang akan meningkatkan kadar tri-iodothyronine yang kemudian dapat
meningkatkan produksi surfaktan. Ataupun pemberian suplemen inositol, karena
inositol merupakan komponen membran fosfolipid yang berperan dalam
pembentukan surfaktan.

3. Pencegahan terhadap infeksi dengan menggunakan antibiotik.


Mercer dan Arheart (1995) menunjukkan, bahwa pemberian antibiotika
yang tepat dapat menurunkan angka kejadian korioamnionitis dan sepsis
neonatorum. Antibiotika hanya diberikan bilamana kehamilan mengandung risiko
terjadinya infeksi, seperti pada kasus KPD. Obat diberikan per oral, yang
dianjurkan ialah eritromisin 3 x 500 mg selama 3 hari. Obat pilihan lainnya ialah
ampisilin 3 x 500 mg selama 3 hari, atau dapat menggunakan antibiotika lain
seperti klindamisin. Tidak dianjurkan pemberian ko-amoksiklaf karena risiko
necrotising enterocolitis.
ASUHAN KEPERAWATAN IBU HAMIL PADA Ny.A
(G1P0A0) DENGAN PARTUS PREMATURUS IMMINENS
DI RUMAH SAKITUMUM PUSAT MOHAMMAD HOESIN PALEMBANG
\

DISUSUN OLEH:
Lussy saswina 21219037
Subrayan 21219073
Rani Octhasari 21219056
Dedes Sahpitra 21219013
Lita Gustina T.B 21219035
Waode Raniati 21219084
Dian Agustina Putri 21219016
Nugroho Anis W 21219048
Ovi Maftukhatus M 21219051
Muflih Pratama 21219044

Dosen Pembimbing : Miskiyah Tamar, S.Kep., Ns., M.Kep

PROGRAM PROFESI NERS


SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN MUHAMMADIYAH PALEMBANG
TAHUN AKADEMIK 2019-2020
PENGKAJIAN ASUHAN KEPERAWATAN ANTENATAL
I. PENGKAJIAN
Tanggal masuk : 21 Desember 2019
Ruang /Kelas : Enim 1.2 (VK) /III
Tanggal pengkajian : 22 Desember 2019
Jam :19 : 00 WIB

A. IDENTITAS/BIODATA
Nama : Ny “A” Nama Suami : Tn “H”
Umur : 27 Thn Umur : 33 Thn
Suku/Bangsa : Indonesia Suku/Bangsa : Indonesia
Agama : Islam Agama : Islam
Pendidikan : SD Pendidikan : SMA
Pekerjaan : Ibu Rumah Tangga Pekerjaan : Swasta
Alamat : Sekip jaya Alamat : Sekip jaya
No.Register : 0001154371

B. Riwayat
1. Keluhan saat masuk Rumah Sakit :
Klien mengatakan bahwa ia mengalami mulas-mulas(kontraksi) , tetapi
klien mengatakan tidak mengalami keluar air-air dari vagina, klien merasa
cemas dengan keadaannya sekarang.

2. Keluhan saat pengkajian:


Klien mengatakan bahwa ia sedang hamil 35 minggu dan ini merupakan
kehamilan pertamanya. Klien mengatakan bahwa ia masih merasa sedikit mulas.
Klien mengatakan bahwa ia merasa cemas dengan keadaannya sekarang.

3. Riwayat Obstetri
a. Riwayat Menstruasi
 Haid Pertama : Umur 12 tahun
 Teratur/tidak teratur : Teratur
 Siklus : 28 hari
 Lamanya : 6-7 hari
 Banyaknya : 3 kali ganti balutan
 Keluhan : Tidak ada

b. Riwayat kehamilan, persalinan, dan nifas yang lalu


Komplik
U Usia Jenis Tempat Bayi Nifas
asi Peno
no m Keha Persalina Persalin
Ba long BB/PB Keadaa Lact Keadaa
ur milan n an Ibu
yi JK n asi n

c. Genogram

Keterangan :

: Laki-Laki

: Perempuan

: Klien

: Meninggal

d. Riwayat Kehamilan ini


1. G P A : Klien hamil anak pertama (G1P0A0)
2. HPHT : 15 April 2019
3. Taksiran Persalinan : 22 Januari 2020
4. Keluhan-keluhan pada :
1) Trimester I: Ibu mengatakan pada trimester pertama ia sering pusing-pusing
2) Trimester II : Ibu mengatakan pada trimester ke dua ia tidak ada keluhan
5. Trimester III : Ibu mengatakan pada trimester ke tiga ( pada usia kehamilan 35
minggu) klien mengalami mulas-mulas
6. Pergerakan janin pertama kali : Klien mengatakan merasakan pergerakan janin
pertama kali adalah saat kehamilan trimester II
7. Keluhan yang dirasakan saat ini ( bila ada jelaskan ): Klien mengatakan masih
merasa sedikit mulas, dan klien merasa cemas dengan keadaannya sekarang.
8. Perasaan tentang kehamilan ini : Klien merasa bahwa ia sangat bahagia dengan
kehamilannya
e. Rencana Perawatan Bayi
Klien mengatakan akan merawat anak nya bersama suam dan mertuanya
f. Kesanggupan dan pengetahuan ibu tentang :
1) Persalinan
Ibu berencana akan bersalin di bidan terdekat
2) Breast Care
Ibu belum mengetahui cara perawatan payudara
3) Menyusui dengan benar
Ibu belum mengetahui posisi menyusui dengan benar dan manfaat
kolosterum
4) Kontrasepsi
Ibu mengatakan belum pernah memakai kontrasepsi
g. Riwayat Keluarga Berencana
- Klien mengatakan belum pernah memakai alat kontrasepsi
- Klien mengatakan bahwa ia berencana akan menggunakan kontrasepsi
jenis suntik
- Klien mengatakan bahwa ia berencana ingin mempunyai 3 orang anak
h. Riwayat Kesehatan
1) Penyakit yang pernah dialami ibu : Ibu mengatakan tidak pernah
mengalami penyakit seperti jantung, ginjal, asma, TB dll
2) Pengobatan yang didapat : -
3) Keluhan selama hamil
- Trimester I : Ibu mengatakan pada trimester pertama ia sering
pusing-pusing
- Trimester II : Ibu mengatakan pada trimester ke dua ia tidak ada
keluhan
- Trimester III : Ibu mengatakan pada trimester ke tiga ( pada usia
kehamilan 35 minggu) klien mengalami mulas-mulas
4) Riwayat penyakit keluarga : Tidak ada keluarga yang menderita suatu
penyakit
2. Riwayat Lingkungan : Klien tinggal di rumah sendiri bangunan rumah semi
permanen. Klien biasanya berinteraksi dengan tetangga pada waktu sore hari.
3. Aspek Psikososial kultural : Klien merupakan orang palembang yang menggunakan
bahasa palembang dan tidak ada kepercayaan mengenai mitos kehamilan
4. Kebutuhan Dasar Khusus
a. Pola Nutrisi
1) Frekuensi makan : 3 x / hari (Porsi makan tidak di habiskan)
2) Nafsu Makan : Klien mengatakan bahwa ia kurang nafsu makan nasi
3) Jenis makanan : Klien mengatakan bahwa ia lebih banyak ngemil ( makanan
ringan)
4) Makanan yang tidak disukai : ayam
b. Pola eliminasi
1) BAK
a) Frekuensi : 7-8 x / hari
b) Warna : Kuning bening
c) Keluhan : Tidak ada
2) BAB
a) Frekuensi : 1 x / hari
b) Warna : Kuning
c) Konsistensi : Lunak
d) Keluhan : Klien mengatakan bahwa tidak ada keluhan saat BAB
c. Pola personal Hygiene
1) Mandi
a) Frekuensi : 2 x / hari
b) Sabun : Klien mengatakan bahwa ia mandi menggunakan sabun
2) Oral hygiene
a) Frekuensi : 2 x / hari
b) Waktu : Klien mengatakan bahwa ia membersihkan mulut
(menggosok gigi) pada saat mandi pagi dan sore.
3) Cuci rambut
a) Frekuensi : 1 x / hari
b) Shampoo : Klien mengatakan bahwa ia mandi menggunakan shampoo
d. Pola istirahat dan tidur
1) Lama Tidur : ± 3-4 jam / hari
2) Kebiasaan sebelum tidur : Klien mengatakan bahwa tidak ada kebiasaan
sebelum tidur
3) Keluhan : Klien mengatakan bahwa pada trimester III ia sering terbangun
karena bayinya sering bergerak
e. Pola Aktivitas dan latihan
Klien mengatakan jarang beraktifitas karena kehamilan klien usia tua, klien hanya
melakukan aktifitas masak tetapi kadang-kadang keluar rumah
f. Pola kebiasaan yang mempengaruhi kesehatan
Tidak ada kebiasaan yang mempengaruhi kesehatan ibu dan janin
5. Pemeriksaan Fisik
a. Kesadaran : CM (E : 4, V : 5, M:6)
b. Tanda-tanda Vital :
1) Tekanan Darah : 110/70 mmHg
2) Nadi : 80 x / menit
3) Suhu : 36,4 º C
4) RR : 20 x / menit
5) BB sekarang : 47 KG
6) BB seblm hamil : 38 KG
c. Kepala
1) Bentuk : Bulat
2) Rambut : Lurus warna hitamdan bersih
3) Kulit Kepala : Normal
4) Keluhan : Tidak ada keluhan
d. Mata
1) Kelopak mata : Jernih
2) Konjungtiva : Merah muda
3) Sklera : Putih
4) Pupil : Isokor
5) Lainnya sebutkan : Klien tidak tampak anemis kedaan mata normal tidak ada
keluhan
e. Hidung
1) Reaksi alergi : Tidak ada
2) Sinus : normal
3) Lainnya sebutkan : Tidak ada napas cuping hidung dan hidung tampak bersih
f. Mulut dan tenggorokan
1) Gigi geligi : Normal tidak ada yang karies
2) Kesulitan menelan: Tidak ada
3) Lainnya sebutkan : Mulut tampak bersih dan tidak ada pembesaran tiroid
g. Dada dan axila
1) Inspeksi : tampak simetris
2) Palpasi : tidak ada krepitasi
3) Auskultasi : tidak ada suara jantung tambahan
h. Pernafasan
1) Jalan nafas : tidak ada sumbatan
2) Suara nafas : vesikuler
3) Alat pernafasan : tidak ada alat tambahan
4) Lainnya sebutkan : tidak ada masalah pernafasan
i. Sirkulasi jantung
1) Suara jantung : normal
2) Irama : teratur
3) Kelainan : tidak ada
j. Abdomen
1) Inspeksi : tampak membesar
2) Palpasi
a) Leopold I : Teraba lunak & tinggi fundus uteri 32 cm
b) Leopold II : Punggung Kanan dengan djj 140x/m
c) Leopold III : Belum masuk PAP
d) Leopold IV : janin belum bida diukur sejauh mana masuk PAP
3) Auskultasi : DJJ 140 x / m
k. Genitourinary : Tidak ada keputihan

l. Ektremitas
1) Turgor kulit : Elastis
2) Warna kulit : Kuning langsat
3) Pergerakan : Normal
4) Lainnya sebutkan : Ekstremitas tidak ada pembengkakan

6. Pemeriksaan Penunjang
Lab/diagnostik Order Indikasi Normal Hasil Analisis/in
/obat
terpretasi
IVFD RL GTT GTT Untuk
20 x/menit 20x/m mengembalikan
keseimbangan
cairan tubuh
Dexamethason 1x12 mg Untuk
e 1x2 mg pematangan
(injeksi) paru bayi
Nifedipine 4x10 mg Menurunkan
4x10 mg (oral) durasi &
frekuensi
kontraksi
Hb Untuk 12-16 10,49 g/dl
mengetahui
g/dl
kadar
hemoglobin
dalam darah
Besi 18-160 35
mcg/l
TIBC (Total 240-450 412
Iron Binding
mcg/l
Capacity)
Leukosit Untuk 4500- 14,18 %
mengetahui
10.000
kadar leukosit
dalam darah sel/mm
ANALISA DATA
DATA ETIOLOGI MASLAH
KEPERAWATAN
DS: Factor ibu,janin dan Ansietas
plasenta
- Klien mengatakan
mules (kontraksi)
padahal belum
Kehamilan <37 minggu
cukup bulan
- Klien mengatakan
klien cemas karena Partus prematurus immines
ini merupakan
kehamilan
stress fisiologis
pertamnya
DO:
- Pemeriksaan leopod
ibu tampak bingung
I-IV
TTV:
- TD : 120/80mmHg cemas
- RR: 21x/menit
- HR: 82x/menit
akral dingin
- T: 36,2oc

ANSITES
DS: Factor ibu,janin dan Ketidakefektifan
plasenta proses kehamilan
- Klien mengatakan
bahwa klien baru
hamil 35 minggu
Kehamilan <37 minggu
- Klien mengatakan
klien mengalami
kontraksi seperti Partus prematurus immines
mau lahiran pada
kehamilan 35
Psikososial
minggu
DO:
- Pemeriksaan leopod
1 pada fundus Kurang informasi
teraba lunak, dan
tinggi fundus 32 cm
Ibu mengatakan tidak
- Leopod 2 teraba
mengetahui perawtan diri
bagian punggung dan bayi setelah lahir
disebleah kanan
ekstremitas di
KETIDAKEFEKTIFAN
bagian sebelah kiri
PROSES KEHAMILAN
- Leopod 3 teraba
bagian bulat dan
melenting serta
janin belum masuk
PAP.
- TTV:
TD : 120/80mmHg
RR: 21x/menit
HR: 82x/menit
T: 36,2oc
DS: Faktor ibu,janin dan Resiko gangguan
plasenta hubungan ibu-janin
DS :
- Klien mengatakan
mules-mules
kehamilan<37 minggu
(kontraksi) dengan
usia kehamilan 35
minggu partus prematurus immines
- Klien mengatakan
cemas karena ini
rangsangan pada uterus
merupakan
kehamilan
pertamanya
kontraksi uterus meningkat
DO :
- Fundus teraba
lunak dan tinggi dilatasai serviks
fundus uteri 32 cm
- Djj 140x/menit
nyeri
- Janin belum
masuk pintu atas
panggul
RESIKO GANGGUAN
- Tidak ada dilaktasi HUBUNGAN IBU- JANIN
serviks
- Fisik Klien
Tampak Lemah
- Pemeriksaan vital
sign
TD 120/80 mmhg
HR 82 x/menit
RR 21x/menit
MASALAH KEPERAWATAN
1. Ansietas
2. Ketidakefektifan proses kehamilan-melahirkan
3. Resiko gangguan hubungan ibu-janin

PRIORITAS MASALAH KEPERAWATAN


1. Ketidakefektifan proses kehamilan-melahirkan
2. Ansietas
3. Resiko gangguan hubungan ibu-janin

DIAGNOSA KEPERAWATAN
1. Ketidakefektifan proses kehamilan-melahirkan berhubungan dengan selama
kehamilan
2. Ansietas berhubungan dengan factor penyakit
3. Resiko gangguan hubungan ibu-janin behubungan dengan
RENCANA TINDAKAN KEPERAWATAN
Nama : Ny A No Med Rec : 0001154371
Ruangan : VK Jenis kelamin : Perempuan
Diagnosa Tujuan (NOC) Intervensi (NIC)
Ketidakefektifan proses kkehamilan - Melahirkan Setelah dilakukan tindakan keperawatan 1. Ajarkan ibu dan pasangan
b.d selama kehamilan yang ditandai dengan selama x 24 jam, diharapkan klien
mengenai fisiologi persalinan
DS: mendapatkan pengetahuan tentang proses
kehamilan-melahirkan, dengan kriteria hasil 2. Ajarkan ibu dan pasangan
- Klien mengatakan bahwa klien baru hamil 35
:
mengenai tanda-tanda persalinan
minggu
No Kriteria hasil A T 3. Informasikan pada ibu mengenai
- Klien mengatakan klien mengalami kontraksi 1. Frekuensi kontraksi uterus 3 5
kapan harus datang keruamh sakit
seperti mau lahiran pada kehamilan 35 2. Durasi kontraksi uterus 3 5
3. Intensitas kontraksi uterus 3 5 dalam rangka persiapan
minggu
4. Perkembangan dilatasi 3 5
serviks
menghadapi persalinan
DO:
5. Tekanan darah 3 5 4. Diskusikan pilihan kntrol nyeri
- Pemeriksaan leopod 1 pada fundus teraba
Keterangan : bersama ibu
lunak, dan tinggi fundus 32 cm
1. Berat 5. Informasikan ibu mengenai pilihan
- Leopod 2 teraba bagian punggung disebleah 2. Cukup besar
3. Sedang persalinan jika timbul komplikasi
kanan ekstremitas di bagian sebelah kiri
4. Ringan 6. Jelaskan prosedur monitor yang
- Leopod 3 teraba bagian bulat dan melenting 5. Normal
mungkin akan dilakukan selama
serta janin belum masuk PAP.
proses persalinan
- TTV:
7. Ajarkan ibu dan pasangan
TD : 120/80mmHg
RR: 21x/menit mengenai tehnik pernapasan dan
HR: 82x/menit relaksasi yang akan digunakan
T: 36,2oc selama persalinan.
Resiko gangguan hubungan ibu-janin Setelah dilakukan tindakan keperawatan Supresi melahirkan
DS : selama x 24 jam, pengetahuan melahirkan 1. Palpasi posisi janin, lokasinya dan
- Klien mengatakan mules-mules (kontraksi) dan persalinan akan membaik dengan presentasi janinya
dengan usia kehamilan 35 minggu kriteria sebagai berikut : 2. Monitor denyut jantung janin
- Klien mengatakan cemas karena ini Kreteria A T 3. Berikan intervensi untuk
merupakan kehamilan pertamanya 1. Tanda dan gejala persalinan 3 5 mengurangi ketidaknyamanan
DO : 2. Tahapan persalinan dan 3 5 terhadap efek samping yang normal
- Fundus teraba lunak dan tinggi fundus uteri melahirkan 2 4 misalnya teknik relaksasi
3. Komplikasi potensial 3 5
32 cm 4. Tentukan pengetahuan pasien dan
persalinan 3 5
- Djj 140x/menit keluarga mengenai kelahiran
4. Teknik relaksasi yang efektif
- Janin belum masuk pintu atas panggul premature , perkembangan janin
5. Strategi untuk mengontrol
- Tidak ada dilaktasi serviks dan juga motivasi untuk
nyeri
- Fisik Klien Tampak Lemah 6. Kelahiran bayi memperpanjang kehamilan
- Pemeriksaan vital sign Skala indicator : 5. Dukung istirahat/tidur yang adekuat
TD 120/80 mmhg 1. Tidak ada pengetahuan untuk
HR 82 x/menit 6. Berkolaborasi dalam pemberian
RR 21x/menit 2. Pengetahuan terbatas obat-obatan nifedipine dan
3. Pengetahuan sedang dexametason
4. Pengetahuan banyak
5. Pengetahuan sangat banyak
Ansietas b.d factor penyakit yang ditandai dengan Tingkat kecemasan: Pengukuran kecemasan
Setelah dilakukan tindakan keperawatan
DS: 1. Gunakan pendekatan yang tenang
selama x 24 jam, diharapkan kecemasan
- Klien mengatakan mules (kontraksi) padahal klien berkurang, dengan kriteria hasil : dan menyakinkan
belum cukup bulan 2. Nyatakan dengan jelas
No Kriteria hasil A T
- Klien mengatakan klien cemas karena ini 1. Tidak dapat beristirahat 3 5 harapan,terhadap prilaku klien
merupakan kehamilan pertamnya 2. Perasaan gelisah 3 5 3. Berilah objek yang menunjukan
3. Wajah tegang 3 5
DO: 4. Otot tegang 3 5 perasaan aman
5. Meremas remas tangan 3 5
- Pemeriksaan leopod I-IV 4. Bantu klien mengidentifikasi situasi
Keterangan :
- TTV: 1. Berat yang memicu kecemasan
TD : 120/80mmHg 2. Cukup besar 5. Atur penggunaan obat obatan untuk
3. Sedang
RR: 21x/menit 4. Ringan mengurangi kecemasan secara tepat
HR: 82x/menit 5. Normal 6. Intruksikan klien untuk
T: 36,2oc menggunakan tekhnik relaksasi
IMPLEMENTASI DAN EVALUASI KEPERAWATAN

No Diagnosa Tanggal/Waktu Implementasi Evaluasi Paraf


Keperawatan
22 Desember 1. mengajarkan ibu dan pasangan S:
2019 - klien mengatakan akan melakukan teknik
mengenai fisiologi persalinan
1 19.30 WIB nafas dalam selama timbulnya kontraksi
2. mengjarkan ibu dan pasangan - klien mengatakan akan memilih teknik
mengenai tanda-tanda persalinan nafas dalam dalam mengontrol nyeri
3. meninformasikan pada ibu O :
- Klien tampak mampu mendemonstrasikan
mengenai kapan harus datang teknik nafas dalam
kerumah sakit dalam rangka - Klien tampak melakukan teknik nafas
dalam saat kontraksi timbul
persiapan menghadapi persalinan
A:
4. mendiskusikan pilihan kontrol nyeri No Kriteria hasil A T H
bersama ibu 1. Frekuensi kontraksi uterus 3 5 4
2. Durasi kontraksi uterus 3 5 4
5. meninformasikan ibu mengenai 3. Intensitas kontraksi uterus 3 5 4
pilihan persalinan jika timbul 4. Perkembangan dilatasi 3 5 5
serviks
komplikasi 5. Tekanan darah 3 5 5
Masalah teratasi Sebagian
6. menjelaskan prosedur monitor yang
P:
mungkin akan dilakukan selama - Intervensi dihentikan, pasien di transfer
proses persalinan keruangan enim lt 2
7. mengajarkan ibu dan pasangan
mengenai tehnik pernapasan dan
relaksasi yang akan digunakan
selama persalinan.
22 Desember 1. mempalpasi posisi janin, lokasinya S:
2 2019 - klien mengatakan ingin melahirkan
dan presentasi janinya
20.00 WIB dengan usia kandungan yang cukup bulan
2. Memonitor denyut jantung janin - Klien mengatakan akan melakukan teknik
3. memberikan intervensi untuk relaksasi
mengurangi ketidaknyamanan O :
- Klien tampak mampu melakukan teknik
terhadap efek samping yang normal relaksasi
misalnya teknik relaksasi - Klien khawatir
A:
4. menentukan pengetahuan pasien dan
Kreteria A T H
keluarga mengenai kelahiran 1. Tanda dan gejala persalinan 3 5 4
premature , perkembangan janin dan 2. Tahapan persalinan dan 3 5 4
juga motivasi untuk memperpanjang melahirkan
kehamilan 3. Komplikasi potensial 2 4 4
5. mendukung istirahat/tidur yang persalinan
adekuat untuk 4. Teknik relaksasi yang efektif 3 5 4

6. Berkolaborasi dalam pemberian 5. Strategi untuk mengontrol 3 5 4


obat-obatan nifedipine dan nyeri
dexametason 6. Kelahiran bayi 3 5 4
Masalah teratasi sebagian
P:
Intervensi dihentikan pasien di transfer
keruangan enim lt 2
22 Desember 1. mengunakan pendekatan yang S:
2019 - klien mengatakan akan melakukan teknik
3 tenang dan menyakinkan
20.30 WIB relaksasi saat cemas
2. menyatakan dengan jelas - Klien mengatakan cemas takut janinnya
harapan,terhadap prilaku klien prematur
3. memberi objek yang menunjukan O:
- Klien tampak melakukan teknik nafas
perasaan aman dalam saat cemas
4. membantu klien mengidentifikasi A:
No Kriteria hasil A T H
situasi yang memicu kecemasan
1. Tidak dapat beristirahat 3 5 4
5. mengatur penggunaan obat obatan 2. Perasaan gelisah 3 5 4
untuk mengurangi kecemasan 3. Wajah tegang 3 5 4
4. Otot tegang 3 5 4
secara tepat 5. Meremas remas tangan 3 5 4
6. mengintruksikan klien untuk Masalah teratasi Sebagian
P:
menggunakan tekhnik relaksasi Intervensi dihentikan, pasien di transfer
keruangan enim lt 2

Anda mungkin juga menyukai