Disusun Untuk Memenuhi Tugas Profesi Ners Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan
Hutama Abdi Husada Tulungagung
MENGETAHUI
MK; Ansietas
Kontraksi pada uterus meningkat Insisi abdomen
Kerusakan jaringan
Prostaglandin meningkat
Dilatasi serviks
E. PENATALAKSANAAN
Beberapa langkah yang dapat dilakukan pada PPI, terutama untuk mencegah morbiditas dan
mortalitas neonates preterm ialah (Mayasari et al., 2018):
a. Kalsium antagonis : nifedipine 10mg/oral diulang 2-3kali/jam, dilanjutkan tiap 8 jam sampai
kontraksi hilang. Obat dapat diberikan lagi jika timbul kontraksi berulang . Dosis maintenance
3x10mg
b. Obat b-mimetik seperti terbutaline, ritrodinm isoksuprin dan salbutamol dapat digunakan
c. Sulfas magnesius dosis perinteral 4-9gr/iv, tetapi obat jarang digunakan karena menimbulkan
efek samping pada ibu ataupun janin
Untuk menghambat proses PPI selain tkolisis pasien juga perlu membatasi aktivitas atau
tirah baring serta menghindari aktivitas seksual. Kontraindikasi relative penggunaan tokolisis
ialah ketika lingkungan intrauterine terbukti tidak baik seperti;
1. Oligohiramnion
2. Korioamnionitis berat pada ketuban pecah dini
3. Oreeklamsia berat
4. Hasil nonstrees test tidak reaktif
5. Hasil contraction stress tes positif
6. Oerdarahan pervagina dengan abrupsi plasenta
7. Kematian janin atau anomaly janin yang mematikan
8. Terjadinya efek samping yang serius selama penggunaan beta-mimetik
Pemberian terapi kortikosteroid untuk pematangan surfaktan paru janin menurun kan resiko
respiratory distress syndrome (RDS), mencegah perdarahan intraventricular. Kortiko steroid
dapat diberikan ketika usia kehamilan kurang dari 35 minggu. Obat yang diberikan adalah
dexametason atau betametaspn. Pada betametason diberikan 2x12mg/im dengan jarak pemberian
24 jam dan pada dexsametason 4x6m.im dengan jarak pemberian 12 jam.
F. PEMERIKSAAN PENUNJANG
1) Laboratorium ; pemeriksaan kultur urine, pemeriksaan gas dan pH darah janin ,
pemeriksaan darah tepi ibu (jumlah leukosit), C-reactive protein
2) Amniosintesis : hitung leukosit, pewarnaan gram bakteri (+) pasti amnionitis, kultur,
kadar IL-1, IL-6 dan kadar glukosa cairan amnion
3) Pemeriksaan ultrasonografi : oligohidramnion (berhubungan dengan korioamnionitis dan
koloni bakteri pada amnion), penipisan serviks (bila ketebalan serviks <3cm(USG), dapat
dipastikan akan terjadi persalinan preterm, kardiotokografi (kesejahteraan janin, frekuensi
dan kekuatan kontraksi , sonografi serviks transperineal dapat menghindari mani[ulasi
intravaginal terutama pada kasus KPD dan plasenta previa(Sukriani & Suryaningsih,
2018).
G. KOMPLIKASI
Menurut Benson (2012), terdapat paling sedikit enam bahaya utama yang mengancam
neonatus prematur, yaitu gangguan respirasi, gagal jantung kongestif, perdarahan intraventrikel
dan kelainan neurologik, hiperilirubinemia, sepsis dan kesulitan makan. Sedangkan prognosis
yang dapat terjadi pada persalinan prematuritas adalah(N & Fawzia M, 2017) :
a. Anoksia 12 kali lebih sering terjadi pada bayi premature
b. Gangguan respirasi
c. Rentan terhadap kompresi kepala karena lunaknya tulang tengkorak dan immaturitas
jaringan otak
d. Perdarahan intracranial 5 kali lebih sering pada bayi prematur dibanding bayi aterm
e. Cerebral palsy
f. Terdapat insidensi kerusakan organik otak yang lebih tinggi pada bayi prematur
(meskipun banyak orang–orang jenius yang dilahirkan sebelum aterm).
H. ASUHAN KEPERAWATAN
1. Pengkajian biodata (nama, usia, agama, suku bangsa, pendidikan, pekerjaan, alamat)
2. Keluhan utama (untuk mengetahui keluhan yang dirasakan saat pemeriksaan serta
berhubungan dengan persalinan
3. Riwayat kehamilan sekarang (primigravida,usia kehamilan, presentasi letak janin hpht,
gerakan janin, keluhan selama hamil, ANC)
4. Riwayat kehamilan persalinan dan nifas (kehamilan, persalinan, nifas, anak)
5. Pola kebiasaan sehari hari (pola nutrisi, aktivitas, seksual , eliminasi, perokok dan
pemakaian obat-obatan
6. Pemeriksaan fisik (kepala, leher, dada dan acilla, eksteritas)
I. DIAGNOSA KEPERAWATAN
1. Nyeri akut berhubungan dengan agen pecedera fisik
2. Ansietas berhubungan dengan krisis situasional
3. Resiko infeksi berhubungan dengan efek prosedur invasive
4. Intoleransi aktivitas berhubungan dengan tirah baring
J. INTERVENSI
SLKI SIKI
Tingkat Nyeri (L.08066) Manajemen Nyeri (1.08238)
Setelah dilakukan asuhan keperawatan selama Observasi:
1x24 jam diharapkan “tingkat nyeri” pasien - Identifikasi lokasi, frekuensi, kalitas,
Menurun dengan Kriteria hasil : dan intensitas nyeri
1. Keluhan nyeri (5 Menurun) - Identifikasi skala nyeri,
2. Meringis (5 Menurun) - Identifikasi respon nyeri non verbal
3. Gelisah (5 Menurun ) - Identifikasi faktor pemberat dan
4. Kesulitan tidur (5 Menurun) memperingan nyeri
- Monitor keberhasilan terapi
komplementer yang sudah diberikan
- Monitor efek samping penggunaan
analgesik
Terapeutik:
- Berikan teknik nonfarmakologis untuk
mengurangi rasa nyeri (guide
imagery)
- Fasilitasi istirahat dan tidur
- Pertimbangkan jenis dan sumber nyeri
dalam pemilihan strategi meredakan
nyeri
Edukasi:
- Jelaskan penyebab, periode dan
pemicu nyeri ‘
- Anjurkan menggunakan analgesik
secara tepat
Kolaborasi:
Kolaborasi pemberian analgesic.
Tingkat Ansietas (L.09093) Reduksi ansietas (1.09.314)
Setelah dilakukan asuhan keperawatan selama Observasi
1x24 jam diharapkan “tingkat ansietas” pasien - Monitor tanda-tanda ansietas
Menurun dengan kriteria hasil: Terapeutik
1. Perilaku gelisah menurun - Bhsp
2. Perilaku tegang menurun - Gunakan pendekatan yang tenang dan
Verbalisasi khawatir akibat kondisi yang menyakinkan
dihadapi menurun Edukasi
- Anjurkan mengungkapkan perasaan
dan persepsi
- Latih teknik relaksasi
Kolaborasi
Kolaborasi pemberian obat anti ansietas , jika
perlu
Tingkat Infeksi (L.14137) Pencegahan infeksi (1.14539)
Setelah dilakukan asuhan keperawatan selama Observasi
1x24 jam diharapkan “tingkat infeksi” pasien - Monitor tanda dan gejala infeksi local
menurun dengan kriteria hasil : dan sistemik
1. Demam menurun Terapeutik
2. Kemerahan Menurun - Berikan perawatan kulit pada area
3. Nyeri menurun edema
Edukasi
- Jelaskan tanda dan gejala infeksi
- Ajarkan cara memeriksan kondisi luka
operasi
Kolaborasi
- Kolaborasi pemberian imunisasi, jike
perlu
Toleransi Aktivitas (L.05047) Manajemen Energi (1.05178)
Setelah dilakukan asuhan keperawatan selama Observasi
1x24 jam diharapkan “toleransi aktivitas” - Identifikasi gangguan fungsi tubuh
pasien meningkat dengan kriteria hasil : yang mengakibatkan kelelahan
1. Frekuensi nadi meningkat - Monito rkelelahan fisik dan emosional
2. Tekanan darah membaik - Monitor pola dan jam tidur
3. Kemudahan dalam melakukan aktivitas - Monitor lokasi dan ketidaknyamanan
sehari-hari meningkat selama melakukan aktifitas
Terapeutik
- Sediakan lingkungan nyaman dan
rendah stimulus
Edukasi
- Anjurkan tirah baring
Kolaborasi
Kolaborasi dengan ahli gizi tentang cara
meningkatkan asupan makanan
DAFTAR PUSTAKA
Istioningsih, I., Wariska, L., Wariska, L., & Widiastuti, Y. P. (2019). Status Psikologis Ibu
Dengan Persalinan Prematur. Jurnal Keperawatan Jiwa, 6(1), 13.
https://doi.org/10.26714/jkj.6.1.2018.13-18
Mayasari, B., Arismawati, D. F., Idayanti, T., & Wardani, R. A. (2018). Kejadian Asfiksia
Neonatorum Di Ruang. Nurse and Health, 7(1), 42–50.
N, H., & Fawzia M. (2017). Predictors of maternal fetal Attachment Among Pregnant women.
Egypty: Alexandria University.
Rosyidah, H., Kusumasari, R. V., & Adkhana, D. N. (2019). Hubungan Usia Ibu Hamil Dengan
Kejadian Persalinan Prematur Di Rsud Panembahan Senopati Bantul Yogyakarta:
Relationship Between the Age of Pregnant Women and Premature Labor in Panembahan
Senopati Regional Public Hospital, Bantul, Yogyakarta. Bmj, 6(1), 20–29.
https://doi.org/10.36376/bmj.v6i1.62
Sukriani, W., & Suryaningsih, E. K. (2018). Faktor yang Berhubungan dengan skor Maternal
Fetal Attachment pada ibu hamil. 9, 185–191.
Widiana, I. K. O., Putra, I. W. A., Budiana, I. N. G., & Manuaba, I. B. G. F. (2019).
Karakteristik Pasien Partus Prematurus Imminens di RSUP Sanglah Denpasar Periode 1
April 2016 - 30 September 2017. E-Jurnal Medika, 8(3), 1–7.