Anda di halaman 1dari 15

LAPORAN PENDAHULUAN

NIFAS POST SC (SECTIO CAESARIA)

Nama : Bayu Tri Susetyo

NIM : P1337420117057

DIII KEPERAWATAN SEMARANG

POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES SEMARANG


2019/2020
LAPORAN PENDAHULUAN

NIFAS POST SC (SECTIO CAESARIA)

A KONSEP DASAR

1 Definisi

Nifas atau purperium adalah periode waktu atau masa dimana organorgan

reproduksi kembali ke keadaan tidak hamil (Forner, 2005 : 225). Masa nifas/masa

purperium adalah masa setelah partus selesai dan berakhir setelah kira-kira 6 minggu

(Arif, 2002 : 344).

Sectio caesarea adalah melahirkan janin melalui insisi pada dinding abdomen

(laparatomi) dan dinding uterus (histeretomi) (Cunningham, Mac Donnald, Gant,

1995. 511).

Sectio caesarea adalah pembedahan untuk melahirkan janin dengan membuka

dinding perut dan dinding rahim (Arif, 2002 : 344). Dengan demikian perawatan

pada ibu nifas dengan post operasi sectio caesarea adalah perawatan pada ibu pada

masa setelah melahirkan janin dengan cara insisi/pembedahan dengan membuka

dinding perut dan dinding rahim sampai organ-organ reproduksi ibu kembali pulih

yang berakhir kirakira 6 minggu.

2 Etiologi

Menurut Mochtar (1998) faktor dari ibu dilakukannya sectio caesarea adalah
plasenta previa , panggul sempit, partus lama, distosia serviks, pre-eklamsi dan
hipertensi. Sedangkan faktor dari janin adalah letak lintang dan letak bokong.
Menurut Manuaba (2001) indikasi ibu dilakukan sectio caesarea adalah ruptur
uteri iminen, perdarahan antepartum, ketuban pecah dini. Sedangkan indikasi dari
janin adalah fetal distres dan janin besar melebihi 4.000 gram. Dari beberapa faktor
sectio caesarea diatas dapat diuraikan beberapa penyebab sectio caesarea sebagai
berikut :
1. CPD (Chepalo Pelvik Disproportion)
2. KPD (Ketuban Pecah Dini)
3. Janin Besar (Makrosomia)
4. Kelainan Letak Janin
5. Bayi kembar
6. Faktor hambatan jalan lahir
7. PEB (Pre-Eklamsi Berat)

3. Patofisiologis
Adanya beberapa kelainan/hambatan pada proses persalinan yang menyebabkan
bayi tidak dapat lahir secara normal / spontan, misalnya plasenta previa sentralis dan
lateralis, panggul sempit, disproporsi cephalo pelvic, rupture uteri mengancam, partus
lama, partus tidak maju, pre-eklamsia, distosia serviks, dan malpresentasi janin.
Kondisi tersebut menyebabkan perlu adanya suatu tindakan pembedahan yaitu Sectio
Caesarea (SC).
Dalam proses operasinya dilakukan tindakan anestesi yang akan menyebabkan
pasien mengalami imobilisasi sehingga akan menimbulkan masalah intoleransi
aktivitas. Adanya kelumpuhan sementara dan kelemahan fisik akan menyebabkan
pasien tidak mampu melakukan aktivitas perawatan diri pasien secara mandiri
sehingga timbul masalah defisit perawatan diri.
Kurangnya informasi mengenai proses pembedahan, penyembuhan, dan perawatan
post operasi akan menimbulkan masalah ansietas pada pasien. Selain itu, dalam proses
pembedahan juga akan dilakukan tindakan insisi pada dinding abdomen sehingga
menyebabkan terputusnya inkontinuitas jaringan, pembuluh darah, dan saraf - saraf di
sekitar daerah insisi. Hal ini akan merangsang pengeluaran histamin dan prostaglandin
yang akan menimbulkan rasa nyeri (nyeri akut). Setelah proses pembedahan berakhir,
daerah insisi akan ditutup dan menimbulkan luka post op, yang bila tidak dirawat
dengan baik akan menimbulkan masalah risiko infeksi.
4 Pathway
Insufisiensi plasenta Sirkulasi uteroplasenta menurun Cemas pada janin

Tidak timbul HIS


Kadar kortisol
menurun(merupakan
metabolisme
Tidak ada perubahan
karbohidrat, protein dan
pada serviks
lemak)
Faktor predisposisi :

 Ketidak seimbangan
Kelahiran terhambat
sepalo pelvic
 Kehamilan kembar
 Distress janin
 Presentsi janin Post date
 Preeklampsi / eklampsi

SC

Persalinan tidak
normal

Kurang Nifas Estrogen


pengetahuan (post pembedahan) meningkat

Ansietas Resiko infeksi Penurunan laktasi


Nyeri Imobilisasi

Pembendungan
Kerusakan laktasi
integritas jaringan
Deficit
perawatan diri

Nyeri Mastitis
5 Komplikasi

a. Pada Ibu

Telah dikemukakan bahwa dengan kemajuan tehnik pembedahan,


dengan adanya antibiotika dan dengan persediaan darah yang cukup, seksio
sesaria sekarang jauh lebih aman daripada dahulu. Angka kematian di
rumah sakit dengan fasilitas yang baik dan tenaga-tenaga kompeten kurang
dari 2 per 1000.

Faktor-faktor yang mempengaruhi morbiditas dan mortalitas


pembedahan ialah kelainan atau gangguan yang menjadi indikasi untuk
melakukan pembedahan dan lamanya persalinan berlangsung. Tentang
faktor pertama, niscaya seorang wanita dengan plasenta previa dan
perdarahan banyak memikul resiko yang lebih besar daripada seorang
wanita lain yang mengalami seksio sesaria elektif karena disproporsi
sefalopelvik. Demikian pula makin lama persalina berlangsung makin
meningkat bahaya infeksi post operatif apalagi setelah ketuban pecah.

Komplikasi-komplikasi yang bisa timbul adalah :

1) Infeksi Puerperal

Komplikasi ini bisa bersifat ringan seperti kenaikan suhu selam


beberapa hari dalam masa nifas atau bersifat berat seperti peritonitis,
sepsis dan sebagainya. Infeksi post operatif terjadi bila sebelum
pembedahan sudah ada gejala-gejala infeksi intra partum, atau ada
faktor-faktor yang merupakan predisposisi terhadap kelainan itu (partus
lama khususnya setelah ketuban pecah, tindakan vaginal sebelumnya).
Bahaya infeksi sangat diperkecil dengan pemberian antibiotika, akan
tetapi tidak dapat dihilangkan sama sekali, terutama seksio sesaria
klasik dalam hal ini lebuh berbahaya daripada seksio sesaria
transperitonealis profunda.
2) Perdarahan

Perdarahan banyak bisa timbul pada waktu pembedahan jika cabang-


cabang arteria uterine ikut terbuka atau karena atonia uteri.

3) Komplikasi-komplikasi lain seperti luka kandung kencing, embolisme


paru-paru, dan sebagainya sangat jarang terjadi. Suatu komplikasi yang
baru kemudian tampak , ialah kurang kuatnya perut pada dinding
uterus, sehingga pada kehamilan berikutnya bisa terjadi ruptur uteri.
Kemungkinan peristiwa ini leih banyak ditemukan sesudah seksio
sesaria klasik.

b. Pada Anak

Seperti halnya dengan ibunya, nasib anak yang dilahirkan dengan seksio
sesaria banyak tergantung dari keadaan yang menjadi alasan untuk
melakukan seksio sesaria. Menurut statistic di Negara-negara pengawasan
antenatal dan intra natal yang baik, kematian prenatal pasca seksio sesaria
berkisar antara 4 dan 7 %.

- Tanda-tanda Komplikasi Pasca Operasi Setelah Pemulangan

Laporkan tanda-tanda berikut kepada petugas perawatan kesehatan :

a. Demam lebih dari 38 ºC

b. Nyeri saat buang air kecil

c. Lokia lebih banyak daripada periode menstruasi normal

d. Luka terbuka

e. Kemerahan dan berdarah pada tempat insisi Nyeri abdomen yang parah

6 Pemeriksaan Penunjang

a. Darah lengkap, golongan darah (ABO)

b. Urinalis untuk mengetahui kadar albumin

c. Kultur mengidentifikasi adanya virus herpes simplex II

d. Ultrasonografi melokalisasi plasenta, menentukan pertumbuhan dan


presentasi janin

7 Penatalaksanaan Medis Post SC


1. Perawatan awal
a. Letakan klien dalam posisi pemulihan
b. Periksa kondisi klien, cek tanda vital tiap 15 menit selama 1 jam
pertama, kemudian tiap 30 menit jam berikutnya. Periksa tingkat
kesadaran tiap 15 menit sampai sadar
c. Yakinkan jalan nafas bersih dan cukup ventilasi
d. Transfusi jika ada indikasi syok hemorarge
e. Jika tanda vital dan hematokrit turun walau diberikan transfusi, segera
kembalikan ke kamar bedah kemungkinan terjadi perdarahan pasca
bedah.
2. Pemberian cairan
Karena 24 jam pertama penderita puasa pasca operasi, maka pemberian
cairan perintavena harus cukup banyak dan mengandung elektrolit agar
tidak terjadi hipotermi, dehidrasi, atau komplikasi pada organ tubuh lainnya.
Cairan yang biasa diberikan biasanya DS 10%, garam fisiologi dan RL
secara bergantian dan jumlah tetesan tergantung kebutuhan. Bila kadar Hb
rendah diberikan transfusi darah sesuai kebutuhan.

3. Diet
Pemberian cairan perinfus biasanya dihentikan setelah penderita flatus lalu
dimulailah pemberian minuman dan makanan peroral. Pemberian minuman
dengan jumlah yang sedikit sudah boleh dilakukan pada 6 - 10 jam pasca
operasi, berupa air putih dan air teh.

4. Mobilisasi
Mobilisasi dilakukan secara bertahap meliputi:

a. Miring kanan dan kiri dapat dimulai sejak 6 - 10 jam setelah operasi
b. Latihan pernafasan dapat dilakukan penderita sambil tidur telentang
sedini mungkin setelah sadar
c. Hari kedua post operasi, penderita dapat didudukkan selama 5 menit
dan diminta untuk bernafas dalam lalu menghembuskannya.
d. Kemudian posisi tidur telentang dapat diubah menjadi posisi setengah
duduk (semifowler)
e. Selanjutnya selama berturut-turut, hari demi hari, pasien dianjurkan
belajar duduk selama sehari, belajar berjalan, dan kemudian berjalan
sendiri pada hari ke-3 sampai hari ke5 pasca operasi.
5. Kateterisasi
Kandung kemih yang penuh menimbulkan rasa nyeri dan tidak enak pada
penderita, menghalangi involusi uterus dan menyebabkan perdarahan.
Kateter biasanya terpasang 24 - 48 jam / lebih lama lagi tergantung jenis
operasi dan keadaan penderita.

6. Pemberian obat-obatan
a. Antibiotik
Cara pemilihan dan pemberian antibiotic sangat berbeda-beda setiap
institusi

b. Analgetik dan obat untuk memperlancar kerja saluran pencernaan


1) Supositoria = ketopropen sup 2x/24 jam
2) Oral = tramadol tiap 6 jam atau paracetamol
3) Injeksi = penitidine 90-75 mg diberikan setiap 6 jam bila perlu
c. Obat-obatan lain
Untuk meningkatkan vitalitas dan keadaan umum penderita dapat
diberikan caboransia seperti neurobian I vit. C

d. Perawatan luka
1) Jika pada pembalut luka terjadi perdarahan atau keluar cairan tidak
terlalu banyak jangan mengganti pembalut
2) Jika pembalut agak kendor , jangan ganti pembalut, tapi beri plester
untuk mengencangkan
3) Ganti pembalut dengan cara steril
4) Luka harus dijaga agar tetap kering dan bersih
5) Jahitan fasia adalah utama dalam bedah abdomen, angkat jahitan
kulit dilakukan pada hari kelima pasca SC
e. Perawatan rutin
Hal-hal yang harus diperhatikan dalam pemeriksaan adalah suhu,
tekanan darah, nadi,dan pernafasan.

B ASUHAN KEPERAWATAN

1. Pengkajian Fokus

a. Sirkulasi
Kehilangan darah selama prosedur pembedahan kira-kira 600-800 ml

b. Integritas ego

1) Memperlihatkan ketidakmampuan menghadapi sesuatu

2) Menunjukkan labilitas emosional dari kegembiraan sampai ketakutan,


marah atau menarik diri

3) Klien / pasangan dapat memiliki pertanyaan atau salah terima dalam


pengalaman kelahiran

c. Eliminasi

1) Adanya kateter urinary

2) Bising usus

d. Makanan / Cairan

Abdomen lunak / tak ada distensi awal

e. Neuro sensori

Kerusakan gerakan dan sensori dibawah tingkat anastesi spinal epidural

f. Nyeri / ketidaknyamanan

1) Mulut mungkin kering

2) Menunjukkan sikap tak nyaman pasca oprasi, nyeri penyerta

3) Distensi kandung kemih / abdomen

g. Pernafasan

1) Bunyi paru jelas dan vesicular

h. Keamanan

1) Balutan abdomen dapat tampak sedikit noda / kering dan utuh

2) Jalur parenteral, bila digunakan, paten dan sisi bekas eritema bengkak
/ nyeri tekan

i. Seksualiatas

1) Fundus kontraksi kuat dan terletak di umbilikus

2) Aliran lokhea sedang dan bebas bekuan berlebihan / banyak

2. Diagnosa Keperawatan
a. Nyeri / ketidakberdayaan b.d agen injuri (insisi pembedahan)

b. Deficit perawatan diri b.d nyeri

c. Resiko infeksi b.d trauma pembedahan

d. Ansietas b.d krisis situasi, ancaman pada konsep diri, transmisi

e. Imobilisasi b.d adanya luka bekas operasi

f. Menyusui tidak efektif b/d kurang pengetahuan ibu, terhentinya proses


menyusui, nyeri payudara.

3. Rencana Asuhan Keperawatan

a. Diagnosa keperawatan : Nyeri akut berhubungan dengan agen injuri (insisi


pembedahan).

Tujuan & Kriteria hasil Intervensi


NOC NIC
NOC: Kontrol nyeri NIC :
Kriteria hasil: Managemen nyeri
- Menggunakan skala nyeri untuk Intervensi :
mengidentifikasi tingkat nyeri - Kaji komprehensif tentang nyeri
- Melaporkan bahwa nyeri - Observasi isyarat2 nonverbal dari
berkurang dengan menggunakan ketidaknyamanan
managemen nyeri
- Beri informasi tentang nyeri
- Melaporkan kebutuhan tidur dan
istirahat cukup - Berikan analgetik sesuai dosis
- Kolaborasi dengan dokter bila
tindakan tidak berhasil

b. Diagnosa keperawatan : Deficit perawatan diri berhubungan dengan nyeri

Tujuan & Kriteria hasil Intervensi


NOC NIC
NOC: Perawatan diri Aktivitas NIC : Perawatan diri
Kehidupan Sehari-hari (AKS) Intervensi :
Kriteria hasil : - Kaji kemampuan untuk
- Mengungkapkan secara verbal menggunakan alat bantu
kepuasan tentang kebersihan - Kaji membran mukosa oral dan
tubuh dan hygiene mulut kebersihan tubuh
- Mempertahankan mobilitas yang - Pantau adanya perubahan
diperlukan untuk ke kamar mandi kemampuan fungsi
- Bantu klien dalam memenuhi
kebutuhan sehari-hari
- Anjurkan keluarga untuk
membantu memenuhi ADLs
klien seperti mandi, makan,
toileting dan berpakaian
- Motivasi klien untuk memenuhi
ADLs secara mandiri dan
bertahap
- Anjurkan untuk melakukan
aktivitas sesuai dengan
kemampuan

c. Diagnosa keperawatan : Resiko infeksi berhubungan dengan tindakan


infasive, insisi post pembedahan

Tujuan & Kriteria hasil Intervensi


NOC NIC
NOC: Pengendalian resiko, dengan NIC : Pengendalian infeksi
indikator (nilai 1-5: tidak pernah, Intervansi :
jarang, kadang-kadang, sering,
konsisten) - Pantau tanda/gejala infeksi
Kriteria hasil : - Kaji faktor yang meningkatkan
serangan infeksi
- Terbebas dari tanda atau gejala
infeksi - Instruksikan untuk menjaga
hygiene pribadi
- Menunjukkan hygiene pribadi
yang adekuat - Berikan terapi antibiotik, bila
diperlukan
- Menggambarkan faktor yang
menunjang penularan infeksi - Monitor jumlah leukosit
- Gunakan teknik aseptik setiap
melakukan tindakan
- Tingkatkan intake nutrisi
- Batasi pengunjung
d. Diagnosa keperawatan : Ansietas b.d krisis situasi, ancaman pada konsep
diri, transmisi

Tujuan & Kriteria hasil Intervensi


NOC NIC
NOC: Kontrol cemas NIC :
Kriteria hasil: Anciety reduction
- Klien mampu mengidentifikasi Intervensi :
dan mengungkapkan gejala - Jelaskan semua prosedur dan apa
cemas yang dirasakan selama prosedur
- Tanda vital dalam batas normal - Berikan informasi fakual
- Mengidentifikasi, mengenai diagnose dan tindakan
mengungkapkan dan prognosis
menunjukkan teknik untuk - Identifikasi tingkat kecemasan
mengontrol cemas
- Dorong klien untuk
mengungkapkan perasaan,
ketakutan, persepsi
- Instruksikan klien untuk
menggunakan tehnik relaksasi/
distraksi
- Berikan obat untuk mengurangi
cemas

e. Diagnosa keperawatan : kerusakan mobilitas fisik b.d adanya luka bekas


operasi

Tujuan & Kriteria hasil Intervensi


NOC NIC
NOC: ambulation : walking NIC :
Kriteria hasil : Exercise therapy: ambulation
- Dapat mempertahankan dan Intervensi :
fungsi tubuh - Monitor vital sign
- Klien menunjukkan perilaku - Bantu klien untuk memenuhi
yang memungkinkan untuk ADLs
melakukan aktivitas
- Kaji kemempuan klien dalam
mobilisasi
- Latih klien dalam pemenuhan
kebutuhan ADLs secara mandiri
sesuai kemampuan
- Damping dan bantu klien saat
mobilisasi
- Berikan alat bantu jika klien
memerlukan
- Ajarkan klien bagaimana
merubah posisi dan berikan
bantuan jika diperlukan

f. Menyusui tidak efektif b/d kurang pengetahuan ibu, terhentinya proses


menyusui, nyeri payudara.

Tujuan & Kriteria hasil Intervensi


NOC NIC

NOC : Knowledge : Breasfeeding Knowledge Breastfeeding:


- Mampu mendeskripsikan cara - Ajarkan cara menyusui yang
menyusui yang benar benar
- Mampu mempraktekkan cara - Motivasi ibu agar terus
menyusui yang baik. menyusui bayinya
- Mampu melakukan perawatan - Ajarkan cara perawatan
putting dan payudara payudara selama menyusui
- Mampu mendeskripsikan - Berikan pendidikan kesehatan
tanda-tanda kelainan pada mengenai laktasi dan masa
payudara saat menyusui. nifas
DAFTAR PUSTAKA

Bobak Lowdermilk, Jensen. 2004. Buku Ajar Keperawatan Maternitas Edisi 4, ECG :
Jakarta.

Carpenito, L.J. 2001. Buku Saku Diagnosa Keperawatan. Edisi 8. EGC: Jakarta

Farrer Hellen, 1999, Perawatan Maternal, Alih Bahasa Andry Hartono, ECG : Jakarta.

Johnson, Marion. 2000. Nursing Outcomes Classification (NOC). St. Louis : Mosby.

Mansjoer, Arif, dkk. 2000. Kapita Selekta Kedokteran Jilid 1. Media Aesculaplus:
Jakarta.

Mc.Closkey. 1996. Nursing Intervention Classification (NIC). St. Louis : Mosby.

Mochtar, Rustam. 1988. Sinopsis Obstetri : Obstetri Fisiologi, Obstetri Patologi.


Jakarta : EGC.

NANDA International. 2010. Nursing Diagnosis 2009-2011. Jakarta : EGC.

Prawiroharjo, Sarwono. 2001. “Pelayanan kesehatan Maternal dan Neonatal.”

Sulistyawati, Ari. 2009. Buku Ajar Asuhan Kebidanan pada Ibu Nifas. Yogyakarta :
CV Andi Offset.

Winkjosastro Hanifa, 2002, Ilmu Kebidanan Edisi 3, Yayasan Bina Pustaka Sarwono
Prawirahardjo: Jakarta

Anda mungkin juga menyukai