Oleh :
RODOTUN NAFISAH
A3R21044
TULUNGAGUNG
2021
LAPORAN PENDAHULUAN
A. Definisi
(2007) :
a. Fase I
Penyembuhan luka berlangsung selama 3 hari, setelah pembedahan. Pada
fase ini terjadi penumpukan, benang-benang fibrin dan membentuk
gumpalan yang mengisi luka dan pembuluh darah yang terputus. Leukosit
mulai mencerna bakteri dan jaringan yang rusak.
b. Fase II
Berlangsung 3-14 hari setelah pembedahan. Leukosit mulai berkurang dan
luka berisi kolagen yang kemudian menunjang luka dan baik pada hari ke-6
dan ke-7 serta jahitan boleh diangkat.
c. Fase III
Berlangsung pada minggu ke-2 sampai minggu ke-6, kolagen terus
menumpuk dan menekan pembuluh darah, sehingga suplai darah ke daerah
luka mulai berkurang.
d. Fase IV
Berlangsung beberapa bulan setelah pembedahan, kolagen ditimbun dan
luka semakin kecil atau mengecil, tegang serta timbul rasa gatal di sekitar
luka.
B. Etiologi
Penyebab pre eklamsia dan eklamsia sampai sekarang belum diketahui, tetapi
dewasa ini banyak ditemukan sebab pre eklamsia adalah iskemia placenta dan kelainan
yang menyertai penyakit ini adalah spasmus, arteriola, retensi natrium dan air juga
koagulasi intravaskuler (Wiknjosastro, 2012).
Penyebab pre eklamsia sampai sekarang belum diketahui. Telah terdapat teori
yang mencoba menerangkan sebab musabab penyakit tersebut, akan tetapi tidak ada
yang dapat memberi jawaban yang memuaskan. Teori yang dapat diterima antara lain :
1. Sebab bertambahnya frekuensi pada primigraviditas, kehamilan ganda,
hidromnion, dan molahidatidosa
2. Sebab bertambahnya, frekuensi dan makin tuanya kehamilan
3. Sebab dapat terjadinya perbaikan keadaan penderita dengan kematian janin dalam
uterus
4. Sebab timbulnya hipertensi, edema, proteinuria, kejang dan koma
Faktor reisiko terjadinya pre-eklamsia :
- Kehamilan pertama
- Riwayat keluarga dengan pre-eklamsia atau eklamsia
- Pre-eklamsia pada kehamilan sebelumnya
- Ibu hamil dengan usia kurang dari 20 tahun atau lebih dari 35 tahun
- Wanita dengan gangguan fungsi organ (diabetes, penyakit ginjal, migraine, dan tekanan
darah tinggi)
- Kehamilan kembar
Faktor predisposisi pre eklamsia yang harus diwaspadai menurut Hanifa (2012),
antara lain : Nuliparitas, riwayat keluarga dengan eklamsia dan pre eklamsia, kehamilan
ganda, diabetes, hipertensi kronis dan molahidatidosa.
C. Manifestasi Klinis
Menurut “Bobak” (2014) :
1. Pre Eklampsia Ringan
a. Bila tekanan sistolik > 140 mmHg kenaikan 30 mmHg di atas tekanan biasa,
tekanan diastolik 90 mmHg, kenaikan 14 mmHg di atas tekanan biasa, tekanan
darah yang meninggi ini sekurangnya diukur 2x dengan jarak 6 jam.
b. Proteinuria sebesar 300 mg/dl dalam 25 jam atau > 1 gr/l secara random dengan
memakai contoh urin siang hari yang dikumpulkan pada dua waktu dengan jarak
enam jam karena kehilangan protein adalah bervariasi.
c. Edema dependent, bengkak dimata, wajah, jari, bunyi pulmoner tidak terdengar.
Edema timbul dengan didahului penambahan berat badan ½ kg dalam seminggu
atau lebih. Tambahan berat badan yang banyak ini disebabkan retensi air dalam
jaringan dan kemudian baru edema nampak, edema ini tidak hilang dengan
istirahat.
2. Pre eklamsia berat
a. Tekanan darah sistolik > 160 mmHg dan diastolik > 110 mmHg pada dua kali
pemeriksaan yang setidaknya berjarak 6 jam dengan ibu posisi tirah baring.
b. Proteinuria > 5 gr dalam urin 24 jam atau lebih dari + 3 pada pemeriksaan
diagnostik setidaknya pada dua kali pemeriksaan acak menggunakan contoh urin
yang diperoleh cara bersih dan berjarak setidaknya 4 jam.
c. Oliguria < 400 mL dalam 24 jam
d. Gangguan otak atau gangguan pengelihatan
e. Nyeri ulu hati
f. Edema paru atau sianosis
3. Eklampsia
a. Kejang-kejang / koma
b. Nyeri kepala di daerah frontal
c. Nyeri epigastrium
d. Penglihatan semakin kabur
e. Mual, muntah
D. Penatalaksanaan
1. Pre-eklamsia
Tujuan utama penanganan pre-eklamsia adalah mencegah terjadinya eklamsia, melahirkan
bayi tanpa asfiksi dengan skor APGAR baik, dan mencegah mortalitas maternal dan
perinatal.
a. Pre-eklamsia ringan
Istirahat ditempat tidur merupakan terapi utama dalam penanganan pre-eklamsia
ringan. Istirahat dengan berbaring pada sisi tubuh menyebabkan aliran darah ke
plasenta dan aliran darah ke ginjal meningkat, tekanan vena pada ektremitas bawah
ditempat tidur reabsorbsi cairan bertambah. Selain itu dengan istirahat ditempat
tidur mengurangi kebutuhan volume darah yang beredar dan juga dapat
menurunkan tekanan darah. Apabila pre-eklamsia tersebut tidak membaik dengan
penanganan konservatif, dalam hal ini kehamilan harus diterminasi jika
mengancam nyawa maternal.
b. Pre-eklamsia berat
Pada pasien pre-eklamsia berat segera harus diberi obat sedatif kuat untuk
mencegah timbulnya kejang. Apabila sesudah 12-24 jam bahaya akut sudah
teratasi, tindakan terbaik adalah menghentikan kehamilan. Sebagai pengobatan
mencegah timbulnya kejang, dapat diberikan larutan magnesium sulfat (MgSO4)
20% dengan dosis 4 gram secara intravena loading dose dalam 4-5 menit.
Kemudian dilanjutkan dengan MgSO4 40% sebanyak 12 gram dalam 500 cc ringer
laktat (RL) atau sekitar 14 tetes/menit. Tambahan magnesium sulfat hanya dapat
diberikan jika diuresis pasien baik, refleks patella positif dan frekuensi pernafasan
lebih dari 16 kali/menit. Obat ini memiliki efek menenangkan, menurunkan
tekanan darah dan meningkatkan diuresis. Selain magnesium sulfat, pasien dengan
pre-eklamsia dapat juga diberikan klorpromazin dengan dosis 50 mg secara
intramuskular ataupun diazepam 20 mg secara inramuskular.
2. Eklampsia
Tujuan utama penanganan eklampsia adalah menstabilkan fungsi vital penderita
dengan terapi suportif airway, breathing, circulating (ABC), mengendalikan kejang,
mengendalikan tekanan darah khususnya jika terjadi krisis hipertensi sehingga
penderita mampu melahirkan janin dengan selamat pada kondisi optimal.
Pengendalian kejang dapat diterapi dengan pemberian magnesium sulfat pada dosis
muatan (loading dose) 4-6 gram IV diikuti 1,5-2 g/jam dalam 100 ml infus rumatan
IV. Hal ini dilakukan untuk mencapai efek terapeutik 4,8-8,4 mg/dl sehingga kadar
magnesium serum dapat dipertahankan dari efek toksik.
E. Komplikasi
Komplikasi yang timbul akibat pembedahan Sectio Caesaria menurut “Mochtar” (2008)
antara lain :
1. Infeksi puerperal (nifas)
Infeksi terjadi apabila sebelum pembedahan telah ditentukan gejala-gejala infeksi intra
partum. Infeksi dikatakan ringan apabila hanya terjadi peningkatan suhu tubuh
beberapa hari saja. Infeksi berat bila terdapat tanda infeksi sedang disertai peritonitis,
sepsis dan ileus paralitik. Biasanya infeksi ditemukan pada kasus seperti partus yang
terlantar dan ketuban pecah dini.
2. Perdarahan
Pada Sectio Caesaria banyak pembuluh darah yang terputus dan terbuka, atonia uteri
serta pelepasan plasenta yang lebih banyak mengeluarkan darah dibandingkan dengan
persalinan normal.
3. Emboli pulmonal
Emboli terjadi karena pada pasien Sectio Caesaria dilakukan insisi pada abdomen dan
mobilisasi yang kurang jika dibandingkan dengan kelahiran normal.
5. Eklampsia
Jika pre-eklamsia tidak terkontrol, maka akan terjadi eklamsia. Eklamsia dapat
mengakibatkan kerusakan permanen organ tubuh ibu, seperti otak, hati atau ginjal.
Eklamsia berat menyebabkan ibu mengalami koma, kerusakan otak bahkan berujung pada
kematian janin mauun ibunya.
F. Pemeriksaan penunjang
1. Pemeriksaan darah lengkap dengan hapusan darah
- Penurunan hemoglobin (nilai rujukan atau kadar normal hemoglobin untuk wanita hamil
12-14 gr%)
- Hematokrit meningkat (nilai rujukan 37-43 vol%)
- Trombosit menurun (nilai rujukan 150-450 ribu/mm3
2. Urinalisis
- Ditemukan protein dalam urine
3. Pemeriksaan fungsi hati
- Bilirubin meningkat (N=<1 mg/dl)
- LDH (Laktat Dehidrogenase) meningkat
- Aspartat aminomtransferase (AST) > 60 ul
- Serum Glutamat pirufat transminase (SGPT) meningkat (N = 15-45 u/ml)
- Serum glutamat oxaloacetic trasaminase (SGOT) meningkat (N=<31 u/l)
- Total protein serum menurun (N=6,7-8,7 g/dl)
4. Tes kimia darah
- Asam urat meningkat (N= 2,4-2,7 mg/dl)
5. Radologi
- Ultrasonografi
Ditemukan retardasi pertumbuhan janin intra uterus. Pernafasan intrauterus lambat,
aktivitas janin lambat, dan volume cairan ketuban sedikit.
- Kardiotografi
Diketahui denyut janung janin bayi lemah
G. PATHWAY
Hamil
Edukasi
7. Jelaskan tujuan, manfaat, resiko
yang terjadi, jadwal dan efek
samping
d. Implementasi Keperawatan
Implementasi adalah proses keperawatan dengan melaksanakan berbagai strategis
keperawatan (tindakan keperawatan) yaitu telah direncanakan. Tujuan dari pelaksanaan
adalah membantu pasien dalam mencapai tujuan yang telah ditetapkan yang mencakup
peningkatan kesehatan pencegahan penyakit. Pemulihan kesehatan dan mempasilitas
koping perencanaan tindakan keperawatan akan dapat dilaksanakan dengan baik.
e. Evaluasi Keperawatan
Evaluasi adalah tahap terakhir proses keperawatan dengan cara menilai sejauh mana
tujuan diri rencana keperawatan tercapai atau tidak. Tujuan evaluasi adalah untuk melihat
kemampuan pasien dalam mencapai tujuan. Hal ini dapat dilaksanakan dengan mengadakan
hubungan dengan pasien berdasarkan respon pasien terhadap tindakan keperawatan yang
diberikan sehingga perawat dapat mengambil keputusan:
1) Mengakhiri tindakan keperawatan (pasien telah mencapai tujuan yang ditetapkan)
2) Memodifikasi rencana tindakan keperawatan (pasien memerlukan waktu yang lebih
lama untuk mencapai tujuan)
Adapun evaluasi keperawatan pada pasien adalah :
1) Nyeri akut menghilang
2) Gangguan mobilitas fisik membaik
3) Ansietas menurun
4) Resiko Infeksi hilang
DAFTAR PUSTAKA
Tim Pokja SDKI DPP PPNI, (2016), Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia (SDKI), Edisi 1,
Jakarta, Persatuan Perawat Indonesia
Tim Pokja SLKI DPP PPNI, (2018), Standar Luaran Keperawatan Indonesia (SLKI), Edisi 1, Jakarta,
Persatuan Perawat Indonesia
Tim Pokja SIKI DPP PPNI, (2018), Standar Intervensi Keperawatan Indonesia (SIKI), Edisi 1,
Jakarta, Persatuan Perawat IndonesIia
Herdman, T. H. & Kamitsuru, S. 2015. Diagnosa Keperawatan : Definisi & Klasifikasi 2015-1027. 10
peyunt. Jakarta : EGC.
Nugroho, T., 2010. Obstetric Untuk Mahasiswa Kebidanan. Yogyakarta : Nuha Medika.
Nurjannah, T., 2016. ISDA (Intan’s Screening Diagnoses Assesment). 6 ed. Yogyakarta : Mocomed
SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN
“HUTAMA ABDI HUSADA”
Ijin Pendirian Mendiknas RI Nomor : 113/D/O/2009
No Register : 01xxxx
I. IDENTITAS / BIODATA
Nama Pasien : Ny. X Nama Suami : Tn. X
II. ANAMNESA
A. Anamnesa pada tanggal : 24 November 2021 pukul 08.00
3. Riwayat Menstruasi :
Menarche : Umur 13Th Teratur / tdk teratur : teratur
Siklus : 28 hari Lamanya : 5 – 7 hari
Banyaknya HPHT
: 3X ganti pembalut : 15 - 02 - 2021
Dismenorhea TP
: ya Umur Kehamilan : 22 – 11 - 2021
: 32 Minggu
B. Riwayat kehamilan, Persalinan, Nifas yang lalu
Placen
Partus Anak Nifas Ket
ta
No Perkawinan Tgl / Th Hamil
Jenis Ditolon
BB PB AS
Partus g
1. 1 kali 01/08/2018 Hamil 1 SC Dokter 3kg 48 - - Ya H
1. Lamanya Persalinan
Kala I : 28 jam
- menit
Kala II : - jam
- menit
Kala III : - jam
Jumlah : - jam - menit
Lain – lain :-
3. Keadaan Placenta
:-
Lahir jam
Spontan / tindakan :-
Lebar
Tebal
Berat : 10.00 WIB( lengkap /tidak lengkap )
Panjang tali pusat
: Tindakan/manual
Insersi
: 20 cm
Kelainan – kelaian
: 3 cm
: 500 gram
4. Keadaan Perineum : 50 cm
5. Jumlah Perdarahan
:-
6. Pengobatan yang diberikan
:-
: 200 cm
: premedikasi pre op sc
Post SC
Infus RL : DS = 2 : 2
Inj. Santagesik 10 ml 3 x 1
Inj. Ondansentron 4 mg x 2
Sanmol 3x1
Lactafar 1x1
Metergin meffel
1. Keadaan bayi :
Belum KB
Px mengatakan ayahnya memiliki riwayat hipertensi , dan keluarga tidak memiliki rkwayat penyakit
yang sama seperti yang dialami pasien.
5. Kebutuhan Dasar :
A. Keadaan gizi : Px semua makanan mau dan tidak ada pantangannya
B. Pola eliminasi : ……………………………………………………….
BAK : Hamil : 4 – 5 x sehari
Sekarang : urine 500ml / hari (pakai kateter)
C. Pola aktivitas
Kegiatan sehari – hari : Bersih-bersih rumah, masak
Di Rumah Sakit : Bedrest, aktivitas dibantu keluarga
6. Pola Kebiasaan : Kebiasaan pasien dirumah yaitu bersih-bersih dan juga memasak
Keterangan :
: Laki-laki
:Perempuan
: Meninggal
2. Khusus
A. Mata
Conjungtiva : Conjungtiva merah muda
Sclera : Putih
Bendungan vena jugularis : Tidak ada bendungan vena jugularis
Lain - lain :-
B. Buah dada
Konsistensi : Lunak
Puting susu : Sangat menonjol
Asi / Colostrum : Keluar sedikit
Kebersihan : Bersih
Kelainan lain :-
C. Keadaan perut
Luka operasi : ya / tidak ( dibagian perut bawah, 10-12cm, dan tertutup perban).
Tanda – tanda infeksi : ya / tidak
D. Uterus
Tinggi fundus uteri : 12 jari dibawah pusat.
Kontraksi uteri : Keras
E. Keadaan vulva
Odem : ya / tidak
Varises : ya / tidak
Nyeri : ya / tidak
F. Perineum : Intak / Robek / Odem
G. Episiotomi : ya / tidak
Jenis :-
Jahitan :-
Tanda infeksi :-
H. Lochia
Warna : Rubra
Bau : Khas
Jumlah : 1 Pembalut
I. Keadaan anus
Hemoroid :-
Nyeri :-
J. Genetalia luar
Bartolinitis :-
Kelainan lain :-
IV. PEMERIKSAAN LAIN ( Bilamana perlu )
1. Laboratorium
A. Darah
Hb sahli / talquis :-
Golongan darah :-
Darah lengkap : terlampir
B. Urien
Protein urine :+
Lain – lain :-
2. Foto Rontgen : -
3. U S G : +
Mahasiswa
( RODOTUN NAFISAH)
NIM. A2R21044
ANALISA DATA
Nama pasien : Ny. X
Umur : 27 Tahun
No. Register : 01xxxx
KEMUNGKINAN PENYEBAB
KELOMPOK DATA MASALAH
(Pohon Masalah)
Hamil
1. Data Mayor :
DS : px mengeluh nyeri di luka Pre- eklamsia
bekas SC
Eklamsia
DO :
- Px tampak meringis SC
- Px tampak memegangi
perut Post SC
- Px tampak gelisah
- Px sulit tidur’ Fisiologi
- Skla nyeri 6 Nyeri akut
- Nyeri terasa saat bergerak
Sistem integrrumen
- Nyeri perut bawah post SC
- Nyeri hilang timbul
Diskontinuitas Jaringan
Data Minor :
DS : - Rangsangan reseptor nyeri
DO :
- TD : 130/90 mmHg Nyeri akut
- Px diaforesis
Hamil
Pre- eklamsia
Eklamsia
2. Data Mayor :
DS : Px mengatakan lemas SC
DO :
- Rentang gerak menurun Post SC
Data Minor :
Fisiologi Gangguan mobilitas fisik
DS : Px mengeluh nyeri saat
bergerak
Sistem integrrumen
DO :
Diskontinuitas Jaringan
- Gerakan terbatas
- Fisik lemah
Rangsangan reseptor nyeri
Nyeri akut
Data Minor :
DS : -
DO :
TD : 130/90 mmHg
Px diaforesis
Data Minor :
DS : Px mengeluh nyeri saat bergerak
DO : Gerakan terbatas,
Fisik lemah
post SC, px tampak akut menurun, dengan 1. Identifikasi lokasi, 1. Perut bagian
meringis kesakitan, kriteria hasil : skala, kualitas nyeri bawah, post SC, skala
px tampak Terapeutik nyeri 6. Nyeri hilang
1. Keluhan nyeri
memegangi perut timbul,
menurun 1. Fasilitasi istirahat tidur
bawah, px tampak
2. Meringis menurun Edukasi Terapeutik
gelisah, px sulit
3. Gelisah menurun
tidur, skala nyeri 6, 2. Ajarkan teknik distraksi 1. Menciptakan
4. Tekanan darah
nyeri terasa jika relaksasi suasana nyaman
membaik
dibuat bergerak, Kolaborasi supaya pasien bisa
5. Pola tidur
nyeri hilang timbul , beristirahat
membaik 3. Kolaborasi pemberian
TD 130/90 mmHg,
analgesik Edukasi
px diaforesis.
2. nafas dalam
Kolaborasi
3.Kolaborasi
pemberian analgesik
H: santagesik 3x1
Edukasi Edukasi
dini.
H: Supaya bisa mobilisasi secara
mandiri
Kolaborasi
4. Kolaborasi pemberian analgesik
H : Santagesik 3x1 10 ml (IV).
2. Dx 02 24/11/2021 Dukungan Ambulasi √ 24/11/2021 S : px mengatakan keadaan mulai √
Tindakan membaik.
10.00 Rodotun 14.00 Rodotun
Observasi O:
11.00 1. Identifikasi adanya nyeri atau - k/u cukup
keluhan lainnya. - Skla nyeri 1
12.00
- ROM meningkat
H: . Mengeluh nyeri dibagian peru
- ADL sendiri
13.00 post SC
2. Monitor keadaan umum A : A : masalah gangguan
14.00 H: Keadaan umum px lemah moilitas fisik teratasi
Terapeutik P : Intervensi dihentikan
3. Libatkan keluarga untuk
membantu px dlm meningkatkan
ambulasi
H: Melibatkan keluarga untuk
membantu px dlm meningkatkan
ambulasi
Edukasi
4. Jelaskan tujuan dan prosedur
ambulasi
H: Supaya bisa mobilisasi secara
Asuhan Keperawatan pada ibu Nifas Page 33
STIKes Hutama Abdi Husada Tulungagung