Anda di halaman 1dari 20

LAPORAN PENDAHULUAN

NECROTIZING ENTEROCOLITIS (NEC)

DI RSUD dr. HARYOTO LUMAJANG

Oleh :
Titin Wahyu Ningrum
22101110

PROGRAM STUDI PROFESI NERS


FAKULTAS ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS dr. SOEBANDI JEMBER
2023
LEMBAR PENGESAHAN

Nama Mahasiswa :
Laporan Pendahuluan :
Ruang Praktik :
Lahan Praktik :

Lumajang, ................... 2023

Pembimbing Akademik, Pembimbing Klinik,

(....................................................................) (....................................................................)
LEMBAR KONSULTASI

Tanggal Masukan Pembimbing TTD Pembimbing


LAPORAN PENDAHULUAN

1. Pengertian
Necrotizing enterocolitis(NEC) atau enterokolitis nekrotikan adalah kondisi
abdomen akut yang umum terlihat pada periode neonatal. "Necrotiz berarti kematian
jaringan, “entero” mengacu pada usus kecil, “colo” ke besar, dan “itis” berarti
peradangan.

Neonatal Necrotizing Enterocolitis (NEC) merupakan keadaan darurat mengancam


kehidupan di traktus gastrointestinal pada periode bayi baru Penyakit ini di gambarkan
dengan nekrosis pada mukosa saluran c Penyebab dari NEC masih belum jelas,
namun diduga penyebabnya faktorial. Angka kejadian dan angka kematian meningkat
pada bayi yang dengan berat badan rendah atau premature. Penyakit ini jarang
ditemukan bayi yang cukup bulan

2. Etiologi
Etiologi NEC hingga saat ini belum dapat dipastikan, namun diyakini kaitannya
dengan terjadinya iskemik intestinal yang berhubungan dengan faktor bakteri dan
faktor makanan. Iskemik menyebabkan rusaknya dinding saluran cerna sehingga rentan
pada invasi bakteri. NEC jarang terjadi sebelum tindakan pemberian makanan dan
sedikit terjadi pada bayi yang mendapat ASI. Bagaimananapun pemberian
makanan dimulai, hal itu cukup untuk menyebabkan proliferasi bakteri dapat menembus
dinding saluran cerna yang rusak dan menghasilkan gas hidrogen. tersebut bisa
berkumpul dalam dinding saluran cerna (pneumotosis intestinalis) memasuki vena
portal. Dapat juga disebabkan karena bayi lahir prematur dan badanya sangat
rendah, dari ibu yang mengkonsumsi kokain.

3. Manifestasi Klinis
Bayi dengan NEC memiliki berbagai tanda dan gejala dan mungkin
mengalami onset bencana yang berbahaya atau mendadak.
GASTROINTESTINAL SISTEMIK
Distensi abdomen Lethargy
Abdominal tenderness Apnea/distress pernapasan
Intoleransi makan Ketidakstabilan suhu
Keterlambatan pengosongan lambung Rasa tidak nyaman
Muntah Asidosis (Metabolik/respiratorik)
Olkutisme / darah dalam tinja Ketidakstabilan glukosa
Perubahan konsistensi tinja / diare Perfusi yang buruk/syok
Massa perut Koagulopati intravaskular diseminata
Eritema dinding perut Hasil positif dari kultur darah

Permulaan NEC biasanya terjadi pada minggu ke 2 atau 3 minggu namun bisa selambat-
lambatnya 3 bulan pada bayi VLBW. Usia onset berbanding terbalik terkait usia kehamilan. Tanda
pertama penyakit nonspesifik, termasuk lethargy dan ketidakstabilan suhu, atau terkait dengan
patologi gastrointestinal, seperti distensi abdomen dan retensi lambung. Darah pada feces jelas
terlihat pada 25% pasien. Karena tanda nonspesifik, sepsis mungkin dicurigai sebelum NEC.
Spektrum penyakitnya luas, mulai dari yang ringan penyakit dengan hanya feces guaiak-positif.
Untuk penyakit parah dengan perforasi usus, peritonitis, sindrom respon inflamasi sistemik, syok,
dan kematian. Perkembangan penyakit mungkin cepat, tapi biasanya penyakit ini berkembang dari
yang ringan sampai berat setelah 72 jam.

4. Komplikasi

Beberapa komplikasi yang dapat dialami oleh bayi dengan necrotizing enterocolitis (NEC) adalah:

 Gangguan tumbuh kembang


 Gangguan fungsi hati
 Sindrom usus pendek
 Penyempitan usus
 Robekan pada usus (perforasi usus)
 Peritonitis
 Sepsis

5. Pemeriksaan Penunjang
Pemeriksaan penunjang untuk menegakkan diagnosis NEC meliputi pemeriksaan laboratorium,
pencitraan, mesenteric oxygen saturation dan pemeriksaan histologi.
1. Pemeriksaan Pencitraan
Pencitraan abdomen adalah pemeriksaan penunjang awal yang dapat membantu penegakan
diagnosis. Pemeriksaan pencitraan yang dilakukan terdiri dari:

 Foto polos abdomen, untuk melihat pola abnormal udara/gas dalam usus, ileus, pneumatosis,
dan gas di intrahepatic portal venous
 Foto lateral dekubitus dan cross-table lateral, untuk melihat adanya perforasi intestinal
 Ultrasonography (USG) abdomen, digunakan bila gejala klinis dan hasil foto polos abdomen
tidak spesifik, atau pada bayi NEC yang tidak responsif dengan pengobatan. USG dapat
mendeteksi intermittent gas bubbles di parenkim hati dan sistem vena porta yang tidak
terdeteksi dengan foto abdomen
2. Pemeriksaan Laboratorium
Pemeriksaan laboratorium yang harus dilakukan adalah :

 Pemeriksaan hematologi lengkap: trombositopenia sering ditemukan pada bayi dengan NEC,
sedangkan jumlah leukosit dapat normal atau meningkat

 Pemeriksaan CRP: meningkat berhubungan dengan respon inflamasi

 Kultur darah dan feses: diperiksa untuk mengetahui organisme yang berperan dalam NEC

 Pemeriksaan elektrolit: pemeriksaan ketidakseimbangan elektrolit, seperti hipokalemia,


hipernatremia, dan hiperkalemia, yang sering ditemukan pada bayi dengan NEC

 Analisa gas darah dilakukan untuk pemeriksaan derajat asidosis metabolik

 Panel koagulasi seperti prothrombine time (PT), partial thromboplastin time (PTT), fibrinogen,


dan fibrin degradation product (D-dimer) diperiksa terutama untuk bayi dengan NEC lanjut,
untuk menegakkan diagnosis

3. Pemeriksaan Histologi
Hasil pemeriksaan histologi untuk NEC adalah adanya luka pada mukosa usus. Akan terlihat
gambaran nekrosis koagulasi dari mukosa dengan inflamasi akut dan kronik, ulserasi mukosa,
edema, perdarahan dan pneumatosis pada submukosa.
4. Mesenteric Oxygen Saturation
Mesenteric oxygen saturation adalah pemeriksaan untuk deteksi dini NEC dengan mendeteksi
perfusi usus pada bayi.
6. Penatalaksanaan
a. Penatalaksanaan medis
Bayi yang mengalami NEC harus dirawat di rumah sakit dengan fasilitas yang lengkap. Jika
kondisinya berat, tak jarang perawatan perlu dilakukan di ruang perawatan intensif. Penanganan
utama yang akan dilakukan oleh tim dokter adalah:

 Menghentikan semua pemberian susu sementara waktu


 Memasang selang dari hidung menuju ke lambung (nasogastric tube/ NGT) untuk membantu
mengeluarkan udara berlebihan di saluran pencernaan.
 Memberikan antibiotik spektrum luas (spektrum luas artinya antibiotik tersebut memiliki
kemampuan untuk membunuh berbagai jenis bakteri).
 Memberikan cairan dan kalori melalui infus.
 Jika terjadi penurunan kondisi hingga napas berhenti, perlu dilakukan pemasangan alat bantu
pernapasan berupa ventilator untuk membantu menjaga pernapasan bayi tetap teratur.
 Jika kerusakan usus yang terjadi sangat berat sehingga ada bagian usus yang mati atau
mengalami kebocoran, maka umumnya operasi juga perlu dilakukan.

7. Patofisiologi
8. Pathway
9. Proses Keperawatan

A. Pengkajian

Menurut Rohmah & Walid (2019) Pengkajian adalah proses melakukan


pemeriksaan atau penyelidikan oleh seorang perawat untuk mempelajari kondisi pasien
sebagai langkah awal yang akan dijadikan pengambilan keputusan klinik keperawatan.
Oleh karena itu pengakjian harus dilakukan dengan teliti dan cermat sehingga seluruh
kebutuhan keperawatan dapat teridentifikasi. Pada pasien peneumonia pengkajian
meliputi :
1. Identitas pasien

Nama, umur, jenis kelamin, alamat, agama, pendidikan, pekerjaan, agama,


suku/bangsa, status pernikahan
2. Identitas Pennggung Jawab

Nama, umur, jenis kelamin, alamat, agama, pendidikan, pekerjaan, agama


suku/bangsa, status pernikahan, hubungan dengan pasien

3. Riwayat Kesehatan

a. Keluhan utama

Keluhan utama pada pasien disertai keluhan lain yang dirasakan klien
seperti lemah, sianosis, pembesaran perut, diare, tinja berdarah, warna
kulit perut kemerahan, residu atau sisa makanan di lambung meningkat
pada bayi.

b. Keluhan saat ini

Bayi dengan ukuran fisik: BB < 2500 gram, panjang badan < 45 cm.
Gambaran fisik: kepala lebih besar dari badan, kulit tipis transparan,
rambut lanugo banyak, lemak subkutan tipis, daya hisap lemah atau bayi
tak mau minum, tangis yang melengking.
c. Riwayat penyakit dahulu
Jika ibu mempunyai riwayat penyakit seperti hipertensi, plasenta pervia,
kehamilan kembar, malnutrisi, kebiasaan ibu merokok, minum alkohol, ibu
yang memderita penyakit malaria, dan lain-lain.

d. Riwayat kehamilan dan melahirkan


Adanya riwayat melahirkan sebelumnya,dan pada saat partus siapakah
yang berperan dalam proses pertolongan partus tersebut. Riwayat
pemberian ANC terpadu termasuk didalamnya.

Neonatus atau bayi baru lahir (BBL) adalah hasil

reproduksi yang berhasil dilahirkan oleh seorang ibu hamil,

sebagai suatu makhluk yang “unik” oleh karena mempunyai

kemampuan beradaptasi dengan kehidupan ekstrauterin. Bayi

dalam rahim kebutuhan nutrisi dan oksigen dipenuhi

sepenuhnya oleh ibu melalui uteroplasental, namun ketika bayi

lahir harus melakukan adaptasi agar dapat bertahan hidup.

Bayi preterm atau bayi prematur adalah bayi yang dilahirkan ibu


pada usia kehamilan kurang dari 37 minggu, namun pada umumnya
bayi preterm lahir sebagai bayi berat lahir rendah (BBLR).
Bayi preterm membutuhkan penanganan yang khusus di ruang NICU.
Neonatal Intensive Care Unit (NICU) merupakan ruang perawatan intensif
untuk bayi baru lahir (hingga usia 28 hari) yang memerlukan pengobatan
dan perawatan khusus dengan tujuan mencegah dan mengobati kegagalan
organ-organ vital pada bayi baru lahir.

Bayi dalam perawatan di ruang NICU sangat mungkin terjadi


kesakitan akibat tindakan perawatan yang diberikan khususnya pemberian
tindakan invasif. Diperkirakan di ruang NICU bayi diberikan 12 kali
prosedur dalam sehari. Pengkajian nyeri pada neonatus harus dilakukan
guna pelaksanaan intervensi yang dapat meringankan atau menghilangkan
nyeri neonatus. Salah satu pengkajian nyeri pada pasien neonatus adalah
metode NIPS (Neonatal-Infant Pain Scale).

Parameter Skor 0 Skor 1 Skor 2


NIPS
Ekspresi Wajah tenang, Otot wajah tegang, -
wajah ekspresi netral alis berkerut, dagu
dan rahang tegang
(ekspresi wajah
negatif-hidung, mulut
dan alis)
Menangis Tenang tidak Merengek ringan, Berteriak kencang, menarik,
menangis kadang-kadang melengking terus-terusan.
(Catatan: menangis lirih
mungkin dinilai jika bayi
diintubasi yang dibuktikan
melalui gerakan mulut dan
wajah yang jelas).
Pola Pola pernapasan Tidak teratur, lebih -
pernapasan bayi normal cepat dari biasanya,
tersedak, napas
tertahan.
Lengan Tidak ada Tegang, lengan lurus, -
kekuatan otot, kaku, dan/atau
gerakan tangan ekstensi, cepat
acak sekali- ekstensi, fleksi
sekali
Kaki Tidak ada Tegang, kaki lurus, -
kekuatan otot, kaku, dan/atau
gerakan kaki ekstensi, ekstensi
acak sekali- cepat, fleksi
sekali
Kesadaran Tenang, tidur Terjaga, gelisah, dan
damai atau meronta-ronta
gerakan kaki
acak yang
terjaga

Keterangan skala nyeri dan intervensi:


1. 0-2 = Nyeri ringan tidak nyeri
2. 3-4 = Nyeri sedang-nyeri ringan (intervensi tanpa obat, dievaluasi selama 30 menit)
3. >4 = Nyeri hebat (intervensi tanpa obat, bila masih nyeri diberikan analgesik dan dievaluasi
selama 30 menit)
e. Pemeriksaan fisik
1.Keadaan umum

a. Pada umumnya pasien dengan NeC dalam keadaan


lemah, bayi terlihat kecil, pergerakan masih kurang dan
lemah, BB < 2500 gram dan tangisan masih lemah.

b. Nadi: 180 kali per menit, kemudian menurun sampai


120 -140x/menit.

c. RR: 80 kali per menit, kemudian menurun sampai 40x/menit


d. Suhu: kurang dari 36,5 C

2. Pemeriksaan ABCD
a) Antropometri pada bayi dengan NEC terutama berat badan
terbagi menjadi 3 yaitu: BBLR berat antara 1500- 2500 gram,
BBLSR berat antara 1000-1500 gram, dan BBLR berat kurang
dari 1000 gram, lingkar dada < 33 cm.
b) Biokimia, pada bayi NEC sering dijumpai adanya peningkatan
kadar hemogloblin, eritrosit karena imaturitas dari sel dan belum
sempurnanya enzim.
c) Clinical, pada NEC berat badan bayi belum memenuhi standar
yakni 2500 gram dan pada kasus ini biasanya juga terjadi
kelemahan reflek atau fungsi menghisap.
d) Diet Makanan atau nutrisi yang diberikan biasanya hanya ASI
dan susu formula khusus NEC jika disarankan oleh dokter.

f. Pemeriksaan Head to Toe

a. Kepala
Inspeksi: biasanya pada NEC kepala lebih besar dari badan, kulit
tipis, ubun ubun besar dan kecil belum menutup
Palpasi: pada BBLR rambut tipis dan halus, lingkar kepala < 33
cm.
b. Mata

Inspeksi: mata simetris, pupil isokor, terdapat banyak lanugo pada


area pelipis, konjungtiva anemis

c. Hidung

Inspeksi: terdapat pernafasan cuping hidung akibat gangguan pola


nafas, terpasang selang oksigen 1-2 liter/menit

Palpasi: pada NEC tulang hidung masih lunak, karena tulang


rawan belum sempurna

d. Mulut

Inspeksi: pucat, sianosis, mukosa bibir kering, terpasang selang


OGT

e. Telinga

Inspeksi: pada NEC terlihat banyak lanugo, daun telinga imatur


Palpasi: daun telinga pada NEC lunak

f. Wajah

Inspeksi: warna kulit, bentuk simetris, lanugo banyak, kriput


seperti orang tua

g. Leher

Inspeksi: pada NEC mudah terjadi gangguan pernafasan akibat


dari inadekuat jumlah surfaktan, jika hal ini terjadi biasanya
didapatkan retraksi suprasternal.

h. Paru-paru

Inspeksi: biasanya pada NEC pernafasan tidak teratur, otot bantu


pernafasan, lingkar dada <30 cm, retraksi dada ringan.
Palpasi: dinding dada elastis, puting susu belum terbentuk
Perkusi: terdapat suara sonor
Auskultasi: jika bayi mengalami gangguan pernafasan biasanya
bayi mendengkur, jika terjadi aspirasi meconium maka terdapat
suara ronchi
i. Jantung

Inspeksi: biasanya ictus cordis Nampak di ICS mid klavikula


Palpasi: ictus cordis teraba ICS 4 mid klavikula sinistra Perkusi:
area jantung redup
Auskultasi: S1 S2 tunggal, normalnya heat rate 120-160
kali/menit
j. Abdomen

Biasanya pada BBLR tidak terjadi distensi abdomen, kulit perut


tipis, pembuluh darah terlihat
k. Punggung

Inspeksi: keadaan punggung simestris, terdapat lanugo

l. Genetalia
Pada bayi NEC laki laki, labia minora belum tertutup oleh labia
mayora, klitoris menonjol. Pada bayi laki-laki testis belum turun
dan rague pada skrotum kurang
m. Ekstremitas

Pada NEC garis plantar sedikit, kadang terjadi oedem, pergerakan


otot terlihat lemah, terdapat lanugo pada lengan, akral teraba
dingin

n. Anus

Biasanya pada NEC anus bisa berlubang atau tidak.

B. Diagnosa

1. Resiko Infeksi (D. 0142)

2. Resiko Ketidakseimbangan Cairan (D. 0036)

3. Resiko Defisit Nutrisi (D. 0032)

4. Nyeri Akut (D.0077)


C. Intervensi
Diagnosa SLKI SIKI
NO
Keperawatan
(SDKI)
Resiko infeksi (D. Tingkat Infeksi (L. 14137) Pencegahan infeksi (I.
1.
0142) Setelah dilakukan 14539)
tindakan keperawatan O: - Monitor tanda dan
selama 1x30 menit gejala infeksi local dan
diharapkan status nutrisi sistematik
membaik dengan T: - Berikan perawatan
kategori: kulit pada area edema
Indikator SA ST E: - jelaskan tanda dan
Nyeri 2 4 gejala infeksi
Bengkak 2 4 K: - kolaborasi pemberian
Gangguan 2 4 imunisasi, jika perlu
kognitif

Status Nutrisi (L. 03030) Manajemen nutrisi (I.


2. Resiko Defisit
Setelah dilakukan 03199)
Nutrisi (D. 0032)
tindakan keperawatan O: - Identifikasi status
selama 1x30 menit nutrisi
diharapkan status nutrisi - Identifikasi
membaik dengan kebutuhan kalori
kategori: dan jenis nutrien
Indikator SA ST - Monitor asupan
Porsi 2 4 makanan
makanan - Monitor berat
yang badan
dihabiskan T: - berikan suplemen
Pengetahuan 2 4 makanan
tentang E: - ajarkan diet yang
pilihan diprogramkan
makanan
K: - kolaborasi pemberian
yang sehat
medikasi sebelum makan
Pengetahuan 2 4
tentang
pilihan
minuman
yang sehat
Pengetahuan 2 4
tentang
standar
asupan
nutrisi yang
tepat

Tingkat Nyeri (L. 08066) Manajemen Nyeri (I.


3. Nyeri Akut
Setelah dilakukan 08238)
(D.0077)
tindakan keperawatan O: - identifikasi lokasi,
selama 1x30 menit karakteristik, durasi,
diharapkan tingkat nyeri frekuensi, kualitas,
menurun dengan kategori: intensitas nyeri
Indikator SA ST - Identifikasi skala
Keluhan 1 4 nyeri
nyeri - Identifikasi
Meringis 1 4 pengetahuan dan
Gelisah 1 4 keyakinan tentang
nyeri
- Monitor efek
samping
penggunaan
analgetik
T: - Kontrol lingkungan
yang memperberat rasa
nyeri
- Fasilitasi istirahat
dan tidur
E: - jelaskan penyebab,
periode, dan pemicu nyeri
- Jelaskan strategi
meredakan nyeri
- Anjurkan
memonitor nyeri
secara mandiri
- Anjurkan
menggunakan
analgetik secara
tepat
- Ajarkan teknik
nonfarmakologis
untuk mengurangi
nyeri

K: -kolaborasi pemberian
analgetik
Keseimbangan cairan (L. Pemantauan cairan (I.
4. Resiko
05020) 03121)
Ketidakseimbangan Setelah dilakukan O:
tindakan keperawatan -monitor frekuensi dan
Cairan (D. 0036)
selama 1x30 menit kekuatan nadi
diharapkan tingkat nyeri - monitor frekuensi napas
meningkat dengan - monitor berat badan
kategori: -monitor intake dan output
Indicator SA ST cairan
Asupan 2 4 T:
cairan -atur interval waktu
Keluara 2 4 pemantauan sesuai dengan
n urin kondisi pasien
E:
-jelaskan tujuan dan
prosedur pemantauan
-informasikan hasil
pemantauan
DAFTAR PUSTAKA
Chu A, Hageman JR, Caplan MS. Necrotizing Enterocolitis: predictive markers and
preventive strategies. NeoReviews 2013;14(3): e113. doi: 10.1542/neo.14-3-e113.
(diakses 22 Oktober 2017).
Chen CL, Yu XY, James IOA, Zhang HY, Yang JY, Randulescu A, Zhou Y, Besner GE.
Heparin-binding EGF-like Growth Factor Protects Intestinal Stem Cells from
Injury in a Rat Model of Necrotizing Enterocolitis. Lab Invest 2012;92(3): 331–
344. doi:10.1038/labinvest.2011.167. (diakses 22 Oktober 2017).
Esposiito F, Mamone R, Di Serafino M, Mercogliano C, Vitale V, Vallone G, Oresta P.
Diagnostic imaging features of necrotizing enterocolitis: a narrative review. Quant
Imaging Med Surg 2017;7(3): 336-344. doi: 10.21037/qims.2017.03.01. (diakses
22 Oktober 2017).
Kosim, MS. 2019. Gawat Darurat Neonatus pada Persalinana Preterm. Sari

Pediatri, Vol. 7 No. 4\


Patel BK & Shah JS. Necrotizing Enterocolitis in Very Low Birth Weight Infants: a systemic
review. ISRN Gastroenterology 2012; Article ID 562594.
doi:10.5402/2012/562594. (diakses 22 Oktober 2017).
Rohmah, N. and Walid, S. (2019) Proses Keperawatan Berbasis KKNI. malang: Edulitera
(Anggota IKAP).

Anda mungkin juga menyukai