Di Susun Oleh :
Yunita Pangesti
P1337420216095
A. Pengertian
Necrotizing enterocolitis adalah penyakit gastrointestinal didapat (akuisita) yang paling
sering pada bayi baru lahir. (Kitterman, 2006: 297).
B. Etiologi
Etiologi NEC hingga saat ini belum dapat dipastikan, namun diyakini erat kaitannya
dengan terjadinya iskemik intestinal, faktor koloni bakteri dan faktor makanan. Iskemik
menyebabkan rusaknya dinding saluran cerna, sehingga rentan pada invasi bakteri. NEC
jarang terjadi sebelum tindakan pemberian makanan dan sedikit terjadi pada bayi yang
mendapat ASI. Bagaimanapun sekali pemberian makanan dimulai, hal itu cukup untuk
menyebabkan proliferasi bakteri yang dapat menembus dinding saluran cerna yang rusak
dan menghasilkan gas hidrogen. Gas tersebut bisa berkumpul dalam dinding saluran
cerna (pneumotosis intestinalis) atau memasuki vena portal. NEC sering dihubungkan
dengan faktor resiko spesifik, antara lain: pemberian susu formula, asfiksia, Intrauterine
Growth Restriction (IUGR), polisitemia / hiperviskositas, pemasangan kateter umbilikal,
gastroskisis, penyakit jantung bawaan, dan mielomeningokel. NEC bisa timbul sebagai
kumpulan penyakit atau penyakit dominan di NICU. Beberapa kumpulan tampaknya
berhubungan dengan organisme spesifik (misalnya Klebsiella, Escherichia coli,
Staphylococcus koagulase-negatif), tetapi sering kuman patogen spesifik tidak diketahui.
C. Patofisiologi
NEC adalah sekunder untuk interaksi yang kompleks dari beberapa faktor,
terutama pada bayi prematur, yang mengakibatkan kerusakan mukosa, akhirnya
mengarah ke iskemia usus dan nekrosis. Cedera mukosa mungkin karena infeksi, isi
intraluminal, imunitas yang belum matang, pelepasan vasokonstriktor, dan mediator
inflamasi. Hilangnya integritas mukosa memungkinkan bagian dari bakteri dan toksin
masuk ke dinding usus dan kemudian ke sirkulasi sistemik, sehingga terjadi respon
inflamasi umum dan sepsis pada NEC berat .
Proses inflamasi di NEC menyebabkan peningkatan aliran darah di segmen usus
yang terkena. bakteri menembus pertahanan mukosa, dan dengan produk metabolism
bakteri terjadi pembentukan gas intramural sepanjang NEC berlangsung, platelet-
activating faktor yang diproduksi oleh sel-sel inflamasi dan bakteri menyebarkan kaskade
inflamasi, terutama sitokin dan komplemen, mengakibatkan ekstensif transmural yang
terlibat terdapat kompromi dari microvasculature seperti iskemik maka terjadi perubahan
jaringan . Akhirnya, dinding usus yang tidak perforasi mengalami nekrosis yang
mungkin begitu parah sehingga peluruhan dinding usus terjadi, mengakibatkan penipisan
dinding usus dan akhirnya perforasi.
D. Manisfestasi Klinis
Bayi dengan NEC mempunyai variasi gejala klinis dan onset bisa secara tersembunyi
maupun tiba-tiba. Onset NEC biasanya muncul pada usia < 2 minggu pertama kelahiran
sampai 3 bulan pada bayi yang berat lahir sangat rendah.
Menurut WHO (2008), tanda-tanda umum pada NEC meliputi :
1. Distensi perut atau adanya nyeri tekan
2. Toleransi minum yang buruk
3. Muntah kehijauan atau cairan kehijauan keluar melalui pipa lambung
4. Darah pada feses
5. Tanda-tanda umum gangguan sistemik :
a. Apneu
b. Terus mengantuk atau tidak sadar
c. Demam atau hipotermi
Tanda dan gejala klinis :
1. Gastrointestinal :
a. Makanan intoleransi
b. Perut kembung
c. Perut tegang
d. Emesis
e. Okultisme darah / kotor dalam tinja
f. Perut massa
g. Eritema dinding perut
2. Sistemik :
a. Kelesuan
b. Apnea distress / pernafasan
c. Suhu ketidakstabilan
d. Hipotensi
e. Asidosis
f. Glukosa ketidakstabilan
E. Komplikasi
1. Nekrosis usus luas
2. Infeksi sekunder
3. Sepsis
4. Stiktura usus dengan obstruksi
5. Sindrom usus pendek (setelah suatu reseksi usus yang luas).
F. Pemeriksaan Diagnostik
1. Pemeriksaan Radiografik
Ditemukan adanya dilatasi nonspesifik fokal di usus, penebalan dinding abdomen
karena edema, dan pneumatosis intestinalis (gelembung-gelembung gas kecil di dalam
dinding usus).
2. Pemeriksaan laboratorium
Biasanya akan ditemukan leukopenia (hitung sel darah putih total <6000/mm3),
trombositopenia (hitung trombosit <5000/mm3 sebelum pembedahan) dan asidosis
metabolik.
3. Kultur
Specimen darah, urin, feses, dan Cairan serebrospinal sebaiknya diperiksa untuk
kemungkinan adanya virus, bakteri, dan jamur yang patogen.
4. Elektrolit
Gangguan elektrolit seperti hiponatremia dan hipernatremia serta hiperkalemia sering
terjadi.
5. Analisa gas darah
Asidosis metabolik, ataupun campuran asidosis metabolic dan respiratorik mungkin
terlihat.
6. Sistem koagulasi
Jika dijumpai trombositopenia ataupun perdarahan screening koagulopati lebih lanjut
harus dilakukan. Prothrombin Time memanjang, Partial Thromboplastin
time memanjang, penurunan fibrinogen dan peningkatan produk pemecah fibrin,
merupakan indikasi terjadinya disseminated intravascular coagulation (DIC).
G. Penatalaksanaan
Prinsip dasar tatalaksana NEC yaitu menatalaksananya sebagai akut abdomen
dengan ancaman terjadi peritonitis septic. Tujuannya adalah untuk mencegah perburukan
penyakit, perporasi intestinal dan syok. Jika NEC terjadi pada kelompok epidemis, para
penderita perlu dipertimbangakan untuk isolasi.
Pengelolaan Dasar :
1. Pasien dipuasakan untuk mengistirahatkan saluran cerna selama 7 – 14 hari.
Pemenuhan kebutuhan nutrisi dasar melalui perenteral total.
2. Lakukan dekompresi lambung atau lakukan section berkelanjutan.
3. Lakukan monitoring ketat pada vital sign dan kondisi abdomen.
4. Lakukan monitoring perdarahan saluran cerna. Periksa semua cairan aspirasi
lambung dan feses, apakah ada perdarahan.
5. Perbaikan kondisi respiratorik sesuai yang dibutuhkan pada keadaan yang
mengarah kepada syok. Penggunaaan inotropik mungkin dibutuhkan untuk menjaga
tekanan darah dalam batas normal.
6. Lakukan monitoring yang ketat terhadap intake dan output cairan. Usahakan
untuk mempertahankan produksi urin 1 -3 mL/Kg/BB/jam.
7. Lepas pemasangaan kateterisasi pada arteri dan vena umbilical dan ganti
dengan kateterisasi arteri dan vena perifer, tergantung dari keparahan penyakit.
8. Lalukan monitoring hasil pemeriksaan laboratorium. Lakukan kultur darah dan
urin sebelum memulai pemberian antibiotic.
9. Berikan antibiotik parentaral selama 10 hari. Mulai dengan pemberian
Ampicilin dan Gentamicin, pada keadaan curiga infeksi stafilokokus tambahkan
Metronidazol atau Climdamicin untuk mengcover kuman anaerob.
10. Lakukan monitoring adanya DIC, tranfusi PRC dan trombosit mungkin juga
diperlukan.
11. Pemantauan pemeriksaan radiografik untuk mendeteksi adanya perforasi usus.
12. Konsul ke bagian bedah.
Penatalaksanaan Bedah :
Pneumoperitonium merupakan indikasi mutlak untuk dilakukan intervensi bedah.
Indikasi relatif pembedahan yaitu gas vena portal, selulitis dinding abdomen, dilatasi
segmen intestinal yang menetap dilihat dari radiaografi, massa abdomen yang nyeri dan
perubahan kondisi klinis yang refrakter terhadap tatalaksana medis.
Cerebral
- Abnormalitas bicara
- Kelemahan
extremitas
- Paralisis perubahan
status mental
- Perubahan pada
respon motorik
- Perubahan reaksi
pupil
- Kesulitan untuk
menelan
- Perubahan kebiasaan
Berhubungan dengan :
- Hipovolemia
Hipervolemia
- Hipoventilasi
- Reduksi mekanik
pada vena dan atau aliran
darah arteri
- Kerusakan transport
oksigen melalui alveolar
dan atau membran kapiler
- Keracunan enzim
- Perubahan avimitas
atau ikatan oksigen dengan
Hb
- Penurunan
konsentrasi Hb dalam darah
D. Implementasi
Pelaksanaan adalah rencana tindakan untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan.
Kegiatan dalam pelaksanaan juga meliputi pengumpulan data berkelanjutan,
mengobservasi respons klien selama dan sesudah pelaksanaan tindakan, dan menilai data
yang baru. (Rohmah dan Walid, 2008:89)
E. Evaluasi
Evaluasi adalah penilaian degan cara membandingkan perubahan keadaan pasien (hasil
yang diamati) dengan tujuan dan kriteria hasil yang dibuat pada tahap perencanaan.
(Rohmah dan Walid, 2008:94)
DAFTAR PUSTAKA
Rohmah, Nikmatur & Walid, Saiful.2009. Proses Keperawatan Teori dan Aplikasi.
Yogyakarta: Ar-ruzz Media