Anda di halaman 1dari 7

LAPORAN PENDAHULUAN

ILEUS PARALITIK
I.

DEFINISI
Obstruksi usus adalah sumbatan total atau parsial yang mencegah aliran
normal

melalui

saluran

pencernaan

(Brunner

&

Suddarth,

2010).

Ileus adalah suatu kondisi hipomotilitas (kelumpuhan) saluran gastrointestinal


tanpa disertai adanya obstruksi mekanik pada intestinal. Pada kondisi klinik sering
disebut dengan Ileus paralitik (Mansjoer, 2010).
Dari definisi diatas dapat disimpulkan bahwa obstruksi usus adalah sumbatan
total atau parsial yang menghalangi aliran normal melalui saluran pencernaan atau
gangguan usus disepanjang usus.
Terdapat 2 jenis obstruksi usus yaitu obstruksi mekanik/ileus obstruktif dan
obstruksi paralitik/ileus paraltik. Ileus obstruktif merupakan suatu penyebab fisik
menyumbat usus dan tidak dapat diatasi oleh peristaltik. Ileus Paralitik adalah
keadaan dimana usus gagal/tidak mampu melakukan kontraksi peristaltik untuk
menyalurkan isinya (Nurarif & Kusuma, 2015).
II.

PATOFISIOLOGI
Etiologi
1. Perlengketan: Lengkung usus menjadi melekat pada area yang sembuh secara
lambat atau pada jaringan parut setelah pembedahan abdomen.
2. Intusepsi: salah satu bagian dari usus menyusup kedalam bagian lainyang ada
dibawahnya akibat penyempitan lumen usus
3. Volvulus: usus besar mempunyai mesocolon dapat terpuntir sendiri dengan
demikian menimbulkan penyumbatandengan menutupnya gulungan usus yang
terjadi amat distensi.
4. Hernia: protusi usus melalui area yang lemah dalam usus atau dinding dan
atau otot abdomen.
5. Tumor: tumor yang ada dalam dinding usus meluas ke lumen usus atau tumor

diluar usus menyebabkan tekanan pada dinding usus.


6. Kelainan kongenital.
Manifestasi klinis
1. Distensi abdomen
2. Muntah
3. Nyeri konstan distensi
4. Bising usus tenang atau tidak ada secara klasik dapat ditemukan tetapi temuan
yang tidak konsisten
5. Pemeriksaan laborat sering kali normal

6. Foto polos memperlihatkan loop usus halus yaang berdilatasi dengan batas
udara-cairan
7. Sulit dibedakan dengan ileus obstruktif tetapi distensi seluruh panjang kolon

lebih sering terjadi pada ileus paralitik


Pathway

IK
lrk
eap
uva
smb
c
n
III.
1.
2.
3.
4.
5.

e
am n
nu
ob
s e
a

kt
a
ls
i
i

i ud
a
ag m
n
u o
r
a
i r
r a

PEMERIKSAAN PENUNJANG
Leukosit darah, kadar elektrolit, ureum, glukosa darah, amylase.
Foto polos abdomen atau foto abdomen dengan menggunakan kontras.
Pemeriksaan feses.
Proktoskopi.
Enema baitum dan kolonoskopi

6. Manometri dan elektromiografi


IV.
PENATALAKSANAAN
Pengelolaan ileus paralitik bersfat konservatif dan suportif. Tindakannya
berupa dekompresi, menjaga keseimbangan cairan dan elektrolit, mengobati kausa
atau penyakit primer, dan pemberian nutrisi yang adekuat. Beberapa obat-obatan
jenis penyekat simpatik (simpatolik) atau obat parasimpatometik pernah dicoba,
ternyata hasilnya tidak konsisten.
Untuk dekompresi dilakukan pemasangan pipa nasogastrik (bila perlu
dipasang juga rectal tube). Pemberian cairan, koreksi gangguan elektrolit, nutrisi
parenteral hendaknya diberikan sesuai dengan kebutuhan dan prinsip pemberian
nutrisi parentral.
Bila bising usus sudah mulai ada dapat dilakukan tes feeding, bila tidak ada
retensi, dapat dimulai dengan diit cair kemudian disesuaikan sejalan dengan
toleransi ususnya.
V.

ASUHAN KEPERAWATAN
Pengkajian
1. Pengkajian Primer
a. Airway
- Bagaimana kepatenan jalan nafas
- Apakah ada sumbatan / penumpukan sekret di jalan nafas?
-

Bagaimana bunyi nafasnya, apakah ada bunyi nafas tambahan?

b. Breathing
- Bagaimana pola nafasnya ? Frekuensinya? Kedalaman dan iramanya?
- Apakah menggunakan otot bantu pernafasan?
- Apakah ada bunyi nafas tambahan?
c. Circulation
-

Bagaimana dengan nadi perifer dan nadi karotis? Kualitas (isi dan

tegangan)
-

Bagaimana Capillary refillnya, apakah ada akral dingin, sianosis atau

oliguri?
-

Apakah ada penurunan kesadaran?

Bagaimana tanda-tanda vitalnya ? TD, N,S, RR, , HR?

2. Pengkajian Sekunder

Merupakan tahap awal dari pendekatan proses keperawatan dan dilakukan


secara sistematika mencakup aspek bio, psiko, sosio, dan spiritual. Langkah
awal dari pengkajian ini adalah pengumpulan data yang diperoleh dari hasil
wawancara dengan klien dan keluarga, observasi pemeriksaan fisik, konsultasi
dengan anggota tim kesehatan lainnya dan meninjau kembali catatan medis
ataupun catatan keperawatan. Pengkajian fisik dilakukan dengan cara inspeksi,
palpasi, perkusi dan auskultasi.
Adapun lingkup pengkajian yang dilakukan pada klien Ileus Paralitik adalah
sebagai berikut :
1. Identitas pasien Meliputi nama, umur, jenis kelamin, pendidikan, agama,
alamat, status perkawinan, suku bangsa.
2. Riwayat Keperawatan
a.

Riwayat kesehatan sekarang Meliputi apa yang dirasakan klien saat

pengkajian.
b.

Riwayat kesehatan masa lalu Meliputi penyakit yang diderita, apakah

sebelumnya pernah sakit sama.


c.

Riwayat kesehatan keluarga Meliputi apakah dari keluarga ada yang

menderita penyakit yang sama.


3. Riwayat psikososial dan spiritual Meliputi pola interaksi, pola pertahanan
diri, pola kognitif, pola emosi dan nilai kepercayaan klien.
4. Kondisi lingkungan Meliputi bagaimana kondisi lingkungan yang
mendukung kesehatan klien
5. Pola aktivitas sebelum dan di rumah sakit Meliputi pola nutrisi, pola
eliminasi, personal hygiene, pola aktivitas sehari hari dan pola aktivitas
tidur.
6. Pengkajian fisik Dilakukan secara inspeksi, palpasi, auskultasi, dan perkusi,
yaitu :
a. Inspeksi Perut distensi, dapat ditemukan kontur dan steifung. Benjolan pada
regio inguinal, femoral dan skrotum menunjukkan suatu hernia inkarserata.
Pada Intussusepsi dapat terlihat massa abdomen berbentuk sosis. Adanya
adhesi dapat dicurigai bila ada bekas luka operasi sebelumnya. Kadang teraba
massa seperti pada tumor, invaginasi, hernia, rectal toucher.
Selain itu, dapat juga melakukan pemeriksaan inspeksi pada :

1) Sistem Penglihatan Posisi mata simetris atau asimetris, kelopak mata


normal atau tidak, pergerakan bola mata normal atau tidak, konjungtiva
anemis atau tidak, kornea normal atau tidak, sklera ikterik atau anikterik, pupil
isokor atau anisokor, reaksi terhadap otot cahaya baik atau tidak.
2) Sistem Pendengaran Daun telinga, serumen, cairan dalam telinga
3) Sistem Pernafasan Kedalaman pernafasan dalam atau dangkal, ada atau
tidak batuk dan pernafasan sesak atau tidak.
4) Sistem Hematologi Ada atau tidak perdarahan, warna kulit
5) Sistem Saraf Pusat Tingkat kesadaran, ada atau tidak peningkatan tekanan
intrakranial
6) Sistem Pencernaan Keadaan mulut, gigi, stomatitis, lidah bersih, saliva,
warna dan konsistensi feces.
7) Sistem Urogenital Warna BAK
8) Sistem Integumen Turgor kulit, ptechiae, warna kulit, keadaan kulit,
keadaan rambut.
b. Palpasi
1) Sistem Pcncernaan Abdomen, hepar, nyeri tekan di daerah epigastrium
2) Sistem Kardiovaskuler Pengisian kapiler
3) Sistem Integumen Ptechiae
c. Auskultasi
Hiperperistaltik, bising usus bernada tinggi, borborhygmi. Pada fase lanjut
bising usus dan peristaltik melemah sampai hilang.
d.

Perkusi

Hipertimpani.

Diagnosa Keperawatan
1. Nyeri berhubungan dengan distensi abdomen
2. Resiko ketidakseimbangan elektrolit berhubungan dengan mual, muntah, dan
anoreksia
3. Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan
asupan nutri tidak adekuat
4. Resiko syok (hipovolemik) berhubungan dengan penurunan cairan intra sel
5. Konstipasi berhubungan dnegan hilangnya kemampuan intestine dalam
pasase material feses
6. Ansietas berhubungan dengan kecemasan pemenuhan kebutuhan informasi

DAFTAR PUSTAKA
Burnner & Suddarth. 2010. Buku Ajar Kperawatan Medikal Bedah. EGC : Jakarta.
Mansjoer, Arif. 2010. Kapita Selekta Kedokteran Jilid 2. Media Aesculapius : Jakarta.
Nurarif, A., H., & Kusuma, H. 2015. Aplikasi Asuhan Keperawatan Berdasarkan
Diagnosa Medis & NANDA (North American Nursing Diagnosis Association)
NIC-NOC Jilid 2. Jogjakarta: Percetakan Mediaction Publishing.

Anda mungkin juga menyukai