Oleh :
Lovia Fradella Wati
NIM. 22101096
Nama Mahasiswa :
Kasus Laporan Pendahuluan/Asuhan Keperawatan :
Ruang Praktik :
Rumah Sakit/ Lahan Praktik :
………………………………… ……………………………………
..… …….
NIK/NIDN. NIK/NIDN.
LAPORAN PENDAHULUAN
1.1 Definisi
Bronkopneumonia adalah radang paru-paru yang mengenai satu atau
beberapa lobus paru-paru yang ditandai dengan adanya bercak-bercak infiltrat
yang disebabkan oleh bakteri, virus, jamur dan benda asing (Wijayaningsih,
2013).
Bronkopneumonia adalah cadangan pada parenkim paru yang meluas
sampai bronkioli atau dengan kata lain peradangan yang terjadi pada jaringan
paru melalui cara penyebaran langsung melalui saluran pernapasan atau
melalui hematogen sampai ke bronkus. (Riyadi dan Sukarmin, 2009).
1.2 Etiologi
Secara umum bronkopneumonia diakibatkan penurunan mekanisme
pertahanan tubuh terhadap virulensi organisme patogen. Orang normal dan
sehat memiliki mekanisme pertahanan tubuh terhadap organ pernafasan yang
terdiri atas : reflek glotis dan batuk, adanya lapisan mukus, gerakan silia yang
menggerakkan kuman keluar dari organ dan sekresi humoral setempat.
Timbulnya bronkopneumonia disebabkan oleh bakteri virus dan jamur, antara
lain :
1. Bakteri :Streptococcus, Staphylococcus, H. Influenzae, Klebsiella
2. Virus :Legionella Pneumoniae
3. Jamur :Aspergillus Spesies, Candida Albicans
4. Aspirasi makanan, sekresi orofaringeal atau isi lambung kedalam
paru
5. Terjadi karena kongesti paru yang lama (Nurarif dan Kusuma,
2015).
1.3 Klasifikasi
Klasifikasi pneumonia berdasarkan letak anatomi :
1. Pneumonia lobaris Pneumonia lobaris melibatkan seluruh
atau satu bagian besar dari satu atau lebih lobus paru. Bila kedua
paru terkena, maka dikenal sebagai pneumonia bilateral atau
“ganda”.
2. Pneumonia lobularis (bronkopneumonia)
Bronkopneumonia terjadi pada ujung akhir bronkiolus, yang
tersumbat oleh eksudat mukopurulen untuk membentuk bercak
konsolidasi dalam lobus yang berada didekatnya.
Pneumonia interstisial Proses implamasi yang terjadi di
dalam dinding alveolar (interstisium) dan jaringan peribronkial
serta interlobular ( Nurarif dan Kusuma, 2013)
1.4 Manifestasi Klinis
Manifestasi klinis yang muncul pada penderita bronkopneumonia menurut
( Nurarif dan Kusuma, 2013), ialah :
1. Biasanya didahului infeksi traktus respiratori bagian atas
2. Demam (39 -40 derajat celcius) kadang-kadang disertai
kejang karena demam yang tinggi.
3. Anak sangat gelisah, dan adanya nyeri dada yang terasa
ditusuk-tusuk, yang dicetuskan saat bernafas dan batuk.
4. Pernafasan cepat dan dangkal disertai pernafasan cuping
hidung dan sianosis sekitar hidung dan mulut.
5. Kadang-kadang disertai muntah dan diare.
6. Adanya bunyi tambahan pernafasan seperti ronchi, wheezing.
7. Rasa lelah akibat reaksi peradangan dan hipoksia apabila
infeksinya serius.
8. Ventilasi mungkin berkurang akibat penimbunan mokus yang
menyebabkan atelectasis absorbsi.
1.7 Pemeriksaan Penunjang
1. Pemeriksaan radiologi yaitu foto thoraks, terdapat konsolidasi
satu atau beberapa lobus yang bebercak-bercak.
2. Pemeriksaan laboratorium biasanya terjadi peningkatan
leukosit.
3. Pemeriksaan AGD untuk mengetahui status kaardiopulmuner
yang berhubungan dengan oksigen.
4. Pemeriksaan gram/kultur sputum dan darah : untuk
mengetahui mikroorganisme penyebab dan obat yang cocok
diberikan. (Nugroho, 2015)
2. Medis
a. Farmakologi
Pemberian antibiotik misalnya penisilin G, streptomisin, ampicillin,
dan gentamicin. Pemberian antibiotik ini berdasarkan usia, keaadan
penderita, dan kuman penyebab.
b. Pemeriksaan penunjang
1) Pemeriksaan radiologi yaitu foto thoraks, terdapat
konsolidasi satu atau beberapa lobus yang bebercak-
bercak.
2) Pemeriksaan laboratorium biasanya terjadi peningkatan
leukosit.
3) Pemeriksaan AGD untuk mengetahui status
kaardiopulmuner yang berhubungan dengan oksigen.
4) Pemeriksaan gram/kultur sputum dan darah : untuk
mengetahui mikroorganisme penyebab dan obat yang
cocok diberikan
1.9 Komplikasi
1. Obstruksi Jalan nafas
2. Gagal napas – pleura effusion
3. Empiema
4. Otitis media akut
5. Atelectasis
6. Emfisema
7. Meningitis ( Nurarif dan Kusuma, 2013)
1.10 Macam-macam Bunyi Nafas
Pada pemeriksaan fisik paru, salah satu tahap yang terpenting adalah
pemeriksaan auskultasi yang bertujuan untuk menilai pergerakan udara pada jalan
napas besar sampai sedang dan untuk membuat kesimpulan tentang jalan nafas,
parenkim dan rongga pleura. Diafragma stetoskop (dihangatkan dengan
memegang atau menggenggamnya dengan kuat pada telapak tangan digunakan
untuk asukultasi paru rutin. Pada pemeriksaan fisik paru, ada beberapa suara yang
dapat didengar secara langsung tanpa alat bantu. Di antaranya adalah:
Suara batuk: Suara batuk, baik berdahak maupun tidak, menunjukan gangguan
pada daerah bronkus maupun bronkiolus.
Suara mengi (wheezing): Suara ini dapat didengar baik pada saat inspirasi
maupun ekspirasi. Wheezing merupakan suara nafas seperti musik yang terjadi
karena adanya penyempitan jalan udara atau tersumbat sebagian. Obstruksi
seringkali terjadi sebagai akibat adanya sekresi atau edema. Bunyi yang sama juga
terdengar pada asma dan banyak proses yang berkaitan dengan bronkokonstriksi.
Mengi dapat dihilangkan dengan membatukannya. Mengi dapat berasal dari
bronki dan bronkiolus yang kecil. Bunyi yang terdengar mempunyai puncak suara
tinggi dan bersiul. Ronki berasal dari bronki yang lebih besar atau trakea dan
mempunyai bunyi yang berpuncak lebih rendah dari sonor. Bunyi-bunyi tersebut
terdengar pada klien yang mengalami penurunan sekresi.
Stridor: merupakan suara berkerok secara teratur. Suara ini terjadi karena ada
penyumbatan di daerah laring. Stridor dapat berupa inspiratoir atau ekspiratoir.
Yang paling banyak adalah stridor inspiratoir yang dapat terjadi pada tumor,
peradangan pada trakea, atau karena ada benda asing di trakea.
Suara serak (hoarseness), terjadi karena kelumpuhan pada saraf laring atau
peradangan pita suara.
Aliran turubulensi udara terjadi pada trakea dan jalan udara yang besar. Suara
yang ditimbulkannya mempunyai nada yang keras, dinamakan suara trakeal. Pada
percabangan-percabangan bronkus yang besar, akan terdengar suara bronkus
vesikular (campuran antara suara bronkial dan vesikular). Selanjutnya,
percabangan bronkus kecil (percabangan ke-15) sampai distal akan memberikan
nada yang lebih rendah karena adanya jaringan paru sebagai saringan udara.
1. Ronki kering, merupakan bunyi yang terputus, terjadi oleh getaran dalam
lumen saluran nafas akibat penyempitan. Kelainan ini terjadi pada mukosa
atau adanya sekret yang kental dan lengket. Terdengar lebih jelas pada
ekspirasi walaupun pada inspirasi sering terdengar juga. Suara ini dapat
terdengar di semua bagian bronkus, makin kecil diameter lumen, makin
tinggi dan makin keras nadanya. Wheezing merupakan ronki kering yang
tinggi nadanya dan panjang yang biasa terdengar pada serangan asma.
2. Ronki basah. Ronki basah sering juga disebut dengan suara
krekels (crackles) atau rales. Ronki basah merupakan suara berisik dan
terputus akibat aliran udara yang melewati cairan. Ronki basah halus,
sedang atau kasar tergantung pada besarnya bronkus yang terkena dan
umumnya terdengar pada inspirasi. Ronki basah halus biasanya terdapat
pada bronkiale, sedangkan yang lebih halus lagi berasal dari alveolus yang
sering disebut krepitasi, akibat terbukanya alveoli pada akhir inspirasi.
Sifat ronki basah ini dapat nyaring (infiltrat)atau tidak nyaring (pada
edema paru). Krekel dapat dihilangkan dengan batuk, tapi mungkin juga
tidak. Krekels mencerminkan inflamasi atau kongesti yang mendasarinya
dan sering timbul pada kondisi seperti pneumonia,bronkitis, gagal jantung
kongesti, bronkiektasis, dan fibrosis pulmonal serta khas pada pneumonia
dan interstitial atau fibrosis.Timing (waktu) ronkhi ini sangat penting.
Ronki inspirasi awal menunjukan kemungkinan penyakit pada jalan napas
kecil, dan khas untuk hambatan jalan napas kronis. Ronki lainnya
terdengar pada inspirasi awal dan bersifat kasar sedang. Ronki berbeda
dengan yang terdengar pada gagal ventrikel kiri yang terjadi di akhir siklus
pernapasan.
Ronki pada inspirasi akhir atau paninspirasi menunjukan kemungkinan
penyakit yang mengenai alveoli dan dapat bersifat halus, sedang, atau kasar.
Ronki halus dideskripsikan sebagai bunyi rambut yang digosok-gosok dengan
jari-jari tangan. Bunyi ini secara khas disebabkan oleh fibrosis paru. Ronki sedang
biasanya akibat gagal ventrikel kiri, bila ada cairan alveoli merusak fungsi dari
surfaktan yang disekresi dalam keadaan normal. Ronki kasar khas untuk
pengumpulan sekret yang tertahan dan memiliki kualitas seperti mendeguk yang
tidak mengenakan. Bunyi ini cenderung berubah dengan batuk yang juga
memiliki kualitas yang sama. Bronkiektasis paling sering menyebabkan terjadinya
ronki, tetapi setiap penyakit yang menimbulkan retensi sekret dapat menyebabkan
gangguan ini.Ronki mungkin disebabkan oleh hilangnya stabilitas jalan napas
perifer yang kolaps pada saat ekspirasi. Tekanan inspirasi yang tinggi
menyebabkan terjadinya pemasukan udara cepat ke dalam unit-unit udara distal.
Hal ini menyebabkan pembukaan yang cepat dari alveoli dan bronkus kecil atau
bronkus sedang yang mengandung sekret pada bagian-bagian paru yang berdeflasi
sampai volume residu.
D. Implementasi
Implementasi adalah fase ketika perawat mengimplementasikan intervensi
keperawatan. Implementasi merupakan langkah keempat dari proses keperawatan
yang telah direncanakan oleh perawat untuk dikerjakan dalam rangka membantu
klien untuk mencegah, mengurangi, dan menghilangkan dampak atau respons
yang ditimbulkan oleh masalah keperawatan dan kesehatan (Ali 2016).
E. Evaluasi
Evaluasi adalah penilaian hasil dan proses. Penilaian hasil menentukan
seberapa jauh keberhasilan yang dicapai sebagai keluaran dari tindakan. Penilaian
proses menentukan apakah ada kekeliruan dari setiap tahapan proses mulai dari
pengkajian, diagnosa, perencanaan, tindakan dan evaluasi (Ali 2016).
DAFTAR PUSTAKA
http://www.medicinesia.com/kedokteran-dasar/respirasi/bunyi-nafas/