Anda di halaman 1dari 15

LAPORAN PENDAHULUAN

BRONCHOPNEUMONIA PADA ANAK

Makalah ini dibuat untuk memenuhi salah satu tugas mata kuliah Keperawatan Anak

Disusun Oleh :

Aulia Syohifa

E010518006

PROGRAM STUDI DIII KEPERAWATAN

STIKKES BUDILUHUR CIMAHI

2021/2022
A. KONSEP DASAR PENYAKIT
A. Definisi
Bronchopneumonia adalah salah satu jenis pneumonia yang mempunyai pola penyebaran
bercak, teratur dalam satu atau lebih area terlokalisasi didalam bronchi dan meluas ke
parenkim paru yang berdekatan disekitarnya (Smeltzer & Suzane C, 2002).
Bronchopneumonia adalah suatu peradangan paru yang biasanya menyerang di bronkioli
terminal. Bronkioli terminal tersumbat oleh eksudat mokopurulen yang membentuk bercak-
bercak kosolidasi di lobuli yang beredekatan. Penyakit ini sering bersifat sekunder, menyertai
infeksi saluran pernafasan atas, demam infeksi yang spesifik dan penyakit yang melemahkan
daya tahan tubuh. Kesimpulannya bronchopneumonia adalah jenis infeksi paru yang
disebabkan oleh agen infeksius dan terdapat didaerah bronkus dan sekiatr alveoli. (Amin
Huda Nurarif & Hardhi Kusuma. 2015. Jilid 1).
Bronchopneumonia terjadi pada ujung akhir bronkiolus, yang tersumbat oleh eksudat
mukopurulen untuk membentuk bercak konsolidasi dalam lobus yang berada didekatnya,
disebut juga pneumonia lobularis. (Donna L. Wong, 2013).
B. Etiologi
Penyebab tersering bronkopneumoni pada anak adalah pneumokokus, sedangkan penyebab
yang lainnya adalah streptoccus pneumonia, stapilokokus aures, haemophillus influenza,
jamur seperti (candida albicans), dan virus.
Pada bayi dan anak kecil ditemukan stapilokokus aures sebagai penyebab terberat, serius dan
sangat progresif dengan mortalitas tinggi (Sujono & Sukarmin, 2009)
Terjadinya bronkopneumonia bermula dari adanya peradangan paru yang terjadi pada
jaringan paru atau alveoli yang biasanya didahului oleh infeksi traktus repiratorius bagian
atas selama beberapa hari. Factor penyebab utamanya adalah bakteri,virus,jamur dan benda
asing (Ridha,2014)
C. Manifestasi Klinis
Bronkopneumonia pada anak biasanya didahului oleh infeksi traktus respiratoorius
bagian atas selama beberapa hari. Suhu tubuh naik sampai 39-40 ℃ dan kadang disertai
kejang karena demam yang sangat tinggi. Anak akan gelisah, dipsnea, pernafasan cepat dan
dangkal, pernafasan cuping hidung serta sianosis sekitar hidung dan mulut. Kadang-kadang
disertai muntah dan diare. Batuk biasanya tidak ditemukan pada permulaan penyakit , tetapi
setelah beberapa hari mula-mula kering kemudian menjadi produktif. (Ngastiyah, 2014).
Menurut WHO 2005, manifestasi klinik pneumonia yaitu sebagai berikut:
a. Nafas cepat
1) Anak umur <2 bulan :≥60 kali/menit
2) Anak ummur 2-11 bulan : ≥50 kali/menit
3) Anak umur 1-5 tahun : ≥40 kali/menit
4) Anak umur ≥5 tahun : ≥30 kali/menit
b. Suara merintih pada bayi
c. Pada auskultasi terdengar :
1) Crackles (ronkhi)
2) Suara pernafasan menurun
3) Suara pernafasan bronkial
D. Klasifikasi
Klasifikasi menurut Zul Dahlan (2001) :
a. Berdasarkan ciri radiologis dan gejala klinis, dibagi atas :
1. Pneumonia tipikal, bercirikan tanda-tanda pneumonia lobaris dengan opasitas lobus
atau lobularis.
2. Pneumonia atipikal, ditandai gangguan respirasi yang meningkat lambat dengan
gambaran infiltrat paru bilateral yang difus.
b. Berdasarkan faktor lingkungan
1. Pneumonia komunitas
2. Pneumonia nosocomial
3. Pneumonia rekurens
4. Pneumonia aspirasi
5. Pneumonia pada gangguan imun
6. Pneumonia hipostatik
c. Berdasarkan sindrom klinis
1. Pneumonia bakterial berupa : pneumonia bakterial tipe tipikal yang terutama
mengenai parenkim paru dalam bentuk bronkopneumonia dan pneumonia lobar serta
pneumonia bakterial tipe campuran atipikal yaitu perjalanan penyakit ringan dan
jarang disertai konsolidasi paru.
2. Pneumonia non bakterial, dikenal pneumonia atipikal yang disebabkan Mycoplasma,
Chlamydia pneumoniae atau Legionella
E. Patofisiologi/Pathway

Jamur, virus,
bakteri,protozoa

Infeksi saluran Saluran pernafasan


pernafasan bawah atas

Kuman berlebih di Kuman terbawa


Proses peradangan
bronkus disaluran cerna

Akumulasi secret di Ketidakefektifan Infeksi saluran


bronkus bersihan jalan pencernaan
nafas
Mucus bronkus Peningkatan Peningkatan flora
meningkat peristaltic usus normal dalam usus

Bau mulut tidak


Resiko
sedap
Diare ketidakseimbangan
elektrolit
Anoreksia
Eksplorasi
meningkat
Intake kurang Deficit nutrisi Septikimia
Peningkatan
metabolisme

Ketidakseimbanga
n bersihan jalan
nafas

Edema paru

Penurunan Pergesran dinding


Suplai o2 menurun capliane paru paru

Hipoksia Hiperventilasi Dipsneu


Metabolic Akumulasi asam Nafas cuping
anaerob laknat hidung
meningkat

Intoleransi Gangguan
Fatique pertukaran gas
aktivitas

F. Pemeriksaan Penunjang
1. Pemeriksaan Laboratorium biasanya terjadi peningkatan leukosit
2. Pemeriksaan Radiologi
Pada pemeriksaan radiologi bronkopneumonia terdapat bercak bercak konsolidasi
yang merata pada lobus dan gambaran bronkopneumonia terdapat difus atau infiltrat
pada pneumonia stafilokok (Sujono & Sukarmin, 2009)
3. Pemeriksaan Cairan Pleura
Pemeriksaan cairan mikrobiologi, dapat dibiakkan dari specimen usap tenggorok,
sekresi nasofaring, bilasan bronkus atau sputum, darah, aspirasi trakea, fungsi pleura
atau aspirasi paru (Mansjoer, A 2000)

G. Penatalaksanaan
a. Farmakologi
1) Pemberian terapi Nebuliser Indikasi : Melebarkan otot pada saluran pernapasan
dan ekspektoran untuk mengencerkan dahak.
2) Pemberian terapi ampicilin Indikasi : ampicilin merupakan golongan penisilin
yang bersifat bakterisit dan bekerja dengan cara menghambat sintesis dinding sel.
Obat ini berdifusi baik dijaringan dan cairan tubuh.
3) Pemberian terapi Gentamisin Indikasi : Gentamisin termasuk dalam golongan
obat antibiotik, obat ini digunakan untuk menangani infeksi akibat bakteri
dengan cara membunuh sekaligus mencegah pertumbuhan bakteri.
4) Pemberian terapi Dexametasone Indikasi : Dexametasone adalah obat anti
inflamasi golongan kartikostreoid yang berperan dalam mengurangi atau
menekan proses peradangan
b. Non Farmakologi
1. Memposisikan pasien semi fowler, atau posisi fowler
2. Melakukan fisioterapi dada sebagaimana mestinya
3. Mengajarkan teknik nafas dalam dan batuk efektif
4. Ajarkan anak untuk selalu mencuci tangan setiap saat, terutama sebelum makan dan
setelah buang air keci atau besar
5. Hindarkan anak dari paparan polusi, misalnya debu dan asap rokok
6. Jauhkan bayi atau anak dari penderita bronkopneumonia
7. Lengkapi imunisasi anak agar terlindungi dari bakteri dan virus penyebab infeksi
bronkopneumonia
8. Memberikan kompres untuk menurunkan demam

H. Proses Keperawatan
1. Pengkajian
1) Identitas
Umumnya anak dengan daya tahan terganggu akan menderita pneumonia berulang atau
tidak dapat mengatasi penyakit ini dengan sempurna. Selain itu daya tahan tubuh yang
menurun akibat KEP, penyakit menahun,  trauma pada paru, anesthesia, aspirasi dan
pengobatan antibiotik yang tidak sempurna.
2) Riwayat Kesehatan
a. Keluhan utama.
Anak sangat gelisah, dispnea, pernapasan cepat dan dangkal, diserai pernapasan
cuping hidupng, serta sianosis sekitar hidung dan mulut. Kadang disertai muntah dan
diare.atau diare, tinja berdarah dengan atau tanpa lendir, anoreksia dan muntah.
b. Riwayat Kesehatan sekarang
Bronkopneumonia biasanya didahului oleh infeksi saluran pernapasan bagian atas
selama beberapa hari. Suhu tubuh dapat naik sangat mendadak sampai 39-40oC dan
kadang disertai kejang karena demam yang tinggi.
c. Riwayat Kesehatan dahulu
Pernah menderita penyakit infeksi yang menyebabkan sistem imun menurun.
d. Riwayat kesehatan keluarga
Anggota keluarga lain yang menderita penyakit infeksi saluran pernapasan dapat
menularkan kepada anggota keluarga yang lainnya.
e. Riwayat kesehatan lingkungan
Menurut Wilson dan Thompson, 1990 pneumonia sering terjadi pada musim hujan
dan awal musim semi. Selain itu pemeliharaan ksehatan dan kebersihan lingkungan
yang kurang juga bisa menyebabkan anak menderita sakit. Lingkungan pabrik atau
banyak asap dan debu ataupun lingkungan dengan anggota keluarga perokok.
f. Imunisasi
Anak yang tidak mendapatkan imunisasi beresiko tinggi untuk mendapat penyakit
infeksi saluran pernapasan atas atau bawah karena system pertahanan tubuh yang
tidak cukup kuat untuk melawan infeksi sekunder.
g. Nutrisi
Riwayat gizi buruk, Kekurangan gizi akan menurunakn kapasitas kekebalan untuk
merespon infeksi pneumonia termasuk gangguan fungsi granulosit, penurunan fungsi
komplemen, dan juga menyebabkan kekurangan mikronutrein.
h. Usia
Bayi dan balita memiliki mekanisme pertahanan tubuh yang masih rendah dibanding
orang dewasa, sehingga balita masuk kedalam kelompok yang rawan terhadap infeksi
seperti influenza dan pneumonia, anak-anak berusia 0-24 bulan lebih rentan terhadap
penyakit pneumonia dibanding anak-anak berusia diatas 2 tahun. Hal ini disebabkan
imunitas yang belum sempurna dan saluran pernapasan yang relatif sempit (DepKes
RI. 2004) 9).
i. Faktor Lingkungan Pemeliharaan kesehatan dan kebersihan lingkungan yang kurang
juga bisa menyebabkan anak menderita sakit. Lingkungan pabrik atau banyak asap
dan debu ataupun lingkungan dengan anggota keluarga perokok. Lingkungan rumah
seperti kondisi jendela, luas ventilasi kamar balita, jenis lantai rumah, jarang
membuka jendela setiap pagi, dan penggunaan obat nyamuk dapat beresiko anak
terserang Bronchopneumonia.
2. Pemeriksaan fisik
1) Sistem pernafasan (B1)
Pada anak dengan bronkopneumonia sering ditemukan dipsnea,pernafasan
dangkal, didapatkan suara bronkovasikuler atau bronkial pada daerah yang
terkena dan adanya suara tambahaan (ronkhi) pada sepertiga akhir respirasi
2) Sistem Kardiovaskuler (B2)
Pada anak dengan bronkopneumonia ditemukan leukopenia yang menandakan
prognis buruk dan juga ditemukan adanya anemia ringan atau sedang. Frekuensi
nadi meningkat
3) Sistem Pencernaan (B5)
Pasien biasanya mengalami muntah,mual, penurunan nafsu makan, dan
penurunan BB
4) Sistem musculoskeletal dan Integumen (B6)
Kelemahan dan kelelahan fisik secara umum menyebabkan ketergantungan
pasien thd bantuan orang lain dalam melakukan aktifitas sehari hari

I. Analisa Data

Data Etiologi Masalah


DS: Infeksi saluran pencernaan Bersihan jalan nafas tidak
1. Dipsnea atas efektif
2. Sulit bicara
3. Ortopnea Kuman berlebih di bronkus
Do :
1. Batuk tidak efektif Proses peradangan
2. Sputum berlebih
3. Mengi, Akumulasi secret di
wheezing,ronkhi bronkus
kering
4. Gelisah Bersihan jalan nafas tidak
5. Sianosis efektif
6. Frekuensi nafas
berubah
7. Pola nafas berubah
Ds ; Suplai o2 menurun Gangguan pertukaran gas
1. Dipsnea
2. Pusing Hipervntilasi
3. Penglihatan kabur
Do: Dipsnea
1. PCO2
meningkat/menurun Nafas cuping hidung
2. Takikardia
3. Bunyi nafas tambahan Gangguan pertukaran gas
4. Sianosis
5. Nafas cuping hidung
6. Pola nafas abnormal
7. Warna kulit abnormal
Ds: Kuman berlebih di Defisit Nutrisi
1. Cepat kenyang setelah bronkus
makan
2. Nafsu makan menurun Proses peradangan
Do:
1. BB menurun minimal Mucus broncus meningkat
10% dibawah rentang
ideal Bau mulut tidak sedap
2. Otot pengunyah lemah
3. Membrane mukosa Anoreksia
pucat
4. Sariawan Intake kurang
5. Diare
Deficit nutrisi
Ds: Suplai o2 menurun Intoleransi aktivitas
1. Mengeluh lelah
2. Dipsnea saat/setelah Hipoksia
beraktivitas
3. Merasa lemah Metabolic aerob meningkat
Do:
1. Frekuensi jantung Akumulasi asam laktat
meningkat >20% dari
kondisi istirahat Fatique
2. Sianosis
Intoleransi aktivitas
Ds:- Saluran pernafasan atas Resiko ketidakseimbangan
Do:- elektrolit
Kuman terbawa disaluran
cerna

Infeksi saluran pencernaan

peningkatan flora normal


dalam usus

peningkatan peristaltic
usus

diare

resiko ketidakseimbangan
elektrolit

J. Diagnosis keperawatan
1. Bersihan jalan nafas tidak efektif b.d spasme jalan nafas
2. Gangguan pertukaran gas b.d perubahan membrane alveolus-kapiler
3. Deficit nutrisi b.d kebutuhan metabolic sekunder thd demam dan proses infeksi,
anoreksia yang berhubungan dengan toksin bakteri baud dan rasa sputum, distensi
abdomen atau gas
4. Intoleransi aktivitas b.d ketidakseimbangan antara suplai dan kebutuhan oksigen
5. Resiko ketidakseimbangan elektrolit b.d perubahan kadar elektrolit dalam serum (diare)

K. Intervensi Keperawatan

Dx kep Tujuan dan Intervensi Rasional


Kriteria Hasil
Bersihan jalan nafas Setelah dilakukan Manajemen jalan 1. Utk
tidak efektif b.d tindakan kep selama nafas mendeteksi
spasme jalan nafas 3x24 jam diharapkan Observasi tanda tanda
d.d bersihan jalan nafas 1. Monitor pola bahaya
DS: meningkat dengan nafas 2. Utk
1. Dipsnea Kriteria Hasil: 2. Monitor bunyi mengetahui
2. Sulit bicara 1.batuk efektif nafas tambahan apkah ada
3. Ortopnea meningkat 3. Monitor sputum perubahan
Do : 2.Produksi sputum pola nafas
1. Batuk tidak menurun Terapeutik 3. Utk
efektif 3.mengi,wheezing 4. Posisikan semi mengetahui
2. Sputum menurun fowler jumlah
berlebih 4.dipsnea menurun 5. Berikn minum sputum
3. Mengi, 5.Gelisah membaik hangat 4. Utk
wheezing,ronkh 6.Sianosis membaik 6. Lakukan membantu
i kering 7.Frekuensi nafas fisioterapi dda bernafas
4. Gelisah membaik 7. Berikan oksigen 5. Utk
5. Sianosis memperlanca
6. Frekuensi nafas Edukasi r bernafas
berubah 8. Anjurkan asupan 6. Utk
7. Pola nafas cairan membersihka
berubah n sekresi
Kolaborasi 7. Utk
9. Kolaborasi membantu
pemberian menurunkan
bronkodilator,eks distress
pektoran 8. Cairan
sangat
penting
9. Utk
membantu
menurunkan
distress
Gangguan pertukaran Setelah dilakukan Pemantauan
gas b.d perubahan tindakan kep selama Respirasi
membrane alveolus- 3x24 jam diharapkan Observasi 1. Utk
kapiler d.d pertukaran gas 1. Monitor mendeteksi
Ds: meningkat dengan frekuensi, irama, tanda tanda
1. Dipsnea kriteria hasil kedalaman dan bahaya
2. Pusing 1.Dipsnea menurun upaya nafas 2. Utk
3. Penglihatan 2.Pusing menurun 2. Monitor pola mengontrol
kabur 3.Penglihatan kabur nafas pola nafas
Do: meningkat 3. Monitor adanya 3. Utk
1. PCO2 4.Pco2 membaik sumbatan jalan mengetahui
meningkat/menur 5.Takikardia nafas keefektifan
un meningkat 4. Auskultasi bunyi pola nafas
2. Takikardia 6.Sianosis membaik nafas 4. Utk
3. Bunyi nafas 7. Nafas cuping mendeteksi
tambahan hidung menurun Terapeutik suara nafas
4. Sianosis 8.Pola nafas 5. Atur interval tambahan
5. Nafas cuping membaik pemantauan 5. Utk
hidung 9.Warna kulit respirasi sesuai mengetahui
6. Pola nafas membaik kondisi pasien pola
abnormal pernafasan
7. Warna kulit pasien
abnormal

Deficit nutrisi b.d Setelah dilakukan Manajemen Nutrisi 1. Utk mengkaji


kebutuhan metabolic tindakan Observasi zat gizi yg di
sekunder thd demam keperawatan selama 1. Monitor asupan konsumsi dan
dan proses infeksi, 3x24 jam diharapkan makanan suplemen
anoreksia yang status nutrisi 2. Monitor berat yang
berhubungan dengan membaik dengan badan diberikan
toksin bakteri baud Kriteria Hasil 3. Monitor hasil 2. Utk
dan rasa sputum, 1.perasaan cepat pemeriksaan lab mengetahui bb
distensi abdomen atau kenyang menurun saat ini.
gas d.d 2.nafsu makan Terapeutik 3. Utk
Ds: membaik 4. Fasilitasi mengetahui
1. Cepat 3.BB membaik menentukan hasil dari nilai
kenyang 4. Membran mukosa pedoman diet lab
setelah makan membaik 4. Utk
2. Nafsu makan 5.Sariawan menurun Edukasi mengontrol
menurun 6. Diare menurun 5. Anjurkan posisi status nutrisi
duduk pasien
Do:
Kolaborasi 5. Duduk tinggi
1. BB menurun
6. Kolaborasi memungkinka
minimal 10%
dengan ahli gizi n ekspensi
dibawah
untuk paru
rentang ideal
menentukan 6. Utk
2. Otot
jumlah kalori menentukan
pengunyah
dan nutrient yg gizi yang
lemah
dibutuhkan cocok
3. Membrane
mukosa pucat
4. Sariawan
5. Diare

Intoleransi aktivitas Setelah dilakukan Manajemen Energi 1. Mengurangi


b.d tindakan Observasi resiko
ketidakseimbangan keperawatan selama 1. Monitor kelelahan
antara suplai dan 3x24 jam kelelahan fisik 2. Utk
kebutuhan oksigen diharapkantoleransi dan emosional menentukan
d.d aktivitas meningkat 2. Identifikasi seberapa besar
Ds: dengan kriteria hasil: gangguan fungsi gangguan
1. Mengeluh lelah 1.Keluhan lelah tubuh yang 3. Utk melatih
2. Dipsnea menurun mengakibatkan kekuatan otot
saat/setelah 2. dipsnea kelelahan 4. Utk
beraktivitas saat/setelah aktivitas mempercepat
3. Merasa lemah menurun Terapeutik proses
Do: 3.perasaan lemah 3. Lakukan latihan pemulihan
1. Frekuensi menurun rentang gerak
jantung 4. Sianosis menurun pasif atau aktif
meningkat
>20% dari Edukasi
kondisi istirahat 4. Lakukan
2. Sianosis melakukan
aktivitas secara
bertahap
Resiko Setelah dilakukan Pemantauan 1. Utk
ketidakseimbangan tindakan Elektrolit memantau
elektrolit b.d keperawatan selama Observasi status hidrasi
perubahan kadar 3x24 jam dihrapkan 1. Monitor pasien
elektrolit dalam keseimbbangan mual,muntah,di 2. Utk
serum (diare) elektrolit meningkat are mengetahui
dengan kriteria hasil: 2. Monitor cairan yang
1.serum natrium kehilangan hilang
membaik cairan 3. Menyadari
2. serum kalium 3. Monitor tanda tanda gejala
membaik dan gejala dgn cepat dan
3. serum posfor hiponatremia tepat dpt
membaik 4. Monitor tanda mencegahterj
dan gejala adinya
hyperkalemia kemungkinan
yang tidak
diinginkan
4. Menyadari
tanda gejala
dgn cepat dan
tepat dpt
mencegahterj
adinya
kemungkinan
yang tidak
diinginkan

DAFTAR PUSTAKA
PPNI.2017.Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia (SDKI)

Edisi I Cetakan 3 (revisi). Jakarta

PPNI.2018.Standar Intervensi Keperawatan Indonesia

(SIKI)

Edisi I Cetakan II, Jakarta

PPNI.2019. Standar Luaran Indonesia (SLKI)

Edisi I cetakan II.Jakarta

Amin H, Hardhi k.2015.Asuhan Keperawatan Nanda Nic Noc jilid 1.Jogjakarta:MediAction

Anda mungkin juga menyukai