Anda di halaman 1dari 16

KEPERAWATAN ANAK

LAPORAN PENDAHULUAN PASIEN DENGAN


BRONKOPNEUMONIA

Di susun oleh :
Palupi Wisnu Hardani
11202016

PROGRAM PROFESI NERS


SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN PERTAMEDIKA JAKARTA
2021
BRONKOPNEUMONIA

A. DEFINISI
Bronchopneumoni adalah salah satu jenis pneumonia yang mempunyai pola
penyebaran berbercak, teratur dalam satu atau lebih area terlokalisasi di
dalam bronchi dan meluas ke parenkim paru yang berdekatan di sekitarnya.
(Muttaqin ,2008),
Bronchopneomonia adalah penyebaran daerah infeksi yang berbercak dengan
diameter sekitar 3 sampai 4 cm mengelilingi dan juga melibatkan bronchi
(Hidayat, dkk 2012)
Menurut Whaley & Wong, Bronchopneumonia adalah bronkiolus terminal
yang tersumbat oleh eksudat, kemudian menjadi bagian yang terkonsolidasi
atau membentuk gabungan di dekat lobulus, disebut juga pneumonia lobaris
(Manurung , 2009),
Bronchopneumonia adalah suatu peradangan paru yang biasanya menyerang
di bronkeoli terminal. Bronkeoli terminal tersumbat oleh eksudat
mokopurulen yang membentuk bercak-barcak konsolidasi di lobuli yang
berdekatan. Penyakit ini sering bersifat sekunder, menyertai infeksi saluran
pernafasan atas, demam infeksi yang spesifik dan penyakit yang melemahkan
daya tahan tubuh (IDAI, 2010).

B. FAKTOR PREDISPOSISI
Secara umun individu yang terserang bronchopneumonia diakibatkan oleh
adanya penurunan mekanisme pertahanan tubuh terhadap virulensi organisme
patogen. Orang yang normal dan sehat mempunyai mekanisme pertahanan
tubuh terhadap organ pernafasan yang terdiri atas : reflek glotis dan batuk,
adanya lapisan mukus, gerakan silia yang menggerakkan kuman keluar dari
organ, dan sekresi humoral setempat.
Timbulnya bronchopneumonia disebabkan oleh virus, bakteri, jamur,
protozoa, mikobakteri, mikoplasma, dan riketsia. (Sandra M. Nettiria, 2001 :
682) antara lain :
1. Bakteri : Streptococcus, Staphylococcus, H. Influenzae, Klebsiella.
2. Virus : Legionella pneumoniae
3. Jamur : Aspergillus spesies, Candida albicans
4. Aspirasi makanan, sekresi orofaringeal atau isi lambung ke dalam paru-
paru
5. Terjadi karena kongesti paru yang lama.
Sebab lain dari pneumonia adalah akibat flora normal yang terjadi pada
pasien yang daya tahannya terganggu, atau terjadi aspirasi flora normal yang
terdapat dalam mulut dan karena adanya pneumocystis cranii, Mycoplasma.

C. PATHOFISIOLOGI
Bronchopneumonia selalu didahului oleh infeksi saluran nafas bagian atas
yang disebabkan oleh bakteri staphylococcus, Haemophillus influenzae atau
karena aspirasi makanan dan minuman.

Dari saluran pernafasan kemudian sebagian kuman tersebut masukl ke saluran


pernafasan bagian bawah dan menyebabkan terjadinya infeksi kuman di
tempat tersebut, sebagian lagi masuk ke pembuluh darah dan menginfeksi
saluran pernafasan dengan ganbaran sebagai berikut:

1. Infeksi saluran nafas bagian bawah menyebabkan tiga hal, yaitu dilatasi
pembuluh darah alveoli, peningkatan suhu, dan edema antara kapiler dan
alveoli.
2. Ekspansi kuman melalui pembuluh darah kemudian masuk ke dalam
saluran pencernaan dan menginfeksinya mengakibatkan terjadinya
peningkatan flora normal dalam usus, peristaltik meningkat akibat usus
mengalami malabsorbsi dan kemudian terjadilah diare yang beresiko
terhadap gangguan keseimbangan cairan dan elektrolit.
D. PATHWAY
Bakteri Stafilokokus Aureus

Bakteri Haemofilus influezae

 Penderita sakit berat yang dirawat di RS


 Penderita yang mengalami supresi
sistem pertahanan tubuh

 Kontaminasi peralatan RS

Saluran Pernafasan Atas

Kuman berlebih di Kuman terbawa di Infeksi Saluran Pernafasan Bawah


bronkus saluran pencernaan

Proses Infeksi saluran Dilatasi Peningkatan Edema antara


peradangan pencernaan pembuluh darah suhu kaplier dan
alveoli
Akumulasi sekret
di bronkus Peningkatan flora
Eksudat plasma Septikimia Iritasi PMN
normal dalam usus
masuk alveoli eritrosit pecah

Gangguan difusi
Bersihan jalan Mukus bronkus Peningkatan Peningkatan Edema paru
dalam plasma
nafas tidak meningkat peristaltik usus metabolisme
efektif
Gangguan
Bau mulut tidak Malabsorbrsi pertukaran gas Evaporasi Pengerasan
sedap meningkat dinding paru

Anoreksia Diare Penurunan


compliance paru

Intake kurang
Gangguan Suplai O2
keseimbangan menurun
cairan dan eletrolit
Nutrisi kurang
dari kebutuhan Hipoksia

Hiperventilasi
Metabolisme
anaeraob meningkat
Dispneu

Akumulasi asam
Retraksi dada / laktat
nafas cuping
hidung
Fatigue

Gangguan pola
nafas
Intoleransi
aktivitas
E. TANDA DAN GEJALA
Bronchopneumonia biasanya didahului oleh suatu infeksi di saluran
pernafasan bagian atas selama beberapa hari. Pada tahap awal, penderita
bronchopneumonia mengalami tanda dan gejala yang khas seperti menggigil,
demam, nyeri dada pleuritis, batuk produktif, hidung kemerahan, saat
bernafas menggunakan otot aksesorius dan bisa timbul sianosis.

Terdengar adanya krekels di atas paru yang sakit dan terdengar ketika terjadi
konsolidasi (pengisian rongga udara oleh eksudat).

Gejala-gejala yang dapat ditemui pada klien secara umum adalah:

1. Demam tinggi ≥ 38⁰C


2. Berkeringat
3. Batuk yang awalnya kering menjadi produktif dengan sputum yang
purulen bias berdarah
4. Sesak nafas, retraksi intercosta
5. Sakit kepala
6. Mudah merasa lelah/ tampak lemah
7. Nyeri dada
8. Kesulitan makan dan minum (Manurung, 2009).

F. KOMPLIKASI
Komplikasi yang terjadi pada anak yang mengalami bronkopneumonia terjadi
akibat tidak dilakukan pengobatan secara segera. Komplikasi yang
kemungkinan terjadi pada diantaranya sebagai berikut:
1. Otitis media
Terjadi apabila anak yang mengalami bronkopnemonia tidak segera
diobati sehingga jumlah sputum menjadi berlebih dan akan masuk ke
dalam tuba eustaci sehingga menghalangi masuknya udara ke telinga
tengah.
2. Bronkiektase
Hal ini terjadi akibat bronkus mengalami kerusakan dan timbul fibrosis
juga terdapat pelebaran bronkus akibat tumpukan nanah.
3. Abses Paru
Rongga bronkus terlalu banyak cairan akibat dari infeksi bakteri dalam
paru – paru.
4. Empiema
Anak yang mengalami bronkopneumonia, paru – parunya mengalami
infeksi akibat bakteri maupun virus sehingga rongga pleuranya berisi
nanah.

G. PENATALAKSANAAN MEDIS
1. Penderita dengan bronkopneumonia berat harus dirawat inap dan
ditatalaksana
2. Bersihkan jalan nafas (isap lendir), oksigenasi yang adekuat.
3. Cairan yang cukup bila perlu intra vena.
4. Diet TKTP, selama masih sesak nafas hati-hati makanan per oral, lebih
baik makanan lewat sondre drip.
5. Bila ada asidosis, koreksi dengan natrium bikarbonat 1 mEq/kgBB
6. Medikamentosa
a. Umur > 2 bulan : kombinasi ampisilin dan klorampenikol
b. Umur < 2 bulan : kombinasi ampisilin dan gentamisin
Dosis :

1) Ampisilin 100 mg/kgBB/hr


2) Klorampenikol 100 mg/kgBB/hr
3) Gentamisin 5 mg/kgBB/hr
c. Pada kasus-kasus dengan etiologi stafilokokus berikan golongan obat
tahan terhadap B laktamase. Bila etiologi mikoplasma antibiotik yang
tepat adalah golongan makrolid. Dapat diberikan obat-obat untuk
mukosilier klirens (golongan beta 2 agonis dan atau teofilin) secara
inhalasi atau peroral.
7. Fisioterapi, bila perlu untuk membersihkan jalan nafas.
8. Pemantauan :
a. Keadaan umum, tanda vital
b. Kemungkinan gagal nafas, klinis / AGD
c. Masukan cairan / makanan
d. Elektrolit terutama natrium dan kalium

H. PEMERIKSAAN PENUNJANG
Untuk dapat menegakkan diagnosa keperawatan dapat digunakan cara :

1. Pemeriksaan Laboratorium
a. Pemeriksaan darah
Pada kasus bronchopneumonia oleh bakteri akan terjadi leukositosis
(meningkatnya jumlah neutrofil).

b. Pemeriksaan sputum
Bahan pemeriksaan yang terbaik diperoleh dari batuk yang spontan
dan dalam. Digunakan untuk pemeriksaan mikroskopis dan untuk
kultur serta tes sensitifitas untuk mendeteksi agen infeksius

c. Analisa gas darah untuk mengevaluasi status oksigenasi dan status


asam basa.
d. Kultur darah untuk mendeteksi bakteremia
e. Sampel darah, sputum, dan urin untuk tes imunologi untuk mendeteksi
antigen mikroba.
2. Pemeriksaan Radiologi
a. Rontgenogram Thoraks
Menunjukkan konsolidasi lobar yang seringkali dijumpai pada infeksi
pneumokokal atau klebsiella. Infiltrat multiple seringkali dijumpai
pada infeksi stafilokokus dan haemofilus

b. Laringoskopi/ bronkoskopi untuk


menentukan apakah jalan nafas tersumbat oleh benda padat
I. KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN
Menurut Setiawan (2014) konsp asuahan keperawatan bronkopneumoia pada
anak antara lain:
1.Pengkajian
a) Identitas.
b) Riwayat Keperawatan.
(1) Keluhan utama.

Anak sangat gelisah, dispnea, pernapasan cepat dan dangkal, diserai


pernapasan cuping hidupng, serta sianosis sekitar hidung dan mulut.
Kadang disertai muntah dan diare.atau diare, tinja berdarah dengan
atau tanpa lendir, anoreksia dan muntah.

(2) Riwayat penyakit sekarang.

Bronkopneumonia biasanya didahului oleh infeksi saluran


pernapasan bagian atas selama beberapa hari. Suhu tubuh dapat naik
sangat mendadak sampai 39-40oC dan kadang disertai kejang karena
demam yang tinggi.

(3) Riwayat penyakit dahulu.

Pernah menderita penyakit infeksi yang menyebabkan sistem imun


menurun

(4) Riwayat kesehatan keluarga.

Anggota keluarga lain yang menderita penyakit infeksi saluran


pernapasan dapat menularkan kepada anggota keluarga yang lainnya.

(5) Riwayat kesehatan lingkungan.

Menurut Wilson dan Thompson, 1990 pneumonia sering terjadi pada


musim hujan dan awal musim semi. Selain itu pemeliharaan ksehatan
dan kebersihan lingkungan yang kurang juga bisa menyebabkan anak
menderita sakit. Lingkungan pabrik atau banyak asap dan debu
ataupun lingkungan dengan anggota keluarga perokok.

(6) Imunisasi.
Anak yang tidak mendapatkan imunisasi beresiko tinggi untuk
mendapat penyakit infeksi saluran pernapasan atas atau bawah karena
system pertahanan tubuh yang tidak cukup kuat untuk melawan
infeksi sekunder.

(7) Riwayat pertumbuhan dan perkembangan.

(8) Nutrisi.

Riwayat gizi buruk atau meteorismus (malnutrisi energi protein = MEP).

c) Pemeriksaan Fisik

Pemeriksaan fisik head to toe pada anak dengan bronkopneumonia


menurut Riyadi (2009) dalam Endrin (2014) :

(1) Kepala
bentuk kepala, warna rambut, distribusi rambut, ada lesi atau tidak,
hygiene, ada hematoma atau tidak

(2) Mata

sklera berwarna merah (ada peningkatan suhu tubuh), kaji reflek


cahaya, konjungtiva anemis atau tidak pergerakan bola mata

(3) Telinga
simetris atau tidak, kebersihan , tes pendengaran
(4) Hidung

ada polip atau tidak , nyeri tekan, kebersihan pernafasan , cuping


hidung , fungsi penciuman

(5) Mulut

warna bibir, mukosa bibir lembab atau tidak, mukosa bibir kering
(meningkatnya suhu tubuh), reflek mengisap, reflek menelan

(6) Dada
Paru – paru
Inspeksi : Irama nafas tidak teratur, pernapasan dangkal,
penggunaan

(7) otot bantu napas

Palpasi : Tidak ada nyeri tekan

Perkusi : Sonor

Auskultasi : Suara paru ronchi

(8) Jantung

Inspeksi : Tidak ada pembesaran pada dada sebelah kiri

Perkusi : Suara jantung terdengar redup

Auskultasi : Nada S1 S2 dan lub dup

(9) Abdomen

Inspeksi : bentuk, lesi

Palpasi : Splenomegali, hepatomegali, nyeri tekan, nyeri lepas,


turgor j.kulit <3 detik

Perkusi : Suara abdomen timpani

Auskultasi :Bising usus meningkat (normal 4-9x/menit)

(10) Ekstremitas
Pergerakan sendi terbatas (nyeri sendi), kelelahan (malaise), kelemahan

, CRT <2 detik dan keluhan

(11) Genetalia dan anus


Kelengkapan (laki-laki: penis, skrotum; perempuan: labia minora,
labia mayora, klitoris), fungsi BAB dan fungsi BAK

d) Pemeriksaan diagnostik dan hasil.

Secara laboratorik ditemukan lekositosis, biasanya 15.000 - 40.000 / m3


dengan pergeseran ke kiri. LED meninggi. Pengambilan sekret secara
broncoskopi dan fungsi paru-paru untuk preparat langsung; biakan dan test
resistensi dapat menentukan/mencari etiologinya. Tetapi cara ini tidak
rutin dilakukan karena sukar. Pada punksi misalnya dapat terjadi salah
tusuk dan memasukkan kuman dari luar. Foto rontgen (chest x ray)
dilakukan untuk melihat :

a. Komplikasi seperti empiema, atelektasis, perikarditis, pleuritis, dan


OMA.
b. Luas daerah paru yang terkena.
c. Evaluasi pengobata
d. Pada bronchopnemonia bercak-bercak infiltrat ditemukan pada
salah satu atau beberapa lobur.
e. Pada pemeriksaan ABGs ditemukan PaO2 < 0 mmHg.
J. DIAGNOSA KEPERAWATAN
1). Bersihan jalan nafas tidak efektif berhubungan dengan spasme
jalan nafas. (D.0001)
2). Gangguan pertukaran gas berhubungan dengan
ketidakseimbangan ventilasi-perfusi,perubahan membrane
alveolus-kapiler. (D.0003)
3). Defisit nutrisi berhubungan dengan kurangnya asupan makanan,
ketidakmampuan mencerna makanan, faktor psikologis (mis.
Stress, keengganan untuk makan) (D.0019)
4). Intoleransi aktifitas berhubungan dengan ketidakseimbangan
antara suplai dengan kebutuhan oksigen, kelemahan. (D.0056)

5). Cemas berhubungan dengan perpisahan dengan orang tua,


lingkungan yang asing, ketidaknyamanan.

6). Gangguan tumbuh kembang b.d terpisah dari orang tua,


keterbatasan lingkungan (D.0106)
PERENCANAAN DAN INTERVENSI KEPERAWATAN

No Diagnosa Tujuan Dan Kriteria Hasil Intervensi


(D.0001) Bersihan jalan
1 nafas tidak efektif Setelah dilakukan tindakan Manajemen
berhubungan dengan keperawatan selama …X 24 Jam jalan nafas
spasme jalan nafas .
diharapkan jalan nafas (I.01011)
meningkat (L.01001) dengan Observasi
kriteria hasil  Monitor
 Batuk efektif meningkat pola nafas (
 Produksi sputum frekuensi,
menurun kedalaman,
 Dispnoe membaik usaha

 Sianosis membaik nafas)

 Frekuensi nafas  Monitor

membaik bunyi nafas

 Pola nafas membaik tambahan (


gurgling,
mengi,
wheezing,
ronchi
kering)
 Monitor
sputum
( jumlah,
warna,
aroma)
Terapeutik
 Posisikan
semifowler
 Berikan
minum
hangat
 Lakukan
pengisapan
lendir lebih
kurang 15
detik

Edukasi

 Ajarkan
batuk
efektif

Kolaborasi

 Kolaborasi
pemberian
bronkodilat
or,
ekspektoran
dan
mukolitik

Gangguan
2 Setelah dilakukan tindakan Pemantauan
pertukaran gas
keperawatan selama …x24 jam respirasi
berhubungan
diharapkan pertukaran gas ( I.01014)
dengan
meningkat ( L.01003) dengan Observasi
ketidakseimbangan
kriteria hasil  Monitor
ventilasi-perfusi,
 Dispnea menurun frekuensi,
perubahan
 Bunyi nafas tambahan irama,
membrane
menurun kedalaman
alveolus-kapiler.
 Nafas cping hidung dan upaya
(D.0003)
nafas
menurun  Monitok
 PCO2 dan PO2 membaik kemampuan
 Takikardi membaik batuk
 PH arteri membaik efektif

 Pola nafas membaik  Auskultasi


bunyi nafas
 Monitor
saturasi
oksigen
 Monitor
hasil AGD

Terapeutik

 Dokumentas
ikan hasil
pemantauan

Edukasi

 Jelaskan
tujuan dan
prosedur
pemantaua
n
Defisit nutrisi
3 Setelah dilakukan tindakan Managemen
berhubungan
keperawatan selama …x24 jam nutrisi
dengan kurangnya
diharapkan status nutrisi ( I.03119)
asupan makanan,
membaik ( L.03030) dengan Observasi
ketidakmampuan
kriteria hasil  Identifikasi
mencerna makanan,
 Porsi makan yang status
faktor psikologis
dihabiskan meningkat nutrisi
(mis. Stress,
 Berat badan membaik  Identifikasi
keengganan untuk
makan) (D.0019)
 Nafsu makan membaik adanya
 Sikap terhadap makanan dan alergi
minuman sesuai dengan  Identifikasi
tujuan kesehatan meningkat Makanan
yang
disukai

Terapeutik

 Sajikan
makanan
yang
menarik
dengan suhu
yang sesuai

Edukasi

 Anjurkan
posisi
duduk jika
mampu

Kolaborasi

 Kolaborasi
dengan ahli
Gizi untuk
menentukan
nutrisi yang
dibutukan
DAFTAR PUSTAKA

Agus, setiawan. 2014. Laporan pendahuluan bronchopneumonia.(online). diambil dari:


http://www.academia.edu/9555933/LAPORAN_PENDAHULUAN_BRONKOP
NEUMONIA
Endri, dkk. (2014).Asuhan Keperawatan Pada Anak Dengan Gangguan Sistem
Pneumonia .Diambil dari: https://www.academia.edu/11107425/bronkopnemunia
Manurung. S. (2009). Asuhan Keperawatan gangguan Sistem Pernafasan Akibat Infeksi.
Jakarta Timur: CV. Trans Indo Media
Wijaya, C. (2015). Tatalaksana sepsis E T causa bronkopneumonia. Diambil dari
https://www.academia.edu/15060803/Bronkopneumonia
PPNI, T. P. (2019). Standar Luaran Keperawatan Indonesia (SLKI): Definisi dan
Kreteria Hasil Keperawatan ((cetakan II) 1 ed.). Jakarta: DPP PPNI.
PPNI, T. P. (2018). Standar Intervensi Keperawatan Indonesia (SIKI): Definisi
dan Tindakan Keperawatan ((cetakan II) 1 ed.). Jakarta: DPP PPNI.
PPNI, T. P. (2017). Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia (SDKI): Definisi
dan Indikator Diagnostik ((cetakan III) 1 ed.). Jakarta: DPP PPNI.

Anda mungkin juga menyukai