Anda di halaman 1dari 24

LAPORAN PENDAHULUAN

FARINGITIS

DISUSUN UNTUK MEMENUHI TUGAS PRAKTIKUM KEPERAWATAN

MATA KULIAH KEPERAWATAN DASAR II

Dosen Pembimbing :

Purnomo, S.Kep, Ns, M.Kep

Dibuat Oleh :
ROBITAH DARAJATUN (A1R19029)
PROGRAM STUDI D-III KEPERAWATAN
STIKes HUTAMA ABDI HUSADA TULUNGAGUNG
TAHUN AJARAN
2020-2021

1
LEMBAR PENGESAHAN

LAPORAN PENDAHULUAN FARINGITIS

DISUSUN UNTUK MEMENUHI TUGAS PRAKTIKUM KEPERAWATAN

MATA KULIAH KEPERAWATAN DASAR II

Telah disetujui dan disahkan pada :

Hari :

Tanggal :

Mengetahui

Mahasiswa Dosen Pembimbing

Robitah Darajatun Purnomo, S.Kep,Ns, M.Kep

2
3
KATA PENGANTAR

Puji syukur saya ucapkan kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat dan
karunia serta hidayah sehingga saya dapat menyelesaikan Laporan Pendahuluan Faringitis
yang disusun untuk memenuhi Tugas Praktikum Keperawatan Mata Kuliah KD II oleh dosen
pembimbing Purnomo, S.Kep, Ns, M.Kep.

Dalam pembuatan Laporan Pendahuluan ini saya banyak mendapatkan bimbingan dan
arahan dari berbagai pihak, oleh sebab itu saya ucapkan terimakasih kepada dosen
pembimbing dan rekan-rekan mahasiswa yang telah membantu dan memberikan dorongan
dalam pembuatan laporan pendahuluan ini.

Saya menyadari bahwa penulisan Laporan Pendahuluan ini masih belum sempurna,
oleh karena itu saya mengharapkan kritik dan saran yang membangun demi kesempurnaan
Laporan Pendahuluan ini.

Saya mengharap semoga Laporan Pendahuluan ini dapat bermanfaat bagi kita
semua.Akhir kata saya ucapkan terimakasih yang sebesar-besarnya.

Tulungagung, 19 Januari 2021

Robitah Darajatun

4
DAFTAR ISI

COVER
LEMBAR PENGESAHAN…………………………………………..........i
KATA PENGANTAR……………………………………………………..ii
DAFTAR ISI………………………………………………………………iii
1. DEFINISI…………………………………………………………..1
2. ETIOLOGI………………………………………………………….1
3. KLASIFIKASI……………………………………………………...2
4. MANIFESTASI KLINIS……………………………………………2
5. PEMERIKSAAN PENUNJANG……………………………………3
6. PENATALAKSANAAN…………………………………………….3
7. KOMPLIKASI……………………………………………………….4
8. PATOFISIOLOGI……………………………………………………5
9. PATHWAY…………………………………………………………..7
10. DIAGNOSA KEPERAWATAN……………………………………..8
11. INTERVENSI………………………………………………………...8

DAFTAR PUSTAKA………………………………………………………………10

REVIEW ASKEP………………………………………………………………….11

1i
2i
1. DEFINISI

Faringitis akut merupakan istilah yang digunakan untuk menunjukkan semua infeksi akut
pada faring, termasuk tonsillitis (tonsilofaringitis) yang berlangsung selama 14 hari dan
merupakan peradangan akut membrane mukosa faring dan struktur lain disekitarnya. Karena
letaknya yang sangat dekat dengan hidung dan tonsil, jarang terjadi hanya pada tonsillitis namun
juga mencakup nasofaringitis, dan tonsilofaringitis dan ditandai dengan keluhan nyeri tenggorok.
Faringitis Streptokokus beta hemolitikus group A (SBHGA) adalah infeksi akut orofaring
dan/atau nasofaring oleh SBHGA. (Rahajoe, 2012)

Faringitis adalah sebuah penyakit yang menyerang tenggorokan atau faring. Kadangkala
disebut juga sebagai radang tenggorokan. Radang ini bisa disebabkan oleh virus atau bakteri
streptokokus. (Pauji Safri Hasibuan, 2019)

Faringitis akut adalah radang akut pada mukosa faring dan jaringan limfoid pada dinding
faring (Roapa, 2011). Pendapat lain dikemukaan oleh Ikatan Dokter Anak Indonesia (2008)
Faringitis merupakan peradangan akut membrane mukosa faring dan struktur lain di sekitarnya.

2. ETIOLOGI
Bakteri dan virus merupakan penyebab dari faringitis dan virus merupakan
menjadi penyebab terbanyak seperti :
● Virus Epstein Barr (Epstein Bar Virus, EBV) disertai dengan gejala
infeksi mononukleus seperti splenomegali dan limfadenopati generalisita
● Infeksi virus campak
● Cytomegalovirus (CMV)
● Virus rubella
● Virus penyebab penyakit respiratori seperti Adenovirus, Rhinovirus, dan
virus Parainfluenza

1
● Bakteri Streptoccocus beta hemofilicus Group A
● Korinebakterium
● Arkanobakterium
● Streptococcus beta hemolitikus
● Streptococcus piyogenes

3. KLASIFIKASI
● Faringitis Akut
a. faringitis viral
terdapat rhinovirus yang dapat menimbulkann gejala rhinitis dan beberapa
hari kemudian menimbulkan faringitis. Tanda faringitis viral yaitu terdapat
demam disertai rinorea, mual, nyeri tenggorok, dan sulit menelan. Pada
pemeriksaan yang ditemukan pada permukaan faring dan tonsil tampak hiperemis.
b. faringitis bacterial
gejalanya yaitu terdapat nyeri kepala hebat, kadang disertai demam,
muntah dan jarang disertai batuk. Pada pemeriksaan ditemukan pada permukaan
faring dan tonsil tampak hiperemis dan terdapat eksudat serta ditemukan tonsil
membesar.
● Faringitis kronis
Disebabkan oleh pajanan yang berulang dalam jangka waktu lama dari zat iritan.
Faktor predisposisi faringitis kronis ini adalah rhinitis kronik, sinusitis, iritasi
kronik akibat penggunaan rokok, minuman alcohol, inhalasi uap yang
merangsang mukosa faring.

4. MANIFESTASI KLINIS
Tanda dan gejala faringitis :
● Awitan akut disertai mual muntah
● Faring hiperdermis
● Tonsil bengkak dengan eksudasi
● Kelenjar getah bening leher anterior bengkak dan nyeri

2
● Uvula bengkak dan merah
● Ekskoriasi hidung disertai lesi impetigo sekunder
● Ruam skarlatina
● Petekie palatinum mole
● Nyeri tenggorok, nyeri telan, sulit menelan, mulut berbau
● Demam, tonsil hyperemia, otalgia (sakit di telinga)

5. PEMERIKSAAN PENUNJANG
1. Leukosit : terjadi peningkatan
2. Hemoglobin : terjadi penurunan
3. Usap tonsil untuk pemeriksaan kultur bakteri dan sensitifitas obat
4. Pemeriksaan laboratorium dengan RADTs

6. PENATALAKSANAAN
● Antibiotika golongan penisilin atau sulfonamide
● Antipiretik
● Obat kumur atau obat hisap dengan desinfektan
● Berkumur dengan larutan garam hangat
● Kompres panas atau dingin pada leher untuk meringankan nyeri
● Antimikroba
● Mengindari makanan pedas, berminyak, es juga disarankan

7. KOMPLIKASI
● Pertonsil abses
● Ruang faringitis abses
● Limfadenitis
● Sinusitis
● Otitis

3
8. PATHWAY
Faringitis

Inflamasi

Demam edema mukosa mukosa kemerahan batuk

Penguapan nafsu makan turun kesulitan menelan sputum

Defisit
9. volume Gangguan nutrisi Nyeri Bersihan jalan nafas
cairan tidak efektif
10.

Droplet Resti penularan

Kurang pengetahuan

4
9. PATOFISIOLOGI
Bakteri atau virus yang ditularkan secara droplet inflection atau melalui bahan
makanan atau minuman atau alat makan. Penyakit ini merupakan permulaan penyakit lain
seperti : morbili, influenza, pneumonia, parotitis, varisela, arthritis, atau radang
bersamaan dengan infeksi jalan nafas bagian atas yaitu : rhinitis akut, nasofaringitis,
laryngitis akut, bronchitis akut. Kronis hiperplastik terjadi perubahan mukosa dinding
posterior faring. Tampak mukosa menebal serta hipertropi kelenjar limfe dibawahnya dan
di belakang arkus faring posterior. Adanya mukosa dinding posterior tidak rata yang
disebut granuler.
Sedangkan faringitis kronis atropi sering timbul bersama dengan rhinitis atropi,
udara pernafasan tidak diatur suhu serta kelembabannya, sehingga menimbulkan
rangsangan serta infeksi pada faring

10. DIAGNOSA KEPERAWATAN


1. Hipertermi berhubungan dengan dehidrasi
2. Nyeri akut berhubungan dengan agen pencedera fisiologis (inflamasi)

5
3. Gangguan menelan berhubungan dengan anomaly jalan napas atas
11. INTERVENSI
1. Hipertermi berhubungan dengan dehidrasi

Tujuan : Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 2×24 jam status cairan

membaik

Kriteria hasil :

● Kekuatan nadi membaik

● Turgor kulit membaik

● Output urine membaik

● Membrane mukosa membaik

Intervensi :

Edukasi dehidrasi

Observasi :

- Monitor frekuensi dan kekuatan nadi

- Monitor frekuensi napas

- Monitor tekanan darah

- Identifikasi tanda-tanda hipovolemia

Terapeutik :

6
- Atur interval waktu pemantauan sesuai dengan kondisi pasien

- Dokumentasikan hasil pemantauan

Edukasi :

- Jelaskan tujuan dan prosedur pemantauan

- Informasikan hasil pemantauan

2. Nyeri akut berhubungan dengan agen pencedera fisiologis (inflamasi)

Tujuan : Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 2×24 jam tingkat nyeri

menurun

Kriteria hasil :

● Keluhan nyeri menurun

● Meringis menurun

● Sikap protektif menurun

● Gelisah menurun

● Kesulitan tidur menurun

Intervensi :

Manajemen nyeri

7
Observasi :

- Identifikasi lokasi, karakteristik, durasi frekuensi, kualitas, intensitas nyeri

- Identifikasi skala nyeri

- Monitor efek samping penggunaan analgetik

Terapeutik :

- Berika teknik nonfarmakologis untuk mengurangi rasa nyeri

- Kontol lingkungan yang memperberat rasa nyeri

- Fasilitasi istirahat dan tidur

Edukasi :

- Jelaskan penyebab, periode, dan pemicu nyeri

- Jelaskan strategi meredakan nyeri

- Anjurkan memonitor nyeri secara mandiri

Kolaborasi :

- Kolaborasi pemberian analgetik

3. Gangguan menelan berhubungan dengan anomaly jalan napas atas

Tujuan : Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 2×24 jam status menelan

8
membaik

Kriteria hasil :

● Reflek menelan membaik

● Kemampuan mengosongkan mulut membaik

● Frekuensi tersedak menurun

● Batuk menurun

Intervensi :
Manajemen nutrisi
Observasi :
- Identifikasi status nutrisi
- Identifikasi makanan yang disukai
- Monitor asupan makanan
Terapeutik :
- Fasilitasi menentukan pedoman diet
- Sajikan makanan yang menarik dan suhu yang sesuai
- Berikan makanan tinggi serat untuk mencegah kostipasi
Edukasi :
- Anjurkan posisi duduk
- Anjurkan diet yang diprogramkan
Kolaborasi :
- Kolaborasi pemberian medikasi sebelum makan
- Kolaborasi dengan ahli gizi untuk menentukan jumlah kalori dan jenis
nutrient yang dibutuhkan

9
DAFTAR PUSTAKA

NANDA NIC NOC. JILID I.EDISI REVISI. 2015


SDKI. Edisi 1. Cetakan III.2017
SLKI. Edisi 1. Cetakan II.2019
SIKI. Edisi 1. Cetakan II.2018
Amran, Ritha.2015.BAB I dalam : ASKEP Faringitis
Rochmah, Putri Hidayatur.2018.BAB I dalam : ASKEP Pada Anak Dengan Faringitis Di
Ruang Nusa Indah
https://www.google.com/url?
sa=t&source=web&rct=j&url=https://id.scribd.com/document/459988925/Tugas-Dokep-
Laporan-Perbedaan-Nanda-Dan-Sdki

10
REVIEW ASKEP

A.    Pengkajian

1.    Riwayat Kesehatan

a.    Adanya riwayat infeksi saluran pernapasan sebelumnya: batuk, pilek, demam.
b.    Riwayat alergi dalam keluarga
c.    Riwayat penyakit yang berhubungan dengan imunitas seperti malnutrisi
d.    Anggota keluarga lain yang mengalami sakit saluran pernapasan
e.    Ada/tidak riwayat merokok

2.    Pemeriksaan Fisik

a.    Pernapasan
Pernapasan dangkal, dipneu, takipneu, tanda bunyi napas ronchi halus dan melemah, wajah pucat
atau sianosis bibir atau kulit
b.    Aktivitas atau Istirahat
Kelelahan, malaise, insomnia, penurunan toleransi aktivitas, sirkulasi takikardi, dan pucat
c.    Makanan dan cairan
Gejala    :     Kehilangan nafsu makan, disfagia, mual dan muntah.
Tanda    :    Hiperaktivitas bunyi usus, distensi abdomen, turgor kulit buruk.

3.    Observasi

a.    Adanya retraksi atau pernapasan cuping hidung


b.    Adanya kepucatan atau sianosis warna kulit
c.    Adanya suara serak, stridor, dan batuk
d.    Perilaku: gelisah, takut
e.    Adanya sakit tenggorok, adanya pembesaran tiroid, pengeluaran sekret, kesulitan menelan.
f.    Tanda-tanda: nyeri dada, nyeri abdomen, dispnea

C.    Diagnosa Keperawatan

1.    Nyeri akut berhubungan dengan inflamasi


2.    Bersihan jalan napas tidak efektif berhubungan dengan peningkatan sekret
3.    Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan kesulitan

11
menelan
4.    Cemas berhubungan dengan hospitalisasi, kesulitan bernapas
5.    Resiko tinggi infeksi berhubungan dengan adanya organisme infektif
6.    Kurang pengetahuan berhubungan dengan terbatasnya informasi

D.    Intervensi

1.    DX I
Nyeri akut berhubungan dengan inflamasi
NOC:
NOC 1: Level Nyeri
Tujuan:     Setelah dilakukan tindakan keperawatan diharapkan nyeri pasien berkurang / hilang
dengan skala hasil 4
Kriteria Hasil:
a.    Laporkan frekuensi nyeri
b.    Kaji frekuensi nyeri
c.    Lamanya nyeri berlangsung
d.    Ekspresi wajah terhadap nyeri
e.    Kegelisahan
f.    Perubahan TTV
Tabel Skala Nyeri

Skala    0    1 - 3    4 - 6    7 - 9    10      


Tingkatan Nyeri    Tidak Nyeri    Nyeri Ringan    Nyeri Sedang    Nyeri Berat    Tak
Tertahankan   

NOC 2: Kontrol Nyeri


Tujuan:     Setelah dilakukan tindakan keperawatan diharapkan nyeri pasien terkontrol dengan
skala hasil 4
Kriteri Hasil:
a.    Mengenal faktor penyebab
b.    Gunakan tindakan pencegahan
c.    Gunakan tindakan non analgetik
d.    Gunakan analgetik yang tepat

Ket Skala:
1 = Tidak pernah menunjukkan
2 = Jarang menunjukkan
3 = Kadang menunjukkan

12
4 = Sering menunjukkan
5 = Selalu menunjukkan

NIC: Manajemen Nyeri


a.    Kaji secara menyeluruh tentang nyeri termasuk lokasi, durasi, frekuensi, intensitas, dan
faktor penyebab.
b.    Observasi isyarat non verbal dari ketidaknyamanan terutama jika tidak dapat berkomunikasi
secara efektif.
c.    Gunakan tindakan lokal (berkumur, menghisap, kompres hangat) untuk mengurangi sakit
tenggorok.
d.    Berikan analgetik dengan tepat.
e.    Berikan informasi tentang nyeri seperti penyebab nyeri, berapa lama akan berakhir dan
antisipasi ketidaknyamanan dari prosedur.
f.    Ajarkan teknik non farmakologi (misalnya: relaksasi, guide, imagery, terapi musik, distraksi)

2.    DX II
Bersihan jalan napas tidak efektif berhubungan dengan peningkatan sekret
NOC: Status Pernapasan: Ventilasi
Tujuan:     Setelah dilakukan tindakan keperawatan diharapkan bersihan jalan napas pasien
kembali efektif dengan skala hasil 4.
Kriteria Hasil:
a.    Menunjukkan jalan napas paten dengan bunyi napas bersih
b.    Tidak ada dipsneu
c.    Sekret dapat keluar
d.    Mampu batuk efektif

Ket Skala:
1 = Tidak pernah menunjukkan
2 = Jarang menunjukkan
3 = Kadang menunjukkan
4 = Sering menunjukkan
5 = Selalu menunjukkan

NIC: Pengelolaan Jalan Napas


a.    Kaji frekuensi atau kedalaman pernapasan dan gerakan dada
b.    Auskultasi area paru, catat area penurunan udara
c.    Bantu pasien latihan nafas dalam dan melakukan batuk efektif.

13
d.    Berikan posisi semifowler dan pertahankan posisi anak
e.    Lakukan penghisapan lendir sesuai indikasi.
f.    Kaji vital sign dan status respirasi.
g.    Kolaborasi pemberian oksigen

3.    DX III
Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan kesulitan menelan
NOC: Status nutrisi
Tujuan:     Setelah dilakukan tindakan keperawatan diharapkan status nutrisi pasien terpenuhi.
Kriteria Hasil:
a.    Mempertahankan pemasukan nutrisi
b.    Mempertahankan berat badan
c.    Melaporkan keadekuatan tingkat energi
d.    Daya tahan tubuh adekuat

Ket Skala:
1 = Tidak pernah menunjukkan
2 = Jarang menunjukkan
3 = Kadang menunjukkan
4 = Sering menunjukkan
5 = Selalu menunjukkan

NIC: Manajemen nutrisi


a.    Kaji status nutrisi pasien
b.    Ketahui makanan kesukaan pasien
c.    Anjurkan pasien makan sedikit demi sedikit tapi sering
d.    Kaji membran mukosa dan turgor kulit setiap hari untuk monitor hidrasi
e.    Timbang BB pada interval yang tepat
f.    Kolaborasi dengan tim gizi dalam pemberian diet yang sesuai

4.    DX IV
Cemas berhubungan dengan hospitalisasi, kesulitan bernapas
NOC: Control Cemas
Tujuan:     Setelah dilakukan tindakan keperawatan diharapkan pasien dan  keluarga tidak
mengalami kecemasan dengan skala hasil 4.

Kriteria Hasil:

14
a.    Monitor intensitas kecemasan
b.    Menurunkan stimulasi lingkungan ketika cemas
c.    Menggunakan strategi koping efektif
d.    Mencari informasi untuk menurunkan cemas
e.    Menggunakan teknik relaksasi untuk menurunkan cemas

Ket Skala:
1 = Tidak pernah dilakukan
2 = Jarang dilakukan
3 = Kadang dilakukan
4 = Sering dilakukan
5 = Selalu dilakukan

NIC: Penurunan Kecemasan


a.    Tenangkan Klien
b.    Jelaskan seluruh prosedur tindakan kepada klien dan perasaan yang mungkin muncul pada
saat melakukan tindakan
c.    Berikan informasi tentang diagnosa, prognosis, dan tindakan.
d.    Temani pasien untuk mendukung keamanan dan menurunkan rasa sakit.
e.    Instruksikan pasien untuk menggunakan metode/ teknik relaksasi.

5.    DX V
Resiko tinggi infeksi berhubungan dengan adanya organisme infektif
Tujuan:     Setelah dilakukan tindakan keperawatan diharapkan tidak terjadi infeksi sekunder
dengan skala hasil 4.

NOC: Pengendalia Resiko

Kriteria Hasil:
a.    Mengindikasikan status gastrointestinal, pernapasan, dan imun dalam batas normal
b.    Terbebas dari tanda dan gejala infeksi
c.    Berpartisipasi dalam perawatan kesehatan
d.    Mampu mengidentifikasi faktor resiko

Ket Skala:
1 = Tidak pernah menunjukkan

15
2. = Jarang menunjukka
3 = Kadang menunjukkan
4 = Sering menunjukkan
5 = Selalu menunjukkan

NIC: Pengendalian Infeksi


a.    Pantau tanda/gejala infeksi (suhu, kulit, suhu tubuh, lesi, kulit, keletihan, malaise)
b.    Kaji faktor yang meningkatkan serangan infeksi (usia, tinggkat imun rendah, malnutrisi)
c.    Pertahankan lingkungan aseptik dengan teknik mencuci tangan yang baik.
d.    Berikan diet bergizi sesuai kemampuan anak untuk mengkonsumsi nutrisi untuk mendukung
pertahanan tubuh alami.
e.    Instruksikan pada keluarga pasien untuk menjaga hygiene anaknya untuk melindungi tubuh
terhadap infeksi.
f.    Kolaborasi: pemberian antibiotik

6.    DX VI
Kurang pengetahuan b.d. keterbatasan informasi
NOC: Pengetahuan: proses penyakit.
Tujuan:     Setelah dilakukan tindakan keperawatan diharapkan pengetahuan pasien dan keluarga
tentang penyakitnya bertambah dengan skala hasil 4

Kriteria Hasil:
a.    Mengenal tentang penyakit
b.    Menjelaskan proses penyakit
c.    Menjelaskan penyebab/faktor yang berhubungan
d.    Menjelaskan faktor resiko
e.    Menjelaskan komplikasi dari penyakit
f.    Menjelaskan  tanda dan gejala dari penyakit

Ket Skala:
1 = Tidak pernah menunjukkan
2 = Jarang menunjukkan
3 = Kadang menunjukkan
4 = Sering menunjukkan
5 = Selalu menunjukkan

NIC:
a.    NIC 1: Health Care Information exchange

16
1)    Identifikasi pemberi pelayanan keperawatan yang lain
2)    Identifikasi kemampuan pasien dan keluarga dalam mengimplementasikan keperawatan
setelah penjelasan
3)    Jelaskan peran keluarga dalam perawatan yang berkesinambungan
4)    Jelaskan program perawatan medik meliputi; diet, pengobatan, dan latihan.
5)    Jelaskan rencana tindakan keperawatan sebelum mengimplementasikan

b.    NIC 2: Health Education

1)    Jelaskan faktor internal dan eksternal yang dapat menambah atau mengurangi dalam
perilaku kesehatan.
2)    Jelaskan pengaruh kesehatan dan perilaku gaya hidup individu, keluarga/lingkungan.
3)    Identifikasi lingkungan yang dibutuhkan dalam program perawatan.
4)    Anjurkan pemberian dukungan dari keluarga dan keluarga untuk membuat perilaku
kondusif.

E.    Evaluasi

DX    Kriteria Hasil    Ket Skala      


I    NOC 1
a.    Laporkan frekuensi nyeri
b.    Kaji frekuensi nyeri
c.    Lamanya nyeri berlangsung
d.    Ekspresi wajah terhadap nyeri
e.    Kegelisahan
f.    Perubahan TTV
NOC 2
a.    Mengenal faktor penyebab
b.    Gunakan tindakan pencegahan
c.    Gunakan tindakan non analgetik
d.    Gunakan analgetik yang tepat   

Review :

17
Asuhan keparawatan menggunakan acauan NANDA-NIC-NOC ini merupakan tiga
bahasa keperawatan standar yang dikembanghkan di seluruh dunia. Kelebihan dari
NANDA ini adalah (Mryyan, 2004; Wilkkinson, 2007; Kautz & Hom, 2008; Jones,
Luney, Keenan, & Moorhead, 2011 dalam : Analisis Aplikasi Penggunaan Diagnosa
Keperawatan Berbasis SDKI Dan NANDA Di RS Universitas Udayana) :

- Bahasa keperawatan yang aplikatif

- Mendukung keamanan dan keselamatan pasien

- Komunikatif

- Sistematis

- Efektif

- Efisien

- Mendukung dokumentasi elektronik keperawatan

- Mudah untuk perhitungan jasa perawat

- Singkat

- Mampu meningkatkan autonomi perawat dan menunjukkan batang tubuh


keilmuan pada berbagai area spesifik keperawatan

Namun menurut saya setelah dilakukan penelitian-penelitian dalam dunia keperawatan di


Indonesia hingga terbentuknya standar asuhan keperawatan baru yaitu, SDKI-SLK-SIKI yang
ditetapkan oleh PPNI yang merupakan gabungan dari NANDA, ICNP, dan Carpenito. SDKI ini
dibuat sebagai inovasi perawat Indonesia yang sesuai dengan budaya, situasi, dan kondisi di
Indonesia.

● Menurut saya klasifikasi diagnosenya NANDA banyak tetapi kurang spesifik


dibandingkan dengan SDKI

● NANDA masih menggunakan teori-teori lama yang terkesan seperti kuno padahal
seharusnya dengan berkembangnya zaman selalu ada teori dan penelitian terbaru.

● Dikarenakan saya masih bingung dengan kedua acuan asuhan kepearwatan, jadi
kesimpulan saya keduanya baik tapi penggunaan SDKI lebih inovatif karena
sudah disesuaikan dengan bahasa, situasi, budaya dan kondisi di Indonesia.

18

Anda mungkin juga menyukai