FARINGITIS
Dosen Pembimbing :
Dibuat Oleh :
ROBITAH DARAJATUN (A1R19029)
PROGRAM STUDI D-III KEPERAWATAN
STIKes HUTAMA ABDI HUSADA TULUNGAGUNG
TAHUN AJARAN
2020-2021
1
LEMBAR PENGESAHAN
Hari :
Tanggal :
Mengetahui
2
3
KATA PENGANTAR
Puji syukur saya ucapkan kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat dan
karunia serta hidayah sehingga saya dapat menyelesaikan Laporan Pendahuluan Faringitis
yang disusun untuk memenuhi Tugas Praktikum Keperawatan Mata Kuliah KD II oleh dosen
pembimbing Purnomo, S.Kep, Ns, M.Kep.
Dalam pembuatan Laporan Pendahuluan ini saya banyak mendapatkan bimbingan dan
arahan dari berbagai pihak, oleh sebab itu saya ucapkan terimakasih kepada dosen
pembimbing dan rekan-rekan mahasiswa yang telah membantu dan memberikan dorongan
dalam pembuatan laporan pendahuluan ini.
Saya menyadari bahwa penulisan Laporan Pendahuluan ini masih belum sempurna,
oleh karena itu saya mengharapkan kritik dan saran yang membangun demi kesempurnaan
Laporan Pendahuluan ini.
Saya mengharap semoga Laporan Pendahuluan ini dapat bermanfaat bagi kita
semua.Akhir kata saya ucapkan terimakasih yang sebesar-besarnya.
Robitah Darajatun
4
DAFTAR ISI
COVER
LEMBAR PENGESAHAN…………………………………………..........i
KATA PENGANTAR……………………………………………………..ii
DAFTAR ISI………………………………………………………………iii
1. DEFINISI…………………………………………………………..1
2. ETIOLOGI………………………………………………………….1
3. KLASIFIKASI……………………………………………………...2
4. MANIFESTASI KLINIS……………………………………………2
5. PEMERIKSAAN PENUNJANG……………………………………3
6. PENATALAKSANAAN…………………………………………….3
7. KOMPLIKASI……………………………………………………….4
8. PATOFISIOLOGI……………………………………………………5
9. PATHWAY…………………………………………………………..7
10. DIAGNOSA KEPERAWATAN……………………………………..8
11. INTERVENSI………………………………………………………...8
DAFTAR PUSTAKA………………………………………………………………10
REVIEW ASKEP………………………………………………………………….11
1i
2i
1. DEFINISI
Faringitis akut merupakan istilah yang digunakan untuk menunjukkan semua infeksi akut
pada faring, termasuk tonsillitis (tonsilofaringitis) yang berlangsung selama 14 hari dan
merupakan peradangan akut membrane mukosa faring dan struktur lain disekitarnya. Karena
letaknya yang sangat dekat dengan hidung dan tonsil, jarang terjadi hanya pada tonsillitis namun
juga mencakup nasofaringitis, dan tonsilofaringitis dan ditandai dengan keluhan nyeri tenggorok.
Faringitis Streptokokus beta hemolitikus group A (SBHGA) adalah infeksi akut orofaring
dan/atau nasofaring oleh SBHGA. (Rahajoe, 2012)
Faringitis adalah sebuah penyakit yang menyerang tenggorokan atau faring. Kadangkala
disebut juga sebagai radang tenggorokan. Radang ini bisa disebabkan oleh virus atau bakteri
streptokokus. (Pauji Safri Hasibuan, 2019)
Faringitis akut adalah radang akut pada mukosa faring dan jaringan limfoid pada dinding
faring (Roapa, 2011). Pendapat lain dikemukaan oleh Ikatan Dokter Anak Indonesia (2008)
Faringitis merupakan peradangan akut membrane mukosa faring dan struktur lain di sekitarnya.
2. ETIOLOGI
Bakteri dan virus merupakan penyebab dari faringitis dan virus merupakan
menjadi penyebab terbanyak seperti :
● Virus Epstein Barr (Epstein Bar Virus, EBV) disertai dengan gejala
infeksi mononukleus seperti splenomegali dan limfadenopati generalisita
● Infeksi virus campak
● Cytomegalovirus (CMV)
● Virus rubella
● Virus penyebab penyakit respiratori seperti Adenovirus, Rhinovirus, dan
virus Parainfluenza
1
● Bakteri Streptoccocus beta hemofilicus Group A
● Korinebakterium
● Arkanobakterium
● Streptococcus beta hemolitikus
● Streptococcus piyogenes
3. KLASIFIKASI
● Faringitis Akut
a. faringitis viral
terdapat rhinovirus yang dapat menimbulkann gejala rhinitis dan beberapa
hari kemudian menimbulkan faringitis. Tanda faringitis viral yaitu terdapat
demam disertai rinorea, mual, nyeri tenggorok, dan sulit menelan. Pada
pemeriksaan yang ditemukan pada permukaan faring dan tonsil tampak hiperemis.
b. faringitis bacterial
gejalanya yaitu terdapat nyeri kepala hebat, kadang disertai demam,
muntah dan jarang disertai batuk. Pada pemeriksaan ditemukan pada permukaan
faring dan tonsil tampak hiperemis dan terdapat eksudat serta ditemukan tonsil
membesar.
● Faringitis kronis
Disebabkan oleh pajanan yang berulang dalam jangka waktu lama dari zat iritan.
Faktor predisposisi faringitis kronis ini adalah rhinitis kronik, sinusitis, iritasi
kronik akibat penggunaan rokok, minuman alcohol, inhalasi uap yang
merangsang mukosa faring.
4. MANIFESTASI KLINIS
Tanda dan gejala faringitis :
● Awitan akut disertai mual muntah
● Faring hiperdermis
● Tonsil bengkak dengan eksudasi
● Kelenjar getah bening leher anterior bengkak dan nyeri
2
● Uvula bengkak dan merah
● Ekskoriasi hidung disertai lesi impetigo sekunder
● Ruam skarlatina
● Petekie palatinum mole
● Nyeri tenggorok, nyeri telan, sulit menelan, mulut berbau
● Demam, tonsil hyperemia, otalgia (sakit di telinga)
5. PEMERIKSAAN PENUNJANG
1. Leukosit : terjadi peningkatan
2. Hemoglobin : terjadi penurunan
3. Usap tonsil untuk pemeriksaan kultur bakteri dan sensitifitas obat
4. Pemeriksaan laboratorium dengan RADTs
6. PENATALAKSANAAN
● Antibiotika golongan penisilin atau sulfonamide
● Antipiretik
● Obat kumur atau obat hisap dengan desinfektan
● Berkumur dengan larutan garam hangat
● Kompres panas atau dingin pada leher untuk meringankan nyeri
● Antimikroba
● Mengindari makanan pedas, berminyak, es juga disarankan
7. KOMPLIKASI
● Pertonsil abses
● Ruang faringitis abses
● Limfadenitis
● Sinusitis
● Otitis
3
8. PATHWAY
Faringitis
Inflamasi
Defisit
9. volume Gangguan nutrisi Nyeri Bersihan jalan nafas
cairan tidak efektif
10.
Kurang pengetahuan
4
9. PATOFISIOLOGI
Bakteri atau virus yang ditularkan secara droplet inflection atau melalui bahan
makanan atau minuman atau alat makan. Penyakit ini merupakan permulaan penyakit lain
seperti : morbili, influenza, pneumonia, parotitis, varisela, arthritis, atau radang
bersamaan dengan infeksi jalan nafas bagian atas yaitu : rhinitis akut, nasofaringitis,
laryngitis akut, bronchitis akut. Kronis hiperplastik terjadi perubahan mukosa dinding
posterior faring. Tampak mukosa menebal serta hipertropi kelenjar limfe dibawahnya dan
di belakang arkus faring posterior. Adanya mukosa dinding posterior tidak rata yang
disebut granuler.
Sedangkan faringitis kronis atropi sering timbul bersama dengan rhinitis atropi,
udara pernafasan tidak diatur suhu serta kelembabannya, sehingga menimbulkan
rangsangan serta infeksi pada faring
5
3. Gangguan menelan berhubungan dengan anomaly jalan napas atas
11. INTERVENSI
1. Hipertermi berhubungan dengan dehidrasi
Tujuan : Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 2×24 jam status cairan
membaik
Kriteria hasil :
Intervensi :
Edukasi dehidrasi
Observasi :
Terapeutik :
6
- Atur interval waktu pemantauan sesuai dengan kondisi pasien
Edukasi :
Tujuan : Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 2×24 jam tingkat nyeri
menurun
Kriteria hasil :
● Meringis menurun
● Gelisah menurun
Intervensi :
Manajemen nyeri
7
Observasi :
Terapeutik :
Edukasi :
Kolaborasi :
Tujuan : Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 2×24 jam status menelan
8
membaik
Kriteria hasil :
● Batuk menurun
Intervensi :
Manajemen nutrisi
Observasi :
- Identifikasi status nutrisi
- Identifikasi makanan yang disukai
- Monitor asupan makanan
Terapeutik :
- Fasilitasi menentukan pedoman diet
- Sajikan makanan yang menarik dan suhu yang sesuai
- Berikan makanan tinggi serat untuk mencegah kostipasi
Edukasi :
- Anjurkan posisi duduk
- Anjurkan diet yang diprogramkan
Kolaborasi :
- Kolaborasi pemberian medikasi sebelum makan
- Kolaborasi dengan ahli gizi untuk menentukan jumlah kalori dan jenis
nutrient yang dibutuhkan
9
DAFTAR PUSTAKA
10
REVIEW ASKEP
A. Pengkajian
a. Adanya riwayat infeksi saluran pernapasan sebelumnya: batuk, pilek, demam.
b. Riwayat alergi dalam keluarga
c. Riwayat penyakit yang berhubungan dengan imunitas seperti malnutrisi
d. Anggota keluarga lain yang mengalami sakit saluran pernapasan
e. Ada/tidak riwayat merokok
a. Pernapasan
Pernapasan dangkal, dipneu, takipneu, tanda bunyi napas ronchi halus dan melemah, wajah pucat
atau sianosis bibir atau kulit
b. Aktivitas atau Istirahat
Kelelahan, malaise, insomnia, penurunan toleransi aktivitas, sirkulasi takikardi, dan pucat
c. Makanan dan cairan
Gejala : Kehilangan nafsu makan, disfagia, mual dan muntah.
Tanda : Hiperaktivitas bunyi usus, distensi abdomen, turgor kulit buruk.
3. Observasi
11
menelan
4. Cemas berhubungan dengan hospitalisasi, kesulitan bernapas
5. Resiko tinggi infeksi berhubungan dengan adanya organisme infektif
6. Kurang pengetahuan berhubungan dengan terbatasnya informasi
D. Intervensi
1. DX I
Nyeri akut berhubungan dengan inflamasi
NOC:
NOC 1: Level Nyeri
Tujuan: Setelah dilakukan tindakan keperawatan diharapkan nyeri pasien berkurang / hilang
dengan skala hasil 4
Kriteria Hasil:
a. Laporkan frekuensi nyeri
b. Kaji frekuensi nyeri
c. Lamanya nyeri berlangsung
d. Ekspresi wajah terhadap nyeri
e. Kegelisahan
f. Perubahan TTV
Tabel Skala Nyeri
Ket Skala:
1 = Tidak pernah menunjukkan
2 = Jarang menunjukkan
3 = Kadang menunjukkan
12
4 = Sering menunjukkan
5 = Selalu menunjukkan
2. DX II
Bersihan jalan napas tidak efektif berhubungan dengan peningkatan sekret
NOC: Status Pernapasan: Ventilasi
Tujuan: Setelah dilakukan tindakan keperawatan diharapkan bersihan jalan napas pasien
kembali efektif dengan skala hasil 4.
Kriteria Hasil:
a. Menunjukkan jalan napas paten dengan bunyi napas bersih
b. Tidak ada dipsneu
c. Sekret dapat keluar
d. Mampu batuk efektif
Ket Skala:
1 = Tidak pernah menunjukkan
2 = Jarang menunjukkan
3 = Kadang menunjukkan
4 = Sering menunjukkan
5 = Selalu menunjukkan
13
d. Berikan posisi semifowler dan pertahankan posisi anak
e. Lakukan penghisapan lendir sesuai indikasi.
f. Kaji vital sign dan status respirasi.
g. Kolaborasi pemberian oksigen
3. DX III
Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan kesulitan menelan
NOC: Status nutrisi
Tujuan: Setelah dilakukan tindakan keperawatan diharapkan status nutrisi pasien terpenuhi.
Kriteria Hasil:
a. Mempertahankan pemasukan nutrisi
b. Mempertahankan berat badan
c. Melaporkan keadekuatan tingkat energi
d. Daya tahan tubuh adekuat
Ket Skala:
1 = Tidak pernah menunjukkan
2 = Jarang menunjukkan
3 = Kadang menunjukkan
4 = Sering menunjukkan
5 = Selalu menunjukkan
4. DX IV
Cemas berhubungan dengan hospitalisasi, kesulitan bernapas
NOC: Control Cemas
Tujuan: Setelah dilakukan tindakan keperawatan diharapkan pasien dan keluarga tidak
mengalami kecemasan dengan skala hasil 4.
Kriteria Hasil:
14
a. Monitor intensitas kecemasan
b. Menurunkan stimulasi lingkungan ketika cemas
c. Menggunakan strategi koping efektif
d. Mencari informasi untuk menurunkan cemas
e. Menggunakan teknik relaksasi untuk menurunkan cemas
Ket Skala:
1 = Tidak pernah dilakukan
2 = Jarang dilakukan
3 = Kadang dilakukan
4 = Sering dilakukan
5 = Selalu dilakukan
5. DX V
Resiko tinggi infeksi berhubungan dengan adanya organisme infektif
Tujuan: Setelah dilakukan tindakan keperawatan diharapkan tidak terjadi infeksi sekunder
dengan skala hasil 4.
Kriteria Hasil:
a. Mengindikasikan status gastrointestinal, pernapasan, dan imun dalam batas normal
b. Terbebas dari tanda dan gejala infeksi
c. Berpartisipasi dalam perawatan kesehatan
d. Mampu mengidentifikasi faktor resiko
Ket Skala:
1 = Tidak pernah menunjukkan
15
2. = Jarang menunjukka
3 = Kadang menunjukkan
4 = Sering menunjukkan
5 = Selalu menunjukkan
6. DX VI
Kurang pengetahuan b.d. keterbatasan informasi
NOC: Pengetahuan: proses penyakit.
Tujuan: Setelah dilakukan tindakan keperawatan diharapkan pengetahuan pasien dan keluarga
tentang penyakitnya bertambah dengan skala hasil 4
Kriteria Hasil:
a. Mengenal tentang penyakit
b. Menjelaskan proses penyakit
c. Menjelaskan penyebab/faktor yang berhubungan
d. Menjelaskan faktor resiko
e. Menjelaskan komplikasi dari penyakit
f. Menjelaskan tanda dan gejala dari penyakit
Ket Skala:
1 = Tidak pernah menunjukkan
2 = Jarang menunjukkan
3 = Kadang menunjukkan
4 = Sering menunjukkan
5 = Selalu menunjukkan
NIC:
a. NIC 1: Health Care Information exchange
16
1) Identifikasi pemberi pelayanan keperawatan yang lain
2) Identifikasi kemampuan pasien dan keluarga dalam mengimplementasikan keperawatan
setelah penjelasan
3) Jelaskan peran keluarga dalam perawatan yang berkesinambungan
4) Jelaskan program perawatan medik meliputi; diet, pengobatan, dan latihan.
5) Jelaskan rencana tindakan keperawatan sebelum mengimplementasikan
1) Jelaskan faktor internal dan eksternal yang dapat menambah atau mengurangi dalam
perilaku kesehatan.
2) Jelaskan pengaruh kesehatan dan perilaku gaya hidup individu, keluarga/lingkungan.
3) Identifikasi lingkungan yang dibutuhkan dalam program perawatan.
4) Anjurkan pemberian dukungan dari keluarga dan keluarga untuk membuat perilaku
kondusif.
E. Evaluasi
Review :
17
Asuhan keparawatan menggunakan acauan NANDA-NIC-NOC ini merupakan tiga
bahasa keperawatan standar yang dikembanghkan di seluruh dunia. Kelebihan dari
NANDA ini adalah (Mryyan, 2004; Wilkkinson, 2007; Kautz & Hom, 2008; Jones,
Luney, Keenan, & Moorhead, 2011 dalam : Analisis Aplikasi Penggunaan Diagnosa
Keperawatan Berbasis SDKI Dan NANDA Di RS Universitas Udayana) :
- Komunikatif
- Sistematis
- Efektif
- Efisien
- Singkat
● NANDA masih menggunakan teori-teori lama yang terkesan seperti kuno padahal
seharusnya dengan berkembangnya zaman selalu ada teori dan penelitian terbaru.
● Dikarenakan saya masih bingung dengan kedua acuan asuhan kepearwatan, jadi
kesimpulan saya keduanya baik tapi penggunaan SDKI lebih inovatif karena
sudah disesuaikan dengan bahasa, situasi, budaya dan kondisi di Indonesia.
18