Disusun oleh:
NOVEMBER 2020
I. PENDAHULUAN
Negara Indonesia merupakan negara kepulauan, maka fungsi angkutan laut sangat
penting dalam pembangunan. Sebagai negara kepulauan yang mempunyai luas sekitar
1,5 juta km dengan wilayah laut empat kali luas daratan, maka sudah sewajarnya bila
negara maritim ini menempatkan perhubungan laut memiliki kedudukan yang amat
penting karena dalam wilayah seluas 17.508 yang terdiri atas pulau besar maupun kecil
dan hampir setengahnya dihuni oleh manusia yang mutlak dan saling berhubungan.
Negara kepulauan Indonesia memiliki kekayaan alam, darat maupun laut yang sangat
melimpah, yang dapat digunakan bagi kesejahteraan masyarakat Bangsa dan Negara.
Dengan kondisi geografis demikian, jaringan transportasi melalui laut dengan sendirinya
harus mampu menjangkau seluas mungkin wilayah nusantara, sampai ke daerah-daerah
kecil sekalipun. Bukan sekadar untuk menyediakan fasilitas lingkungan bagi penduduk
yang ingin bepergian dari satu tempat ke tempat lain atau menyalurkan barang-barang
kebutuhan pokok, namun juga merupakan tali pengikat yang menyatukan seluruh
wilayah nusantara dari berbagai aspek. Sebagai negara kepulauan, peran transportasi laut
di Indonesia mempunyai sifat yang berbeda-beda banyak negara di dunia. Khususnya
negara yang bersifat continental. Dalam kaitannya dengan GBHN 1993, transportasi laut
merupakan bagian dari sistem transportasi nasional yang perlu dikembangkan dalam
rangka mewujudkan wawasan nusantara yang mempersatukan seluruh wilayah Indonesia
egiatu kesatuan wilayah nasional.
Dalam perkembangannya, angkutan laut ditunjukan untuk menghubungkan daerah-
daerah yang mempunyai potensi ekonomis, dimana dalam pelayarannya dapat digunakan
untuk melayani daerah-daerah terisolasi. Oleh karena itu peran trasportasi laut bagi
mobalitas barang maupun penumpang sangat besar dan vital. Apalagi bila dilihat dari
gambaran mobilitas angkutan laut yang pangsanya mencapai 86,9% untuk angkutan
barang domestic dan 98% untuk angkutan barang internasional. Keadaan ini tentu
menuntut suatu kebutuhan teknologi kapal laut dengan frekuensi cepat, berkemampuan
tinggi yang efektif dan efisien. Pengembangan transportasi diarahkan untuk
menjembatani kesenjangan antar wilayah dan mendorong pemerataan hasil
pembangunan. Transportasi laut memegang peranan penting dalam kelancaran
perdagangan karena memiliki nilai ekonomis yang tinggi antara lain daya angkut banyak,
dan biaya relatif murah. Guna menunjang perdagangan dan lalu lintas muatan, pelabuhan
diciptakan sebagai titik simpul perpindahan muatan barang dimana kapal dapat berlabuh,
bersandar, melakukan bongkar muat barang dan penerusan kedaerah lainnya
(Kramadibrata, 1985). Pelabuhan merupakan sarana yang penting terutama bagi
transportasi laut, dengan adanya transportasi ini, jarak tempuh yang dibutuhkan akan
terasa lebih cepat, terutama bagi perkembangan ekonomi suatu daerah dimana pusat
produksi barang konsumen dapat dipasarkan dengan cepat dan lancar. Selain itu pada
bidang ekonomi, pelabuhan membawa dampak positif bagi perkembangan suatu daerah
yang terisolir terutama daerah perairan dimana aksesibilitas melalui darat sulit dilakukan
dengan baik.
Pembangunan infrastruktur suatu wilayah dapat memberikan pengaruh pada
peningkatan akses masyarakat terhadap sumber daya sehingga meningkatkan akses
produktivitas sumber daya yang pada akhirnya mendorong pertumbuhan ekonomi.
(Sudaryadi, 2007). Infrastruktur atau sarana dan prasarana memiliki keterkaitan yang
sangat kuat dengan dengan kesejahteraan sosial dan kualitas lingkungan juga terhadap
proses pertumbuhan ekonomi suatu wilayah. Infrastruktur atau sarana dan prasarana
memiliki keterkaitan yang sangat kuat dengan kesejahteraan sosial dan kualitas
lingkungan juga terhadap proses pertumbuhan ekonomi suatu wilayah. Hal tersebut dapat
ditunjukkan dengan indikasi bahwa wilayah yang memiliki kelengkapan sistem
infrastruktur lebih baik biasanya mempunyai tingkat kesejahteraan sosial dan kualitas
lingkungan serta pertumbuhan ekonomi yang lebih baik pula (Departemen Pekerjaan
Umum, 2006). Pembangunan infrastruktur pelabuhan membutuhkan biaya yang besar,
keberhasilan ataupun kegagalan dari proyek tersebut akan memiliki implikasi atau hasil
jangka panjangnya (Mussoet.al.,2006). Keberadaan pelabuhan memberikan dampak pada
pembangunan ekonomi di sekitar wilayah pelabuhan, sehingga keberhasilan pelabuhan
tidak hanya memberikan keuntungan bagi para investornya tetapi juga pada pemerintah
melalui eksternalitas yang menyebar pada perekonomian kawasan (Ho dan Ho, 2006).
III. PEMBAHASAN
SISTEM TRASPORTASI LAUT
Sistem transportasi laut mempunyai tiga komponene dasar yang terdiri dari angkutan
laut, keselamatan pelayaran dan pelabuhan, yang mempunyai fungsi memindahkan
barang dan orang dari tempat asal ke tempat tujuan. Dalam melaksanakan fungsinya,
sistem transportasi laut harus dikelolah secara efisien dan efektif. Untuk itu ketiga
komponen tersebut harus didukung oleh komponen pengelolahan yang terdiri perangkat
lunak seperti Perundang-undangan, Peraturan, Kebijasanaan, Menejemen Pengelola dan
Menejemen Pembinaan serta Sumber Daya Manusia. Komponen-komponen tersebut
membentuk satu sistem yang saling berinteraksi dan berinterdependensi satu sama lain.
Sebagai suatu sistem, transportasi laut mempunyai tujuan, yaitu terciptanya operasi
angkutan laut (manusia dan barang) yang selamat, aman, lancer, cepat, terbit dan teratur,
nyaman, berdayaguna, tepat waktu, efisien dan efektif.
PELABUHAN DI INDONESIA
Indonesia sebagai negara kepulauan mempunyai lebih dari 13.000 pulau dan wilayah
pantai sepanjang 80.000 KM atau dua kali keliling dunia melalui khatulistiwa. Kegiatan
pelayaran sangat diperlukan untuk menghubungkan antar pula, pemberdayaan sumber
daya kelautan, penjagaan wilayah laut, penelitian kelautan, dan sebagainya. Salah satu
kegiatan pelayanan terpenting adalah Pelayaran Niaga. Pelayaran Niaga dibedakan
menjadi tiga yaitu pelayaran lokal, pelayaran pantai, dan pelayaran Samudra. Pada
pelayaran lokal, pelayaran hanya bergerak dalam batas daerah tertentu di dalam suatu
provinsi di Indonesia atau dalam dua provinsi yang berbatasan. Sebagai contoh adalah
pelayaran di wilayah Kepulauan Riau. Pelayaran antara Pelabuhan Panjang di provinsi
Lampung dan Merak di Jawa Barat. Luas wilayah operasi pelayaran lokal tidak melebihi
200 mil. Kapal-kapal yang digunakan adalah kapal kecil dan biasanya ukuran dari 200
DWT. Perairan pantai dan juga disebut pelayaran antar pulau atau pelayaran Nusantara
mempunyai wilayah operasi di seluruh perairan Indonesia. Pelayaran samudra adalah
pelayaran yang beroperasi dalam perairan internasional dengan membawa barang-barang
ekspor dan impor dari suatu negara ke negara lain.
Selain ketiga jenis pelayanan tersebut terdapat pelayaran rakyat. Sebagai usaha rakyat
yang bersifat tradisional yang merupakan bagian dari usaha angkutan di perairan.
Pelayaran ini menggunakan kapal-kapal kecil operasi adalah perairan Indonesia.
Sehubungan dengan jenis Pelayaran Niaga tersebut, maka pelabuhan sebagai sarana
prasarana angkutan laut juga disesuaikan. Ditinjau dari fungsi dan perdagangan nasional
dan internasional dibedakan menjadi dua macam yaitu Pelabuhan Laut dan Pelabuhan
Pantai. Pelabuhan laut bebas dimasuki oleh kapal kapal asing. Pelabuhan ini banyak
dikunjungi oleh kapal-kapal samudra dengan ukuran yang besar. Pelabuhan laut juga
sering disebut dengan Pelabuhan Samudera. Pelabuhan pantai hanya digunakan untuk
perdagangan dalam negeri sehingga tidak bebas disinggahi oleh kapal-kapal asing
kecuali dengan izin. Sesuai dengan jenis dan ukuran kapal yang singgah di pelabuhan
dan tingkat perkembangan daerah yang tidak sama, maka pemerintah telah melakukan
kebijaksanaan dalam pengembangan jaringan sistem pelayanan angkutan laut dan
kepelabuhanan yang di dasarkan pada 4th Gea Way Ports Syetem.
IV. KESIMPULAN
Sistem transportasi laut mempunyai tiga komponene dasar yang terdiri dari angkutan
laut, keselamatan pelayaran dan pelabuhan, yang mempunyai fungsi memindahkan
barang dan orang dari tempat asal ke tempat tujuan. Pada tahun 2015 dilakuakn kajian
evaluasi kemanfaatan. Dimana setiap ujian dilakukan dengan rumusan yang telah
ditetapkan. Fungsi utama evaluasi pertama memberi informasi yang valid dan dapat
dipercaya mengenai kinerja kebijakan, yaitu seberapa jauh kebutuhan, nilai dan
kesempatan yang telah dicapai melalui tindakan publik. Kedua, evaluasi memberi
sumbangan pada klarifikasi dan kritik terhadap nilai-nilai yang mendasari pemilihan
tujuan dan target, nilai diperjelas dengan mendefinisikan dan mengoperasikan tujuan dan
target. Peranan pelayaran sangat penting bagi kehidupan, sosial, ekonomi, pemerintah
dan keamanan, dan sebagainya. Bidang kegiatan pelayaran sangat luas yang meliputi
angkutan penumpang dan barang, penjaga pantai, hidrografi, dan masih banyak lagi jenis
pelayaran lainnya. Pelayaran Niaga adalah suatu usaha pengangkutan barang terutama
barang dagang melalui laut antara pulau atau pelabuhan. Pelayaran bukan Niaga meliputi
pelayaran kapal patrol, survei Kelautan, dan sebagainya. Pelabuhan merupakan tempat
berhentinya atau terminal kapal setelah melakukan pelayaran, di pelabuhan ini kapal
melakukan berbagai kegiatan seperti menaik-turunkan penumpang, bongkar muatan
barang, pengisian bahan bakar dan air tawar, melakukan reparasi, mengadakan
perbekalan dan sebagainya.
Kegiatan pelayaran sangat diperlukan untuk menghubungkan antar
pula, pemberdayaan sumber daya kelautan, penjagaan wilayah laut, penelitian
kelautan, dan sebagainya. Salah satu kegiatan pelayanan terpenting adalah Pelayaran
Niaga. Sebagai contoh adalah pelayaran di wilayah Kepulauan Riau. Pelayaran antara
Pelabuhan Panjang di provinsi Lampung dan Merak di Jawa Barat. Luas wilayah operasi
pelayaran lokal tidak melebihi 200 mil. Pelayaran samudra adalah pelayaran yang
beroperasi dalam perairan internasional dengan membawa barang-barang ekspor dan
impor dari suatu negara ke negara lain. Selain ketiga jenis pelayanan tersebut terdapat
pelayaran rakyat. Pada saat ini pelabuhan laut diharapkan dapat membantu terciptanya
sistem transportasi intermoda dan pelayanan terpadu dalam rangka efisiensi yang
memungkinkan untuk memberikan kenyamanan pada penumpang maupun pengguna jasa
laut lainnya. Pelabuhan yang dapat disinggahi oleh kapal-kapal, baik itu untuk
melakukan bongkar muatan barang maupun untuk menaik turunkan
penumpang. Sehingga banyak pelabuhan yang sulit untuk berkembang. Oleh karena itu
dalam menangani bidang kepelabuhan yang merupakan salah satu mata rantai yang
sangat penting dari seluruh proses perdagangan antar pulau maupun internasional tidak
hanya memandang pelabuhan sekedar sebagai tempat bongkar muatan barang dan naik
turunnya penumpang. Strategi pengembangan berdasarkan pada karakteristik kondisi
eksternal dan internal, maka perlu dibuat beberapa rencana arah pengembangan strategis
yang diharapkan dapat menjawab tentang harapan pembangunan pelabuhan Kota
Kendari. Berdasasarkan hasil analisis SWOT, maka strategi pengembangan pelabuhan
Bungkutoko yaitu: Perluasan Pembangunan Infrastruktur, dengan pelaksanaan kebijakan.
Selain strategi pengembangan infrastruktur pelabuhan berdasarkan tipologi tersebut,
maka strategi pengembangan yang sifatnya umum dan khusus.
DAFTAR PUSTAKA
Adris, A., & Susanti, D. (2011). Pengembangan Infrastruktur Pelabuhan Dalam Mendukung
Pembangunan Berkelanjutan. Jurnal Ilmiah Media Engineering, Vol.6, No.1.
Agus , S., & Sri, H. (1997). Analisis Transportasi Laut Indonesia. Jurnal Perencanaan
Wilayah dan Kota, Vol.8, No.03.
Bambang, T. (2009). Perencanaan Pelabuhan . Yogyakarta: Bate Offset Yogyakarta.
Jinca, Y. (2011). Transportasi Laut Indonesia, Analisis Sistem dan Studi Kasus. Surabaya:
Brilian Internasional.
Jusna, & Tibertius , N. (2011). Peranan Transportasi Laut Dalam Menunjang Arus Barang
Dan Orang Di Kecamatan Maligano Kabupaten Muna. Jurnal Ekonomi, Vol .1.
Sinaga, R. (2016). Evaluasi Kemanfaatan Kegiatan Pembangunan Sektor Transportasi Laut
Revisi Anggaran Tahun 2015. Jurnal .Pen.Transla, Vol.18, No.1.