Anda di halaman 1dari 53

PERNYATAAN PERSETUJUAN

Laporan asuhan keperwatan ini sudah diteliti dan disetujui oleh pembimbing laboraturium klinik Stikes Bethesda Yakkum Yogyakarta, Juli 2011

Pembimbing I Akademik

Pembimbing II Ruangan

(Ch.Hatri I.,M.Kep.,Sp.KMB)

(Yohana Martini,S.Kep.Ns)

BAB I LANDASAN TEORI

A. MEDIS 1. Pengertian Faringitis (dalam bahasa Latin; pharyngitis), adalah suatu penyakit peradangan yang menyerang tenggorok atau faring yang disebabkan oleh bakteri atau virus tertentu.Kadang juga disebut sebagai radang tenggorokan.(Doenges,2000). 2. Anatomi fisiologi Faring itu sendiri merupakan rongga yang terletak dibelakang hidung dan tekak.Faring pada dasarnya dibagi menjadi tiga bagian, yaitu epifaring atau naso, mesofaring atau oro, dan hipofaring atau laringo. Epifaring merupakan faring bagian atas, faring bagian ini membuka kearah hidung melalui koana posterior.Sedangkan mesofaring atau oro merupakan faring bagian tengah.Mesofaring ini kearah depan berhubungan dengan rongga mulut. Hipofaring atau laringo merupakan faring bagian bawah yang terbuka kearah depan masuk ke introitus laring.(Lynda Juall,2000).

3. Klasifikasi Berdasarkan lama berlangsungnya. a. Faringitis akut, adalah radang tenggorok yang disebabkan oleh virus dan bakteri yaitu streptokokus grup A dengan tanda dan gejala mukosa dan tonsil yang masih

berwarna merah, malaise, nyeri tenggorok dan kadang disertai demam dan batuk.Faringitis ini terjadinya masih baru,belum berlangsung lama. b. Faringitis kronis, radang tenggorok yang sudah berlangsung dalam waktu yang lama, biasanya tidak disertai nyeri menelan, cuma terasa ada sesuatu yang mengganjal di tenggorok.Faringitis kronis umumnya terjadi pada individu dewasa yang bekerja atau tinggal dalam lingkungan berdebu,menggunakan suara berlebihan, menderita batu kronik, dan kebiasan menkonsumsi alcohol dan tembakau.Faringitis kronik dibagi menjadi 3, yaitu: 1) Faringitis hipertrofi,ditandai dengan penebalan umum dan kongesti membrane mukosa. 2) Faringitis atrofi kemungkinan merupakan tahap lanjut dari jenis pertama (membrane tipis, keputihan,licin dan pada waktunya berkerut). 3) Faringitis granular kronik terjadi pembengkakan folikel limfe pada dinding faring. Berdasarkan agen penyebab 1) Faringitis Virus Faringitis Bakteri.Biasanya tidak ditemukan nanah ditenggorokan,demam ringan atau tanpa demam Demam ringan sampai sedang Jumlah sel darah putih normal atau agak meningkat Jumlah sel darah putih meningkat ringan sampai sedang. Kelenjar getah bening normal atau sedikit membesar Pembengkakan ringan sampai sedang pada kelenjar getah bening.Tes apus tenggorokan memberikan

hasil negatif Tes apus tenggorokan memberikan hasil positif untuk strep throat.Pada biakan di laboratorium tidak tumbuh bakteri Bakteri tumbuh pada biakan di laboratorium.(Doenges,2000).

Faringitis Virus Biasanya tidak ditemukan

Faringitis Bakteri

Sering ditemukan nanah di tenggorokan nanah di tenggorokan Demam ringan atau tanpa Demam ringan sampai sedang demam Jumlah sel darah putih Jumlah sel darah putih meningkat ringan

normal atau agak meningkat sampai sedang Kelenjar normal membesar Tes apus tenggorokan Tes apus tenggorokan memberikan hasil positif untuk strep throat getah atau bening Pembengkakan ringan sampai sedang pada sedikit kelenjar getah bening

memberikan hasil negative

Pada biakan di laboratorium Bakteri tumbuh pada biakan di laboratorium tidak tumbuh bakteri (Mansjoer arif, 2000).

4. Epidemielogi Faringitis terjadi pada semua umur dan tidak dipengaruhi jenis kelamin, tetapi frekuensi yang paling tinggi terjadi pada anak-anak.Faringitis akut jarang ditemukan pada usia di bawah 1 tahun.Insidensinya meningkat dan mencapai puncaknya pada usia 4-7 tahun, tetapi tetap berlanjut sepanjang akhir masa anak-anak dan kehidupan dewasa.Kematian yang diakibatkan faringitis jarang terjadi,tetapi dapat terjadi sebagai hasil dari komplikasi penyakit ini.(Santosa, Budi,2005). 5. Etiologi Faringitis bisa disebabkan oleh virus maupun bakteri.Kebanyakan disebabkan oleh virus, termasuk virus penyebab common cold, flu, adenovirus, mononukleosis atau HIV.Bakteri yang menyebabkan faringitis Neisseria adalah streptokokus atau grup A,

korinebakterium,

arkanobakterium,

gonorrhoeae

Chlamydia

pneumoniae.(Mansjoer, Arif,2000). 6. Patofisiologi Penularan terjadi melalui droplet.Kuman menginfiltrasi lapisan epitel kemudian bila epitel terkikis maka jaringan limfoid superficial bereaksi terjadi pembendungan radang dengan infiltrasi leukosit polimorfonuklear.Pada stadium awal terdapat hiperemi, kemudian oedem dan sekresi yang meningkat.Eksudat mula-mula serosa tapi menjadi menebal dan cenderung menjadi kering dan dapat melekat pada dinding faring.Dengan hiperemi, pembuluh darah dinding faring menjadi lebar.Bentuk sumbatan yang berwarna kuning, putih, atau abu-abu terdapat pada folikel atau jaringan limfoid.Tampak bahwa folikel limfoid dan bercak-bercak pada dinding faring

posterior atau terletak lebih ke lateral menjadi meradang dan membengkak sehingaa timbul radang pada tenggorok atau faringitis.( Santosa Budi,2005). Etiologi Penyebaran melalui droplet Kuman menginfiltrasi lapisan epitel epitel terkikis reaksi jaringan limfoid superficial pembendungan dengan infiltrasi leukosit polimorfonuklear

hiperemi

oedem

sekresi

meningkat

pembuluh darah menjadi lebar timbul radang pada tenggorok atau faringitis. ( Santosa, Budi,(2005)) 7. Tanda dan gejala Baik pada infeksi virus maupun bakteri, gejalanya sama yaitu nyeri tenggorokan dan nyeri menelan.Selaput lendir yang melapisi faring mengalami peradangan berat atau ringan dan tertutup oleh selaput yang berwarna keputihan atau mengeluarkan nanah. Gejala lainnya adalah:

a) demam b) pembesaran kelenjar getah bening di leher c) peningkatan jumlah sel darah putih. Gejala tersebut bisa ditemukan pada infeksi karena virus maupun bakteri, tetapi lebih merupakan gejala khas untuk infeksi karena bakteri.Kenali gejala umum radang tenggorokan akibat infeksi virus sebagai berikut: a) Rasa pedih atau gatal dan kering. b) Batuk dan bersin. c) Sedikit demam atau tanpa demam. d) Suara serak atau parau. e) Hidung meler dan adanya cairan di belakang hidung.(Guyton,Arthur 1997). Infeksi bakteri memang tidak sesering infeksi virus, tetapi dampaknya bisa lebih serius.Umumnya, radang tenggorokan diakibatkan oleh bakteri jenis streptokokus sehingga disebut radang streptokokus.Seringkali seseorang menderita infeksi streptokokus karena tertular orang lain yang telah menderita radang 2-7 hari sebelumnya.Radang ini ditularkan melalui sekresi hidng atau tenggorokan.(Arif Mansjoer,2000) Kenali gejala umum radang streptokokus berikut: a) tonsil dan kelenjar leher membengkak b) bagian belakang tenggorokan berwarana merah cerah dengan bercak-bercak putih.

c) demam seringkali lebih tinggi dari 38 derajat celsius dan sering disertai rasa menggigil d) sakit waktu menelan. Radang streptokokus memerlukan bantuan dokter karena bila penyebabnya adalah kuman streptokokus dan tidak mendapat antibiotik yang memadai maka penyakit akan bertambah parah dan kuman dapat menyerang katup jantung sehingga menimbulkan penyakit Demam Rhematik. Infeksi virus biasanya merupakan penyebab selesma (pilek) dan influenza yang kemudian mengakibatkan terjadinya radang tenggorokan.Selesma biasanya sembuh sendiri sekitar 1 minnu begitu tubuh Anda membentuk antibodi melawan virus tersebut.( Santosa, Budi,2005).

8. Pemeriksaan diagnostik a) Kultur dan uji resistensi b) Diagnosis ditegakkan berdasarkan gejala dan hasil pemeriksaan fisik.Jika diduga suatu strep throat, bisa dilakukan pemeriksaan terhadap apus tenggorokan. c) Pemeriksaan serologic d) Pemeriksaan sputum untuk mengetahui basil tahan asam e) Fotothorak untuk melihat adanya tuberkolusis paru f) Biopsi jaringan untuk mengetahui proses keganasan serta mencari basil tahan asam di jaringan.(Guyton,Arthur C,1997).

9. Penatalakanaan medik Untuk mengurangi nyeri tenggorokan diberikan obat pereda nyeri (analgetik), obat hisap atau berkumur dengan larutan garam hangat.Aspirin tidak boleh diberikan kepada anak-anak dan remaja yang berusia dibawah 18 tahun karena bisa menyebabkan sindroma Reye.Jika diduga penyebabnya adalah bakteri,diberikan antibiotik. Untuk mengatasi infeksi dan mencegah komplikasi (misalnya demam rematik),jika penyebabnya streptokokus, diberikan tablet penicillin. Jika penderita memiliki alergi terhadap penicillin bisa diganti dengan erythromycin atau antibiotik lainnya.Untuk mengurangi nyeri tenggorokan diberikan obat pereda nyeri(analgetik),obat hisap atau berkumur dengan larutan garam hangat. Aspirin tidak boleh diberikan kepada anak-anak dan remaja yang berusia dibawah 18 tahun karena bisa menyebabkan sindroma Reyes.Jika diduga penyebabnya adalah bakteri, diberikan antibiotik. a. Untuk mengatasi infeksi dan mencegah komplikasi (misalnya demam rematik), b. jika penyebabnya streptokokus, diberikan tablet penicillin.Jika penderita c. memiliki alergi terhadap penicillin bisa diganti dengan erythromycin atau antibiotik lainnya. Beberapa jenis tumbuhan obat yang dapat digunakan untuk radang tenggorokan, antara lain :

1) Sambiloto (Andrographis paniculata Nees)

Efek : sebagai anti-radang (anti-inflamasi), menghilangkan sakit (analgetik), menghilangkan bengkak (anti-swelling), menurunkan panas (antipiretik). 2) Pegagan (Centella asiatica Urban) Efek : sejuk, sebagai anti-infeksi, anti-bakteri, penurun panas (antipiretik), anti-toksik, diuretik. 3) Lidah Buaya (Aloe vera L) Efek : anti-radang (anti-inflamasi), meredakan rasa sakit (analgetik) 4) Daun Sambung Nyawa Efek : anti-radang, menghilangkan bengkak (antiswelling) 5) Semanggi Gunung (Hydrocotyle sibthorpioides Lam) Efek : anti-radang (anti-inflamasi), menghilangkan bengkak (anti-swelling), antibiotika, penurun panas (antipiretik), menetralisir racun (detoxificans). Berikut ini beberapa contoh resep/ramuan tumbuhan obat untuk membantu mengatasi radang tenggorokan: a) 90 gram daun lidah buaya dan 50 gram kaktus gepeng yang telah dikupas kulitnya, dijus, lalu direbus hingga mendidih, lalu diminum setelah hangat. Lakukan dua kali sehari.

b) 10 gram sambiloto kering atau 20 gram yang segar direbus dengan 400 cc air hingga tersisa 200 cc, disaring, tambahkan 1 sendok makan madu, airnya diminum untuk dua kali sehari.(Guyton,1997) 10. Komplikasi Penyakit ini, jika dibiarkan sampai menjadi berat, dapat menimbulkan radang ginjal glomerulonefritis akut), demam rematik akut,otitis media (radang telinga bagian tengah),sinusitis, abses peritonsila dan abses retropharynx (radang di sekitar amandel atau bagian belakang tenggorokan yang dapat menimbulkan

nanah).(Guyton,2007). 11. Prognosis Sebagian besar faringitis dapat sembuh spontan dalam 10 hari, tnamun sangat penting untuk mewaspadai terjadinya komplikasi pada faringitis.(Kazzi,2006). 12. Pencegahan Beberapa pencegahan dan perawatan yang dapat dilakukan untuk mengatasi radang tenggorokan antara lain : a. cukup beristirahat berkumur dengan air garam hangat beberapa kali sehari b. bagi perokok harus berhenti merokok c. banyak minum dan hindari makanan yang dapat menyebabkan iritasi d. minum antibiotik, dan jika diperlukan dapat minum analgesik. (Guyton,1997).

B. KEPERAWATAN 1. Pengkajian a.Data Dasar 1) Identitas Pasien (nama, jenis kelamin, umur, status perkawinan, agama, suku bangsa, pendidikan, bahasa yang digunakan, pekerjaan, alamat, diagnosa medis, sumber biaya, dan sumber informasi) 2) Identitas Penanggung (nama, jenis kelamin, umur, status perkawinan, agama, suku bangsa, pendidikan, bahasa yang digunakan, pekerjaan, alamat, dan hubungan dengan pasien) b.Riwayat Keperawatan, meliputi : 1) Riwayat Kesehatan Sekarang a) Mengkaji data subjektif yaitu data yang didapatkan dari klien, meliputi: Alasan masuk rumah sakit.Pasien mengatakan terasa nyeri di leher dan mengatakan sakit saat menelan. b) Keluhan utama : Pasien mengatakan nyeri c) Keluhan tambahan : pasien merasa tidak nyaman pada daerah leher Pasien mengatakan mual dan muntah.Pasien mengatakan sakit saat menelan d) Kronologis keluhan: Pasien mengeluh nyeri di leher.

2) Riwayat Kesehatan Masa Lalu Mengkaji apakah sebelumnya pasien pernah mengalami sakit yang sama atau yang berhubungan dengan penyakit yang saat ini diderita.Misalnya, sebelumnya pasien mengatakan pernah mengalami infeksi pada saluran tenggorokan dan pernah menjalani perawatan di RS. 3) Riwayat Kesehatan Keluarga Mengkaji apakah dalam keluarga pasien ada/tidak yang mengalami penyakit yang sama. 4) Riwayat Psikososial dan Spiritual Mengkaji orang terdekat dengan pasien, interaksi dalam keluarga, dampak penyakit pasien terhadap keluarga, masalah yang mempengaruhi pasien, mekanisme koping terhadap stres, persepsi pasien terhadap penyakitnya, tugas perkembangan menurut usia saat ini, dan istem nilai kepercayaan. a) DataBio-Psiko-Sosial-Spiritual Dikaji 14 kebutuhan dasar manusia menurut Virginia Handerson, seperti: (1) Bernafas : Dikaji apakah pasien mengalami gangguan pernafasan, sesak, atau batuk, serta ukur respirasi rate. (2) Makan : Dikaji apakah klien menghabiskan porsi makan yang telah disediakan RS, apakah pasien mengalami mual atau muntah ataupun keduaduanya.

(3) Minum : Dikaji kebiasaan minum pasien sebelum dan saat berada di RS, apakah ada perubahan (lebih banyak minum atau lebih sedikit dari biasanya) (4) Eliminasi : Dikaji pola buang air kecil dan buang air besar. Terutama difokuskan tentang apakah pasien cenderung susah dalam buang air kecil (kaji kebiasaan dan volume urine) atau mempunyai keluhan saat BAK. (5) Gerak aktivitas : Dikaji apakah pasien mengalami gangguan/keluhan dalam melakukan aktivitasnya saat menderita suatu penyakit (dalam hal ini adalah setelah didiagnosa mengalami Faringitis) atau saat menjalani perawatan di RS. (6) Istirahat/tidur : Dikaji apakah pasien mengalami gangguan pola tidur akibat penyakitnya, misalnya gelisah dan tidak bisa tidur nyenyak saat merasa nyeri di leher. (7) Pengaturan suhu tubuh : Dikaji/ukur TTV pasien untuk mengetahui keadaan umum pasien, apakah pasien mengalami demam atau tidak. Selain itu, observasi kondisi pasien mulai dari ekspresi wajah sampai kulit, apakah kulitnya hangat atau kemerahan, wajahnya pucat atau tidak. (8) Kebersihan diri : Dikaji kebersihan pasien saat dirawat di RS, bila perlu libatkan keluarga pasien dalam melakukan perawatan diri pasien, misalnya saat mandi dan sebagainya. (9) Rasa nyaman :Dikaji kondisi pasien yang berhubungan dengan gejala-gejala penyakitnya, misalnya pasien merasa nyeri di perut bagian bawah (dikaji

dengan PQRST : faktor penyebabnya, kualitas/kuantitasnya, lokasi, lamanya dan skala nyeri). (10) Rasa aman : Dikaji apakah pasien merasa cemas akan setiap tindakan keperawatan yang diberikan kepadanya, dan apakah pasien merasa lebih aman saat ditemani keluarganya selama di RS. (11) Sosial dan komunikasi : Dikaji bagaimana interaksi pasien terhadap keluarga, petugas RS dan lingkungan sekitar (termasuk terhadap pasien lainnya). (12) Pengetahuan : Dikaji tingkat pengetahuan pasien tentang penyakitnya yang diderita saat ini dan terapi yang akan diberikan untuk kesembuhannya. (13) Rekreasi : Dikaji apakah pasien memiliki hobi ataupun kegiatan lain yang ia senangi. (14) Spiritual : Dikaji bagaimana pendapat pasien tentang penyakitnya, apakah pasien menerima penyakitnya adalah karena murni oleh penyakit medis ataupun sebaliknya. Pengkajian Fisik, meliputi : 1. Keadaan Umum, yaitu dengan mengobservasi bentuk tubuh, warna kulit, kesadaran, dan kesan umum pasien (saat pertama kali MRS) 2. Gejala Kardinal, yaitu dengan mengukur TTV (suhu, nadi, tekanan darah, dan respirasi)

3. Keadaan Fisik, yaitu melakukan inspeksi, palpasi, perkusi, dan auskultasi dari kepala sampai anus, tapi lebih difokuskan pada bagian leher 4. Pemeriksaan Penunjang, yaitu dari hasil pemeriksaan laboratorium dengan uji kultur dan uji resistensi Anamnesa Adanya riwayat merokok, adanya riwayat streptokokus,dan yang penting ditanyakan apakah klien pernah mengalami nyeri/lesi pada mulut (nyeri saat menelan). 2. Diagnosa keprawatan a. Nyeri akut berhubungan dengan proses inflamasi pada tenggorokan. b. Bersihan jalan napas tidak efektif berhubungan dengan dengan sekret yang kental ditandai dengan kesulitan dalam bernafas, c. Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan kesulitan menelan. d. Kurang pengetahuan berhubungan dengan tidak familiar dengan sumber informasi.(Doenges,2000).

BAB II PENGELOLAAN KASUS

A.

PENGKAJIAN I. Data dasar 1. Identitas pasien Nama Umur Jenis kelamin Status perkawinan Suku bangsa Agama Pendidikan Bahasa yang digunakan Pekerjaan Alamat Tgl masuk RS No RM Ruang : LM : 25 th : Perempuan : Kawin : Jawa : Islam : S1 ekonomi : Bahasa indonesia : Pegawai bank : Sleman :14 juni 2011 : :E

Diagnosea medis Sumber biaya Sumber informasi 2. Riwayat kesehatan pasien: 3. Riwayat kesehatan sekarang :

: Faringitis : dibayar sendiri : Pasien

Klien mengatakan nyeri di bagian leher sejak tanggal 12 juni 2011 (2 hari sebelum dirawat dirumah sakit).namun rasa sakitnya baru terasa sangat menyiksa pada 14 juni,bahkan sebelum dibawah kerumah sakit pasien sempat pingsan di tempat ia berkerja.Saat tiba dirumah sakit pasien diinfus dengan asering 500mL di tangan kanan kemudian dilakukan pemeriksaan darah

lengkap SGOT/SGPT, ureum,creatinin.klien mendapatkan terapi pengobatan pamol 4 x 1,vomete 3x 1.pasien dianjurkan rawat inap oleh dokter di ruang E kamar 2. 4. Riwayat kesehatan dahulu : Nama penyakit/waktu Upaya pengobatan Hasil Alergi obat : batuk,nyeri tenggorokan/3bln lalu : periksa ke dokter : sembuh dalam waktu 5 hari : tidak ada alergi

5. Riwayat kesehatan keluarga: Dari keluarga pasien belum/tidak ada yang pernah mengidap penyakit faringitis.adapun ibu pasien memiliki riwayat hipertensi. Genogram :

Keterangan : : Perempuan : Penderita : Meninggal : Riwayat hipertensi 6. Pola fungsi kesehatan a. data psikososial dan spiritual 1) Pola eliminasi : a) Sebelum sakit : Buang Air Besar (BAB) Frekuensi Waktu Warna : 2x sehari : pagi dan malam sebelum tidur : kuning kecoklatan : laki-laki : meninggal : tinggal 1 rumah

Konsistensi Keluhan lain Buang Air Kecil (BAK) frekuensi jumlah(cc/24jam) warna bau keluhan lain b) Waktu sakit Buang Air Besar (BAB) Frekuensi Waktu Warna Konsistensi Keluhan lain Buang Air Kecil (BAK) Frekuensi Jumlah Warna Bau

: lembek : tidak ada keluhan

: 7-8 x/hari : 1000-1500cc : kekuningan : khas urin : tidak ada keluhan

: 1x : pagi : kekuningan : cair : kesulitan menahan nyeri di leher

: 3x : 600cc : kuning : amoniak

Keluhan lain 2) Pola nutrisi : a) Sebelum sakit Makan frekuensi makan jenis makanan porsi yang dihabiskan kebiasaan makan makanan pantang Minum Frekuensi minum Jenis minuman Kebiasaan minum Minuman pantangan b) Waktu sakit makan frekuensi makan jenis makanan porsi yang dihabiskan kebiasaan makan

: tidak ada keluhan

: 2x/hari : nasi,sayur dan lauk : 1 porsi : KFC : tidak ada

: 5-6 gelas(1000-1200cc) : air putih,teh,kopi : saat beraktivitas : tidak ada

: 3x/hari : bubur : dari 1 porsi makan : makan makanan yang disajikan RS

makanan pantangan minum frekuensi minuman jenis minuman minuman pantangan keluhan ditenggorokan 3) Pola tidur dan istirahat. a) Sebelum sakit lama tidur dalam 1 hari tidur siang tidur malam pengantar tidur keluhan b) Saat sakit lama tidur dalam 1 hari tidur siang tidur malam pengantar tidur keluhan

: makanan berminyak,berlemak.

: 3-4/hari(600/800cc) : teh,air putih hangat : kopi : mual,nyeri tak tertahankan di

: 7 jam : 1 jam : 6 jam : musik : tidak ada keluhan

: 6 jam : 1-2 jam : 4 jam : nonton tv : tidak ada keluhan

4) Pola hygiene : a) kebiasaan mandi setiap harinya. Sebelum sakit kebersihan kulit kebersihan rambut sampo kebersihan telinga kebersihan muka kebersihan mulut gigi kebersihan kuku Saat sakit kebersihan kulit Kebersihan rambut sampo kebersihan telinga kebersihan muka kebersihan mulut gigi kebersihan kuku : potong kuku tiap minggu, : dibersihkan tiap hari : dicuci tiap selesai aktivitas : sikat gigi 2x sehari,mengunakan pasta : mandi 2x sehari,menggunakan sabun : keramas 3x dalam 1 minggu dengan : potong kuku tiap minggu, : dibersihkan tiap hari : dicuci tiap selesai aktivitas : sikat gigi 2x sehari,mengunakan pasta : mandi 2x sehari,menggunakan sabun : keramas 3x dalam 1 minggu dengan

5) Aktivitas : akan terganggu karena kondisi tubuh yang lamah dan adanya nyeri akibat distensi abdomen. 6) Pengkajian fisik. Pengukuran TB Pengukuran BB Pengukuran vital sign : 180 cm : 57 kg :

a) Tekanan darah : 120/90 mmHg, diukur di posisi pasien b) Nadi : lengan kiri : semi fowler : 86x/menit,

Regular/ireguer : regular Diukur di c) Suhu Diukur di d) Respirasi : nadi radialis : 383 0C : aksila : 20x/menit

Reguler/ireguler : reguler Tipe pernapasan : torakal

e) Tingkat kesadaran Kualitatif Kuantitatif : composmentis GCS : 15 E:4 M:5 V:6

f) Keadaan umum : Pasien tampak sakit : sedang 7) Pemeriksaan fisik : a) Kepala Inspeksi : bentuk kepala bulat,rambut berwarna hitam

tebal,wajah simetris,tidak ada pembengkakan,tidak ada luka,rambut bersih,tidak ada ketombe maupun kotoran lain. Palpasi b) Mata Inspeksi : bentuk simetris,konjungtiva pucat,sclera putih, tidak : tidak ada nyeri tekan,tidak ada massa,

ada kotoran,tidak ada masa. Palpasi c) Telinga Inspeksi : bentuk simetris,tidak ada masa,tidak ada : tidak ada masa, tidak ada nyeri tekan

cairan,fungsi pendengaran baik. Palpasi : tidak ada nyeri tekan,tidak ada masa.

d) Hidung Inspeksi : hidung pesek, bentuk simetris, posisi septum

ditengah, tidak ada kelainan,ada sedikit secret, fungsi penciuman baik. Palpasi : tidak ada nyeri tekan,tidak ada masa

e) Mulut & tenggorokan Inspeksi : kemampuan berbicara sedang,mukosa bibir

kering,bentuk gigi rapi,pasien kesulitan membuka mulut karena nyeri Palpasi f) Leher Inspeksi : tidak ada kelainan di bagian leher, ada pembesaran : pasien tidak mau karena rasa nyeri menjalar

KGB, nyeri tekan skala 7 Palpasi g) Dada Inspeksi ada nyeri tekan, Palpasi Perkusi : tidak ada masa, tidak ada nyeri tekan : batas atas paru ICS 2,batas paru hepar ICS 7, batas : bentuk simetris, konfigurasi 1 : 2,tidak ada lesi, tidak : ada nyeri tekan

pengembangan paru ICS 8,batas jantung-paru linea media sternalis.

Auskultasi ronchi h) Abdomen Inspeksi tonjolan. Auskultasi Palpasi Perkusi i) Anus

: suara lapang paru vesikuler, ada suara tambahan

: bentuk perut buncit, umbilicus bersih, tidak ada

: tidak ada suara tambahan,peristaltik usus 7x/menit : tidak ada nyeri tekan, : tidak dilakukan karena pasien tidak mau. : tidak ada keluhan karena pasien tidak merasa ada

kelainan dibagian anus i) Genetalia : tidak ada kelainan di bagian kelamin, misalnya

terlambat haid,keputihan. j) Ekstremitas Atas : anggota gerak lengkap kekuatan otot 5,tidak ada

paralisis, ataukontraktur, terpasang infuse di tangan kanan Bawah : anggota gerak lengkap, tidak ada edema,tidak ada

paralisis atau paralisis, kekuatan otot 5 k) Reflek tidak dikaji karena pasien tidak bersedia dengan alasan nyeri

l) anamnesa : pasien tidak ada riwayat merokok,pasien mengalami kesulitan menelan dalam 3 hari terakhir sebelum masuk rumah sakit B. PEMERIKSAAN DIAGNOSTIK 1. Laboratorium(15 juni 2011) Jenis Pemeriksaan hemoglobin Hematokrit Jumlah leukost Eritrosit Jumlah trombosit Ureum Creatinin SGOT(AST) SGPT(ALT) Hasil 14.8 35.1 14.10 4.54 190.000 46.9 1.3 21.6 16.5 Satuan L gr% L% Ribu/mmk Juta/mmk Ribu/mmk mg/dl mg/dl H u/l H u/l Nilai Normal 12.00-18.00 36.00-46.00 4.10-13.00 4.10-5.30 140.0-440.0 10.0-50.0 0.80-1.40 0.0-32.00 0.0

C. PROGRAM PENGOBATAN No 1 nama obat Obat parental Catoflam D 3x500mg indikasi Anti peradangan kontra indikasi -Bila diperkirakan ada sumbatan berupa secret, jangan diberikan pada pasien efek samping -hipoglikemia berat jika diberikan insulin -osteoprois karena pengobatan

-hipersensitif pada obat kortikosteroid jangka golongan ini lama -mual & pusing 2 naprex 2x500mg 3 Pamol 4x500mg Gangguan pernpasan Ibu hamil dan menyusui Sulit BAB Ngantuk,pusing

Mengurangi Hipersensitif terhadap panas omeprazol

D. ANALISA DATA DATA DS : saya kedinginan, DO : menahan rasa sakit, tampak berhati-hati, infus asering :20 tetes/menit N : 84, RR : 20, S : 383 0C TD :120/90 mmHg DS : merasa seseg, kerongkongan kering dan panas,sulit untik menelan ludah. DO :mukosa bibir kering,wajah menyeringai,tampak menahan sakit,berhati-hati DS : kerongkongan terasa seperti Nyeri inflmasi Bersihan jalan napas Penumpukan sekret PROBLEM Hipertermi ETIOLOGI Proses peradangan

ditusuk-tusuk dan kering. DO : tampak menahan sakit,memegang leher, nyeri ,skala 7 DS :saya mau makan,tapi ngga bisa masuk karna seseg,pengen muntah pas liat makanan. DO : makanan hanya habis 2 sendok makan. Nutrisi kurang Mual,muntah

E.

PRIORITAS DIAGNOSA KEPERAWATAN 1. Hipertermi berhubungan dengan proses peradangan DS : saya kedinginan, DO : menahan rasa sakit, tampak berhati-hati, infus asering :20 tetes/menit N : 84, RR : 20, S : 383 0C,TD :120/90 mmHg 2. Bersihan jalan napas tidak efektif berhubungan dengan penumpukan sekret yang kental ditandai dengan kesulitan dalam bernafas DS : merasa seseg, kerongkongan kering dan panas,sulit untik menelan ludah. DO :mukosa bibir kering,wajah menyeringai,tampak menahan sakit,berhatihati,pucat,RR 24x/menit

3. Nyeri akut berhubungan dengan inflamasi DS : kerongkongan terasa seperti ditusuk-tusuk. DO : tampak menahan sakit,memegang leher, nyeri ,skala 7,suhu 385 0C,TD 120/80mmHg 4. Perubahan nutrisi : kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan nual dan muntah DS :saya mau makan,tapi ngga bisa masuk karna seseg,pengen muntah pas liat makanan. DO : makanan hanya habis 2 sendok makan.

F. RENCANA KEPERAWATAN PADA DENGAN FARINGITIS Nama Umur Ruang : Nn.LM : 25 th : E/2 DIAGNOSA KEPERAWTAN Hipertermi berhubungan dengan proses peradangan Setelah diberikan asuhan keperawatan selamax24 jam diharapkan hipertermi teratasi dengan kriteria : -Suhu tubuh kembali normal -pasien tidak kedinginan -tidak mengalami komplikasi -Pantau suhu tubuh pasien -pantau suhu ruangan, batasi/tambahkan linen tempat tidur sesuai indikasi -berikan kompres hangathindari alcohol -menunjukan proses infeksius akut. -suhu ruangan/jumlah selimut harus diubah untuk mempertahankan suhu mendekati normal -dapat membantu mengurangi demam Catatan : penggunaan air es/alcohol mungkin menyebabkan kedinginan,peningkatan secara actual,alcohol dapat mengeringkan kulit -berikan antipiretik mis : ASA (aspirin),asetaminofen(tylenol) -digunakan untuk mengurangi demam dengan aksi sentralnya pada TUJUAN INTERVENSI RASIONAL

hipotalamus -berikan selimut pendingin Digunakan untuk mengurangi demam umumnya >39.5-40 0C Bersihan jalan napas tidak efektif berhubungan dengan peningkatan produksi secret Setelah diberikan asuhan keperawatan selamax24 jam diharapkan bersihan jalan napas teratasi dengan kriteria : -Mempertahankan jalan napas paten dengan bunyi dengan bunyi napas bersih/jelas -menunjukan perilaku untuk memperbaiki bersihan jalan napas mis : batuk efektif dan mengeluarkan secret -Berikan obat sesuai indikasi Misalnya bronkodilator -tingkatkan masukan cairan sampai 3000mL/hari, sesuai toleransi jantung -berikan banyak air hangat -bantu latihan napas abdomen/bibir -pantau frekuensi pernapasan -Ausklutasi bunyi napas -beberapa derajt spasme bronkus terjadi dengan obstruksi jalan napas -takipnea biasanya ada pada beberapa derajat dan dapat ditemykan selama proses infeksi akut -hidrasi membantu menurunkan kekentalan secret -dapat menurunkan spasme bronkus -memberikan pasien beberapa cara untuk menurunkan/mengontrol dispnea -merilekskan otot halus dan menurunkan kongesti local -kelembaban dapat menurunkan

-berikan humidifikasi tambahan kekentalan secret Nyeri akut berhubungan dengan proses inflamasi Setelah diberikan asuhan keperawatan selamax24 -Selidiki keluhan nyeri -untuk mengetahui dibagian mana lokasi nyeri yang dialami pasien

jam diharapkan nyeri teratasi dengan kriteria : berkurang/hilang -mengidentifikasi metode yang memberi penghilangan -mendemonstrasikan penggunaaan ketrampilan relaksasi dan aktivitas pengalih sesuai indikasi Perubahan nutrisi : kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan nual dan muntah Setelah diberikan asuhan keperawatan selamax24 jam diharapkan nutrisi teratasi dengan kriteria : -menunjukan napsu makan -mempertahankan/ meningkatkan BB

-berikan lingkungan yang tenang

-tindakan ini dapat menurunkan ketidaknyamanan fisik dan emosional pasien

-berikan aktivitas hiburan yang tepat

-mengarahkan kembali perhatian, memberikan distraksi dalam tingkat aktivitas individu

-berikan obat-obatan sesuai indikasi,mis : aspirin,steroid Berikan okigen suplemen

-Dapat menghilangkan nyeri

-maksimalkan ketersediaan 02

-Identifikasi faktor yang menimbulkan mual,muntah -berikan wadah tertutup untuk sputum -jadwalkan pengobatan pernapasan

-Pilihan intervensi tergantung pada penyebab -mengilangkan rasa bau,dan dapt menurunkan rasa mual -menurunkan efek mual yang berhubungan dengan pengobatan ini

-berikan makan porsi kecil

-dapat meningkatkan masukan meskipun napsu makan menurun

G. CATATAN PERKEMBANGAN PADA PASIEN DENGAN FARINGITIS Nama Umur Ruang No : Nn.ML : 25th : E/2 No. DK/MK tgl/ jam 1 Hipertermi berhubungan dengan proses peradangan DS : saya kedinginan, DO : menahan rasa sakit, tampak berhati-hati, infus asering :20 tetes/menit N : 84, RR : 24, S : 383 0C,TD :120/90 mmHg 14.00 15.40 15/06 14.20 14.20 I :melakukan pengkajian pada pasien berkaitan dengan hiperterni yang dialami pasien observasi TTV ; N : 84x/mnt,RR : 24x/mnt, S : 383 0C TD :120/90 mmHg. anjurkan pasien untuk banyak minum menyajikan makan sore menjelaskan pada pasien pasien kedinginan memberikan obat sore ( pamol 500mg) 16.00 20.40 E: s : dari pagi saya kedinginan padahal sudah pakai jaket Perkembangan (SOAPIE) Tanda tangan

o : tampak gemetar,pasien

pucat,menggigil,suhu 385 0C a : masalah belum teratasi p : lanjutkan intervensi hipertermi 2. Bersihan jalan napas tidak efektif berhubungan dengan penumpukan sekret yang kental ditandai dengan kesulitan dalam bernafas DS : merasa seseg, kerongkongan kering dan panas,sulit untik menelan ludah. DO :mukosa bibir kering,wajah menyeringai,tampak menahan sakit,berhatihati,pucat 14.00 15.40 16.00 20.40 15/06 14.20 14.20 I :melakukan pengkajian pada pasien berkaitan dengan bersihan jalan napas yang dialami pasien observasi TTV ; N : 84x/mnt,RR : 24x/mnt, S : 385 0C TD :120/90 mmHg. anjurkan pasien banyak minum air hangat menyajikan makan sore menjelaskan pada pasien pasien rasanya sesak memberikan obat sore ( zistic 500mg) E: s : rasanya seseg banget o : tampak memegang leher,ada pembesaran KGB a : masalah belum teratasi p : lanjutkan intervensi jalan napas 3.Nyeri akut berhubungan dengan inflamasi 14.20 14.20 I :melakukan pengkajian pada pasien berkaitan dengan diare yang dialami pasien

DS : kerongkongan terasa seperti ditusuktusuk. 14.00 DO : tampak menahan sakit,memegang leher, nyeri ,skala 7 15.40 16.00 20.40

observasi TTV ; N : 84x/mnt,RR : 24x/mnt, S : 385 0C TD :120/90 mmHg. anjurkan pasien banyak minum air hangat menyajikan makan sore menjelaskan pada pasien pasien rasanya sesak memberikan obat sore ( zistic 500mg) E: s : pasien mengatakan sakitnya menjalar dan kerongkongan terasa garing o : tampak memegang leher,ada pembesaran KGB a : masalah belum teratasi p : lanjutkan intervensi hipertermi

4.Perubahan nutrisi : kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan mual dan muntah DS :saya mau makan,tapi ngga bisa masuk karna seseg,pengen muntah pas liat makanan. DO : makanan hanya habis 2 sendok makan.

14.20 14.20

I :melakukan pengkajian pada pasien berkaitan dengan asupan nutr isi pasien pasien hanya makan 3 sendok makan anjurkan pasien sedikit tapi sering menyajikan makan sore menjelaskan pada pasien kenapa pasien sering mual

14.00 15.40 16.00

memberikan obat sore ( zistic 500mg)

20.40

E: s : pasien mengatakan sakitnya menjalar dan kerongkongan terasa garing o : tampak memegang leher,ada pembesaran KGB a : masalah belum teratasi p : lanjutkan intervensi hipertermi

1.Hipertermi berhubungan dengan proses peradangan DS : sudah ngga demam lagi, karena sudah banyak obat yang saya minum DO : tidak menggigil,jaket sudah dilepas, cairan infus asering :20 tetes/menit N : 76, RR : 20, S : 37 C,TD :110/80 mmHg
50

16/06 21.30 S : demamnya sudah berkurang O : tampak lemas,mata cekunng,tetesan infus lancar, terpasang infus (asering 500) ditangan kanan tetesan 20x/menit A : masalah teratasi sebagian P : lanjutkan intervensi hipertermi 17/06 05.30 observasi tetesan infus : lancar,tetesan I:

20x/menit,infus di tangan kanan memberikan posisi semifowler menganjurkan pasien banyak minum air hangat 06.15 E: s : sudah tidak demam,minum 2 gelas air hangat dari semalam,BAK 1x, o : TD 110/70 mmHg, S : 36 5 0C, N : 74, RR: 18 infuse asering 500mg(masuk 400),balance cairan CM : 800cc CK : 200cc BC : +600cc a : masalah teratasi memberikan obat pagi (pamol 500mg)

p : stop intervensi hipertermi 2. Bersihan jalan napas tidak efektif berhubungan dengan penumpukan sekret yang kental ditandai dengan kesulitan dalam bernafas DS : merasa seseg, kerongkongan kering dan panas,sulit untik menelan ludah. DO :mukosa bibir lembab,wajah menyeringai,tampak menahan sakit,berhatihati,wajah pucat,RR :18x/menit 17/06 05.30 16/06 21.30 S : seseg berkurang O : tetesan infus lancar, terpasang infus (asering 500) ditangan kanan tetesan 20x/menit A : masalah teratasi sebagian P : lanjutkan intervensi hipertermi I: observasi pernapasan pasien : 20x/menit memberikan posisi semifowler menganjurkan pasien batuk efektif dan sering mengeluarkan dahak 06.15 E: s : sudah tidak demam,minum 2 gelas air memberikan obat pagi (pamol 500mg)

hangat dari semalam,BAK 1x, o : TD 110/70 mmHg, S : 36 5 0C, N : 74, RR: 18 infuse asering 500ml (masuk 400ml) a : masalah teratasi p : stop intervensi jalan napas 3.Nyeri akut berhubungan dengan inflamasi DS : kerongkongan masih sakit tapi tidak sebanding dengan yang kemaren. DO : tampak menahan sakit,memegang leher, nyeri ,skala 5 21.30 S : seseg berkurang O : tetesan infus lancar, terpasang infus (asering 500) ditangan kanan tetesan 20x/menit A : masalah teratasi sebagian P : lanjutkan intervensi nyeri 17/06 05.30 I: observasi tingkat nyeri pasien : skala 5 memberikan posisi semifowler menganjurkan pasien untuk memikirkan

hal-hal yang menyenangkan 06.15 E: s : rasa nyeri sudah tidak terlalu terasa,tapi kalau dalam keadaan dingin nyerinya sampai ke otak o : TD 110/70 mmHg, S : 36 5 0C, N : 74, RR: 18 skala nyeri 5 a : masalah teratasi sebagian p : lanjutkan intervensi nyeri 4.Perubahan nutrisi : kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan nual dan muntah DS :saya hanya habis dari porsi rumah sakit. DO : makanan hanya habis habis porsi makan. 21.30 S : makan hanya habis porsi makan,sudah tidak mual O : makanan hanya habis porsi makan ,tetesan infus lancar, terpasang infus (asering 500) ditangan kanan tetesan 20x/menit memberikan obat pagi (pamol 500mg)

A : masalah teratasi sebagian P : lanjutkan intervensi nutrisi 17/06 05.30 I: 06.10 menganjurkan pasien makan sedikit tapi sering 06.15 E: 06.15 s : rasa mual sudah tidak ada o : TD 120/80 mmHg, S : 368 0C, N : 74, RR: 16 a : masalah teratasi sebagian p : lanjutkan intervensi nutrisi 3 3.Nyeri akut berhubungan dengan inflamasi DS : kerongkongan masih sakit tapi tidak 27/06 21.30 S : sakitnya sudah mendingan O : tetesan infus lancar, terpasang infus memberikan obat pagi (pamol 500mg) pasien tampak lebih segar menyajikan minum pagi

sebanding dengan yang kemaren. DO : memegang leher,nyeri ,skala 3

(asering 500) ditangan kanan tetesan 20x/menit A : masalah teratasi sebagian P : lanjutkan intervensi nyeri I: 17/06 05.30 06.10 nonton E: 06.15 s : rasa nyeri sudah tidak terlalu terasa,tapi 06.15 kalau dalam keadaan dingin nyerinya sampai ke otak o : TD 120/90 mmHg, S : 370C, N : 77, RR: 22 skala nyeri 3 memberikan obat pagi (pamol 500mg) observasi tingkat nyeri pasien : skala 3 memberikan posisi semifowler menganjurkan pasien untuk lebih sering

a : masalah teratasi sebagian p : lanjutkan intervensi nyeri 4.Perubahan nutrisi : kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan mual dan muntah DS :alhamdulilah saya makan sampe habis 1 porsi yang dikasih tadi siang. DO : tampak rileks. 27/06 21.30 S : makan 1 porsi makan,sudah tidak mual O : makanan habis 1 porsi makan ,tetesan infus lancar, terpasang infus (asering 500) ditangan kanan tetesan 20x/menit A : masalah teratasi sebagian P : lanjutkan intervensi nutrisi I: 17/06 05.30 06.10 E: 06.15 s : rasa mual sudah tidak ada menyajikan minum pagi menganjurkan pasien makan lebih banyak lagi memberikan obat pagi pasien tampak lebih segar

o : TD 120/80 mmHg, S : 37 0C, N : 77, RR: 06.15 22 a : masalah teratasi p : stop intervensi nutrisi 4 3.Nyeri akut berhubungan dengan inflamasi DS : sudah ngga ada rasa sakit lagi,. DO : tampak rileks, tenang nyeri ,skala 1 17/06 21.30 S : sakitnya udah berkurang O : tetesan infus lancar, terpasang infus (asering 500) ditangan kanan tetesan 20x/menit A : masalah teratasi sebagian P : lanjutkan intervensi nyeri

BAB III PEMBAHASAN

Bab ini merupakan pembahasan dengan membandingkan antara faringitis dengan kondisi dan kasus yang penulis yang kelola yaitu faringitis asuhan keperawatan dilakukan dari tanggal 15 juni 2011- 17 juni 2011 di ruang E, RS Bethesda Yogyakarata.metode yang digunakan untuk mengelola pasien Nn.LM adalah dengan pendekatan proses keperawatan yang meliputi pengkajian, diagnosa keperawatan, perencanaan, pelaksanaan dan evaluasi. A. Pengkajian Tahap pertama adalah pengkajian,penulis mengumpulkan data yang berhubungan dengan pasien dengan cara observasi, dan wawancara,serta studi dokumentasi untuk melengkapi pengkajian yang dikumpulkan secara menyeluruh meliputi aspek bio-psikososio-spiritual. (efendy 1995) Setelah data terkumpul,kemyudian dilakukan analisa data untuk menentukan maslah keperawatan yang harus diprioriataskan oleh penulis sebelum dilakukan tindakan keperawatan pada tahan pengkajian penulis merumuskan/mengangkat beberapa pola kesehatan menurut Virginia Henderson diantaranya sebagai berikut : B. Biagnosa keperawatan Tahap kedua adalah diagnosa keperawatan.Setelah data dianalisa maka dirumuskan diagnosa keperawatan dimana diagnosa keperawatan merupakan

pernyataan yang menjelaskan masalah aktual maupun resiko tinggi dalam status kesehatan seseorang. Dari kasus ini penulis mengambil beberapa diagnose yang dianggap mengancam status kesehatan pasien antara lain : 1. Hipertermi berhubungan dengn proses peradangan pada faring 2. Nyeri akut berhubungan dengan inflamasi 3. Bersihan jalan napas tidak efektif berhubungan dengan penumpukan sekret yang kental ditandai dengan kesulitan dalam bernafas, 4. Perubahan nutrisi : kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan nual dan muntah 5. Kurang pengetahuan berhubungan dengan tidak familiar dengan sumber informasi C. Perencanaan Keperawatn Rencana keperawatan disusun berdasarjkan diagnose yang telah ditetapkan atau ditemukan.intervensi dalam keperawatan meliputi observasi tindakan keperawatan ,edukasi yang ditujukan baikmpada pasien maupun keluarga dan juga kolaburasi dengan tim medis. Dalam perencanaan ini perawat menggunakan 3 metode kerja sama yaitu : 1. Dependent : berhubungan dengan pelaksana misalnya:ahli gizi,fisiotherapi,dan tenaga medis

2. Independent : tindakan mandiri tanpa petunjuk dokter dan badan kesehatan lain,misalnya pengkajian,TTV 3. Interindependent : tindakan yang memerlukan bantuan pihak lain misalnya: tenaga sosial,dan dokter. D. Tindakan Keperawatan Merupakan tahap pelaksanaan dimana semua tindakan yang dilakukan harus sesua dengan diagnosa yang telah ditetapkan sebelumnya misalnya: 1. Nyeri berhubungan dengan proses inflamasi/peradangan di faring : lakukan manajemen nyeri untuk menbantu pasien dan membuat pasien tidak stress E. Evaluasi Evaluasi dilakukan setelah memberikan prosws asuhan keperawatan kepada Nn.LM selama 2 hari yaitu setelah tindakan criteria hasil dapat tercapai berdasarkan diagnose yang ada serta langkah selanjutnya untuk memenuhi diagnose yang belum tercapai.

BAB IV KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan Faringitis adalah gangguan saluran pernafasan bagian atas, timbul akibat rangsangan dan infeksi pada faring karena terjadinya rinitis atrofi, sehingga udara pernapasan tidak diatur suhu dan kelembapannya. Rinitis kronik, sinusitis, inflasi kronik yang dialami perokok dan peminum alkohol, inhalasi uap yang merangsang infeksi, daerah berdebu, kebiasaan bernafas melalui mulut. Adapun keluhan dengan rasa gatal, kering, serta berlendir yang sukar dikeluarkan di tenggorokan, disertai batuk.Pada pemeriksaan tampak mukosa dinding posterior faring granular. Berdasarkap pembahasan diatas dalam memberikan asuhan keperawatan yang baik dan benar berdasarkan proses pendekatan dimulai dari tahan pengkajian,diagnosa keperawatan,perencanaan, implementasi, dan evaluasi yang dilakukan penulis dari tanggal 15 juni 2011 sampai 17 juni 2011 di ruang E RS Bethesda Yogyakarta pada Nn.LM dengan faringitis ada tiga masalah yang harus dipenuhi untuk memperoleh kesembuhan yang kemudian dirumuskan dalam diagnosa keperawatan meliputi : 1. Hipertermi berhubungan dengn proses peradangan pada faring 2. Nyeri akut berhubungan dengan inflamasi

3. Bersihan jalan napas tidak efektif berhubungan dengan penumpukan sekret yang kental ditandai dengan kesulitan dalam bernafas, Dari ketiga masalah kesehatan diatas setelah dilakukan perawatan selama empat hari semua keluhan tersebut diatas dapat teratasi yang menandakan pasien tidak terkena INOS saat mendapatkan perawatn dirumah sakit Bethesda Yogyakarta.

B. Saran 1. STIKES BETHESDA YAKKUM YOGYAKARTA Sebaiknya bila dilakukan paraktek klinik lebih diperhatikan jumlah mahasiswa yang ditempatkan dalam suatu ruangan 2. RUMAH SAKIT BETHESDA YOGYAKARTA Bimbingan yang lebih bagi mahasiswa prodi S1 dalam melakukan tindakan di rumah sakit.

Anda mungkin juga menyukai