Anda di halaman 1dari 20

PENYAKIT DIFTERI PADA ANAK DAN ASUHAN KEPERAWATAN

MAKALAH

Diajukan untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Keperawatan Anak pada Semester III
Dosen : Sri Mulyanti, M.Kep

Disusun oleh Kelompok 2:

Mellenda Rahmawati E1914401009


Nadira Oktapiyanti E1914401008
Alfisha Kharismatunisa E1914401007

PROGRAM STUDI D3 KEPERAWATAN

FAKULTAS ILMU KESEHATAN

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH TASIKMALAYA

2020
KATA PENGANTAR

Puji syukur alhamdulillah kami Panjatkan kehadirat Allah Yang Maha Esa, karena
telah melimpahkan Rahmat-Nya berupa kesempatan dan pengetahuan sehingga makalah ini
bisa selesai pada waktunya.

Terima kasih juga kami ucapkan kepada teman-teman yang telah berkontribusi
dengan memberikan ide-idenya sehingga makalah ini bisa disusun dengan baik dan rapi.

Kami berharap semoga makalah ini bisa menambah pengetahuan para pembaca.
Namun terlepas dari itu, kami memahami bahwa makalah ini masih jauh dari kata sempurna,
sehingga kami sangat mengharapkan kritik serta saran yang bersifat membangun demi
terciptanya makalah selanjutnya yang lebih baik lagi.

Garut, 24 September 2020

Penyusun

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR.............................................................................................i

DAFTAR ISI...........................................................................................................ii

BAB I PENDAHULUAN.......................................................................................1

1.1 Latar Belakang Penelitian...........................................................................1

1.2 Masalah Penelitian......................................................................................1

1.3Tujuan Penelitian.........................................................................................1

1.4 Manfaat Penelitian......................................................................................1

BAB II KONSEP DASAR.....................................................................................2

2.1 Definisi Difteri.............................................................................................3

2.2 Etiologi Difteri............................................................................................2

2.3 Tanda dan Gejala Difteri.............................................................................3

2.4 Patofisiologi................................................................................................4

2.5 Penatalaksanaan Keperawatan....................................................................5

BAB III SIMPULAN..............................................................................................7

3.1 Simpulan....................................................................................................7

3.2 Saran............................................................................................................7

BAB IV KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN ...............................................9

4.1 Pengkajian...................................................................................................9

4.2 Diagnosa Keperawatan..............................................................................12

4.3 Intervensi...................................................................................................13

4.4 Implementasi.............................................................................................16

4.5 Evaluasi.....................................................................................................16

DAFTAR PUSTAKA...........................................................................................17

ii
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Penelitian


Difteri merupakan salah satu penyakit yang sangat menular (contagious disease).
Penyakitini disebabkan oleh infeksi bakteri corynebacterium diphtheria yaitu kuman yang
menginfeksi saluran pernafasan, terutama bagian tonsil, Nasofaring (bagian antara hidung
dan faring atau tenggorokan) dan laring. Penularan difteri dapat melalui hubungan dekat,
udara yang tercemar oleh carier atau penderita yang akan sembuh, juga melalui batuk dan
bersin penderita.
Penderita difteri umumnya anak-anak, usia dibawah 15 tahun. Dilaporkan 10 % kasus
difteri dapat berakibat fatal, yaitu sampai menimbulkan kematian. Selama permulaan
pertama dari abad ke-20, difteri merupakan penyebab umum dari kematian bayi dan anak-
anak muda. Penyakit ini juga dijmpai pada daerah padat penduduk dingkat sanitasi
rendah. Oleh karena itu, menjaga kebersihan diri sangatlah penting, karena berperan
dalam menunjang kesehatan kita. Lingkungan buruk merupakan sumber dan penularan
penyakit.Sejak diperkenalkan vaksin DPT (Dyptheria, Pertusis, Tetanus), penyakit difteri
jarang dijumpai. Vaksi imunisasi difteri diberikan pada anak-anak untuk meningkatkan
system kekebalan tubuh agar tidak terserang penyakit tersebut. Anak-anak yang tidak
mendapatkan vaksi difteri akan lebih rentan terhadap penyakit yang menyerang saluran
pernafasan ini.

1.2 Masalah Penelitian


1. Bagaimana Penyakit Difteri ?
2. Bagaimana Etiologi Penyakit Difteri ?
3. Babaimana Tanda dan Gejala Difteri ?
4. Bagaimana Patofisiologi Difteri ?
5. Bagaimana Penatalaksanaan Keperawatan?
6. Bagaimana Asuhan Keperawatan pada pasien kasus Difteri ?
1.3 Tujuan Penelitian
1. Mengetahui dan memahami definisi difteri
2. Mengetahui dan memahami etiologi difteri
3. Mengetahui dan memahami manifestasi klinis difteri
4. Mengetahui dan memahami patofisiologi difteri
5. Mengetahui dan memahami Asuhan Keperawatan Pasien dengan Difteri
1.4 Manfaat Penelitian
Untuk meningkatkan pengetauan dan mampu membuat perencanaan asuhan keperawatan
pada penyakit difteri.

1
BAB II
KONSEP DASAR

2.1 Definisi Difteri


Difteri adalah suatu penyakit infeksi akut yang sangat manular yang terjadi secara
lokal pada mukosa saluran pernapasan atau kulit, yang disebabkan oleh basil gram positif
Corynebacterium diphtheria, ditandai oleh terbentuk membran pada tempat infeksi, dan
diikiti oleh gejala-gejala umum yang ditimbulkan oleh ekstoksin yang diproduksi oleh
hasil basil. Difteri ini mudah menular dan menyerang saluran napas bagian atas.

2.2 Etiologi Difteri


Disebabkan oleh Corynebacterium diphteriae, bakteri gram positif yang bersifat
polimorf, tidak bergerak dan tidak membentuk spora, aerobic dan padat memproduksi
eksotoksin (Sudoyo Aru, dkk 2009). Pewarna sediaan langsung dengan biru metilen atau
biru toluidin. Basil ini dapat ditemukan dengan sediaan langsung dari lesi. Dengan
pewarnaan, kuman bisa tampak dalam susunan palisade, bentuk L atau V, atau
merupakan kelompok dengan formasi mirip huruf cina. Kuman tumbuh secara aerob, bisa
dalam media sederhana, tetapi lebih baik dalam media yang mengandung K-tellurit atau
media Loeffler. Pada membran mukosa manusia C.diphteriaedapat hidup bersama-sama
dengan kuman diphteroid saprofit yang mempunyai morfologi serupa, sehingga untuk
membedakan kadang-kadang diperlukan pemeriksaan khusus dengan cara fermentasi
glikogen, kanji,glukosa, maltosa dan sukrosa.
Menurut tingkat keparahannya (Sudoyo Aru,2009)
1. Infeksi ringan, apabila pseudomembranehanya terdapat padamokosa hidung dengan
gejala hanya pilek dan gangguanmenelan.
2. Infeksi sedang, apabila pseudomembranetelah menyerangsampai faring dan laring
sehingga keadaan pasien terlihat lesudan agak sesak.
3. Infeksi berat, apabila terjadi sumbatan nafas yang berat danadanya gejala-gejala yang
ditimbulkan oleh eksotoksin seperti miokarditis, paralisis dan nefritis.

2.3 Tanda Dan GejalaDifteri


2
Gejala klinis penyakit difteri ini adalah panas lebih dari 38 °C, ada pseudomembrane
bisa di faring, laring atau tonsil, sakit waktu menelan, leher membengkak seperti leher
sapi (bullneck), disebabkan karena pembengkakan kelenjar leher. Tidak semua gejala-
gejala klinik ini tampak jelas, maka setiap anak panas yang sakit waktu menelan harus
diperiksa faring dan tonsilnya apakah ada psedomembrane. Jika pada tonsil tampak
membran putih keabu-abuan disekitarnya, walaupun tidak khas rupanya, sebaiknya
diambil sediaan (spesimen) berupa apusan tenggorokan (throat swab) untuk pemeriksaan
laboratorium.

Gejala diawali dengan nyeri tenggorokan ringan dan nyeri menelan. Pada anak tak
jarang diikuti demam, mual, muntah, menggigil dan sakit kepala. Pembengkakan kelenjar
getah bening di leher sering terjadi. gejala klinis dapat dibagi dalam gejala umum dan
gejala akibat eksotoksin pada jaringan yang terkena. Gejala umum yang timbul berupa
demam tidak terlalu tinggi lesu, pucat nyeri kepala dan anoreksia sehingga tampak
penderita sangat lemah sekali.Gejala ini biasanya disertai dengan gejala khas untuk setiap
bagian yang terkena seperti pilek atau nyeri menelan atau sesak nafas dengan sesak dan
strides.

3
Terjadi tergantung pada lokasi infeksi,imunitas penderita,ada/tidaknya toksin difteri
yang beredar dalam sirkulasi darah. Masa inkubasi umumnya 2-5 hari. (range 1-10 hari),
pada difteri kutan adalah 7 hari sesudah infeksi primer pada kulit Keluhan-keluhan :
(sudoyo Aru,dkk 2009)
1. Demam dengan suhu sekitar 38 C
2. kerongkongan sakit dan suara parau
3. Perasaan tidak enak, mual muntah dan lesu
4. Sakit kepala
5. Rinorea, berlendir dan kadang-kadang bercampur darah(Sudoyo Aru,2009).

2.4 Patofisiologi
Biasanya bakteri berkembangbiak di sekitar permukaan selaput lendir mulut atau
tenggorokan dan menyebabkan peradangan. Bila bakteri sampai ke hidung, hidung akan
meler. Peradangan bisa menyebar dari tenggorokan ke pita suara (laring) dan
menyebabkan pembengkakan sehingga saluran udara menyempit dan terjadi gangguan
pernafasan.Bakteri ini ditularkan melalui percikan ludah dari batuk penderita atau benda
maupun makanan yang telah terkontaminasi oleh bakteri. Ketika telah masuk dalam
tubuh, bakteri melepaskan toksin atau racun. Toksin ini akan menyebar melalui darah dan
bisa menyebabkan kerusakan jaringan di seluruh tubuh, terutama jantung dan saraf.
Toksin biasanya menyerang saraf tertentu, misalnya saraf di tenggorokan. Penderita
mengalami kesulitan menelan pada minggu pertama kontaminasi toksin. Antara minggu
ketiga sampai minggu keenam, bisa terjadi peradangan pada saraf lengan dan tungkai,
sehingga terjadi kelemahan pada lengan dan tungkai. Kerusakan pada ototjantung
(miokarditis) bisa terjadi kapan saja selama minggu pertama sampai minggu keenam,
bersifat ringan, tampak sebagai kelainan ringan pada EKG. Namun, kerusakan bisa sangat
berat, bahkan menyebabkan gagal jantung dan kematian mendadak. Pemulihan jantung
dan saraf berlangsung secara perlahan selama berminggu-minggu. Pada penderita dengan
tingkat kebersihan buruk, tak jarang difteri juga menyerang kulit.
Pada serangan difteri berat akan ditemukan pseudomembran, yaitu lapisan selaput
yang terdiri dari seldarah putih yang mati, bakteri dan bahan lainnya, di dekat amandel
dan bagian tenggorokan yang lain. Membran ini tidak mudah robek dan berwarna abu-
abu. Jika membran dilepaskan secara paksa, maka lapisan lendir di bawahnya akan
berdarah. Membran inilah penyebab penyempitan saluran udara atau secara tiba-tiba bisa
terlepas dan menyumbat saluran udara, sehingga anak mengalami kesulitan bernafas.

4
Berdasarkan gejala dan ditemukannya membran inilah diagnosis ditegakkan. Tak
jarang dilakukan pemeriksaan terhadaplendir di tenggorokan dan dibuat biakan di
laboratorium. Sedangkan untuk melihat kelainan jantung yang terjadi akibat penyakit ini
dilakukan pemeriksaan dengan EKG.

2.5 Penatalaksanaa Difteri


Tindakan Umum :
1. Perawatan tirah baring selama 2 minggu dalam ruang isolasi
2. Memperhatikan intake cairan dan makanan ,Bentuk makanan disesuaikan dengan
toleransi,untuk hal ini dapat diberikan makanan lunak,saring /cair,bila perlu sode
lambung jika ada kesukaran menelan (terutama pada paralisis palatum molle dan otot-
otot faring).
3. Pastikan kemudahan defekasi .jika perlu erikan obat –obat pembantu
defekasi(klisma,laksansia,stool softener)untuk mencegah mengedan berlebihan
4. Bila anak gelisah dari sedative berupa deiazepam luminal.
5. Pemberian antitusif untuk mengurangi batuk (difteri laing)
6. Aspirasi secret secara periodic terutama untuk difteri laring.
7. Bila ada tanda-tanda obstruksi jalan nafas segera berikan oksigen atau trakeostomi.
Tindakan Spesifik :
1. Serum Anti Difteri (SAD)
Dosis diberikan berdasarkan atasluasnya membrane dan beratnya
penyakit.dosis 40.000 IU untuk difteri sedang ,yakni luas membrane menutupi
sebagian/seluruh tonsil secara unilateral/bilateral.Dosis 80.000 IU untuk disteri
berat,yakni luas membrane menutupi hingga melewati tonsil,meluas ke
vulva,pallatum molle neck,kombinasi difteri laring dan faring ,kombinasi berupa
miokarditis,kolapssirkulasi dan kasus lanjut. SAD diberikan dalam dosis tunggak
melalui iv dengan cara melarutkan dalam 200cc NaCI 0,9% pemberian selesai
dalam waktu 1 jam (sekitar 34 tetea/menit).
2. Antibiotik
Penicillin prokain diberikan 100.000 IU/kgBB selama 10 Hari,maksimal 3
gram / hari .Eritromisin (bila alergi pp) 50mg/kg BB secara oal 3-4 kali/hari
selama 10 hari.
3. Kortikosteroi

5
Diindikasikan pada difteri berat dan sangat berat (membrane luas,komplikasi bull
neck.). Dapat diberikan prednison3mg/kg BB/hari selama 3 minggu atau
Deksametason 0,5-1 mg/kgBB hari secara IV (terutama untuk toksemial).

6
BAB III

KESIMPULAN

1.1 SIMPULAN
Difteri adalah suatu infeksi akut yang disebabkan oleh bakteri penghasil racun
corynebacterium diphtheria, dan lebih sering menyerang anak-anak . bakteri ini
biasanya menyerang saluran pernafasan, terutama laring., tonsil dan faring. Tetapi
tidak jarang racun juga menyerang kulit dan bahkan menyebabkan kerusakan saraf
dan juga jantung.
Pada serangan difteri berat akan ditemukan psudomembran, yaitu lapisan
selaput yang terdiri dari sel darah putih yang mati, bakteri dan bahan lainnya didekat
tonsil dan bagian faring yang lain. Membrane ini tidak mudah robek dan berwarna
keabu-abuan. Jika membran ini dilepaskan secara paksa maka lapisan lander
dibawahnya akan berdarah. Membran inilah penyebab penyempitan saluran udara
secara tiba-tiba bias terlepas dan menyumbat saluran udara sehingga anak mengalami
kesulitan bernafas
Berdasarkan gejala dan ditemukannya membran inilah diagnosis ditegakan.
Tidak jarang dilakukan pemeriksaan terhadap lendir di faring dan dikembangbiakan
dilaboratorium. Sedangkan untuk melihat kelainan jantung yang terjadi akibat
penyakit ini dilakukan pemeriksaan dengan EKG. Penularan difteri dapat melalui
kontak langsung seperti berbicara dengan penderita, melalui udara yang tercemar oleh
carier atau penderita yang akan sembuh , juga melalui batuk dan bersin penderita.
Tapi sejak diperkenalkan vaksin DPT (Difteri, Pertusis, Tetanus), penyakit
difteri jarang ditemupai. Vaksin imunisasi difteri diberikan pada anak-anak untuk
meningkatkan sistem kekebalan tubuh agar tidak terserang penyakit tersebut yang
menyerang saluran pernafasan.

1.2 SARAN
Karena difteri adalah salah satu penyebab kematian pada anak-anak maka
disarankan untuk wajib diberikan imunisasi yaitu vaksin DPT yang merupakan wajib
pada anak. Untuk pencegahannya sendiri terbagi menjadi dua ; yaitu secara umum
dan khusus.
1. Umum
 Kebersihan dan pengetahuan tentang bahaya penyakit difteri bagi anak-anak.
7
 Umunya setelah menderita penyakit diphtheria kekebalan penderita terhadap
penyakit ini sangat rendah sehingga per;i imunisasi.
2. Khusus
 Terdiri dari imunisasi DPT dan pengobatan carrier.

8
ASUHAN KEPERAWATAN PADA ANAK An. B YANG MENGALAMI DIFTERI

A. PENGKAJIAN
I. Pengkajian
Biodata
a. Identitas Klien :
Nama: : An. B
Tempat tanggal lahir : Surabaya, 14 Januari 2011
Usia : 9 tahun
Jenis kelamin : Laki-laki
Agama : Islam
Pendidikan : SD
Alamat : Surabaya
Tanggal masuk : 21 Desember 2019
Diagnosis medis : Difteri
b. Keluhan utama
Sesak napas disertai dengan nyeri menelan
c. Riwayat kesehatan
a. Sekarang
Klien panas di rumah mulai pada hari minggu jam 10 pagi, kemudian
orang tua klien memberi minum obat paracetamol dan bodreksin. Panas turun,
tapi beberapa hari kemudian klien demam lagi dan orang tua klien
mengompres dengan air hangat dan orang tua mengatakan klien malas makan
karena klien mengeluh nyeri menelan. Pada keesokan harinya klien mengeluh
sesa napas, dan sait kepala.
b. Riwayat kesehatan lalu (0-5 tahun)
1. Prenatal care
- Pemeriksaan kehamilan 4 kali (teratur)
- Keluhan selama hamil, ngidam
- Riwayat terkena sinar tida ada
- Kenaikan berat badan selama kehamilan
- Imunisasi 2 kali
2. Natal
- Tempat melahirkan di RS
- Penolong persalinan bidan
3. Post natal
- Kondisi bayi : BB 2,8 kg, PB 48 cm
- Pada saat lahir kondisi anak sehat
c. Pemeriksaan Fisik
Keadaan umum klien => lemah dan gelisah
a. Tanda-tanda vital
- Suhu 37,8’C

9
- Nadi 120/m
- Pernafasan 28/m
- TD 95/60 mmHg
b. Antropometri
- Tinggi badan 115 cm
- Berat badan 15 kg
- Lingkar LA 15 cm
- Lingkar kepala 50 cm
- Lingkar dada 55cm
- Lingkar perut 52
c. Sistem indra
- Mata
Tidak da odema, alis, bulu mata tidak mudah rontok
- Hidung
Penciuman kurang karena ada sekret yang menghalangi penciuman
- Lidah
Lidah tampak kotor dan ditemukan pseudomembran
- Telinga
Keadaan daun telinga bersih
Fungsi pendengaran tidak ada gangguan

10
ANALISIS DATA

No Data Etiologi Masalah

1. DO: Cynobacterium difteriae Bersihan jalan napas


 Klien tampak tidak efektif
sesak Masuk melalui saluran
DS: pernapasan
 Klien menangis
dan mengatakan Membentuk pseudomonas
sulit bernapas
 Klien mengeluh Mengeluarkan toksin
sakit perut
Lokal dan sistemik

Infeksi nasal, trakea dan


laring

Produksi sekret meningkat

Penimbunan sekresi

Obstruksi jalan napas


2. DO: Mengeluarkan toksin Nyeri berhubungan
 Nadi cepat dengan inflamasi
120/m Lokal dan sistemik
 Ekspresi wajah
meringis saat Infeksi nasal, trakea dan
menelan laring
DS:
 Klien Reaksi peradangan
mengatakan
nyeri pada daera Menekan serabut saraf
leher Nyeri

Nyeri dipersepsikan
3. DO: Membentuk pseudomonas Perubahan nutrisi kurang
 Mual dan dari kebutuhan tubuh
muntah Mengeluarkan toksin
 Anoreksia Lokal
 Makan yang
dihidangkan Infeksi tonsil dan laring
tidak habis.
DS: Nyeri pada tonsil

11
 Klien
mengatakan Nyeri menelan
nyeri saat
menelan makan Anoreksia
4. DO: Proses peradangan Peningkatan suhu tubuh
 Suhu : 37,8 C
DS: Perubahan set point
 Klien
mengatakan Reaksi peningkatan suhu
badannya panas tubuh

Reaksu demam
5. DO: Reaksi peningkatan suhu Resiko kekurangan
 Klien mual tubuh volume cairan tubuh.
muntah
 Evaporasi Evaporasi meningkat
meningkat
DS: - Kehilangan cairan tubuh

DIAGNOSA KEPERAWATAN

1. Bersihan jalan napas tida efektif berhubungan dengan penumpukan sekret dan
pembesaran kelenjar pseudomembran ditandai dengan klien merasa sesak, P : 28/m,
klien kelihatan lemah dan gelisah
2. Nyeri berhubungan dengan proses inflamasi pada tonsil dan laring ditandai dengan
klien mengatakan nyeri pada saat menelan, klien tampak meringis kesakitan.
3. Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan inyake inadekuat
ditandai dengan klien mengeluh nyeri pada saat menelan, porsi makan tidak
dihabiskan.
4. Peningkatan suhu tubuh berhubungan dengan proses inflamasi dimulai dengan SB
37,8 C, klien berkeringat, gelisa dan Nadi 120/m. Klien menangis da mengatakan
badannya terasa panas.
5. Resiko kurangnya volume cairan berhubungan dengan peningkatan evaporasi yang
ditandai dengan nadi cepat 120/m, dan lemah. Klien kurang minum. P : 28/m, lemah
dan gelisah.

INTERVENSI KEPERAWATA

12
N Diagnosa Tujuan dan Intervensi Rasional
o. Keperawata Kriteria
n Hasil

1. Bersihan Tujuan : Mandiri :


jalan napas Klien  Kaji frekuensi,  Pernafasan biasanya meningkat.
tidak efektif menunjukan kendalaman Dispne dan terjadi peningkatan kerja
berhubungan jalan napas pernafasan dan nafas. Kedalaman pernaasan
dengan kembali ekspansi paru. biasabya bervariasi tergantung
penumpuan bersih Catat upaya derajat gejala nafas. Ekspansi dada
sekret dan pernfasan terbatas yang berhubungan dengan
pembesaran Kriteria termasuk atelektasis/nyeri dada pleuritik.
kelenjar hasil: penggunaan alat  Bunyi nafas menurun/tidak bila jalan
pseudomemb Jalan napas bantu/ pelebaran nafas obstruksi sekunder terhadap
ran kembali nasal. pendarahan, berkuan atau klopas
bersih  Askultasi bunyi jalan nafas kecil. Ronki, mrngi dan
nafas dan catat menyertai obstruksi jalan
adanya bunyi nafas/kegagalan pernafasan.
nafas  Peninggian kepala mempermudah
adventisius fungsi pernafasan dengan
seperti krekel, menggunakan gravitasi atau
mengi, gesekan mempermudah pertukaran O2 dan
pleural. CO2.
 Atur posisi  Memberikan klien beberapa cara
yang untuk mengatasi dan mengontrol
nyaman / dispnea dan menurunkan jabatan
semi fowler udara.
 Tingkatkan  Mengurangi pencetus gangguan
intake cairan pernafasan/alergi pernafasan.
 Pertahankan  Membantu kekentalan sekret
posisi sehingga mempermudah
lingkungan pengeluarannya.
minimal
seperti debu
 Dorong
latihan nafas
abdomen atau
bibir.
Kolaborasi:
 Kolaborasi
dengan
dokter dalam
pemberian
O2 lembab

13
atau inhalasi,
bila perlu
dilakukan
trachocostom
2. Nyeri Tujuan : Mandiri :  Memnerikan data dasar untuk
berhubungan Klien  Kaji status nyeri menentukan dan mengevaluasi
dengan mengalami (lokasi,
intervensi yang diberikan.
proses pengurangan frekuensi, durasi
inflamasi nyeri. dna intensitas  Meningkatkan relaksai klien.
pada tonsil nyeri).  Meningkatkan relaksasi yang dapat
laring Kriteria  Berikan
menurunkan rasa nyeri klien.
hasil: lingkungan yang
 Mengiku nyaman dan  Mengurangi nyeri dan spasme otot.
ti aturan aktivitas hiburan
farmakol seperti: musik,
ogi yang televisi.
ditentuka  Ajarkan teknik
n manajemen
 Mendem nyeri, seperti
onstrasik teknik relaksasi
an napas dalam,
penggun visualisasi dan
aan bimbingan
keteramp imajinasi.
ilan Kolaborasi
relaksasi  Berikan
dan analgetik sesuai
aktifitas kebutuhan untuk
hiburan nyeri
sesuai
indikasi
situasi
individu

3. Perubahan Tujuan : Mandiri:


nutrisi  Kebutuha  Identifikasi faktor  Pilihan intervensi tergantung pada
kurang ddari n nutrisi yang masalah
kebutuhan akan menyebabkan
 Tindakan ini dapat meningkatkan
tubuh terppenuhi mual.muntah,
berhubungan Kriteria misal; sputum masukan makanan klien
dengan hasil: banyak,  Bunyi usus mungkin
intake in  Napsu pengobatan
menurunkan/tidak ada bila proses
adekuat makan aeroso, dispnea
(anoreksia) baik berat dan nyeri. infeksi berat/memanjang. Distensi

14
 Porsi  Pemberian abdomen terjadi akib at menelan
makan makanan lunak, udara atau menunnukan pengaruh
yang bila ssakit atau
toksin pada saluran gastrointestinal.
dihidangk sulit menelan
an diberi makan cair  Menghilangkan tanda bahaya, rasa
dihabiska (sayur-sayuran, bau dari lingkungan klien dan dapat
n buah-buahan
menurunkan mual.
untuk membantu
peristaltik usus)  Menurunkan efek mual yang
 Auskultasi bunyi berhubungan dengan pengobatan ini.
usus
 Ada kondisi kronis atau ketebatasan
observasi/palpasi
dispnea abdomen keuangan dapat menimbulan nutrisi,
 Berikan wadah rendahnya tahan terhadap infeksi dan
tertutup untul atau klambatnya respon terhadap
sputum dan
buang sesering terapi.
mungkin ,
berikan dan bantu
kebersihan mulut
setelah muntah
 Jadwalkan
pengobatan
sedikitnya 1 jam
sebelum makan.
 Evaluasi status
nutrisi, umur,
ukuran berat
badan.
.

15
IMPLEMENTASI KEPERAWATAN

No Diagnosa Keperawatan Implementasi Keperawatan


.

1. Pola nafas tidak efektif b/d edema - Mengobservasi tanda - tanda vital.
laring dan penumpukan sekret. - Memposisikan pasien semi fowler.
- Menganjurkan pasien agar tidak terlalu banyak
bergerak.
- Mengajarkan pasien untuk melakukan batuk
efektif
- Mengkolaborasi dengan tim medis lain, dalam
pemberian terapi Oxygen

2. Ketidak seimbangan nutrisi kurang - Memonitor intake kalori dan kualitas konsumsi
dari kebutuhan tubuh b/d anoreksia makanan.
- Memberikan porsi kecil dan makanan
lunak/lembek.
- Memberikan makan sesuai dengan selera.
- Menimbang BB tiap hari

3. Nyeri akut b/d proses inflamasi - Melakukan pengkajian nyeri secara menyeluruh
meliputi lokasi, durasi, frekuensi, kualitas,
keparahan nyari dan factor pencetus nyeri
- Mengobservasi ketidaknyamanan non verbal
- Mengajarkan untuk menggunakan teknik non
farmakologi misal relaksasi, guided imageri,
terapi musik dan distraksi
- Mengendalikan factor lingkungan yang dapat
mempengaruhi respon pasien terhadap
ketidaknyamanan misal suhu, lingkungan,
cahaya, kegaduhan.
- Mengkolaborasi: pemberian analgetik sesuai
indikasi

EVALUASI

Setelah dilaukan implementasi maka :

1. Pola nafas klien kembali normal dan klien tidak mengalami dypnea lagi
2. Nyeri yang dialami klien dapat berkurang dan juga bisa hilang
3. Nutrisi klien dapat terpenuhi dan berat badan dapat bertambah

16
DAFTAR PUSTAKA

Nuraarif, Huda, Amin. Hardi, Kusuma. (2015). NANDA NIC-NOC. Jogjakarta: Jilid 1
https://www.slideshare.net/septianraha/pengkajian-perawatan-anak-difteri
https://health.detik.com/berita-detikhealth/d-4906408/difteri--definisi-gejala-penyebab-
dan-cara-pengobatannya
https://dspace.uii.ac.id/bitstream/handle/123456789/8447/BAB%20II%20TINJAUAN
%20PUSTAKA.pdf?sequence=8&isAllowed=y
https://id.wikipedia.org/wiki/Difteri

17

Anda mungkin juga menyukai