ISOLASI SOSIAL
Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Tugas Mata Kuliah Keperawatan Jiwa
pada Semester Genap
Dosen Pembimbing: Nia Restiana, M.Kep.Ns.Sp.Kep. J
Disusun Oleh:
NPM: E1914401023
TK2A/D3 Keperawatan
2021
KATA PENGANTAR
Assalamualaikum warahmatullahi wabarakatuh
Bismillahirahmanirrahim, Dengan menyebut nama Allah SWT yang Maha
pengasih lagi maha penyayang, kami panjatkan puja dan puji syukur atas kehadirat-
Nya yang telah melimpahkan rahmat, hidayah dan inayah-nya kepada kami,
sehingga kami dapat menyelesaikan Laporan Pendahuluan tentang “Isolasi Sosial”.
Laporan pendahuluan ini telah kami susun dengan maksimal dan
mendapatkan bantuan dari berbagai pihak sehingga dapat memperlancar pembuatan
laporan pendahuluan ini. Untuk itu kami menyampaikan banyak terimakasih
kepada semua pihak yang telah berkontribusi dalam pembuatan laporan
pendahuluan ini.
Terlepas dari semua itu, kami menyadari sepenuhnya bahwa masih ada
kekurangan baik dari segi susunan kalimat maupun tata bahasanya. Oleh karena itu
dengan tangan terbuka kami menerima segala saran dan kritik dari pembaca agar
kami dapat memeperbaiki laporan pendahuluan ini.
Wassalamualaikum warahmatullahi wabarakatuh
Penyusun
ii
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR..................................................................................................... ii
DAFTAR ISI ................................................................................................................. iii
I. DEFINISI................................................................................................................4
II. FAKTOR PREDISPOSISI ......................................................................................4
III. FAKTOR PRESIPITASI .....................................................................................7
IV. PENILAIAN STRESSOR....................................................................................9
V. SUMBER KOPING .............................................................................................. 10
VI. MEKANISME KOPING ................................................................................... 10
VII. RENTANG RESPON ........................................................................................ 11
VIII. PERENCANAAN ............................................................................................. 14
DAFTAR PUSTAKA ................................................................................................... 19
iii
ISOLASI SOSIAL
I. DEFINISI
Isolasi sosial adalah keadaan dimana individu mengalami penurunan atau bahkan
sama sekali tidak mampu berinteraksi dengan orang lain disekitarnya. Klien mungkin merasa
ditolak, tidak diterima, kesepian, dan tidak mampu membina hubungan yang berarti dengan
orang lain (Keliat & Akemat, 2013).
Menururt Dalami (2009) Isolasi sosial adalah gangguan dalam berhubungan yang
merupakan mekanisme individu terhadap sesuatu yang mengancam dirinya dengan cara
menghindari interaksi dengan orang lain dan lingkungan. Isolasi sosial adalah suatu keadaan
kesepian yang dialami oleh seseorang karena orang lain menyatakan sikap yang negatif dan
mengancam, atau suatu keadaan dimana seseorang individu mengalami penurunan bahkan
sama sekali tidak mampu berinteraksi dengan orang lain disekitarnya, pasien mungkin merasa
ditolak, tidak diterima, kesepian, dan tidak mampu membina hubungan yang berarti dan tidak
mampu membina hubungan yang berarti dengan orang lain (Keliat & Akemat, 2006).
Menurut Keliat (2007), Kurangnya perawatan diri pada gangguan jiwa terjadi akibat
adanya proses pikir sehingga kemampuan untuk melakukan aktivitas perawatan diri menurun.
Defisit perawatan diri tampak dari ketidakmampuan merawat kebersihan diri, makan sendiri,
berhias secara mandiri dan eliminasi / toileting secara mandiri.
Menurut Aziza (2011) faktor predisposisi adalah faktor resiko yang mempengaruhi
jenis dan jumlah sumber yang dapat dibangkitkan oleh individu untuk mengatasi stress (faktor
pencentus/penyebab utama timbulnya gangguan jiwa). Penyebab isolasi sosial adalah harga
diri rendah yairu perasaan negative terhadap diri sendiri, hilang kepercayaan diri merasa
gagal mencapai keinginan yang ditandai dengan adanya perasaan malu terhadap diri sendiri,
rasa bersalah terhadap diri sendiri, gangguan hubungan sosial, merendahkan martabat,
percaya diri kurang dan juga dapat mencederai diri (Direja, 2011).
Menurut Direja (2011) Ada berbagai faktor yang menjadi pendukung terjadinya
perilaku isolasi sosial:
1. Faktor Perkembangan
4
Tiap gangguan dalam pencapaian tugas perkembangan dari masa bayi sampai
dewasa tua akan menjadi pencentus seseorang sehingga mempunyai masalah respon sosial
menarik diri. Sistem keluarga yang terganggu juga dapat mempengaruhi terjadinya menarik
diri. Organisasi anggota keluarga bekerja sama dengan tenaga profesional untuk
mengembangkan gambaran yang lebih tepat tentang hubungan antara kelainan jiwa dan stres
keluarga. Pendekatan kolaboratif dapat mengurangi masalah respon sosial menarik diri.
a. Masa Bayi
b. Masa Kanak-kanak
5
hubungan individu dengan kelompok maupun teman lebih berarti daripada
hubungannya dengan orang tua. Konflik akan terjadi apabila remaja tidak dapat
mempertahankan keseimbangan hubungan tersebut, yang seringkali menimbulkan
tergantung pada remaja.
2. Faktor Biologik
3. Faktor Sosiokultural
6
yang berbeda dari yang dimiliki budaya mayoritas. Harapan yang tidak realistis terhadap
hubungan merupakan faktor lain yang berkaitan dengan gangguan ini (Sujono, 2009).
a. Sikap bermusuhan.
b. Sikap mengancam, merendahkan dan menjelek-jelekkan anak.
c. Selalu mengkritik, menyalahkan, anak tidak diberi kesempatan untuk
mengungkapkan pendapatnya.
d. Kurang kehangatan, kurang memperhatikan ketertarikan pada
pembicaraan anak, hubungan yang kaku antara keluarga, kurang tegur
sapa, komunikasi kurang terbuka.
e. Ekspresi emosi yang tinggi.
f. Double bind (dua pesan yang bertentangan disampaikan saat
bersamaan yang membuat dan kecemasannya meningkat).
5. Faktor Sosial Budaya
Stresor presipitasi terjadinya isolasi sosial dapat ditimbulkan oleh faktor internal
maupun eksternal, meliputi:
2. Stressor psikologis
7
Tingkat kecemasan yang berat akan menyebabkan menurunnya kemampuan
individu untuk berhubungan dengan orang lain. (Damaiyanti, 2012: 79).
Menurut Aziza (2011) stressor presipitasi adalah stimulus yang dipersepsikan oleh
individu sebagai tantangan, ancaman atau tuntutan dan memerlukan energi ekstra untuk
mengatasinya (faktor yang memperberat atau memperparah terjadinya gangguan jiwa).
Ada beberapa faktor presipitasi yang dapat menyebabkan seseorang menarik diri.
Faktor-faktor tersebut dapat berasal dari berbagai stressor antara lain:
1. Stressor Sosiokultural
2. Stressor Psikologik
3. Stressor Intelektual
a. Kurangnya pemahaman diri dalam ketidakmampuan untuk berbagai
pikiran dan perasaan yang menggangu pengembangan hubungan
dengan orang lain.
b. Klien dengan “kegagalan” adalah orang yang kesepian dan kesulitan
dalam menghadapi hidup. Mereka juga akan sulitt berkomunikasi
dengan orang lain.
c. Ketidakmampuan seseorang mambangun kepercayaan dengan orang
lain akan persepsi yang menyimpang dan akan berakibat pada
gangguan berhubungan dengan orang lain.
4. Stressor Fisik
a. Kehidupan bayi atau keguguran dapat menyebabkan seseorang
menarik diri dari orang lain.
8
b. Penyakit kronik dapat menyebabkan seseorang minder atau malu
sehingga mengakibatkan menarik diri dari orang lain.
Menurut Purba, dkk. (2008) tanda dan gejala isolasi sosial yang dapat ditemukan
dengan wawancara adalah :
Penilaian terhadap stressor individu sangat penting dalam hal ini. Rasa sedih karena
suatu kehilangan atau beberapa kehilangan dapat sangat besar sehingga individu tidak mau
memnghadapi kehilangan dimasa depan, bukan mengambil resiko mengalami lebih banyak
kesedihan. Respon ini lebih mungkin terjadi jika individu mengalami kesulitan dalam tugas
perkembangan yang berkaitan dengan hubungan (Stuart, 2007:280).
Ds:
Do:
1. Menjawab pertanyaan dengan singkat, yaitu “ya” atau “tidak” dengan pelan
2. Respon verbal kurang dan sangat singkat atau tidak ada
3. Berpikir tentang sesuatu menurut pikirannya sendiri
4. Menyendiri dalam ruangan, sering melamun
9
5. Mondar-mandir atau sikap mematung atau melakukan gerakan secara
berulang- ulang
6. Apatis (kurang acuh terhadap lingkungan)
7. Ekspresi wajah tidak berseri
8. Tidak merawat diri dan tidak memperhatikan kebersihan diri
9. Kontak mata kurang atau tidak ada dan sering menunduk
10. Tidak atau kurang sadar terhadap lingkungan sekitarnya (Trimelia, 2011: 15)
V. SUMBER KOPING
10
Mekanisme koping yang muncul yaitu:
1. Perilaku curiga : regresi, represi
2. Perilaku dependen: regresi
3. Perilaku manipulatif: regresi, represi
4. Isolasi/menarik diri: regresi, represi, isolasi (Prabowo, 2014:113)
Berdasarkan buku keperawatan jiwa dari Stuart (2006) menyatakan bahwa manusia
adalah makhluk sosial, untuk mencapai kepuasan dalam kehidupan, mereka harus membina
hubungan interpersonal yang positif. Individu juga harus membina saling tergantung yang
merupakan keseimbangan antara ketergantungan dan kemandirian dalam suatu hubungan.
Respon adaptif adalah respon yang diterima oleh norma-norma sosial dan
kebudayan yang berlaku dimana invidu tersebut mneyelesaikan masalahnya masih dalam
batas normal. Sedangkan respon maladaptif adalah respon yang dilakukan individu dalam
menyelesaikan masalahnya yang sudah menyamping dari normanorma sosial dan
kebudayaan suatu tempat perilaku yang berhubungan dengan respon sosial maladaptif, adalah
manipulasi, impulsive, dan narkisme.
Interdependen
11
1. Menyendiri (Solitude)
2. Otonomi
3. Kebersamaan (Mutualisme)
5. Kesepian
6. Isolasi Sosial
7. Ketergantungan
Dependen terjadi bila seseorang gagal mengembangkan rasa percaya diri atau
kemampuannya untuk berfungsi secara sukses. Pada gangguan hubungan sosial jenis ini
orang lain diperlakukan sebagai objek, hubungan terpusat pada masalah pengendalian orang
lain, dan individu cenderung berorientasi pada diri sendiri atau tujuan, bukan pada orang lain.
8. Manipulasi
12
Merupakan gangguan hubungan sosial yang terdapat pada individu yang
menganggap orang lain sebagai objek. Individu tersebut tidak dapat membina hubungan
sosial secara mendalam.
9. Impulsif
10. Narkisisme
Pada invididu narsisme terdapat harga diri yang rapuh, secara terus menerus
berusaha mendapatkan penghargaan dan pujian, sikap egosentrik, pencemburu, marah jika
orang lain tidak mendukung.
13
VIII. PERENCANAAN
(SLKI) (SIKI)
14
Anjurkan ikut serta kegiatan sosial dan
kemasyarakatan
Anjurkan berbagi pengalaman dengan orang lain
Anjurkan meningkatkan kejujuran diri dan
menghormati hak orang lain
Latih mengekspresikan marah dengan tepat
Terapeutik
Edukasi
Kolaborasi
Stuart and Sundeen, “ Buku Saku Keperawatan Kesehatan Jiwa “, alih bahasa Hapid
AYS, Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran EGC.
Stuart. (2006). Buku Saku Keperawatan Jiwa Edisi 5. Jakarta: Salemba Medika.
Stuart, G.W. (2007). Buku Saku Keperawatan Jiwa. Spsychiatric Mental Health
Nursing. 2008. Jakarta: EGC.
Yosep & Sutini (2014). Buku Ajar Keperawatan Jiwa. Bandung: Refika Aditama.
Tim pokja SLKI DPP PPNI (2018), Standar Luaran Keperawatan Indonesia
(SDKI). Edisi 1 Jakarta.
Tim pokja SIKI DPP PPNI (2018), Standar Intervensi Keperawatan Indonesia
(SDKI). Edisi 1 Jakarta.
https://www.academia.edu/13410915/LP_ISOLASI_SOSIAL#:~:text=LP%20IS
OLASI%20SOSIAL.%20A.%20DEFINISI%20%20%EF%82%B7%20Is
olasi,sekali%20tidak%20mampu%20berinteraksi%20dengan%20orang%
20lain%20disekitarnya. Di unduh pada april 2021
19