DIRI (DPD)
Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Tugas Mata Kuliah Keperawatan Jiwa
pada Semester Genap
Disusun Oleh:
ERNA SARIPAH
E1914401024
2021
LAPORAN PENDAHULUAN
1. Pengertian
2. Faktor Predisposisi
3. Faktor Presifitasi
Faktor presipitasi yang dapat menimbulkan Defisit perawatan diri adalah
penurunan motivasi, kerusakan kognitif atau persepsi, cemas, lelah, yang
di alami individu sehingga menyebabkan individu kurang mampu
melakukan perawatan diri.Sedangkan menurut Potter dan Perry (di dalam
buku Sutejo 2016), terdapat faktor-faktor yang mempengaruhi personal
hygiene yaitu:
1) Citra tubuh
Gambaran individu terhadap dirinya sangat mempengaruhi
kebersiahan diri. Perubaha fisik akibat operasi bedah, misalnya, dapat
memicu individu untuk tidak peduli terhadap kebersihannya.
2) Status sosial ekonomi
Sumber penghasilan atau sumber ekonomi mempengaruhi jenis dan
tingkat praktik keperawatan diri yang dilakukan. Perawat harus
menentukan apakah pasien dapat mencukupi perlengkapan
keperawatan diri yang penting seperti, sabun, pasta gigi, sikat gigi,
sampo. Selain itu, hal yang perlu diperhatikan adalah apakah
penggunaan perlengkapan tersebut sesuai dengan kebiasaan sosial
yang diperaktikan oleh kelompok sosial pasien.
3) Pengetahuan
Pengetahuan tentang perawatan diri sangat penting karena pengetahuan
yang baik dapat meningkatkan kesehatan. Kurangnya pengetahuan
tentang pentingnya perawatan diri dan implikasinya bagi kesehatan
dapat mempengaruhi praktik keperawatan diri.
4) Variabel kebudayaan
Kepercayaan akan nilai kebudayaan dan nilai diri mempengaruhi
perawatan diri. Orang dari latar belakang kebudayaan yang berbeda
mengikuti praktik keperawatan yang berbeda pula.
5) Kondisi fisik
Pada keadaan tertentu atau sakit kemampuan untuk merawat diri
berkurang dan memperlukan bantuan. Biasanya Pasien dengan
keadaan fisik yang tidak sehat lebih memilih untuk tidak melakukan
perawatan diri.
Macam-macam respon Defisit perawatan diri:
1) Pola perawatan diri seimbang : saat Pasien mendapatkan stresor dan
mampu untuk berprilaku adaptif, maka pola perawatan yang dilakukan
Pasien seimbang, Pasien masih melakukan perawatan diri
2) Kadang perawatan diri kadang tidak: saat Pasien mendapatkan stresor
kadang-kadang Pasien tidak memperhatikan perawatan diri nya
4. Penilaian Stresor
Penilaian terhadap stressor individu sangat penting dalam hal ini. Rasa
sedih karena suatu kehilangan atau beberapa kehilangan dapat sangat besar
sehingga individu tidak mau memnghadapi kehilangan dimasa depan,
bukan mengambil resiko mengalami lebih banyak kesedihan. Respon ini
lebih mungkin terjadi jika individu mengalami kesulitan dalam tugas
perkembangan yang berkaitan dengan hubungan (Stuart, 2007: 280).
5. Sumber Koping
Stuart (2016) menjelaskan gangguan jiwa adalah penyakit menakutkan dan
sangat menjengkelkan yang membutuhkan penyesuaian oleh pasien dan
keluarga. Sumber daya keluarga, seperti pemahaman orang tua tentang
penyakit, ketersediaan keuangan, ketersediaan waktu dan tenaga, dan
kemampuan untuk memberikan dukungan yang berkelanjutan,
memengaruhi jalan nya penyesuaian setelah gangguan jiwa terjadi. Proses
penyesuaian setelah gangguan jiwa terjadi terdiri dari 4 tahap dan dapat
berlangsung mungkin selama 3 sampai 6 tahun:
1) Disonansi kognitif
Disonansi kognitif melibatkan pencapaian keberhasilan farmakologi
untuk menurunkan gejala dan menstabilkan gangguan jiwa aktif
dengan memilih kenyataan dari ketidaknyataan setelah episode
pertama.
2) Pencapaian wawasan
Permulaan wawasan terjadi dengan kemampuan melakukan
pemeriksaan terhadap kenyataan yang dapat dipercaya.
3) Kognitif yang konstan
Kogniktif konstan termasuk melanjutkan hubungan interpersonal yang
normal dan kembali terlibat dalam kegiatan yang sesuai dengan usia
yang berkaitan dengan sekolah dan bekerja.
4) Bergerak menuju prestasi kerja atau tujuan pendidikan
Tahap ini termasuk kemampuan untuk secara konsisten terlibat dalam
kegiatan harian yang sesuai dengan usia hidup yang merefleksikan
tujuan sebelum gangguan jiwa.
6. Mekanisme Koping
Mekanisme koping mempengaruhi respon individu dalam menanggapi
stressor meliputi status sosialekonomi, keluarga, jaringan interpersonal,
organisasi yang dinaungi oleh lingkungan sosial yang lebih luas, juga
menggunakan kreativitas untuk mengekspresikan stress interpersonal
seperti kesenian, musik, atau tulisan (Stuart and Sundeen, 1998 dalam Lili
Kadir, 2018).
7. Rentang Respon
Adaptif Maladaptif
8. Perencanaan
SLKI SIKI
Setelah dilakukan keperawatan selama Dukungan Perawatan Diri (SIKI, I.11348)
..x.. jam, maka Perawatan Diri (L.11103) Observasi
meningkat dengan kriteria hasil : - Identifikasi kebiasaan aktivitas perawatan
Kemampuan mandi 5, kemampuan diri sesuai usia
mengenakan pakaian 5, kemampuan - Monitor tingkat kemandirian
makan 5, kemampuan ke toilet - Identifikasi kebutuhannalat bantu
(BAK/BAB) 5, verbalisasi keinginan kebersihan diri, berpakaian, berhias, dan
melakukan perawatan diri 5, minat makan
melakukan perawatan diri 5, Terapeutik
mempertahankan kebersihan diri 5, - Sediakan lingkungan yang terapeutik (mis.
mempertahankan kebersihan mulut 5. suasana hangat, rileks, privasi)
- Siapkan keperluan pribadi (mis. parfum,
sikat gigi, dan sabun mandi)
- Damping dalam melakukan perawatan diri
sampai mandiri
- Fasilitasi untuk menerima keadaan
ketergantungan
- Fasilitasi lemandirian, bantu jika mampu
melakukan perawatan diri
- Jadwalkan rutinitas perawatan diri
Edukasi
- Anjurkan melakukan perawatan diri secara
konsisten sesuai kemampuan
Dukungan Perawatan Diri : BAB/BAK
(SIKI, I.11349)
Observasi
Identifikasi kebiasaan BAK/BAB sesuai
usia
Monitor integritas kulit pasien
Teurapetik
Buka pakaian yang diperlukan untuk
memudaahkan elimiasi
Dukung pengurangan toiliet/ urinal
secara konsisten
Jaga privasi selama eliminasi
Ganti pakaian pasien setalah eliminasi,
jika perlu
Bersihkan alat bantu BAK/BAB setelah
digunakan
Latih BAB/BAK sesuai jadwal, jika
perlu
Sediakan alat bantu (mis, kateter
eksternal,urinal ) jika pelu
Edukasi
Anjurkan BAB/BAK secara rutin
Anjurkan ke kamar mandi/toilet
Dukungan Perawatan Diri : berpakaian
(SIKI, I.11350)
Observasi
Identifikasi usia dan budaya dalam
membantu berpakaian / berhias
Teurapeutik
Sediakan pakaian pada tempat yang
mudah dijangkau
Sediakan pakaian pribadi, sesuai
kebutuhan
Fasilitasi mengenakan paikaian , jika
perlu
Fasilitasi berhias (mis, menyisir rambut,
merapikan kumis )
Jaga privasi selama berpakaian
Tawarkan untuk laundry , jika perlu
Berikan pujian terhadap kemampuan
berpakain secara mandiri
Edukasi
Informasikan pakaian yang tersedia
untuk dipilih, jika perlu
Ajarkan mengnakan pakaian , jika perlu
DAFTAR PUSTAKA
Damaiyanti Mukhripah,dkk. 2012. Asuhan Keperawatan Jiwa.Bandung: PT
Refika Aditama
Fitria Nita. 2009. Prinsip Dasar dan Aplikasi Penulisan Laporan Pendahuluan
Dan Srategi Pelaksanaan Tindakan Keperawatan (LP dan SP). Jakarta: Salemba
Medika.
Yusuf, Ah, Rizky Fitryasari PK dan Hanik Endang Nihayati. (2015). Buku Ajar
Keperawatan Jiwa. Jakarta: Salemba Medika
Tim pokja SLKI DPP PPNI (2018), Standar Luaran Keperawatan Indonesia
(SDKI). Edisi 1 Jakarta.
Tim pokja SIKI DPP PPNI (2018), Standar Intervensi Keperawatan Indonesia
(SDKI). Edisi 1 Jakarta