Anda di halaman 1dari 12

LAPORAN PENDAHULUAN

(DPD) DEFISIT PERAWATAN DIRI

Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Tugas Mata Kuliah Keperawatan Jiwa
pada Semester Genap
Dosen Pembimbing: Nia Restiana, M.Kep.Ns.Sp.Kep. J

Disusun Oleh:

Nanda Tiara Agustin

NPM: E1914401023

TK2A/D3 Keperawatan

PROGAM STUDI DIII KEPERAWATAN

FAKULTAS ILMU KESEHATAN

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH TASIKMALAYA

2021
KATA PENGANTAR
Assalamualaikum warahmatullahi wabarakatuh
Bismillahirahmanirrahim, Dengan menyebut nama Allah SWT yang Maha
pengasih lagi maha penyayang, kami panjatkan puja dan puji syukur atas kehadirat-
Nya yang telah melimpahkan rahmat, hidayah dan inayah-nya kepada kami,
sehingga kami dapat menyelesaikan Laporan Pendahuluan tentang “Defisit
Perawatan Diri”.
Laporan pendahuluan ini telah kami susun dengan maksimal dan
mendapatkan bantuan dari berbagai pihak sehingga dapat memperlancar pembuatan
laporan pendahuluan ini. Untuk itu kami menyampaikan banyak terimakasih
kepada semua pihak yang telah berkontribusi dalam pembuatan laporan
pendahuluan ini.
Terlepas dari semua itu, kami menyadari sepenuhnya bahwa masih ada
kekurangan baik dari segi susunan kalimat maupun tata bahasanya. Oleh karena itu
dengan tangan terbuka kami menerima segala saran dan kritik dari pembaca agar
kami dapat memeperbaiki laporan pendahuluan ini.
Wassalamualaikum warahmatullahi wabarakatuh

Tasikmalaya, April 2021

Penyusun

ii
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR..................................................................................................... ii
DAFTAR ISI ................................................................................................................. iii
I. DEFINISI................................................................................................................4
II. FAKTOR PREDISPOSISI ......................................................................................4
III. FAKTOR PRESIPITASI .....................................................................................5
IV. PENILAIAN STRESSOR....................................................................................6
V. SUMBER KOPING ................................................................................................6
VI. MEKANISME KOPING .....................................................................................7
VII. RENTANG RESPON ..........................................................................................7
VIII. PERENCANAAN ...............................................................................................8
DAFTAR PUSTAKA ................................................................................................... 12

iii
DEFISIT PERAWATAN DIRI

(DPD)

I. DEFINISI

Orang yang mengalai kelainan dalam kemampuan untuk melakukan


atau menyelesaikan aktivitas kehidupan sehari hari secara mandiri disebut
defisit perawatan diri. Tidak ada keinginan untuk mandi secara teratur, tidak
menyisir rambut, pakaian kotor, bau badan, bau napas, dan penampilan tidak
rapi. Defisit perawatan diri merupakan salah satu masalah timbul pada
pasien gangguan jiwa. Pasien gangguan iwa kronis sering mengalami
ketidakpedulian merawat diri. Keadaan ini merupakan gejala perilaku
negatif dan menyebabkan pasien dikucilkan baik dalam keluarga maupun
masyarakat (Yusuf, Rizky & Hanik, 2015: 154)

Menurut Keliat (2007), Kurangnya perawatan diri pada gangguan jiwa


terjadi akibat adanya proses pikir sehingga kemampuan untuk melakukan
aktivitas perawatan diri menurun. Defisit perawatan diri tampak dari
ketidakmampuan merawat kebersihan diri, makan sendiri, berhias secara
mandiri dan eliminasi / toileting secara mandiri.

II. FAKTOR PREDISPOSISI

1. Faktor Biologis, beberapa penyakit kronis dapat


menyebabkan Klien tidak mampu melakukan perawatan diri secara mandiri.
2. Perkembangan. Dalam perkembangan, keluarga yang terlalu
melindungi dan memanjakan klien dapat menimbulkan perkembangan inisiatif
dan keterampilan.
3. Faktor Sosial, kurang dukungan serta latihan kemampuan
dari lingkungannya, menyebabkan klien merasa mempengaruhi latihan
kemampuan dalam perawatan diri.
4.

4
5

5. Kemampuan realitas yang menurun. Klien dengan gangguan


jiwa mempunyai kemampuan realitas yang kurang, sehingga menyebabkan
ketidak pedulian dirinya terhadap lingkungan termasuk perawatan diri.

III. FAKTOR PRESIPITASI

Menurut Potter dan Perry (di dalam buku Sutejo 2016) faktor
presipitasi yang dapat menimbulkan defisit perawatan diri adalah penurunan
motivasi, kerusakan kognitif atau persepsi, cemas, lelah, yang di alami individu
sehingga menyebabkan individu kurang mampu melakukan perawatan diri.
Terdapat faktor-faktor yang mempengaruhi personal hygiene yaitu:

1. Pengetahuan
Pengetahuan tentang perawatan diri sangat penting karena
pengetahuan yang baik dapat meningkatkan kesehatan. Kurangnya
pengetahuan tentang pentingnya perawatan diri dan implikasinya bagi
kesehatan dapat mempengaruhi praktik keperawatan diri.
2. Citra tubuh
Gambaran individu terhadap dirinya sangat mempengaruhi
kebersiahan diri. Perubaha fisik akibat operasi bedah, misalnya, dapat memicu
individu untuk tidak peduli terhadap kebersihannya.
3. Status sosial ekonomi
Ekonomi mempengaruhi jenis dan tingkat praktik keperawatan
diri yang dilakukan. Perawat harus menentukan apakah pasien dapat
mencukupi perlengkapan keperawatan diri yang penting seperti, sabun, pasta
gigi, sikat gigi, sampo. Selain itu, hal yang perlu diperhatikan adalah apakah
penggunaan perlengkapan tersebut sesuai dengan kebiasaan sosial yang
diperaktikan oleh kelompok sosial pasien.
4. Variabel kebudayaan
Nilai kebudayaan dan nilai diri mempengaruhi perawatan diri.
Orang dari latar belakang kebudayaan yang berbeda mengikuti praktik
keperawatan yang berbeda pula.
5. Kondisi fisik
6

Pada keadaan tertentu atau sakit kemampuan untuk merawat diri


berkurang dan memperlukan bantuan. Biasanya Pasien dengan keadaan fisik
yang tidak sehat lebih memilih untuk tidak melakukan perawatan diri.
Macam-macam respon Defisit perawatan diri:
1) Pola perawatan diri seimbang: saat Pasien
mendapatkan stresor dan mampu untuk berprilaku adaptif, maka
pola perawatan yang dilakukan Pasien seimbang, Pasien masih
melakukan perawatan diri
2) Kadang perawatan diri kadang tidak: saat Pasien
mendapatkan stresor kadang-kadang Pasien tidak memperhatikan
perawatan diri nya
3) Tidak melakukan perawatan diri: Pasien mengatakan
dia tidak peduli dan tidak bisa melakukan perawatan saat stresor

IV. PENILAIAN STRESSOR

Menurut Stuart, (2007: 280) rasa sedih karena suatu kehilangan atau
beberapa kehilangan dapat sangat besar sehingga individu tidak mau
memnghadapi kehilangan dimasa depan, bukan mengambil resiko mengalami
lebih banyak kesedihan. Respon ini lebih mungkin terjadi jika individu
mengalami kesulitan dalam tugas perkembangan yang berkaitan dengan
hubungan.

V. SUMBER KOPING

Gangguan jiwa adalah penyakit menakutkan dan sangat menjengkelkan


yang membutuhkan penyesuaian oleh pasien dan keluarga. Sumber daya
keluarga, seperti pemahaman orang tua tentang penyakit, ketersediaan
keuangan, ketersediaan waktu dan tenaga, dan kemampuan untuk memberikan
dukungan yang berkelanjutan, memengaruhi jalan nya penyesuaian setelah
gangguan jiwa terjadi. Proses penyesuaian setelah gangguan jiwa terjadi terdiri
dari 4 tahap dan dapat berlangsung mungkin selama 3 sampai 6 tahun (Stuart,
2007).
7

1. Disonansi kognitif melibatkan pencapaian keberhasilan


farmakologi untuk menurunkan gejala dan menstabilkan gangguan jiwa aktif
dengan memilih kenyataan dari ketidaknyataan setelah episode pertama.
2. Permulaan wawasan terjadi dengan kemampuan melakukan
pemeriksaan terhadap kenyataan yang dapat dipercaya.
3. Kogniktif konstan termasuk melanjutkan hubungan
interpersonal yang normal dan kembali terlibat dalam kegiatan yang sesuai
dengan usia yang berkaitan dengan sekolah dan bekerja.
4. Bergerak menuju prestasi kerja atau tujuan pendidikan.
Tahap ini termasuk kemampuan untuk secara konsisten terlibat dalam
kegiatan harian yang sesuai dengan usia hidup yang merefleksikan tujuan
sebelum gangguan jiwa.

VI. MEKANISME KOPING

Menurut Stuart dan Sundeen, (2018) mekanisme koping mempengaruhi


respon individu dalam menanggapi stressor meliputi status sosialekonomi,
keluarga, jaringan interpersonal, organisasi yang dinaungi oleh lingkungan
sosial yang lebih luas, juga menggunakan kreativitas untuk mengekspresikan
stress interpersonal seperti kesenian, musik, atau tulisan.

VII. RENTANG RESPON

Adaptif Maladaptif

Pola Kadang tidak


perawatan perawatan diri melakukan
diri seimbang tidak seimbang
perawatan diri

Keterangan :
8

1. Pola perawatan diri seimbang: saat klien mendapatkan


stresor dan mampu untuk berperilaku adaptif, maka pola perawatan yang
dilakukan klien seimbang, klien masih melakukan perawatan diri.
2. Kadang perawatan diri kadang tidak: saat klien
mendapatkan stresor kadang kadang klien tidak memperhatikan perawatan
dirinya.
3. Tidak melakukan perawatan diri: klien mengatakan dia tidak
peduli dan tidak bisa melakukan perawatan saat stresor.

VIII. PERENCANAAN

SLKI SIKI
Setelah dilakukan Dukungan Perawatan Diri (SIKI, I.11348)
keperawatan selama ..x.. Observasi
jam, maka Perawatan Diri - Identifikasi kebiasaan aktivitas perawatan diri
(L.11103) meningkat sesuai usia
dengan kriteria hasil : - Monitor tingkat kemandirian
Kemampuan mandi 5, - Identifikasi kebutuhannalat bantu kebersihan
kemampuan mengenakan diri, berpakaian, berhias, dan makan
pakaian 5, kemampuan Terapeutik
makan 5, kemampuan ke - Sediakan lingkungan yang terapeutik (mis.
toilet (BAK/BAB) 5, suasana hangat, rileks, privasi)
verbalisasi keinginan - Siapkan keperluan pribadi (mis. parfum, sikat
melakukan perawatan diri gigi, dan sabun mandi)
5, minat melakukan - Damping dalam melakukan perawatan diri
perawatan diri 5, sampai mandiri
mempertahankan - Fasilitasi untuk menerima keadaan
kebersihan diri 5, ketergantungan
mempertahankan - Fasilitasi lemandirian, bantu jika mampu
kebersihan mulut 5. melakukan perawatan diri
- Jadwalkan rutinitas perawatan diri
Edukasi
- Anjurkan melakukan perawatan diri secara
konsisten sesuai kemampuan
Dukungan Perawatan Diri : BAB/BAK (SIKI,
I.11349)
9

Observasi
 Identifikasi kebiasaan BAK/BAB sesuai usia
 Monitor integritas kulit pasien
Teurapetik
 Buka pakaian yang diperlukan untuk
memudaahkan elimiasi
 Dukung pengurangan toiliet/ urinal secara
konsisten
 Jaga privasi selama eliminasi
 Ganti pakaian pasien setalah eliminasi, jika
perlu
 Bersihkan alat bantu BAK/BAB setelah
digunakan
 Latih BAB/BAK sesuai jadwal, jika perlu
 Sediakan alat bantu (mis, kateter
eksternal,urinal ) jika pelu
Edukasi
 Anjurkan BAB/BAK secara rutin
 Anjurkan ke kamar mandi/toilet
Dukungan Perawatan Diri : berpakaian (SIKI,
I.11350)
Observasi
 Identifikasi usia dan budaya dalam
membantu berpakaian / berhias
Teurapeutik
 Sediakan pakaian pada tempat yang mudah
dijangkau
 Sediakan pakaian pribadi, sesuai kebutuhan
 Fasilitasi mengenakan paikaian , jika perlu
 Fasilitasi berhias (mis, menyisir rambut,
merapikan kumis )
 Jaga privasi selama berpakaian
 Tawarkan untuk laundry , jika perlu
 Berikan pujian terhadap kemampuan
berpakain secara mandiri
Edukasi
 Informasikan pakaian yang tersedia untuk
dipilih, jika perlu
10

 Ajarkan mengnakan pakaian , jika perlu

Dukungan Perawatan Diri :Makan/Minum (SIKI,


I.11351)
Observasi
 Identifikasi diet yang dianjurkan
 Monitor kemampuan menelan
 Monitor status hidrasi pasien, jika perlu
Teurapetik
 Ciptakan lingkungan yang menyenangkan
selama makan
 Atur posisi yang nyaman untuk makan
/minum
 Lakukan oral hygne sebelum makan
 Letakan maknan dsisi mata yang sehat
 Sediakan sedotan untuk minum , sesuai
kebutuhan
 Siapakan makanan dengan suhu yang
meningkatkan nafsu makan
 Sediakan maknan dan minuman yang disukai
 Berikan bantuan saat makan/minum sesuai
tingkat kemandirian , jika perlu
 Motivasi untuk makan diruang makan , jika
tersedia
Edukasi
 Jelaskan posisi maknan pada pasien yang
mnegalami gangguan penglihatan
menggunakan arah jarum jam (mis, sayur di
jam 12, rendang di jam 3)
Kolaborasi
 Kolabirasi pemberian obat (mis,
anagetik,antiemetic) sesuai indikasi
Dukungan Perawatan Diri :Mandi (SIKI, I.11352)
Observasi
 Identifikasi usia dan budaya dalam
membantu membersihkan diri
 Identifikasi jenis bantuan yang dibutuhkan
11

 Monitor kebersihan tubuh (mis, mulut,


rambut, kulit, kuku )
 Monitor integritas kulit
Teurapeutik
 Sediakan perlatan mandi
 Sediakan lingkungan yang aman dan nyaman
 Fasilitasi menggosok gigi, sesuai kebutuhan
 Fasilitasi mandi, sesuai kebutuhan
 Pertahankan kebiasaan kebersihan diri
 Berikan bantuan sesuai tingkat kemandirian
Edukasi
 Jelaskan manfaat mandi dan dampak tidak
mandi terhadap Kesehatan
 Ajarkan kepada keluarga cara memandikan
pasien , jika perlu
DAFTAR PUSTAKA

Fitria Nita. 2009. Prinsip Dasar dan Aplikasi Penulisan Laporan Pendahuluan Dan
Srategi Pelaksanaan Tindakan Keperawatan (LP dan SP). Jakarta:
Salemba Medika.

Dermawan, D dan Rusdi. 2013. Keperawatan Jiwa Konsep dan Kerangka Kerja
Asuhan Keperawatan. Yogyakarta : Gosyen Publishing.

Damaiyanti dan Iskandar. 2014. Asuhan Keperawatan Jiwa. Bandung : Refika


Aditama.

Prabowo, E. 2014. Konsep dan Aplikasi Asuhan Keperawatan Jiwa. Jakarta : Nuha
Medika

Stuart, W. Gail. (2016). Keperawatan Kesehatan Jiwa.Singapore: Elsevier

Yusuf, Ah, Rizky Fitryasari PK dan Hanik Endang Nihayati. (2015). Buku Ajar
Keperawatan Jiwa. Jakarta: Salemba Medika

Tim pokja SLKI DPP PPNI (2018), Standar Luaran Keperawatan Indonesia
(SDKI). Edisi 1 Jakarta.

Tim pokja SIKI DPP PPNI (2018), Standar Intervensi Keperawatan Indonesia
(SDKI). Edisi 1 Jakarta

Shinzu, Bekti,. 2018. Defisit Perawatan Diri LP SP diakses dari


https://www.academia.edu/35135428/Defisit_Perawatan_Diri_LP_SP
pada April 2021

http://repositori.uinalauddin.ac.id/3358/1/Rezkiyah%20Hoesny.pdf diakses pada


April 2021

12

Anda mungkin juga menyukai