Anda di halaman 1dari 14

LAPORAN PENDAHULUAN

ANSIETAS

Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Tugas Mata Kuliah Keperawatan Jiwa
pada Semester Genap
Dosen Pembimbing: Nia Restiana, M.Kep.Ns.Sp.Kep. J

Disusun Oleh:

Nanda Tiara Agustin

NPM: E1914401023

TK2A/D3 Keperawatan

PROGAM STUDI DIII KEPERAWATAN

FAKULTAS ILMU KESEHATAN

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH TASIKMALAYA

2021
KATA PENGANTAR
Assalamualaikum warahmatullahi wabarakatuh
Bismillahirahmanirrahim, Dengan menyebut nama Allah SWT yang Maha
pengasih lagi maha penyayang, kami panjatkan puja dan puji syukur atas kehadirat-
Nya yang telah melimpahkan rahmat, hidayah dan inayah-nya kepada kami,
sehingga kami dapat menyelesaikan Laporan Pendahuluan tentang “Ansietas”.
Laporan pendahuluan ini telah kami susun dengan maksimal dan
mendapatkan bantuan dari berbagai pihak sehingga dapat memperlancar pembuatan
laporan pendahuluan ini. Untuk itu kami menyampaikan banyak terimakasih
kepada semua pihak yang telah berkontribusi dalam pembuatan laporan
pendahuluan ini.
Terlepas dari semua itu, kami menyadari sepenuhnya bahwa masih ada
kekurangan baik dari segi susunan kalimat maupun tata bahasanya. Oleh karena itu
dengan tangan terbuka kami menerima segala saran dan kritik dari pembaca agar
kami dapat memeperbaiki laporan pendahuluan ini.
Wassalamualaikum warahmatullahi wabarakatuh

Tasikmalaya, April 2021

Penyusun

ii
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR..................................................................................................... ii
DAFTAR ISI ................................................................................................................. iii
I. DEFINISI................................................................................................................4
II. FAKTOR PREDISPOSISI ......................................................................................4
III. FAKTOR PRESIPITASI .....................................................................................6
IV. PENILAIAN STRESSOR....................................................................................6
V. SUMBER KOPING ................................................................................................7
VI. MEKANISME KOPING .....................................................................................8
VII. RENTANG RESPON ..........................................................................................9
VIII. PERENCANAAN ............................................................................................. 11
DAFTAR PUSTAKA ................................................................................................... 14

iii
ANSIETAS

I. DEFINISI

Ansietas adalah sebuah emosi dan penglaman subjektif dri seseorang.


Pengertian lain cemas adalah suatu keadaan yang membuat seseorng tidak nyaman dan
terbagi dalam beberapa tingkatan. Jdi, cemas berkaitan dengan persaan tiidak pasti dan
tidak berdaya. (Kususmawati, 2010).

Kecemasan adalah suatu perasaan tidak santai yang samar-samar karena


ketidaknyamanan atau rasa takut yang disertai suatu respons (penyebab tidak spesifik
atau tidak diketahui oleh individu). Perasaan takut dan tidak menentu sebagai sinyal
yang menyadarkan bahwa peringatan tentang bahaya akan datang dan memperkuat
individu mengambil tindakan menghadapi ancaman.

II. FAKTOR PREDISPOSISI

Faktor Predisposisi (pendukung):

1. Peristiwa traumatik
2. Konflik emosional
3. Gangguan konsep diri
4. Frutasi
5. Gangguan fisik
6. Pola mekanisme koping keluarga
7. Riwayat gangguan kecemasan
8. Medikasi

Menurut Stuart dan Laraia (1998) terdapat beberapa teori yang dapat
menjelaskan ansietas, di antaranya sebagai berikut.

1. Faktor biologis.
Otak mengandung reseptor khusus untuk benzodiazepine. Reseptor ini
membantu mengatur ansietas. Penghambat GABA juga berperan utama dalam

4
mekanisme biologis berhubungan dengan ansietas sebagaimana halnya dengan
endorfin. Ansietas mungkin disertai dengan gangguan fisik dan selanjutnya
menurunkan kapasitas seseorang untuk mengatasi stresor.
2. Faktor psikologis
a. Pandangan psikoanalitik. Ansietas adalah konflik emosional yang
terjadi antara antara dua elemen kepribadian—id dan superego.
Id mewakili dorongan insting dan impuls primitif, sedangkan
superego mencerminkan hati nurani seseorang dan dikendalikan
oleh norma-norma budaya seseorang. Ego atau aku berfungsi
menengahi tuntutan dari dua elemen yang bertentangan dan
fungsi ansietas adalah mengingatkan ego bahwa ada bahaya.
b. Pandangan interpersonal. Ansietas timbul dari perasaan takut
terhadap tidak adanya penerimaan dan penolakan interpersonal.
Ansietas berhubungan dengan perkembangan trauma, seperti
perpisahan dan kehilangan, yang menimbulkan kelemahan
spesifik. Orang yang mengalami harga diri rendah terutama
mudah mengalami perkembangan ansietas yang berat.
c. Pandangan perilaku. Ansietas merupakan produk frustasi yaitu
segala sesuatu yang mengganggu kemampuan seseorang untuk
mencapai tujuan yang diinginkan. Pakar perilaku menganggap
sebagai dorongan belajar berdasarkan keinginan dari dalam untuk
menghindari kepedihan. Individu yang terbiasa dengan
kehidupan dini dihadapkan pada ketakutan berlebihan lebih
sering menunjukkan ansietas dalam kehidupan selanjutnya.
3. Sosial budaya
Ansietas merupakan hal yang biasa ditemui dalam keluarga. Ada
tumpang tindih dalam gangguan ansietas dan antara gangguan ansietas dengan
depresi. Faktor ekonomi dan latar belakang pendidikan berpengaruh terhadap
terjadinya ansietas.

5
III. FAKTOR PRESIPITASI

1. Ancaman terhadap integritas fisik


a. Sumber internal
b. Sumber eksternal
2. Ancaman terhadap harga diri
a. Sumber internal, meliputi kegagalan mekanisme fisiologis sistem
imun, regulasi suhu tubuh, perubahan biologis normal (misalnya:
hamil)
b. Sumber eksternal, meliputi paparan terhadap infeksi virus dan
bakteri, polutan lingkungan, kecelakaan, kekurangan nutrisi,
tidak adekuatnya tempat tinggal.
3. Ancaman terhadap harga diri meliputi sumber internl dan eksternal
a. Sumber internal, kesulitan dalam hubungann interpersonal di
rumah dan tempat kerja, penyesuaian terhadap peran baru.
Berbagai ancaman terhadap integritas fisik jug dapat mengancam
harga diri.
b. Sumber eksternal, kehilangan orang yang dicintai, perceraian,
perubahan status pekrjaan, tekanan kelompok, sosial budaya.

Selain itu, faktor presipitasi dibedakan menjadi berikut.

1. Ancaman terhadap integritas seseorang meliputi ketidakmampuan


fisiologis yang akan datang atau menurunnya kapasitas untuk melakukan
aktivitas hidup sehari-hari.
2. Ancaman terhadap sistem diri seseorang dapat membahayakan identitas,
harga diri, dan fungsi sosial yang terintegrasi seseorang.

IV. PENILAIAN STRESSOR

Stressor predisposisi adalah semua ketegangan dalam kehidupan yang dapat


menyebabkan timbulnya kecemasan. Ketegangan dalam kehidupan tersebut dapat
berupa:

6
1. Peristiwa traumatik, yang daapt memicu terjadinya kecemasan berkitan
dengan krisis yang dilami individu baik krisis yang dialami individu baik
krisis perkembangan maupun situasional
2. Konflik emosional, yang dialami individu dan tidak terselesaikan dengan
baik. Konflik antara id dan superego atau antara keinginan dan kenyataan
dapat menimbulkan kecemasan pada individu.
3. Konsep diri terganggu akan menimbulkan ketidakmampuan individu
berpikir secara realitas sehingga akan menimbulkan kecemasan.
4. Frusatasi akan menimbulkan rasa ketidakberdayaan untuk mengambil
keputusan yang berdampak terhadap ego.
5. Gangguan fisik akan menimbulkan kecemasan karena merupakan
ancaman terhadap integritas fisik yang dapat mempengaruhi konsep diri
individu.
6. Pola mekanisme koping keluarga atau ola keluarga menangani stress
akan mempengaruhi individu dalam berespon terhadap konfllik yang
dialami karena pola mekanisme koping individu banyak dipelajari dalam
keluarga
7. Riwayat gangguan kecemasan dalam keluarga akan mempengaruhi
respon individu dalam berespon terhadap konflik dan mengatasi
kecemasannya.
8. Medikasi yang dapat memicu terjadinya kecemasan adalah pengobatan
yang mengandung benzodiazepin, karena benzodiazepin dapat menekan
neurotransmitter gamma amino butyric acid (GABA) yang mengontrol
aktivitas neuron di otak yang bertanggung jawab menghasilkan
kecemasan.

V. SUMBER KOPING

Individu dapat mengatasi stress dan ansietas dengan menggerakkan sumber


koping di lingkungan. Sumber koping tersebut yang berupa model ekonomi,
kemampuan penyelesaian masalah, dukungan sosial dan keyakinan budaya dapat

7
membantu individu mengintegrasikan pengalaman yang menimbulkan stress dan
mengadopsi strategi koping yang berhasil.

Sumber kopping yang digunakan klien dengan ansietas meliputi sumber daya
keuangan, kemampuan pemecahan masalah, dukungan social dan keyakinan budaya.

VI. MEKANISME KOPING

Kemampuan individu menanggulangi kecemasan secara konstruksi merupakan


faktor utama yang membuat pasien berperilaku patologis atau tidak. Mekanisme koping
untuk mengatasi kecemasan sedang, berat, dan panik membutuhkan banyak energi.
Menurut Suliswati (2005), mekanisme koping yang dapat dilakukan ada dua jenis, yaitu:

1. Task Oriented Reaction atau reaksi yang berorientasi pada tugas.


Tujuan yang ingin dicapai dengan melakukan koping ini dalah individu mencoba
menghadapi kenyataan tuntutan stress dengan menilai secara objektif ditujukan
untuk mengatasi masalah, memulihkan konflik dan memenuhi kebutuhan.
a. Perilaku menyerang digunakan untuk mengubah atau mengatasi
hambatan pemenuhan kebutuhan
b. Perilaku menarik diri digunakan baik secara fisik maupun
psikologik untuk memindahkan seseorang dari sumber stress
c. Perilaku kompromi digunakan untuk mengubah cara seseorang
mengoperasikan, mengganti tujuan, atau mengorbankan aspek
kebutuhan personal seseorang.
2. Ego Oriented Reaction atau reaksi berorientasi pada ego. Koping ini
tidak selalu sukses dalam mengatasi masalah. Mekanisme ini seringkali digunakan
untuk melindungi diri, sehingga disebut mekanisme pertahanan ego diri biasanya
mekanisme ini tidak membantu untuk mengatasi masalah secara realita. Untuk
menili penggunaan mekanisme pertahanan individu apakah adaptif atau tidak
adaptif, perlu dievalusi hal-hal berikut:
a. Perawat dapat mengenali secara akurat penggunaan mekanisme
pertahanan pasien

8
b. Tingkat penggunaan mekanisme pertahanan diri tersebut apa
pengaruhnya terhadap disorganisasi kepribadian
c. Pengaruh penggunaan mekanisme pertahanan terhadap
kemajuan kesehatan pasien
d. Alasan pasien menggunakan mekanisme pertahanan.

VII. RENTANG RESPON

Respons berduka seseorang terhadap kehilangan dapat melalui tahap – tahap


berikut (Menurut Kubler – Ross, dalam Potter dan Perry, 1997):

1. Kecemasan Ringan
Menurut Videbeck (2008), respon dari kecemasan ringan adalah sebagai
berikut:
a. Respon fisik dari kecemasan ringan adalah:
1) Ketegangan otot ringan
2) Sadar akan lingkungan
3) Rileks atau sedikit gelisah
4) Penuh perhatian
5) Rajin
b. Respon kognitif dari kecemasan ringan adalah:
1) Lapang persepsi luas
2) Terlihat tenang, percaya diri
3) Perasaan gagal sedikit
4) Waspada dan memperhatikan banyak hal
5) Mempertimbangkan informasi
6) Tingkat pembelajaran optimal
c. Respon emosional dari kecemasan ringan adalah:
1) Perilaku otomatis
2) Sedikit tidak sadar
3) Aktivitas mandiri
4) Terstimulasi

9
5) Tenang
2. Kecemasan Sedang
Menurut Videbeck (2008), respon dari kecemasan sedang adalah sebagai
berikut:
a. Respon fisik dari kecemasan sedang adalah:
1) Ketegangan otot sedang
2) Tanda-tanda vital meningkat
3) Pupil dilatasi, mulai berkeringat
4) Sering mondar-mandir, memukul tangan
5) Suara berubah: bergetr, nada suara tinggi
6) Kewaspadaan dan ketegangan meningkat
7) Sering berkemih, sakit kepala, pola tidur berubah, nyeri
punggung
b. Respon kognitif dari kecemasan sedang adalah:
1) Lapang persepsi menurun
2) Tidak perhatian secara selektif
3) Fokus terhadap stimulus meningkat
4) Rentang perhatian menurun
5) Penyelesaian masalah menurun
6) Pembelajaran terjadi dengan memfokuskan
c. Respon emosional dari kecemasan sedang adalah:
1) Tidak nyaman
2) Mudah tersinggung
3) Kepercayaan diri goyah
4) Tidak sabar
5) Gembira
3. Ansietas berat
Ansietas berat sangat mengurangi lahan persepsi seseorang. Adanya
kecenderungan untuk memusatkan pada sesuatu yang terinci dan spesifik dan
tidak dapat berpikir tentang hal lain. Semua perilaku ditujukan untuk

10
mengurangi ketegangan. Orang tersebut memerlukan banyak pengarahan untuk
dapat memusatkan pada suatu area lain.

4. Tingkat panik
Tingkat panik dari ansietas berhubungan dengan ketakutan dan merasa
diteror, serta tidak mampu melakukan apapun walaupun dengan pengarahan.
Panik meningkatkan aktivitas motorik, menurunkan kemampuan berhubungan
dengan orang lain, persepsi menyimpang, serta kehilangan pemikiran rasional.

VIII. PERENCANAAN

No. SLKI SIKI

Setelah dilakukan tindakan Reduksi Ansietas (I.09314)


…x24 jam maka tingkat
1. Observasi
ansietas menurun dengan
kriteria hasil: (L.09093) - Identifikasi saat tingkat anxietas berubah
(mis. Kondisi, waktu, stressor)
Verbalisai kebiingungan
- Identifikasi kemampuan mengambil
menurun (5), verbalisasi
keputusan
khawatir akibat kondisi yang
- Monitor tanda anxietas (verbal dan non
dihadapi menurun (5),
verbal)
vperilaku gelisah menurun (5),
2. Terapeutik
perilaku tegang menurun (5),
keluhan pusing menurun (5), - Ciptakan suasana terapeutik untuk
anoreksia menurun (5), menumbuhkan kepercayaan
palpitasi menurun (5), frekuensi - Temani pasien untuk mengurangi
nafas menurun (5), frekuensi kecemasan , jika memungkinkan
nadi menurun (5), tekanan - Pahami situasi yang membuat anxietas
darah menurun (5), diaforesis - Dengarkan dengan penuh perhatian
menurun (5), tremor menurun

11
(5), pucat menurun (5), - Gunakan pedekatan yang tenang dan
konsentrasi membaik (5), pla meyakinkan
tidur membaik (5), perasaan - Motivasi mengidentifikasi situasi yang
keberdayaan membaik(5), memicu kecemasan
kontrak mata membaik(5), pola - Diskusikan perencanaan realistis
berkemih membaik (5), tentang peristiwa yang akan datang
orientasi membaik(5). 3. Edukasi

- Jelaskan prosedur, termasuk sensasi


yang mungkin dialami
- Informasikan secara factual mengenai
diagnosis, pengobatan, dan prognosis
- Anjurkan keluarga untuk tetap bersama
pasien, jika perlu
- Anjurkan melakukan kegiatan yang
tidak kompetitif, sesuai kebutuhan
- Anjurkan mengungkapkan perasaan dan
persepsi
- Latih kegiatan pengalihan, untuk
mengurangi ketegangan.
Terapi Relaksasi (I.09326)

1. Observasi
- Identifikasi penurunan tingkat energi,
ketidakmampuan berkonsentrasi, atau
gejala lain yang mengganggu
kemampuan kognitif
- Identifikasi teknik relaksasi yang pernah
efektif digunakan
- Identifikasi kesediaan, kemampuan, dan
penggunaan teknik sebelumnya

12
- Periksa ketegangan otot, frekuensi nadi,
tekanan darah dan suhu sebelum dan
sesudah latihan
- Monitor respon terhadap terapi relaksasi
2. Terapeutik
- Ciptakan lingkungan tenang dan tanpa
gangguan dengan pencahayaan dan suhu
ruang yang nyaman, jika memungkinkan
- Berikan informasi tertulis tentang
persiapan dan prosedur teknik relaksasi
- Gunakan pakaian longgar
- Gunakan nada suara lembut dengan
irama lambat dan berirama
- Gunakan relaksasi sebagai strategi
penunjang dengan analgetik atau
tinndakan medis lain, jika sesuai
3. Edukasi
- Jelaskan tujuan, manfaat, batasan, dan
jenis relaksasi yang tersedia (mis.
Musik, mediasi napas dalam, relaksasi
otot progresif)
- Jelaskan secara rinci intervensi relaksasi
yang dipilih
- Anjurkan mengambil posisi nyaman
- Anjurkan relaks dan merasakan sensasi
relaksasi
- Anjurkan sering mengulangi atau
melatih teknik yang dipilih
- Demonstrasikan dan latih teknik
relaksasi (mis. Napas dalam,
peregangan, atau imajinasi terbimbing)

13
DAFTAR PUSTAKA

Keliat, B.A., Helena, N.C.D., dan Farida, P. 2007. Manajemen Keperawatan


Psikosisial dan Kader Kesehatan Jiwa: CMHN (Intermediate Courese).
Jakarta: EGC.

Stuart dan Laraia. 2005. Principles and Pratice of Psychiatric Nursing, 8th Edition.
St. Louis: Mosby.

Stuart, G. W, dan Sundeen, S. J. 2002.Buku Saku Keperawatan Jiwa Edisi 3.


Jakarta: EGC.

Suliswati, dkk. 2004. Konsep Dasar Keperawatan Kesehatan Jiwa. Jakarta: EGC.

Varcarolis. 2006. Fundamentalis of Psychiatric Nursing Edisi 5. St.Louis; Elsevier.

Tim pokja SLKI DPP PPNI (2018), Standar Luaran Keperawatan Indonesia
(SDKI). Edisi 1 Jakarta.

Tim pokja SIKI DPP PPNI (2018), Standar Intervensi Keperawatan Indonesia
(SDKI). Edisi 1 Jakarta

14

Anda mungkin juga menyukai