Anda di halaman 1dari 22

LAPORAN PENDAHULUAN KEPERAWATAN JIWA

DENGAN ANSIETAS

Oleh :
Dwi Ananda
(204291517034)

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN PROFESI NERS


FAKULTAS ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS NASIONAL
JAKARTA
2021
DAFTAR ISI

DAFTAR ISI............................................................................................................2

BAB I KONSEP DASAR........................................................................................2

1.1. Pengertian Ansietas/Cemas.......................................................................2

1.2. Etiology.....................................................................................................3

1.3. Tingkat ansietas.........................................................................................4

1.4. Rentang Respon Ansietas..........................................................................8

1.5. Faktor Pencetus Ansietas.........................................................................10

1.6. Mekanisme Koping.................................................................................10

1.7. Penatalaksanaan.......................................................................................13

1.8. Diagnosa Keperawatan............................................................................14

1.9. Intervensi Keperawatan...........................................................................14

BAB II STRATEGI PELAKSANAAN.................................................................17

2.1. Proses Keperawatan................................................................................17

1. Kondisi pasien.........................................................................................17

2. Diagnosis keperawatan............................................................................17

3. Tujuan Khusus (TUK).............................................................................17

4. Tindakan keperawatan.............................................................................17

2.2. Strategi Komunikasi................................................................................18

1. Fase Oerientasi........................................................................................18

2. Fase Kerja................................................................................................18

3. Fase Terminasi........................................................................................19

DAFTAR PUSTAKA............................................................................................21

2
BAB I
KONSEP DASAR

1.1. Pengertian Ansietas/Cemas


Reaksi umum terhadap stress adalah Ansietas, satu kondisi kegelisahan
mental, keprihatinan, ketakutan, atau perasaan putus asa karena pengancaman
yang akan terjadi atau ancaman antisipasi yang tidak dapat diidentifikasi terhadap
diri sendiri atau terhadap hubungan yang bermakna. Ansietas dapat dialami pada
tingkat sadar, setengah sadar, atau tidak sadar (Barbara, 2010).
Perasaan tidak nyaman atau kekhawatiran yang samar disertai respon
autonomy (sumber sering kali tidak spesifik atau tidak diketahui oleh individu);
perasaan takut yang disebabkan oleh antisipasi terhadap bahaya. Hal ini
merupakan isyarat kewaspadaan yang memperingatkan individu akan adanya
bahaya dan kemampuan individu untuk bertindak menghadapi ancaman
(Heather,2014).
Ansietas adalah kekhawatiran yang tidak jelas dan menyebar, yang
berkaitan dengan perasaan tidak pasti dan tidak berdaya. Keadaan emosi ini tidak
memiliki objek yang spesifik. Ansietas di alami secara subjektif dan
dikomunikasikan secara interpersonal (Stuart & Laraia).
Ansietas dapat menjadi suatu kekuatan motivasi untuk pertumbuhan dan
perkembangan pada individu yang bersangkutan (Corey). Dapat pula ansietas
menjadi suatu beban berat yang menyebabkan individu tersebut hidupnya selalu di
bawah bayang-bayang ansietas yang terus berkepanjangan. Ansitas berkaitan
dengan strees. Oleh karena ansietas timbul sebagai respon terhadap stress, baik
stress fisiologi maupun psikologis. Artinya ansietas terjadi ketika seseorang
merasa terancam baik secara fisik maupun psikologis. Stres merupakan bagian
yang tidak dapat terelakkan dalam hidup manusia. Meskkipun demikian, stress
bukanlah merupakan sesuatu yang patologis (Asmadi, 2008).
Ansietas merupakan respon emosional terhadap penilaian individu yang
subjektif, dipengaruhi alam bawah sadar dan tidak diketahui secara khusus
penyebabnya. Ansietas merupakan istilah yang sangat akrab dengan kehidupan

3
sehari-hari yang menggambarkan keadaan khawatir. Gelisah, takut, tidak tentram
disertai berbagai keluhan fisik. Keadaan tersebut dapat terjadi atau menyertai
kondisi situasi kehidupan dan berbagai gangguan kesehatan. Ansietas berbeda
dengan takut. Takut merupakan penilaian intelektual terhadap stimulus yang
mengancam dan objeknya jelas (Dalami, 2009).

1.1.2. Etiology
Meski penyebab ansietas belum sepenuhnya diketahui, namun gangguan
keseimbangan neurotransmitter dalam otak dapat menimbulkan ansietas pada diri
seseorang. Faktor genetik juga merupakan faktor yang dapat menimbulkan
gangguan ini. Ansietas terjadi ketika seseorang mengalami kesulitan menghadapi
situasi, masalah dan tujuan hidup (Videbeck, 2008). Setiap individu menghadapi
stres dengan cara yang berbeda-beda, seseorang dapat tumbuh dalam suatu situasi
yang dapat menimbulkan stres berat pada orang lain. Adapun factor-faktor yang
mempengaruhi ansietas adalah :
1. Faktor predisposisi Berbagai teori yang di kembangkan untuk menjelaskan
penyebab ansietas adalah:
a. Teori psikionalitik Ansietas merupakan konflik emosional antara dua
elemen kepribadian yaitu ide, ego dan Super ego. Ide melambangkan
dorongan insting atau impuls primitif. Super ego mencerminkan hati nurani
seseorang dan dikendalikan oleh norma-norma budaya seseorang,
sedangkan Ego digambarkan sebagai mediator antara ide dan super ego.
Ansietas berfungsi untuk memperingatkan ego tentang suatu budaya yang
perlu segera diatasi.
b. Teori interpersonal Ansietas terjadi dari ketakutan akan penolakan
interpersonal. Berhubungan juga dengan trauma masa perkembangan seperti
kehilangan, perpisahan. Individu dengan harga diri rendah biasanya sangat
mudah mengalami ansietas berat
c. Teori perilaku Ansietas merupakan produk frustasi yaitu segala sesuatu
yang menggangu kemampuan seseorang untuk mencapai tujuan yang
diinginkan.

4
d. Kajian biologis Otak mengandung reseptor spesifik untuk benzodiazepines.
Reseptor ini di perkirakan turut berperan dalam mengatur ansietas.
2. Faktor presipitasi Bersumber dari eksternal dan internal seperti:
a. Ancaman terhadap integritas fisik meliputi ketidakmampuan fisiologis atau
menurunnya kemampuan melaksanakan fungsi kehidupan seharihari.
b. Ancaman terhadap sistem diri dapat membahayakan identitas, harga diri dan
integritas fungsi sosial.
3. Perilaku Ansietas dapat diekspresikan langsung melalui perubahan fisiologis
dan perilaku secara tidak langsung timbulnya gejala atau mekanisme koping
dalam upaya mempertahankan diri dari ansietas. Intensitas perilaku akan
meningkat sejalan dengan peningkatan ansietas (Ermawati dkk, 2009).

1.1.3. Tingkat ansietas


1. Ansietas ringan
Ansietas ringan berhubungan dengan ketegangan akan peristiwa kehidupan
sehari-hari. Pada tingkat ini lapangan persepsi melebar dan individu akan
berhati-hati dan waspada. Individu terdorong untuk belajar yang akan
menghasilkan pertumbuhan dan kreatifitas.
Respon fisiologi:
a. Sesekali napas pendek
b. Nadi dan tekanan darah naik
c. Gejala ringan pada lambung
d. Muka berkerut dan bibir bergetar
Respon kognitif:
a. Lapang persepsi melebar
b. Mampu menerima rangsangan yang kompleks
c. Konsentrasi pada masalah
d. Menjelaskan masalah secara efektif
Respon Perilaku dan Emosi:
a. Tidak dapat duduk tenang
b. Tremor halus pada tangan
c. Suara kadang-kadang meninggi

5
2. Ansietas sedang
Pada tingkat ini lapangan persepsi terhadap lingkungan menurun. Individu
lebihmemfokuskan hal-hal penting saat itu dan mengenyampingkan hal lain.
Respon Fisiologi:
a. Nadi (ekstra systole) dan tekanan darah naik
b. Mulut kering
c. Anorexia
d. Diare/konstipasi
e. Gelisah
Respon Kognitif:
a. Lapang persepsi menyempit
b. Rangsang luar tidak mampu diterima
c. Berfokus pada apa yang menjadi perhatian
Respon Perilaku dan Emosi:
a. Gerakan tersentak-sentak (meremas tangan)
b. Bicara banyak dan lebih cepat
c. Susah tidur
d. Perasaan tidak aman
3. Ansietas berat
Pada ansietas berat lapangan persepsi menjadi sangat sempit, individu
cenderung memikirkan hal yang kecil saja dan mengabaikan hal lain. Individu
tidak mampu lagi berpikir realistis dan membutuhkan banyak pengarahan
untuk memusatkan perhatian pada area lain.
Respon Fisiologi:
a. Sering napas pendek
b. Nadi (ekstra systole) dan tekanan darah naik
c. Berkeringat dan sakit kepala
d. Penglihatn kabur
e. Ketegangan
Respon Kognitif:
a. Lapang persepsi sangat sempit
b. Tidak mampu menyelesaikan masalah

6
Respon Perilaku dan Emosi:
a. Perasaan ancaman meningkat
b. Verbalisasi cepat
c. Blocking
4. Panik
Pada tingkatan ini lapangan persepsi individu sudah sangat menyempit dan
sudah terganggu sehingga tidak dapat mengendalikan diri lagi dan tidak dapat
melakukan apa-apa walaupun telah di berikan pengarahan.
Respon Fisiologi:
a. Napas pendek
b. Rasa tercekik dan palpitasi
c. Sakit dada
d. Pucat
e. Hipotensi
f. Koordinasi motorik rendah
Respon Kognitif:
a. Lapang persepsi sangat sempit
b. Tidak dapat berpikir logis
Respon Perilaku dan Emosi:
a. Agitasi, mengamuk dan marah
b. Ketakutan, berteriak-teriak, blocking
c. Kehilangan kendali atau kontrol diri
d. Persepsi Kacau
Respon Fisiologi yang mempengaruhi system yang ada dalam tubuh manusia
adalah:
a. Sistem Kardiovaskuler
1) Palpitasi
2) Jantung berdebar
3) Tekanan darah meningkat
4) Denyut nadi menurun
5) Rasa mau pingsan
b. Sistem respirasi

7
1) Napas cepat
2) Pernapasan dangkal
3) Rasa tertekan pada dada
4) Pembengkakan pada tenggorokan
5) Rasa tercekik
6) Terengah-engah
c. Sistem kardiovaskuler
1) Peningkatan reflex
2) Reaksi kejutan
3) Insomnia
4) Ketakutan
5) Gelisah
6) Wajah tegang
7) Kelemahn secara umum
8) Gerakan lambat
9) Gerakan yang janggal
d. Sistem Gastrointestinal
1) Kehilangan nafsu makan
2) Menolak makanan
3) Perasaan dangkal
4) Rasa tidak nyaman pada abdominal
5) Rasa terbakar pada jantung
6) Diare
e. Sistem Perkemihan
1) Inkontensia urine
2) Sering miksi
f. Sistem integument
1) Rasa terbakar
2) Berkeringat banyak di telapak tangan
3) Gatal-gatal
4) Perasaan panas atau dingin pada kulit
5) Muka pucat

8
6) Berkeringat seluruh tubuh
Respon perilaku kognitif:
a. Perilaku
1) Gelisah
2) Ketegangan fisik
3) Tremor
4) Gugup bicara cepat
5) Tidak ada koordinasi
6) Kecenderungan untuk celaka
7) Menarik diri
8) Menghindar
9) Terhambat melakukan aktifitas
b. Kognitif
1) Gangguan perhatian
2) Konsentrasi hilang
3) Pelupa
4) Salah tafsir
5) Adanya bloking pada fikiran
6) Bingung
7) Rasa khawatir yang berlebihan
8) Kehilangan penilaian objektifitas
9) Takut akan kehilangan kembali
10) Takut berlebihanTingkat ansietas (Dalami, 2009).

1.1.4. Rentang Respon Ansietas

Gambar 1. Rentang Respon Ansietas (Stuart & Sundeen, 1990)

Kategori Tingkat

9
Ansietas
Ringan Sedang Berat Panik
Perubahan Semakin Tremor dan Komunikasi Komunikasi
verbalisasi sering perubahan sulit dipahami sulit
bertanya nada suara. dipahami

Perubahan Gelisah Tremor, Peningkatan Peningkatan


aktifitas ringan kedutan aktifitas aktifitas
motorik wajah, dan motorik, motorik,
gemetar ketidakmampu agitasi.
an untuk
relaks.

Perubahan Mengantuk, Peningkatan Ekspresi wajah Respon tidak


persepsi ketegangan ketakutan. dapat
dan otot. diprediksi,
perhatian

Perubahan Peningkatan Fokus Ketidak Gemetar,koor


respirasi perasaan perhatian mampuan dinasi
dan gelisah dan menyempit. untuk fokus motorik
sirkulasi. waspada. atau buruk
berkonsentras,
mudah
distraksi

Perubahan Penggunaan Mampu Kemampuan Persepsi


lain belajar berfokus belajar sangat mengalami
untuk tetapi tidak terganggu distorsi atau
beradaptasi. perhatian melebih-
pada hal-hal lebihkan
tertentu.

Tidak ada Kemampuan Takikardia, Ketidakmam


belajar hiperventilasi puan

10
sedikit untuk belajar
mengalami atau
gangguan. berfungsi

Tidak ada Kecepatan Sakit kepala, Dispnea,


napas dan lambung, palpitasi,
jantung mual. tersedak
sedikit nyeri dada
meningkat. atau tertekan.
Gejala gaster Firasat akan
ringan di timpa
(mulas) musibah
parestesia,
berkeringat.

1.1.5. Faktor Pencetus Ansietas


Faktor yang dapat menjadi pencetus seseorang merasa cemas dapat berasal
dari diri sendiri (faktor internal) maupun dari luar dirinya (faktor eksternal).
Namun demikian pencetus ansieta dapat dikelompokkan kedalam dua kategori
yaitu:
1. Ancaman terhadap integritas diri, meliputi ketidakmampuan fisiologis atau
gangguan dalam melakukan aktivitas sehari-hari guna pemenuhan terhadap
kebutuhan dasarnya.
2. Ancaman terhadap sistem diri yaitu adanya sesuatu yang dapat mengancam
terhadap identitas diri, kehilangan status/peran diri dan hubungan interpersonal
(Asmadi 2008).

1.1.6. Mekanisme Koping


Ketika klien mengalami ansietas, individu menggunakan bermacam-macam
mekanisme koping untuk mencoba mengatasinya. Dalam bentuk ringan ansietas
bentuk ringan ansietas dapat di atasi dengan menangis, tertawa, tidur, olahraga
atau merokok. Bila terjadi ansietas berat sampai panik akan terjadi
ketidakmampuan mengatasi ansietas secara konstruktif merupakan penyebab

11
utama perilaku yang patologis, individu akan menggunakan energy yang lebih
besar untuk dapat mengatasi ancaman tersebut. Mekanisme koping untuk
mengatasi ansietas adalah:
1. Reaksi yang berorientasi pada tugas (task oriented reaction) Merupakan
pemecahan masalah secara sadar yang digunakan untuk menanggulangi
ancaman stressor yang ada secara realistis yaitu:
a. Perilaku menyerang (Agresif) Biasanya digunakan individu untuk mengatasi
rintangan agar memenuhi kebutuhan.
b. Perilaku menarik diri Digunakan untuk menghilangkan sumber ancaman
baik secara fisik maupun psikologis.
c. Perilaku kompromi Digunakan untuk merubah tujuan yang akan dilakukan
atau mengorbankan kebutuhan personal untuk mencapai tujuan.
2. Mekanisme pertahanan ego (Ego oriented reaction) Mekanisme ini membantu
mengatasi ansietas ringan dan sedang yang digunakan untuk melindungi diri
dan dilakukan secara sadar untuk mempertahankan keseimbangan. Mekanisme
pertahanan ego:
a. Disosiasi adalah pemisahan dari proses mental atau perilaku dari kesadaran
atau identitasnya.
b. Identifikasi (identification) adalah proses dimana seseorang untuk menjadi
yang ia kagumi berupaya dengan mengambil/meniru pikiranpikiran,
perilaku dan selera orang tersebut.
c. Intelektualisasi (intellectualization) adalah penggunaan logika dan alasan
yang berlebihan untuk menghindari pengalaman yang mengganggu
perasaannya.
d. Introjeksin (introjection) adalah suatu jenis identifikasi yang dimana
seseorang mengambil dan melebur nilai-nilai dan kualitas seseorang atau
suatu kelompok kedalam struktur egonya sendiri, berupa hati nurani,
contohnya rasa benci atau kecewa terhadap kematian orang yang dicintai,
dialihkan dengan cara menyalahkan diri sendiri.
e. Kompensasi adalah proses dimana seseorang memperbaiki penurunan citra
diri dengan secara tegas menonjolkan keistimewaan/kelebihan yang
dimilikinya. Penyangkalan (Denial) adalah menyatakan ketidaksetujuan

12
terhadap realitas dengan mengingkari realitas tersebut. Mekanisme
pertahanan ini adalah penting, sederhana, primitif.
f. Pemindahan (displacement) adalah pengalihan emosi yang semula ditujukan
pada seseorang/benda kepada orang lain/benda lain yang biasanya netral
atau kurang mengancam dirinya.
g. Isolasi adalah pemisahan unsur emosional dari suatu pikiran yang
menggangu dapat bersifat sementara atau berjangka lama.
h. Proyeksi adalah pengalihan buah pikiran atau impuls pada diri sendiri
kepada orang lain terutama keinginan, perasaan emosional dan motivasi
yang tidak dapat ditoleransi.
i. Rasionalisasi adalah mengemukakan penjelasan yang tampak logis dan
dapat diterima masyarakat untuk membenarkan perasaan perilaku dan motif
yang tidak dapat diterima.
j. Reaksi formasi adalah pengembangan sikap dan pola perilaku yang ia sadari
yang bertentangan dengan apa yang sebenarnya ia rasakan atau ingin
dilakukan.
k. Regresi adalah kemunduran akibat stress terhadap perilaku dan merupakan
ciri khas dari suatu taraf perkembangan yang lebih dini.
l. Represi adalah pengenyampingkan secara tidak sadar tentang-tentang
pikiran, ingatan yang menyakitkan atau bertentangan ,dari kesadaran
seseorang merupakan pertahanan ego yang primer yang cenderung
diperkuat oleh mekanisme lain,
m. Pemisahan (spiliting) adalah sikap mengelompokkan orang dianggap
semuanya baik atau semuanya buruk, kegagalan untuk memajukan nilainilai
positif dan negatif di dalam diri seseorang.
n. Sublimasi penerimaan suatu sasaran pengganti yang mulia artinya dimata
masyarakat untuk suatu dorongan yang mengalami halangan normal.
o. Supresi suatu proses yang digolongkan sebagai mekanisme pertahanan
sebetulnya merupakan analog represi yang di sadari, pengesampingan yang
disengaja tentang suatu bahan dari kesadaran seseorang. Tindakan/perilaku
atau komunikasi yang menghapuskan sebagian dari tindakan /perilaku atau

13
komunikasi sebelumnya merupakan mekanisme pertahanan primitive
(Dalami, 2009).

1.1.7. Penatalaksanaan
Penatalaksanaan ansietas pada tahap pencegahaan dan terapi memerlukan
suatu metode pendekatan yang bersifat holistik, yaitu mencangkup fisik (somatik),
psikologik atau psikiatrik, psikososial dan psikoreligius (Hawari, 2008)
selengkapnya seperti pada uraian berikut :
1. Upaya meningkatkan kekebalan terhadap stress, dengan cara :
a. Makan yang bergizi dan seimbang.
b. Istirahat yang cukup.
c. Cukup.olahraga.
d. Jangan merokok
2. Terapi psikofarmaka Terapi psikofarmaka merupakan pengobatan untuk cemas
dengan memakai obat-obatan yang berkhasiat memulihkan fungsi gangguan
neuro-transmitter (sinyal penghantar saraf) di susunan saraf pusat otak (limbic
system). Terapi psikofarmaka yang sering dipakai adalah obat anti cemas
(anxiolytic), yaitu seperti diazepam, clobazam, bromazepam, lorazepam,
buspirone HCl, meprobamate dan alprazolam.
3. Terapi somatic Gejala atau keluhan fisik (somatik) sering dijumpai sebagai
gejala ikutan atau akibat dari kecemasan yang bekerpanjangan. Untuk
menghilangkan keluhankeluhan somatik (fisik) itu dapat diberikan obat-obatan
yang ditujukan pada organ tubuh yang bersangkutan.
4. Psikoterapi
Psikoterapi diberikan tergantung dari kebutuhan individu, antara lain:
a. Psikoterapi suportif, untuk memberikan motivasi, semangat dan dorongan
agar pasien yang bersangkutan tidak merasa putus asa dan diberi keyakinan
serta percaya diri.
b. Psikoterapi re-edukatif, memberikan pendidikan ulang dan koreksi bila
dinilai bahwa ketidakmampuan mengatsi kecemasan.
c. Psikoterapi re-konstruktif, untuk dimaksudkan memperbaiki kembali
(rekonstruksi) kepribadian yang telah mengalami goncangan akibat stressor.

14
d. Psikoterapi kognitif, untuk memulihkan fungsi kognitif pasien, yaitu
kemampuan untuk berpikir secara rasional, konsentrasi dan daya ingat.
e. Psikoterapi psiko-dinamik, untuk menganalisa dan menguraikan proses
dinamika kejiwaan yang dapat menjelaskan mengapa seseorang tidak
mampu menghadapi stressor psikososial sehingga mengalami kecemasan.
f. Psikoterapi keluarga, untuk memperbaiki hubungan kekeluargaan, agar
faktor keluarga tidak lagi menjadi faktor penyebab dan faktor keluarga
dapat dijadikan sebagai faktor pendukung.

1.1.8. Diagnosa Keperawatan


Menurut SDKI (2017) diagnosanya adalah ansietas.

1.1.9. Intervensi Keperawatan


SLKI SIKI
Tingkat ansietas menurun Reduksi Ansietas (I.09314)
(L.09093) Observasi
- Identifikasi saat tingkat ansietas berubah
Kriteria hasil : - Identifikasi kemampuan mengabil
- Verbalisasi kebingungan keputusan
menurun - Monitor tanda-tanda ansietas
- Verbalisasi khawatir Terapeutik
akibat kondisi yang - Ciptakan suasana terapeutik untuk
dihadapi menurun menumbuhkan kepercayaan
- Perilaku gelisah menurun - Temani pasien untuk mengurangi
- Perilaku tegang menurun kecemasan
- Keluhan pusing menurun - Pahami situasi yang membuat ansietas
- Anoreksia menurun dengarkan dengan penuh perhatian
- Palpitasi menurun - Gunakan pendekatan yang tenang dan
- Frekuensi pernapasan meyakinkan
menurun - Tempatkan barang pribadi yang
- Frekuensi nadi menurun memberikan kenyamanan
- Tekanan darah menurun - Motivasi mengidentifikasi situasi yang
- Diaforesis menurun memicu kekecewaan

15
- Tremor menurun - Diskusikan perencanaan realistis tentang
- Pucat menurun peristiwa yang akan dating
- Konsentrasi membaik Edukasi
- Pola tidur membaik - Jelaskan prosedur, termasuk sensasi yang
- Perasaan keberdayaan mungkin dialami
membaik - Informasikan secara factual mengenai
- Kontak mata membaik diagnosis, pengobatan, dan prognosis
- Pola berkemih membaik - Anjurkan keluarga untuk tetap bersama
- Orientasi membaik pasien
- Anjurkan melakukan kegiatan yang tidak
kompetitif
- Anjurkan mengungkapkan perasaan dan
persepsi
- Latih kegiatan pengalihan untuk
mengurangi ketegangan
- Latih penggunaan mekanisme pertahanan
diri yang tepat
- Latih teknik relaksasi
Kolaborasi
- Kolaborasi pemberian obat antiansietas

Terapi Relaksasi (I.09326)


Observasi
- Identifikasi penurunan tingkat energy,
ketidakmampuan berkonsentrasi, atau gejala
lain yang mengganggu kemampuan kognitif
- Identifikasi teknik relaksasi yang pernah
efektif digunakan
- Identifikasi kesediaan, kemampuan, dan
penggunaan teknik sebelumnya
- Periksa ketegangan otot, frekuensi nadi,
tekanan darah, dan suhu sebelum dan

16
sesudah latihan
- Monitor respon terhadap terapi relaksasi
Terapeutik
- Ciptakan lingkungan tenang dan tanpa
gangguan dengan pencahayaan dan suhu
ruang nyaman
- Berikan informasi tertulis tentang persiapan
dan prosedur teknik relaksasi
- Gunakan pakaian longgar
- Gunakan nda suara lembut dengan irama
lambat dan berirama
- Gunakan relaksasi sebagai strategi
penunjang dengan analgetik atau tindakan
medis lain
Edukasi
- Jelaskan tujuan, manfaat, batasan, dan jenis
relaksasi yang tersedia
- Jelaskan secara rinci intervensi relaksasi
yang dipilih
- Anjurkan rileks dan merasakan sensai
relaksasi
- Anjurkan sering mengulangi atau melatih
teknik yang dipilih
- Demonstrasikan dan latih teknik relaksasi

BAB II
STRATEGI PELAKSANAAN

17
2.1. Proses Keperawatan
1. Kondisi pasien
Data subjektif :
- Pasien mengatakan merasa khawatir dan cemas
Data objektif :
- Kepaktuhan makan dan toileting diarahkan keluarga atau perawat
- Pasien tampak gelisah
- Pasien tampak murung

2. Diagnosis keperawatan
- Ansietas

3. Tujuan Khusus (TUK)


- Pasien mampu membina hubungan saling percaya
- Pasien mampu mengenal ansietas
- Pasien mampu mengatasi ansietas melalui teknik relaksasi napas dalam
- Pasien mampu memperagakan dan menggunakan teknik relaksasi napas
dalam untuk mengatasi ansietas yang dirasakannya

4. Tindakan keperawatan
1. Bina hubungan saling percaya
Dalam membina hubungan saling percaya perlu dipertimbangkan agar
pasien merasa aman dan nyaman saat berinteraksi. Tindakan yang harus
dilakukan dalam membina hubungan saling percaya antara lain:
a. Mengucapkan salam terapeutik
b. Berjabat tangan
c. Memperkenalkan identitas diri (nama lengkap, nama panggilan)
d. Menanyakan nama lengkap pasien dan nama panggilan yang disukai
e. Menjelaskan tujuan interaksi
f. Menyepakati kontrak topik, waktu dan tempat setiap kali bertemu pasien
2. Bantu pasien mengenal ansietas
a. Bantu pasien untuk mengidentifikasi dan mengutarakan perasaannya

18
b. Bantu pasien untuk menjelaskan kondisi dan situasi yang menimpalkan
ansietas bagi dirinya
c. Bantu pasien mengenal penyebab ansietas
d. Bantu pasien untuk menyadari perilaku akibat ansietas
3. Ajarkan pasien teknik relaksasi napas dalam untuk meningkatkan ventilasi
alveoli, memelihara pertukaran gas, mencegah stress baik stress fisik
maupun emosional yaitu menurunkan intensitas nyeri dan kecemasan

.2. Strategi Komunikasi


1. Fase Oerientasi
a. Salam Terapeutik
“Selamat pagi pak, perkenalkan nama saya Dewa Sastra panggil saja saya
Dewa saya mahasiswa yang sedang bertugas di ruangan ini, nama bapak
siapa ya? bapak lebih suka dipanggil siapa? Bapak, tujuan saya ke sini
adalah untuk memantau perkembangan kesehatan bapak”.
b. Evaluasi/validasi
“Bagaimana perasaan bapak pagi ini? Oh, jadi saat ini bapak merasakan
cemas karena memikirkan tentang Penyakit bapak?”
c. Kontrak
Topik : “Baiklah, , bagaimana kalau sekarang kita berbincang-bincang
tentang perasaan yang bapak rasakan?”
Waktu : “Bagaimana kalau kita berbincang-bincang selama 30 menit?”
Tempat : “Kita berbincang-bincang dimana pak? Baiklah kita akan
berbincangbincang di ruang ini”

2. Fase Kerja
“Bapak, coba sekarang bapak ceritakan apa yang bapak rasakan saat ini? Saya
akan mendengarkan cerita bapak”
“Jika boleh saya tahu, apakah sebelumnya bapak pernah mengalami perasaan
cemas seperti sekarang yang bapak rasakan dan bagaimana cara bapak
mengatasinya?”

19
“Saya mengerti bagaimana perasaan bapak. Setiap orang akan memiliki
perasaan yang sama jika diposisi bapak. Jadi saat ini bapak pada tingkat
kecemasan yang sedang. Kalau masalah ini tidak diatasi, dapat mengganggu
kondisi bapak nantinya. Untuk itu, bapak perlu melakukan terapi disaat bapak
merasakan perasaan cemas. Terapi ini akan membantu menurunkan tingkat
kecemasan bapak. Bagaimana kalau sekarang kita coba mengatasi kecemasan
bapak dengan latihan relaksasi dengan cara tarik nafas dalam, ini merupakan
salah satu cara untuk mengurangi kecemasan yang bapak rasakan”
“Bagaimana kalau sekarang kita latihan pak. Saya akan lakukan terlebih
dahulu, bapak perhatikan saya. Lalu bapak bisa mengikuti cara yang sudah
saya ajarkan. Kita mulai ya pak. Silakan duduk dengan posisi seperti saya.
Pertama-tama, bapak tarik nafas dalam perlahan-lahan, setelah itu tahan nafas
dalam hitungan tiga setelah itu bapak hempakskan udara melalui mulut dengan
meniup udara perlahan-lahan. Sekarang coba bapak lakukan ya”
“Bagus sekali, bapak sudah mampu melakukannya. Bapak bisa melakukan
latihan ini selama 5 sampai 10 kali sampai bapak merasa relaks atau santai.”

3. Fase Terminasi
a. Evaluasi Subjektif
“Bagaimana perasaan bapak setelah kita mengobrol tentang masalah yang
bapak rasakan dan latihan teknik relaksasi napas dalam?”
b. Evaluasi Objektif
“Sekarang coba bapak ulangi teknik relaksasi napas dalam yang sudah kita
pelajari tadi”
c. Tindak lanjut
“Kapan bapak akan berlatih lagi untuk melakukan teknik relaksasi napas
dalam?”
“Mari kita masukan dalam jadwal harian ya pak. Jadi, setiap bapak merasa
cemas, bapak bisa langsung mempraktikan teknik relaksasi napas dalam
yang sudah kita pelajari tadi”
d. Kontrak yang akan datang

20
Topik: “Cara yang sudah kita praktikan tadi dapat mengurangi sedikit
kecemasan yang bapak rasakan. Jika bapak masih merasakan cemas, bapak
dapat menggunakan teknik relaksasi napas dalam untuk mengurangi cemas
yang bapak rasakan”
Waktu: “ Jika hari ini bapak merasakan cemas lagi, maka kita dapat
mengulangi teknik relaksasi napas dalam sebanyak 5-10 kali dalam waktu
30 menit. Pak nanti sekitar jam 1 siang saya akan mengunjung bapak
kembali untuk erbincang-bincang dan melakukan latihan untuk mengurangi
cemas bapak“
Tempat: “Bapak mau nanti kita berbincang-bincang dan melakukan latihan
dimana? bagaimana kalau disini saja pak?”. “Ya sudah, kita dapat
melakukan latihan ini disini saja lagi, saya permisi pak”

DAFTAR PUSTAKA

Asmadi. 2008. Konsep dan Aplikasi Kebutuhan Dasar Klien. Jakarta: Salemba
Medika.

21
Dalami. 2009. Asuhan Keperawatan Jiwa dengan masalah Psikososial. Jakarta :
CV. Trans Info Media.

Judith. 2012. Buku Saku Diagnosis Keperawatan. Edisi 9. Jakarta: Penerbit Buku
Kedokteran EGC.

Kozier. 2010. Buku Ajar Fundamental Keperawatan: Konsep, Proses dan


Praktik. Edisi 7. Volume 2. Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran EGC.

PPNI, T. P. 2017. Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia (SDKI): Definisi


dan Indikator Diagnostik ((cetakan II) 1 ed.). Jakarta: DPP PPNI.

PPNI, T. P. 2017. Standar Luaran Keperawatan Indonesia (SLKI): Definisi dan


Kriteria Hasil Keperawatan ((cetakan II) 1 ed.). Jakarta: DPP PPNI.

PPNI, T. P. 2018. Standar Intervensi Keperawatan Indonesia (SIKI): Definisi dan


Tindakan Keperawatan ((cetakan II) 1 ed.). Jakarta: DPP PPNI.

Riyadi. 2013. Asuhan keperawatan jiwa. Edisi 1.Yogyakarta: Grahana Ilmu.

22

Anda mungkin juga menyukai