Anda di halaman 1dari 17

LAPORAN PENDAHULUAN KEPERAWATAN JIWA

DENGAN GANGGUAN HALUSINASI

Oleh :
Dwi Ananda
(204291517034)

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN PROFESI NERS


FAKULTAS ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS NASIONAL
JAKARTA
2021
DAFTAR ISI

DAFTAR ISI............................................................................................................2

BAB I KONSEP DASAR........................................................................................3

1.1. Pengertian..................................................................................................3

1.2. Rentang Respon.........................................................................................3

1.3. Faktor predisposisi....................................................................................5

1.4. Faktor presipitasi.......................................................................................6

1.5. Manifestasi Klinis......................................................................................7

1.6. Mekanisme Koping...................................................................................8

1.7. Sumber Koping..........................................................................................9

1.8. Penatalaksanaan ( Terapi Psikofarmaka)..................................................9

1.9. Diagnosa Keperawatan............................................................................10

1.10. Intervensi Keperawatan.......................................................................10

BAB II STRATEGI PELAKSANAAN.................................................................13

2.1. Proses Keperawatan................................................................................13

1. Kondisi Klien..........................................................................................13

2. Diagnosa Keperawatan............................................................................13

3. Tujuan Keperawatan................................................................................13

4. Rencana Tindakan Keperawatan.............................................................14

2.2. Strategi Komunikasi................................................................................14

1. Fase Orientasi..........................................................................................14

2. Fase Kerja................................................................................................15

3. Fase Terminasi........................................................................................15

DAFTAR PUSTAKA............................................................................................17

2
BAB I
KONSEP DASAR

1.1. Pengertian
Skizofrenia (Schizophrenia) adalah gangguan yang terjadi pada fungsi otak
yang mempengaruhi persepsi pasien, cara berfikir, bahasa, emosi dan perilaku
sosialnya (neurogical disease that affects a person’s perfection thingking,
language, emotion, and social behavior): (Yosep, 2009). Menurut Maramis (1998)
dalam Muhith ( 2015), skizofrenia merupakan salah satu gejala yang sering
ditemukan pada klien gangguan jiwa. Halusinasi merupakan gangguan persepsi
dimana klien mempersepsikan sesuatu yang sebenarnya tidak terjadi. Suatu
penerapan panca indera tanpa ada rangsangan dari luar. Suatu penghayatan yang
dialami seperti suatu persepsi melalui panca indra tanpa stimulus eksternal
(persepsi palsu).
Halusinasi pendengaran adalah gangguan stimulus dimana mendengar
suara-suara terutama suara orang, biasanya pasien mendengar suara orang yang
sedang membicarakan Apa yang sedang dipikirkannya dan memerintahkan untuk
melakukan sesuatu (Prabowo, 2014).

1.1.2. Rentang Respon


Halusinasi merupakan salah satu respon maladaptif individu yang berada
dalam rentang respon neurobiologist. Ini merupakan respon persepsi paling
maladaptif. Jika individu yang sehat persepsinya akurat, mampu mengidentifikasi
dan menginterpretasikan stimulus Berdasarkan informasi yang diterima melalui
panca indra ( pendengaran, lihatkan, penghidu, pengecapan dan perabaan),
pasien dengan halusinasi mempersepsikan suatu stimulus panca indra walaupun
sebenarnya stimulus tersebut tidak ada.

Rentang repon halusinasi dapat dilihat pada gambar ddi halaman berikut ini.

Respon adaptif Respon Maladaptif

3
• Pikiran logis. • Kadang pikiran • Gangguan proses
• Persepsi akurat terganggu pikir / delusi
• Perilaku sesuai • Ilusi • Halusinasi
• Hubungan positif • Emosi berlebihan • Sulit berespon
• Emosi konsisten / kurang dengan
dengan • Perilaku tidak pengalaman
pengalaman biasa • Perilaku tidak
• Menarik diri terorganisir
• Isolasi sosial.

Menurut Stuart dan Sundeen (1998) dalam Damayanti (2012), Halusinasi


merupakan salah satu respon maladaptif individu yang berada dalam rentang
respon:
a. Pikiran logis : Yaitu ide yang berjalan secara logis dan koheren.
b. Persepsi akurat : Iya itu proses diterimanya rangsang melalui panca indra
yang didahului oleh perhatian ( attention) sehingga individu sadar tentang
sesuatu yang ada di dalam maupun di luar dirinya.
c. Emosi konsisten : manifestasi perasaan yang konsisten / efek keluar disertai
banyak komponen fisiologi dan biasanya berlangsung tidak lama.
d. Perilaku sesuai : individu berupa tindakan nyata dalam penyelesaian
masalah masih dapat diterima oleh norma-norma sosial dan budaya umum
yang berlaku.
e. Hubungan sosial harmonis : Iya itu hubungan yang dinamis menyangkut
hubungan antar individu dan individu individu dan kelompok dalam bentuk
kerjasama.
f. Proses pikir kadang terganggu (ilusi) : manifestasi dari persepsi impuls
eksternal melalui alat panca indra yang memproduksi gambaran sensorik
pada area tertentu di otak kemudian di interprestasi sesuai dengan kejadian
yang telah dialami sebelumnya.

4
g. Emosi berlebihan / kurang : manifestasi perasaan / efek keluar berlebihan /
kurang.
h. Perilaku tidak sesuai / biasa : yaitu perilaku individu berupa tindakan nyata
dalam penyelesaian masalahnya tidak diterima oleh normanorma sosial /
budaya umum yang berlaku.
i. Perilaku aneh / tidak biasa : perilaku individu berupa tindakan nyata dalam
menyelesaikan masalahnya tidak diterima oleh norma-norma sosial / budaya
umum yang berlaku.
j. Menarik diri : yaitu percobaan untuk menghindari interaksi dengan orang
lain menghindari hubungan dengan orang lain.
k. Isolasi sosial : menghindari dan dihindari oleh lingkungan sosial dalam
berinteraksi.

1.1.3. Faktor predisposisi


Adalah faktor resiko yang mempengaruhi jenis dan jumlah sumber yang
dapat dibangkitkan oleh individu untuk mengatasi stres. Diperoleh baik dari klien
maupun keluarganya, mengenai faktor perkembangan sosial kultural, biokimia
psikologis dan genetik Iya itu faktor resiko mempengaruhi jenis dan jumlah
sumber yang dapat dibangkitkan oleh individu untuk mengatasi stres (Damayanti,
2012).
1) Faktor perkembangan.
Jika tugas perkembangan mengalami hambatan dan hubungan interpersonal
terganggu maka individu akan mengalami stres dan kecemasan.
2) Faktor sosiokultural.
Berbagai faktor di masyarakat dapat menyebabkan seseorang merasa
disingkirkan oleh kesepian terhadap lingkungan tempat klien dibesarkan.
3) Faktor biokimia.
Mempunyai pengaruh terhadap terjadinya gangguan jiwa. Dengan adanya
stres yang berlebihan dialami seseorang maka di dalam tubuh akan
dihasilkan suatu zat yang dapat bersifat halusinogenik neuro kimia seperti
buffofenon dan Dimetytranferase (DMP).
4) Faktor psikologis.

5
Hubungan interpersonal yang tidak harmonis Serta adanya peran ganda
yang bertentangan dan sering diterima oleh anak akan mengakibatkan stres
dan kecemasan yang tinggi dan berakhir dengan gangguan orientasi realitas.
5) Faktor genetik.
Gen apa yang berpengaruh dalam skizoprenia belum diketahui ,tetapi Hasil
studi menunjukkan bahwa faktor keluarga menunjukkan hubungan yang
sangat berpengaruh pada penyakit ini. (Yosep, 2009 dan Prabowo, 2014).

1.1.4. Faktor presipitasi


Faktor presipitasi yaitu stimulus yang dipersepsikan oleh individu sebagai
tantangan ancaman / tuntutan yang memerlukan energi ekstra untuk koping.
Adanya rangsangan lingkungan yang sering yaitu seperti partisipasi klien dalam
kelompok, terlalu lama Diajak komunikasi, jadi yang ada di lingkungan juga
suasana sepi / isolasi adalah sering sebagai pencetus terjadinya halusinasi karena
hal tersebut dapat meningkatkan stres dan kecemasan yang merangsang tubuh
mengeluarkan zat halusinogenik (Muhith, 2015).
Faktor-faktor pencetus respon neurobiologis meliputi :
1) Berlebihnya proses informasi pada sistem saraf yang menerima dan
memproses informasi di talamus dan frontal otak.
2) Mekanisme penghantaran listrik di saraf terganggu ( mekanisme abnormal).
3) Gejala-gejala pemicu kondisi kesehatan lingkungan, sikap dan perilaku
seperti yang tercantum pada tabel di bawah ini :

Tabel 1. Gejala pencetus respon Stuar & Laraia (2005) dalam Muhith (2015).
Kesehatan - Nutrisi kurang.
- Kurang tidur.
- Ketidakseimbangan Irama sirkadian.
- Kelelahan infeksi.
- Obat-obatan sistem saraf pusat.
- Kurangnya latihan.
- Hambatan Untuk menjangkau pelayanan kesehatan.

6
Lingkunagan - Lingkungan yang memusuhi kritis.
- Masalah di rumah tangga.
- Kehilangan kebebasan hidup, pola aktivitas sehari-hari.
- Kesukaran dalam berhubungan dengan orang lain.
- Isolasi sosial. Kurang dukungan sosial.
- Tekanan kerja ( kurang keterampilan dalam bekerja). -
Stigmasasi.
- Kemiskinan.
- Kurangnya alat transportasi.
- Ketidakmampuan mendapat pekerjaan.
Sikap/Perilaku - Merasa tidak mampu / harga diri rendah.
- Putus asa / tidak percaya diri.
- Merasa gagal / kehilangan motivasi menggunakan
keterampilan diri.
- Kehilangan kendali diri / (Demoralisasi).
- Merasa punya kekuatan berlebihan dengan gejala
tersebut.
- Merasa Malang ( tidak mampu memenuhi kebutuhan
spiritual).
- Bertindak tidak seperti orang lain dari segi usia maupun
kebudayaan.
- Rendahnya kemampuan sosialisasi.
- Perilaku agresif.
- Perilaku kekerasan.
- Ke tidak ada kekuatan pengobatan.
- Tidak ada kekuatan penanganan gejala.

1.1.5. Manifestasi Klinis


a. Halusinasi pendengaran.
Meliputi mendengar suara-suara paling sering adalah suara orang, berbicara
kepada klien / membicarakan klien. Mungkin satu / banyak suara, dapat
berupa suara orang yang dikenal / tidak dikenal. Nasib pendengaran
merupakan jenis halusinasi yang paling sering terjadi. Halusinasi perintah

7
adalah suara-suara yang menyuruh klien untuk mengambil tindakan,
seringkali membahayakan diri / orang lain yang dianggap berbahaya.
b. Halusinasi penglihatan.
Mencakup melihat bayangan yang sebenarnya tidak ada sama sekali,
misalnya cahaya / orang yang sudah meninggal, / mungkin sesuatu yang
bentuknya menakutkan, misalnya melihat monster. Halusinasi ini
merupakan jenis halusinasi yang kedua yang paling sering terjadi.
c. Halusinasi penghidu ( penciuman).
Meliputi mencium aroma / bau padahal tidak ada. Bau tersebut dapat
berupa file tertentu seperti urine / feses / bau yang sifatnya lebih umum
misalnya bau busuk / bau yang tidak sedap. Jenis halusinasi ini seringkali
ditemukan pada klien demensia, kejang dan stroke.
d. Halusinasi taktil (peraban).
Mengacu pada sensasi seperti aliran listrik yang menjalar ke seluruh tubuh /
binatang kecil yang merayap di kulit. Halusinasi taktil paling sering
ditemukan pada klien yang mengalami putus alkohol
e. Halusinasi pengecapan.
Mencakup rasa yang tetap ada dalam mulut, / perasaan bahwa masakan
Terasa seperti sesuatu yang lain. Rasa tersebut dapat berupa rasa logam /
pahit / mungkin seperti rasa tertentu.
f. Halusinasi kinestetik.
Halusinasi kinestetik adalah kondisi merasa badan bergerk dalam subuah
ruang atau anggota badannya bergerak.

1.1.6. Mekanisme Koping


Mekanisme koping adalah upaya yang diarahkan pada pengelolaan stres
termasuk upaya penyelesaian masalah langsung dari mekanisme pertahanan yang
digunakan untuk melindungi diri (Stuart, Laraia 2005 dalam Muhith, 2015).
a. Regresi : menjadi malas beraktivitas sehari-hari
b. Proyeksi : menjelaskan perubahan suatu persepsi dengan berusaha untuk
mengalihkan tanggung jawab kepada orang lain.

8
c. Menarik diri : sulit mempercayai orang lain dan asyik dengan stimulus
internal
d. Keluarga mengingkari masalah yang dialami oleh klien.

1.1.7. Sumber Koping


Sumber koping mempengaruhi respon individu dalam menanggapi stressor.
Suatu evaluasi terhadap pilihan koping dan strategi seseorang individu dapat
mengatasi stres dan anxietas dengan menggunakan sumber koping di lingkungan.
Sumber koping tersebut sebagai modal untuk menyelesaikan masalah, dukungan
sosial dan keyakinan budaya, dapat membantu seseorang mengintegrasikan
pengalaman yang menimbulkan stres dan mengadopsi strategi coping yang
berhasil.

1.1.8. Penatalaksanaan ( Terapi Psikofarmaka)


a. Chlorpromazine
Mengatasi sindrom psikis yaitu berdaya berat dalam kemampuan menilai
realitas kesadaran diri terganggu, daya ingat norma sosial dan titik diri
terganggu, berdaya berat dalam fungsifungsi mental halusinasi. Gangguan
perasaan dan perilaku yang aneh / tidak terkendali, berdaya berat dalam
fungsi kehidupan sehari-hari, tidak mampu bekerja berhubungan sosial dan
melakukan kegiatan rutin. Mempunyai efek samping gangguan otonomi
(Hypotensi) antikolinergik/ parasimpatik, mulut kering kesulitan dalam
miksi, hidung tersumbat, mata kabur, tekanan intra okuler meninggi,
gangguan Irama jantung. Gangguan ekstra piramidal ( dystonia akut,
akatsia syndrome Parkinson). Gangguan endokrin ( amenorrhe). Metabolic
(Soundiee). Hematologi agranulosis. Biasanya untuk pemakaian jangka
panjang. Kontraindikasi terhadap penyakit hati, penyakit darah epilepsi
gangguan jantung.
b. Haloperidol (HLP)
Berdaya berat dalam kemampuan menilai realita dalam fungsi mental serta
dalam fungsi kehidupan sehari-hari. Memiliki efek samping seperti
gangguan miksi dan parasimpatik, defleksi, hidung tersumbat mata kabur,

9
tekanan intra meninggi, gangguan Irama jantung. Kontraindikasi terhadap
penyakit hati, penyakit darah, epilepsi kelainan jantun.
c. Trihexyphenidyl (THP)
Segala jenis penyakit parkinson, termasuk paska ensefalitis dan idiopatik
sindrom Parkinson akibat obat misalnya reserpina dan fenotiazine.
Memiliki efek samping diantaranya mulut kering, penglihatan kabur pusing
mual muntah bingung agitasi, konstipasi, takikardia dilatasi ginjal, retensi
urine. Kontraindikasi terhadap hi%sitive trihexyphenidyl (THP),
glaucoma sudut sempit, psychosis berat psikoneurosis.

1.1.9. Diagnosa Keperawatan


Menurut SDKI (2017) diagnosa halusinasi adalah Gangguan Persepsi Sensori.

1.10. Intervensi Keperawatan


SLKI SIKI
Persepsi sensori Manajemen Halusinasi (I.09288)
membaik. Observasi
Kriteria hasil : - Monitor perilaku yang mengindikasi halusinasi
- Verbalisasi - Monitor dan sesuaikan tingkat aktivitas dan stimulasi
mendengar bisikan lingkungan
menurun - Monitor isi halusinasi
- Verbalisasi melihat Terapeutik
bayangan menurun - Pertahankan lingkungan yang aman
- Verbalisasi - Lakukan tindakan keselamatan ketika tidak dapat
merasakan sesuatu mengontrol perilaku
melalui indra - Diskusikan perasaan dan respon terhadap halusinasi
perabaan menurun - Hindari perdebatan tentang validitas halusinasi
- Verbalisasi Edukasi
merasakan sesuatu - Anjurkan memonitor sendiri situasi terjadinya
melalui indra halusinasi
penciuman - Anjurkan bicara pada orang yang percaya untuk
menurun memberi dukungan dan umpan balik korektif

10
- Verbalisasi terhadap halusinasi
merasakan sesuatu - Anjurkan melakukan distraksi
melalui indra - Ajarkan pasien dan keluarga cara mengontrol
pengecapan halusinasi
menurun Kolaborasi
- Distorsi sensori - Kolaborasi pemberian obat antipsikotik dan
menurun antiansietas
- Perilaku halusinasi
menurun Mnimalisasi Rangsangan (I.08241)
- Menarik diri Observasi
menurun - Periksa status mental, status sensori, dan tingkat
- Melamun menurun kenyamanan
- Curiga menurun Terapeutik
- Mondar-mandir - Diskusikan tingkat toleransi terhadap beban sensori
menurun - Batasi stimulus lingkungan
- Jadwalkan aktivitas harian dan waktu istirahat
- Kombinasikan prosedur/tindakan dalam satu waktu
Edukasi
- Ajarkan cara meminimalisasi stimulus
Kolaborasi
- Kolaborasi dalam meminimalisasikan
prosedur/tindakan
- Kolaborasi pemberian obat yang mempengaruhi
persepsi stimulus

Pengekangan Kimiawi (I.14549)


Observasi
- Identifikasi kebutuhan untuk dilakukan pengekangan
- Monitor riwayat pengobatan dan alergi
- Monitor respon sebelum dan sesudah pengekangan
- Monitor tingkat kesadaran, tanda-tanda vital, warna
kulit, suhu, sensasi dan kondisi berkala

11
- Monitor kebutuhan nutrisi, cairan dan eliminasi
Terapeutik
- Lakukan supervise dan servelensi dalam memonitor
tindakan
- Beri posisi nyaman untuk mencegah aspirasi dan
kerusakan kulitubah posisi tubuh secara periodic
- Libatkan pasien dan/atau keluarga dalam membuat
keputusan
Edukasi
- Jelaskan tujuan dan prosedur pengekangan
- Latih rentang gerak sendi sesuai kondisi pasien
Kolaborasi
- Kolaborasi pemberian agen psikotropika untuk
pengekangan kimiawi

12
BAB II
STRATEGI PELAKSANAAN

2.1. Proses Keperawatan


1. Kondisi Klien
DS :
- Klien mengatkan keadaannya baik-baik saja
- Klien mengatakan waktu dirumah melihat seseorang perempuan seram
berambut panjang baju putih dan ingin menggigit kakinya.
- Klien mengatakan mendengar suara seorang laki-laki yang ingin
mengajaknya pergi jauh.
DO :
- Kontak Mata (+)
- Klien tampak kooperatif.
- Klien sering mondar-mandir sambil bernyanyi

2. Diagnosa Keperawatan
- Perubahan Persepsi Sensori : Halusinasi

3. Tujuan Keperawatan
- Klien dapat membina hubungan saling percaya
- Klien dapat mengidentifikasi jenis halusinasi
- Klien dapat mengidentifikasi isi halusinasi
- Klien dapat mengidentifikasi waktu dan frekuensi halusinasi
- Klien dapat mengidentifikasi situasi yang menimbulkan halusinasi
- Klien dapat mengidentifikasi respon klien terhadap halusinasi
- Klien dapat menghardik halusinasi
- Klien dapat memasukkan ke dalam jadwal kegiatan harian

13
4. Rencana Tindakan Keperawatan
- Bina hubungan saling percaya dengan prinsip komunikasi teraupetik
- Bantu klien mengenal halusinasinya meliputi : isi, jenis, waktu, frekuensi,
situasi, dan respon saat terjadi halusinasi.
- Latih klien untuk mengontrol halusinasi dengan cara menghardik
- Anjurkan klien untuk memasukan dalam jadwal kegiatan harian.

.2. Strategi Komunikasi


1. Fase Orientasi
a. Salam Teraupetik
Assalamualaikum, selamat pagi bapak ? Perkenalkan nama saya Fahrul
Razi, bisa dipanggil Fahrul. Saya mahasiswa STIK Muhammadiyah
Pontianak. Saya sedang praktik disini selama 1 minggu. Kalau saya boleh
tahu nama bapak siapa dan senangnya dipanggil siapa ?
b. Evaluasi Validasi
Bagaimana perasaan bapak hari ini ? Bagaimana tidurnya tadi malam ? ada
keluhan tidak ?
c. Kontrak
- Topik
Apakah bapak tidak keberatan untuk mengobrol dengan saya ? Menurut
bapak sebaiknya kita mengobrol apa ya ? Bagaimana kalau kita
mengobrol tentang suara / penglihatan sesuatu yang bapak lihat dan
dengar selama ini?
- Tujuan
Setelah bapak cerita, nanti saya bantu bapak mengidentifikasi halusinasi
bapak dan cara menghardiknya.
- Waktu
Berapa lama kira-kira kita bisa mengobrol ? bapak mau berapa menit ?
bagaimana 15 menit, bisa !
- Tempat
Dimana kita duduk ? diluar ? di kursi itu atau dimana ?

14
2. Fase Kerja
Apakah bapak mendengar suara tanpa ada wujdunya ? Apa yang dikatakan
suara itu ? Apakah bapak melihat sesuatu, bayangan, makhluk ? seperti apa
kelihatannya ? apakah terus-menerus terlihat dan terdengar, atau hanya
sewaktu-waktu saja ? berapa sehari bapak melihatnya ? pada keadaan apa,
apakah pada waktu sendirian ?
Apa yang bapak rasakan saat mengalami hal itu ? apa yang bapak lakukan ?
Bagaiman kalau kita belajar cara mencegah suara-suara dan bayangan itu agar
tidak muncul.
Pertama dengan cara menghardik suara tersebut, kedua dengan cara bercakap-
cakap, ketiga melakukan kegiatan yang sudah terjadwal dan ke empat minum
obat secara teratur. Bagaimana kalau kita belajar satu dulu yaitu dengan
menghardik.
Caranya : saat suara itu muncul langsung bapak tutup telinga dan katakan
“pergi saya tidak mau dengar, kamu suara palsu!” dan apabila bapak melihat
sesuatu seperti bayangan/ makhluk bapak tutup mata dan katakan “pergi-pergi,
saya tidak mau melihat, kamu tidak nyata”! begitu diulang-ulanh sampai suara
dan bayangan itu hilang.
Ayo..!! silahkan bapak coba. Iya..bagus itu bapak sudah bapak bisa. Sebaiknya
latihan ini bapak lakukan secara rutin, sehingga jika sewaktu-waktu halusinasi
itu muncul bapak sudah terbiasa.

3. Fase Terminasi
- Evaluasi Subjektif
Bagaimana perasaan bapak dengan obrolan kita tadi ? bapak merasa senang
tidak dengan latihan tadi ?
- Evaluasi Objektif
Dapatkah bapak mempragakan cara menghardik yang tadi kita lakukan ?
- Rencana tindak lanjut
Kalau suara-suara atau bayangan itu muncul lagi, silahkan bapak coba cara
tersebut! bagaimana kalau kita buat jadwal latihannya ? nanti dilakukan ya
pak.

15
- Kontrak yang akan datang
1. Topik
Bagaimanan kalau besok kita ngobrol-ngobrol lagi tentang cara lain,
yaitu berbicara dengan orang lain saat suara / bayangan itu muncul lagi.
2. Waktu
Kira-kira waktunya kapan ya ? Bagaiamana kalau besok jam 09.00 Wib,
bisa !
3. Tempat
Kira-kira tempat yang enak buat kita ngobrol besok dimana ya ? apa
masih di sini atau cari tempat yang lain ?

16
DAFTAR PUSTAKA

Damayanti. 2012. Asuhan Keperawatan Jiwa. Refika Aditama : Jakarta

Keliat dan Akemat. 2006. Modul Model Praktik Keperawatan Profesional Jiwa.
FKUI : Jakarta

Muhith. 2015. Pendidikan Keperawatan Jiwa. Cv. Andi Ofset : Yogyakarta

PPNI, T. P. 2017. Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia (SDKI): Definisi


dan Indikator Diagnostik ((cetakan II) 1 ed.). Jakarta: DPP PPNI.

PPNI, T. P. 2017. Standar Luaran Keperawatan Indonesia (SLKI): Definisi dan


Kriteria Hasil Keperawatan ((cetakan II) 1 ed.). Jakarta: DPP PPNI.

PPNI, T. P. 2018. Standar Intervensi Keperawatan Indonesia (SIKI): Definisi dan


Tindakan Keperawatan ((cetakan II) 1 ed.). Jakarta: DPP PPNI.

Prabowo. 2014. Konsep dan Aplikasi Asuhan Keperawatan Jiwa. Nuha Medika :
Yogyakarta

17

Anda mungkin juga menyukai